II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Syaiful Malik (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Agrowisata Kandank Jurank Doank” dengan menggunakan metode analisis SWOT dan QSPM. Hasil analisis matriks SWOT tersebut menghasilkan 9 alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh agrowisata Kandank Jurank Doank. Sembilan alternatif strategi tersebut yaitu : 1. Melakukan penetrasi pasar dalam rangka meningkatkan jumlah pengunjung. 2. Memformulasi ulang visi dan misi bisnis Kandank Jurank Doank. 3. Mengembangkan sistem administrasi dan informasi berbasis ICT/ Information Communication Technology. 4. Meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan baik dari pra kunjungan, pada saat kunjungan, maupun pasca kunjungan serta mengelola hubungan dengan pelanggan. 5. Menata ulang struktur organisasi dan pembagian tugas kerja. 6. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 7. Memperbaiki infrastruktur di lingkungan outdoor. 8. Mengembangkan konsep wisata yang unik. 9. Memperbaiki sistem manajemen dan pelayanan guna menahan laju persaingan dari luar. Hasil analisis tersebut kemudian dianalisis menggunakan matriks QSP untuk menghasilkan prioritas strategi yang efektif untuk diterapkan dalam pengembangan agrowisata Kandank Jurank Doank. Berdasarkan matriks QSP, ada tiga strategi yang menjadi prioritas untuk diterapkan. Tiga strategi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan konsep wisata yang unik. 2. Melakukan penetrasi pasar dalam rangka meningkatkan jumlah pengunjung. 3. Mengembangkan visi dan misi bisnis Kandank Jurank Doank.
Angga Pradikta (2013) melakukan penelitian dengan judul Strategi Pengembangan Obyek Wisata Waduk Gunungrowo Indah Dalam Upaya
6
7
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pati. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruh, SWOT dan menghitung kontribusi obyek wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hasil identifikasi faktor internal dan eksternal penelitian tersebut menghasilkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai berikut : 1. Kekuatan a. Panorama alam yang indah, sejuk dan masih asli. b. Sumber air yang melimpah. c. Kondisi keamanan yang baik. d. Suasana obyek wisata yang memberikan kenyamanan. e. Jarak tempuh obyek wisata yang dekat dengan kota 2. Kelemahan a. Promosi obyek wisata yang masih kurang. b. Program pengembangan obyek wisata yang masih sederhana. c. Keterbatasan anggaran untuk biaya sarana dan prasarana obyek wisata. d. Keadaan jalan yang kurang baik. e. Kurangnya tenaga kerja professional dalam pengelolaan obyek wisata 3. Peluang a. Otonomi daerah member keleluasaan untuk mengembangkan potensi wisata. b. Tingkat aksesbilitas yang mudah. c. Banyaknya wisatawan yang ingin berkunjung. d. Peningkatan produk dan atraksi wisata dengan memanfaatkan potensipotensi yang ada. e. Meningkatnya investasi swasta 4. Ancaman a. Berkembangnya obyek wisata lain yang meningkatkan persaingan. b. Kesadaran wisatawan untuk menjaga obyek wisata. c. Kerusakan lingkungan akibat pengembangan yang seenaknya. d. Banjir bandang dan tanah longsor.
8
e. Meningkatnya peraturan pemerintah. Berdasarkan hasil identifikasi faktor internal dan eksternal tersebut maka dapat dirumuskan strategi yang dapat diterapkan dengan metode SWOT. Ada 10 strategi yang dihasilkan dalam penelitian tersebut. Strategi-strategi tersebut adalah : 1. Memanfaatkan otonomi daerah untuk mengelola potensi alam dan obyek wisata yang menarik. 2. Inovasi produk dan atraksi wisata seperti permainan air, gardu pandang dan kereta wisata. 3. Meningkatkan keamanan di obyek wisata guna menjaga kenyamanan dan menarik pengunjung. 4. Mengoptimalkan potensi alam dan keunikan obyek wisata untuk menghadapi persaingan antar obyek wisata. 5. Pengembangan dan pembangunanobyek wisata yang ramah lingkungan. 6. Menjalin kerjasama dengan investor guna membantu pengembangan. 7. Aksesbilitas yang mudah menuju obyek wisata waduk gunungrowo indah dapat dicapai dengan perbaikan jalan yang rusak dan pelebaran jalan. 8. Banyaknya wisatawan serta perlunya inovasi produk dan atraksi wisata mendorong peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaannya. 9. Meningkatkan promosi dan memperbaiki program pengembangan dengan inovasi yang baru sehingga siap untuk mengahadapi persaingan antar obyek wisata. 10. Peningkatan kualitas tenaga kerja professional dalam pengelolaan obyek wisata sehingga mengurangi kerusakan lingkungan akibat pengembangan yang seenaknya. Hasil penelitian terhadap kontribusi Obyek Wisata Waduk Gunungrowo Indah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kecil. Hal ini karena letak obyek wisata tersebut yang jauh dari perkotaan, akses jalan yang rusak dan adanya keterbatasan anggaran untuk biaya sarana dan prasarana obyek wisata. Pemerintah diharapkan dapat mengambil kebijakan yang tepan untuk
9
pengembangan obyek wisata tersebut karena obyek wisata tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan. Nyimas Ekinevita et al (2010) melakukan penelitian dengan judul Perencanaan Strategi Pengembangan Restoran Menggunakan Analisis SWOT dan Metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) (Studi Kasus Restoran Big Burger Malang). Penelitian ini menggunakan alat analisis SWOT dan QSPM untuk mendapatkan strategi yang prioritas untuk diterapkan dalam pengembangan restoran tersebut. Hasil dari analisis SWOT dalam penelitian tersebut ada delapan atrategi yang dapat diterapkan oleh restoran. Delapan strategi tersebut yaitu : 1. Meningkatkan mutu dan menjaga kehalalan pangan. 2. Melakukan inovasi menu. 3. Menjadi sponsor untuk event tertentu. 4. Membuka outlet baru di Kota Malang dengan lokasi yang berbeda. 5. Memberikan potongan harga/bonus. 6. Meningkatkan
physical
evidence
untuk
menjaga kebersihan
dan
menghindari kontaminasi. 7. Meningkatkan promosi melalui iklan, media dan website resmi Big Burger. 8. Menyediakan layanan pesan antar. Hasil analisis SWOT tersebut kemudian digunakan untuk menentukan strategi prioritas yang dapat digunakan restoran untuk pengembangan usahanya. Pemilihan prioritas strategi tersebut menggunakan QSPM. Hasil dari analisis QSPM tersebut menghasilkan tiga strategi prioritas yang dapat diterapkan oeh restoran. Tiga strategi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan mutu dan menjaga kehalalan pangan. 2. Membuka outlet baru di kota malang dengan lokasi yang berbeda . 3. Menyediakan layanan pesan antar. Ringkasan dari penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
10
Tabel 1. Penelitian Terdahulu Yang Digunakan Penelitian Judul Syaiful Strategi Malik Pengembangan (2010) Agrowisata Kandank Jurank Doank
Metode Analisis Analisis lingkungan internal-eksternal, matriks IFE, matrik EFE, serta matriks SWOT dan QSPM.
Angga Pradikta (2013)
Analisis lingkungan internal-eksternal, matrik IFE, matrik EFE, dan analisis SWOT serta matriks SWOT, QSPM.
Nyimas Ekinevita et al (2010)
Strategi Pengembangan Obyek Wisata Waduk Gunungrowo Indah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pati Perencanaan Strategi Pengembangan Restoran Menggunakan Analisis SWOT dan Metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) (Studi Kasus Restoran Big Burger Malang)
Sumber : Berbagai Referensi
Analisis lingkungan internal-eksternal, matriks IFE, matrik EFE, serta matriks SWOT dan QSPM.
Hasil Penelitian Penelitian tersebut menghasilkan tiga strategi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan agrowisata Kandank Jurank Doank yaitu : 1. Mengembangkan konsep wisata yang unik. 2. Melakukan penetrasi pasar dalam rangka meningkatkan jumlah pengunjung. 3. Mengembangkan visi dan misi bisnis Kandank Jurank Doank. Kontribusi Obyek Wisata Waduk Gunungrowo Indah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kecil dan terdapat sepuluh strategi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan obyek wisata Waduk Gunungrowo Indah dalam upaya meningkatkan PAD Kabupaten Pati. Penelitian tersebut menghasilkan tiga strategi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan restoran yaitu : 1. Meningkatkan mutu dan menjaga kehalalan pangan. 2. Membuka outlet baru di kota malang dengan lokasi yang berbeda . 3. Menyediakan layanan pesan antar.
11
Penelitian-penelitian
terdahulu
diatas
menunjukkan
pentingnya
perumusan strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan penelitian-penelitian diatas maka penelitian ini mengangkat tema yang sama yakni tentang strategi. Penelitian ini berjudul Strategi Pengembangan Usaha Agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar. Penelitian ini mengadopsi pendekatan-pendekatan seperti yang digunakan pada penelitian terdahulu seperti analisis lingkungan internal dan eksternal, matriks IFE, matriks EFE, matriks SWOT, dan QSPM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada alat analisis yang digunakan. Penelitianpenelitian
sebelumnya
menggunakan
matrik
SWOT
kualitatif
untuk
merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk menentukan strategi yang paling baik untuk diterapkan. Penelitian ini menggunakan alat analisis matrik SWOT kuantitatif yaitu SWOT model Pearce dan Robinson untuk memperoleh alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar untuk mengembangkan usaha agrowisatanya. SWOT model Pearce dan Robinson ini dipilih karena alat analisis ini lebih efisien untuk digunakan dalam menentukan strategi yang baik untuk diterapkan. Alat analisis ini dipilih sebagai bentuk pembeda dan pembaharuan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. B. Tinjauan Pustaka 1. Pendapatan Menurut Ken (2015) pendapatan kotor atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usaha tani selama satu periode yang diperhitungkan dari hasil penjualan. Pendapatan kotor atau penerimaan dapat dihitung dengan mengalikan antara produk yang diperoleh dengan harga jual. Jadi penerimaan merupakan seluruh pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan dengan mengalikan antara jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha dengan harga jual yang berlaku. Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan dikurangi dengan biaya total. Rumus untuk menghitung pendapatan adalah sebagai berikut :
12
Pendapatan = Penerimaan – Biaya Total Dewi (2015) mengungkapkan bahwa penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima tanpa melihat dari mana sumbernya dengan besar yang tidak selalu sama untuk setiap jangka waktu tertentu. Besarnya penerimaan ditentukan oleh jumlah satuan hasil produksi yang terjual dan harga jual persatun hasil produksi tersebut. Total penerimaan atau Total Revenue (TR) adalah hasil yang diterima oleh perusahaan dari penjualan hasil produksinya. Total penerimaan merupakan perkalian jumlah barang yang dihasilkan dengan harga satuan barang yang bersangkutan. Perhitungan total revenue dapat dirumuskan sebagai berikut : TR = Q x P dimana TR = Total Penerimaan Q = Jumlah Barang P = Harga Barang Kuswadi (2008) mengatakan biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang atau jasa. Biaya merupakan uang tunai atau kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan dapat memberikan laba. Besarnya biaya akan mengurangi laba atau menambah rugi perusahaan. Pendapatan adalah penerimaan bersih dari hasil penjualan barang yang diproduksi perusahaan atau yang dibeli untuk dijual kembali. Pendapatan merupakan penghasilan bersih yang diterima sebagai hasil dari kegiatan usaha yang dilakukan. Penghasilan bersih adalah penghasilan setelah dikurangi semua biaya lagsung yang melekat pada penerimaan tersebut. Himayati (2008) mengatakan bahwa laba bersih diperoleh dari jumlah seluruh pendapatan dikurangi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode. Jika terjadi transaksi pendapatan maka perkiraan pendapatan akan dikredit dan jika terjadi transaksi pengeluaran biaya operasional atau beban maka perkiraan beban dikredit. Pendapatan adalah peningkatan
13
ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau jasa kepada pembeli. 2. Agrowisata Agrowisata adalah wisata khusus perpaduan antara usaha budidaya pertanian dan pariwisata yang merupakan rekayasa dari obyek pertanian untuk dijadikan obyek wisata. Obyek wisata kunjungan pertanian yang dimaksud berupa kunjungan wisata untuk memperkenalkan sistem budidaya pertanian baik secara tradisional maupun modern. Agrowisata memiliki prospek yang cerah karena Indonesia memiliki tanah yang luas dengan beragam keunikan alamnya. Dunia agrowisata telah berkembang menjadi sangat beragam dan spesifik mengikuti selera konsumen dan disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki. Bisnis agrowisata merupakan bisnis jasa yang membutuhkan pengelolaan tersendiri karena beradapan langsung dengan konsumen yang tidak dapat diwakilkan. Pebisnis jasa saat ini semakin banyak melakukan modifikasi atau diversifikasi. Salah satu diversifikasi agrowisata adalah dengan penjualan komoditas pertanian, peternakan, ataupun perikanan (Netty dan Elang, 2008). Indonesia kaya akan sumber daya tanaman buah-buahan. Salah satu jenis tanaman buah eksklusif yang sudah ditanam di beberapa daerah di wilayah Nusantara adalah lengkeng. Pengembangan usahatani lengkeng pada suatu wilayah pertanian dapat menawarkan potensi ganda yaitu sebagai wahana agribisnis dan agrowisata. Beberapa tahun terakhir ini sektor pertanian dipilih sebagai salah satu alternatif bagi dunia pariwisata (agrowisata). Tampaknya masyarakat cenderung meminati back to nature sehingga sektor pertanian pun dipadukan dengan sektor-sektor lainnya dan dijadikan obyek wisata (Rahmat, 2010). Pariwisata merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan atau turisme. Masyarakat di suatu daerah berusaha menata potensi alam di daerahnya agar dapat menarik minat wisatawan. Salah satu kegiatan pariwisata yang dapat dikembangkan untuk pertanian adalah agrowisata. Agrowisata
adalah wisata yang sarananya
14
adalah pertanian, perkebunan, atau kehutanan. Agrowisata biasanya dikembangkan di daerah pegunungan yang udaranya cukup sejuk. Contohnya adalah daerah perkebunan teh di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat (Sudjatmoko dan Rini, 2006). Wisata pertanian atau agrowisata merupakan salah satu bentuk ekokreatif. Eko-kreatif yang dimaksud dalam koteks ini lebih ditekankan pada produk kreatif yang berupa kreasi lingkungan yang bernilai keindahan alam seperti perkebunan teh, kawah gunung berapi, pantai, sungai dan desain suatu tempat tertutp atau tepat terbuka hingga hasilnya mendekati keadaan nyata seperti yang ada di alam yang dapat dinikmati sebagai wahana rekreasi atau wisata. Indonesia kaya dengan tempat-tempat yang secara alami sudah menampilkan keindahan dan unik dan tempat-tempat tersebut sudah dikelola dengan baik serta dikenal masyarakat (Iwan, 2012). Agroekonomi adalah kegiatan perekonomian yang berbasiskan pada sektor pertanian dalam arti luas. Agrotourism atau kegiatan wisata ke objekobjek pertanian dalam arti luas baik di sektor hulu samapai hilir. Kegiatan wisata tersebut dikelolan secara profesional dengan tujuan memperoleh keuntungan finansial bagi pelakunya. Agroforestry atau hutan tanaman industri adalah kegiatan berkebun dengan hasil utama berupa kayu, rotan, getah atau hasil hutan lainnya yang sebelumnya hanya dipungut dari hutan. Wanawisata adalah wisata yang tujuan atau sasarannya adalah hutan. Wanawisata memanfaatkan keindahan hutan menjadi objek wisata. Wanawisata dapat mendatangkan keuntungan berupa tambahan pemasukan bagi masyarakat sekitar. Masyarakat di sekitarnya pun mempunyai kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan hutan. Wisata pertanian (agrowisata) dianggap sebagai halnya wisata industri. Wisata pertanian merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya. Wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna. Wisatawan yang berkunjung ke agrowisata juga
15
dapat melihat suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di kawasan agrowisata yang dikunjungi (Rai, 2014). Prospek agribisnis komoditas hortikultura cukup cerah karena didukung oleh potensi kekayaan aneka plasma nutfah, ketersediaan lahan, tenaga kerja, dan keanekaragaman iklim. Potensi kekayaan yang cukup besar tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya menggantikan produk impor dan meningkatkan ekspor. Upaya peningkatan kuantitas dan kualitas produksi hortikultura dapat dilakukan dengan
pengembangan
agribisis
komoditas
unggulan,
Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) dan agrowisata. Pengembangan kegiatan agribisnis hortikultura dapat dilakukan antara lain melalui pengembangan sentra pekarangan, pekarangan kota serta rejuvenasi tanaman buah-buahan di sentra produksi tradisional (Rahmat, 2012). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang cukup tangguh dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal tersebut telah teruji saat Indonesia dilanda krisis ekonomi. Produk dari sektor pertanian justru menjadi salah satu sumber pendapatan devisa bagi negara. Umumnya komoditas tersebut berasal dari perkebunan. Pengembangan usaha pertanian cukup prospektif karena Indonesia memiliki kondisi yang cukup menguntungkan. Indonesia berada di daerah tropis yang subur, keadaan sarana dan prasarana cukup mendukung
serta
adanya
kemauan
dukungan
pemerintah
untuk
menempatkan sektor pertanian sebagai prioritas dalam pembangunan (Juangsana, 2013). Lahan pertanian semakin lama semakin berkurang karena adanya alih fungsi lahan. Lahan pertanian banyak beralih fungsi menjadi bangunan, hotel, restoran dan lain sebagainya. Lahan pertanian yang beralih fungsi secara otomatis berpengaruh terhadap keberlangsungan budaya khususnya budaya pertanian. Berdasarkan dampak negatif yang ditimbulkan tersebut timbul adanya harapan untuk kegiatan pariwisata yang lebih sehat dan bermanfaat di masa depan, sehingga beberapa pihak mulai gencar menggalakkan sustainable tourism development (pembangunan pariwisata
16
berkelanjutan). Agrowisata merupakan salah satu alternatif pariwisata berkelanjutan. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai objek wisata yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan pengetahuan hubungan usaha di bidang pertnian (Masdarini et al, 2013). Aplikasi eko kreatif akan terus meluas seiring menguatnya tren gaya hidup kembali ke alam (back to nature). Gaya hidup yang dimaksud tentu bukan sekedar produksi dan konsumsi tetapi juga menyangkut bepikir, berorganisasi, berwirausaha, berbisnis, bertransaksi, berkomunikasi dan lain sebagainya. Tren gaya hidup back to nature ini seolah-olah menjadi jalan keluar terbaik dari permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini. Masyarakat terlalu jenuh dengan kepadatan, isu makanan berbahaya dan masih banyak lagi yang mengancam jiwa mereka. Alasan itulah yang menjadikan mereka lebih memilih untuk kembali ke alam untuk mendapatkan kedamaian dan ketenangan. Mereka yang menjalankan gaya hidup ini akan memilih makanan organik untuk dikonsumsi dan akan memilih alam sebagai tempat tujuan wisatanya (Iwan, 2012). Yunawati (2015) mengatakan bahwa masyarakat Indonesia semakin menyadari pentingnya gaya hidup sehat dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini terlihat dari ramainya berbagai kegiatan untuk mendukung kesehatan seperti olahraga dan perbaikan pola makan. Pangan fungsional di Indonesia berkembang dengan baik, hal ini didukung pula dengan meningkatnya kesadaran tentang kesehatan. Semakin tingginya kesadaran pola hidup sehat, maka sadar atau pola konsumsi pun berubah menjadi lebih menyehatkan. Tren ini tentu saja mempengaruhi perkembangan industri pangan di Indonesia yang lebih mengarah kepada bahan pangan organik dan gaya hidup yang lebih kembali ke alam atau back to nature. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk terutama di daerah perkotaan, maka kebutuhan akan pangan juga meningkat. Salah satunya adalah peningkatan konsumsi pangan sayuran oleh masyarakat yang semakin tinggi. Salah satu faktor peningkatan konsumsi sayuran masyarakat
17
Indonesia adalah perubahan gaya hidup back to nature yang sedang menjadi tren di kalangan masyarakat karena semakin sadar pentingnya menjaga kesehatan tubuh (Prayitno et al, 2012). Indonesia memiliki keanekaragaman hayati
yang luar biasa.
Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia memberikan keuntungan dan peluang untuk dikembangkan. Keanekaragaman hayati memberikan keuntungan karena adanya kecenderungan masyarakat untuk kembali ke yang alami. Peluang karena hal ini memberikan peluang besar bagi pengembangan produk agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Indikasi utama tren back to nature ini ditunjukkan dengan peningkatan produkproduk konsumsi untuk kesehatan dengan bahan alami (Kusnandar, 2009). Pariwisata dan pertanian menurut Raiutama (2013) dapat saling mengisi dan menunjang dalam meningkatkan daya saing produk pariwisata dan produk pertanian Indonesia dalam rangka meningkatkan perolehan devisa dari komoditi ekspor non migas. Sektor pertanian merupakan sector yang dominan dan merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Upaya
peningkatan
dan
penganekaragaman
usaha
pertanian
terus
ditingkatkan secara intensif dan terencana, baik yang secara tradisional maupun modern merupakan potensi kuat yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik yang dapat dinikmati oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara. Potensi budidaya pertanian yang dapat dijadikan agrowisata antara lain: a. Lahan Perkebunan Suatu kawasan perkebunan yang ideal untuk dapat dimanfaatkan sebagai objek dan daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang kegiatannya merupakan kesatuan yang utuh mulai dari pembibitan sampai
dengan
pengolahan
hasilnya.
Hal
ini
didasarkan
atas
pertimbangan bahwa setiap kegiatan dan proses pengusahaan perkebunan dapat dijadikan daya tarik atau atraksi yang menarik bagi wisatawan mulai dari pembibitan, penanaman, pengolahan ataupun pengepakan hasil produksinya. Perkebunan sebagai objek agrowisata terdiri dari
18
perkebunan kelapa sawit, karet, teh kopi, kakao, tebu, dan lain-lain. Pada dasarnya luas suatu perkebunan ada batasnya, namun perkebunan yang dijadikan sebagai objek agrowisata luasnya tidak dibatasi, dengan kata lain luasnya sesuai izin atau persyaratan objek agrowisata yang diberikan. b. Tanaman Pangan dan Hortikultura Daya tarik tanaman pangan dan hortikultura sebagai objek agrowisata antara lain dapat berupa kebun bunga, kebun buah-buahan, kebun sayur-sayuran, kebun tanaman obat-obatan. c. Peternakan Potensi peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain cara tradisional dalam pemeliharaan ternak, aspek keunikan pengelolaan, produksi ternak, atraksi peternakan dan peternakan khusus seperti bekisar dan burung puyuh misalnya. d. Perikanan Potensi sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya cukup besar, kegiatan perikanan di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai obyek agrowisata. Kegiatan perikanan dibagi menjadi kegiatan penangkapan serta kegiatan budidaya, dan kegiatan tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi obyek agrowisata seperti budidaya ikan air tawar, budidaya tambak, budidaya laut seperti kerang, rumput laut, kakap merah, dan mutiara. 3. Hortikultura Hortikultura adalah salah satu jenis tanaman yang di budidayakan oleh manusia. Tanaman yang awalnya dibudidayakan di kebun atau pekarangan sekitar. Tanaman hortikultura digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya di kebun. Perkembangan jaman mengantarkan tanaman hortikultur menjadi tanaman budidaya di perkebunan skala besar. Tanaman hortikultur tersebut layak untuk di budidayakan di kebun pekarangan rumah. Tanaman atau buahnya bisa langsung memberi manfaat langsung kepada orang yang membudidayakan tanaman hortikultur tersebut. Jenis-jenis
19
tanaman hortikultura yaitu frutikultur (tanaman buah), florikultur (tanaman bunga), olerikultur (tanaman sayur) dan biofarmaka (tanaman obat). Hortikultura juga memiliki potensi untuk dikembangkan dalam skala besar bahkan memungkinkan juga untuk dijadikan sebagai kawasan agrowisata (Nur, 2014). Hortikultura berasal dari kata “hortus” yang berarti kebun dan “colere” yang berarti budidaya. Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan. Tanaman hortikultura berfungsi untuk memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga). Hortikultura merupakan komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah menilik dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang, oleh karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini (Pratignja dan Wartoyo, 2006). Zulkarnain (2014) mengungkapkan bahwa pengembangan komoditas hortikultura sangat baik dilakukan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta potensi pasar yang terbuka lebar baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Meningkatnya apresiasi terhadap berbagai komoditas dan produk hortikultura menyebabkan fungsi tanaman hortikultura bukan lagi hanya sebagai bahan pangan tetapi juga terkait dengan fungsi-fungsi yang lain.
Secara
sederhana
fungsi
utama
tanaman
hortikultura
dapat
dikelompokkan menjadi empat yaitu : 1. Fungsi penyediaan pangan yakni terutama sekali dalam kaitannya dengan penyediaan vitamin, mineral, serat dan senyawa lain untuk pemenuhan gizi.
20
2. Fungsi ekonomi dimana pada umumya komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi menjadi sumber pendapatan bagi petani, pedagang, kalangan industri dan lain-lain. 3. Fungsi kesehatan ditunjukkan oleh manfaat komoditas biofarmaka untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit. 4. Fungsi sosial budaya yang ditunjukkan oleh peran komoditas hortikultura sebagai salah satu unsur keindahan atau kenyamanan lingkungan serta perannya dalam berbagai upacara adat dan keagamaan. Penanganan pasca panen produk hortikultura adalah hal sangat penting dilakukan mengingat bahan ini cepat rusak dalam waktu relatif singkat. Satu hal yang layak diusulkan adalah penggunaan sistem penyimpanan terintegrasi dimana dipadukan pendinginan terkontrol dengan transportasi (moveable storage) sehingga komoditas cepat sampai konsumen dalam keadaan masih segar. Kegiatan pasca panen sendiri berawal dari sejak komoditas hortikultura diambil atau dipisahkan dari tanaman (panen) sampai pada komoditas tersebut sampai di konsumen. Hal ini memberikan gambaran tentang pentingnya penanganan pasca panen dan pengaruhnya terhadap mutu hortikultura khususnya sayuran (Yusuf, 2006). Sektor agribisnis berperan dalam penyediaan pangan bagi masyarakat dalam penyediaan kebutuhan masyarakat akan sayuran dan buah-buahan. Kecenderungan masyarakat dalam mengonsumsi sayuran terus meningkat akibat dari pola hidup sehat yang telah menjadi gaya hidup masyarakat. Pola hidup sehat tersebut mempengaruhi masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang sehat dimana saat ini makanan sehat diperoleh dari bahan pangan yang sehat. Bahan pangan sehat berarti bahan pangan tersebut minim akan bahan kimia dan diperoleh dari alam. Bahan pangan yang paling sering dikonsumsi masyarakat yang diperoleh dari alam salah satunya adalah buah dan sayur (Arminsyurita, 2014). Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan yang berad di kawasan khatulistiwa mempunyai kekayaan flora yang beraneka ragam. Kekayaan flora tersebut menghasilkan bahan-bahan yang diperlukan oleh rakyat
21
Indonesia seeperti pangan, papan, pakaian, obat dan lain sebagainya. Salah satu sub sektor pertanian yang digalakkan sejak satu dasawarsa yang lewat adalah subsektor hortikultura. Penggalakan peningkatan produksi tanaman hortikultura tersebut antara lain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup petani dan keluarganya. Tujuan yang lebih luas adalah untuk menggalakkan ekspor non migas yang merupakan pemasukan devisa bagi negara (Joko, 2007). 4. Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang diartikan sebagai seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Pengertian strategi dalam abad modern sekarang ini tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan tetapi sudah digunakan secara luas termasuk dalam ilmu ekonomi maupun olahraga. Strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau pencapaian tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Sumarsono, 2006). Strategi adalah hal menetapkan arah kepada manajemen dalam arti orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan. Definisi strategi mengandung dua komponen yaitu future intentions atau tujuan jangka panjang dan competitive advantage atau keunggulan bersaing. Future intent dan advantage harus berjalan bersama-sama. Future intent hanya bisa ditetapkan bila advantage atau keunggulan bisa dicapai. Advantage begitu ditentukan harus dalam kerangka future intent dan ambisi sehingga tujuan dapat tercapai. Strategi merupakan sebuah kombinasi akhir yang ingin dicapai perusahaan dan bagaimana cara yang ditetapkan perusahaan tersebut untuk mencapai tujuan akhir (Crown, 2007). Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan analisa terhadap faktor internal dan eksternal. Strategi disesuaikan dengan tujuan
22
akhir sedangkan taktik berkaitan dengan tujuan antara. Strategi dalam organisasi bisnis adalah cara untuk mencapai laba yang besar, sebaliknya dalam organisasi nonbisnis stratei adalah cara untuk memuaskan anggotanya. Organisasi pemerintahan bertujuan memberi pelayanan yang prima kepada masyarakat sebagai pembayar pajak. Kepentigan para pembayar pajak sewajarnya diutamakan sehingga perumusan alokasi dan distribusi dalam belanja pemerintah harus seimbang antar pembayaran pajak dan manfaat yang mereka peroleh (Sjafrizal, 2008). Strategi adalah rencana lengkap untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen strategis adalah proses yang lengkap dan berkelanjutan yang ditujukan untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi yang efektif. Strategi yang efektif berkaitan dengan tiga persoalan organisasi yaitu kompetensi, ruang lingkup dan alokasi sumber daya. Strategi tingkat bisnis adalah rencana yang digunakan oleh organisasi unuk melakukan bisnis di suatu industri atau di suatu pasar tertentu. Organisasi sebaiknya memformulasikan strategi terlebih dahulu sebelum mengimplementasikan strategi tersebut. Formulasi strategi adalah serangkaian proses yang terlibat dalam menciptakan atau menentukan strategi dari suatu organisasi. Strategi tingkat bisnis juga dapat memperhitungkan tahapan dalam siklus hidup produk yang dihasilkannya (Ricky, 2009). Strategi pengembangan sistem agribisnis adalah suatu proses fungsi produksi yang akan menghasilkan produktivitas secara optimal dan efisien. Fungsi produksi merupakan suatu proses yang menunjukkan tingkat produksi yang dicapai dalam penggunaan beberapa iput faktor dengan jumlah tertentu. Strategi merupakan keterpaduan dan keberlanjutan kerjasama dari masing-masing subsistem agribisnis (Damanik, 2007). Strategi merupakan sebuah konsep yang tercipta dari hasil pembelajaran terhadap lingkungan perusahaan dan pengalaman yang telah dilalui. Manajemen strategi merupakan sebuah proses, hal itu penting untuk menemukan maksud dan tujuan strategi. Strategi yang diterapkan sebaiknya mampu untuk memanfaatkan peluang dan kekuatan yang dimiliki serta
23
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. Manajemen strategi sangat penting dilakukan untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Ramadan, 2015). Formulasi dan implementasi strategi sangat penting dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Manajemen strategi berguna untuk menjalankan bisnis dalam keadaan yang dinamis dan tak menentu seperti saat ini. Manajemen strategi mempelajari bagaiman mengatur strategi yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan dimana manajemen strategi tersebut meliputi manajemen resiko, manajemen sumberdaya, manajemen keuangan, manajemen pemasaran dan manajemen waktu. Strategi pemasaran lebih menekankan pada identifikasi dan evaluasi promosi yang dilakukan untuk memanfatkan peluang yang tersedia (Fadun, 2014). Komponen pokok manajemen strategi menurut Cynthia (2011) adalah analisis lingkungan bisnis yang diperlukan untuk mendeteksi peluang dan ancaman bisnis, analisis profil perusahaan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, strategi bisnis yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan memperhatikan misi perusahaan. Hubungan antara lingkungan bisnis dan profil perusahaan memberikan indikasi pada apa yang mungkin dapat dikerjakan. Posisi perusahaan di pasar dapat diketahui. Keterkaitan antara analisis lingkungan bisnis, profil perusahaan, dan misi perusahaan menunjuk pada apa yang diinginkan oleh pemilik dan manajemen perusahaan. Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dianalisis dari data yang berkesinanmbungan dari hasil observasi, wawancara dan survey. Data dalam analisis SWOT dihasilkan dari kesimpulan isi dari teknik observasi, wawancara serta survey. Analisis SWOT penting untuk memahami keadaan perusahaan, kondisi bisnis dan sumberdaya yang dimiliki. Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi, mengetahui posisi perusahaan dan langkah yang harus dilakukan. Maksud dari analisis eksternal adalah untuk mengevaluasi faktor eksternal sehingga menghasilkan peluang dan ancaman, faktor eksternal yang berpengaruh misalnya fluktuasi harga,
24
keadaan politik, dan sosial budaya. Tujuan dari analisis internal adalah untuk mengevaluasi faktor internal sehingga menghasilkan kekuatan dan kelemahan, contoh dari faktor internal adalah manjemen sumberdaya, effisiensi tenga kerja, penelitian dan pengembangan serta faktor lain yang berkaitan dengan internal perusahaan (Erol, 2013). SWOT merupakan singkatan dari strengths (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang) dan threats (ancaman). Langkah awal yang dilakukan dalam perumusan strategi adalah determinasi visi dan misi perusahaan, kemudian menggunakan analisis SWOT sebagai alat untuk merumuskan strategi dan mendesain strategi secara proporsional dengan keadaan yang sedang dihadapi. Analisis SWOT dimulai dari menganalisis faktor internal dan eksternal kemudian membuat strategi dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada serta menggunakan kekuatankekuatan yang dimiliki (Abdi et al, 2013). Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) adalah salah satu teknik untuk merumuskan strategi terbaik. SWOT terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah persaingan dan pelanggan. Tujuan dari analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi beberapa strategi yang muncul
dengan
melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki secara lebih spesifik. Setiap strategi harus memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki. Kesuksesan dapat diraih apabila kelemahan diatasi dengan kekuatan dan ancaman yang ada diubah menjadi sebuah peluang (Kalpande et al, 2010). Perencanaan
strategi
didefinisikan
berkesinambungan
dimana
perusahaan
sebagai dapat
proses
menganalisis
yang dan
mengelompokkannya berdasarkan faktor eksternal dan internal. Perumusan strategi membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang tlah ditetapkan. Strategi yang terpilih menunjukkan strategi tersebut adalah strategi yang mempunyai daya tarik yang lebih baik daripada strategi yang lainnya. Model yang biasa digunakan dalam perumusan strategi adalah matrik
25
SWOT. Matrik tersebut berisi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap perusahaan, matrik tersebut membantu pengambil keputusan untuk merumuskan strategi yang diterapkan. SWOT terdiri dari empat tipe strategi yaitu strategi SO, WO, ST dan WT (Jamshidi et al, 2012). Strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT terbagi menjadi empat tipe strategi yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT. Strategi SO, WO, ST da WT diperoleh dari dari hasil identifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Strategi yang terbaik dapat dilihat dari posisi perusahaan dalam matriks SWOT. Srategi yang diutamakan untuk diterapkan dapat dicari dengan menggunakan QSPM, matrik QSP ini akan membantu pengambil keputusan
untuk
memilih
strategi
yang
tepat
untuk
diterapkan
(Mirzakhani et al, 2014). Penentuan strategi menggunakan SWOT menurut Eva dan Dian (2011) dapat dilakukan melalui dua pendekatan yakni pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dapat dilakukan dengan menganalisis faktor internal dan eksternal yang dimiliki sebuah perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT. Pendekatan kuantitatif dapat dilakukan dengan mengkuantitatifkan data kualitatif yang diperoleh ke dalam angka-angka sehingga diperoleh nilai. Nilai yang digunakan untuk membuat diagram SWOT merupakan perpaduan antara perbandingan kekuatan dan kelemahan (diwakili garis horisontal) dengan perbandingan peluang dan ancaman (diwakili garis vertikal). Diagram tersebut diberi positif untuk kekuatan dan peluang sedangkan kelemahan dan ancaman diberi tanda negatif. Selisih nilai kekuatan dengan kelemahan merupakan titik sumbu X dan selisih nilai peluang dengan ancaman merupakan titik Y sehingga diperoleh titik (X,Y). Ordinat ini akan menempati salah satu sel dari diagram SWOT yang akan sangat menentukan arahan strategi pemanfaatan ruang.
26
Analisis SWOT menurut Pearce dan Robinson (2008) merupakan analisis yang paling umum digunakan sebagai kerangka logis yang mengarahkan pembahasan dan refeleksi mengenai situasi dan alternatif dasar suatu perusahaan. Kerangka SWOT menyediakan dasar yang terorganisasi untuk diskusi dan berbagai informasi secara mendalam yang dapat memperbaiki kualitas pilihan dan keputusan yang kemudian diambil. Analisis SWOT
dapat
mengarahkan
diskusi
perencanaan
managerial
menjadi
pendekatan yang lebih terstruktur untuk membuat analisis strategi. Tujuannya adalah mengidentifikasikan salah satu dari empat pola unik dalam memasangkan sumber daya internal perusahaan dengan situasi eksternal. Pola tersebut dinyatakan dalam kuadran SWOT sebagai berikut :
O Sel 1 (+,+) Mendukung strategi yang agresif
Sel 3 (-,+) Mendukung strategi yang berorientasi pada perubahan W
S Sel 4 (-,-) Mendukung strategi yang defensif
Sel 2 (+,-) Mendukung strategi diversifikasi T
Sumber : Diagram Analisis SWOT Pearce dan Robinson
Sel 1 (positif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi agresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
27
Sel 2 (positif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah diversifikasi strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya. Sel 3 (negatif, positif) Posisi ini menandakan perusahaan menghadapi peluang yang mengesankan namun terhambat oleh sumber daya internal yang lemah. Fokus dari strategi untuk perusahaan semacam itu adalah menghilangkan kelemahan internal sehingga dapat lebih efektif mengejar peluang yang ada. Sel 4 (negatif, negatif) Posisi ini menandakan situasi yang tidak menguntungkan dimana sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi ancaman besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis sehingga organisasi disarankan untuk mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri. Jemely dan Martani (2006) mengungkapkan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan proses analisa kuantifikasi dari pendapat-pendapat atau bahasan terhadap lingkungan perusahaan. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengubah pendapat dan kontribusi atau bobot setiap aspek menjadi angka-angka sehingga bisa dianalisis menjadi posisi dalam kuadran matriks. Analisis terhadap lingkungan eksternal dan internal, hasil kuantifikasi ditransformasikan ke dalam matriks dengan ketentuan bahwa apabila perusahaan berada pada kuadran (positif, positif) maka strategi yang diterapkan yakni strategi agresif. Kuadran (positif, negatif) maka perusahaan sebaiknya menerapkan strategi diversifikasi. Kuadran (negati, positif) maka strategi yang diterapkan adalah strategi berubah haluan dan
28
kuadran (negatif, negatif) maka strategi yang dapat diterapkan yaitu strategi bertahan. Urutan-urutan dalam membuat analisis SWOT kuantitatif menurut Nurul (2010) tidak berbeda jauh dengan urutan-urutan model kualitatif, perbedaan besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan sub komponen dari masing-masing komponen. Model kualitatif setiap sub komponen S memiliki pasangan sub komponen W, dan satu sub komponen O memiliki pasangan satu sub komponen T, sedangkan dalam model kuantitatif hal ini tidak terjadi. Sub kumponen pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Pendekatan kuantitatif berarti data yang digunakan menggunakan angka-angka yang diambil dari data elemen SWOT kualitatif. Analisis ini menggunakan perhitungan kuantitatif analisis SWOT Pearce dan Robinson. Kegunaan matrik kuantitatif ini adalah agar dapat diketahui secara langsung posisi perusahaan yang sebenarnya. Husein (2009) menyatakan bahwa QSPM merupakan teknik yang secara objektif dapat menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan. Metode ini adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif berdasarkan faktor kunci kesuksesan internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Tujuan metode ini adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang paling baik untuk di
implementasikan.
Komponen-komponen utama dari suatu QSPM terdiri dari : Key Factors, Strategic
Alternatives,
Weights,
Attractiveness
Score (AS), Total
Attractveness Score (TAS), dan Sum Attrectivesess Score. Pemilihan strategi dalam suatu perusahaan menurut Mulyadi (2011) tidak dapat dilakukan dengan serta merta saja. Pemilihan strategi melalui tiga tahapan yang harus dilalui. Tahap pertama adalah tahap masukan, pada tahap ini dapat digunakan EFE, CPM atau IFE. Tahap kedua yaitu tahap penandingan, pada tahap ini dapat digunakan alat analisis matrik SWOT,
29
matrik BCG, matrik SPACE, matrik IE atau matrik grand strategi. Tahap ketiga adalah tahap keputusan, dalam pengambilan keputusan ini dapat digunakan QSPM sehingga dihasilkan strategi yang paling baik untuk diterapkan. Berikut adalah skema pemilihan strategi suatu perusahaan. Tahap Masukan EFE, CPM atau IFE Tahap Penandingan matrik SWOT, matrik BCG, matrik SPACE, matrik IE, matrik grand strategy Tahap Keputusan QSPM
Strategi Perencanaan Strategi Kuantitatif Matrik (QSPM) adalah tingkat managemen strategi pendekatan tinggi untuk mengevaluasi strategi yang mungkin dilakukan. QSPM merupakan suatu metode analisis untuk membandingkan alternatif yang layak untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. QSPM sangat diperlukan dalam mengambil keputusan setelah tahap input dan tahap analisis dilakukan. QSPM sangat berhubungan dengan metode-metode lain yang digunakan dalam tahap input dan tahap analisis sebagai bentuk informasi untuk tahap QSPM itu sendiri. Kondisi eksternalinternal organisasi sangat diperlukan dalam penggunaan metode ini, sehingga dapat diputuskan pemilihan prioritas strategi mana yang akan digunakan sesuai dengan keadaan organisasi tersebut. QSPM merupakan suatu teknik yang dalam pengaplikasiannya memerlukan intuisi yang baik dalam melakukan
penilaian.
Metode ini
cocok digunakan untuk
mengevaluasi pemilihan strategi alternatif yang dapat digunakan oleh sebuah perusahaan secara objektif (Puspitasari et al, 2013). Sevenpri dan Linda (2014) mengungkapkan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) menggambarkan alternatif strategi terbaik yang
30
dapat digunakan dari hasil analisis faktor internal eksternal (IE) dan analisis SWOT. QSPM menghasilkan strategi yang diperoleh berdasarkan faktor kunci sukses yang dimiliki oleh perusahaan. Penerapan QSPM didasari oleh factor kunci keberhasilan internal maupun eksternal yang terpilih. Penggunaan QSPM ini sebagai upaya dalam menetapkan relative attractiveness dengan menetapkan pilihan yang paling menarik, terpercaya dan layak diterapkan oleh sebuah perusahaan. Tahap akhir yang dapat dilakukan menurut Rochmanadji (2009) dalam pengambilan keputusan perusahaan adalah dengan mengevaluasi alternatif strategi yang dihasilkan pada tahap sebelumnya dengan matriks QSPM. Matriks QSPM dilakukan dengan membandingkan total score dua atau lebih alternatif strategi yang diperoleh. QSPM merupakan alat untuk menentukan atau merekomendasikan pilihan strategi atas dasar pendapat ahli atau praktisi (expert choice) dengan melibatkan unsur intuisi. QSPM tetap memerlukan ketajaman intuisi dalam menentukan keputusan akhir. C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar dapat dilakukan dengan menggunakan strategi yang tepat sehingga langkah atau strategi yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar tidak terlepas dari modal yang dimiliki seperti lahan, tenaga kerja dan pendapatan. Pendapatan yang diperoleh oleh Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar digunakan untuk membiayai kegiatan yang dilakukan sehingga pendapatan yang diterima akan mempengaruhi kegiatan pengembangan yang dilakukan. Langkah lain yang dapat dilakukan untuk pengembangan usaha agrowisata adalah dengan perumusan strategi yang tepat. Perumusan strategi ini dapat dilakukan dengan analisis lingkungan internal dan eksternal, analisis SWOT model Pearce dan Robinson serta matriks QSP. Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dimulai dari analisis pendapatan yang diterima. Pendapatan yang diterima dapat diketahui
31
dengan menghitung jumlah penerimaan yang diterima dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Jumlah pendapatan yang diterima dapat diketahui dengan cara mengurangkan antara penerimaan yang diterima dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Penerimaan yang diterima merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing penerimaan dari produk yang dijual dan kemudian dijumlahkan sehingga dapat diketahui total penerimaan. Biaya yang dikeluarkan meliputi jumlah pengeluaran yang dikeluarkan untuk membiayai seluruh kegiatan yang dilakukan di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar. Identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi perkembangan perusahaan. Faktor internal yaitu faktor yang secara langsung mempengaruhi pengembangan perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang berada di dalam ruang lingkup perusahaan. Internal Factor Evaluation (IFE) adalah tahap ekstraksi dalam menjalankan audit manajemen strategis. Alat strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemaha utama dalam area fungsional bisnis. Faktor eksternal adalah faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi pengembangan perusahaan yang terdiri dari peluang dan ancaman yang ada di luar ruang lingkup perusahaan. External Factor Evaluation (EFE) memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan sehingga perusahaan akan mengetahui peluang dan ancaman yang ada (Diana et al, 2008). Analisis SWOT digunakan perusahaan dalam mengidentifikasi berbagai faktor internal meliputi strengths (kekuatan) dan weakness (kelemahan) serta faktor eksternal berupa opportunities (peluang) dan threats (ancaman) secara sistematis untuk merumuskan strategi yang paling sesuai untuk diterapkan dalam sebuah perusahaan. Data SWOT kualitatif dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce and Robinson agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Pendekatan kuantitatif merupakan analisa dari pendapat-pendapat atau bahasan terhadap lingkungan perusahaan dengan cara mengubah pendapat-pendapat
32
tersebut ke dalam sebuah angka yang merupakan bobot nilai kontribusinya sehingga dengan angka tersebut dapat ditentukan di posisi mana faktor tersebut berada dalam suatu kuadran matriks (Martani, 2010). QSPM merupakan suatu metode analisis untuk membandingkan alternative yang layak untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. QSPM sangat diperlukan dalam mengambil keputusan setelah tahap input dan tahap analisis dilakukan. QSPM sangat berhubungan dengan metode-metode lain yang digunakan dalam tahap input dan tahap analisis sebagai bentuk informasi untuk tahap QSPM itu sendiri. Kondisi eksternal-internal organisasi sangat diperlukan dalam penggunaan metode ini, sehingga dapat diputuskan pemilihan prioritas strategi mana yang akan digunakan sesuai dengan keadaan organisasi tersebut (Puspitasari et al, 2013). Berdasarkan uraian teori diatas maka kerangka teori pendekatan masalah dari penelitian ini. Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dimulai dengan menghitung jumlah penerimaan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan sehingga dapat diketahui pendapatan yang diterima. Perumusan strategi dimulai dengan analisis faktor internal dan eksternal Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar. Faktor internal yang dianalisis meliputi sumber daya manusia, keadaan kebun, keuangan, produksi dan pemasaran. Faktor eksternal yang dianalisis meliputi aspek pengunjung, pesaing, ekonomi, sosial budaya, politik/kebijakan dan teknologi. Hasil analisis kemudian dievaluasi sehingga menghasilkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kemudian dilakukan analisis SWOT Pearce dan Robinson setelah itu perumusan strategi berdasarkan posisi kebun pada diagran SWOT Pearce dan Robinson. Pemilihan prioritas strategi menggunakan QSPM. Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar kerangka teori pendekatan masalah berikut ini.
33
Pengembangan Usaha Agrowisata Kebun Benih Hortikultura, Tohudan, Colomadu, Karanganyar Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar
Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Analisis Faktor Internal
Analisis Faktor Eksternal
Faktor-Faktor Internal : a. Sumber Daya Manusia b. Keadaan Kebun c. Keuangan d. Produksi e. Pemasaran
Faktor-Faktor Eksternal : a. Pengunjung b. Pesaing c. Ekonomi d. Sosial Budaya e. Politik/Kebijakan f. Teknologi
Kekuatan dan Kelemahan
Peluang dan Ancaman
SWOT Model Pearce dan Robinson
Perumusan Strategi Sesuai Posisi Sel
Matriks QSP
Strategi Pengembangan Usaha Agrowisata Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
34
D. Asumsi-Asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jumlah bibit tanaman yang terjual untuk setiap bulannya dianggap sama dan harga jual per bibit tanaman dianggap sama sesuai dengan jenis tanaman masing-masing. 2. Hasil produksi buah per tanaman dan harga jual buah per satuan untuk masing-masing komoditi buah dianggap sama. 3. Hasil produksi sayuran dalam sekali petik dan harga jual sayuran per kilogram untuk masing-masing komoditi sayuran dianggap sama. 4. Kebutuhan pupuk untuk setiap bulannya dianggap sama dan harga pupuk dianggap tetap. 5. Kebutuhan pestisida untuk setiap bulannya dianggap sama dan harga pestisida dianggap tetap. 6. Kebutuhan benih tanaman untuk setiap masa tanam dianggap sama dan harga benih tanaman dianggap tetap. 7. Biaya listrik dianggap sama untuk setiap bulannya. E. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini dilakukan karena adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya pada diri peneliti. Pembatasan masalah dalam penelitian ini membantu agar penelitian berjalan dengan terarah dan fokus. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2016. 2. Biaya yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh pihak kebun untuk mengelola kebunnya. 3. Faktor internal yang dianalisis meliputi aspek sumber daya manusia, keadaan kebun, keuangan, produksi dan pemasaran. 4. Faktor eksternal yang dianalisis meliputi aspek pengunjung, pesaing, ekonomi, sosial budaya, politik/kebijakan dan teknologi.
35
F. Definisi Operasional Definisi operasional adalah penjelasan dari aspek penelitian yang dikaji. Definisi operasional memberikan informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan aspek yang dikaji sama (Dwi, 2011). Berikut adalah definisi operasional dari penelitian ini : 1. Penerimaan adalah seluruh hasil penjualan produk yang dijual di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar. 2. Biaya adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar untuk mengelola kebun. 3. Pendapatan adalah hasil pengurangan antara jumlah penerimaan yang diterima dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar. 4. Faktor Internal adalah faktor yang secara langsung mempengaruhi pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang berada di dalam ruang lingkup Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar. 5. Faktor Eksternal adalah faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar yang terdiri dari peluang dan ancaman yang ada di luar ruang lingkup Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar. 6. Kekuatan adalah faktor internal yang bersifat mendukung pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar. 7. Kelemahan adalah faktor internal yang bersifat menghambat pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar. 8.
Peluang adalah faktor eksternal yang bersifat menguntungkan bagi pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar.
36
9. Ancaman adalah faktor eksternal yang bersifat tidak menguntungkan bagi pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu Karanganyar. 10. Matriks IFE merupakan matriks yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan faktor internal yang didapat pada pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu Karanganyar. 11. Matriks EFE merupakan matriks yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan faktor eksternal yang didapat pada pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu Karanganyar. 12. Bobot dalam matriks IFE dan matriks EFE menunjukkan kepentingan relatif dari faktor untuk menjadi penentu kesuksesan perusahaan dimana jumlah dari semua bobot dari beberapa faktor yang dianalisis baik dalam matriks IFE maupun matriks EFE masing-masing harus sama dengan 1. 13. Nilai dalam matriks IFE dan matriks EFE menunjukkan kondisi perusahaan pada setiap faktor internal dan faktor eksternal, semakin tinggi nilai menunjukkan bahwa bahwa faktor internal dan faktor eksternal dalam kondisi yang baik. 14. Total nilai dalam matriks IFE dan matriks EFE menunjukkan perkalian antara bobot dengan nilai pada setiap faktor internal maupun faktor eksternal. 15. Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan analisa terhadap faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar. 16. SWOT Model Pearce dan Robinson adalah bentuk pendekatan kuantitatif dari matriks SWOT, analisis ini dapat digunakan mengetahui posisi kuadran perusahaan sehingga dapat diketahui strategi yang baik untuk diterapkan dalam pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar.
37
17. QSPM adalah alat yang digunakan untuk menentukan prioritas strategi pengembangan usaha agrowisata di Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar. 18. AS
(Attractiveness
Score)
didefinisikan
sebagai
angka
yang
mengindikasikan daya tarik relatif masing-masing alternatif strategi. 19. TAS (Total Attractiveness Score) merupakan hasil perkalian antara bobot dengan AS (Attractiveness Score).