perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu Menurut hasil penelitian Kusuma (2005) mengenai Analisis Komparatif Pendapatan Usaha Tahu dan Tempe di Kota Magelang menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan perbulan pengrajin tahu Rp 3.972.908,77 lebih besar daripada rata-rata pendapatan perbulan pengrajin tempe sebesar Rp 2.044.493,38. Demikian halnya dengan rata-rata keuntungan perbulan yang diperoleh pengrajin tahu Rp 2.831.535,96 lebih tinggi daripada rata-rata perbulan keuntungan yang didapatkan pengrajin tempe yaitu sebesar Rp 1.422.677,99. Berdasarkan uji t didapatkan nilai probabilitasnya 0,041 lebih kecil daripada 0,05 yang berarti bahwa pendapatan pengrajin tahu berbeda nyata dengan pendapatan pengrajin tempe. Uji t terhadap beda keuntungan usaha didapatkan hasil bahwa nilai probabilitasnya 0,111 lebih besar daripada 0,05 menunjukkan bahwa keuntungan usaha pengrajin tahu tidak berbeda nyata dengan keuntungan pengrajin tempe. Besarnya R/C rasio usaha pembuatan tahu adalah 1,20 dan usaha pembuatan tempe adalah 1,18 yang berarti bahwa masing-masing usaha sudah dijalankan secara efisien karena nilai R/C rasio lebih dari 1. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa usaha pembuatan tahu lebih efisien daripada usaha pembuatan tempe. Nilai profitabilitas usaha tahu yaitu 20,40% lebih tinggi daripada nilai profitabilitas usaha tempe sebebsar 18,86%. Sedangkan besarnya B/C rasio dari usaha tahu dan usaha tempe adalah 0,22. Jadi usaha tahu yang dijalankan kurang berperan bagi pengrajin dibandingkan dengan usaha tempe karena nilai B/C rasionya kurang dari 1. Menurut
hasil
penelitian
Puspito
(2011)
mengenai
Analisis
Komparatif Usahatani Padi (Oryza sativa L.) Sawah Irigasi Bagian Hulu dan Sawah Irigasi Bagian Hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen, penelitian dilakukan di Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen yang meliputi Kecamatan Plupuh dan Kecamatan Tanon. Hasil analisis to user lahan (76,31 Kw/Ha/MT), ratamenunjukkan bahwa rata-ratacommit produktivitas
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
rata pendapatan (Rp 12.031.016,67 /Ha/MT), rata-rata efisiensi (2,40) dan kemanfaatan (1,40) untuk usahatani padi sawah irigasi bagian hulu. Sedangkan rata-rata produktivitas lahan (74,87 Kw/Ha/MT), rata-rata pendapatan (Rp 9.578.920,83 /Ha/MT), rata-rata efisiensi (1,94) dan rata-rata kemanfaatan (0,94) untuk usahatani padi sawah irigasi bagian hilir. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas lahan, pendapatan, efisiensi dan kemanfaatan usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih tinggi daripada produktivitas lahan, pendapatan, efisiensi dan kemanfaatan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir. Usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih memberikan kemanfaatan daripada usahatani padi sawah irigasi bagian hilir karena dapat meningkatkan penerimaan usahatani sekaligus mengurangi biaya usahatani, khususnya dalam biaya pengairan. Menurut hasil penelitian Zulhan (2006) mengenai Analisis Usaha Agroindustri Gula Kelapa Skala Rumah Tangga di Kabupaten Pacitan dilakukan secara sengaja di Kabupaten Pacitan. Kecamatan Kebonagung dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan sentra agroindustri gula kelapa di Kabupaten Pacitan, kemudian dipilih 5 desa yang mempunyai unit usaha dan produksi paling banyak yaitu Desa Sidomulyo, Gembuk, Klasem, Sanggrahan, Worawari. Data diambil dari kegiatan agroindustri gula kelapa selama periode produksi bulan Maret 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha tersebut masih memberikan keuntungan sebesar Rp 46.330,32 dari 7 pohon yang dideres tiap bulannya. Namun dari perhitungan profitabilitas sebesar 0,29 dan efisiensi 1,29 dapat diketahui bahwa usaha tersebut tingkat keuntungannya sangat rendah, usaha ini mempunyai resiko sedang dengan keuntungan minimum yang akan dicapai Rp 6.682,68 sehingga usaha ini secara komersial hanya bisa bertahan dan sulit untuk berkembang. Menurut hasil penelitian Praditya (2010) mengenai Analisis Usaha Industri Gula Jawa Skala Rumah Tangga di Kabupaten Wonogiri to user industri gula jawa skala rumah menunjukkan bahwa biaya commit total rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
tangga di Kabupaten Wonogiri adalah sebesar Rp 34.120,02 per hari. Penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 39.151,56 per hari sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh produsen gula jawa sebesar Rp 5.031,55 per hari. Profitabilitas industri gula jawa skala rumah tangga di Kabupaten Wonogiri adalah sebesar 14,75% yang berarti industri gula jawa menguntungkan. Besarnya nilai koefisien variasi (CV) industri gula jawa skala rumah tangga di Kabupaten Wonogiri sebesar 0,31 dengan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp 1.894,91. Hal ini berarti bahwa produsen gula jawa akan selalu terhindar dari kerugian dengan jumlah keuntungan terendah yang dapat diperoleh produsen sebesar Rp1.894,91. Industri gula jawa skala rumah tangga di Kabupaten Wonogiri yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C ratio lebih dari satu yaitu sebesar 1,15 yang berarti setiap Rp 1,00 biaya dikeluarkan dalam kegiatan usaha industri gula jawa memberikan penerimaan sebesar 1,15 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Menurut
hasil
penelitian
Fitriani
(2011)
mengenai
Analisis
Komparatif Usaha Pengolahan Kakao Fermentasi dan Kakao non Fermentasi di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul menunjukkan bahwa biaya total rata-rata dalam usaha pengolahan kakao fermentasi dalam sekali produksi adalah Rp 285.111,19 dan pengolahan kakao non fermentasi sebesar Rp 99.677,25. Rata-rata penerimaan yang diperoleh usaha pengolahan kakao fermentasi selama satu bulan adalah Rp 249.464,33 dan pengolahan kakao non fermentasi sebesar Rp 70.592,78. Kerugian rata-rata selama satu bulan yang ditanggung usaha pengolahan kakao fermentasi adalah Rp 35.646,86 dan pengolahan kakao non fermentasi sebesar Rp 29.084,48. Pendapatan rata-rata selama satu bulan pengolahan kakao fermentasi adalah Rp 9.469,10 dan pengolahan kakao non fermentasi sebesar Rp -2.351,67. Kedua
usaha
pengolahan
kakao
ini
tidak
menguntungkan
karena
profitabilitasnya kurang dari 0 yaitu sebesar -14,81% untuk usaha kakao fermentasi dan -32,27% untuk usaha kakao non fermentasi. Usaha commit userfermentasi tidak efisien hal ini pengolahan kakao fermentasi dan tonon
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
ditunjukkan dengan nilai masing-masing efisiensi sebesar 0,85 dan 0,68. Sedangkan dari uji komparatif bahwa terdapat perbedaan profitabilitas dan efisiensi antara kedua usaha tersebut namun untuk keuntungan dan pendapatan tidak terdapat perbedaan. Menurut penelitian Nuryanti (2005) mengenai Usahatani Tebu pada Lahan Sawah dan Tegalan di Yogyakarta dan Jawa Tengah menunjukan bahwa menurut jenis lahannya usahatani tebu di lahan sawah secara umum lebih menguntungkan daripada tegalan, khususnya apabila diusahakan dengan pola tanam awal pada skala usaha lebih dari satu hektar. Berdasarkan pola tanam, tanaman keprasan lebih menguntungkan diusahakan baik di lahan sawah maupun tegalan dengan skala usaha kurang dari satu hektar. Berdasarkan skala usahatani, secara umum peningkatan skala usaha pada lahan sawah lebih menguntungkan dibandingkan tegalan dan dapat meningkatkan kelayakan finansial lebih dari 50%. B. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Tebu Tebu merupakan tumbuhan monokotil dari famili rumput-rumputan (Gramineae), batang tanaman tebu memiliki anakan tunas dari pangkal batang yang membentuk rumpun. Tanaman ini memerlukan waktu tanam sepanjang 11- 12 bulan. Tanaman ini berasal dari daerah tropis basah sebagai tanaman liar. Klasifikasi tanaman tebu sebagai berikut: Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Poales
Familia
: Poaceae
Genus
: Saccharum
Spesies
: Officinarum
(Lukito, 2008). Tanaman tebu adalah tanaman semusim meskipun dikenal sebagai commit to user tanaman tropika, tebu juga tumbuh di daerah subtropis pada garis lintang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
0-30o. Secara umum makin besar intensitas radiasi, maka produksi gula makin tinggi. Tanaman tebu tumbuh dalam rumpun-rumpun terdiri dari sejumlah batang tebu yang mengandung gula. Batang-batang tebu tergantung jenis dan tempat penanamannya, umumnya dipanen pada umur 12 bulan di daerah tropis dan 24 bulan di daerah subtropis. Tanaman tebu berasal dari daerah sebelah timur garis Wallace yaitu Sulawesi, Maluku, Irian Jaya dan Papua Nugini serta diperkirakan telah ada sebelum 2500 SM (Sastrowijono, 1998). Tebu adalah tanaman tropis tergolong dalam tanaman C4 yang metabolisme
karbohidratnya
bersekutu
dengan
alam
sehingga
menjadikannya salah satu tanaman budidaya yang paling produktif. Sebagian besar tanaman ini digunakan sebagai penghasil gula. Baru-baru ini, produksi tebu mendapat perhatian yang meningkat karena berpotensi penting untuk produksi biofuel. Namun, tebu termasuk dalam salah satu tanaman genom yang lebih kompleks, yang telah lama menghambat perkembangan genetika tebu untuk mendukung berkembang biak melalui perbaikan tanaman. Tebu tergolong dalam genus Saccharum L, yang termasuk bagian dari familly Poaceae (Rumput) dan suku Andropogonae, yang meliputi spesies. Analisis genom telah diidentifikasi dengan adanya konservasi synteny dengan rumput lainnya, khususnya pada sorgum dan beras. Seiring waktu berjalan, alat-alat baru telah tersedia untuk memahami dasar molekuler di balik produktivitas tebu dan minat baru telah muncul di perusahaan genetika dan fisiologi (D’Hont et al, 2008). Menurut Muljana (1982), pohon tebu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Batang pohon tebu berdiri lurus dan terdiri dari ruas-ruas. Setiap ruas dengan ruas lain dibatasi dengan buku-buku. Kemudian di setiap buku akan terdapat mata tunas. b. Pada umumnya besar batang pohon tebu antara 3-4 cm bila diukur garis tengahnya. Sedangkan tingginya bisa mencapai antara 2 sampai to user dan mata tunas yang berada di 5 meter. Pohon tebu commit tidak bercabang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
bawah tanah akan tumbuh keluar membentuk rumpun. Untuk akar pohon tebu sendiri tidak panjang karena pohon tebu termasuk tumbuhtumbuhan berakar serabut. c. Daun tebu bersilangan di kiri dan kanan dari batangnya. Daun tebu panjang dan tidak bertangkai, namun memiliki pelepah seperti daun jagung. Helai daun berbentuk lurus dan mengecil kemudian meruncing di ujungnya. Daun tebu cukup keras, berbulu kasar dan tepi daun seperti terlihat rata, namun sebenarnya bergigi yang sangat halus. d. Pohon tebu juga dapat berbunga yang berbentuk seperti kerucut atau piramida dengan panjang kurang lebih 50-80 cm. Cabang bunga tahap pertama merupakan untaian dan kemudian yang kedua merupakan tandan yang terdapat bulir-bulir berpasang-pasangan dengan panjang kurang lebih 2 sampai 4 mm. Pada bagian ini terdapat benang sari, putik dengan 2 kepala putik bakal biji. e. Buah tebu termasuk buah padi-padian dengan memiliki satu biji. Sedangkan lembaga besarnya hanya sepertiga dari panjang biji. Masa kemasakan tebu adalah suatu gejala bahwa pada akhir dari pertumbuhannya terdapat timbunan sakarosa di dalam batang tebu. Pada tebu yang masih muda, kadar sakrosa tertinggi berada di dalam ruas-ruas bawah dan kadar sakrosa di ruas-ruas di atasnya hampir sama tingginya. Adapun dalam proses kemasakan, ruas-ruas yang termuda mengandung kadar glukosa yang tertua. Rendahnya kadar sakarosa di ruas-ruas atas berhubungan dengan belum dewasanya ruas-ruas itu. Sakarosa adalah bahan baku yang terpenting. Semula semasa tebu masih dalam masa pertumbuhan, sakarosa ini merupakan hasil asimilasi daun tebu. Gula ini diperlukan untuk pembentukan sel-sel dan semua keadaan yang dapat menimbulkan pertumbuhan baru (Sutardjo, 1994). Budidaya tebu di Jepang hanya dilakukan di daerah Jepang, pulau bagian selatan, barat dan di ujung selatan kepulauan Jepang. Sebagian to user besar pulau-pulau berada commit di subtropis, kondisi alam dan lingkungan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
cukup parah pada budidaya tebu karena sering terjadi angin topan, kekeringan di musim panas, suhu rendah di musim dingin dan kesuburan tanah yang buruk. Dalam beberapa tahun terakhir, produksi tebu telah menurun akibat kurangnya tenaga kerja yang disebabkan oleh banyaknya petani yang sudah berumur tua, penundaan mekanisasi dalam budidaya dan kondisi cuaca yang tidak menguntungkan. Namun, karena tebu masih merupakan tanaman utama dan berperan penting dalam mendukung mata pencaharian di daerah ini, jaringan teknologi tebu terus berupaya untuk meningkatkan produksi tebu di wilayah tersebut (Matsuoka, 2006). 2. Gula Pasir Gula pasir adalah senyawa karbohidrat yang berasa manis dan tersusun dari karbon, hidrogen dan oksigen. Dengan formula C12H12O6 yang berbentuk kristal, berwarna putih, berasa manis, larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol. Gula komersil yang dikonsumsi oleh manusia adalah gula yang dihasilkan dari berbagai tanaman tebu dan keluarga palem (Baser 1996 cit Oktovva, 2004). Pengolahan
tebu
umumnya
dilakukan
di
pabrik
dengan
menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja secara otomatis. Ada beberapa tahap penting yang dikerjakan dalam pembuatan gula putih yaitu ekstraksi nira, penjernihan, penguapan, kristalisasi, pemisahan kristal dan pengeringan. Esktraksi nira tebu dilakukan dengan cara memerah cairan manis yang terdapat di dalam batang tebu melalui proses penggilingan. Alat penggiling tebu yang digunakan pabrik gula berupa suatu rangkaian yang terdiri dari alat pengerja pendahuluan dan dirangkai dengan alat penggiling dari logam. Alat pengerja pendahuluan berfungsi untuk memotong dan mencacah batang tebu. Sedangkan alat penggilingan berfungsi untuk memerah nira (Lutony, 1993). Produksi gula dalam negeri semakin tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi sehingga kekurangan tersebut harus ditutupi dengan gula impor yang terus meningkat dari tahun ke tahun sejak tahun 1990. commit user Angka ketergantungan impor telahtomencapai 47% per tahun pada periode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
1998-2002, naik pesat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum liberalisasi radikal diimplementasikan di Indonesia. Pada tahun 2001, impor gula mencapai 1,5 juta ton atau sekitar 50% dari kebutuhan dalam negeri. Kini Indonesia telah menjadi negara pengimpor gula terpenting di dunia setelah Rusia. Impor gula yang tinggi serta harga internasional yang murah telah mempersulit posisi sebagian besar PG untuk bertahan dalam Industri
Gula
Nasional
(IGN)
apalagi
untuk
berkembang
(Sawit et al, 2004). Pemicu utama konsumsi gula adalah jumlah penduduk dan selera penduduk yang dicerminkan oleh konsumsi perkapita penduduk. Pada tahun 1900 penduduk dunia adalah 1,65 milyar dengan konsumsi perkapita 6,8 kg sehingga konsumsinya adalah sekitar 11 juta ton gula. Dibandingkan produksinya, konsumsi tersebut mendekati jumlah gula yang diproduksi. Pada tahun itu sebagian besar gula dikonsumsi secara langsung oleh negara maju. Pada tahun 2000 penduduk dunia meningkat menjadi 6,2 milyar dengan konsumsi per kapita 21 kg sehingga konsumsi gula diperkirakan 131 juta ton dan terjadi surplus gula sebesar 4 juta ton. Konsumen utama adalah negara berkembang dan gula dikonsumsi hampir sama antara konsumsi untuk industri dan konsumsi untuk keperluan rumah tangga langsung (Nahdodin, 2000). Pengembangan proses vakum pada pabrik gula di India dari tebu terjadi sejak 108 tahun yang lalu. Pemasaran tebu sejak saat itu telah diatur dalam sektor yang diselenggarakan untuk pasokan dan pembuatan gula, sejumlah undang-undang peraturan telah efektif di negara ini dari waktu ke waktu. India adalah negara berbagai fluktuasi iklim, suhu berkisar dari 4 sampai 40 °C yang mempengaruhi pertumbuhan, kematangan dan kualitas pasca panen tebu. Kondisi lingkungan dan geografis daerah tertentu juga mempengaruhi produksi tebu dan gula pemulihan. Daerah semenanjung selatan, sebelah barat negara bagian dan negara bagian dataran utara, memiliki area padat produksi tebu. Pabrik gula maksimum berada di commit to user daerah-daerah ini. Pemasaran gula di negara ini diatur oleh kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
pemerintah yang mempengaruhi produksi gula dan ekonomi di negaranegara yang berbeda. Negara-negara ini memiliki berbagai iklim tropis & sub tropis (Singh, 2011). Upaya untuk mengembangkan teknologi pengolahan gula pasir di Nigeria diprakarsai oleh Pemerintah Federal pada tahun 1986 melalui Kementerian Industri Federal. Pabrik prototipe pertama dari 2 ton per hari tebu mampu memenuhi kapasitas pabrik yang telah dirancang, dibuat dan diuji oleh National Research Institute Sereal, Badeggi pada tahun 1988. Sejak saat itu beberapa kegiatan penelitian telah dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi pabrik dan juga kapasitas pabrik. Proses unit dasar adalah berat, penghancuran, klarifikasi (pengapuran, pemanasan dan pengendapan), penguapan, kristalisasi, sentrifugasi dan pengeringan. Hasil test dari pabrik prototipe menggunakan tiga varietas Tebu BD96-001, BD96-003 dan BD96-009 menunjukkan rata-rata rendemen gula dari 6,36,5% (Gbabo et al, 2004). 3. Gula Merah Tebu (Tumbu) Gula tumbu merupakan salah satu produk pangan, semakin maju suatu bangsa semakin besar perhatiannya terhadap mutu makanan yang dikonsumsi, oleh karena itu diperlukan jaminan keamanan pangan. Kelangsungan hidup industri pangan baik yang berskala kecil, menengah, dan besar, bergantung pada cara memproduksi sehingga menghasilkan produk pangan yang bermutu, layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan. Produk makanan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi yang dihasilkan oleh industri pangan, niscaya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan pada gilirannya industri
pangan tersebut akan
berkembang. Gula merah tebu di Jepang aman untuk dikonsumsi sebab mengandung senyawa anti oksidan yaitu, polikosanol, dan aldehid rantai panjang
sebagai
anti
kanker
dan
pengaturan
tekanan
darah
(Asikin 2008 cit Latief et al, 2010). Nira tebu selain sebagai bahan baku pembuatan gula putih juga bisa to user dijadikan gula merah. Adacommit beberapa macam gula merah yang dibuat dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
nira tebu seperti gula mangkok atau gula kerekan, gula tumbu dan gula tanjung. Ketiga macam gula merah tersebut sering juga disebut sebagai gula tebu tradisional karena hanya di daerah tertentu saja yang bisa memproduksinya. Dinamakan gula tumbu karena tempat untuk mencetak gula ini terbuat dari tumbu. Tumbu adalah tempat atau wadah yang menyerupai keranjang, terbuat dari bambu yang dianyam secara rapat dan proses pembuatan gulanya bertahap (Lutony, 1993). Menurut Utami (2008), kualitas gula merah tebu yang bervariasi menyebabkan industri gula merah kurang berkembang dengan baik, bahkan kurang mampu bersaing menghadapi industri lain yang memproduksi bahan substitusi gula merah. Mutu gula merah tebu saat ini masih tergolong rendah dan bervariasi akibat dari teknologi dan kondisi proses produksi yang diterapkan tidak optimum. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu gula merah tebu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Identifikasi faktor-faktor penyebab mutu gula merah tebu yang rendah dan bervariasi b. Verifikasi teknologi proses melalui kajian eksperimental untuk memperbaiki kualitas produk. c. Formulasi strategi pengembangan usaha gula tebu. 4. Agroindustri Agroindustri merupakan industri yang mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi barang yang mempunyai nilai tambah yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Berbeda dengan industri lain, agroindustri tidak harus mengimpor sebagian besar bahan bakunya dari luar negeri melainkan telah tersedia banyak di dalam negeri. Dengan mengembangkan agroindustri secara tidak langsung telah membantu meningkatkan perekonomian para petani sebagai penyedia bahan baku untuk industri. Bangsa Indonesia adalah bangsa agraris dengan sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani, untuk itu industri yang paling commitindustri to userpertanian karena mencakup hidup potensial dikembangkan adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
masyarakat Indonesia itu sendiri bukan industri lain yang sebagian besar bahan bakunya diimpor dari luar negeri (Kusnandar et al, 2010). Keseluruhan usaha spesialisasi dan diversifikasi secara vertikal dan horisontal dalam industri pertanian terpadu dapat dikelompokan menjadi lima kelompok usaha industri yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu industri sarana produksi pertanian, usaha produksi pertanian, industri penanganan dan pengolahan hasil pertanian, industri pemasaran serta usaha atau industri pelayanan konsumen. Masing-masing kelompok usaha atau industri ini perlu dukungan IPTEK. Meskipun masing-masing kelompok itu dapat berkembang sendiri secara dinamis melalui spesialisasi dan diversifikasi, namun tetap sebagai subsistem dari satu kesatuan sistem industri pertanian terpadu. Kelima kelompok usaha atau industri itu sebagai subsistem yang berkaitan erat dan bersinambungan. Subsistem industri pengolahan hasil pertanian meliputi industri primer (aneka penanganan pasca panen) agar siap jual dan industri sekunder (manufacturing) yang menghasilkan produk setengah jadi untuk bahan industri yang selanjutnya produk jadi siap dikonsumsi (Soekarto, 1997). Industri gula merupakan industri yang mengolah sumber alam yaitu tanaman tebu sebagai bahan baku secara langsung dengan menggunakan peralatan dan teknologi serta sumber daya alam lain yaitu air, ruang dan lahan. Agar menguntungkan industri gula ini harus dekat dengan sumber bahan baku dan bahan penunjang, pasar dan jalan angkutan sehingga dari segi biaya dapat diminimalkan. Namun, di masa mendatang pertimbangan suatu industri perlu didasarkan pada (1) efisiensi penyediaan sarana penunjang industri seperti air, lahan dan transportasi (2) efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dan (3) kemampuan ekosistem untuk menyerap atau meniadakan limbah industri tersebut dan dampak sosial yang negatif (Dianpratiwi, 1998). 5. Biaya Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya commit user umumnya didefinisikan sebagai tetap dan biaya tidak tetap. Biayato tetap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
biaya relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar
kecilnya
dipengaruhi
oleh
produksi
yang
diperoleh
(Soekartawi, 2006). Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dalam batas waktu tertentu tidak berubah ketika tingkat kegiatan berubah. Pada kebanyakan usahatani, biaya-biaya tetap tidak terlalu banyak berubah mengikuti tingkat atau campuran perubahan kegiatan kecuali kenaikan karena pertambahan biaya. Contoh dari biaya tetap antara lain sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran irigasi. Sedangkan biaya variabel dikenal sebagai biaya-biaya langsung. Biaya-biaya ini berubah-ubah mengikuti ukuran atau tingkat output suatu kegiatan. Contoh dari biaya variabel antara lain pupuk, bibit, biaya
tenaga
kerja
dan
biaya
sarana
produksi
lainnya
(Malcolm dan Makeham, 1991). Menurut Hadisapoetra (1973), biaya yang digunakan dalam usahatani meliputi : a. Biaya alat-alat luar adalah semua pengorbanan yang diberikan dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha (keuntungan pengusaha) dan upah tenaga keluarga sendiri. Yang termasuk biaya alat-alat luar adalah : 1) Jumlah upah tenaga kerja luar yang berupa uang, bahan makanan, perumahan, premi dan lain-lain. 2) Pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan pengeluaran-pengeluaran lain yang berupa uang misalnya untuk pajak, pengangkutan dan sebagainya. 3) Pengeluaran-pengeluaran
tertentu
berupa
bahan
untuk
kepentingan usahatani misalnya untuk slametan dan sebagainya. to user 4) Pengurangan daricommit persediaan akhir tahun.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
5) Penyusutan adalah pengganti kerugian atau pengurangan nilai disebabkan modal tetap (aktiva tetap) seperti bangunan-bangunan, alat-alat dan mesin-mesin, ternak dan sebagainya. b. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga luar. c. Biaya menghasilkan adalah biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani. Model regresi dikembangkan untuk menganalisis perilaku pilihan petani dalam menggunakan biaya usahatani agar lebih efisien terutama penataan pembajakan tanah di Taiwan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan pada pilihan membajak pengaturan ditentukan oleh perbandingan biaya antara membajak sendiri dengan mempekerjakan pihak lain serta pertimbangan biaya yang dikeluarkan seperti ketersediaan tenaga kerja keluarga, mesin, tingkat pendidikan, pendapatan diluar usahatani
dan
usia.
Karakteristik
petani
menunjukkan
bahwa
mempekerjakan pihak lain untuk bidang membajak tanah berpotensi besar untuk menyimpan biaya tabungan. Sehingga petani dapat menyimpan biaya yang seharusnya dikeluarkan lebih jika melakukan pembajakan sendiri (Huang, 2002). 6. Penerimaan Penerimaan disebut juga dengan pendapatan kotor menurut Hadisapoetra (1973) merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dan sumber dalam usahatani selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran, atau penaksiran kembali. Pendapatan kotor ini di dalamnya mencakup : a. Jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan dengan mengingat akan adanya penerimaan pada permulaan dan akhir tahun. b. Nilai dari pengeluaran-pengeluaran berupa bahan dari usahatani kepada rumah tangga dan keperluan-keperluan pribadi dari petani dan commit user kepada usaha-usaha yang tidaktotermasuk usahatani.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
c. Nilai dari bahan yang dibayarkan sebagai upah kepada tenaga kerja luar. d. Nilai dari hasil bahan uang yang dihasilkan dalam usahatani yang dipergunakan lagi di dalam usahatani sendiri sebagai bangunanbangunan tetap. e. Tambahan nilai dari persediaan, modal ternak dan tanaman. Menurut Soekartawi (2006), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan TRi = Yi
.
PYi
Keterangan TR : Total penerimaan usahatani Yi : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani i PYi : Harga Y Menurut Prasetya (1996), penerimaan usahatani berujud 3 hal, yaitu: a. Nilai dari produk yang dikonsumsi sendiri oleh petani dan keluarganya selama melakukan usahanya seperti telur, sayuran, dan buah-buahan. b. Nilai dari keseluruhan produksi usahatani baik dari hasil pertanaman, ternak, ikan, maupun produk lainnya. c. Kenaikan nilai inventaris. 7. Pendapatan Menurut
Hadisapoetra
(1973),
pendapatan
petani
dapat
diperhitungkan dengan biaya alat-alat luar dan dengan modal dari luar. Sedangkan pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah adalah biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar. Untuk memperhitungkan nilai biaya dan pendapatan usahatani pada umumnya dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Memperhitungkan keadaan keuangan usahatani dan petani pada suatu commit to user waktu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
b. Memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan usahatani selama satu tahun. c. Memperhitungkan hubungan antara biaya dan pendapatan usahatani pada akhir tahun. Menurut Soekartawi (2006), pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : Pd = TR – TC Keterangan Pd : Pendapatan usahatani TR : Total penerimaan usahatani TC : Total biaya usahatani Pendapatan mempunyai fungsi untuk digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan kegiatan usaha petani. Sisa dari pendapatan usahatani merupakan tabungan dan sebagai sumber dana yang memungkinkan petani mengusahakan kegiatan sektor lain. Besarnya pendapatan usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya (Prasetya, 1996). Reformasi ekonomi yang ditandai oleh liberalisasi perdagangan, pembukaan pasar dan perubahan kepemilikan lahan sistem memiliki dampak signifikan terhadap sektor pertanian di Cina. Dalam rangka untuk memeriksa dampak liberalisasi pasar terhadap pendapatan petani di daerah miskin relatif, studi kasus pertanian tebu di Propinsi Guangxi telah dilakukan.
Studi
ini
menunjukkan
bahwa
efek
dari
liberalisasi
internasional perdagangan, serta output domestik dan pasar input. Pendapatan rumah tangga petani cukup besar. Setelah liberalisasi perdagangan internasional pada gula dan tebu tahun 1995, respon harga gula dalam negeri dengan harga gula dunia lebih signifikan dari sebelum liberalisasi. Elastisitas harga gula dalam negeri untuk harga gula dunia 0,52. Liberalisasi pasar domestik memiliki dampak signifikan terhadap produksi tebu dan harga produsen. Harga tebu lokal tidak menanggapi harga gula dalam negeri yang signifikan sebelum liberalisasi, akan tetapi commit to usernegeri secara signifikan setelah tidak merespon harga gula dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
liberalisasi. Liberalisasi di pasar mengarah ke peningkatan harga input terutama di jangka pendek dan meningkatkan total biaya usahatani tebu. Akibatnya, pendapatan rumah tangga dari usahatani tebu dipengaruhi secara signifikan. Usahatani tebu di Guangxi akan berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga pedesaan pada akhirnya (Qin, 2005). 8. Keuntungan Menurut Soekartawi (1993), keuntungan (K) adalah selisih antara penerimaan total (PrT) dan biaya-biaya (B). Biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (BT) seperti sewa tanah, pembelian alat pertanian dan biaya tidak tetap (BTT) atau biaya variabel seperti biaya yang diperlukan untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, pembayaran tenaga kerja. Dengan demikian : K = PrT – B = PrT – BT – BTT 9. Efisiensi Efisiensi ekonomi adalah efisiensi fisik yang dinilai dengan uang. Efisiensi fisik sendiri adalah banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Setiap panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas lahan dikalikan hasil per satuan luas dan semua dinilai dengan uang. Tetapi hasil itu masih harus dikurangi dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Setelah semua biaya-biaya tersebut dikurangi, barulah petani memperoleh hasil bersih. Apabila hasil bersih petani besar, maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usahatani makin efisien (Mubyarto, 1989). Menurut Soekartawi (2006), penghitungan efisiensi usahatani yang sering digunakan adalah Return Cost Ratio (R/C Ratio). R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya, dirumuskan : R
C
Ratio =
R C
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Keterangan R : Besarnya penerimaan usahatani C : Besarnya biaya usahatani yang dikeluarkan Apabila besarnya R/C Ratio lebih dari satu berarti usahatani tebu yang diusahakan telah efisien, R/C Ratio kurang dari atau sama dengan satu berarti usahatani yang diusahakan belum efisien. 10. Profitabilitas Menurut
Prawirokusumo
(1990),
untuk
mengetahui
nilai
profitabilitas usahatani adalah dengan membandingkan antara keuntungan usahatani yang diperoleh dengan total biaya yang telah dikeluarkan dan kemudian dikalikan 100%. Secara matematis profitabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut : Profitabilitas =
p x 100% TC
Keterangan π : Keuntungan usahatani TC : Total biaya menghasilkan usahatani yang dikeluarkan Apabila besarnya profitabilitas lebih dari 0 berarti usahatani tebu yang diusahakan menguntungkan, profitabilitas sama dengan 0 berarti usahatani tebu yang diusahakan mengalami BEP (impas) dan apabila profitabilitas kurang dari 0 berarti pada usahatani tebu yang diusahakan tidak menguntungkan. Pertanian tebu dapat dipertahankan jika profitabilitas dapat dipastikan melalui pengurangan biaya budidaya dan meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan yang memungkinkan melalui intervensi teknologi dan sesuai strategi ekstensi (Muthusamy cit Nair, 2012). Sebuah percobaan dilakukan berturut-turut selama tiga tahun di Stasiun Penelitian Tebu Jalandhar. Percobaan tersebut untuk mempelajari perbedaan relatif hasil produksi antara tanaman sayuran yang meliputi kacang, lobak dan palak sebagai baris ganda tumpangsari dengan tanaman tebu yang ditanam pada musim gugur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumpangsari kacang polong tidak mempengaruhi hasil tebu. commit to user hasil tebu hingga 5,1% ; 7,4% Tumpangsari lobak dan palak menurunkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
dan 11,5%. Laba bersih tertinggi Rs 26.785/ha diperoleh dari hasil produksi tebu dan kacang polong. Hal ini diikuti laba bersih tebu dan lobak sebesar Rs 26.404/ha. Sedangkan laba bersih tebu dan palak sebesar Rs 24.494/ha. Apabila tanaman murni tebu hanya mencapai Rs 17.848/ha. Jumlah laba bersih tersebut menunjukkan bahwa tumpangsari tebu dengan lobak memiliki nilai ekonomis paling tinggi (Saini, 2003). C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Usahatani merupakan suatu bentuk usaha yang menggunakan faktorfaktor produksi pertanian dalam melakukan usahanya. Dalam kegiatan usahatani, petani dituntun untuk mampu mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Tujuan dari usahatani adalah untuk memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya sehingga petani mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh petani dapat diukur berdasarkan biaya yang dikeluarkan oleh petani dan penerimaan yang diperoleh petani. Sehingga semakin rendah biaya yang dikeluarkan oleh petani dan penerimaan yang diperoleh semakin tinggi maka keuntungan yang diperoleh petani juga akan semakin tinggi. Salah satu usahatani yang ada di Indonesia adalah usahatani tebu. Tebu merupakan bahan pangan mengandung bahan pemanis yang hampir dikonsumsi setiap hari oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dalam pengolahannya menjadi bahan pemanis yang dikonsumsi masyarakat, tebu dapat diolah menjadi dua jenis gula yaitu gula pasir dan gula merah atau biasa disebut gula tumbu. Proses pengolahan dari kedua jenis gula tersebut tentu mengalami perbedaan sehingga mengakibatkan keuntungan yang diperoleh petani tebu akan berbeda. Untuk menganalisis keuntungan kedua usahatani tebu tersebut diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan, menunjukkan nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani tebu dan keadaan pengeluaran, menunjukkan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dari usahatani tebu selama jangka waktu tertentu yaitu satu musim tanam atau commit to user satu tahun.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Biaya adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan dalam usahatani untuk menghasilkan suatu produk yang dapat diperkirakan serta diukur. Biaya usahatani tebu yang digunakan dalam analisis adalah biaya alatalat luar dan biaya menghasilkan. Biaya alat-alat luar meliputi upah tenaga kerja luar, bibit, pupuk, pengangkutan dan sewa traktor. Biaya menghasilkan meliputi biaya alat-alat luar ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan dalam usahatani. Penerimaan
atau
pendapatan
kotor
merupakan
keseluruhan
pendapatan yang diperoleh dari semua hasil output baik yang dijual maupun tidak dijual dalam usahatani selama satu musim atau satu tahun. Penerimaan dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran, atau penaksiran kembali. Dalam menaksir penerimaan usahatani tebu, semua komponen produk yang tidak dijual dinilai berdasarkan harga di tingkat petani. Penerimaan usahatani tebu diperoleh jumlah produksi tebu yang dipasok ke industri pengolahan, rendemen tebu dan harga gula pasir maupun gula tumbu. Penerimaan yang diperoleh petani tebu sebesar 70% dari keseluruhan perhitungan output dan sisanya 30% milik pihak pengolahan gula pasir maupun gula tumbu. Untuk mengetahui keuntungan usahatani, maka digunakan penghitungan penerimaan total dikurangi biaya menghasilkan. Pendapatan usahatani yang tinggi tidak menjamin memberikan profitabilitas dan efisiensi yang tinggi pula bagi petani. Oleh karena itu, diperlukan adanya analisis efisiensi usahatani tebu dengan menghitung nilai R/C (Revenue Cost) ratio dengan kriteria jika R/C > 1 berarti telah efisien dan R/C ≤ 1 berarti tidak efisien (Soekartawi, 2006). Untuk menilai besarnya profitabilitas yang diberikan dari usahatani tebu menggunakan π/TC x 100% dengan kriteria apabila besarnya profitabilitas lebih dari 0 berarti menguntungkan, profitabilitas sama dengan 0 berarti mengalami BEP (impas) dan apabila profitabilitas kurang dari 0 berarti tidak menguntungkan (Prawirokusumo, 1990). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Alur berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut: Usahatani Tebu
Input
Output
Biaya Alat-Alat Luar
Bunga Modal Sendiri
Gula Pasir
Gula Tumbu
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Harga
Harga
- Sewa tanah
- Bibit - Pupuk - Tenaga kerja luar - Transportasi
Penerimaan
Penerimaan
Pendapatan
Pendapatan
Efisiensi
Efisiensi
Keuntungan
Keuntungan
Profitabilitas
Profitabilitas
Biaya Menghasilkan
Komparatif
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir Analisis Komparatif Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasircommit dan Gula to Tumbu user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1.
Gula pasir adalah nira atau air perasan tebu dari batang tebu yang kemudian disaring, dimasak, dikristalkan dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang pengolahannya dilakukan di pabrik gula.
2.
Gula tumbu adalah nira atau air perasan tebu dari batang tebu yang kemudian disaring, direbus, dicetak pada tempat atau wadah yang menyerupai keranjang, terbuat dari bambu yang dianyam secara rapat (tumbu) sehingga menjadi gula tumbu yang pengolahannya dilakukan di industri rumah tangga.
3.
Status kepemilikan lahan petani sampel adalah sewa.
4.
Rendemen merupakan kadar kandungan gula di dalam batang tebu.
5.
Tetes merupakan hasil sampingan yang diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula pasir.
6.
Luas lahan adalah lahan yang digunakan untuk usahatani tebu pada luasan tertentu dihitung dalam satuan hektar (Ha).
7.
Bibit untuk usahatani tebu yaitu bibit berasal dari batang tebu yang dipotong-potong memiliki 2 ruas, dihitung satuan kuintal (Ku) dan dinilai dengan Rupiah/Ha/MT
8.
Tenaga kerja adalah keseluruhan tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani tebu dalam satu musim tanam. Semua tenaga kerja dikonversikan ke dalam tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita yang diukur dalam HKP dan HKW sedangkan nilai tenaga kerja berdasarkan upah dan dinyatakan dalam Rupiah/Ha/MT.
9.
Pupuk adalah jenis dan jumlah pupuk yang digunakan dalam usahatani tebu dalam satu musim tanam yang diukur dalam satuan kilogram dan dinilai dalam Rupiah/Ha/MT.
10. Sewa lahan adalah nilai dari lahan yang disewa dari pihak lain yang digunakan
untuk
usahatani
tebu,
Rupiah/Ha/MT. commit to user
dinyatakan
dalam
satuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
11. Bunga modal sendiri adalah perhitungan dasar bunga yang biasanya harus dibayarkan untuk pinjaman negara dan untuk penanaman modal yang aman di dalam bentuk bank pemerintah. 12. Biaya usahatani tebu yang digunakan dalam analisis meliputi biaya alatalat luar dan biaya menghasilkan. 13. Biaya tetap adalah biaya yang dipergunakan untuk pembiayaan faktorfaktor
produksi
yang
sifatnya
tetap
dan
dinyatakan
dalam
Rupiah/Ha/MT. 14. Biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk pengadaan faktorfaktor produksi yang sifatnya berubah-ubah atau bervariasi tergantung pada
produk
yang
telah
direncanakan
dan
dinyatakan
dalam
Rupiah/Ha/MT. 15. Biaya alat-alat luar adalah semua pengorbanan yang diberikan oleh usahatani tebu meliputi bibit, pupuk, upah tenaga kerja luar, pengangkutan yang dinyatakan dalam satuan Rupiah/Ha/MT. 16. Biaya menghasilkan adalah biaya alat-alat luar ditambah dengan bunga dari modal sendiri yang dipergunakan dalam usahatani, dinyatakan dalam satuan Rupiah/Ha/MT. 17. Penerimaan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir diperoleh dari 70% hasil perkalian antara jumlah produksi tebu yang telah diolah menjadi gula pasir dengan harga jual gula pasir dinyatakan dalam Rupiah/Ha/MT. 18. Penerimaan usahatani tebu untuk pembuatan gula tumbu diperoleh dari 70% hasil perkalian antara jumlah produksi tebu yang diolah menjadi gula tumbu dengan harga jual gula tumbu, dinyatakan dalam Rupiah/Ha/MT. 19. Harga adalah nilai uang dari hasil produksi usahatani tebu yang telah diolah menjadi gula pasir dan gula tumbu, dinyatakan dalam Rupiah. 20. Pendapatan usahatani tebu adalah selisih antara penerimaan dengan biaya alat-alat luar usahatani tebu selama satu musim atau satu tahun commit to user perhitungan yang dinyatakan dalam satuan Rupiah/Ha/MT.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
21. Keuntungan usahatani tebu adalah selisih antara penerimaan dengan biaya menghasilkan usahatani tebu selama satu musim atau satu tahun perhitungan yang dinyatakan dalam satuan Rupiah/Ha/MT. 22. Efisiensi usahatani tebu adalah perbandingan antara jumlah penerimaan total dari usahatani tebu dengan jumlah biaya alat-alat luar usahatani tebu yang dikeluarkan oleh petani selama satu tahun perhitungan. 23. Profitabilitas usahatani tebu adalah perbandingan antara keuntungan dari usahatani tebu dengan biaya menghasilkan usahatani tebu yang dikeluarkan oleh petani selama satu tahun perhitungan. E. Pembatasan Masalah 1. Penelitian ini menggunakan data produksi pada satu musim tanam yaitu usahatani pada tahun 2012. 2. Faktor produksi yang digunakan terbatas hanya usahatani tebu di lahan dan tidak memperhitungkan faktor produksi yang digunakan untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu. F. Asumsi-Asumsi 1. Petani bertindak rasional dalam menjalankan usahataninya, artinya selalu berusaha memperoleh keuntungan yang paling tinggi. 2. Hasil produksi berupa tebu yang diolah menjadi gula pasir dan gula tumbu dinilai dengan uang. 3. Harga produk dan harga faktor produksi disesuaikan dengan harga yang berlaku di lokasi penelitian pada saat penelitian berlangsung. 4. Input-input produksi seluruhnya diperoleh dari pembelian. 5. Variabel-variabel lain yang tidak diamati pada saat penelitian dianggap berpengaruh normal. G. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan nyata pendapatan antara usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu di Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
2. Terdapat perbedaan nyata keuntungan antara usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu di Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. 3. Terdapat perbedaan nyata efisiensi antara usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu di Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. 4. Terdapat perbedaan nyata profitabilitas antara usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu di Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
commit to user