II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih 2.1.1. Pengertian Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan suatu komponen agronomi (Sadjad et al, 1975 dalam Kartasapoetra, 1986). BPSB VI Maros (1988), mengatakan bahwa varietas adalah merupakan bagian dari suatu jenis tanaman yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat membedakan dengan golongannya di dalam jenis yang sama. 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki bentuk rumput berumpun. Tanaman padi termasuk ke dalam pertanian kuno yang berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monotyledonae
Keluarga
: Gramineae (Poaceae)
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza spp. Terdapat 25 spesies padi yang dikenal adalah Oryza sativa dengan dua
subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan air8.
8
Smk.2010. Mengenal Tanaman Padi Lebih Dekat. http://smk.nuruljadid.net/admin/files/MENGENAL TANAMAN PADI LEBIH DEKAT.doc. Rabu, Desember 15, 2010
10
2.3. Karakteristik Tanaman Padi Varietas Ciherang Tanaman padi varietas ciherang termasuk ke dalam golongan padi cere, yang memiliki umur tanaman 116-125 hari setelah tanam dan memiliki anakan produktif sebanyak 14-17 batang dan memiliki potensi hasil panen sebanyak 8,5 Ton/Ha. Adapun mengenai karakteristik Tanaman padi varietas ciherang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik Tanaman Padi Varietas Ciherang Uraian Golongan Umur tanaman Bentuk tanaman Tinggi tanaman Anakan produktif Bentuk gabah Warna gabah Kerontokan Kerebahan Tekstur nasi Kadar amilosa Indeks Glikemik Bobot 1000 butir Rata-rata hasil Potensi hasil Ketahanan terhadap Anjuran tanam Dilepas tahun
Keterangan Padi Cere 116-125 hari setelah tanam Tegak 107-115 cm 14-17 batang Panjang ramping Kuning bersih Sedang Sedang Pulen 23% 54 28 g 6,0 Ton/Ha 8,5 Ton/Ha Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl 2000
Sumber : Balitpa, 2009
2.4. Kerjasama Kemitraan Dasar kerjasama kemitraan adalah kebutuhan bersama/yang bermitra, persoalan usaha, dan manfaat usaha. Pentingnya didalam membentuk suatu kemitraan adalah agar usaha kecil berorientasi pasar dan komersial, kendalakendala usaha terpecahkan, serta adanya kepedulian usaha menengah dan besar. Adapun peranan pelaku kemitraan yaitu dimana 1) pengusaha besar melakukan pembinaan, pengembangan, dan bimbingan sumber daya manusia, penyandang dana/penjamin kredit, bimbingan teknologi, saprodi, menjamin pembelian hasil produksi, dan promosi hasil produksi; 2) Pengusaha kecil menerapkan teknologi dan kesepakatan dengan pengusaha besar, kerjasama antar pengusaha kecil untuk mendukung pasokan produksi kepada pengusaha besar, dan pengembangan profesionalisme sumber daya manusia.
11
Pola kemitraan dapat dikatakan dengan pola kemitraan langsung dan tidak langsung. Pola kemitraan langsung merupakan pembinaan dimana terdapat kaitan yang secara langsung dengan kegiatan usahanya, sedangkan pola kemitraan tidak langsung merupakan pembinaan dimana tanpa ada kaitan dengan kegiatan usahanya. Pola kemitraan dapat dilihat sebagai vertikal dan horizontal. Pola kemitraan vertikal yaitu membagi risiko kepada unit dibawahnya. Adapun beberapa pola kemitraan vertical yaitu : a) Pola Inti Plasma Yaitu merupakan hubungan kerjasama kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra sebagai plasma. b) Pola Sub Kontrak Yaitu dimana dua kelompok mitra memproduksi kebutuhan pasar perusahaan besar (adanya kontrak bersama). c) Pola Dagang Umum Yaitu kontrak antar pedagang d) Pola Waralaba/keagenan Yaitu merupakan suatu hubungan kemitraan yang terjalin antara dua pihak atau lebih dimana kelompok mitra diberikan hak secara khusus untuk dapat memasarkan suatu barang/jasa usaha yang dimiliki oleh perusahaan mitra. Pola kemitraan horizontal merupakan pola kemitraan yang secara bersama-sama menghadapi persaingan dari luar walaupun mereka sendiri melakukan persaingan sehat9. 2.4.1. Kemitraan Petani Penangkar Benih Lestari (2009), mengatakan kemitraan adalah jalinan kerjasama di dalam menjalankan usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih dengan mengandung prinsip saling menguntungkan. Alasannya adalah pada dasarnya kedua belah pihak atau lebih memiliki
9
http://www.scribd.com/doc/52115631/kemitraan-usaha -pertanian. Senin, Juni 06, 2011
12
kelemahan dan kelebihan, sehingga dengan adanya kemitraan yang terjalin tentunya akan saling melengkapi. Melihat definisi dasar tersebut, maka didapatkan bahwa Kemitraan petani penangkar benih adalah suatu ikatan perjanjian kerjasama antara petani sebagai penangkar benih dengan perusahaan benih milik pemerintah ataupun swasta lokal dan luar negeri di dalam memproduksi benih, dimana terkandung makna saling menguntungkan dan saling membutuhkan terkait keterbatasan lahan dan sumberdaya manusia. 2.5. Produksi Benih Padi Rahim dan Hastuti (2008), mengatakan bahwa produksi komoditas pertanian dapat dinyatakan sebagai suatu perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi di dalam menghasilkan komoditas berupa suatu kegiatan usahatani maupun usaha lainnya. Proses produksi komoditas pertanian atau disebut juga budidaya tanaman merupakan proses usaha bercocok tanam / budidaya di lahan untuk menghasilkan bahan segar (raw material), dimana bahan segar tersebut nantinya akan dijadikan bahan baku setengah jadi (work in process) atau barang jadi (finished product). Di dalam proses produksi di lahan, dapat menggunakan faktorfaktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, teknologi, dan manajemen. Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa produksi benih padi adalah seperangkat proses kegiatan budidaya tanaman padi dengan menggunakan berbagai kombinasi input dan teknologi yang tersedia dengan menggunakan benih indukan (parent seed) berkualitas dan bermutu tinggi untuk menghasilkan output berupa benih padi bersertifikat sesuai dengan ketentuan standar mutu yang telah ditetapkan oleh BPSB. 2.6. Penelitian Terdahulu Lestari (2009), melakukan penelitian yang berkaitan terhadap pendapatan dan kepuasan peternak plasma didalam bermitra. Berdasarkan hasil mengenai karakteristik responden, didapatkan bahwa didapatkan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (94 persen), berusia 25-35 tahun (54 persen), menempuh pendidikan SMA (52 persen), jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang
13
(42 persen), jumlah ternak yang dipelihara antara 2.000-10.000 ekor (84 persen), peternak memiliki pekerjaan diluar usaha ternak ayam (52 persen), pengalaman beternak kurang dari lima tahun (62 persen), status kepemilikan lahan milik sendiri (96 persen), alasan beternak ayam karena sebagai pekerjaan utama (44 persen), alasan bermitra dengan PT. X adalah untuk meningkatkan keuntungan (58 persen), lama bermitra dengan perusahaan PT. X selama satu tahun (36 persen), sumber informasi mengenai PT. X didapatkan langsung dari pihak perusahaan (48 persen), dan manfaat yang diperoleh dengan kemitraan adalah resiko usaha rendah (30 persen). Peternak yang memproduksi skala besar mendapatkan R/C rasio sebesar 1,066, sedangkan peternak yang memproduksi dalam skala sedang memperoleh nilai R/C rasio 1,069, maka didapatkan bahwa skala usaha tidak menjadi jaminan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Femina (2006), melakukan penelitian yang berkaitan dengan dampak kebijakan harga gabah terhadap produksi padi di pulau jawa. Penelitian tersebut menggunakan
persamaan
simultan
untuk
melihat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi padi di pulau jawa. Hasil penelitian yang dilakukan, maka didapatkanlah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi dimana memiliki variabel independen seperti harga dasar gabah, harga dasar pupuk urea, dan luas areal padi. Respon mengenai luas areal panen padi dalam jangka pendek inelastis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Disti (2006), melakukan penelitian dengan judul Analisa pendapatan dan efisiensi produksi usahatani program pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). Hasil yang didapatkan bahwa berdasarkan evaluasi program PTT, maka teknologi yang masih digunakan oleh petani adalah penggunaan organic padat dan efisiensi penggunaan urea, SP36, dan phonska berdasarkan pupuk berimbang.
Berdasarkan hasil perbandingan tingkat pendapatan,
bahwa
penggunaan faktor produksi usahatani masih dapat ditingkatkan, alasannya adalah ditunjukkan oleh nilai R/C rasio atas biaya tunai lebih besar dibandingkan dengan biaya aktual. Rohela (2008), melakukan penelitian yang berjudul Dampak program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) terhadap pendapatan petani. Hasil
14
penelitian yang dilakukan adalah apabila dilihat dari bilai R/C rasio yang didapatkan bahwa nilai R/C rasio petani program lebih tinggi apabila dibandingkan dengan petani non program. Berdasarjan hasil analisis pendapatan usahatani bahwa petani padi program P2BN lebih tinggi yaitu sebesar 5.757 kg/Ha. Dalam pengujian efektif tidaknya program P2BN dalam meningkatkan pendapatan petani maka dilakukan analsisi regresi berganda dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dengan variabel independen yang dimiliki antara lain adalah biaya tenaga kerja, biaya saprodi, hasil produksi. Harga jual. Variabel dependennya adalah pendapatan petani, dengan dummy D1 untuk petani yang berpendidikan SMP, D2 utnuk petani yang berpendidikan SMA, D3 untuk petani lahan sendiri, dan D4 untuk petani peserta program P2BN. Penelitian berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Benih Padi Varietas Ciherang (Studi Kasus : Petani Penangkar Benih PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manager (RM) I Unit Bisnis Daerah (UBD) Khusus Sukamandi, Subang – Jawa Barat memiliki persamaan dan perbedaan Persamaan dengan Lestari, Disti, dan Rohela adalah didalam menganalisa pendapatan yang didapatkan oleh petani, sedangkan persamaan dengan femina adalah didalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi. Persamaannya secara umum adalah terdapat beberapa kesamaan komoditi yang digunakan, menganalisis gambaran umum kemitraan, karakteristik responden, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah lebih spesifik terhadap produksi benih dengan spesifik penggunaan varietas ciherang dan masalah yang diteliti berbeda.
15