7 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka Bunga krisan dengan nama latin Chrysanthemum sp berasal dari dataran Cina. Bunga potong ini cukup populer dan menduduki urutan tertinggi diantara bunga potong non angrek karena disamping mempunyai bentuk mahkota dan warna yang bagus (Widyawan dan Prahastuti, 1994). Krisan merupakan salah satu jenis bunga potong penting di dunia pada perdagangan tanaman hias dunia, bunga krisan merupakan salah satu bunga yang banyak diminati oleh beberapa negara seperti: Jepang, Singapura, Hongkong, serta Eropa seperti Jerman, Prancis, dan Inggris (Anonimous, 2006c). Bunga krisan mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Pasar potensial yang diharapkan adalah pasar-pasar yang ada di kota-kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Malang, dan Denpasar. Permintaan untuk bahan dekorasi, restoran, kantor, hotel, maupun rumah tempat tinggal. Perilaku masyarakat di kota-kota besar dalam menyambut hari-hari spesial seperti: lebaran, natal, dan tahun baru membuat
permintaan
terhadap
bunga
krisan
makin
meningkat
(Anonimous, 2006b). Penjualan di pasar domestik setiap tahun mencapai 50 juta tangkai. Potensi pasar yang cerah menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan komoditas tersebut (Anonimous, 2006b). Seiring permintaan bunga krisan yang semakin meningkat maka peluang pemasaran tanaman ini sangat menarik dikembangkan sebagai lahan investasi (Anonimous, 2008d).
Universitas Sumatera Utara
8 2.2 Landasan Teori Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono, 2004). Saluran pemasaran/tataniaga yaitu kelompok semua perusahaan dan individu-individu yang bekerjasama untuk memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diproduksi oleh produsen tertentu. Perantara pemasaran merupakan lembaga yang memberikan kemudahan pendistribusian komoditi ke pasaran terakhir. Peranan lembaga inilah yang pada umumnya menentukan bentuk dari saluran tataniaga (Winardi, 1989). Jalur pemasaran hasil pertanian adalah saluran yang digunakan petani produsen untuk menyalurkan hasil pertanian dari produsen sampai kekonsumen. Lembaga-lambaga yang ikut aktif dalam saluran ini adalah petani produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan konsumen. Setiap lembaga tataniaga ini melakukan fungsi-fungsi tataniaga seperti: membeli dari petani (produsen) menjual kepada pedagang berikutnya, mengangkat, mensortir, menyimpan, dan lain-lain (Rahardi dan, 1993). Pedagang perantara memerankan kegiatan satu atau dua atau semua utility (kegunaan) tempat, bentuk, hak milik, dan waktu. Pengeluaran biaya harus dikeluarkan untuk (biaya memindahkan, proses, pengepakan, dan lain-lain). Pedagang perantara ini juga menuntut balas jasa modal yang mereka pakai dalam aktivitas itu, dalam perjalanannya barang-barang dapat juga mengalami kerusakan sehingga terjadi penyusutan, penyusutan itu termasuk biaya (Gultom, 1996).
Universitas Sumatera Utara
9 Aliran produk pertanian dari produsen sampai kepada konsumen akhir disertai peningkatan nilai guna komoditi-komoditi pertanian tersebut. Peningkatan nilai guna ini terwujud hanya apabila terdapat lembaga-lembaga pemasaran yang melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran atas komoditi pertanian tersebut. (Sudiyono, 2004). Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses bisa lebih dari satu. Produsen yang langsung bertindak sebagi penjual produknya maka biaya pemasaran bisa dieliminasi. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lainnya, tergantung pada macam komoditas yang dipasarkan lokasi atau daerah produsen dan macam serta peranan lembaga tataniaga (Daniel, 2002). Biaya pemasaran suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan margin dan spread. Margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. Sedangkan price spread untuk menyatakan perbedaan dua tingkat harga dan menunjukkan jumlah uang yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang di dua tingkat pasar (Hanafiah, 1986). Informasi pasar sangat penting mempertemukan potensial penawaran dan permintaan. Informasi pasar selain mencantumkan harga komoditi per satuan, sebaiknya juga menginformasikan mengenai persedian, kualitas komoditi di tingkat pasar pada tempat dan waktu tertentu (Sudiyono, 2004). Margin tataniaga adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh
Universitas Sumatera Utara
10 lembaga niaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Makin panjang tataniaga (semakin banyak lembaga yang terlibat) maka semakin besar margin tataniaga (Daniel, 2002). Beberapa masalah pemasaran/tataniaga komoditi pertanian yang banyak ditemukan di negara-negara sedang berkembang pada umumnya dan Indonesia pada khususnya antara lain sebagai berikut : 1. Tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah yang kontiniu. 2. Harga komoditi yang sering berfluktuasi secara tajam dan bukan saja berpengaruh terhadap kestabilan pendapatan produsen dan tingkat konsumsi masyarakat, akan tetapi juga akan memperbesar resiko pemasaram. 3. Tidak efisiensinya para pelaku pasar dalam melakukn kegiatan. 4. Tidak memadainya fasilitas misalnya sistem transportasi, gudang, tempat komoditi pertanian di pasarkan dan lain-lain. 5. Lokasi produsen dan konsumen yang terpencar juga merupakan masalah karena menyulitkan dalam penyampaian barang dari produsen ke konsumen. 6. Kurang lengkapnya informasi pasar. 7. Kurang pengetahuan terhadap pemasaran. 8. Kurangnya modal. 9. Tidak memadainya peraturan-peraturan yang ada. (Soekartawi (a), 1999).
Universitas Sumatera Utara
11 Secara teoritis dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai tataniga suatu barang hasil pertanian maka : 1. Biaya tataniaga semakin rendah 2. Margin tataniaga juga semakin rendah 3. Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah 4. Harga yang diterima produsen semakin tinggi (Daniel, 2002). Pada umumnya suatu sistem tataniaga untuk sebagian produk pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila share margin petani diatas 50% (Gultom, 1996). Sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya. 2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir pada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang tersebut (Soekartawi (b), 2002).
2.3 Kerangka Pemikiran Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditas pertanian mulai dari produsen kepada konsumen. Suatu komoditas akan melalui suatu jalur yang disebut dengan saluran pemasaran. Saluran pemasaran ini terdiri dari lembagalembaga pemasaran, adapun lembaga-lembaga pemasaran yang berperan di daerah
Universitas Sumatera Utara
12 penelitian antara lain: pedagang besar, pedagang toko bunga (florist), dan pedagang pengecer. Aliran bunga krisan disalurkan melalui pedagang perantara agar sampai ke konsumen. Ada yang dari produsen ke pedagang pengecer (saluran 1), ada yang melalui pedagang toko bunga/florist (saluran II), dan ada melalui pedagang besar ke konsumen (saluran IV). Aliran bunga ini tidak selamanya melalui satu perantara tetapi ada juga melalui dua perantara yaitu dari produsen ke pedagang besar kemudian ke pedagang toko bunga (saluran III), dari pedagang besar kemudian ke pedagang pengecer (saluran V). Masing-masing
lembaga
pemasaran
ini
melakukan
fungsi-fungsi
pemasaran. Pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran ini menimbulkan biaya pemasaran. Besar kecilnya biaya pemasaran dipengaruhi oleh fungsi pemasaran yang dilakukan. Setiap lembaga pemasaran yang terkait dalam saluran pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda-beda sesuai dengan keperluan dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga terjadi perbedaan harga disepanjang saluran pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran di daerah penelitian adalah pembelian, penjualan, transportasi, packing, sorting, penyimpanan, pembiayaan, marketing lost, dan informasi pasar. Lembaga-lembaga pemasaran yang berperan dalam melakukan fungsifungsi pemasaran ini, maka lembaga-lembaga tersebut akan mengeluarkan biaya pemasaran atas jasa-jasa yang telah mereka lakukan. Besarnya biaya berbeda-beda tergantung kepada kemampuan lembaga pemasaran dalam melakukan fungsifungsi pemasaran.
Universitas Sumatera Utara
13 Setiap lembaga pemasaran yang terlibat akan mengambil keuntungan (profit) sebagai balas jasa yang mereka lakukan. Besarnya biaya dan keuntungan yang diambil oleh setiap lembaga pemasaran ini akan mempengaruhi harga jual yang harus ditanggung konsumen. Adanya biaya menyebabkan perbedaan harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen. Selisih antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen disebut marjin pemasaran. Berdasarkan biaya dan keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran bunga krisan dapat ditentukan tingkat efisiensi pemasaran. Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
14
Petani Pedagang Besar Pedagang Pengecer
P. Toko Bunga (florist)
Konsumen
Biaya Pemasaran + Keuntungan
Tingkat Efisiensi
Gambar I. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan : = Pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran = Saluran pemasaran = Pengaruh
Universitas Sumatera Utara