II. TINJAUAN PUSTAKA A. Alat dan Mesin Pertanian Menurut Riyansah (2008) alat dapat didefinisikan sebagai perkakas sederhana yang berguna meringankan dan mempermudah pekerjaan sehingga dapat mengurangi tenaga manusia. Sedangkan mesin diartikan sebagai suatu alat yang digerakkan secara mekanis, yang disertai dengan adanya perubahan dari satu bentuk energi ke dalam bentuk energi lainnya (Pratomo, 1983). Aplikasi teknologi dan manajemen alat dan mesin di bidang pertanian dikenal dengan mekanisasi pertanian. Mekanisasi pertanian ini mencakup aplikasi atau penggunaan alat dan mesin dalam kegiatan prapanen hingga pascapanen yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian (Priyanto, 1997). Menurut Daywin et al. (1992) tujuan utama dari penggunaan alat dan mesin di bidang pertanian adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja petani dan merubah pekerjaan berat menjadi ringan dan menarik. Ada beberapa cakupan dari alat dan mesin pertanian yaitu: Pertama, alat dan mesin yang digunakan dalam kegiatan pengolahan lahan. Pada kegiatan ini dibagi atas pengolahan primer dan sekunder. Kedua, alat dan mesin yang digunakan dalam kegiatan penanaman. Alat dan mesin ini dibagi atas alat tanam padi dan alat tanam biji-bijian. Ketiga, alat dan mesin yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan. Alat dan mesin ini dibagi atas kegiatan alat kegiatan pemupukan dan alat kegiatan pengendalian hama dan gulma. Kelima, alat dan mesin yang berperan dalam kegiatan pengairan atau irigasi dalam proses budidaya pertanian. Keenam, alat dan mesin yang digunakan dalam kegiatan panen dan kegiatan pascapanen. (Riyansah, 2008).
B. Traktor Roda Dua Menurut Sakai et al. (1998) Traktor Roda Dua merupakan traktor beroda dua yang digerakkan oleh motor penggerak (engine) dengan menggunakan bahan bakar bensin, solar atau kerosin yang dapat dipakai untuk mengolah tanah sawah atau tegalan dan mempunyai sifat serbaguna dengan tenaga 2 sampai 10 Hp serta operatornya berjalan kaki.
4
Tenaga penggerak traktor roda dua selalu menggunakan internal combustion engine yang dapat dibedakan terutama dari bahan bakarnya, yaitu motor bensin dan motor diesel. Biasanya traktor roda dua menggunakan motor penggerak dengan satu silinder. Sistem transmisi pada traktor roda dua menggunakan sabuk dan gigi yang berfungsi untuk memindahkan tenaga ke bagian yang bergerak lainnya. Putaran gigi dapat diatur atau diubah dengan menggunakan kopling dan pengaturan putaran motor serta stering clutch yang berfungsi untuk membelokkan traktor. Traktor roda dua juga dilengkapi implemen untuk mengolah tanah seperti bajak singkal, bajak rotari, garu penggulud, dan papan perata (Sakai et al., 1998). Menurut ukurannya, traktor roda dua dapat diklasifikan menjadi 4 tipe yakni (Sakai et al., 1998): 1. Tipe Mini Tiller (1.47 – 2.21 kW) 2. Tipe Traksi (2.99 – 4.42 kW) 3. Tipe Ganda (3.68 – 5.51 kW) 4. Tipe Gerak (5.51 - 10.30 kW) Menurut Direktorat Alat dan Mesin Departemen Pertanian RI tahun 2002, traktor roda dua memiliki kapasitas kerja sebesar 20-30 ha/musim dengan 8 jam kerja/hari dan 50-60 hari kerja/musim. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang Pertanian) traktor roda dua dengan daya 8.5 Hp memiliki kapasitas kerja sebesar 25 ha/musim dengan 8 jam kerja/hari dan 90 hari kerja/tahun.
C. Perontok Padi Bermotor (Power Thresher) Menurut Purwono (1992) prinsip kerja perontok (thresher) padi yaitu: 1. Cara thresher merontokkan padi dengan melepas bulir-bulir gabah dari tangkai atau malai untuk kemudian memisahkannya. 2. Pelepasan bulir gabah dari tangkai atas dasar tarikan, pukulan, dan gesekan serta kombinasi dari masing-masing itu. 3. Bagian thresher yang berfungsi untuk melepaskan bulir gabah adalah gigi perontok.
5
Menurut tenaga penggerak dan cara kerjanya, thresher padi dapat dibedakan menjadi tiga (Purwono, 1992): 1. Pedal Thresher Menurut Purwono (1992) pedal thresher adalah alat perontok yang digerakkan oleh kaki operator. Pada saat perontokan, padi dipegang dan bagian malai diumpankan pada bagian atas silinder perontok berputar. Menurut Direktorat Alat dan Mesin Pertanian (2002) kapasitas kerja dari pedal thresher yaitu berkisar antara 75–100 kg/jam dengan 6 jam kerja/hari dan 30 hari kerja/musim. 2. Power Thresher Menurut Purwono (1992) perontok padi bermotor (power thresher) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 merupakan perontok padi yang digerakkan oleh motor bahan bakar atau motor listrik melalui sistem transmisi. Biasanya besar tenaga motor yang digunakan tergantung ukuran perontoknya (Riyanto, 1994). Purwono (1992) juga menyatakan bahwa pada umumnya power thresher sudah dilengkapi dengan unit pembersih berupa saringan dan kipas penghembus untuk memisahkan tangkai atau jerami, daun, dan gabah hasil perontokan. Pengumpanan padi yang dirontokkan dengan cara memegang tangkai padi dan bagian malai diletakkan di bawah atau di atas silinder perontok (Purwono, 1992). Perontokan dengan power thresher menggunakan motor sebagai penggeraknya mempunyai kapasitas perontokan sebesar 420 kg gabah/jam hingga mendekati 1 ton gabah/jam (Dewa, 1998). Menurut Direktorat Alat dan Mesin (2002), power thresher padi memiliki kapasitas kerja sebesar 600 – 800 kg/jam dengan 8 jam kerja/hari dan 25 hari kerja/musim. 3. Automatic Thresher Automatic thresher merupakan alat perontok berpenggerak motor yang disempurnakan dengan menambah alat pengumpan otomatis yang berupa seperangkat alat terdiri dari rantai (bergerak paralel dengan silinder perontok), spring (pegas) dan rail (semacam batangan logam yang menekan rantai) (Purwono, 1992).
6
D. Rice Milling Unit (RMU) Rice Milling Unit (RMU) termasuk dalam penggiling padi kecil yang kompak dan lengkap. Menurut Patiwiri (2006) penggilingan padi kecil adalah unit peralatan teknik yang merupakan gabungan dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras dengan kapasitas lebih kecil 2 (dua) ton per jam gabah kering giling. Skema proses dari penggilingan gabah kecil tipe lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Penggilingan padi kecil tipe lengkap (Patiwiri, 2006).
Pada tipe RMU (lengkap) terdapat empat proses, yaitu: proses pembersihan gabah, proses pecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras pecah kulit, dan proses pemutihan beras pecah kulit, serta pemindahan bahan antarmesin menggunakan elevator. Meskipun peralatan yang digunakan telah dikategorikan lengkap, akan tetapi peralatan yang digunakan masih sederhana (Patiwiri, 2006). Menurut
Patiwiri
(2006)
pula,
industri
penghasil
peralatan
penggilingan padi kecil tipe lengkap yang umum dikenal di Indonesia adalah: (1) Satake Engineering Co dari Jepang, (2) Yanmar Engineering Co dari Jepang, (3) Nippon Sharyo dari Jepang, (4) PT Agrindo dari Indonesia, dan (5) industri local dari Indonesia.
7
E. Sistem Informasi I D Dilihat dari definisinya,, sistem adaalah sekumppulan komponen yang saling beerhubungan dan bekerjassama untuk mencapai m suuatu tujuan dengan d cara menerim ma masukan dan menghhasilkan kelu uaran di dallam suatu prroses yang terorganisasi (O’Brieen, 1999). M Menurut Sim mkin (1987),, sistem infoormasi adalaah sekumpullan elemen yang beekerja sama baik secaraa manual maupun m berbbasis kompu uter dalam melaksannakan pengo olahan data yyang berupaa pengumpullan, penyimppanan serta pemroseesan data unntuk menghaasilkan inforrmasi yang bbermakna daan berguna bagi prooses pengam mbilan keputuusan. Selainn itu, suatu ssistem inform masi dapat diartikan n sebagai suatu s kumppulan komponen yang bekerja saama untuk mengatu ur perolehan n, penyimppanan, manipulasi dann distribusi informasi (Mannin no, 2001). Komponen K ddari sistem informasi iini dapat diilihat pada Gambar 3.
G Gambar 3. Komponen K siistem inform masi S Sistem inforrmasi dapatt pula dideefinisikan seebagai sebuuah sistem terintegrrasi, sistem manusia-m mesin, untuk k menyediaakan inform masi untuk
8
mendukung operasi, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer, prosedur manual, model manajemen dan pengambilan keputusan serta basis data (Mannino, 2001). Whitten et al. (2003) mendefinisikan sistem informasi sebagai kumpulan dari manusia, data, proses, informasi dan teknologi informasi yang saling berinterkasi untuk mendukung kegiatan bisnis serta mendukung dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan suatu pengguna atau manajemen. Secara umum, fungsi utama sistem informasi ada tiga, yaitu (1) mangambil data (data capturing/input), (2) mengolah, mentransformasikan dan mengkonversi data menjadi informasi dan (3) mendistribusikan informasi (reporting/disseminating) kepada para pemakai sistem informasi (Dwipayana, 2007).
F. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer untuk mendayagunakan dan menghasilgunakan, penyimpanan, pengolahan dan analisis data spasial (keruangan) serta data non spasial (tabular), dalam memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan, baik yang berorientasi ilmiah, komersil, pengelolaan maupun kebijaksanaan (Purwadhi, 1999). SIG mempunyai karakteristik sebagai perangkat pengelola basis data, Data Base Management System (DBMS), sebagai perangkat analisis keruangan (Spatial Analysis), dan juga sekaligus sebagai proses komunikasi untuk pengambilan keputusan. Suatu SIG biasanya dihubungkan dengan teknologi komputer yang bereferensi geografis, suatu sistem terintegrasi yang dipakai sebagai aplikasi subtansial yang telah banyak menarik perhatian di seluruh dunia. Komponen SIG terdiri dari komponen yang sama pada Sistem Informasi secara umum, yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), brainware, netware dan dataware seperti pada Gambar 3. Kelima komponen tersebut saling bersinergi membentuk suatu sistem yang utuh.
9
Secara umum keuntungan SIG pada perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam adalah sebagai berikut (Kam et al., 1992): 1. Mampu mengintegrasikan data dari berbagai format data (grafik, teks, digital dan analog) dari berbagai sumber. 2. Memiliki kemampuan yang baik dalam pertukaran data diantaranya berbagai disiplin ilmu dan lembaga terkait. 3. Mampu memproses dan menganalisis data lebih efisien dan efektif daripada pekerjaan manual. 4. Mampu melakukan permodelan, pengujian dan perbandingan antara berbagai alternatif kegiatan sebelum dilakukan aplikasi di lapangan. 5. Memiliki kemampuan pembaharuan data yang efisien, terutama grafik. Dengan berbagai keuntungan tersebut di atas, penggunaan SIG dalam klasifikasi penggunaan lahan akan sangat membantu. Dalam klasifikasi kesesuaian lahan yang membutuhkan fungsi tumpang tindih dari berbagai peta tematik, dapat dilakukan oleh SIG. Kemampuan SIG mengintegrasikan berbagai format data sangat dibutuhkan dalam klasifikasi kesesuaian lahan. Data penggunaan lahan, jenis tanah, kondisi iklim dan data pendukung lainnya, serta parameter-parameter klasifikasi akan diintegrasikan menjadi satu kesatuan hingga dapat menghasilkan informasi kesesuaian lahan. Kemampuan SIG menampilkan data dalam bentuk gambar (peta digital) memudahkan pengguna untuk memahami informasi yang diinginkan, sebagai contoh untuk melihat daerah yang tidak sesuai dengan komoditi tertentu, perubahan penggunaan lahan dan lain sebagainya dengan mudah dapat ditampilkan dengan SIG. Klasifikasi kesesuaian lahan dengan pendekatan SIG memungkinkan pengembangan database dalam bentuk sistem informasi berorientasi geografis.
G. Database Management System (DBMS) Database Management Systems (DBMS) atau dalam bahasa Indonesia disebut Sistem Manajemen Basis Data adalah koleksi terpadu dari sekumpulan program (utilitas) yang digunakan untuk mengakses dan merawat database (Post, 1999). Menurut Whitten et al. (2003) Sistem Manajemen Basis Data
10
merupakan perangkat lunak (software) khusus yang diciptakan suatu perusahaan komputer, yang digunakan untuk menciptakan, mengakses, mengatur, dan memenej basis data. Pada awalnya DBMS digunakan untuk mendukung penyimpanan dan pengambilan data. Sejalan dengan permintaan pasar dan inovasi produksi, penerapan DBMS meluas meliputi aktivitas lain yang lebih luas seperti penyediaan kesempatan yang luas untuk akuisisi, diseminasi, pengambilan dan pemformatan data (Mannino, 2001). DBMS merupakan salah satu alat penting dalam berbisnis dan sistem informasi manajemen. Aplikasi komputer yang sudah dibangun dapat diubah oleh DBMS dan juga merubah cara mengatur (manajemen) perusahaan. Pendekatan awal dari basis data dengan menggunakan premis yang merupakan aspek penting adalah data yang disimpan (Post, 1999). Sistem informasi berbasis data memberikan keuntungan yang signifikan dibandingkan data konvensional (Post, 1999). Keuntungan yang dapat diperoleh: 1. Data menjadi sumberdaya bersama (shareable resources) dari berbagai pengguna (user) maupun program aplikasi. 2. Metoda untuk akses dan perawatan data menjadi baku dan konsisten. 3. Tidak terjadi redudansi data dan variasi struktur data. 4. Data tidak tergantung pada perubahan program aplikasinya (data independence). 5. Keterkaitan logik antar data terpelihara. Menurut Post (1999) komponen-komponen dasar dari suatu sistem manajemen basis data adalah sebagai berikut: 1. Database engine, berperan dalam penyimpanan, pengambilan kembali, dan updating data. 2. Data dictionary, data dictionary dibuat dalam bentuk tabel dalam suatu database. 3. Query prosesor, semua operasi dalam database dapat dijalankan dengan query language. Dengan bantuan database engine, data yang diinginkan user dapat ditampilkan ke layar monitor.
11
4. Report writer, komponen berfungsi untuk membuat laporan dengan berbagai tipe dan spesifikasi yang ingin ditampilkan dan atau dihitung. 5. Form regenerator, berfungsi untuk menciptakan input/output form database sehingga lebih menarik dalam segi tampilan. 6. Application generator, laporan dan bentuk form yang dirancang untuk user tertentu karena mempunyai fungsi input/output spesifik. 7. Communication
and
integration,
perlengkapan
yang
mendukung
keterkaitan dan kesatuan data pada bebrapa database apabila dijalankan pada mesin berbeda bahkan lokasi yang berbeda. 8. Security, komponen yang bertanggung jawab dalam memelihara keamanan dan akses data. Komponen ini mampu mengenali level akses user, memberikan atau membatasi waktu dan jenis akses pada user.
H. EntityRelationship Diagram (ERD) Entity Relationship Digram (ERD) merupakan salah satu pemodelan data menggunakan beberapa notasi untuk menggambarkan data dalam bentuk entitas-entitas dan relasi-relasi yang digambarkan oleh data tersebut. Entitas merupakan kelas dari orang, tempat, objek, event, atau konsep tentang apa yang dibutuhkan untuk mengambil dan menyimpan data. Setiap entitas memiliki atribut, yaitu suatu properti yang deskriptif atau karakteristik dari suatu entitas (Whitten et al., 2001). Notasi Entity Relationship Diagram ini ditunjukkan pada Tabel 1. Entitas dibedakan menjadi dua tipe, yaitu strong entity dan weak entity. Strong entity adalah tipe entitas yang memiliki atribut key, dan keberadaannya tidak tergantung pada entitas lain. Sedangkan weak entity merupakan entitas yang tidak memiliki atribut key sendiri. Atribut key adalah atribut yang nilainya
berbeda
untuk
setiap
entitas,
dan
bisa
digunakan
untuk
mengidentifikasi masing-masing entitas secara unik. Salah satu jenis atribut lainnya adalah composite attribute, yaitu atribut yang dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang merepresentasikan lebih banyak atribut dasar dengan keterkaitan makna (Whitten et al., 2001).
12
Tabel 1. Notasi Entitty Relationshhip Diagram m (Whitten et al., 2001) Notasi
N Nama
D Deskripsi Suuatu
objekk
konseptuual
yang
meerepresemtasiikan kesamaaan atribut E Entity
daan
bergunaa
menyimpan
untuk
infformasi.
Tip pe
entitas
yang
kebberadaannya
terrgantung dari entitas lain. Weak E Entity
pe entitas yanng memiliki primary p key Tip Asssociative E Entity
yaang merupakaan turunan dari d primary keyy
entitas
lain.
Tipe
ini
biasa
dig gunakan untuuk mengganttikan manyto--many relatioonship.
E Exactly one carrdinality Z Zero or one carrdinality O or One m more carrdinality Zerro, one, orr more carrdinality
Insstance
entiitas
ini
h hanya
bisa
terrhubung ke teepat satu instance entitas laiin pada relatioonship tersebbut. Insstance
entiitas
ini
h hanya
bisa
terrhubung ke m maksimal insttance entitas laiin pada relatioonship tersebbut. Insstance
entiitas
ini
h hanya
bisa
terrhubung ke minimal sattu instance enntitas lain padaa relationshipp tersebut. Insstance
entiitas
ini
h hanya
bisa
terrhubung ke ttidak sama sekali, s tepat sattu, atau banyyak instance entitas lain paada relationshhip tersebut.
R Relasi adalahh suatu hubbungan atau keterkaitan antara satu atau lebih entitas. Ada A dua tipe constraintt pada relasii yaitu kardiinalitas dan partisipasi. Suatu reelasi biner memiliki kkardinalitas yang mennspesifikasikkan jumlah
13
keterhubungan dimana suatu entitas berpartisipasi. Sedangkan partisipasi suatu entitas pada relasi ada dua macam yaitu total, dimana semua anggota entitas terlibat pada relasi tersebut; dan relasi parsial, dimana tidak semua anggota entitas terlibat dalam relasi tersebut (Whitten et al., 2001).
I. System Development Life Cycle (SDLC) System Development Life Cycle (SDLC) merupakan metode dalam melakukan pengembangan suatu sistem. SDLC terdiri dari beberapa tahapan yaitu investigasi (investigation) sistem, analisis (analysis) sistem, desain (design) sistem, implementasi (implementation) sistem, dan pemeliharaan (maintenance) sistem (O’Brien, 1999). Diagram alir dari tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Investigasi Sistem Analisis Sistem Desain Sistem Implementasi Sistem Perawatan Sistem
Gambar 4. Diagram alir pengembangan sistem metode SDLC (O’Brien, 1999) Post dan Anderson (2003) menyatakan bahwa terdapat kelemahan dan kelebihan dari metodologi SDLC, seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.
14
Tabel 2. Kelebihan dan Kelemahan SDLC Kelebihan
Kelemahan
Mudah dalam mengontrol
Waktu pengembangan meningkat
Mudah memonitor proyek besar
Dana pengembangan meningkat
Kejelasan tahap-tahap
Sistem harus didefinisikan dari awal
Baik dalam mengevaluasi dana dan Kaku penyelesaian rencana kerja Baik dalam dokumentasi Baik
dalam
Sulit untuk memperkirakan dana
mendefinisikan Input
kebutuhan pengguna
dari
pengguna
terkadang
terbatas
Mudah dalam perawatan Mudah
dalam
desain
dan
pengembangan sistem Mentolerasi
perubahan
dalam
manajemen sistem informasi.
1. Investigasi sistem Manfaat dari fase investigasi atau penyidikan dilakukan untuk menentukan masalah-masalah atau kebutuhan yang timbul. Pada tahapan investigasi sistem dilakukan perumusan masalah yang dihadapi oleh end user, membuat solusi alternatif pemecahan masalah yang tersedia, melakukan studi kelayakan (organisasi, ekonomi, teknik dan operasional) analisis manfaat (baik yang terukur atau yang tidak terukur) terhadap solusi alternatif, serta membuat perencanaan manajemen proyek pengembangan (Post, 1999). Tahapan investigasi sistem terdiri dari studi awal dan studi kelayakan. Pada tahapan studi awal, dimana gagasan untuk membangun sistem baru atau menyempurnakan sistem yang berjalan, diterima dan dipelajari pada sistem yang berjalan paling awal (Sutabri, 2004). Studi kelayakan adalah suatu tinjauan sekilas pada faktor utama yang akan mempengaruhi
kemampuan
sistem
untuk
mencapai
tujuan
yang
diinginkan. Tujuan studi kelayakan adalah mengevaluasi alternatif sistem
15
dan kemudian mengusulkan sistem yang paling nyata dan layak untuk pembangunan sistem (Post, 1999). 2. Analisis sistem Tahapan analisis sistem merupakan tahap yang kritis dan sangat penting karena kesalahan dalam tahap ini akan menyebabkan kesalahan pada tahap selanjutnya. Proses analisis sistem dalam pengembangan sistem informasi adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk pemeriksaan masalah dan penyusunan alternatif pemecahan masalah yang timbul serta membuat spesifikasi sistem yang baru atau sistem yang akan diusulkan atau dimodifikasi (Sutabri, 2004). Beberapa aktivitas dasar dari analisis sistem diperlukan dalam pembangunan aplikasi secara cepat maupun pembangunan proyek yang memerlukan waktu lama. Pada umumnya aktivitas tersebut merupakan perluasan dari pelaksanaan studi kelayakan. 3. Desain sistem Tahapan desain sistem merupakan prosedur untuk mengkonversi spesifikasi logis ke dalam sebuah desain yang dapat diimplementasikan pada sistem komputer organisasi. Selain itu, melakukan desain informasi seperti content, form dan time. Mendesain format tampilan yang dapat menghubungkan antara sistem dengan pengguna dan juga membuat proses desain yaitu dengan cara mentransformasikan input menjadi output serta membuat keamanan sistem. Menurut Whitten et al. (2003) tahapan desain sistem dalam SDLC meliputi : a. Desain basis data Pada tahap desain data dilakukan pada desain struktur database yang akan digunakan oleh sistem. b. Desain proses Aktivitas desain proses terfokus pada desain software berupa program dan prosedur yang telah diusulkan. c. Desain antar muka (user interface) Desain user interface merupakan prototipe dimana model kerja di desain dan dimodifikasi berulang kali menggunakan feedback dari
16
end user. Aktivitas pada desain user interface terfokus pada dukungan interaksi antara end user dan aplikasi berbasis komputer. 4. Implementasi sistem Tahap implementasi adalah untuk menyelesaikan desain sistem yang sudah disetujui, menguji serta mendokumentasikan program-program dan prosedur sistem yang diperlukan, memastikan bahwa komponen yang terlibat dapat mengoperasikan sistem baru dan memastikan bahwa konversi sistem lama ke sistem baru dapat berjalan secara baik dan benar. 5. Pemeliharaan sistem Tahap akhir SDLC melibatkan monitoring, evaluasi dan modifikasi sistem untuk membuat perbaikan yang penting atau diinginkan oleh pihak end user.
J. Internet dan Jaringan Komputer Internet (interconnected network) adalah jaringan komputer yang terdiri dari ribuan jaringan komputer independen yang dihubungkan satu dengan yang lainnya. Internet juga didefinisikan sebagai sekumpulan jaringan komputer yang menggunakan TCP (Transmission Control Protocol) atau IP (Internet Protocol) yang saling terhubung, sehingga pengguna pada suatu jaringan dapat menggunakan laysanan yang disediakan oleh TCP/IP untuk mencapai jaringan lain (Agusrinaldy, 2006). Pada awalnya internet merupakan suatu jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika, melalui proyek ARPA (Advance Research Project Agency) yang disebut ARPANET. ARPANET dibentuk secara khusus di empat universitas besar di Amerika, yaitu Stanford Research Institut, University of California di Santa Barbara, University of California di Los Angeles dan University of Utah. ARPANET akhirnya diperkenalkan secara umum pada tahun 1972. Dengan berakhirnya era perang dingin antara Amerika dan sekutunya Uni Sovyet, seluruh jaringan yang tercakup pada ARPANET diubah menjadi TCP/IP dan selanjutnya menjadi cikal bakal dari internet.
17
Menurut Agusrinaldy (2006) ada beberapa jenis jaringan komputer lainnya yaitu: 1. Local Area Network (LAN) LAN merupakan suatu jaringan yang terbatas dalam jarak atau area setempat (local). Jaringan ini banyak digunakan dalam suatu perusahaan yang berhubungan antara departemen-departemen dalam satu gedung. 2. Metropolitan Area Network (MAN) MAN merupakan versi LAN yang memiliki mobilitas tinggi dan biasanya digunakan di kota-kota besar. 3. Wide Area Network (WAN) Jaringan dari sistem komunikasi data yang masing-masing node berlokasi jauh (remote location) satu dengan yang lainnya. Jarak biasanya mencakup daerah geografis yang luas dan sering kali mencakup sebuah negara atau benua. WAN disebut juga dengan nama Remote Network atau External Network atau Long Distance Network. 4. Jaringan tanpa kabel (Wireless Network) Pada jaringan tanpa kabel jalur transmisi untuk arus informasi diantara node dapat berupa microwave system, layer system atau satelite system.
K. Server Side dan Client Side Programming Ciri-ciri situs yang bersifat dinamis adalah bisa berinteraksi dengan pengunjung situs, bisa menampilkan informasi-informasi yang berasal dari basis data dan halaman-halaman web bisa berubah secara otomatis. Menurut Sutisna (2007) Berdasarkan tempat dijalankannya perintah-perintah program dalam halaman web, pemrograman web dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu Server-Side Programming dan Client-Side Programming. 1. Server-Side Programming Pemrosesan kode dijalankan pada server, kemudian hasilnya dikirim kepada klien untuk ditampilkan pada browser. Karena skrip berjalan pada server, kode program tidak akan diketahui user. Yang termasuk dalam server side adalah program jenis middleware seperti PHP,
18
ASP,
Perl
dan
sebagainya.
Program
jenis
middleware
mampu
menerjemahkan dan menjalankan bahasa pemrograman web tertentu serta memungkinkan berinteraksi dengan basis data. 2. Client-Side Programming Kode program dijalankan pada komputer klien, kemudian hasilnya ditampilkan pada browser. Skrip program yang termasuk client-side antara lain HTML, XHTML, CSS, Javascrpit, VbScript dan sebagainya.
L. World Wide Web World Wide Web (WWW) atau sering disebut Web, adalah jaringan informasi yang menggunakan protokol HTTP (Hyper Text Transfer Protocol) dan dapat diakses melalui suatu interface sederhana dan mudah digunakan (Agusrinaldy, 2006). Web juga didefinisikan sebagai kumpulan dari banyak dokumen, gambar, dan sumber lainnya yang saling berhubungan. Sumbersumber tersebut dihubungkan dengan hyperlink dan URLs. Hyperlink dan URLs memungkinkan web server maupun mesin-mesin lain yang menyimpan sumber informasi dan mengirimkan informasi tersebut menggunakan HTTP. Selain HTTP, protokol yang sangat penting dalam penggunaan internet adalah FTP
(File
Transfer
Protocol).
Penggunaan
FTP
sebagai
protokol
memungkinkan beberapa operasi sebagai berikut : a. Pemindahan files antar komputer. b. Melihat direktori pada komputer yang terhubung. c. Menghapus, memindahkan, dan mengganti nama files pada komputer lain. d. Navigasi struktur direktori pada komputer yang terhubung. e. Membuat dan menghapus direktori pada komputer yang terhubung. Informasi dalam jaringan disajikan dalam format Hypertext yang tersimpan pada berbagai server di seluruh dunia. HTML (Hyper Text Markup Language) sebagai bahasa web memungkinkan web menampilkan citra, teks, multimedia dan menyediakan instruksi bagi pengguna untuk mengatur penampilan suatu dokumen dan menghubungkan saru dokumen dengan dokumen lainnya.
19
M. Open Source Menurut Coar (2006) Open Source tidak hanya berarti suatu hak atau kebolehan akses terhadap source code. Coar (2006) juga menambahkan bahwa terminologi distribusi di dalam perangkat lunak open source harus sesuai dengan kriteria-kriteria berikut : 1. Free distribution Lisensi yang didapat tidak akan membatasi pengguna untuk menjual atau memberikan perangkat lunak. Lisensi juga tidak memerlukan royalti atau biaya. 2. Source Code Distribusi program juga harus disertai dengan source code (program-program atau scripts terkait sebelum dikompilasi. 3. Derived Works Lisensi harus mengizinkan pemodifikasian berikut derived works lainnya, dan harus memungkinkan produk terkait didistribusikan dengan ketentuan yang sama sebagaimana perangkat lunak aslinya. 4. Integrity of The Author’s Source Code Lisensi
secara
explisit
harus
mengizinkan
pendistribusian
perangkat lunak yang telah dimodifikasi. 5. No Discrimination Against Persons or Group Lisensi yang didapat adalah sama baik untuk individu maupun kelompok. 6. No Discrimination Against Fields of Endeavour Lisensi yang diberikan adalah sama untuk semua bidang usaha. 7. Distribution of License Hak yang terkait dengan program harus mengikat pihak-pihak yang menerima distribusi produk terkait tanpa kebutuhan untuk pengeksekusian lisensi tambahan oleh pihak-pihak tersebut. 8. License Must Not Be Specified to a Product Hak yang terkait dengan program tidak tergantung pada program yang menjadi bagian dari distribusi perangkat lunak tertentu.
20
9. License Must Not Restrict Other Software Lisensi tidak boleh membatasi perangkat lunak lainnya yang kebetulan didistribusikan bersama dengan perangkat lunak berlisensi tersebut. 10. License Must Be Technology Neutral Lisensi tidak menyebutkan ketentuan teknologi atau ’gaya’ antarmuka yang digunakan
N. Penelitian Terdahulu Lestari (2003) membangun Sistem Informasi Geografis (SIG) Klasifikasi Lahan untuk Padi Sawah dan Status Ketersediaan Traktor Roda Dua di Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. SIG ini disajikan dalam format project Arcview, yang bersumber dari data digital Arcinfo. SIG ini terdiri atas informasi-informasi peta administrasi, peta kemampuan lahan dan kesesuaian lahan bagi tanaman padi sawah serta dilengkapi data penyebaran dan status ketersediaan traktor roda dua di kecamatan Jonggol. Klasifikasi kesesuaian lahan berkenaan dengan data-data yang bersifat spasial (keruangan) yang membutuhkan analisis geografis, sedangkan status ketersediaan traktor roda dua berkenaan dengan data-data tabular yang membutuhkan analisis matematik. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah SDLC (System Development Life Cycle) oleh O’Brien (1999). Untuk pemenuhan input data dalam SIG dilakukan pengumpulan data yang memanfaatkan data sekunder, baik data yang bersifat keruangan maupun data tabel yang meliputi data vektor/grafis dan data tabel/atribut. Desain sistem meliputi rancangan proses transformasi input menjadi output yang terdiri atas dua tahap yakni penyusunan basis dan analisis data keruangan dan data atribut/label. Proses kesesuaian lahan menggunakan sistem matching atau membandingkan, mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan syarat tumbuh tanaman. Dengan sistem ini, berlaku hukum minimum yaitu kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh nilai terkecil, dalam hal ini oleh parameter yang sifat
21
pembatasnya terberat atau yang paling sulit diatasi. Klasifikasi tanaman padi sawah yang digunakan adalah FAO (1976). Candra (2004) membangun Sistem Informasi Pemilihan Traktor Roda Dua Berbasis Internet dengan PHP. Pembangunan sistem informasi tersebut bertujuan untuk membantu dalam pemilihan traktor roda dua yang banyak beredar di pasaran. Pane (2006) membangun Sistem Informasi keberadaan alat dan mesin pertanian di Indonesia berbasis Internet (Sikampi). Sistem informasi tersebut dirancang dan dibangun menggunakan sistematika proses pengembangan sistem, yang dikenal sebagai Sistem Development Life Cycle (SDLC). Informasi yang disajikan meliputi : penjelasan sistem informasi dan keanggotaan, profil lembaga/perusaahaan, detail spesifikasi produk alat dan mesin
pertanian
(alsintan),
cara pemesanan
alsintan,
kontak
detail
lembaga/perusahaan, informasi terkini seputar keberadaan alsintan, serta memberikan kemudahan dalam pencarian data alsintan. Sistem informasi ini juga dilengkapi level akses anggota, yaitu registered publisher, dan super admin. Agusrinaldy
(2006)
membangun
Sistem
Informasi
Monitoring
Penyebaran Alat dan Mesin Pertanian di Wilayah Pulau Jawa berbasis web. Sistem informasi ini dibangun dengan tujuan dapat meyajikan informasi maupun data-data persebaran alat dan mesin pertanian di Pulau Jawa. Pada penelitian ini alat dan mesin pertanian dikelompokan berdasarkan fungsinya yaitu, mesin pengolahan lahan, mesin penanam, alat pemupukan, mesin pemberantasan hama, mesin perontok padi, mesin pengolah padi dan mesin pompa air. Pada penelitian ini digunakan perangkat lunak MapServer untuk membuat aplikasi GIS berbasis web. Tujuan aplikasi dibangun berbasis web adalah untuk memperluas akses bagi masyarakat. Dwipayana (2007) mengembangkan Sistem Informasi Kesesuaian Lahan untuk padi sawah di Kecamatan Jonggol Berbasis SIG dan SMS. Sistem Informasi ini merupakan pengembangan Sistem Informasi yang telah dibangun oleh Lestari (2003) dengan menambahkan aplikasi SMS. Aplikasi SMS dibangun dengan tujuan memudahkan pengguna (user) dalam
22
mengakses informasi yang ada di dalam Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Sistem informasi yang dihasilkan diberi nama Gmap. Aplikasi GMap dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 dan MapObject 2.2, didukung dengan penambahan komponen Mobile FBUS v.1.5, seperangkat PC dan telepon selular atau modem GSM. Database yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model data relasional yang dibangun dengan menggunakan Microsoft Access. Aplikasi GMap terdiri dari dua bagian yaitu Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Aplikasi SMS Sistem Monitoring tentang keadaan kesesuaian lahan untuk padi sawah di Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Aplikasi Sistem Informasi Geografis yang dibangun terdiri atas informasi-informasi peta administrasi, penggunaan lahan, jenis tanah beserta sifat fisik dan kimianya, kemampuan lahan, kondisi lahan dan kesesuaian lahan dari Kecamatan Jonggol.
23