II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Menurut penelitian yang dilakukan oleh Emawati (2007) dengan judul Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu Studi Kasus Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten, dapat diketahui bahwa hasil analisis kelayakan finansial dengan 100% modal sendiri dinyatakan layak dilihat dari nilai NPV yang positif, net B/C ratio lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari tingkat bunga. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 40% modal pinjaman dinyataman layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga, net B/C ratio lebih besar dari satu. Sedangkan hasil analisis sensitivitas sangat peka dengan modal pinjaman sebesar 40% terjadi penurunan penerimaan sebesar 10%, kenaikan harga kedelai sebesar 12%, dan kenaikan biaya operasional sebesar 10%. Menurut penelitian yang dilakukan oleh AsantiHenning Pury(2011) yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Buah Studi Kasus CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul, Sawangan, Depok, Jawa Barat, dapat
diketahui
bahwa
hasil
analisis
kelayakan
finansial
dengan
menggunakan 100% modal senidiri, 50% modal pinjaman, dan 100% modal pinjaman dapat dikatan layak dilihat dari nilai NPV yang positif, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga dan net B/C ratio yang lebih besar dari satu. Sedangkan hasil analisis sensitivitas sangat peka terhadap kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan sebesar 9% dengan penurunan penerimaan sebesar 10%. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harsi Puspita Rini (2011) dengan judul
Strategi
Pengembangan
Industri
Kecil
Carica untuk
Meningkatkan Pendapatan Pengrajin di Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang dapat dikembangan dalam industri kecil carica antara lain modal, teknologi, manajemen, pasar, kelembagaan, kewirausahaan, dan kemitraan usaha.
8
9
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kuswanto (2012) yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Produk Turunan Kelapa di Provinsi Jambi dapat diketahui bahwa secara finansial usaha pengolahan produk turunan kelapa dikatakan layak dilihat dari nilai NPV positif, nilai IRR lebih besar dari suku bunga, net B/C ratio lebih besar dari satu, dan PBP usaha tidak melebihi masa proyek, sehingga berpotensi untuk dikembangkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rina Ngumriana (2015) dengan judul Strategi Pengembangan Agroindustri Pepaya Gunung (Carica pubescens) Studi Kasus di UMKM X Kabupaten Wonosobo dapat diketahui bahwa strategi yang direkomendarikan untuk pengembangan agroindustri tersebut adalah menciptakan fasilitas penelitian dan pengembangan sendiri maupun kerjasama, meningkatkan kapasitas produksi olahan carica untuk memperluas jangkauan pemasaran, meningkatkan jumlah variasi produk dari hasil samping produk utama, mengoptimalkan kegiatan promosi dan pemasaran yang lebih efektif dan intensif, meningkatkan penjualan dan loyalitas konsumen dengan memberikan pelayanan terbaik serta perbaikan mutu berkelanjutan, melakukan kontrak kerja sama dengan pemasok buah carica dan membantu petani dalan usaha pengembangan budidaya carica, dan memperbaiki sistem manajerial terutama di bidang keuangan dan operasional yang sesuai dengan pengembangan lingkungan eksternal maupun internal. B. Tinjauan Pustaka 1. Studi Kelayakan Finansial Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untukmenentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain, kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan. Layak di sini diartikan juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan
10
yang menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat luas (Kasmir dan Jakfar, 2012:7). Aspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan, karena sekalipun aspek lain tergolong layak, jika studi aspek finansial memberikan hasil yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak
karena
tidak
akan
memberikan
manfaat
ekonomi
(Haming dan Basalamah, 2003:13). Kelayakan finansial adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan. Dari sini akan terlihat pengembalian uang yang ditanamkan seberapa lama akan kembali (Kasmir dan Jakfar, 2008:15). Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, baiaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 2005:178). 2. Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada financial assets dan investasi pada real assets. Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi waran, opsi, dan lainnya. Sedangkan investasi pada real assets diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan, dan lainnya (Halim, 2003:2). Investasi dapat pula diartikan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai
11
bidang usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik ataupun dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik ataupun nonfisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan proyek penelitian, dan pengembangan (Kasmir dan Jakfar, 2012:5). Investasi adalah penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan darinya. Salah satu konsep investasi adalah pengangguran modal, sebab penganggaran modal merupakan konsep penggunaan dana di masa yang akan
datang
yang
diharapkan
akan
memperoleh
keuntungan
(Suratman, 2001:6). 3. Biaya Biaya dalam suatu kegiatan usaha terdiri dari dua jenis, yaitu biaya investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pengembangan proyek. Biaya modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan proyek siap, terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) (Ibrahim, 2003:133). Komponen yang terkandung dalam biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang akan dijalankan. Secara garis besar kebutuhannya investasi meliputi biaya prainvestasi, biaya aktiva tetap, dan biaya operasi (Kasmir dan Jakfar, 2012:92) Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal) dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masingmasing sumber dana yang dipakai dalam berinvestasi. Kita perlu menentukan biaya penggunaan modal rata-rata dari keseluruhan dana yang akan dipakai, sehingga berdasarkan hal ini patokan tingkat keuntungan yang layak (cut off rate) dari proyek bisnis ini dapat diketahui. Untuk menghitungnya, karena garis besar sumber-sumber
12
pembelanjaan terbagi atas utang dan modal sendiri, biaya modal dari masing-masing sumber harus dihitung, misalnya penilaian investasi dari biaya utang, aliran kas yang setelah pajak, demikian pula terhadap biaya modal sendiri (Umar, 2003:181). 4. Aliran Kas dan Laporan Rugi Laba Laporan perubahan kas (cas flow statment) disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan
alasan
mengenai
perubahan
kas
tersebut
dengan
menunjukkan darimana sumber-sumber kas dan pengguna-penggunanya (Umar, 2005:179). Estimasi pendapatan dan biaya merupakan perkiraan berapa pendapatan yang akan diperoleh dan berapa besarmya biaya yang harus dikeluarkan dalam suatu periode. Kemudian jenis-jenis pendapatan dan biaya apa saja yang dikeluarkan serta berapa besar pendapatan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan setiap pos. Pada akhirnya cas flow akan
terlihat
pada
kas
akhir
yang
diterima
perusahaan
(Kasmir dan Jakfar, 2012:95). Berdasarkan jenis transaksinya, kas dalam cash flow dibagi menjadi dua macam, yaitu : a. Arus kas masuk (cash inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. b. Arus kas keluar (cash outflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. (Haming dan Basalamah, 2003:67). Disamping membuat cash flow perusahaan juga diminta untuk membuat proyeksi laporan keuangan untuk beberapa periode (biasanya seumur proyek). Proyeksi laporan keuangan yang dibuat adalah neraca dan laporan laba/rugi. Adapun proyeksi laporan laba/rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis-jenis biaya yang dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama. Dari laporan ini
13
dapat terlihat kondisi keuangan perusahaan apakah terdapat keuntungan atau
kerugian
dalam
suatu
periode
atau
beberapa
periode
(Kasmir dan Jakfar, 2012:119). 5. Penilaian Kriteria Investasi Dalam praktiknya beberapa kriteria untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan ditinjau dari aspek keuangan. Kriteria ini sangat tergantung dari kebutuhan masing-masing perusahaan dan metode yang akan digunakan. Setiap metode yang digunakan memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Dalam penilaian suatu usaha hendaknya penilai menggunakan beberapa metode sekaligus. Artinya, semakin banyak metode yang digunakan, maka semakin memberikan gambaran yang lengkap sehingga diharapkan memberikan
hasil
yang
akan
diperoleh
lebih
sempurna
(Kasmir dan Jakfar, 2012:99). Menurut Umar (2003:197), pada umumnya ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Profitability Index, serta Break even Point. a. Penentuan layak atau tidak layaknya suatu usulan proyek investasi, cukup membandingkan antara waktu pengembalian jumlah dana untuk investasi dengan umur ekonomi proyek (Suratman, 2002:112). Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:101) metode Payback Period (PP) meupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. b. Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal dengan Net Present Value (NPV) (Kasmir dan Jakfar, 2012:103). Menurut Halim (2003:136), metode ini menggunakan pertimbangan bahwa nilai uang sekarang lebih tinggi
14
bila dibandingkan dengan nilai uang pada waktu mendatang, karena adanya faktor bunga. c. Penentuan layak atau tidak layaknya suatu usulan proyek investasi adalah dengan cara membandingkan antara Internal rate of Return (IRR) dengan tingkat keuntungan yang diharapkan atau diisyaratkan (Suratman, 2002:132). Menurut Umar (2003:198), metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluaran investasi awal. d. Profitability Index (PI) atau benefit and cost ratio (B/C Ratio) merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran unvestasi selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar, 2012:108). Pemakaian metode Profitability Index (PI) ini caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan. Jadi, Profitability Index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar (Umar, 2003:201). e. Break Even Point adalah titik di mana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Dengan asumsi bahwa harga penjualan per unit produksi adalah konstan maka jumlah unit pada titik impas (Soeharto, 1999:13). Menurut Umar (2003:202), analisis pulang pokok adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui antarbeberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan,biaya yang dilakukan, kegiatannya.
serta
pendapatan
yang
diterima
perusahaan
dari
15
6. Analisis Sensitivitas Pada saat kita menganalisis perkiraan arus kas di masa datang, kita berhadapan dengan ketidakpastian. Akibatnya, hasil perhitungan di atas kertas itu dapat menyimpang jauh dari kenyataannya. Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan (Umar, 2003:192). Analisis sensitivitas merupakan suatu cara untuk mengetahui pengaruh pada solusi optimal yang dihasilkan oleh perubahan variabelvariabel
kritis
yang
dapat
mempengaruhi
tingkat
keuntungan
(Suherman, 2004:4). Analisis sensitivitas adalah analisis yang dapat melihat pengaruhpengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Analisis ini dapat melihat kembali kepekaan manfaat sekarang netto, atau terhadap biaya-biaya operasional yang terus meningkat (Gettinger, 1986:250) Di bidang pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama di antaranya harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil. Untuk mengukur perubahan yang terjadi maka perlu diasumsikan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi itu hanya pada satu bagian saja, sedangkan yang lain dianggap tetap (Sofyan, 2004:117) 7. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Peran UMKM juga telah teraktualisasi pada masa krisis hingga saat ini. Selama masa krisis ekonomi hingga kini, keberadaan UMKM mampu sebagai faktor penggerak utama ekonomi Indonesia. Terutama ketika krisis kegiatan investasi dan pengeluaran pemerintah sangat terbatas, maka pada saat itu peran UMKM sebagai bentuk ekonomi rakyat sangat besar. Selanjutnya, dari sisi sumbangannya terhadap PDRB hanya 56,7% dan ekspor non migas hanya sebesar 15%. Namun, UMKM tetap masih menyumbangkan 99% dalam jumlah pelaku usaha yang ada di Indonesia, serta mempunyai (Brata, 2003).
andil 99,6% dalam penyerapan tenaga kerja
16
Fungsi dan peran UMKM di Indonesia cukup banyak baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya dan keamanan. Fungsi dan peran secara ekonomi-sosial-politik
misalkan
untuk
meningkatkan
pendapatan
masyarakat, mengurangi pengangguran dan kemiskinan serta arus urbanisasi. Sekalipun, fungsi dan peran UMKM sangat penting namun, hingga saat ini belum ada definisi dan teori yang baku untuk menyelesaikan semua persoalan yang ada pada UMKM di Indonesia. Sementara itu, teori yang ada dari Barat tidak dapat dipaksakan mentahmentah untuk mengatasi persoalan yang dihadapi UMKM di Indonesia. Namun demikian, ada beberapa ciri-ciri spesifik, yaitu UMKM sebagai salah satu organisasi ekonomi/bisnis yang memiliki struktur sangat sederhana, sedikit aktivitas yang diformalkan, teknologinya sederhana, manajemennya lentur, sulit membedakan kekayaan pribadi dengan aset usahanya, administrasinya sederhana (bahkan sering tidak memiliki) serta tanpa elaborasi (Partomo et al., 2004). Kriteria usaha mikro, kecil dan menengah, yaitu : 1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) Memiliki
hasil
penjualan
tahunan
paling
banyak
Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta
rupiah)
sampai
dengan
paling
banyak
Rp. 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus
juta
rupiah)
sampai
dengan
paling
Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
banyak
17
3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta
rupiah)
sampai
dengan
paling
banyak
Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). (Undang Undang Nomor 20 tahun 2008, Pasal 6). 8. Carica Di Indonesia, salah satu spesies yang dapat dimakan adalah Carica pubescens Lenne & K. Koch yang dibudidayakan hanya di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah dan dikenal dengan nama lokal sebagai karika atau pepaya gunung. Carica pubescens adalah spesies dikenali dari Andes, Amerika Selatan yang tumbuh di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut (m/dpl), pada suhu rendah dan curah hujan yang tinggi. Tidak semua tempat di Dataran Tinggi Dieng yang cocok untuk Cacica pubescens. Carica pubescens tidak tumbuh dengan baik di lembah Dieng pada ketinggian ± 1.400 m dpl seperti di Desa Kejajar, tapi tumbuh sangat baik di bagian atas Dieng pada ketinggian ± 2.400 m dpl, seperti di desa Sembungan. Dengan demikian, semakin tinggi tempat di Dataran Tinggi Dieng semakin Carica pubescens akan ditemukan, karena itu memiliki jangkauan distribusi sempit (Laily et al, 2012). Carica
(Carica
Diengmerupakan
pubescens)
salah
satu
atau
sering
disebut
komoditasbuah-buahan
pepaya
yang
tidak
mudahditemukan di daerah lain, namuntumbuh subur di Dataran TinggiDieng, Kabupaten Wonosobo. Tanaman carica diperkirakan masukke Indonesia karena diintroduksi olehpemerintah kolonial Belanda sekitartahun
1900
pada
berhasildikembangkan
di
KabupatenWonosobo, 2008).
masa
menjelangPerang
Dataran
TinggiDieng
Dunia (Dinas
II,
dan
Pertanian
18
Carica pubescens Lenne & K.Koch adalah spesiesdari Caricaceae. Tidak seperti Carica Papaja L. (pepaya) yang tumbuh dan menyebar di berbagai daerah, Carica pubescens hanya tumbuh di dataran tinggi tertentu. Di Jawa, spesies ini hanya tumbuh optimal di Pegunungan Dieng, Jawa Tengah, karena itu dikenal sebagai pepaya dieng. Pada saat ini, Carica pubescens diolah menjadi berbagai jenis makanan dan minuman, permen, sirup, dodol, dan itu adalah potensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan. Namun, budidaya Carica pubescens relatif terbatas dibandingkan dengan budidaya kentang yang dilakukan sangat intensif di daerah Dieng (Rahayu et al, 2015). C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Usaha Pengolahan Carica di Desa Patak Banteng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo merupakan suatu usaha yang berorientasi untuk mencapai tingkat produksi dan pendapatan yang tinggi dengan memanfaatkan potensi carica yang ada di daerah tersebut. Pendapatan usaha pengolahan carica dipengaruhi oleh penerimaan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh usaha tersebut. Biaya merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan usaha. Suatu usaha akan berjalan apabila mempunyai modal baik secara finansial maupun non finansial. Layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat secara finansial maupun secara non finansial. Secara finansial dapat dikatakan layak apabila penerimaan yang diperoleh dapat lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, sehingga usaha tersebut dapat terus berkembang dan bersaing dengan usaha yang ada disekitarnya. Dalam penelitian ini akan dianalisis bagaimana kelayakan finansial dan tingkat sensitivitas usaha tersebut terhadap penerimaan dan biaya di usaha pengolahan carica di Desa Patak Banteng Kacamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Sebelum melakukan analisis tersebut, diperlukan karakteristik usaha tersebut yang dapat dilakukan dengan wawancara, mengamati, dan melakukan pencatatan terkait keadaan di usaha tersebut. Pemberian kuesioner diperlukan untuk membantu dalam pengumpulan data keuangan yang diperlukan dalam melakukan analisis kelayakan finansial dan
19
analisis sensitivitas usaha. Data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis seperti biaya investasi, biaya penyusutan, biaya gaji karyawan, biaya pemeliharaan, dan biaya bahan baku. Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui layak atau tidak layak usaha pengolahan carica tersebut. Untuk melakukan analisis tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran dengan beberapa kriteria penilaian investasi, yaitu payback period, NPV, gross B/C ratio, net B/C ratio, dan IRR.Untuk mengestimasi adanya perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan baik terkait dengan penerimaan atau biaya, maka dilakukan dengan analisis sensitivitas. Data-data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan beberapa kriteria penilaian investasi tersebut, kemudian hasil dari olahan data tersebut dianalisis sehingga mendapatkan hasil yang diperlukan. Setelah hasil tersebut didapatkan, maka dapat disimpulkan usaha pengolahan carica tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan. Apabila hasil kesimpulan yang didapatkan usaha tersebut layak maka usaha tersebut dapat dikembangkan hingga batas sensitivitas yang ditentukan. Apabila dinyatakan tidak layak, maka dapat dilakukan evaluasi apa yang menjadi penyebab usaha tersebut tidak layak sehingga ditemukan solusi yang baik untuk kelanjutan dari usaha pengolahan carica tersebut.
20
Produksi Tanaman Buah Carica Usaha Pengolahan Carica
Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Carica
1. Kriteria Kelayakan Investasi: a. Payback Period b. NPV c. IRR d. Gross B/C Ratio e. Net B/C Ratio 2. Analisis sensitivitas a. Penurunan Penerimaan b. Peningkatan Biaya
Layak
Tidak Layak
Dikembangkan
Evaluasi
Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Kelayakan Finansial dan Sensitivitas Usaha Pengolahan Carica
21
D. Asumsi-asumsi 1. Teknologi yang digunakan dalam pengolahan carica tidak mengalami perubahan selama penelitian. 2. Inflasi year on year sebesar 4,77% 3. Tingkat suku bunga sebesar 6,25% E. Pembatasan Masalah 1. Analisis yang dimaksud dalam penelitian ini didasari pada biaya, penerimaan, dan keuntungan usaha pengolahan carica di Desa Patak Banteng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. 2. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo pada bulan Februari-Maret 2016. 3. Responden yang diteliti adalah pengusaha usaha pengolahan carica di Desa Patak Banteng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo 4. Kemasan olahan carica yang digunakan berupa cup. F. Definisi OperasionalDan Konsep Pengukuran Variabel 1. Produksi tanaman buah carica adalah jumlah produksi tanaman buah carica yang di hasilkan di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo 2. Usaha pengolahan carica adalah kegiatan pengolahancarica sebagai bahan baku utama dan ditambah dengan bahan-bahan tambahan sehingga menjadi manisan carica. 3. Analisis
kelayakan
finansial
adalahsalah
satu
studi
untuk
membantumempertimbangkan dalam pengambilan keputusan, apakah menerima/menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Suatu usaha yang diusulkan/direncanakan dikatakan layak jika dalam pelaksanaannya dapat memberikan manfaat finansial maupun sosial. Variabel yang terdapat dalam analisis ini antara lain : a. Biaya adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh usaha pengolahan carica yang mendukung jalannya produksi pengolahan carica. b. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan produk. Biaya tetap
22
terdiri dari gaji karyawan, biaya penyusutan, biaya pemeliharaan dan perbaikan, serta biaya alat tulis kantor dan telekomunikasi. c. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan kemasan, dan biaya utilitas. d. Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi carica. e. Biaya bahan kemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengemas hasil produksi olahan carica yang dapat berupa cup, plastik, botol kaca, stiker, dan kardus. f. Biaya utilitas adalah biaya yang dikeluarkan untuk menunjang dalam kegiatan produksi olahan carica yang berupa listrik, bahan bakar, dan air. g. Biaya investasi adalah yang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi yang diperlukan dalam usaha. h. Biaya modal adalah besarnya biaya riil yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha. i. Biaya penyusutan adalah pengurangan nilai barang-barang modal karena barang modal tersebut terpakai dalam proses produksi atau karena faktor waktu yang dinyatakan dalam rupiah. Besarnya biaya penyusutan dihitung dari perbandingan anatara selisih nilai awal barang dalam (Rp) dengan nilai akhir barang (Rp) dengan umur barang tersebut. j. Biaya operasional adalah keseluruhan biaya yang digunakan untuk menunjang seluruh operasional yang dibutuhkan dalam proses produksi pengolahan carica. Cara perhitungan biaya operasional yaitu jumlah total dari biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan. k. Biaya total adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama usaha berlangsung dalam bentuk rupiah. Biaya total dihitung dari jumlah total biaya tetap dan biaya variabel.
23
4. Payback period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan secara komulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value, guna mengetahui berapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Payback period dapat dihitung dengan perbandingan antara selisih investasi awal dan jumlah arus kas pada periode tertentu (n) dengan jumlah arus kas pada periode berikutnya (n+1) dan jumlah arus kas pada periode tertentu (n), kemudian hasilnya dijumlahkan dengan periode terakhir di mana jumlah arus kas belum bisa menutup investasi awal. 5. Net present value adalah suatu metode untuk menentukan keputusan suatu usaha investasi diterima (layak) atau ditolak (tidak layak), karena net present value dapat menunjukkan lebih besar atau lebih kecil present value cash flow jika dibandingkan dengan present value original investment. Net present value dapat dihitung dengan jumlah nilai kini dari seluruh benefit bersih selama proyek dari awal sampai akhir yang kemudian di discount. 6. Internal rate of return adalah tingkat diskon rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol atau tingkat pengembalian benefit yang akan membuat nilai NPV nol. Internal rate of return dapat dihitung dengan jumlah tingkat bunga untuk NPV positif dan perbandingan antara NPV positif dengan selesih NPV positif dan negatif yang di discoun. 7. Gross B/C ratio adalah suatu kriteria kelayakan usaha untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat mencapai atau melebihi break event point. Gross B/C ratio dapat dihitung dengan perbandingan antara nilai kinitotalseluruh penerimaan dengan nilai kini dari total seluruh biaya. 8. Net B/C ratio adalah suatu kriteria kelayakan usaha untuk mengetahui layak atau tidak usaha tersebut dilaksanakan dengan melihat nilai yang dihasilkan lebih besar sama dengan atau lebih kecil dari break event point. Net B/C ratio dapat dihitung dari perbandingan nilai positif present value net benefit dengan nilai negatif present value netbenefit pada masing-
24
masing tingkat suku bunga (discount rate). Variabel dalam kriteria ini antara lain : a. Benefit adalah pendapatan bersih yang diterima oleh usaha pengolahan carica yang berupa rupiah. Benefit atau keuntungan diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya total. b. Penerimaan usaha pengolahan carica adalah volume penjualan olahan carica dikalikan dengan harga jualnya. c. Inflasi kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Inflasi dalam penelitian ini dihitung dengan metode year to year dari Indek Harga Konsumen (IHK). d. Laporan arus kas (cash flow) adalah laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan usaha, baik berpengaruh langsung maupun tidak langsung. Laporan arus kas terdiri dari kas masuk dan kas keluaran serta selisih dari kas masuk dan kas keluar akan diperoleh aliran kas bersih. e. Laporan laba/rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha dalam suatu periode. Laporan laba/rugi berisikan data pendapatan, biaya operasi, laba operasi, bunga investasi, laba sebelum pajak, serta laba bersih. 9. Layak adalah penilaian dari hasil kriteria kelayakan bisnis yang digunakan dapat menyimpulkan suatu usaha dapat dijalankan. 10. Tidak layak adalah suatu kesimpulan yang diambil dari analisis yang dilakukan, sehingga usaha tersebut perlu dilakukan evaluasi. 11. Analisis sensitivitas adalah analisis untuk mengetahui pengaruh perubahan-perubahan harga produk dan biaya produksi terhadap penerimaan dan keuntungan yang diperoleh. Perhitungannya dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan beberapa persen harga atau biaya dari data yang ada.