II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu Rahman (2009) dalam penelitiaannya yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Udang Galah Pada Kelompok Tani Hurang Galunggung Kecamatan Sukaratu Tasikmalaya. Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Hurang Galunggung (KT-HG) yang merupakan salah satu kelompok tani yang terdapat di Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Dalam menjalankan usahanya, KT-HG menghadapi permasalahan utama, diantaranya berasal dari pengaruh lingkungan perusahaan yang berubah. Pengaruh lingkungan internal perusahaan berupa penggunaan lahan dan kapasitas produksi belum optimal. Sementara itu, pengaruh lingkungan eksternal berupa munculnya persaingan dalam bisnis udang galah yang menjadi ancaman perusahaan, adanya fluktuasi harga beli dan harga jual, serta pengaruh lingkungan eksternal lainnya. Berdasarkan matriks IE, maka dapat diketahui posisi perusahaan saat ini berada pada kuadran IV yang berarti perusahaan dalam tahap tumbuh dan bina (Grow and Build) dengan strategi intensif dan integratif. Analisis SWOT yang dilakukan menghasilkan 10 rumusan alternatif strategi. Hasil tersebut kemudian dilanjutkan dengan analisis QSPM untuk mendapatkan urutan implementasi pilihan strategi terbaik melalui perencanaan manajemen produksi terintegrasi dengan tujuan memenuhi permintaan tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dan tepat tempat dengan nilai TAS 6,426. Dumgair (2011) dalam penelitiaannya yang berjudul Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru. Penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar dari wilayah Kabupaten Kepulauan Aru merupakan laut dan memiliki potensi perikanan yang sangat besar, tetapi sampai saat ini masih merupakan sebuah daerah tertinggal karena perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia, infrastruktur, kemampuan keuangan lokal dan aksesibilitas masih terbelakang serta mempunyai ketergantungan yang kuat dengan daerah lain. Hasil kajian menunjukkan 8
9
bahwa subsektor perikanan terbukti memiliki keunggulan komparatif dan potensial untuk menjadi basis perekonomian di Kabupaten Kepulauan Aru. Sub sektor perikanan memiliki keunggulan kompetitif yang ditunjukkan dengan nilai perubahan komponen regional, komponen pertumbuhan proporsional serta perubahan komponen pangsa wilayah yang positif dibandingkan dengan kabupaten lain dalam wilayah Provinsi Maluku. Perancangan program dilakukan dengan menggunakan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Prioritas pengembangan ekonomi lokal berbasis perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru adalah : peningkatan tekonologi, koordinasi lintas sektor, blue print, pembukaan akses pasar, regulasi, diversifikasi produk, pengembangan budidaya. Penelitian Mustofa (2011) berjudul Evaluasi Program Pengembangan Kawasan Minapolitan “Kampung Lele” Dengan Model CIPP (Context Input Process Product) di Desa Tagal Rejo Kacamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Penelitian ini mengevaluasi program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” dilihat dari aspek konteks, input, proses dan produk (CIPP). Evaluasi model ini dapat mendeskripsikan semua unsur yang berperan dalam program tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah diskriftif. Berdasarakan hasil penelitian, aspek context (permasalahan, kebutuhan, aset, peluang) dan aspek input (organisasi pendukung, fasilisator, motivator, anggaran)
mampu
menerapkan
pengembangan
kawasan
minapolitan
“Kampung Lele” Desa Tegal Rejo. Aspek Proses (survei lokasi, pelaksanaan legiatan dan fasilitas kegiatan) juga mendukung program tersebut. Dilihat dari aspek product sebanyak 86% responden menyatakan keefektifan program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegal Rejo, namun 14% menyatakan program tersebut tidak efektif. Berdasrkan hasil analisis Chi Kuadrat dengan tingkat 5% menunjukkan ada perbedaan pernadapat oleh responden mengenai efektivitas program pengembangan kawasan minapolitan “Kampung Lele” Desa Tegal Rejo. Penelitain
Rahmawati
dan
Dede
(2012)
berjudul
Strategi
Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Air Tawar. Penelitian tersebut
10
menyebutkan bahwa untuk meningkatkan produksi perikanan, faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian diantanya adalah pengolahan air, saprodi, cara budidaya dan penggunaan pakan. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui strategi pengembangan usaha budidaya ikan air tawar di Kecamatan Air Nipis Kabupeten Bengkulu Selatan. Data dianalisis dengan metode SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembudidaya berusia produktif dengan dengan pendidikan cukup tinggi, pekerjaan utama sebagai pembudidaya ikan merupakan penduduk asli Kecamatan Air Nipis. Hasil anilis menggunakan SWOT menunjukkan bahwa penegmebangan budidaya ikan air tawar memiliki peluang yang lebih besar dibandingkan dengan ancaman dan memiliki peluang yang lebih besar darripada ancaman. Penelitian Sunardji dkk (2014) dengan judul Development Strategy of Seaweed Aquaculture Business in Kupang Regency, East Nusa Tenggara Province, Indonesia. Rumput laut merupakan komoditas utama dalam rencana revitalisasi perikanan selain udang dan tuna karena memiliki beberapa keunggulan, seperti: peluang ekspor yang banyak dibuka, harga yang relatif stabil, tidak adanya kuota perdagangan untuk rumput laut; teknologi budidaya sederhana yang membuatnya mudah-belajar; jangka pendek dari siklus budidaya yang memberikan keuntungan cepat; sejumlah kebutuhan modal kecil; rumput laut milik komoditas tidak berubah karena tidak memiliki perubahan sintetis; rumput laut budidaya dianggap sebagai bisnis padat karya yang membutuhkan beberapa tenaga kerja. Kabupaten Kupang memiliki wilayah potensial untuk budidaya rumput laut 10.354,07 ha dan daerah yang baru dimanfaatkan sebesar 10% dalam bisnis budidaya 2010. Rumput Laut di Kabupaten Kupang dilakukan oleh industri rumah tangga. Kebijakan pemerintah yang diwakili oleh dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kupang
masih diimplementasikan secara parsial. Metode
penelitian yang digunakan adalah survei, populasi pembudidaya rumput laut, sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT. Hasil analisis berdasarkan analisis SWOT menunjukkan bahwa pengembangan rumput laut budidaya peringkat di posisi pertama makna kuadran yang diterapkan strategi
11
progresif atau strategi agresif. Strategi pengembangan progresif bisnis rumput laut dapat dilakukan dengan: produksi panen eskalasi, kualitas dan kontinuitas peningkatan rumput laut, peningkatan tenaga kerja dan pemanfaatan kawasan, serta peningkatan peran pemerintah dalam modal dan pengembangan kelembagaan. Riski, dkk (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Efficiency Of Resource Use In Small-Scale White Shrimp (Penaeus Vannamei) Production In Lamongan Regency, East Java Province, Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan efisiensi sumber daya yang digunakan dalam produksi udang (Penaeus Vannamei) di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Teknik simple random sampling digunakan untuk memilih 125 skala kecil petani udang putih dari daerah enam studi di Kabupaten Lamongan. Fungsi produksi udang diperkirakan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi produksi ganda Log memiliki paling cocok dalam menjelaskan hubungan antara output udang putih dan input yang digunakan. Koefisien determinasi (R2 = 0,846) menunjukkan bahwa delapan puluh empat koma enam persen dari variasi dalam output dari udang putih dijelaskan oleh variabel independen dalam model. Temuan menunjukkan bahwa tenaga kerja, pupuk, pakan dan kepadatan tebar merupakan penentu signifikan dari input produksi. Selain itu, perkiraan rasio nilai produk marjinal (VMP) untuk biaya faktor marjinal (MFC) mengungkapkan bahwa kombinasi non-optimal dari input antara petani udang putih, itu menunjukkan bahwa sumber daya budidaya peternakan yang tidak efisien dimanfaatkan untuk tenaga kerja , pakan dan kepadatan tebar oleh 1,94, 1,93 dan 171,4 masing-masing, sementara pupuk menunjukkan sebaliknya sebesar 0,11 atau lebih dimanfaatkan.
12
Tabel 4. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Ini Perbedaan Penulis
Judul
Persamaan
Rahman ,2009
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Udang Galah Pada Kelompok Tani Hurang Galunggung Kecamatan Sukaratu Tasikmalaya
Analisis IFE (Internal Factor Evaluation), EFE (Eksternal Factor Evaluation), Matriks IE (InternalEksternal), SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) QSPM (Quantitatif Strategic Planning Matric), Pengembangan
Dumgair , 2011
Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru
Pengembangan, ikan
Analisis Location Quotient (LQ), Special Quotient (SQ), Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analisis IFE (Internal Factor Evaluation), EFE (Eksternal Factor Evaluation), Matriks IE (InternalEksternal), SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) QSPM (Quantitatif Strategic Planning Matric)
Mustofa ,2011
Evaluasi Program Pengembangan Kawasan Minapolitan “Kampung Lele” Dengan Model CIPP (Context, Input, Process, Product) di
Lokasi di Kacamatan Sawit Kabupaten Boyolali, pengembangan, ikan
Analisis CIPP (Context Input Process Product), Evaluasi program pengembanga n
Analisis IFE (Internal Factor Evaluation), EFE (Eksternal Factor Evaluation), Matriks IE (InternalEksternal), SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan
Penelitian Terdahulu Komoditas hanya udang galah, lokasi yang diteliti di Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya
Penelitian ini Komoditas udang galah dan ikan, lokasi di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali
13
Desa Tagal Rejo Kacamatan Sawit Kabupaten Boyolali
Threat) QSPM (Quantitatif Strategic Planning Matric), strategi pengembangan
Rahmaw ati dan Dede, 2012
Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Air Tawar
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat
Sunardji dkk, 2014
Development Strategy of Seaweed Aquaculture Business in Kupang Regency, East Nusa Tenggara Province, Indonesia. Efficiency Of Resource Use In Small-Scale White Shrimp (Penaeus Vannamei) Production In Lamongan Regency, East Java Province, Indonesia.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat
Riski, dkk, 2012
Komoditas udang
Lokasi di Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan Komoditas rumput laut, lokasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Lokasi di Kacamatan Sawit Kabupaten Boyolali
Analisis OLS (Ordinary Least Square), Lokasi Kabupaten Provinsi Lamongan Jawa Timur
Komoditas ikan dan udang, lokasi di Kacamatan Sawit Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah
Komoditas ikan dan udang, lokasi di Kacamatan Sawit Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2015 B. Tinjauan Pustaka 1. Agribisnis Pengertian agribisnis dapat dijelaskan dari unsur kata yang membentuknya, yaitu “agri” yang berasal dari kata agriculture (pertanian) dan ”bisnis” yang berasal dari kata usaha. Jadi agribisnis adalah usaha dalam bidang pertanian. Baik mulai dari produksi, pengolahan, pemasaran atau kegiatan lain yang berkaitan (Soekartawi, 1993). Sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan dilaksanakan secara terdesentralisasi. Pembangunan sistem dan usaha dilaksanakan ke depan berbeda dengan masa yang lalu yang
14
sangat sentralistik dan top down. Ke depan, pembangunan sistem dan usaha agribisnis akan dilakukan secara terdesentralisasi dan lebih mengedapankan kreatifitas pelaku agribisnis daerah (Saragih, 2001) Agribisnis mencakup subsistem sarana produksi atau bahan baku di hulu, proses produksi biologis di tingkat bisnis atau usahatani, aktivitas transportasi berbagai fungsi bentuk (pengolahan), waktu (penyimpanan atau pengawetan) di tengah, serta pemasaran dan perdagangan di hilir, dan subsistem lain seperti jasa, permodalan, dan sebagainya. Memilihmilih suatu sistem agribisnis dalam satuan yang terpisah hanya akan menimbulkan gangguan serius dalam seluruh rangkaian yang ada, dan tidak mustahil dapat menciptakan permasalahan tingkat berikutnya yang lebih dahsyat ( Arifin, 2004). 2. Kemitraan Kemitraan merupakan suatu bentuk jalinan kerjasama dari dua atau lebih pelaku usaha yang saling menguntungkan. Terjadinya kemitraan adalah bila ada keinginan yang sama untuk saling mendukung dan saling melengkapi dalam upaya mencapai tujuan bersama. Kemitraan usaha ini dilakukan antara usaha kecil dengan sektor usaha besar. Dengan adanya kemitraan ini, usaha kecil diharapkan dapat hidup berdampingan dan sejajar dengan usaha besar (Anorga, 2002). Pada dasarnya kemitraan itu merupakan suatu kegiatan saling menguntungkan dengan berbagai macam bentuk kerjasama dalam menghadapi dan memperkuat satu sama lainnya. Kemitraan itu mengandung beberapa unsur pokok yang merupakan kerjasama usaha dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling memerlukan (Bobo, 2003). Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan
15
kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis (Hafsah, 1999). Sesuai UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Pasal 1 Ayat 8, “Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah
atau
dengan
usaha
besar
disertai
pembinaan
dan
pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”. Dalam Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor. 44 Tahun 1997 terutama dalam Pasal 1 menyatakan bahwa : “Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan”. 3. Pengembangan Usaha Pengembangan Usaha adalah tugas dan proses persiapan analisis tentang peluang pertumbuhan potensial, dukungan dan pemantauan pelaksanaan peluang pertumbuhan usaha, tetapi tidak termasuk keputusan strategi dan implementasi dari peluang pertumbuhan usaha. Sedangkan untuk usaha yang besar terutama di bidang teknologi industri pengembangan usaha adalah istilah yang sering mengacu pada pengaturan dan mengelola hubungan strategis dan aliansi dengan yang lain. Dalam hal ini perusahaan dapat memanfaatkan satu sama lain keahlian, teknologi atau kekayaan intelektual untuk memperluas kapasitas mereka untuk mengidentifikasi, meneliti, menganalisis dan membawa ke pasar bisnis baru dan produk baru, pengembangan bisnis berfokus pada implementasi dari rencana bisnis strategis melalui ekuitas pembiayaan, akuisisi atau divestasi teknologi, produk, dan lain – lain (Pinta, 2013). Banyak hambatan yang dihadapi seperti kekurangan modal, tenaga kerja yang ahli atau terampil, kinerja keuangan usaha yang buruk, tekonolgi yang minim dan sebagainya. Hambatan- hambatan itu semua dapat diatasi dengan cara mengembangkan dan menerapkan strategi
16
pengembangan usaha yang baik. Pengembangan usaha bukan saja dibarengi dengan modal yang banyak atau tenaga kerja yang terampil, tetapi juga harus dibarengi dengan niat dari diri pengusaha sendiri. Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mampu mengembangkan usaha menjadi lebih besar (Harisfadilah, 2012). 4. Perikanan Perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan, binatang air lainnya atau tanaman air. Kegiatan perikan dilakuan dengan memanfaatkan sumberdaya perikanan yang telah tersedia. Sumberdaya
perikanan
dimanfaatkan
untuk
kebutuhan
manusia.
(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2006). Perikanan adalah suatu kegiatan mulai dari penangkapan, budidaya sampai dengan pengolahan organisme akuatik yang mencakup ikan (finfish), udang (crustasea), hewan bercangkang (molusca), ekinodermata dan alga yang memiliki nilai ekonomis (Effendi, 2004). Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2006), budidaya perikanan merupakan kegiatan memelihara ikan, binatang air atau tanaman air dengan menggunakan fasilitas buatan. Kegiatan budidaya perikanan terdiri atas kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Pola pemanfaatan sumberdaya perikanan yang baik adalah dengan berazaskan keberlanjutan baik pada perikanan tangkap maupun perikan budidaya. Oleh karena itu peran stakeholder yang terlibat dalam kegiatan perikanan sangatlah diharapkan. Peran stakeholder diharapkan juga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari komoditi perikanan tersebut sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada saat ini kegiatan perikanan berkelanjutan belum begitu optimal dilakukan, oleh karena itu perlu adanya suatu terobosan baru yang dapat mendoromg kepada perikanan berkelanjutan (Juliani, 2006). Perubahan iklim telah berpengaruh nyata kepada perikanan. Pengaruh tersebut diakibatkan adanya pemanasan global dan kerusakan
17
lingkungan. Apabila dibiarkan terus-menerus akan berakibat pada kelangsungan
habitat
perikanan
dan
terumbu
karang
sebagai
penunjangnya. diperlukan manajemen yang baik dan tindakan nayata untuk mengurangi kerusakan lingkungan (Yazdi, and Bahram, 2010). Upaya penyelamatan perikanan di masa yang akan dilakukan dengan cara mengidentifikasi perikanan
yang ada pada saat ini. Mengtahui
kondisi perikanan tersebut akan dapat memetakan keberadaan perikanan di perairan. Kemudian dilakukan dengan menguji daya aklimatisasi dari perikanan
tersebut
sehingga
dapat
diketahui
kemampuan
daya
adaptasinyanya dan kemungkinan spesies perikanan yang terancam punah di masa yang akan datang (Ngueku, 2015). 5. Udang Galah Udang merupakan salah satu komoditas utama subsektor perikanan yang memberikan kontribusi sangat besar dalam hal penerimaan devisa negara dari subsektor perikanan air tawar, laut maupun air payau. Udang juga merupakan salah satu makanan hasil laut (sea food) yang terkenal di dunia dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dalam perdagangan internasional. Indonesia memiliki keragaman udang dan merupakan salah satu negara eksportir udang di dunia (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2008). Salah satu komoditas unggulan perikanan air tawar yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah udang galah. Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de man) atau dikenal sebagai Giant Freshwater Shrimp merupakan salah satu jenis Crustacea, dari famili Palaemonidae yang mempunyai ukuran terbesar dibandingkan dengan jenis udang air tawar lainnya. Udang galah dari Sumatera dan Kalimantan memiliki ukuran kepala yang sangat besar, capit panjang dan berwarna hijau kuning, sedangkan dari Jambi memiliki ukuran kepala lebih kecil, capit kecil dan berwarna keemasan (Puslit Limnologi LIPI, 2001). Indonesia memiliki lebih dari 50 jenis udang air tawar, termasuk udang galah. Berdasarkan distribusi geografisnya dapat di prediksi bahwa
18
Indonesia menjadi center of origin dari 19 spesies udang galah (Macrobrachium rosenbergii de man) yang hidup di berbagai sungai dan danau di wilayah nusantara. Penyebaran udang hampir di semua wilayah Indonesia (Hadie dan Hadie, 2002). Udang galah menduduki posisi pertama dalam pengelompokkan produk berdasarkan selera pasar, hal ini menunjukkan bahwa udang galah sangat digemari konsumen. Kandungan gizi yang terdapat pada udang galah seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Kandungan Gizi Pada Udang Galah No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kandungan Zat Kapur Fosfor Vitamin A Protein Lemak Vitamin B1
Kadar 136 170 100 21 0,2 0,01
Satuan mg mg mg % % mg
Sumber: Puslit Limnologi LIPI, 2001 Udang merupakan salah satu makanan mewah yang sangat digemari di negara maju. Akrabnya konsumen negara maju terhadap udang tidak lepas dari udang itu sendiri sebagai bahan makanan bergizi. Kandungan lemak dalam udang rendah, demikian dengan kalorinya. Udang cukup andal sebagai sumber protein, menurut penelitian terakhir diketahui sebagian besar kandungan asam lemak dalam udang adalah jenis asam lemak tak jenuh dengan gugus omega-3 yang dapat menurunkan kolesterol darah, sehingga mengkonsumsi udang tidak berarti menimbun kolesterol (Puslit Limnologi LIPI, 2001). 6. Manajemen Strategi Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam
merumuskan,
mengimplementasikan,
serta
mengevaluasi
keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Proses manajemen strategi didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi harus secara terus-menerus berbagai macam tren perubahan. Penerapan manajemen strategi pada suatu
19
organisasi bisnis berguna untuk membantu memenangkan persaingan dengan kompetitor (David, 2012). Manfaat utama dari manajemen strategis adalah untuk membantu organisasi
merumuskan
strategi-strategi
yang lebih baik
melalui
penggunaan pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis dan rasional. Hal ini memungkinkan sebuah organisasi untuk lebih produktif dan reaktif dalam membangun masa depannya. Selain itu, secara nyata akan memberikan keuntungan seperti kesadaran akan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang ada (David, 2012). Manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan keragaan perusahaan dalam jangka panjang. Proses manajemen strategi adalah menentukan cara dan jalan yang mana yang dapat diambil para perencana strategi dalam menentukan sasaransasaran, kebijakan dan kegiatan pengambilan keputusan perusahaan (Wheelen and Hunger, 2001). Manajemen strategi tidak hanya dimiliki oleh perusahaan besar saja. Perusahaan kecilpun sebaiknya dikelola dengan menggunakan manajemen strategi.
Manajemen
strategi
merupakan
sekumpulan
keputusan
serangkaian keputusan dan tindakan yang dirancang untuk mencapai sasaran perusahaan. Dengan demikian manajemen strategis melibatkan pengambilan keputusan melibatkan pengambilan keputusan jangka panjang dan rumit serta berorientasi ke masa depan. Manajemen strategis merupakan proses tiga tingkat yang melibatkan para perencana di tingkat perusahaan, unit bisnis dan fungsional dan para pendukung lainnya (Suyanto, 2007). 7. Strategi Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi merupakan aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar. Selain itu, strategi memengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk lima tahun kedepan, dan karena berorientasi
20
ke
masa
yang
akan
datang.
Strategi
mempunyai
konsekuensi
multifungsional serta perlu mempertimbangkan, baik faktor eksternal mapun internal yang dihadapi perusahaan (David, 2012). Strategi adalah rencana berskala besar dengan orientasi ke masa depan untuk berinteraksi dengan kondisi persaingan demi mencapai tujuan agroindustri. Strategi mencerminkan pengetahuan mengenai bagaimana, kapan, dan dimana agroindustri akan bersaing, dengan siapa sebaiknya bersaing dan untuk tujuan apa agroindustri harus bersaing dan bagaimana bentuk persaingannya (Pearce dan Robinson, 2008). Strategi merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana agroindustri akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing. Dengan agroindustri lebih fokus maka akan lebih mudah menggapai tujuan (Hunger dan Wheelen, 2003). 8. Proses Perumusan Strategi Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim yang senantiasa berubah. Konsekuensi faktor internal perusahaan seperti perubahan terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan (Rangkuti, 2006). a. Analisis Internal dan Eksternal Analisis lingkungan internal dalam perusahaan atau organisasi terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Strategi sebagian dirancang untuk memperbaiki kelemahan perusahaan atau organisasi, mengubah menjadi kekuatan dan bahkan menjadi kompetensi khusus. Analisis lingkungan internal manajemen, pemasaran dan pengembangan (Litbang), serta operasi system manajemen perusahaan atau organisasi (David, 2012).
21
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut merupakan bentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan. Variabel-variabel itu meliputi struktur, budaya, dan sumber daya organisasi (Hunger dan Wheelen, 2003). Lingkungan eksternal dapat dikatakan sebagai komponenkomponen atau variabel lingkungan yang berasal dari luar perusahaan. Komponen tersebut cenderung berada di luar jangkauan organisasi, artinya tidak bisa melakukan intervensi terhadap komponen-komponen tersebut. Komponen-komponen tersebut cenderung diperlakukan sebagai komponen yang sulit untuk dikendalikan (Dirgantoro, 2001). Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (peluang dan ancaman) yang berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabelvariabel tersebut membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian yaitu lingkungan kerja dan lingkungan sosial (Hunger dan Wheelen, 2003). Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) terdiri atas kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan atau industri. Kekuatan internal atau kelemahan internal adalah aktivitas dalam kendali organisasi atau industri yang prestasinya luar biasa baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan tersebut muncul dalam aktifitas manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, litbang dan system informasi. Mengenali dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi atau industri dalam berbagai fungsional dari bisnis adalah aktivitas manajemen strategis yang penting (Dwiastuti, 2008). Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) terdiri atas peluang dan ancaman eksternal perusahaan atau industri. Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada keadan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hokum, pemerintah, teknologi, dan persaingan
22
yang cenderung menguntungkan atau merugikan bagi organisasi atau industri. Peluang atau ancaman sebagian besar berada di luar kendali organisasi sehingga disebut faktor eksternal. Sebuah organisasi atau industri perlu merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang dan mengurangi atau menghindari ancaman yang ada (Dwiastuti, 2008). Matriks
IE
(Internal-ExternalMatrix)
bermanfaat
untuk
memposisikan perusahaan ke dalam matriks yang terdiri dari 9 sel. Matriks IE terdiri atas dua dimensi yaitu total skor dari matriks IFE (Internal Factor Evaluation) pada sumbu X dan total skor dari matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) pada sumbuY. Pada sumbu X maupun Y skornya ada tiga yaitu skor 1,0-199 posisi lemah, skor 2,02,99 posisi rata-rata dan skor 3,0-4,0 posisi kuat (David, 2012). b. Perumusan Alternatif Strategi Matriks SWOT digunakan untuk menganlisis kekuatan dan kelemahan sebagai faktor inetnal dan peluang
dengan ancaman
sebagai faktor ekternal serta menyarankan strategi untuk organisasi. Strategi ini membagi dalam empat kelompok seperti, S-O (StrengthOpportunities) dengan menggunakan peluang untuk menghilangkan kelemahan, S-T (Strength-Threath) dengan menggunakan kekuatan untuk mengurangi kerentanan ancaman, dan W-T (Weakness- Threath) dengan menghilangkan kelemahan untuk mengurangi kerentanan terhadap ancaman (Nikolau, et al, 2010). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.
Perencanaan
strategis
(Strategic
planner)
harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
23
peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini serta yang akan datang (Rangkuti, 2006). Analisis
SWOT
banyak
digunakan
dalam
penyusunan
perencanaan strategi bisnis yang bertujuan untuk menyusun strategistrategi jangka panjang sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas dan dapat diambil keputusan, berikut semua sikap dalam menghadapi pesaing. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi dan kebijakan perusahaan (Rangkuti, 2006). Perumusan alternatif strategi dilakukan dengan matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan alat yang dapat dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yag dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya matriks ini menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies) strategi kekuatanancaman (S-T strategies), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies) (Rangkuti, 2006). c. Penetapan Strategi QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan ketertarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan (Umar, 2002). Satu-satunya teknik analitis dalam mendapatkan daftar prioritas yang dirancang untuk menentukan daya tarik relatif dari berbagai tindakan alternatif. Teknik tersebut adalah Matriks Perencanaan
24
Strategis Kuantitatif (Quantitatif Strategic Planning Matrix – QSPM). Teknik ini secara objektif menunjukkan strategi mana yang terbaik. QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya (David, 2012). C. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan usaha telah beberapa kali dilakukan dimana dalam pengembangan usaha tersebut, masing-masing usaha selalu mengalami kendala dalam menjalankan usahanya. Kendala tersebut bisa berasal dari internal maupun ekternal dari usaha tersebut. Upaya lebih mendalam mengetahui permasalahan dalam usaha pdapat dilakukan analilsis lingkungan internal dan eksternal dari usaha tersebut, analisis dilakukan dengan memperhatikan variabel-variabel yang menjadi objek permasalahan dalam analisis yang dilakukan. Mengetahui kondisi lingkungan internal dan ekternal dari usaha, maka dapat dilakukan upaya penyusunan alternatif strategi dan prioritas strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut serta untuk memaksimalkan peluang yang ada. Penelitian terdahulu tentang menganalisa lingkungan internal dan ekternal dari usaha telah dilakukan oleh Rahman (2009), Dumgair (2011), Mustofa (2011), Rahmawati dan Dede (2012), Sunardji (2014) dan Riski dkk (2012). Penyusunan strategi pengembangan suatu
agribisnis atau usaha
merupakan suatu hal yang harus dilakukan agar usaha dapat terus berjalan dengan baik. Pengembangan agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali dalam menjalankan kegiatan usahanya memiliki kendala-kendala diantaranya, lemahnya permodalan, penggunaan lahan produksi belum optimal, harga-harga sarana produksi yang semakin mahal, belum adanya penangan pasca panen secara khusus dan lainnya. Pada proses pengembangan usaha terdapat kekuatan dan peluang serta kelemahan dan ancaman. Faktor-faktor tersebut sangat penting untuk diidentifikasi sebagai pertimbangan penyusunan alternatif strategi dan prioritas strategi
25
pengembangan agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Perumusan strategi pengembangan yang efektif merupakan serangkaian proses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah analisis faktor internal dan faktor eksternal. Proses perumusan strategi pengembangan usaha dilakukan dengan melakukan identifikasi terhadap faktor internal dan faktor eksternal dari usaha pengembangan agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit. Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit meliputi manajemen, sumberdaya manusia, keuangan, produksi, pemasaran. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada di luar usaha agribisnis ikan dan udang tetapi memiliki pengaruh terhadap berjalannya usaha yang meliputi pesaing, pemasok, iklim, konsumen, kondisi perekonomian, sosial budaya, kebijakan pemerintah, teknologi. Langkah selanjutnya adalah menentukan alternatif strategi. Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang ada kemudian dilakukan pembobotan dan pemberian rating untuk menentukan skor dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE). Setelah mendapatkan total skor dari matriks IFE dan EFE, maka dilakukan pemetaan dalam Internal – Eksternal Matrix (IE) untuk mengetahui posisi agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit. Langkah selanjutnya adalah menyusun alternatif strategi menggunakan matriks Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat (SWOT). Tahap ketiga adalah penentuan prioritas strategi, penentuan prioritas strategi dilakukan dengan Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM). Hasil dari alternatif strategi akan dipilih beberapa alternatif strategi yang akan dijadikan prioritas strategi terbaik untuk diterapkan dalam pengembangan agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit.
26
Agribisnis Ikan dan Udang Desa Cepokosawit
-
Faktor-Faktor Internal Sumber Daya Manusia Keuangan Produksi Pemasaran (4P) Teknologi
Kekuatan
Kelemahan
Faktor-Faktor Eksternal - Lingkungan Bisnis Pesaing Pemasok Keadaan alam (Iklim) Konsumen Teknologi - Lingkungan Makro Kondisi Perekonomian Kondisi Sosial Budaya Kebijakan Pemerintah
Peluang
Ancaman
Matriks EFE
Matriks IFE Matriks IE (Analisis Posisi Agribisnis Ikan dan Udang)
Matriks SWOT (Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis Ikan dan Udang)
Matriks QSP (Prioritas Strategi Pengembangan Agribisnis Ikan dan Udang)
Gambar 1. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah
27
D. Pembatasan Masalah 1. Penelitian dilakukan pada stakeholder agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali meliputi : pelaku agribisnis ikan dan udang (kelompok pembudidaya), penyedia input (pakan, benih) produksi, lembaga pembiayaan, pemasar, konsumen dan pengambil kebijakan/pemerintah. 2. Faktor internal yang dianalisis meliputi : manajemen, sumber daya manusia, keuangan, produksi dan pemasaran. 3. Faktor eksternal yang dianalisis meliputi lingkungan bisnis : pesaing, pemasok, keadaan alam (iklim), konsumen, teknologi dan lingkungan makro : kondisi perekonomian, sosial budaya dan kebijakan pemerintah. E. Defenisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Perikanan menurut Undang-Undang RI Nomor 45 Tahun 2009 adalah kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungan mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam sautu sistem bisnis perikanan. 2. Agribisnis ikan dan udang adalah kegiatan usaha agribisnis yang berkonsentrasi pada komoditas ikan dan udang galah.
3. Kawasan agribisnis desa ikan dan udang (Dendang) adalah suatu lokasi di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali tempat melakukan budidaya udang galah, ikan, kolam pemancingan dan mina padi.
4. Unit Pengelolaan Terpadu Desa Ikan dan Udang (UPT Dendang) adalah unit swadaya masyarakat yang melakukan pengelolaan agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali yang membawahi kelompok Mina Lestari, Mina Lestari 1 dan Mina Padi. 5. Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang melakukan kegiatan budidaya ikan dan udang galah di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali.
28
6. Kelompok Mina Lestari adalah kelompok yang melakukan pembesaran udang galah di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 7. Kelompok Mina Lestari 1 adalah kelompok yang melakukan budidaya ikan nila, bawal dan pengelolaan kolam pemancingan di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 8. Kelompok Mina Padi adalah kelompok yang melakukan budidaya padi sawah yang di integrasikan dengan ikan nila di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 9. Ikan adalah jenis-jenis ikan yang dibudidayakan pada agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali meliputi ikan nila, gurame, karper, bawal dan lele. 10. Udang galah adalah salah satu jenis udang yang hidup di air tawar teramasuk dalam spesies Macrobrahium rosenbergii dan di bidudayakan Kelompok Mina Lestari. 11. Kolam adalah tempat melakukan budidaya ikan dan udang galah di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 12. Kolam pemancingan merupakan wahana wisata tempat melakukan pemancingan ikan di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali yang dikelola Kelompok Mina Lestari 1. 13. Pengembangan agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali adalah proses perubahan secara positif dari segi kualitas dan kuantitas. 14. Strategi pengembangan adalah sebuah respon terhadap adanya peluang dan ancaman dari faktor eksternal serta kekuatan dan kelemahan dari faktor internal usaha agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 15. Faktor internal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha yang ada dalam agribisnis ikan dan udang yang dapat dikendalikan. Meliputi Manajemen (perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, pengawasan), sumberdaya manusia (ketersediaan dan keadaan sumber
29
daya manusia), keuangan (sumber dan kecukupan modal), produksi (proses) dan pemasaran (keadaan pemasaran). 16. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha yang ada di luar agribisnis ikan dan udang yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya. Meliputi Lingkungan bisnis : Pesaing (usaha sejenis yang menjadi ancaman),
pemasok (pemasok bahan baku benih), konsumen
(pelanggan), keadaan alam (lingkungan alam sekitar dan iklim), teknologi (teknologi yang mendukung agribisnis ikan dan udang) dan lingkungan makro :
kondisi perekonomian, sosial budaya (kondisi masyarakat
sekitar dan budaya Indonesia) dan kebijakan pemerintah (kebijakan yang terkait dengan usaha agribisnis ikan dan udang). 17. Sumberdaya manusia adalah seluruh tenaga kerja dan pengelola yang terlibat dalam pengelolaan agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Aspek yang diteliti adalah jumlah tenaga kerja, kualitas tenaga kerja kendala yang dihadapi dalam memperoleh tenaga kerja. 18. Keuangan adalah instrumen yang digunakan untuk melihat pertumbuhan penjualan dan struktur modal terhadap perolehan laba penjualan (yang diukur dengan rupiah) pada
agribisnis ikan dan udang di Desa
Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Aspek yang diteliti adalah kepemilikan modal, sumber modal, alokasi penggunaan modal dan kendala dalam memperoleh modal. 19. Produksi merupakan proses kegiatan usaha yang ada dalam agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Aspek yang diteliti adalah bagaimana proses produksi (budidaya ikan dan udang) berlangsung dari persiapan produksi hingga panen. 20. Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan terhadap produk pada pada usaha yang ada dalam agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Aspek yang diteliti adalah kualifikasi produk yang dipasarkan, harga yang ditetapkan, promosi yang
30
dilakukan, wilayah pemasaran, serta kendala yang dihadapi dalam kegiatan pemasaran. 21. Pesaing merupakan seorang atau kelompok tertentu (kelompok sosial) yang mempunyai tujuan yang sama agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif. Aspek yang diteliti adalah bagaimana kondisi pesaing serta bagaimana pengelola menyikapi kondisi pesaing tersebut. 22. Pemasok adalah pihak yang menyediakan sarana produksi untuk melakukan proses produksi pada agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Aspek yang diteliti adalah kualitas dan kuantitas pasokan, kemudahan memperoleh pasokan serta sumber pasokan. 23. Konsumen adalah orang atau sekelompok orang yang membeli produk agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Aspek yang diteliti adalah hubungan antara pelaku agribisnis ikan dan udang dengan konsumen, minat konsumen membeli produk. 24. Keadaan alam adalah keadaan alam yang berpengaruh terhadap kegiatan agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Aspek yang diteliti adalah bagaimana pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan agribisnis ikan dan udang seperti : keadaan lokasi, kecukupan air, daya dukung tanah dan lainnya. 25. Kondisi perekonomian terkait dengan jumlah permintaan dan penawaran yang mengalami perubahan serta aspek yang mengikutinya yaitu harga dan pendapatan. Aspek yang diteliti adalah pengaruh perubahan kondisi ekonomi (harga) terhadap agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 26. Kondisi sosial budaya yang berpengaruh adalah kepercayaan, nilai, sikap, tradisi, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan eksternal yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnik. Aspek yang diteliti adalah hubungan antara
31
pengelola agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali dengan stakeholder terkait dan lainnya. 27. Kebijakan Pemerintah
adalah
kebijakan
yang berpengaruh
atau
mempengaruhi dan membatasi organisasi individu dalam masyarakat. Aspek yang diteliti adalah kebijakan yang diambil pemerintah dalam pengembangan
agribisnis
ikan dan udang di Desa Cepokosawit
Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 28. Teknologi adalah istilah umum yang biasa digunakan untuk teknologi yang dapat membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, menyebarkan dan lainnya. Aspek yang diteliti adalah jenis teknologi yang digunakan, manfaat yang diperoleh dari teknologi tersebut serta kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan teknologi tersebut serta peluang teknologi yang belum digunakan. 29. Kekuatan adalah faktor keunggulan dari dalam agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit yang dapat mendukung agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit. Pada penelitian ini, kekuatan merupakan faktor dari dalam agribisnis yang dapat menunjang pengembangan agribisnis ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 30. Kelemahan adalah faktor keterbatasan dari dalam agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit. Pada Penelitian ini, Kelemahan merupakan faktor yang dapat menurunkan pengembangan agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 31. Peluang adalah faktor yang berasal dari luar agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit yang dapat memberikan keuntungan. Pada penelitian ini, peluang merupakan lingkungan eksternal yang dapat digunakan pelaku agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali untuk memperoleh keuntungan di pasar. 32. Ancaman adalah faktor yang berasal dari luar agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit yang tidak menguntungkan dan menghadirkan tantangan bagi peforma agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit. Pada penelitian ini, ancaman adalah faktor eksternal yang berasal dari luar
32
agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit yang menghadirkan tantangan dalam pengembangan agribisnis ikan dan udang
Desa
Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 33. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) adalah matriks yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan faktor internal yang ada pada agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 34. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) adalah matriks yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan faktor eksternal yang ada pada pengembangan agribisnis ikan dan udang
Desa
Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 35. Matriks Internal - Eksternal (IE) adalah matriks yang menempatkan pada berbagai divisi dalam sembilan sel atau digaram skematis untuk mengetahui posisi perusahaan. Pada penelitian ini, matriks IE digunakan untuk mengetahui posisi agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 36. Matriks Strenght, Weakness, Opputunities, Threats (SWOT) adalah matriks yang akan digunakan untuk menyusun alternatif strategi pengembangan agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali melalui strategi Strenght Opportunity (SO), Weakness Opputunities (WO), Strenght Threats (ST) dan Weakness Threats (WT) 37. Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM) adalah matiks yang digunakan untuk mevaluasi berbagai alternatif strategi secara objektif berdasarkan faktor-faktor keberhasilan internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Pada penelitian ini,
QSPM digunakan
mengevaluasi alternatif strategi pengembangan agribisnis ikan dan udang Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. 38. Prioritas strategi adalah strategi yang dipilih dan relevan untuk diterapkan dalam pengembangan agribisnis ikan dan udang Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali.
Desa Cepokosawit