7
II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1
Asal Usul Kuda Kuda dengan nama lain Equus dikenal sebagai hewan yang diburu pada
zaman tua (paleolithic) yaitu sekitar 25000 tahun silam, sedangkan pada zaman neolithic yaitu sekitar 5000 tahun lalu barulah mulai di domestikasi (Ensminger, 1969).
Selanjutnya
hal
ini
dinyatakan
bahwa
daerah
pertama
yang
mendomestikasi hewan ini adalah daerah persia, pada tahun 3000 SM dan diteruskan ke daerah Eropa Selatan yaitu pada tahun 2000 SM. Menurut (Pickeal, 2004) menyatakan bahwa Equus berkembang sekitar 4 juta tahun yang lalu. Selama akhir periode miolene, sekitar 2,5 juta tahun yang lalu beberapa species Equus menyebarang ke daerah lainnya, sehingga mengakibatkan masuknya perkembangan zebra di Afrika Tengah, sedangkan yang lainnya masuk ke bagian Afrika Utara dan Asia, lalu berkembang menjadi keledai yang menyebar ke Timur Tengah yang akhirnya menjadi Equus Caballus atau kuda modern. Menurut (Ensminger, 1969) klasifikasi taxonomi kuda yaitu : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub phylum
: Vertebrata
Class
: Mamalia
Ordo
: Perissodactyla
Family
: Equiadae
8
Genus
: Equus
Species
: Equus Caballus
Menurut Sasroamidjojo dan Soeradji (1990) menyatakan bahwa pada zaman purba dikenal golongan kuda ( Equus Caballus ) yang menurunkan kudakuda zaman sekarang ini yaitu Equus caballus germanicus, Equus caballus gamelini, Equus caballus orientalis, Equus caballus occidentalis, Equus caballus feru. Pada dasarnya kuda hidup secara berkelompok, dapat berkomunikasi dengan berbagai pergerakan tubuh, meliputi ekor, telinga, mulut, kepala, leher, keanekaragaman suara memanggil dan bau. Kuda mempunyai perkembangan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan perasa yang baik (Ensminger, 1969).
2.2
Jenis dan Tipe Kuda Kuda digolongkan menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu kuda Tarik, kuda Tunggang,
dan kuda Poni (Bakeley dan Bade, 1991). Kuda Tarik merupakan kuda tipe berat yang memiliki bobot badan lebih dari 600 kg dan tinggi pundak 145 – 170 cm, Kuda ini dipergunakan untuk mengangkut atau menarik beban. Beberapa yang termasuk kuda jenis ini diantaranya American Cream Horse, Belgian, Clydesdae, Shire, dan Suffolk. Kuda tunggang merupakan kuda tipe ringan yang memiliki bobot badan 400 - 600 kg dengan tinggi pundak 145 - 170 cm. Kuda ini biasa digunakan untuk kegiatan olah raga berkuda yang salah satunya adalah olahraga polo berkuda. Beberapa kuda yang termasuk kuda tunggang diantaranya adalah American saddle horse, Arabian, Andalusia, Criollo, Morgan, Thoroughbred, Standardbred, Thennessee walking horse, dan Palomino.
9
Kuda Poni merupakan kuda berukuran kecil memiliki bobot badan 200 400 kg dengan tinggi pundak +145 cm. Kuda poni ini biasa digunakan untuk anak-anak yang ingin berlatih menunggang kuda.
2.3
Sejarah Polo Berkuda Olahraga polo berkuda adalah salah satu olahraga beregu yang paling tua
di dunia. Polo berkuda pertama kali dimainkan oleh kaum pejuang Normadic di daerah Persia pada abad ke 6 sebelum Masehi. Untuk pertama kalinya olahraga ini dimainkan oleh pasukan kavaleri berkuda tanpa batasan jumlah pemain. Pada saat itu polo masih merupakan miniatur perang, sistem permainanya yaitu memperebutkan kepala kambing dengan tujuan untuk melatih para prajurit Persia agar lebih terampil, berani dan kompak dalam suatu tim. Pertandingan Polo berkuda pertama dalam sejarah terjadi sekitar tahun 600 SM. Pada saat itu, Kerajaan Turkoman mengalahkan kerajaan Persia dalam pertandingan yang disaksikan oleh publik.
Kemudian Persia dan Mogul menaklukan India dan
dimulailah penyebaran olahraga Polo di Dunia Timur (Veena Goel, 1998). Tahun 1937 menandai dimulainya sejarah polo di Indonesia, saat Batavia Polo Klub didirikan di Lapangan Banteng, Jakarta. Pendiri perkumpulan olahraga polo mulanya dikenalkan oleh bangsa Belanda dan pertandingan pertama yang dilakukannya adalah melawan regu polo Malaysia. Saat terjadi perang dunia ke dua dan Indonesia dijajah Jepang, perkumpulan tersebut bubar, pada tahun 1992, Hashim S. Djojohadikusumo dan James T Riady kembali memperkenalkan polo di Indonesia dengan mendirikan JPEC (Jakarta Polo and Equestrian Club) di Bukit Sentul Selatan.
Pada tahun itu pula Indonesia menjadi anggota FIP
(Federation of International Polo) dengan Hashim Djojohadikusumo sebagai
10
Ketua Asosiasi Polo Indonesia. Di bawah bimbingan Subiyakto Cakra Wardaya sebagai presiden Persatuan Olahraga Berkuda Indonesia (Pordasi), Asosiasi Polo Indonesia menjadi Komisi Polo Indonesia di bawah Pordasi dengan ketua tetap Hashim Djojohadikusumo karena kesibukan ketua terserbut berbisnis di luar negeri, perkembangan polo di Indonesia benar-benar berhenti tahun 2002 (Tevinsa, 2014). Pada tahun 2005, di bawah bimbingan Letnan Jenderal (Pur.) Prabowo Subianto, didirikan Nusantara Polo Club. Klub ini mewakili Indonesia untuk pertama kalinya dalam turnamen Kings Cup 2006 di Thailand dan meraih peringkat ketiga di bawah Malaysia dan Jordan. Dalam akhir dari turnamen ini, negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Indonesia sepakat untuk membuat polo sebagai cabang olahraga resmi yang dimainkan dalam SEA Games 2007 di Thailand (Tevinsa, 2014). Nusantara Polo Club adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia yang dibangun oleh Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf & Country Club. Selain menjadi klub yang terbuka untuk membina olahraga polo berkuda yang saat ini masih belum populer dimainkan di Indonesia, Nusantara Polo
Club
juga
membina
tim
nasional
polo
Indonesia
yang
pada
bulan Desember 2007 berkesempatan mewakili Indonesia pada ajang turnamen polo SEA GAMES 2007 Thailand.
Pada tahun 2011, Nusantara Polo Club
dijadikan tempat penyelenggaraan turnamen polo berkuda pada South East Asian Games (SEA Games) 2011 di Indonesia (Tevinsa, 2014).
11
2.4
Deskripsi Polo Berkuda Dalam pertandingan Polo berkuda, kuda yang sering digunakan adalah
Criollo, kuda ini berasal dari Argentina yang dianggap memiliki hubungan dengan jenis kuda Barb, Andalusia dan Arab. Tetua Criollo dibawa ke Amerika Selatan oleh tentara Spanyol pada abad ke-16. Kuda ini kebanyakan dikawin silang dengan Thoroughbred, kombinasi yang kuat menjadikan kuda ini memiliki bakat atletik dengan Thoroughbred yang cepat untuk menghasilkan kuda polo terbaik di dunia. Kuda ini memiliki kisaran tinggi 140 - 150 cm. Criollo merupakan kuda yang tangguh dan cerdas. Daya tahan, kecepatan dan gerakan gesitnya membuat Criollo populer dan banyak dimanfaatkan peternak di Amerika Selatan untuk menggembalakan ternak. Criollo dapat digunakan sebagai alat transportasi jarak dekat atau jauh dan mampu membawa beban (Drapper, 2006). Pemilihan tipe dan ukuran kuda polo berdasarkan ketahanan dan kecepatannya saat sedang membawa penunggang. Kuda juga harus memiliki kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian kembali berlari kearah yang berlawanan. Temperamen kuda harus berani serta cerdas untuk mendeteksi penempatan bola polo saat berada dilapangan (Kacker dan Panwar, 1996). Polo berkuda merupakan olahraga beregu yang dimainkan diatas kuda dengan tujuan mencetak gol ke gawang lawan. Pemain mengendalikan bola kayu atau plastik (ukuran 3–3,5 inci) menggunakan pemukul panjang yang disebut mallet. Gol dianggap sah apabila bola lewat di antara gawang ditandai dengan dikibarkannya bendera oleh wasit. Setiap regu polo terdiri dari empat orang pemain dengan jumlah kuda cadangan beberapa ekor. Permainan
12
berlangsung dalam periode tujuh menit yang disebut chukka. Keseluruhan permainan dapat berlangsung antara empat sampai enam chukka tergantung pada peraturan turnamen dan asosiasi masing-masing (Tevinsa, 2014).
2.5
Gerakan Langkah Kaki Pada Kuda Menurut (Harris 1993) Kuda memiliki gerakan langkah kaki yang berbeda
diantaranya yaitu :
Ilustrasi.1 Gerakan langkah kaki pada kuda Langkah kaki Walk atau berjalan pada kuda merupakan langkah biasa, lambat yaitu keempat kaki naik turun secara bergantian dengan jarak tertentu dengan empat ketukan. Misalnya ketika kaki depan kiri diangkat dan menyentuh tanah diikut oleh kaki kanan belakang diikuti kaki kanan depan dan kaki kiri belakang. Ini dilakukan bergantian secara teratur dan terus menerus, sama dengan
13
hewan berkaki empat lainnya. Rata-rata kecepatan pada langkah kaki walk sekitar 1,7 m/dtk. Langkah Trot merupakan langkah biasa tetapi cepat atau berlari pelan yaitu secara diagonal dengan dua ketukan dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang bersamaan menyentuh tanah secara bergantian dengan kaki kiri depan dan kaki kanan belakang. Mengangkat kaki secara diagonal bergantian susul menyusul-menyusul, ketika kaki kanan depan diangkat bersamaan dengan kaki kiri belakang setelah menyentuh tanah diikuti kaki kiri depan dan kaki kanan belakang juga secara bersamaan. Ada saat dimana keempat kaki akan berada diudara seolah olah tidak menyentuh tanah. Rata-rata kecepatan langkah kaki Trot sekitar 3 m/dtk. Langkah kaki Canter adalah berlari pelan, dua kaki secara diagonal berpasangan menyentuh dengan tiga ketukan yang disusul dengan dua kaki lain sesecara bergantian. Rata-rata kecepatan langkah kaki Canter sekitar 4-8 m/dtk, tergantung panjang langkah kuda. Langkah kaki Gallop adalah berlari cepat, kaki menyentuh tanah secara bergantian dengan tiga ketukan. Pada saat Gallop kaki kuda dijulurkan sejauh mungkin ke depan dan merupakan gerakan kaki kuda yang paling cepat. Rata-rata kecepatan langkah kaki gallop sekitar 11-14 m/dtk, ini tergantung panjang langkah dari kuda.
2.6
Hubungan Antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari Ukuran tubuh pada kuda disusun oleh tulang dan otot. Fungsi dasar dari
tulang adalah untuk membentuk kerangka dan melindungi semua bagian lunak
14
yang berada di dalam tubuh sedangkan fungsi otot sebagai alat gerak aktif. Kerangka akan membentuk perawakan dari kuda tersebut dan dapat dilihat dari ukuran badan tubuh kuda. Ukuran tubuh menjadi salah satu indikator untuk menilai kemampuan kuda tersebut bekerja. Sambungan tulang terjadi pada dua atau lebih tulang yang saling bersinggungan. Sistem sambungan dan pertautan otot akan menjadikan pergerakan yang bebas dari tulang. Kombinasi antara otot dengan tulang akan memberikan bentuk pada kuda (Hammer,1993). Penilaian terhadap ukuran tubuh yang baik pada kuda dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan, misalnya untuk kuda pacu, kuda kavaleri, kuda tunggang dan kuda polo. Untuk melihat ukuran tubuh kuda yang baik secara umum dapat dilihat dari panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, lebar dada dan bobot badan. Ukuran tubuh yang baik terlihat dari tinggi pundak, panjang leher yang ideal, punggung yang baik dan kuat serta tidak terlalu panjang atau pendek, daerah bagian pinggang yang kuat dan seperempat bagian belakang yang kuat (Hammer, 1993). Ukuran tubuh yang baik pada kuda polo dapat dilakukan dengan cara mengukur pada tinggi pundak dan panjang badan. Tinggi pundak dapat diukur dari puncak tertinggi pundak hingga tanah sedangkan panjang badan dapat diukur dari garis miring antara titik bahu hingga bagian pangkal ekor. Tabel 1. Kategori Umum Tinggi Pundak pada kuda Ukuran Tinggi Pundak < 130 cm 131 – 147 cm 148 – 158 cm 159 – 169 cm > 170 cm Sumber : Sasimowski 1987
Kategori Sangat kecil Kecil Sedang Besar Sangat besar
15
Menurut (Hickman, 1987) Kecepatan Lari pada kuda dihasilkan oleh perpaduan antara panjang melangkah dan frekuensi melangkah.
Panjang
melangkah dipengaruhi oleh panjang kaki, jarak pergerakan tulang sendi, kapasitas percepatan, rancangan internal otot. Sedangkan frekuensi melangkah dipengaruhi oleh frekuensi kebiasaan otot dan mekanisme posisi otot. Tinggi pundak disusun oleh konstruksi panjang kaki dari seekor kuda, sehingga (Bandiati, 1990) tinggi pundak berhubungan dengan kecepatan lari, semakin tinggi pundak makin baik sehingga mempunyai daya mobilitas dan daya tahan yang tinggi. Menurut Frape (1986) Panjang Badan diukur dari jarak garis miring antara titik bahu sampai bagian pangkal ekor. Panjang Badan pada umumnya memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai tinggi pundak. Panjang badan mempengaruhi kecepatan lari. Pada lintasan yang sangat panjang, panjang badan yang lebih pendek akan lebih cepat. Menurut (Gay, 1964) yang dikutip oleh Bandiati (1990) bahwa panjang badan relatif pendek akan membantu dalam pergerakan badan kuda sehingga akan lebih cepat dan akan menjamin kesinambungan gerak. Akan tetapi pada penelitiannya Bandiati (1990) menyatakan bahwa semakin panjang badan maka akan semakin cepat larinya apabila pada lintasan yang lebih pendek.
2.7
Analisis Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk mencari arah dan kuatnya hubungan
antara dua variabel atau lebih, baik hubungan kausal, simetris, dam reciprocal. Arah dapat dinyatakan dalam bentuk positif (+) atau negatif (-) sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi (sugiono, 2008).
16
Data kuantitatif dapat diketahui besar derajat hubungan dengan menggunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi bernilai -1 sampai +1 sesuai dengan sifat korelasi tersebut dapat menggambarkan besar derajat hubungan antara variabel yang dihitung. Harga r = -1 menyatakan adanya hubungan linier sempurna tidak langsung sedangkan harga r = +1 menyatakan adanya hubungan linier sempurna langsung. Pada tabel.1 disajikan nilai dari koefisien korelasi. Tabel. 2 Nilai Koefisien Korelasi Nilai Korelasi sampel (r) 0 >0,01 – 0,25 >0,26 – 0,50 >0,51 – 0,75 >0,76 – 0,99 1
Interprestasi Tidak ada korelasi Korelasi sangat lemah Korelasi cukup Korelasi kuat Korelasi sangat kuat Korelasi sempurna
Keeratan hubungan antara dua variabel dapat dikelompokan ke dalam : tidak ada korelasi 0, korelasi sangat lemah berkisar 0,01 - 0,25; korelasi cukup berkisar 0,26 - 0,50; korelasi kuat berkisar 0,51 - 0,75; korelasi sangat kuat berkisar 0,76 - 0,99; korelasi sempurna 1 (sarwono, 2006).
2.8
Analisis Regresi Analisis Regresi adalah studi yang mempelajari bagaimana bentuk
hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan tersebut pada umumnya dinyatakan dalam bentuk matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel tersebut. Dalam analisi regresi terdapat variabel dependen (y) dan variabel independen (x). Salah satu Metode regresi adalah metode analisis regresi bertahap (stepwise), model ini digunakan untuk mendapatkan model regresi linier ganda. Bila variabel x1 dan x2 dalam analisis Regresi linier ganda keduanya signifikan
17
maka analisis berhenti sampai disini. Bila salah satu variabel x1 atau x2 nonsignifikan maka analisis dilanjutkan pada analisis regresi linier sederhana atau regresi non-linier. Untuk menduga model terbaik dilakukan dengan melihat koefisien determinasi (R2) tertinggi dan Standar Error terendah (Gasperz, 1995).