IDENTIFIKASI STRUKTUR DAN ORIENTASI PUSAT-PUSAT PELAYANAN KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus Kawasan Cendawasari, Desa Karacak, Leuwiliang, Bogor)
SONY NUGROHO A14062722
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN SONY NUGROHO. Identifikasi Struktur dan Orientasi Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan Agropolitan (Studi Kasus Kawasan Cendawasari, Desa Karacak, Leuwiliang, Bogor). Di bawah bimbingan ERNAN RUSTIADI dan DIDIT OKTA PRIBADI. Pengembangan struktur ruang merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan Kawasan Cendawasari yang sejak tahun 2008 ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor sebagai kawasan agropolitan dengan manggis sebagai komoditas unggulannya. Perkembangan struktur tata ruang suatu kawasan agropolitan sangat ditentukan oleh pusat-pusat pelayanan dan infrastruktur yang tersedia. Struktur distribusi spasial pusat-pusat pelayanan di suatu kawasan agropolitan akan menghasilkan interaksi spasial berupa kecenderungan orientasi penduduk dalam mengakses pusat-pusat pelayanan. Kecenderungan orientasi penduduk dalam beraktivitas dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap struktur pusat-pusat pelayanan yang telah ada saat ini dan sebagai salah satu pertimbangan dalam perbaikan infrastruktur ke depannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan struktur dan orientasi pusat-pusat pelayanan dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Cendawasari. Penelitian berlokasi di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor sedangkan pengolahan data dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM IPB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Karacak merupakan salah satu daerah hinterland di Kecamatan Leuwiliang yang merupakan daerah pelayanan dari Desa Leuwiliang selaku pusat pelayanan utama dan beberapa sub pusat pelayanan meliputi Desa Leuwimekar, Desa Karyasari, dan Desa Pabangbon. Wilayah RW 01 adalah wilayah yang memiliki kelengkapan fasilitas dan tingkat kepentingan paling tinggi di Desa Karacak dan wilayah RW 03 adalah wilayah yang memiliki tingkat efisiensi pelayanan fasilitas paling tinggi di Desa Karacak. Di samping itu, wilayah RW 07 adalah wilayah yang memiliki pola sebaran fasilitas paling memusat sedangkan wilayah RW 08 adalah wilayah yang memiliki pola sebaran fasilitas paling terdispersi dibandingkan wilayah RW lainnya. Selain itu, pemusatan penggunaan lahan kebun manggis paling tinggi berada pada wilayah RW 05 yaitu di Kampung Cengal Sirna. Survei terhadap rumah tangga responden menunjukkan bahwa dalam waktu satu minggu, penduduk Desa Karacak cenderung melakukan perjalanan internal sebesar 76,8% dari total perjalanan, perjalanan eksternal sebesar 18,2% dari total perjalanan, dan perjalanan ke luar kota sebesar 5% dari total perjalanan. Sementara itu, petani manggis responden melakukan perjalanan internal (36%) dan eksternal (64%) dengan maksud membeli saprotan, sedangkan perjalanan dengan maksud menjual hasil panen relatif hanya dilakukan secara internal. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa karakteristik tingkat efisiensi pelayanan fasilitas, luas permukiman, jumlah rumah tangga (KK), jumlah fasilitas ekonomi, dan jumlah fasilitas penunjang pertanian berpengaruh nyata hingga sangat nyata terhadap total perjalanan internal. Sedangkan karakteristik yang berpengaruh nyata terhadap total perjalanan eksternal dan luar kota adalah
ii
indeks perkembangan RW (IPRW) dan jumlah fasilitas ekonomi. Di samping itu, dapat diketahui juga bahwa peningkatan jumlah fasilitas ekonomi cenderung harus diimbangi dengan peningkatan jumlah fasilitas penunjang pertanian untuk menciptakan suatu struktur pusat-pusat pelayanan yang mantap secara internal dan eksternal pada Kawasan Agropolitan Cendawasari. Kata Kunci:
Struktur Pusat Pelayanan, Orientasi Perjalanan Penduduk, Fasilitas Permukiman Desa, Kawasan Agropolitan Cendawasari, Pusat Produksi Manggis.
iii
SUMMARY SONY NUGROHO. The Identification of Agropolitan Service Centers Structure and Orientation (Case Study in Cendawasari Area, Karacak Village, Leuwiliang, Bogor). Under guidance of ERNAN RUSTIADI and DIDIT OKTA PRIBADI Spatial structure is an important factor in the development of Cendawasari Area, which since 2008 is set by the Government of Bogor District as agropolitan area with mangosteen as a competitive commodity. The development of spatial structure in agropolitan area is largely determined by availability of service centers and the infrastructures. Service centers structure that formed in agropolitan area will lead to the spatial interaction that is the trend of inhabitant movement orientation. This orientation can be used as an evaluation of existing service centers structure and can be used as one of consideration things in infrastructure improvement. The aims of this research are to identify the linkages between structure and orientation of service centers in the development of Cendawasari Agropolitan Area. The research is located at Karacak Village, Leuwiliang Subdistrict, Bogor District and then analysis was conducted at the Planning and Regional Development Division, Department of Soil Science and Land Resource, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University and in the Center for Regional System Analysis, Planning and Development (Crespent/P4W) LPPM IPB. The result of this research showed that Karacak Village is one of hinterland area in Leuwiliang Subdistrict, which is the service area of Leuwiliang Village as a main service center and a several sub service centers like Leuwimekar Village, Karyasari Village, and Pabangbon Village. RW 01 is an area with the highest level of interest and completeness of rural settlement facilities at Karacak village and RW 03 is an area which has the highest efficiency level of service facilities at Karacak Village. RW 07 is an area that has the most concentrated pattern of distribution facilities and RW 08 is an area that has most dispersed pattern of distribution facilities at Karacak Village. The highest concentration of mangosteen plantation land use in RW 05 area that is Kampong of Cengal Sirna. Household survey of respondents indicated that on a week, Karacak villagers tend to perform internal movement amount 76,8% of total trip, external movement amount 18,2% of total trip, and outside movement amount 5% of total trip. Mangosteen farmer respondents conduct internal movement amount of 36% and external movement amount of 64% to buy farming tools, while selling the crop just done by internally. The result of multiple regression analysis showed that efficiency level of service facilities, wide of settlement area, number of household, number of economic facilities, and number of agricultural facilities have significantly until very significantly affect on the internal movement, while the characteristics that have significantly affect on the external and outside movement is IPRW and number of economic facilities. Beside that, it can also note that increasing the number of economic facilities must be balanced with increasing the number of agricultural facilities to form a solid structure of internal and external sevice centers in Cendawasari Agropolitan Area. Keywords: Service Center Structure, Inhabitant Movement Orientation, Rural Settlement Facilities, Cendawasari Agropolitan Area, Mangosteen Production Center.
iv
IDENTIFIKASI STRUKTUR DAN ORIENTASI PUSAT-PUSAT PELAYANAN KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus Kawasan Cendawasari, Desa Karacak, Leuwiliang, Bogor)
SONY NUGROHO A14062722
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
v
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi
: Identifikasi Struktur dan Orientasi Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan Agropolitan (Studi Kasus Kawasan Cendawasari, Desa Karacak, Leuwiliang, Bogor)
Nama Mahasiswa : Sony Nugroho Nomor Pokok
: A14062722
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr
Didit Okta Pribadi, SP, M.Si
NIP. 19651011 199002 1 002
NIP. 19751001 200502 1 001
Mengetahui Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc NIP. 19621113 198703 1 003
Tanggal Lulus :
vi
Karya Kecil ini Kupersembahkan Kepada: Kedua Orangtuaku (Ibu dan Alm. Bapak) Tersayang
vii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Nganjuk (Jawa Timur) pada tanggal 18 April 1989 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sugianto (Alm) dan Ibu Supinatun. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 01 Nanggewer (1994 - 2000) lalu dilanjutkan ke SLTP Negeri 1 Cibinong, Kabupaten Bogor (2000 - 2003) dan SMA Negeri 3 Kota Bogor (2003 - 2006). Kemudian pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2007 penulis ditempatkan oleh IPB di Program Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian. Di samping itu, penulis juga mengambil Program Minor Manajemen Fungsional dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum untuk beberapa mata kuliah diantaranya: mata kuliah Pengantar Ilmu Tanah (semester ganjil tahun ajaran 2009/2010), mata kuliah Geomorfologi dan Analisis Lanskap, mata kuliah Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, dan mata kuliah Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Kartografi (semester genap tahun ajaran 2009/2010), serta mata kuliah Perencanaan Tata Ruang dan Penatagunaan Lahan (semester ganjil tahun ajaran 2010/2011). Selain itu pada tahun 2010 penulis juga berkesempatan menjadi asisten tenaga ahli bidang coastal dan penginderaan jauh dalam kegiatan kajian: ”The Economics of Climate Change in The Pacific” yang diselenggarakan atas kerjasama antara CCROM-SEAP LPPM IPB dengan Asian Development Bank (ADB). .
viii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang berjudul “Identifikasi Struktur dan Orientasi Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan Agropolitan (Studi Kasus: Kawasan Cendawasari, Desa Karacak, Leuwiliang, Bogor)”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku dosen pembimbing I dan Bapak Didit Okta Pribadi, SP, M.Si selaku dosen pembimbing II yang senantiasa sabar dan meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dari awal penelitian hingga berakhirnya penulisan skripsi ini, serta terimakasih kepada Ibu Ir. Dyah Retno Panuju, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan koreksi dan masukkan bagi penyempurnaan skripsi ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada: 1. Orangtuaku tersayang (Ibu dan Alm. Bapak) serta kakakku Heny Nurdiantini, SE dan adikku Helen Purwati yang senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang, dan doa kepada penulis serta senantiasa menjadi motivasi bagi penulis untuk dapat segera menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. P4W LPPM IPB yang telah membantu dan memfasilitasi proses penelitian. 3. Dosen dan staf Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah terutama Ibu Dian Ayu Ira Puspita, SE dan Ibu Andrea Emma Pravitasari, SP, M.Si yang telah banyak membantu penulis selama penelitian ini berlangsung. 4. Masyarakat Desa Karacak dan semua pihak yang turut membantu dari awal penelitian hingga berakhirnya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Bogor, November 2010 Sony Nugroho
ix
UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih yang sebesar‐besarnya juga tidak lupa penulis ucapkan kepada teman‐teman selama menjalani masa studi di IPB, yaitu: Teman‐teman matrikulasi kelas Kimia 19 dan teman‐teman TPB kelas B17 Teman‐teman Asrama Putra TPB C2 khususnya: Irwan Priyatna, Dudung Angkasa, dan M. Irawan. Teman sekamar Asrama C2/147: Irvan Nugraha, Ery Bunyamin Gufron, dan Jasmadi. Teman‐teman KKP Desa Ragatunjung, Kecamatan Paguyangan, Brebes 2009: M. Nazhri Annas J, Noni Husnayati, De Vilera S, dan Vani Nur Oktaviany. Teman‐teman di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (Soilers ’43) khususnya: Teman satu pembimbing akademik: Uli Kasih Theresia S, Miranti Anisa T, dan Andi Krisnantono. Teman satu pembimbing skripsi: Intan Laksmita Sari Teman‐teman seperjuangan di Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah: Ratri Ariani, Mila Mulyani, Onie Suwartika, Dwi Puspitosari, Agatha Septiana. Partner dalam seminar hasil penelitian: Nailah Sa’adah Teman‐teman dalam mengisi waktu luang bersama dengan jalan‐jalan,nonton, dan karaokean bareng: Putri Yuniastuti, Dwi Mandasari, Sigit Aditama, Ajang Christrianto, Bayu Sejati, Richard Gunawan, Natasha Sonya Septina, Anggraini Widdhi W, Sindy Marieta Putri, Nesya Ayu Dewi, Yuly Ratna Pratiwi, Dita Damayanti, Syifa fauziah, dan seluruh Soilers 43 lainnya. VIVA SOIL !!! HALO BOSSS...
x
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2. Tujuan .................................................................................................. 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4 2.1. Kawasan Agropolitan .......................................................................... 4 2.1.1. Konsep Agropolitan ................................................................. 4 2.1.2. Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan ........................ 4 2.1.3. Kawasan Agropolitan Berbasis Komoditas Manggis .............. 6 2.2. Perkembangan Struktur Tata Ruang Wilayah ...................................... 7 2.2.1. Sarana dan Prasarana (Infrastruktur) ........................................ 7 2.2.2. Pusat Pelayanan........................................................................ 8 2.2.3. Struktur Tata Ruang Wilayah Perdesaan di Kabupaten Bogor 9 2.3. Profil Kebun Manggis Rakyat di Wilayah Agropolitan Leuwiliang ... 10 2.4. Pola Pergerakan Penduduk................................................................... 12 III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 13 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 13 3.2. Jenis Data, Sumber Data, dan Alat Penelitian ..................................... 13 3.3. Tahapan Penelitian ............................................................................... 14 3.4. Teknik Pengambilan Sampel................................................................ 15 3.5. Teknik Analisis .................................................................................... 18 3.5.1. Analisis Skalogram .................................................................. 18 3.5.2. Analisis Location Quotient (LQ) ............................................. 19 3.5.3. Analisis Pendugaan Pusat Sebaran Fasilitas ............................ 19 3.5.4. Analisis Pendugaan Pemusatan dan Dispersi Spasial Fasilitas 21 3.5.5. Analisis Regresi Berganda ....................................................... 22 IV. KONDISI UMUM WILAYAH................................................................. 23 4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi.............................................. 23 4.2. Kondisi Fisik Wilayah ......................................................................... 24
xi
4.2.1. Topografi .................................................................................. 24 4.2.2. Jenis Tanah ............................................................................... 25 4.2.3. Penggunaan Lahan ................................................................... 26 4.3. Kependudukan ..................................................................................... 27 4.4. Prospek Agribisnis Komoditas Manggis.............................................. 28 4.4.1. Kesesuaian Lahan Manggis...................................................... 28 4.4.2. Produksi dan Produktivitas Manggis ....................................... 29 4.4.3. Kondisi Eksisting Usahatani Manggis ..................................... 30 4.4.4. Fasilitas Penunjang Agribisnis Manggis dan Permasalahannya31 V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 34 5.1. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan Kecamatan Leuwiliang ...................... 34 5.2. Karakteristik Struktur Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak ................................................................. 39 5.2.1. Indeks Perkembangan RW (RW) Desa Karacak ..................... 43 5.2.2. Efisiensi Pelayanan Fasilitas di Desa Karacak ........................ 44 5.2.3. Pola Sebaran Fasilitas Desa Karacak ....................................... 46 5.3. Keunggulan Komparatif Komoditas Manggis di Desa Karacak ........... 47 5.4. Orientasi Perjalanan Penduduk Desa Karacak ...................................... 49 5.4.1. Orientasi Perjalanan Penduduk Terhadap Pusat-Pusat Pelayanan Umum .................................................................. 49 5.4.2. Orientasi Perjalanan Penduduk Terhadap Pusat-Pusat Pelayanan Agribisnis Manggis................................................. 54 5.5. Pengaruh Karakteristik Struktur Pusat-Pusat Pelayanan Terhadap Orientasi Perjalanan Penduduk Desa Karacak .................................... 55 5.6. Keterkaitan Struktur dan Orientasi Pusat-Pusat Pelayanan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Cendawasari ............................ 58 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 62 6.1. Kesimpulan .......................................................................................... 62 6.2. Saran..................................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64 LAMPIRAN ...................................................................................................... 66
xii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1.
Jenis dan Sumber Data Sekunder ................................................................... 14
2.
Hubungan antara Tujuan Penelitian, Jenis Data, Teknik Analisis, dan Output Penelitian.......................................................................................... ..16
3.
Peubah yang Digunakan dalam Analisis Regresi Berganda .......................... 22
4.
Luas Wilayah Desa Karacak .......................................................................... 23
5.
Sebaran Kelas Lereng Desa Karacak ............................................................. 25
6.
Sebaran Jenis Tanah Desa Karacak ............................................................... 26
7.
Sebaran Penggunaan Lahan Desa Karacak .................................................... 26
8. Sebaran Kesesuaian Lahan Manggis di Desa Karacak .................................. 28 9. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan Kecamatan Leuwiliang ................................. 35 10. Rincian Kelompok, Jumlah Jenis, dan Unit Fasilitas Desa Karacak ............. 39 11. Indeks Perkembangan RW (IPRW) Desa Karacak ........................................ 43 12. Sebaran dan Pemusatan Kebun Manggis di Desa Karacak............................ 47 13. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda ................................................. ..56 14. Keterkaitan Struktur Pusat-Pusat Pelayanan dengan Orientasi Perjalanan Penduduk Kawasan Agropolitan Cendawasari ............................................. ..59 Lampiran 1.
Variabel yang Digunakan dalam Analisis Skalogram Berbobot ................... 67
2.
Sebaran Responden Berdasarkan Proporsi KK dan Jenis Pekerjaan ............. 68
3.
Contoh Format Kuesioner .............................................................................. 69
4.
Hasil Analisis Skalogram Kecamatan Leuwiliang......................................... 71
5.
Pengolahan Data Jarak Pusat Sebaran Fasilitas ke Pusat Permukiman RW .. 74
6.
Hasil Analisis Skalogram (IPRW) Desa Karacak .......................................... 74
7.
Koordinat GPS Fasilitas Desa Karacak ......................................................... 75
8.
Pengolahan Data Spatial Standard Distance Fasilitas Tiap RW ................... 77
9.
Rekapitulasi Hasil Survei Orientasi Perjalanan Penduduk Desa Karacak ... . 77
10. Hasil Analisis Regresi Berganda .................................................................. . 82 11. Hasil Analisis Korelasi................................................................................. . 83
xiii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1.
Peta Lokasi Penelitian .................................................................................... 13
2.
Diagram Alir Penelitian ................................................................................. 17
3.
Peta Administrasi Batas RW Desa Karacak .................................................. 24
4.
Peta Penggunaan Lahan Desa Karacak .......................................................... 27
5.
Peta Kesesuaian Lahan Manggis Desa Karacak ............................................ 29
6.
Peta Struktur Pusat-Pusat Pelayanan Kecamatan Leuwiliang ....................... 38
7.
Peta Sebaran Fasilitas Desa Karacak ............................................................. 40
8.
Dokumentasi (Foto-Foto) Fasilitas Desa Karacak ....................................... . 41
9.
Peta Struktur Pusat-Pusat Pelayanan Desa Karacak ...................................... 42
10. Grafik Jarak Pusat Sebaran Fasilitas ke Pusat Permukiman RW (Meter) ..... 45 11. Grafik Nilai Spatial Standard Distance Fasilitas (Meter) .............................. 46 12. Peta Sebaran Kebun Manggis Desa Karacak ................................................. 48 13. Proporsi Perjalanan Penduduk Desa Karacak Berdasarkan Lokasi Tujuan (%) ................................................................................................... ..49 14. Peta Perjalanan Eksternal Penduduk Desa Karacak ...................................... 50 15. Proporsi Perjalanan Penduduk Berdasarkan Alat Transportasi yang Digunakan (%) ............................................................................................... 51 16. Peta Sebaran Moda Transportasi Penduduk Desa Karacak ........................... 52 17. Proporsi Perjalanan Penduduk Desa Karacak Berdasarkan Maksud Perjalanan (%) .............................................................................................. ..53 18. Proporsi Perjalanan Penduduk Desa Karacak Berdasarkan Fasilitas yang Dituju (%) ............................................................................................ ..53 19. Proporsi Perjalanan Penduduk Desa Karacak terhadap Pusat-Pusat Pelayanan Agribisnis Manggis (%).............................................................. ..54 20. Grafik Nilai Koefisien Regresi Berganda .................................................... ..60
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Rustiadi dan Dardak (2008), pengembangan agropolitan merupakan sebuah pendekatan pengembangan suatu kawasan pertanian perdesaan yang mampu memberikan berbagai pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kawasan produksi pertanian di sekitarnya, baik pelayanan yang berhubungan dengan sarana produksi, jasa distribusi, maupun pelayanan sosial ekonomi lainnya. Dengan kata lain, pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternatif pembangunan perdesaan yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan. Kawasan agropolitan sendiri diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat agropolitan dan desa-desa di sekitarnya membentuk kawasan agropolitan. Di samping itu, kawasan agropolitan juga dicirikan dengan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat agropolitan yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Kawasan Agropolitan telah diterapkan sebagai salah satu arahan dalam pengelolaan kawasan perdesaan pada beberapa kabupaten di Indonesia, termasuk Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat yang pada tahun 2008 menetapkan Kecamatan Leuwiliang khususnya Kawasan Cendawasari di Desa Karacak sebagai Kawasan Agropolitan berbasis komoditas tanaman manggis. Bappeda Kabupaten Bogor menegaskan bahwa penetapan kawasan tersebut telah dituangkan dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor dan melalui penetapan tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Bogor sesuai dengan potensi alamnya. Selain itu, pertimbangan dipilihnya manggis sebagai komoditas unggulan di Kawasan Agropolitan Cendawasari adalah karena Kawasan Cendawasari merupakan salah satu sentra manggis di Indonesia yang telah mengembangkan kawasan perkebunan manggis dengan jumlah pohon sekitar 20 ribu pohon manggis. Di samping itu, buah manggis merupakan salah satu komoditas buah andalan
2
Indonesia karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor buah segar Indonesia ke mancanegara. Pengembangan struktur ruang merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan kawasan agropolitan. Perkembangan struktur tata ruang kawasan agropolitan sangat ditentukan oleh pusat-pusat pelayanan dan infrastruktur yang tersedia, baik infrastruktur umum maupun infrastruktur penunjang pertanian komoditas unggulan. Adapun yang dimaksud struktur ruang adalah susunan pusatpusat pemukiman dan sistem jaringan prasarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki hubungan fungsional. Sedangkan struktur tata ruang kawasan agropolitan dapat disebut sebagai sumberdaya fasilitas fisik yang dapat menggerakkan roda perekonomian di kawasan tersebut yang mencakup pusat-pusat pelayanan umum dan infrastruktur (sarana dan prasarana). Sehingga dapat dikatakan banyaknya jumlah dan jenis infrastruktur (sarana dan prasarana) dapat menjadi indikator kemajuan suatu wilayah. Tingkat perkembangan wilayah akan semakin maju seiring dengan semakin banyak jumlah dan jenis sarana dan prasarana serta tersebar secara spasial dalam susunan struktur ruang yang efektif dan efisien. Struktur distribusi spasial pusat-pusat pelayanan di kawasan agropolitan akan menghasilkan interaksi spasial berupa kecenderungan orientasi penduduk dalam mengakses pusat-pusat pelayanan. Kecenderungan orientasi penduduk dalam beraktivitas dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap struktur pusatpusat pelayanan yang telah terbentuk saat ini dan sebagai salah satu pertimbangan dalam perbaikan infrastruktur ke depannya, contohnya dalam hal penentuan lokasi pembangunan sarana dan prasarana wilayah seperti jaringan jalan dan fasilitasfasilitas umum. Pembangunan suatu fasilitas tertentu pada lokasi yang mudah diakses penduduk akan meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan fasilitas tersebut. 1.2. Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keterkaitan struktur dan orientasi pusat-pusat pelayanan dalam pengembangan Kawasan
3
Agropolitan Cendawasari sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi beberapa hal diantaranya: 1. Hirarki pusat-pusat pelayanan Kecamatan Leuwiliang, 2. Karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan Desa Karacak, 3. Keunggulan komparatif komoditas unggulan manggis di Desa Karacak, 4. Orientasi perjalanan penduduk Desa Karacak, 5. Pengaruh karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan terhadap orientasi perjalanan penduduk Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak
4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Kawasan Agropolitan
2.1.1. Konsep Agropolitan Agropolitan terdiri dari kata agro (pertanian) dan kata politan (polis = kota), dengan demikian agropolitan secara tata bahasa dapat diartikan sebagai kota pertanian atau adanya unsur-unsur urbanism di daerah lahan pertanian. Konsep agropolitan pertama kali diperkenalkan oleh Friedmann (1974) sebagai strategi untuk pengembangan perdesaan. Menurut konsep ini agropolitan terdiri dari beberapa distrik dimana distrik-distrik agropolitan (selanjutnya kita sebut desadesa sekitarnya) didefinisikan sebagai kawasan pertanian yang mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian dengan kecenderungan menggunakan pola pertanian modern. Sedangkan, menurut UU Nomor 26 Tahun 2007, kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
2.1.2. Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan Dalam Djakapermana (2003) dijelaskan bahwa pengembangan kawasan agropolitan tidak bisa terlepas dari pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan nasional (RTRWN) dan sistem pusat kegiatan pada tingkat Propinsi (RTRW Propinsi) dan Kabupaten (RTRW Kabupaten). Hal ini disebabkan, rencana tata ruang wilayah merupakan kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah. Terkait dengan Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN), maka pengembangan kawasan agropolitan harus mendukung pengembangan kawasan andalan. Dengan demikian tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan. Di samping itu, pentingnya pengembangan kawasan agropolitan di Indonesia diindikasikan oleh ketersediaan lahan pertanian dan tenaga kerja yang murah, telah terbentuknya kemampuan (skills) dan pengetahuan (knowledge) di sebagian besar petani, jaringan (network) terhadap sektor hulu dan hilir yang sudah terjadi, dan kesiapan pranata (institusi). Kondisi ini menjadikan suatu keuntungan kompetitif (competitive advantage) Indonesia dibandingkan dengan
5
negara lain karena kondisi ini sangat sulit untuk ditiru (coping) (Porter, 1998). Lebih jauh lagi, mengingat pengembangan kawasan agropolitan ini menggunakan potensi lokal, maka konsep ini sangat mendukung perlindungan dan pengembangan budaya sosial lokal (local social culture). Secara lebih luas, pengembangan kawasan agropolitan diharapkan dapat mendukung terjadinya sistem kota-kota yang terintegrasi. Hal ini ditunjukkan dengan keterkaitan antar kota dalam bentuk perjalanan barang, modal, dan manusia. Melalui dukungan sistem infrastruktur transportasi yang memadai, keterkaitan antar kawasan agropolitan dan pasar dapat dilaksanakan. Douglas (1986) dalam Djakapermana (2003) menyatakan bahwa dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan secara terintegrasi, perlu disusun Master Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan yang akan menjadi acuan penyusunan program pengembangan.
Adapun muatan yang terkandung
didalamnya adalah : 1. Penetapan pusat agropolitan yang berfungsi sebagai: a. Pusat perdagangan dan transportasi pertanian (agricultural trade/ transport center). b. Penyedia jasa pendukung pertanian (agricultural support services). c. Pasar konsumen produk non-pertanian (non agricultural consumers market). d. Pusat industri pertanian (agro-based industry). e. Penyedia pekerjaan non pertanian (non-agricultural employment). f. Pusat agropolitan dan hinterlandnya terkait dengan sistem permukiman nasional, propinsi, dan kabupaten (RTRW Propinsi/ Kabupaten). 2. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai: a. Pusat produksi pertanian (agricultural production). b. Intensifikasi pertanian (agricultural intensification). c. Pusat pendapatan perdesaan dan permintaan untuk barang-barang dan jasa non pertanian (rural income and demand for non-agricultural goods and services). d. Produksi tanaman siap jual dan diversifikasi pertanian (cash crop production and agricultural diversification).
6
3. Penetapan sektor unggulan: a. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor hilirnya. b. Kegiatan agribisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling besar (sesuai dengan kearifan lokal). c. Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan orientasi ekspor. 4. Dukungan sistem infrastruktur Dukungan infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung pengembangan kawasan agropolitan diantaranya : jaringan jalan, irigasi, sumbersumber air, dan jaringan utilitas (listrik dan telekomunikasi). 5. Dukungan sistem kelembagaan. a. Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan agropolitan yang merupakan bagian dari Pemerintah Daerah dengan fasilitasi Pemerintah Pusat. b. Pengembangan sistem kelembagaan insentif dan disinsentif pengembangan kawasan agropolitan. Melalui keterkaitan tersebut, pusat agropolitan dan kawasan produksi pertanian berinteraksi satu sama lain secara menguntungkan. Dengan adanya pola interaksi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produksi kawasan agropolitan sehingga pembangunan perdesaan dapat dipacu dan migrasi desa-kota yang terjadi dapat dikendalikan. 2.1.3. Kawasan Agropolitan Berbasis Komoditas Manggis Apabila kawasan agropolitan merupakan suatu sistem, maka sistem tersebut terdiri dari subsistem sumberdaya pertanian dan komoditas unggulan, subsistem sarana prasarana agribisnis, sarana prasarana umum, prasarana kesejahteraan sosial, dan subsistem kelestarian lingkungan. Mengingat kecamatan Leuwiliang sebagai kawasan agropolitan yang sebagian besar memiliki potensi lahan perkebunan (lahan kering), maka dalam pembangunan dan pengembangan ekonomi wilayah dipilih model kawasan agropolitan berbasis perkebunan yang diarahkan
pada
perkebunan
rakyat.
Berdasarkan
komoditasnya
produk
perkebunan yang menonjol adalah manggis. Komoditas ini merupakan andalan
7
ekspor non migas yang banyak diusahakan oleh masyarakat di wilayah Kecamatan Leuwiliang khususnya Desa Karyasari, Desa Cibeber II, Desa Pabangbon, Desa Karacak, dan Desa Barengkok (Susanto, 2005). Lebih lanjut Susanto (2005) mengungkapkan bahwa pengembangan komoditas unggulan buah manggis di kawasan agropolitan akan memberikan kontribusi dalam pengembangan ekonomi rakyat setempat dalam bentuk peningkatan pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja musiman khususnya pada saat tanam dan panen.
Kesempatan dan peluang
ini dapat
dimanfaatkan oleh para pemuda tani sebagai penerus yang memiliki kecenderungan dan minat untuk mengembangkan buah manggis. mendukung
pelaksanaan
kawasan
agropolitan
manggis
perlu
Untuk dilakukan
penyusunan perencanaan yang dititikberatkan pada aspek-aspek yang terdapat dalam sistem agribisnis manggis dari hulu hingga hilir. 2.2.
Perkembangan Struktur Tata Ruang Wilayah Pemahaman mengenai struktur tata ruang diperlukan untuk proses
penataan ruang lebih lanjut suatu wilayah.
Dalam UU No 26 Tahun 2007,
struktur tata ruang sendiri diartikan sebagai susunan pusat-pusat pemukiman dan sistem jaringan prasarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki hubungan fungsional. 2.2.1. Sarana dan Prasarana (Infrastruktur) Pada dasarnya fasilitas mempunyai pengertian yang luas meliputi sarana dan prasarana. Prasarana atau infrastruktur adalah alat (mungkin tempat) yang paling utama dalam kegiatan sosial atau kegiatan ekonomi. Sedangkan sarana adalah alat pembantu dalam prasarana itu.
Prasarana dan sarananya adalah
misalnya pabrik dengan mesinnya, jalan dengan mobilnya, rumah dengan perabotnya, sawah dengan bajaknya, sungai dengan perahunya, kelas dengan papan tulisnya, toko dengan etalasenya, dan sebagainya (Jayadinata, 1999). Menurut bentuknya prasarana dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: (1) yang berbentuk ruang atau bangunan (space), dan (2) yang berbentuk jaringan (network). Berdasarkan macamnya, prasarana yang berbentuk ruang/bangunan terdiri atas dua macam yaitu:
8
1). Ruang tertutup •
Perlindungan, yaitu rumah
•
Pelayanan umum, yaitu prasarana kesehatan dan keamanan misalnya: balai pengobatan, rumah sakit, pos pemadam kebakaran, dan sebagainya.
•
Kehidupan ekonomi, misalnya: pasar, bangunan bank, bangunan toko, pabrik, dan sebagainya.
•
Kebudayaan pada umumnya, misalnya: bangunan pemerintahan, bangunan sekolah, bioskop, museum, gedung perpustakaan, dan sebagaimya.
2). Ruang terbuka •
Kebudayaan, misalnya: lapangan olah raga, taman, dan sebagainya.
•
Kehidupan ekonomi (mata pencaharian), misalnya: sawah, kebun, kolam, hutan, pasar, pelabuhan, dan sebagainya.
•
Kehidupan sosial, misalnya: kawasan rumah sakit, kawasan perumahan, dan sebagainya. Sedangkan prasarana yang berbentuk jaringan terdiri atas empat macam
yaitu: (1) sistem perangkutan, misalnya: jaringan jalan dan jaringan rel kereta api, (2) utilitas umum, misalnya: jaringan pipa air minum, dan jaringan kawat listrik, (3) sistem komunikasi perseorangan dan komunikasi massa, misalnya jaringan kawat telepon dan jaringan kawat atau kabel telegram, dan (4) sistem pelayanan dalam kehidupan sosial ekonomi, misalnya irigasi dan pengairan (Jayadinata, 1999). 2.2.2. Pusat Pelayanan Pusat pelayanan tidak selalu merupakan suatu pusat pertumbuhan, melainkan akan lebih berfungsi sebagai pusat interaksi sosial, pertukaran ide dan informasi mengenai pembangunan yang akan menyebar ke desa-desa. Dusseldorp (1971) dalam Meiriki (2004) mengemukakan bahwa konsep teori pusat pelayanan adalah pemusatan dan fungsi pemusatan, batas ambang serta hirarki dengan adanya kristalisasi penduduk pada daerah inti akan berimplikasi pada terjadinya pemusatan fasilitas pelayanan sekaligus menobatkan daerah inti ini sebagai pusat pelayanan bagi daerah sekitarnya. Di samping itu, pemusatan pelayanan akan memberikan sekurang-kurangnya tiga keuntungan diantaranya: (1) penggunaan fasilitas pelayanan ini akan lebih intensif daripada tidak dipusatkan, (2) fasilitas
9
pelayanan akan berfungsi lebih efisien, (3) berbagai kelembagaan seperti koperasi, pemasaran, kelompok tani, pengolahan hasil-hasil pertanian, dan perbankan dapat berfungsi dengan baik. 2.2.3. Struktur Tata Ruang Wilayah Perdesaan di Kabupaten Bogor Secara umum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor 2005-2025 dijelaskan bahwa tata ruang Kabupaten Bogor terbentuk dengan struktur ruang wilayah yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan pengembangan, merupakan bentuk/gambaran sistem pelayanan berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Bogor. Arahan pengelolaan kawasan perdesaan, meliputi: a) Pengelolaan perdesaan ditujukan untuk mendukung kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dan pengembangan lingkungan permukiman perdesaan. b) Meningkatkan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi masyarakat desa c) Pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternatif pembangunan perdesaan d) Besaran
intensitas
pemanfaatan
lahan
diarahkan
untuk
menjamin
kelangsungan budidaya pertanian dan pelestarian lingkungan, dengan pemberian koefisien tutupan rendah antara 10 - 20 %. Sedangkan, arahan pengelolaan sistem permukiman perdesaan meliputi : 1. Arahan
pengembangan
struktur
ruang
perdesaan
dilakukan
melalui
pengembangan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) diantaranya adalah Desa Pabangbon dan Desa Karacak di Kecamatan Leuwiliang. 2. Pengelolaan struktur ruang perdesaan merupakan upaya untuk mempercepat pertumbuhan di kawasan perdesaan; 3. Setiap pusat pelayanan dikembangkan melalui penyediaan berbagai fasilitas sosial-ekonomi;
10
4. Pengelolaan pusat permukiman perkotaan terkait dengan fungsi pusat kegiatan meliputi pusat kegiatan wilayah dan lokal di wilayah perkotaan. 2.3. Profil Kebun Manggis Rakyat di Wilayah Agropolitan Leuwiliang Berdasarkan hasil penelitian PKBT IPB (2004), Lokasi yang menjadi lahan pertanaman manggis ini pada awalnya merupakan lahan perkebunan teh. Pada waktu pabrik teh di daerah tersebut tidak lagi beroperasi, hampir seluruh pohon teh di daerah tersebut ditebang tetapi tidak diikuti dengan upaya konservasi/reboisasi. Lahan yang dibiarkan gundul tanpa vegetasi menyebabkan tingginya laju erosi dan pencucian hara tanah yang mengakibatkan tanah menjadi miskin dan tidak produktif. Upaya pemanfaatan kembali lahan tersebut dilakukan dengan penanaman cengkeh, durian dan manggis. Pada masa kejayaan cengkeh, tanaman buahbuahan kurang diperhatikan sehingga tidak terpelihara. Selanjutnya setelah harga cengkeh jatuh, petani mulai melirik tanaman durian dan tanaman manggis dijadikan sebagai tanaman panjatan atau “tangga” untuk memanjat pohon durian. Sejak tahun 90-an manggis mulai memberikan pendapatan yang lebih baik sehingga melebihi nilai ekonomi durian. Sejarah pemeliharaan manggis yang kurang baik menyebabkan nilai ekonomi yang diperoleh petani lebih rendah daripada potensi yang sebenarnya sehingga perbaikan tanaman manggis diharapkan akan meningkatkan nilai ekonomi tanaman manggis. Potensi tanaman manggis di Kecamatan Leuwiliang cukup baik, tetapi tanaman tersebut belum dikelola dengan baik. Dalam upaya mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan pembinaan dan pengembangan yang terarah dan berkesinambungan mengenai seluruh aspek agribisnis terhadap petani. Tanaman manggis di wilayah agropolitan didominasi oleh tanaman yang sudah menghasilkan atau produktif (berumur 15 tahun ke atas).
Tanaman
manggis berasal dari hutan sekunder (Agroforestry) dan pekarangan warisan dari orang tuanya. Tanaman kurang terawat dengan baik karena anggapan petani terhadap tanaman ini hanya bersifat tanaman sampingan. Produktivitas buah manggis yang dihasilkan relatif masih rendah yaitu 1025 kg/pohon, sedangkan kondisi produktivitas optimalnya adalah 200-250
11
kg/pohon.
Begitupun dengan kualitas buah yang dihasilkan masih rendah
terutama untuk kualitas ekspor yaitu kurang dari 1% total produksi (Dinas Pertanian Bogor, 2004). Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan IPB sebelumnya ternyata dengan menerapkan beberapa teknik budidaya seperti pemupukan dan pemangkasan menunjukkan adanya pengaruh nyata dalam peningkatan produksi dan mutu buah.
Dimana produktivitas buah manggis
meningkat hingga kisaran 45-80 kg/pohon, dengan peningkatan buah kualitas ekspor sampai dengan kisaran 40% dari total produksi. Berdasarkan kajian teknik agronomi, iklim, dan kesesuaian tanah oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bogor tahun 2004 tanaman manggis mempunyai kemampuan untuk tumbuh dengan baik di wilayah agropolitan. Hal ini dapat dilihat dari penyebaran komoditas buah manggis hampir di seluruh Kecamatan Leuwiliang, khususnya Desa Barengkok, Pabangbon, Karacak, Karyasari, dan Cibeber II.
Lokasi tanaman manggis terdapat hampir merata di setiap desa
dengan konsentrasi paling banyak terdapat di desa Karacak. Sebagai komoditas unggulan, produksi buah manggis memiliki potensi yang besar untuk dapat meningkatkan pendapatan petani. Salah satu upaya Dinas Pertanian Kabupaten Bogor untuk melakukan pembinaan dan penyuluhan secara terpadu maka pada tanggal 27 Februari 2001 dilakukan pembentukkan kelompok tani manggis ”Karya Mekar” di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 33 orang. Kegiatan pembinaan dan penyuluhan dilakukan melalui gelar teknologi spesifik lokasi yaitu mengembangkan agribisnis manggis melalui inovasi teknik budidaya meliputi pemeliharaan tanaman, perbaikan sistem pola tanaman dan jarak tanam, perbaikan media tumbuh dengan sistem terasering, pengendalian hama dan penyakit, serta perbaikan cara panen dan penanganan pasca panen. Pembinaan kebijakan tata niaga dan pemasaran dalam bentuk kelembagaan dan permodalan yang akan dikelola melalui suatu badan usaha kelembagaan yang berbasis pertanian.
12
2.4. Pola Pergerakan Penduduk Pergerakan merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh seorang individu. Pergerakan ini menyangkut bagaimana individu bergerak setiap hari untuk berbagai macam alasan dan tujuan seperti bekerja, belanja, hiburan, rekreasi,
dan
sebagainya
(Tamin,
2000).
Kemudian
Jacobson
(2003)
mengungkapkan bahwa perjalanan dengan maksud bekerja sebagian besar merupakan suatu kebiasaan (habitual) dimana ketika individu melakukan perjalanan secara berulang-ulang dan dengan frekuensi yang tinggi sedangkan perjalanan dengan maksud berbelanja, berjalan-jalan, dan bersantai barangkali merupakan sesuatu yang bersifat impulsive (suatu kesenangan yang biasanya dilakukan pada waktu yang lebih fleksibel atau tidak tetap). Selain itu, perjalanan untuk kunjungan sosial atau personal service cenderung lebih terencana (planned) karena diyakini perlu adanya penggunaan kendaraan dan lain sebagainya yang harus direncanakan terlebih dahulu. Pada prinsipnya, penduduk merupakan aspek utama dalam setiap kegiatan perencanaan wilayah. Jumlah penduduk merupakan faktor utama untuk menentukan banyaknya permintaan bahan konsumsi yang harus disediakan. Begitu juga tentang banyaknya fasilitas umum yang perlu dibangun pada suatu wilayah. Di sisi lain, penduduk dapat dipandang sebagai faktor produksi yang dapat dialokasikan untuk berbagai kegiatan sehingga dapat dicapai suatu nilai tamabah (kemakmuran) yang maksimal bagi wilayah tersebut (Tarigan, 2002). Lebih lanjut Tarigan (2002) mengungkapkan bahwa mobilitas penduduk antar desa pada umumnya lebih banyak diungkapkan dalam studi yang intensif dengan cakupan wilayah yang terbatas. Ciri yang sangat menonjol dari mobilitas antar desa adalah aktivitas ekonomi yang dilakukan biasanya terbatas pada sektor pertanian. Menurut Meyer dan Straszheim (1971) dalam Maulana (2006), untuk menduga bangkitan perjalanan penduduk, unit yang umum digunakan adalah unit rumah tangga. Pendugaan bangkitan perjalanan dilakukan dengan melihat jumlah perjalanan yang dilakukan oleh anggota keluarga untuk bekerja, sekolah, rekreasi, dan untuk keperluan lainnya.
13
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial dan pengolahan data dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan di Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM IPB. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Agustus tahun 2010. Secara spasial lokasi penelitian ditampilkan pada Gambar 1. 690000
720000
BEKASI
TENJO GUNUNG SINDUR
PARUNG PANJANG
DEPOK CILEUNGSI
PARUNG
GUNUNG PUTRI
RUMPIN CISEENG JASINGA
BOJONG GEDE
KEMANG
CIGUDEG
9300000
9300000
660000
CIBINONG
JONGGOL
KELAPA NUNGGAL
RANCA BUNGUR CARIU
CITEUREUP CIBUNGBULANG CIAMPEA
KOTA BOGOR
DRAMAGA LEUWILIANG
CIOMAS
SUKARAJA
BABAKAN MADANG
9270000
9270000
LEUWISADENG
SUKAMAKMUR
TANJUNGSARI
SUKAJAYA
TAMANSARI TENJOLAYA
NANGGUNG
MEGAMENDUNG CIJERUK
PAMIJAHAN
CISARUA CIGOMBONG
CARINGIN
0
10
Skala 1 : 500.000 660000
20 Km
Lokasi Penelitian
690000
Legenda : Kota Bogor Kabupaten Bogor Kecamatan Leuwiliang Kawasan Cendawasari (Desa Karacak)
9240000
9240000
SUKABUMI 10
CIANJUR
CIAWI
720000
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 3.2. Jenis Data, Sumber Data, dan Alat Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran koordinat geografis fasilitas Desa Karacak menggunakan GPS dan hasil survei (wawancara) mengenai orientasi penduduk terhadap pusat-pusat pelayanan, sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
14
Tabel 1. Jenis dan Sumber Data Sekunder Jenis Data Sekunder Peta-Peta Digital Kecamatan Leuwiliang • Peta Administrasi • Peta Penggunaan Lahan • Peta Jaringan Jalan Peta-Peta Digital Desa Karacak • Peta Administrasi Kampung • Peta Jaringan Jalan • Peta Topografi • Peta Jenis Tanah • Peta Kesesuaian Lahan Manggis Hasil Interpretasi Penggunaan Lahan dari Google Earth Data Atribut dan Peta Potensi Desa (PODES) Kabupaten Bogor 2008
Sumber
Pradana (2009)
Pradana (2009) Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB, 2010
Alat yang digunakan pada penelitian ini mencakup alat-alat yang digunakan pada penelitian lapang seperti alat penerima sinyal GPS tipe Magellan Versi Platinum Meridian 5.40 dan daftar isian (kuesioner) serta alat-alat yang berupa perangkat lunak (software) pengolah data yang terdiri dari Arc View GIS 3.3, Statistica 8.0, Microsoft Office Word, dan Microsoft Office Excel. 3.3. Tahapan Penelitian Penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) Tahap
persiapan, 2) Analisis
pendahuluan, 3) Penelitian lapang, dan 4) Analisis lanjutan. Tahap persiapan mencakup studi literatur dan pengumpulan data-data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini. Analisis pendahuluan bertujuan untuk memperoleh informasi awal mengenai hirarki pusat-pusat pelayanan di Kecamatan Leuwiliang dan keunggulan komparatif komoditas manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak. Analisis pendahuluan dilakukan dengan cara mengolah data-data sekunder menggunakan beberapa teknik analisis data seperti Analisis Skalogram, Analisis Spasial, dan Analisis Locational Quotient (LQ).
15
Sementara itu, penelitian lapang pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data-data primer yang akan digunakan dalam analisis lanjutan. Penelitian lapang yang dilakukan meliputi pengukuran langsung koordinat geografis fasilitas di lapang dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System) dan survei/wawancara kepada sejumlah penduduk Kawasan Agropolitan Cendawasari mengenai kecenderungan orientasi perjalanan penduduk dalam mengakses pusat-pusat pelayanan. Kemudian penelitian diakhiri dengan analisis lanjutan terhadap data-data primer yang diperoleh dari penelitian lapang untuk memperoleh tujuan akhir dari penelitian ini. Pada Tabel 2 disajikan gambaran tentang hubungan antara jenis data dan teknik analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini sedangkan diagram alir penelitian ditampilkan pada Gambar 2. 3.4. Teknik Penarikan Sampel (Responden) Responden yang disurvei berjumlah 50 rumah tangga (KK) untuk survei orientasi terhadap pusat pelayanan umum dan 25 orang petani manggis untuk survei orientasi terhadap pusat pelayanan agribisnis manggis. Kuesioner disebarkan secara purpossive stratified sampling dengan strata jenis pekerjaan kepala keluarga dan tingkat kesejahteraan keluarga sesuai dengan proporsi jumlah rumah tangga (KK) pada masing-masing RW (lihat Lampiran 2). Pengisian kuesioner dilakukan dengan wawancara kepada masing-masing keluarga terkait dengan aktivitas selama satu minggu terakhir dan wawancara kepada petani manggis untuk mengetahui pusat-pusat aktivitas/pelayanan agribisnis manggis seperti tempat pembelian sarana produksi pertanian, tempat pengelolaan pasca panen, dan tempat penjualan hasil panen. Contoh kuesioner dan daftar sebarannya disajikan pada Lampiran 2 dan 3. Data yang diperoleh dari hasil survei (wawancara) tersebut kemudian akan disajikan secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk peta dan grafik proporsi perjalanan penduduk.
16
Tabel 2. Hubungan antara Tujuan Penelitian, Jenis Data, Teknik Analisis, dan Output Penelitian No 1
Tujuan Mengidentifikasi hirarki pusat-pusat pelayanan di Kecamatan Leuwiliang,
•
• 2
Mengidentifikasi Karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan Desa Karacak,
•
•
Jenis Data Data PODES Kecamatan Leuwiliang Tahun 2008 Data Jumlah Penduduk Hasil Pengukuran Koordinat Fasilitas menggunakan GPS Data Koordinat Permukiman dari Peta Penggunaan Lahan
Teknik Analisis • Analisis Skalogram
Output • Tabel dan Peta Hirarki PusatPusat Pelayanan Kecamatan Leuwiliang
• Penelitian lapang • Analisis SIG • Analisis Skalogram • Analisis Mean Center • Analisis Spatial Standard Distance (SSD) • Overlay • Analisis Location Quotient (LQ)
• Peta Sebaran Fasilitas Desa Karacak • Nilai IPRW, Jarak Pusat Sebaran Fasilas ke Pusat Permukiman, dan Nilai SSD • Peta Struktur PusatPusat Pelayanan Desa Karacak
• Diagram dan Peta Orientasi Penduduk Terhadap PusatPusat Pelayanan • Nilai Koefisien Regresi Berganda • Persamaan Regresi Berganda
3
Mengidentifikasi Keunggulan komparatif komoditas unggulan manggis di Desa Karacak,
• Peta Administrasi Desa Karacak • Hasil Interpretasi Penggunaan Lahan dari Google Earth
4
Mengidentifikasi Orientasi perjalanan penduduk Desa Karacak,
• Kuesioner
• Wawancara • Analisis Deskriptif
5
Menidentifikasi Pengaruh karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan terhadap orientasi perjalanan penduduk,
• Hasil Kuesioner
• Analisis Regresi Berganda (Forward Stepwise)
• Tabel dan Peta Sebaran eksisting Kebun Manggis di Desa Karacak • Nilai Indeks LQ
17
Data Podes Kec. Leuwiliang Tahun 2008
Data Jumlah Penduduk Kec. Leuwiliang Tahun 2008
Hasil Interpretasi Google Earth
Peta Administrasi Desa Karacak
Indeks Hirarki PusatPusat Pelayanan Kec. Leuwiliang
Data Luas tiap Tipe Penggunaan Lahan
Peta Penggunaan Lahan Desa Karacak
Peta Sebaran Kebun Manggis Desa Karacak
Analisis LQ
Indeks LQ Kebun Manggis
Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan Kec. Leuwiliang
33 Keunggulan Komparatif Komoditas Manggis
Peta Sebaran Fasilitas Desa Karacak
Wawancara
Orientasi Penduduk thd Pusat-Pusat Pelayanan Umum
Analisis Deskriptif 44
Diagram&Peta Orientasi Pergerakan Penduduk
Analisis Mean Center & Analisis Korelasi
Analisis Hirarki Perkembangan Wilayah
Analisis Spatial Standard Distance
Tabel & Peta Jarak Pusat Sebaran Fasilitas ke Pusat Permukiman RW
Tabel & Peta IPRW Desa Karacak
Tabel & Peta Nilai SSD Desa Karacak
Efisiensi Pelayanan Fasilitas
Hasil Survei /
Orientasi Penduduk thd Pusat Pelayanan Agribisnis Manggis
Koordinat Pusat Permukiman
Kondisi Eksisting Kebun Manggis
11
Penelitian Lapang
Analisis SIG
Overlay Skalogram Berbobot
Koordinat GPS Fasilitas Desa Karacak
22
2
2
Tingkat Kelengkapan Fasilitas
Analisis Regresi Berganda
2
Pola Sebaran Fasilitas
2
Pengaruh Struktur Pusat-Pusat Pelayanan terhadap Orientasi Perjalanan Penduduk
Keterkaitan Struktur dan Orientasi Pusat-Pusat Pelayanan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Cendawasari Keterangan : Angka 1,2,3,4, dan 5 menunjukkan tujuan penelitian
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
55
18
3.5. Teknik Analisis 3.5.1. Analisis Skalogram Metode skalogram digunakan untuk menentukan hirarki wilayah. Hirarki wilayah pada penelitian ini dilakukan di jenjang kecamatan untuk memperoleh indeks perkembangan desa (IPD) dan di jenjang desa untuk memperoleh indeks perkembangan RW (IPRW). Data yang digunakan adalah data jumlah unit berbagai fasilitas yang terdapat pada unit desa di Kecamatan Leuwiliang dan unit RW di Desa Karacak meliputi kelompok fasilitas pemerintahan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan penunjang permukiman. Rincian data yang digunakan dalam analisis skalogram disajikan dalam Lampiran 1 dan Lampiran 7. Dalam metode skalogram, seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan disusun dalam satu tabel. Metode skalogram ini bisa digunakan dengan menuliskan jumlah fasilitas yang dimiliki oleh setiap wilayah, atau menuliskan ada atau tidaknya fasilitas tersebut di suatu wilayah tanpa memperhatikan jumlah atau kuantitasnya. Model untuk menentukan nilai Indeks Perkembangan atau Pelayanan Desa (Rustiadi et al., 2003) adalah sebagai berikut:
IP j =
dimana :
Keterangan: IPj
= Indeks Perkembangan Desa/RW ke-j
Iij
= Jumlah sarana prasarana ke-i desa/RW ke-j
I’ij
= Jumlah sarana prasarana ke-i terkoreksi desa/RW ke-j
I i min = Jumlah sarana prasarana ke-i terkecil (minimum) = Simpangan baku sarana prasarana ke-i
SDi
Dengan asumsi data menyebar normal, penentuan tingkat perkembangan wilayah dibagi menjadi tiga yaitu: •
Hirarki I (Tinggi), jika indeks perkembangan ≥ (rata-rata + 1.5 x simpangan baku)
•
Hirarki II (Sedang), jika rata-rata < indeks perkembangan < (rata-rata + 1.5 x simpangan baku)
•
Hirarki III (Rendah), jika indeks perkembangan < rata-rata
Hirarki III (Rendah) < rataan ≤ Hirarki II (Sedang) <{rataan + (1.5 x std. deviasi)} ≤ Hirarki I (Tinggi)
19
3.5.2. Analisis Location Quocient (LQ) Location Quocient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa 1). Kondisi geografis relatif seragam, 2). Pola-pola aktivitas bersifat seragam, dan 3). Setiap aktivitas menghasilkan produk yang sama. Persamaan LQ (Panuju et al., 2008) adalah sebagai berikut:
LQij = Dimana:
Xij / Xi. X . j / X ..
Xij
: derajat aktivitas ke-j di wilayah ke-i
Xi.
: total aktivitas di wilayah ke-i
X.j
: total aktivitas ke-j di semua wilayah
X..
: derajat aktivitas total wilayah
Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan adanya konsentrasi suatu aktivitas j di sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau terjadi pemusatan aktivitas di sub wilayah ke-i. Jika nilai LQij = 1, maka aktivitas j di sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa aktivitas setara dengan pangsa total. Jika nilai LQij < 1, maka aktivitas j di sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas yang secara umum ditemukan di seluruh wilayah. Analisis Location Quotient (LQ) dalam penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan tingkat pemusatan atau basis aktivitas penggunaan lahan kebun manggis di Desa Karacak. Data yang digunakan untuk analisis ini adalah luas penggunaan lahan kebun manggis dalam unit-unit kampung di Desa Karacak dan total luas penggunaan lahan di Desa Karacak. 3.5.3. Analisis Pusat Sebaran Fasilitas Pusat
sebaran
merupakan
sepasang
koordinat
spasial
yang
menggambarkan posisi suatu titik yang diasumsikan paling mewakili sebarannya. Analisis pusat sebaran dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pusat sebaran fasilitas dan pusat permukiman setiap RW.
20
Penentuan pusat sebaran fasilitas dan pusat permukiman setiap RW Desa Karacak dianalisis dengan pendekatan mean center. Dalam hal ini mean center merupakan sepasang koordinat spasial yang menyatakan posisi pusat dari sebaran fenomena tiap wilayah. Nilai koordinat mean center (Xc , Yc) merupakan rataan nilai koordinat fenomena yang diukur pada sumbu x dan y sehingga koordinat mean center sangat sensitif terhadap nilai ekstrim. Smith (1995) dalam Natasarjana (2006) memformulasikan mean center sebagai berikut:
xc =
yc =
Keterangan: Xc
= koordinat mean center pada sumbu x;
Yc
= koordinat mean center pada sumbu y;
xi
= koordinat fasilitas atau permukiman ke-i pada sumbu x;
yi
= koordinat fasilitas atau permukiman ke-i pada sumbu y. Data yang digunakan dalam penentuan pusat sebaran fasilitas adalah data
koordinat fasilitas setiap RW yang diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapang dengan menggunakan GPS, sedangkan penentuan pusat permukiman tiap RW menggunakan data atribut koordinat poligon permukiman setiap RW yang diperoleh dari peta penggunaan lahan Desa Karacak. Sementara itu, penghitungan jarak antar pusat sebaran (mean center) dilakukan berdasarkan konsep garis lurus (euclidian distance) yang diperoleh dengan bantuan software Arc View 3.3. Pada penelitian ini juga dilakukan penghitungan parameter rataan jarak tiap fasilitas ke pusat permukiman terdekat yang dijadikan sebagai pembanding terhadap parameter jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat sebaran permukiman. Rataan jarak tiap fasilitas ke pusat permukiman terdekat juga dihitung berdasarkan konsep garis lurus (euclidian distance). Kemudian dilanjutkan dengan analisis korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua parameter tersebut. Dalam analisis korelasi sederhana, keeratan sifat antara dua parameter yang diamati akan ditunjukkan dari nilai koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif menggambarkan keterkaitan searah antar peubah (parameter) sedangkan keterkaitan antar peubah saling berlawanan apabila koefisien korelasi
21
bernilai negatif. Selain itu, antar peubah tidak ada keterkaitan apabila nilai koefisien mendekati nol. 3.5.4. Analisis Pendugaan Pemusatan dan Dispersi Spasial Fasilitas Sebaran fenomena dalam suatu wilayah dapat mengindikasikan pemusatan dan dispersi. Dalam penelitian ini, analisis pendugaan pemusatan dan dispersi sebaran fenomena bertujuan untuk mengetahui pemusatan dan dispersi dari sebaran fenomena fasilitas setiap RW di Desa Karacak. Pendugaan terjadinya pemusatan atau dispersi dianalisis dengan pendekatan Spatial Standard Distance. Spatial standard distance hanya menggambarkan kecenderungan sebaran data terpusat atau terdispersi dan tidak mampu menunjukkan arah dispersi. Smith (1995) dalam Natasarjana (2006) mengungkapkan bahwa spatial standard distance merupakan akar kuadrat dari rataan kuadrat jarak dari pusat yang diformulasikan sebagai berikut:
Sx =
D=
Sy =
Keterangan: D
= spatial standard distance;
Sx
= spatial standard distance pada sumbu x;
Sy
= spatial standard distance pada sumbu y;
xi
= koordinat fenomena ke-i pada sumbu x;
yi
= koordinat fenomena ke-i pada sumbu y;
xc
= koordinat mean center ke-i pada sumbu x;
yc
= koordinat mean center ke-i pada sumbu y. Beberapa kelebihan dari analisis ini antara lain adalah dapat menduga
kecenderungan dari pola sebaran fasilitas dan dapat menduga jangkauan relatif pelayanan dari suatu sebaran fasilitas. Sedangkan kelemahannya adalah tidak mampu menunjukkan arah dispersi dari sebaran fasilitas.
Analisis ini
menggunakan data koordinat fasilitas yang diambil dengan GPS dan tidak mempertimbangkan bobot atau kualitas dari masing-masing fasilitas.
Unit
analisis yang digunakan adalah RW dan kelompok fasilitas. Pendugaan pemusatan dan dispersi fasilitas tiap RW menggunakan RW sebagai unit analisisnya. Sedangkan kelompok fasilitas menggunakan fasilitas sebagai unit analisisnya.
22
3.5.5. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk menduga pengaruh variabelvariabel penjelas yang terkait dengan struktur pusat-pusat pelayanan (X) terhadap variabel tujuan (Y) yang diamati yaitu jumlah perjalanan penduduk. Data jumlah perjalanan penduduk yang digunakan dalam analisis ini didasarkan atas rata-rata jumlah perjalanan responden tiap RW di Desa Karacak dalam rentang waktu selama satu minggu terakhir. Data tersebut diperoleh dari hasil survei lapang yang dilakukan pada bulan Mei 2010. Analisis regresi berganda pada penelitian ini menggunakan RW sebagai unit analisisnya. Model yang digunakan adalah:
Y = α0 + α1x1 + α2x2 + ... + αjxj Dimana: Y : dependent variabel (variabel yang diduga) Xj : independent variabel (variabel penduga) ke-j αj : koefisien regresi peubah ke-j Pada penelitian ini terdapat dua model regresi yang diuji yaitu model regresi untuk total perjalanan internal (Y1) dan total perjalanan eksternal (mencakup ke luar kecamatan) (Y2). Dalam membangun model persamaan di atas, variabel-variabel yang dipilih berdasarkan pertimbangan logis bahwa karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan tersebut terkait dengan orientasi perjalanan penduduk Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak. Namun untuk menghindari terjadinya multikolinearitas (korelasi antar variabel independen) maka persamaan akan diduga dengan metode forward stepwise sehingga tidak semua variabel penjelas/penduga digunakan dalam persamaan. Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis regresi berganda disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Variabel yang Digunakan dalam Analisis Regresi Berganda Variabel Jumlah Perjalanan Internal Jumlah Perjalanan Eksternal+Luar Indeks Perkembangan RW Jarak Pusat Sebaran Fasilitas ke Pusat Sebaran Permukiman RW Nilai Spatial Standard Distance RW Jumlah Rumah Tangga RW Luas Area Permukiman RW Jumlah Fasilitas Ekonomi RW Jumlah Fasilitas Pendidikan RW Jumlah Fasilitas Penunjang Pertanian RW
Unit/Satuan Perjalanan per minggu Perjalanan per minggu IPRW
Simbol Y1 Y2 X1
Meter Meter KK Hektar Unit Unit Unit
X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
23
IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4..1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kawasan Agropolitan Cendawasari merupakan suatu kawasan perdesaan berbasis pertanian yang dirilis menjadi suatu Kawasan Agropolitan sejak tahun 2002. Lokasi Kawasan Agropolitan Cendawasari secara administratif terletak di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Karacak terletak pada 106039’00” – 106036’00” BT dan 06039’00” – 06034’30” LS serta memiliki luas wilayah sebesar 761,84 ha. Desa Karacak berbatasan langsung dengan Desa Barengkok di sebelah utara, Desa Pabangbon di sebelah barat, Desa Karyasari di sebelah selatan, dan Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang di sebelah timur. Secara Administratif Desa Karacak terdiri dari 5 Dusun, 10 RW (Rukun Warga), dan 17 kampung. Pada Tabel 4 disajikan mengenai rincian pembagian administratif Desa Karacak beserta luas masingmasing kampung. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Karacak Dusun RW Kampung Luas (Ha) 1 1 Lebak Kaum 31.42 2 Karyabakti 89.70 2 3 Lebak Sirna 50.64 4 Ciletuh Hilir 57.89 3 5 Cengal Sirna 40.28 Nariti 4.40 Sinargalih 35.90 6 Cengal 21.49 Darmabakti 62.22 Babakan 24.49 4 7 Wanakarya 73.40 Pakusarakan 32.96 8 Rawajero 34.87 Sumberjaya 65.81 5 9 Sukamaju 84.11 10 Hegarmanah 29.43 Sukaresmi 22.83 Jumlah 761.84 Sumber: Data Atribut Peta Administrasi
24
677000
678000
679000
680000
681000
682000
9270000
9270000
PETA ADMINISTRASI BATAS RW KAWASAN AGROPOLITAN CENDAWASARI DESA KARACAK KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR N
250
0
250
500 Meters
SKALA 1 : 25.000
Ciletuh Hilir Lebak Sirna
Cengal Sirna Nariti
Sinargalih
Pakusarakan
Darmabakti Babakan
Rawajero
Lebak Kaum
DESA SITU UDIK KECAMATAN CIBUNGBULANG
9268000
9268000
Karyabakti Cengal Wanakarya
DESA PABANGBON
RW 06 RW 07 RW 08 RW 09 RW 10
9267000
Inset : Kecamatan Leuwiliang
DESA KARYASARI 9266000
9266000
679000
Batas RW : RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05
9267000
Hegarmanah Sukamaju
678000
Keterangan : Jalan Aspal Jalan Batu Jalan Setapak Sungai
Sukaresmi
Sumberjaya
677000
E
S
LEGENDA 9269000
9269000
DESA BARENGKOK
W
680000
681000
Sumber : 1. Peta Administrasi Batas Kampung Desa Karacak 2. Hasil Cek Lapang Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB
682000
Gambar 3. Peta Administrasi Batas RW Desa Karacak 4.2. Kondisi Fisik Wilayah 4.2.1. Topografi Kondisi topografi Desa Karacak bervariasi dari datar hingga bergunung sangat curam dengan kemiringan lereng 3% sampai dengan > 60%. Akan tetapi, topografi Desa Karacak cenderung didominasi oleh topografi datar dengan kemiringan lereng 0-3 % yaitu seluas 191,76 Ha atau sekitar 25,17 % dari luas total wilayah Desa Karacak. Daerah dengan topografi datar terdistribusi pada setiap kampung di Desa Karacak dengan proporsi tertinggi terletak di kampung Lebak Kaum yaitu seluas 30,28 Ha sedangkan daerah dengan topografi bergunung sebagian besar terletak di kampung Sukamaju yaitu seluas 21,15 Ha. Adapun rincian mengenai sebaran topografi wilayah Desa Karacak disajikan pada Tabel berikut:
25
15-30 % (Berbukit)
30-40 % (Bergunung)
40-60 % (Bergunung Curam)
>60 % (Bergunung Sangat Curam)
1 Babakan 2.38 2 Cengal 2.44 3 Cengal Sirna 7.41 4 Ciletuh Hilir 13.03 3.92 5 Darmabakti 11.14 6 Hegarmanah 9.64 0.53 7 Karyabakti 18.03 8 Lebak Kaum 30.28 3.65 9 Lebak Sirna 5.47 11.95 10 Nariti 1.36 11 Pakusarakan 18.27 12 Rawajero 11.74 13 Sinargalih 8.81 14 Sukamaju 15.97 6.34 15 Sukaresmi 5.73 6.34 16 Sumberjaya 16.77 17 Wanakarya 13.29 Grand Total (Ha) 192 32.73 Persentase (%) 25.2 4.3 Sumber: Data Atribut Peta Topografi
8-15 % (Bergelombang)
Kampung
3-8 % (Berombak)
No
0-3 % (Datar)
Tabel 5. Sebaran Kelas Lereng Desa Karacak
6.67 0 3.42 25.64 8.1 8.72 4.38 27.1 26.49 5.36 1.8 1.18 118.9 15.6
5.88 9.98 15.39 3.45 30.48 7.33 4.16 16.11 0.01 3.22 8.94 9.39 21.18 0.52 34.14 1.02 171 22.5
5.43 6.9 1.58 2.61 4.04 3.7 1.38 1.35 0.61 5.31 1.99 21.15 10.72 13.3 80.1 10.5
4.13 2.17 12.42 9.24 8.41 0.01 1.15 3.13 1.22 10.86 8.88 10.99 19.47 0.51 2.38 42.43 137.4 18.04
0.06 0.05 3.2 8.05 6.73 0.46 4.72 0 4.37 2.18 29.82 3.91
Grand Total (Ha) 24.49 21.49 40.28 57.89 62.22 29.43 31.42 89.7 50.64 4.4 32.96 34.87 35.9 84.11 22.83 65.81 73.4 761.84 100
4.2.2. Jenis Tanah Berdasarkan sebaran jenis tanah Desa Karacak (Tabel 6) dapat diketahi bahwa jenis tanah yang dominan di Desa Karacak adalah jenis tanah Latosol Coklat yang tersebar pada hampir 62,07 % dari luas total wilayah Desa Karacak atau seluas 472,9 Ha. Jenis tanah Latosol Coklat terluas dijumpai di kampung Wanakarya yaitu seluas 73,40 Ha. Selain itu, jenis tanah lain yang dijumpai di Desa Karacak adalah RegosolLatosol Coklat, Koluvial Aluvial, Latosol Coklat dan Kemerahan, dan Regosol. Pada tabel berikut disajikan rincian mengenai sebaran jenis tanah yang dapat dijumpai di sekitar Desa Karacak.
26
Tabel 6. Sebaran Jenis Tanah di Desa Karacak No
Kampung
Latosol Coklat
1 Babakan 24.49 2 Cengal 21.49 3 Cengal Sirna 40.28 4 Ciletuh Hilir 38.54 5 Darmabakti 62.22 6 Hegarmanah 7 Karyabakti 14.68 8 Lebak Kaum 15.59 9 Lebak Sirna 10 Nariti 4.4 11 Pakusarakan 29.78 12 Rawajero 23.16 13 Sinargalih 35.9 14 Sukamaju 27.78 15 Sukaresmi 16 Sumberjaya 61.19 17 Wanakarya 73.4 Grand Total (Ha) 472.9 Persentase (%) 62.07 Sumber: Data Atribut Peta Tanah
RegosolLatosol Coklat 3.18 11.71 14.89 1.95
Koluvial Aluvial 19.35 27.94 16.74 69.52 45.47 16.47 17.84 213.33 28
Latosol Coklat dan Kemerahan 1.49 4.59 5.17 4.99 16.24 2.13
Regosol
Grand Total (Ha)
39.86 4.62 44.48 5.84
24.49 21.49 40.28 57.89 62.22 29.43 31.42 89.7 50.64 4.4 32.96 34.87 35.9 84.11 22.83 65.81 73.4 761.84 100
4.2.3. Penggunaan Lahan Pola penggunaan lahan di Desa Karacak masih didominasi oleh penggunaan lahan pertanian. Penggunaan lahan utama di Desa Karacak adalah penggunaan lahan untuk kebun campuran, yaitu seluas 279,46 Ha atau sebesar 36,68 % dari total luas penggunaan lahan. Selain itu juga terdapat penggunaan lahan untuk kebun manggis sebesar 14,85 % dari total luas penggunaan lahan atau seluas 113,17 Ha. Sedangkan kawasan ruang terbangun hanya sebesar 5,44% atau seluas 41,47 Ha yang digunakan untuk permukiman atau perkampungan. Rincian mengenai sebaran penggunaan lahan di Desa Karacak disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 7. Jenis Penggunaan Lahan Desa Karacak No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Penggunaan Lahan Kebun Campuran Kebun Manggis Lahan Terbuka Permukiman Sawah Semak Tegalan Tubuh air Jumlah Sumber: Data Atribut Peta Penggunaan Lahan
Luas (Ha) 279.46 113.17 12.09 41.47 154.13 14.52 125.82 21.18 761.84
Persentase (%) 36.68 14.85 1.59 5.44 20.23 1.91 16.52 2.78 100.00
27
PETA PENGGUNAAN LAHAN DESA KARACAK KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR 678000
679000
680000
681000
682000 N
250
0
250
500 Meters
9269000
9269000
SKALA 1 : 25.000
ciletuh hilir lebak sirna cengalsirna
cengal
wanakarya
karyabakti
darmabakti
rawajero
lebak kaum
E S
LEGENDA Keterangan : Jalan Aspal Jalan Batu Jalan Setapak Jenis Penggunaan Lahan : Kebun Campuran Kebun Manggis Lahan Terbuka Permukiman Sawah Semak Tegalan Tubuh Air
babakan
sumberjaya
9267000
9267000
pakusarakan
sinargalih
9268000
9268000
nariti
W
sukamaju hegarmanah
Inset : Kecamatan Leuwiliang
Sumber : 1. Hasil Interpretasi Citra Satelit GeoEye 1 Imagery Date 11 July 2007 (Google Earth) Oleh : Arief Adi Pradana, 2009 2. Hasil Cek Lapang 3. Layout Oleh : Sony Nugroho, 2010 Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB
678000
679000
680000
681000
682000
Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak 4.3. Kependudukan Selama kurun waktu 2003-2008, laju pertumbuhan penduduk Desa Karacak tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 23,6% dan pada tahun 2008 penduduk Desa Karacak mencapai 10.963 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 14 jiwa/Ha (BPS, 2008). Sebagian besar atau hampir 56% penduduk Desa Karacak bekerja sebagai petani sedangkan sebagian penduduk lainnya bekerja sebagai karyawan/PNS, buruh produksi, wirausaha, buruh tani, dan lain-lain. Sementara itu, dari segi pendidikan penduduk Desa Karacak relatif telah memperoleh pendidikan baik pada tingkat SD, SLTP, SLTA, maupun Perguruan Tinggi.
28
4.4. Prospek Agribisnis Komoditas Manggis 4.4.1. Kesesuaian Lahan Manggis Manggis merupakan komoditas unggulan yang sejak dulu telah dikembangkan di Desa Karacak. Berdasarkan hasil penelitian Pradana (2010), diketahui bahwa secara umum hampir dari dua per tiga wilayah (66,46 %) Desa Karacak relatif sesuai untuk ditanami komoditas tanaman manggis dengan kondisi topografi (kelas lereng) sebagai faktor pembatasnya. Tingkat kesesuaian lahan manggis di Desa Karacak terdiri atas tingkat kesesuaian S1 seluas 118,18 Ha, S2 seluas 180,22 Ha, dan S3 seluas 207,94 Ha. Sedangkan tingkat kesesuaian N sebesar 255,50 Ha atau sebesar 33,54 % dari luas wilayah Desa Karacak. Adapun rincian mengenai sebaran kesesuaian lahan untuk tanaman manggis di Desa Karacak disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Kesesuaian Lahan Manggis di Desa Karacak No
Kampung
N
1 Babakan 9.56 2 Cengal 9.07 3 Cengal Sirna 14.06 4 Ciletuh Hilir 11.85 5 Darmabakti 12.5 6 Hegarmanah 3.69 7 Karyabakti 4.85 8 Lebak Kaum 14.87 9 Lebak Sirna 9.96 10 Nariti 3.03 11 Pakusarakan 11.47 12 Rawajero 14.19 13 Sinargalih 17.7 14 Sukamaju 40.62 15 Sukaresmi 7.07 16 Sumberjaya 13.1 17 Wanakarya 57.91 Grand Total (Ha) 255.5 Persentase (%) 33.54 Sumber: Pradana, 2010
S1 2.38 2.44 7.41 12.36 11.14 3.92 3.2 1.36 17.28 10.35 8.81 8.44 15.8 13.29 118.18 15.51
S2 6.67 0 3.42 29.42 8.1 17.88 18.49 51.87 28.75 3.25 9.39 1.8 1.18 180.22 23.66
S3 5.88 9.98 15.39 4.26 30.48 7.86 4.16 19.76 11.93 0.01 4.21 10.33 9.39 31.8 6.37 35.11 1.02 207.94 27.29
Grand Total (Ha) 24.49 21.49 40.28 57.89 62.22 29.43 31.42 89.7 50.64 4.4 32.96 34.87 35.9 84.11 22.83 65.81 73.4 761.84 100
29
678750
679500
680250
681000
681750
9269250
9269250
678000
ciletuh hilir
nariti wanakarya
lebak sirna 9268500
9268500
cengalsirna sinargalih cengal
darmabakti
karyabakti
9267750
pakusarakan
babakan
rawajero
9267750
lebak kaum sukaresmi
hegarmanah
Legenda : Jalan Aspal Jalan Batu Jalan Setapak Sungai
678000
sukamaju
Kesesuaian Lahan Manggis : N S1 S2 S3 678750
500
0
500
1000 M
9266250
9266250
9267000
9267000
sumberjaya
SKALA 1 : 25.000
679500
680250
681000
681750
Gambar 5. Peta Kesesuaian Lahan Manggis di Desa Karacak 4.4.2. Produksi dan Produktivitas Manggis Hingga saat ini belum ada data yang akurat mengenai jumlah pohon manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari.
Hal ini disebabkan oleh
pertanaman manggis yang dilakukan bersamaan dengan tanaman lain. Penelitian yang dilakukan oleh Febrianggoro (2010) memprediksi bahwa tanaman manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari berjumlah 22.795 pohon, akan tetapi dalam penelitian tersebut tidak dapat diketahui berapa jumlah tanaman yang telah menghasilkan dan berapa jumlah tanaman yang belum menghasilkan. Sementara itu, data KBU Al Ihsan menyebutkan bahwa dari 60 petani anggota koperasi terdapat sebanyak 5.510 pohon tanaman manggis yang telah menghasilkan dan 2.725 pohon tanaman manggis yang belum menghasilkan. Hal tersebut berarti jumlah tanaman manggis yang telah menghasilkan adalah sekitar dua pertiga (66,9%) dari total tanaman manggis. Belum adanya data yang akurat tentang jumlah pohon manggis mengakibatkan kesulitan dalam memperoleh data produktivitas manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari. Kendala lainnya adalah tidak adanya koordinasi yang baik antara petani manggis dengan pengelola Kawasan
30
Agropolitan Cendawasari untuk mendata produksi manggis di setiap masa panen. Akan tetapi, secara kasar dapat ditentukan bahwa produktivitas manggis di kawasan tersebut pada musim panen sekitar 20-30 kg/pohon. Sedangkan apabila dilihat secara keseluruhan, dapat diketahui bahwa produktivitas manggis di Kawasan
Agropolitan
Cendawasari
mencapai
sekitar
1,5
ton/hektar
(Febrianggoro, 2010). 4.4.3. Kondisi Eksisting Usaha Tani Manggis Berdasarkan hasil pengamatan di lapang dan wawancara pada sejumlah tokoh pelaku usaha tani manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak dapat diketahui bahwa mayoritas petani manggis telah sesekali menerapkan budidaya dan pemeliharaan tanaman manggis walaupun belum sesuai dengan pedoman Good Agriculture Practice (GAP).
Keterbatasan biaya dan
akses sumberdaya menjadi faktor penghambat dalam penerapan teknologi budidaya yang baik. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan, pemangkasan, pemupukan, dan penyemprotan. Kegiatan penyiangan dilakukan untuk menghindari adanya kompetisi dalam penyerapan unsur hara dan air terutama di daerah sekitar perakaran tanaman. Sedangkan pemangkasan dilakukan dengan tujuan agar tanaman tetap pendek, peremajaan tanaman, memperbesar produksi, mempercepat pembuahan dan mengurangi pemborosan unsur hara. Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk kandang dan pupuk kimia seperti urea, KCl, NPK, dan TSP. Kegiatan pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia dilakukan pada awal penanaman saat tanaman berumur dua minggu sampai dengan enam bulan setelah penanaman. Sedangkan pupuk kandang diberikan pada awal musim hujan (awal penanaman) dan setiap satu bulan setelah panen berakhir. Mayoritas petani hanya menggunakan pupuk kandang dalam pemupukan tanaman manggis yang diusahakan karena pupuk kandang lebih mudah diperoleh dan harganya masih dapat dijangkau. Kegiatan penyemprotan hanya dilakukan oleh sebagian kecil petani manggis. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki oleh petani responden untuk membeli obat semprot (pestisida) dan membiayai tenaga kerja penyemprotan. Mayoritas petani manggis cenderung mengatasi hama dan
31
penyakit dengan cara menjaga kebersihan kebun dan memotong tanaman yang sakit. Dalam hal kegiatan pegelolaan pasca panen, umumnya sebagian besar petani manggis hanya melakukan kegiatan penjualan langsung terhadap buah manggis yang dihasilkan tanpa melakukan penyortiran, pengelompokan, dan pengemasan. Hal ini karena petani belum mengetahui tentang penanganan pasca panen yang baik. Sistem penjualan yang dilakukan oleh mayoritas petani adalah penjualan pada saat panen. Akan tetapi sebagian besar petani yang menjual saat panen, awalnya telah meminjam uang terlebih dahulu kepada para pengumpul yang ada di desa sehingga ketika panen tiba para petani kurang dapat menikmati hasil penjualannya. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani tentang sistem pemasaran yang efektif. 4.4.4. Fasilitas Penunjang Agribisnis Manggis dan Permasalahannya Permasalahan utama yang dihadapi oleh para petani manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak saat ini adalah masih rendahnya kegiatan pengelolaan pasca panen dan sistem pemasaran hasil panen yang tidak efektif. Para petani cenderung langsung menjual langsung buah manggis yang dihasilkan tanpa melakukan penyortiran, pengelompokan, dan pengemasan sehingga penghasilan yang diperoleh petani menjadi tidak optimal karena semua buah manggis dihargai pada tingkat harga yang sama. Selain itu, petani manggis cenderung menjual hasil panen kepada pedagang pengumpul tingkat kampung (tengkulak) dengan tingat harga yang di bawah rata-rata yaitu Rp. 75 - Rp. 150 per butir (rata-rata 1 kilogram berisi 10 butir manggis) padahal harga rata-rata yang berlaku pada masing-masing tingkat pelaku usaha adalah Rp. 2.500/kg (sebelum grading) di tingkat petani, Rp. 3.500/kg (sebelum grading) di tingkat pengumpul antar desa, Rp. 6.000/kg (kelas super) dan Rp. 2.000/kg (kelas BS) di tingkat pengumpul antar kota, Rp. 8.500/kg (kelas super) dan Rp. 3000/kg (kelas BS) di tingkat supplier, Rp. 27.500/kg (dalam keadaan packing) di tingkat eksportir, Rp. 10.000 – 12.000/kg (kelas BS) di tingkat konsumen lokal, dan US$ 6-10/kg (sekitar Rp. 60.000-100.000) di tingkat konsumen luar negeri. Berdasarkan karakteristik usahatani manggis dan permasalahan yang dihadapi oleh para petani manggis maka pengembangan komoditas manggis di
32
Kawasan Agropolitan Cendawasari dapat dikategorikan dalam subsistem hilir yang dicirikan dengan kegiatan pengolahan hasil komoditas unggulan dalam rangka meningkatkan nilai tambah pada hampir sebagian besar kawasan agropolitan belum berkembang. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah masih belum tersedianya fasilitas penanganan pasca-panen yang memadai. Sehingga dapat diduga bahwa keberadaan fasilitas sub terminal agribisnis (STA) sangat dibutuhkan untuk menunjang agribisnis manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak.
Selain sebagai tempat transaksi jual beli, sub
terminal
juga
agribisnis
(STA)
berperan
sebagai
wadah
yang
dapat
mengkoordinasi berbagai kepentingan pelaku agribisnis seperti sarana prasarana pengemasan, sortasi, penyimpanan, ruang pamer, transportasi, pelatihan, serta merupakan tempat komunikasi dan informasi bagi para pelaku agribisnis. Sehingga dengan adanya fasilitas (infrastruktur) sub terminal agribisnis (STA) di Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak diharapkan dapat meningkatkan peran petani dalam sistem agribisnis manggis dan diharapkan juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani manggis. Sebenarnya sejak tahun 2007 telah dibentuk suatu kelembagaan pertanian yang dapat dikatakan sebagai rintisan sub terminal agribisnis (STA) di Kawasan Agropolitan Cendawasari yaitu Koperasi Bina Usaha (KBU) Al Ihsan. Sesuai dengan namanya, kelembagaan ini menjalankan fungsi sub terminal agribisnis melalui sistem manajemen koperasi. KBU Al Ihsan memiliki peranan penting dalam memasarkan hasil panen manggis dari petani dengan harga yang menguntungkan serta memberikan kemudahan bagi petani anggota koperasi melalui pemberian kredit usaha dan kegiatan pembinaan usaha. KBU Al Ihsan juga telah mampu menjalin kerjasama dengan PT. Agung Mustika Selaras selaku eksportir untuk memasarkan manggis ke luar negeri. Harga rata-rata pembelian manggis yang ditentukan koperasi kepada petani adalah sekitar Rp. 5.000 per kilogram. Petani manggis yang telah menjadi anggota dari KBU Al Ihsan berjumlah 60 orang. Fasilitas yang dimiliki oleh KBU Al Ihsan antara lain adalah gudang penampungan manggis, ruangan kantor sekretariat, dan sarana pengangkutan. Gudang yang berada di dekat KBU Al Ihsan dimanfaatkan sebagai tempat
33
penyimpanan alat-alat panen, sprayer, box plastik, serta sebagai penampungan manggis. Beberapa kendala yang dihadapi oleh KBU Al Ihsan terkait dengan ketersediaan infrastruktur adalah kondisi infrastruktur jalan yang menghubungkan antara beberapa kebun manggis dengan lokasi KBU Al Ihsan dapat dikatakan tidak memadai. Kondisi jalan yang rusak dan relatif berliku di wilayah tersebut akan menyebabkan hambatan bagi proses pengangkutan manggis. Kendala lainnya adalah jauhnya jarak yang harus ditempuh oleh pihak KBU Al Ihsan untuk memasarkan manggis langsung ke eksportir. Lokasi KBU Al Ihsan yang berada di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor relatif berjauhan dengan lokasi gudang ekspor PT. AMS yang berada di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Jarak yang begitu jauh menyebabkan biaya transportasi yang ditanggung KBU Al Ihsan menjadi tinggi dan menjadi sumber inefisiensi.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu gudang penyangga sebagai
collecting point yang letaknya di dekat wilayah sentra produksi manggis yang sekaligus dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan sortasi secara terpadu. Dalam hal ini perlu adanya kerjasama yang baik antar beberapa pihak antara lain pihak KBU Al Ihsan selaku wakil dari petani, PT. AMS selaku pihak eksportir, dan pemerintah daerah Kabupaten Bogor selaku stakeholders.
34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan di Kecamatan Leuwiliang Analisis hirarki pusat-pusat pelayanan di Kecamatan Leuwiliang dilakukan dengan menggunakan metode skalogram berbobot berdasarkan jumlah dan jenis fasilitas pada sub unit wilayah (desa) dalam Kecamatan Leuwiliang. Desa dengan tingkat pelayanan tertinggi mempunyai nilai indeks hirarki > (rataan+1,5 standar deviasi) termasuk dalam hirarki I, desa dengan tingkat pelayanan menengah mempunyai nilai rataan≤ indeks hirarki ≤(rataan+1,5 standar deviasi) termasuk ke dalam hirarki II, sedangkan desa dengan tingkat pelayanan rendah mempunyai nilai indeks hirarki
35
Tabel 9. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan di Kecamatan Leuwiliang Hirarki I
Pemerintahan Pendidikan Leuwimekar (11,51) Leuwiliang (28,51)
II
Leuwiliang Barengkok Cibeber I Karacak
(8,28) (7,39) (6,69) (6,63)
Cibeber I (24,29) Leuwimekar (18,11) Karyasari (15,12) Puraseda (14,35)
III
Karehkel Cibeber II Puraseda Karyasari Pabangbon Purasari
(4,99) (4,72) (3,79) (3,36) (2,35) (0,07)
Barengkok Karacak Purasari Pabangbon Cibeber II Karehkel
(12,81) (10,06) (9.69) (8,33) (8,23) (6,38)
Pusat Pelayanan Kesehatan Ekonomi Karyasari (40,18) Leuwiliang (25,62) Leuwimekar (22,95) Leuwiliang (28,16) Puraseda (10,34) Cibeber I (25,45) Cibeber I (9,02) Leuwimekar (23,34)
Karacak Cibeber II Karehkel Barengkok Pabangbon Puraseda Purasari
(11,93) (10,45) (10,40) (9,99) (9,80) (9,62) (6,16)
Pabangbon Karehkel Purasari Karacak Barengkok Cibeber II Karyasari
(8,92) (4,63) (4,00) (3,75) (3,43) (3,36) (0,38)
Permukiman Wilayah Pabangbon (7,58) Leuwiliang (90,88) Karacak Cibeber II Puraseda Barengkok
(5,93) Leuwimekar (78,71) (5,21) Cibeber I (67,43) (4,69) Karyasari (61,47) (4,68)
Leuwimekar Karyasari Purasari Karehkel Cibeber I Leuwiliang
(2,81) (2,42) (2,32) (2,27) (1,99) (0,30)
Puraseda Barengkok Karacak Cibeber II Pabangbon Karehkel Purasari
(42,79) (38,61) (38,55) (33,25) (31,41) (27,48) (27,15)
Sumber: Hasil Analisis, 2010
35
36
Berikut merupakan penjelasan mengenai hirarki pusat-pusat pelayanan Kecamatan Leuwiliang: a) Pusat Pelayanan Pemerintahan Pada hirarki pusat pelayanan pemerintahan, hirarki I ditempati oleh Desa Leuwimekar, hirarki II ditempati oleh empat desa yaitu Desa Leuwiliang, Barengkok, Cibeber I, dan Karacak, sedangkan 6 desa lainnya yaitu Desa Karehkel, Cibeber II, Puraseda, Karyasari, Pabangbon dan Purasari tergolong dalam Hirarki III. Walaupun saat ini ibukota pemerintahan Kecamatan Leuwiliang berada di Desa Leuwiliang, akan tetapi ternyata Desa Leuwimekar cenderung lebih berpotensi untuk menempati hirarki I untuk pusat pelayanan pemerintahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Desa Leuwimekar cenderung lebih mudah dijangkau oleh desa-desa lain di wilayah Kecamatan Leuwiliang dan lebih mudah menjangkau lokasi-lokasi penting di luar Kecamatan Leuwiliang seperti ibu kota kabupaten terdekat dan ibu kota kecamatan terdekat. b) Pusat Pelayanan Pendidikan Desa Leuwiliang menempati Hirarki I pusat pelayanan pendidikan. Desa Cibeber 1, Leuwimekar, Karyasari, dan Puraseda menempati hirarki II, sedangkan hirarki III ditempati oleh Desa Barengkok, Karacak, Purasari, Pabangbon, Cibeber II, dan Karehkel.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pemusatan pelayanan
pendidikan berada di Desa Leuwiliang yang memiliki berbagai macam infrastruktur pendidikan paling lengkap mulai dari TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi/Akademi, hingga lembaga-lembaga pendidikan informal. c) Pusat Pelayanan Kesehatan Berdasarkan hirarki indeks pusat pelayanan kesehatan maka dapat diketahui bahwa Desa Karyasari berada pada hirarki I, Desa Leuwiliang, Cibeber I, dan Leuwimwkar berada pada di hirarki II, sedangkan tujuh desa lainnya yaitu Karacak, Cibeber II, Karehkel, Barengkok, Pabangbon, Puraseda, dan Purasari berada pada Hirarki III. d) Pusat Pelayanan Ekonomi Pada hirarki pusat pelayanan ekonomi, Desa Leuwiliang dan Desa Leuwimekar berada pada hirarki I, Desa Puraseda dan Cibeber I berada pada hirarki II, sedangkan Desa Pabangbon, Karehkel Purasari, Karacak, Barengkok,
37
Cibeber II, dan Karyasari berada pada hirarki III. Pemusatan pelayanan ekomi wilayah kecamatan Leuwiliang yang berada di Desa Leuwiliang didukung oleh keberadaan fasilitas pasar dan terminal angkutan transportasi di desa ini. e) Pusat Pelayanan Permukiman Pada hiraki pusat pelayanan sosial permukiman, Desa Pabangbon tergolong dalam hirarki I yang berarti memiliki fasilitas-fasilitas penunjang permukiman cenderung lebih lengkap dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Selain itu, jumlah unit fasilitas di Desa Pabangbon relatif paling proporsional dengan jumlah penduduknya. Sedangkan Desa Karacak, Cibeber II, Puraseda, dan Barengkok tergolong dalam hirarki II dan enam desa lainnya yaitu Desa Leuwimekar, Karyasari, Purasari, Karehkel, Cibeber I dan Leuwiliang tergolong dalam hirarki III. Berdasarkan uraian di atas maka dapat teridentifikasi bahwa struktur ruang Kecamatan Leuwiliang terdiri dari satu pusat pelayanan utama, beberapa sub pusat pelayanan, dan sejumlah daerah belakang (hinterland). Pusat pelayanan utama sekaligus sebagai pusat pelayanan ekonomi dan pusat pelayanan pendidikan terletak di Desa Leuwiliang. Beberapa sub pusat pelayanan antara lain adalah Desa Leuwimekar sebagai pusat pelayanan pemerintahan, Desa Karyasari sebagai pusat pelayanan kesehatan, dan Desa Pabangbon sebagai pusat pelayanan penunjang permukiman. Daerah sub pusat pelayanan berperan sebagai daerah penyangga atau daerah penghubung antara daerah pusat pelayanan utama dengan daerah belakangnya (hinterland). Kemudian tujuh desa lainnya termasuk Desa Karacak merupakan daerah belakang (hinterland) untuk wilayah Kecamatan Leuwiliang. Selain terhubung langsung dengan beberapa sub pusat pelayanan, daerah hinterland seperti Desa Karacak juga terhubung dengan pusat pelayanan utama yaitu Desa Leuwiliang. Hal tersebut akan terlihat dari kecenderungan (trend) orientasi perjalanan penduduk Desa Karacak sebagai daerah hinterland dalam mengakses pusat-pusat pelayanan.
38
675000
Desa Leuwimekar
680000
685000
690000
Y # KAREHKEL LEUWILIANG # Y CIBEBER 1
Sub Pusat Pelayanan Wilayah ‐ Pusat Pelayanan Pemerintahan
\ &
Desa Leuwiliang Pusat Pelayanan Wilayah ‐ Pusat Pelayanan Ekonomi ‐ Pusat Pelayanan Pendidikan
% [ LEUWIMEKAR Y # BARENGKOK Y #
Desa Karacak ‐ Desa Pusat Pertumbuhan ‐ Sentra Produksi Manggis ‐ Kawasan Agropolitan Cendawasari
CIBEBER II
9270000
% [
9270000
# Y KARACAK
% [
PABANGBON
KARYASARI Desa Karyasari Desa Karyasari
Sub Pusat Pelayanan Wilayah ‐ Pusat Pelayanan Kesehatan
Sub Pusat Pelayanan Wilayah ‐ Pusat Pelayanan Penunjang Permukiman (Sosial)
9265000
Y #
Desa Pabangbon
9265000
9275000
9275000
670000
PURASEDA Y # 9260000 1
0
1
670000
SKALA 1 : 150.000
2
9260000
PURASARI
3 Km
675000
& \
Pusat Pelayanan
[ %
Sub Pusat Pelayanan
Y #
Daerah Pelayanan (Hinterland)
680000
685000
690000
PETA STRUKTUR PUSAT‐PUSAT PELAYANAN KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR
Gambar 6. Peta Struktur Pusat-Pusat Pelayanan Kecamatan Leuwiliang
39
5.2.
Karakteristik Struktur Pusat-Pusat Agropolitan Cendawasari Desa Karacak
Pelayanan
di
Kawasan
Berdasarkan hasil pengukuran koordinat fasilitas di lapang menggunakan GPS maka dapat teridentifikasi sebanyak 181 unit fasilitas yang ada di Desa Karacak.
Fasilitas-fasilitas tersebut terdiri atas lima kelompok fasilitas yaitu
kelompok fasilitas pendidikan sebanyak 15 unit, kelompok fasilitas kesehatan sebanyak 14 unit, kelompok fasilitas sosial pemerintahan sebanyak 29 unit, kelompok fasilitas penunjang pertanian sebanyak 16 unit, dan kelompok fasilitas ekonomi dan jasa sebanyak 107 unit. Rincian mengenai kelompok, jumlah jenis dan unit fasilitas disajikan pada Tabel 10. Fasilitas-fasilitas tersebut tersebar pada kesepuluh RW yang merupakan unit wilayah dari Desa Karacak. Akan tetapi, pada umumnya fasilitas-fasilitas tersebut cenderung tesebar di sepanjang jalanjalan utama Desa Karacak.
Secara spasial sebaran fasilitas Desa Karacak
ditampilkan pada Gambar 7. Tabel 10. Rincian Kelompok, Jumlah Jenis dan Unit Fasilitas Desa Karacak Kelompok
Ekonomi dan Jasa
Jenis Distributor Buku Jasa Bengkel Jasa Fotocopy Jasa Komunikasi (Wartel) Jasa Pencucian Jasa Salon Jasa Transportasi (Ojek) Koperasi PLTA Toko Bahan Bangunan
1 4 1 2 2 2 3 1 1
Usaha Perkayuan
5
Warung/Toko/Kios Total Ekonomi dan Jasa Poliklinik (Praktek Dokter) Kesehatan
Jumlah (Unit)
85 107 1
Poskesdes
1
Posyandu
10
Praktek Bidan Pustu Desa Karacak
1 1
Total Kesehatan SMA/MA SMP/MTs Pendidikan SD/MI TK
14 1 4 8 2
Total Pendidikan
15
Jumlah (Unit)
Kelompok
Jenis
Pertanian
Aspuma Kantor Minapolitan Kantor Pertanian Kelompok Tani Kolam Minapolitan Koperasi/KUD Penggilingan Padi Posko Agropolitan Sekretariat P4S
1 1 1 4 3 3 1 1 1
Kantor (Balai Desa)
16 1
Masjid/Musholla
18
Sekretariat RW
10
Total Pertanian Sosial Pemerintahan
Total Sosial Pemerintahan Jumlah Total Fasilitas
29 181
40
677500
678000
678500
679000
679500
680000
680500
681000
681500
682000
9268500 9268000 9267500
9267500
250
500 Meters
SKALA 1 : 25.000
Keterangan : Sungai Jalan Aspal Jalan Batu Jalan Setapak Batas RW
Kelompok Fasilitas : d Ekonomi Ñ Kesehatan % a Pendidikan % [ Pertanian & \ Sosial Pemerintahan
9267000
9267000
0
LEGENDA
9268000
% %& a \ Ñd [
250
9268500
RW 07
d dd [ & % \d d d & \dd RW 04 [ & % % a \ d Ñ dd RW 03 & \dd d[ %d % % [ [ RW 05 & ddd \ Ñ Ñ & \d d & \ ddd d[ & \ Ñ d d& % & % [ \ a % % a d Ñ d d[ % \ % %[ a %& a ddd \& dd dda \ dd% d% a d d % a & \Ñ d RW 02 Ñ & \ & \dddd & \ \d %& Ñ a % [ RW 06 d d RW 01 d & \ %a % a & \dd dd & \dd RW 08 RW 10 d & \d % dd dÑ & \da % d& % \ [ da Ñ d & \ d d dd d Ñ & d[ \ d d % d d
9269000
9269000
9269500
9269500
N
PETA SEBARAN FASILITAS DESA KARACAK
RW 09
9266500
9266500
677500
678000
678500
679000
679500
680000
680500
681000
681500
682000
Sumber : 1. Peta Administrasi Batas RW Desa Karacak 2. Koordinat GPS Fasilitas
40
Gambar 7. Peta Sebaran Fasilitas Desa Karacak
Inset : Kecamatan Leuwiliang
41
Berdasarkan pengamatan lapang dapat diketahui bahwa kondisi fisik fasilitas-fasilitas di Desa Karacak telah cukup memadai walaupun beberapa fasilitas membutuhkan perbaikan. Namun beberapa fasilitas ada yang terletak di dalam satu lokasi seperti kantor sekretariat RW, sekretariat kelompok tani, dan fasilitas posyandu pada beberapa RW berlokasi di satu tempat yaitu di rumah ketua RW. Beberapa dokumentasi (foto) fasilitas Desa Karacak ditampilkan pada Gambar 8.
(a) Kelompok Fasilitas Pendidikan
(b) Kelompok Fasilitas Ekonomi
(c) Kelompok Fasilitas Kesehatan
(d) Kelompok Fasilitas Sosial
(e) Kelompok Fasilitas Pertanian
Gambar 8. Dokumentasi (Foto-Foto) Fasilitas di Kawasan Agropolitan Cendawasari, Desa Karacak.
42
677500
678000
678500
679000
679500
680000
680500
681000
681500
682000
9269500
9269500
N
%dc [
dc
RW 05
d c RW 02
c d#Y
RW 07
d
# Y
c
&d \
RW 06 RW 01
RW 08
% RW 10 [
9267000
c d#Y
250
500 Meters
SKALA 1 : 25.000
Cakupan Spatial Standard Distance Fasilitas
d c
Pusat Permukiman RW Pusat Sebaran Fasilitas Jaringan Antar Pusat Permukiman RW Batas RW IPRW :
\ &
Hirarki Tinggi
[ %
Hirarki Sedang
^ (
Hirarki Rendah
9267000
d c
d c
# Y
9267500
dc # Y
c
9268000
9268000
# Y
0
LEGENDA 9268500
9268500
# Y
RW 03
9269000
9269000
250
RW 04
9267500
PETA STRUKTUR PUSAT‐ PUSAT PELAYANAN KAWASAN AGROPOLITAN CENDAWASARI
RW 09 9266500
9266500
677500
678000
678500
679000
679500
680000
680500
681000
681500
682000
Inset : Kecamatan Leuwiliang Sumber : 1. Data Koordinat Fasilitas Desa Karacak Hasil Pengukuran GPS, 2010 2. Data Koordinat Permukiman dari Peta Penggunaan Lahan 3. Hasil Analisis, 2010
42
Gambar 9. Peta Struktur Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan Agropolitan Cendawasari, Desa Karacak
43
Sementara itu, dari hasil penelitian lapang dapat diidentifikasi tiga karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan Desa Karacak yaitu hirarki indeks perkembangan
RW (IPRW), tingkat efisiensi pelayanan fasilitas, dan pola
sebaran fasilitas. Secara spasial ketiga karakteristik tersebut ditampilkan pada Gambar 9 dan penjelasan mengenai masing-masing karakteristik adalah sebagai berikut: 5.2.1. Indeks Perkembangan RW (IPRW) Desa Karacak Hirarki perkembangan wilayah Desa Karacak dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan jumlah jenis dan unit fasilitas yang dimiliki oleh setiap RW, dan Indeks Perkembangan RW (IPRW).
Berdasarkan hasil
analisis hirarki wilayah Desa Karacak yang disajikan pada Tabel 11, dapat diketahui bahwa pada umumnya tingkat perkembangan wilayah RW di Desa Karacak tergolong masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan oleh jumlah RW yang memiliki hirarki rendah, baik berdasarkan jumlah jenis dan unit fasilitas maupun berdasarkan IPRW. Jumlah RW yang memiliki hirarki rendah adalah sebanyak 7 RW dari total 10 RW. Tabel 11. Indeks Perkembangan RW (IPRW) Desa Karacak RW Jenis Jumlah IPRW Hirarki RW 01 17 41 209.55 Tinggi RW 10 12 33 164.71 Sedang RW 03 12 24 109.77 Sedang RW 05 11 17 70.44 Rendah RW 04 11 17 62.11 Rendah RW 08 7 14 61.40 Rendah RW 02 5 11 57.74 Rendah RW 06 5 10 49.24 Rendah RW 07 7 8 32.44 Rendah RW 09 4 6 29.30 Rendah Jumlah 181 846.71 Rata-rata 18.10 84.67 Stdev 11.38 59.31 Sumber: Hasil Analisis, 2010
Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa wilayah RW 01 adalah wilayah yang berhirarki tinggi berdasarkan jumlah jenis dan unit fasilitas, serta indeks perkembangan RW. Wilayah ini memiliki kelengkapan fasilitas dan tingkat kepentingan paling tinggi di Desa Karacak. Sedangkan, RW 09 adalah wilayah
44
yang memiliki fasilitas dengan tingkat kelengkapan dan tingkat kepentingan paling rendah di Desa Karacak. Sementara itu, bedasarkan hasil analisis dapat diketahui juga bahwa hirarki wilayah RW di Desa Karacak cenderung konsisten berdasarkan jumlah jenis dan unit fasilitas, serta berdasarkan IPRW. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat perkembangan wilayah RW di Desa Karacak dapat ditentukan berdasarkan jumlah jenis dan unit atau berdasarkan pertimbangan tingkat kepentingan fasilitas (bobotnya). Dengan kata lain, suatu wilayah RW yang memiliki jumlah jenis dan unit fasilitas lebih banyak dan beragam, sudah pasti juga memiliki tingkat perkembangan wilayah yang lebih tinggi dari wilayah RW yang memiliki jumlah jenis dan unit fasilitas yang lebih sedikit. 5.2.2. Efisiensi Pelayanan Fasilitas di Desa Karacak Pusat sebaran fasilitas merupakan posisi yang mewakili sebaran seluruh fasilitas di suatu wilayah, sedangkan pusat permukiman adalah posisi pusat yang mewakili sebaran penduduk di suatu wilayah. Dalam penelitian ini, pusat sebaran fasilitas dan penduduk setiap RW di Desa Karacak ditentukan berdasarkan pendekatan mean center. Jarak pusat fasilitas ke pusat permukiman RW menggambarkan seberapa besar efisiensi pelayanan fasilitas untuk menjangkau seluruh penduduk di suatu wilayah RW. Semakin dekat jarak pusat sebaran fasilitas terhadap pusat permukiman RW maka efisiensi pelayanan fasilitas di wilayah tersebut semakin tinggi dan semakin jauh jarak pusat sebaran fasilitas terhadap pusat permukiman RW maka efisiensi pelayanan fasilitas di wilayah tersebut semakin rendah. Dari hasil penghitungan jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman RW (Lampiran 5) diperoleh nilai rata-rata jarak mean center sebesar 133,79 meter sehingga dapat diduga bahwa pelayanan fasilitas di wilayah RW 01, RW 03, RW 04, RW 06, RW 07, dan RW 09 cenderung efisien karena memiliki jarak mean center yang lebih rendah dari nilai rata-rata, sedangkan pelayanan fasilitas di wilayah RW 02, RW 05, RW 08 dan RW 10 cenderung kurang efisien karena memiliki jarak mean center yang lebih tinggi dari nilai rata-rata. Disamping itu, berdasarkan grafik jarak pusat sebaran fasilitas terhadap pusat permukiman RW (Gambar 10) dapat diketahui bahwa RW 03 adalah wilayah yang memiliki
45
efisiensi pelayanan fasilitas paling tinggi di Desa Karacak. Wilayah ini memiliki jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman RW paling dekat dibandingkan wilayah RW lainnya, sedangkan wilayah yang memiliki efisiensi pelayanan fasilitas paling rendah adalah RW 02. Jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman RW di wilayah ini paling jauh dibandingkan wilayah RW lainnya. Hal tersebut disebabkan karena wilayah RW 02 terdiri dari dua permukiman yang letaknya cenderung saling berjauhan yaitu Kampung Karyabakti dan Kampung Lebak Kaum sedangkan fasilitas-fasilitas di wilayah RW 02 cenderung terkonsentrasi di Kampung Lebak Kaum. Sehingga fasilitas-fasilitas tersebut cenderung sulit dijangkau oleh penduduk yang bermukim di Kampung Karyabakti.
Gambar 10. Grafik Jarak Pusat Sebaran Fasilitas ke Pusat Permukiman RW Dari grafik yang ditampilkan pada Gambar 10 juga dapat diketahui bahwa wilayah RW yang memiliki jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman RW paling dekat belum tentu memiliki rataan jarak fasilitas ke pusat permukiman RW yang paling dekat juga. Hal tersebut diakibatkan karena ada beberapa fasilitas pada suatu RW yang justru dihitung jaraknya ke pusat permukiman RW lain yang cenderung lebih dekat dengan lokasi tersebut bukan ke permukiman RW dimana fasilitas tersebut berada. Akan tetapi, berdasarkan hasil analisis korelasi (Lampiran 11) dapat diketahui bahwa secara statistik kedua parameter tersebut saling berkorelasi positif dengan nilai koefisien korelasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,820. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman RW cenderung semakin dekat
46
dengan semakin rendahnya rataan jarak fasilitas ke pusat permukiman RW terdekat, dan begitupun sebaliknya jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman RW cenderung semakin jauh dengan semakin tingginya rataan jarak fasilitas ke pusat permukiman RW terdekat. 5.2.3. Pola Sebaran Fasilitas Desa Karacak Sebaran fasilitas memiliki kecenderungan untuk terpusat atau terdispersi dari pusat sebarannya. Kecenderungan tersebut dicerminkan oleh nilai spatial standard distance. Pemusatan sebaran fasilitas meningkat searah dengan penurunan nilai spatial standard distance sedangkan dispersi sebaran fasilitas meningkat dengan semakin meningkatnya nilai spatial standard distance. Wilayah RW yang memiliki sebaran fasilitas terpusat merupakan wilayah yang memiliki fasilitas dengan jangkauan pelayanan yang sempit. Sebaliknya, wilayah RW yang memiliki sebaran fasilitas terdispersi merupakan wilayah yang memiliki fasilitas dengan jangkauan pelayanan yang luas.
Gambar 11. Grafik Nilai Spatial Standard Distance (D) Fasilitas Desa Karacak Dari hasil penghitungan nilai spatial standard distance (Lampiran 5) diperoleh nilai rata-rata spatial standard distance sebesar 188,26 meter sehingga dapat diduga bahwa pola penyebaran fasilitas di wilayah RW 01, RW 05, RW 06, RW 07, dan RW 09 cenderung memusat dan memiliki jangkauan pelayanan yang sempit karena memiliki nilai spatial standard distance yang lebih rendah dari nilai rata-rata, sedangkan pola penyebaran fasilitas di wilayah RW 02, RW 03, RW 04, RW 08, dan RW 10 cenderung terdispersi dan memiliki jangkauan pelayanan yang luas karena memiliki nilai spatial standard distance yang lebih tinggi dari nilai rata-rata. Selain itu, dari grafik nilai spatial standard distance
47
(Gambar 11) dapat dilihat bahwa wilayah RW 07 memiliki nilai spatial standard distance fasilitas paling rendah dibandingkan dengan wilayah RW lainnya sehingga dapat diduga bahwa sebaran fasilitas di RW 07 cenderung paling memusat atau memiliki jangkauan pelayanan fasilitas paling sempit di Desa Karacak. Di samping itu, wilayah RW 08 yang memiliki nilai spatial standard distance fasilitas paling tinggi diduga memiliki sebaran fasilitas yang cenderung paling terdispersi (menyebar) dan cenderung memiliki jangkauan pelayanan fasilitas paling luas dibandingkan wilayah RW lainnya di Desa Karacak. 5.3.
Keunggulan Komparatif Komoditas Manggis di Desa Karacak Penggunaaan lahan eksisting kebun manggis diidentifikasi berdasarkan
hasil dengan interpretasi penggunaan lahan dari Citra Satelit Geo-Eye 1 (Google Earth) imagery date: 11 July 2007. Berdasarkan data hasil analisis spasial (Tabel 12) diketahui bahwa luas kebun manggis di Desa Karacak adalah sebesar 113,17 Ha atau sekitar 14,85% dari luas total wilayah Desa Karacak. Di samping itu, kebun manggis tersebar di 10 kampung yaitu kampung Babakan, Cengal, Cengal Sirna, Ciletuh Hilir, Darmabakti, Karyabakti, Lebak Kaum, Rawajero, Sinargalih, dan Sumberjaya. Kebun manggis terluas berada di Kampung Cengal Sirna yang memiliki luas kebun manggis sebesar 32,56 Ha atau sebesar 28,77% dari luas total kebun manggis di Desa Karacak. Peta sebaran kebun manggis Desa Karacak dapat dilihat pada Gambar 12. Tabel 12.
Kampung
Sebaran dan Pemusatan Penggunaan Kebun Manggis di Desa Karacak RW
Babakan RW 06 Cengal RW 06 Cengal Sirna RW 05 Ciletuh Hilir RW 04 Darmabakti RW 06 Karyabakti RW 03 Lebak Kaum RW 01 Rawajero RW 08 Sinargalih RW 05 Sumberjaya RW 08 Jumlah Sumber: Hasil Analisis, 2010
Luas Kebun Manggis (Ha) 6.63 12.89 32.56 2.33 9.46 0.16 0.01 6.3 22.47 20.36 113.17
% 5.86 11.39 28.77 2.06 8.36 0.14 0.01 5.57 19.86 17.99 100
Lahan
Nilai LQ 1.82 4.04 5.44 0.27 1.02 0.03 0 1.22 4.21 2.08
48
Pemusatan
penggunaan
lahan
dianalisis
berdasarkan
informasi
penggunaan lahan di setiap kampung di Desa Karacak dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Dalam penelitian ini analisis LQ digunakan untuk membandingkan pangsa sub wilayah atau kampung dalam aktivitas penggunaan lahan kebun manggis dengan pangsa total aktivitas penggunaan lahan kebun manggis dalam total wilayah. Nilai LQ lebih dari satu menunjukkan bahwa terjadi pemusatan penggunaan lahan kebun manggis pada kampung tertentu atau pangsa pangsa penggunaan lahan kebun manggis di kampung tertentu lebih besar dari rata-rata total penggunaan lahan di Desa Karacak. Berdasarkan hasil analisis LQ diketahui bahwa pemusatan penggunaan lahan kebun manggis terjadi di tujuh kampung yaitu Kampung Cengal Sirna (5,44), Kampung Sinargalih (4,21), Kampung Cengal (4,04), Kampung Sumberjaya (2,08), Kampung Babakan (1,82), Kampung Rawajero (1,22), dan Kampung Darmabakti (1,02) karena memiliki nilai LQ yang lebih besar dari satu. Sedangkan pada kampung-kampung lainnya cenderung tidak terjadi pemusatan penggunaan lahan kebun manggis karena memiliki nilai LQ yang kurang dari satu. Pemusatan penggunaan lahan kebun manggis paling tinggi terjadi di Kampung Cengal Sirna yang secara administratif merupakan wilayah dari RW 05. 678750
679500
680250
681000
681750
9269250
9269250
678000
Ciletuh Hilir
Nariti
Lebak Sirna 9268500
9268500
Cengal Sirna Sinargalih Karyabakti Cengal
Wanakarya 9267750
Lebak Kaum Babakan
Pakusarakan Rawajero
Sukaresmi Hegarmanah
Legenda : Sukamaju
Batas Kampung Kebun Manggis Jalan Aspal Jalan Batu Jalan Setapak
500
0
500
1000 M
SKALA 1 : 25.000 678750
679500
680250
681000
Gambar 12. Peta Sebaran Kebun Manggis Desa Karacak
9266250
678000
9267000
9267000
Sumberjaya
9266250
9267750
Darmabakti
681750
49
5.4.
Orientasi Perjalanan Penduduk Kawasan Agropolitan Orientasi perjalanan penduduk yang dianalisis pada penelitian ini terbagi
menjadi dua bagian yaitu orientasi perjalanan penduduk terhadap pusat-pusat pelayanan umum dan orientasi perjalanan penduduk terhadap pusat-pusat pelayanan agribisnis manggis. 5.4.1. Orientasi Perjalanan Penduduk Terhadap Pusat-Pusat Pelayanan Umum Orientasi perjalanan penduduk terhadap pusat-pusat pelayanan umum diidentifikasi berdasarkan lokasi tujuan, alat transportasi yang digunakan, maksud perjalanan, dan fasilitas yang dituju. Berdasarkan hasil survei terhadap 50 rumah tangga (KK) yang disajikan pada lampiran 9 diketahui bahwa dalam waktu satu minggu, masyarakat kawasan agropolitan Desa Karacak cenderung melakukan aktivitas sehari-hari seperti belanja, bekerja, sekolah dan aktivitas lainnya di lokasi-lokasi yang relatif dekat dengan tempat tinggal mereka. Hal tersebut terlihat dari kecenderungan perjalanan internal (di dalam desa) sebanyak 1.238 perjalanan dari total 1.612 perjalanan atau sebesar 76,8 % sedangkan perjalanan eksternal hanya sebesar 18,2 % atau sebanyak 294 perjalanan. Sementara itu, 5% sisanya adalah perjalanan ke luar Kecamatan Leuwiliang dan kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, Bogor, dan Bandung.
Proporsi perjalanan penduduk
berdasarkan lokasi tujuan ditampilkan pada Gambar 13.
Gambar 13. Proporsi Perjalanan Penduduk Desa Karacak Berdasarkan Lokasi Tujuan Perjalanan eksternal merupakan perjalanan antar desa yang masih dalam wilayah Kecamatan Leuwiliang. Perjalanan ke Desa Leuwiliang merupakan perjalanan yang memiliki frekuensi paling tinggi pada perjalanan eksternal yaitu
50
sebanyak 241 perjalanan. Perjalanan penduduk yang tinggi menuju Desa Leuwiliang didorong oleh keberadaan Pasar Leuwiliang yang menjadi pusat kegiatan perekonomian untuk wilayah Kecamatan Leuwiliang. Faktor lain yang menyebabkan tingginya frekuensi perjalanan ke Desa Leuwiliang adalah fasilitas Desa Leuwiliang yang relatif beragam dan memadai baik dari jumlah maupun jenis sehingga kondisi ini menjadikan Desa Leuwiliang sebagai pusat tujuan perjalanan eksternal penduduk di kawasan agropolitan. Selain itu, apabila dilihat dari peta perjalanan eksternal yang ditampilkan pada Gambar 14 diketahui bahwa perjalanan eksternal hanya dilakukan ke desa-desa yang dilalui oleh jalan raya penghubung antar desa di Kecamatan Leuwiliang. Sehingga dapat diduga bahwa keberadaan jaringan jalan yang memadai turut mempengaruhi orientasi pergerakan eksternal penduduk Desa Karacak.
665000
670000
675000
680000
685000
690000
695000
KAREHKEL
PETA PERGERAKAN EKSTERNAL PENDUDUK CENDAWASARI KAWASAN AGROPOLITAN KARACAK DESA
9275000
9275000
LEUWILIANG CIBEBER 1
N
LEUWIMEKAR
9270000
9270000
BARENGKOK CIBEBER II KARACAK
9265000
KARYASARI
9265000
PABANGBON
9260000
9260000
1000
0
1000 2000 Meters
1 : 80.000 SKALA
LEGENDA Ke Desa Leuwiliang (241 Perjalanan) Ke Desa Barengkok (18 Perjalanan) Ke Desa Karyasari (14 Perjalanan) Ke Desa Leuwimekar (11 Perjalanan) Ke Desa Puraseda (10 Perjalanan) Batas Desa
PURASARI 665000
670000
675000
680000
685000
690000
9255000
9255000
PURASEDA : Sumber Administrasi Kecamatan Leuwiliang 1. Peta Survei Rumah Tangga, 2010 2. Hasil
695000
Gambar 14. Peta Perjalanan Eksternal Penduduk Kawasan Agropolitan Cendawasari Berdasarkan hasil survei juga dapat diketahui bahwa perjalanan eksternal cenderung dilakukan oleh penduduk yang tinggal di RW 01, RW 03, RW 04 dan RW 10 karena keempat RW tersebut memiliki jaringan jalan yang memadai dan dilalui oleh trayek angkutan umum (angkot). Selain itu, preferensi perjalanan internal relatif dilakukan oleh seluruh penduduk Desa Karacak baik penduduk
51
yang tinggal di RW yang memiliki jaringan jalan yang memadai maupun penduduk yang tinggal di RW yang memiliki jaringan jalan yang rusak (kurang memadai). Kecenderungan (trend) perjalanan internal yang dilakukan oleh penduduk kawasan agropolitan menyebabkan penggunaan alat transportasi yang relatif rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan moda transportasi berjalan kaki yang memiliki frekuensi paling tinggi yaitu sebanyak 1.143 perjalanan atau sebesar 70.9 % dari total perjalanan. Sedangkan moda transportasi umum yang digunakan adalah angkutan umum (angkot) sebanyak 307 perjalanan (19 %) dan ojek sebanyak 120 perjalanan (7,4 %). Proporsi perjalanan penduduk berdasarkan alat transportasi yang digunakan ditampilkan pada Gambar 15.
Gambar 15. Proporsi Perjalanan Penduduk Desa Karacak Berdasarkan Alat Transportasi yang Digunakan Preferensi penduduk untuk menggunakan moda transportasi umum dipengaruhi oleh keberadaan sarana prasarana dan kondisi wilayah tiap RW. Moda transportasi angkutan umum (angkot) cenderung banyak digunakan oleh penduduk RW 01, RW 02, RW 03, dan RW 10 karena keempat wilayah RW tersebut terletak di sepanjang Jalan Raya Desa Karacak yang merupakan jalur angkutan umum (angkot) jurusan Leuwiliang-Puraseda. Di samping itu, moda transportasi ojek cenderung digunakan oleh penduduk yang bermukim di RW 04 sampai RW 09 karena RW-RW tersebut tidak dilalui oleh jalur angkutan umum (angkot) dan memiliki kondisi wilayah yang relatif berbukit. Sementara itu, penggunaan moda transportasi pribadi seperti motor dan mobil juga relatif rendah. Hal tersebut diketahui dari frekuensi perjalanan yang menggunakan motor pribadi
52
sebanyak 40 perjalanan dan mobil pribadi sebanyak 2 perjalanan saja. Sebaran spasial orientasi perjalanan penduduk berdasarkan alat transportasi yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 16.
677500
678000
678500
679000
679500
680000
680500
681000
681500
682000
9269000
9269000
9269500
9269500
N RW 04
RW 05
9268000
9268000
RW 02 RW 07 RW 01
RW 08
9267000
RW 09
9267000
RW 10
9266500
9266500
677500
678000
678500
679000
679500
680000
680500
681000
681500
0
250
500 Meters
LEGENDA Batas RW Jalan Aspal Jalan Batu
9267500
9267500
RW 06
250
SKALA 1 : 25.000 9268500
9268500
RW 03
PETA ORIENTASI PERGERAKAN PENDUDUK (Berdasarkan Alat Transportasi Yg Dipakai) KAWASAN AGROPOLITAN CENDAWASARI DESA KARACAK
682000
Jalan Setapak Alat Transportasi : Jalan Kaki
Ojek
Angkutan Umum
Mobil Pribadi
Motor Pribadi
Sumber : 1. Peta Administrasi Desa Karacak 2. Hasil Survei Rumah Tangga, 2010
Gambar 16. Peta Sebaran ModaTransportasi Penduduk Desa Karacak Berdasarkan maksud perjalanan dapat diketahui bahwa frekuensi perjalanan penduduk tertinggi adalah perjalanan dengan maksud belanja sebanyak 707 perjalanan atau sebesar 43,9 % dari total perjalanan. Perjalanan belanja memiliki frekuensi paling tingggi dikarenakan hampir semua responden melakukan perjalanan belanja rata-rata 2-3 kali dalam sehari. Perjalanan belanja dilakukan dengan mengakses fasilitas warung/toko/kios yang terdekat dari tempat tinggal dan mengakses fasilitas pasar di Desa Leuwiliang. Selain itu, perjalanan dengan maksud sekolah sebanyak 405 perjalanan (25,1 %), perjalanan dengan maksud bekerja sebanyak 385 perjalanan (23,9 %), perjalanan dengan maksud berobat sebanyak 55 perjalanan (3,4 %), dan perjalanan dengan maksud lain-lain sebanyak 60 perjalanan (3,7 %). Perjalanan dengan maksud lain-lain meliputi pengajian, service kendaraan bermotor, dan mengisi bahan bakar kendaraan bermotor (BBM). Proporsi perjalanan penduduk berdasarkan maksud perjalanan ditampilkan pada Gambar 17.
53
Gambar 17. Proporsi Perjalanan Penduduk Desa Karacak Berdasarkan Maksud Perjalanan Ditinjau dari fasilitas tujuannya, diketahui bahwa perjalanan yang dilakukan oleh penduduk kawasan agropolitan bertujuan untuk mengakses 17 fasilitas dengan frekuensi tertinggi yaitu perjalanan ke fasilitas warung/toko/kios sebanyak 612 perjalanan (38%). Sedangkan, sebanyak 311 perjalanan (19,3%) dilakukan dengan tujuan fasilitas tempat bekerja termasuk sawah atau kebun, karena sebagian besar penduduk kawasan agropolitan bermata pencaharian sebagai petani. Fasilitas pendidikan juga menjadi tujuan dari perjalanan yang dilakukan oleh penduduk kawasan agropolitan. Fasilitas SD memiliki frekuensi perjalanan tertinggi untuk kelompok fasilitas pendidikan yaitu sebanyak 222 perjalanan (13,8%). Sementara itu, fasilitas perekonomian seperti pasar memiliki proporsi perjalanan sebanyak 111 perjalanan (6,9%). Proporsi perjalanan penduduk berdasarkan fasilitas tujuannya ditampilkan pada Gambar 18.
Gambar 18. Proporsi Perjalanan Penduduk Desa Karacak Berdasarkan Fasilitas yang Dituju
54
5.4.2. Orientasi Perjalanan Penduduk Terhadap Pusat-Pusat Pelayanan Agribisnis Manggis Berdasarkan hasil survei wawancara kepada 25 orang responden petani manggis (Gambar 19) dapat diketahui bahwa petani manggis cenderung melakukan perjalanan eksternal dengan maksud untuk membeli sarana produksi pertanian (saprotan). Sebanyak 16 petani manggis atau sebesar 64% dari total petani responden memenuhi kebutuhan sarana produksi pertanian dari desa lain (eksternal) dan sebanyak 9 petani manggis atau sebesar 36% dari total petani responden memenuhi kebutuhan sarana produksi pertanian dari koperasi/KBU Al Ihsan yang berada di dalam Desa Karacak (Internal). Petani manggis yang memenuhi kebutuhan sarana produksi pertanian secara internal adalah petani manggis yang menjadi anggota koperasi (KBU Al Ihsan) sedangkan yang tidak menjadi anggota pada koperasi tersebut cenderung memenuhi kebutuhan sarana produksi pertanian dari desa lain (eksternal). Desa Leuwiliang merupakan tujuan utama bagi para petani manggis yang memenuhi kebutuhan saprotan secara eksternal. Hal tersebut dikarenakan jarak antara Desa Karacak dan Desa Leuwiliang yang tidak terlalu jauh dan letak Desa Leuwiliang yang relatif mudah dijangkau, baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun dengan menggunakan kendaraan umum. Di samping itu, Desa Leuwiliang memiliki fasilitas toko sarana produksi pertanian yang relatif paling lengkap dibandingkan dengan desa-desa lainnya.
Gambar 19. Proporsi Perjalanan Penduduk Desa Karacak terhadap Pusat-Pusat Pelayanan Agribisnis Manggis
55
Sementara itu berdasarkan survei terhadap 25 orang responden petani manggis juga dapat diketahui bahwa perjalanan petani manggis terkait penjualan hasil panen relatif hanya dilakukan secara internal karena sebanyak 14 orang petani manggis (56% dari total petani responden) cenderung menjual hasil panen ke pedagang pengumpul tingkat kampung yang umumnya berada pada lokasi yang berdekatan dengan petani responden dan sebanyak 9 orang petani manggis (36% dari total petani responden) menjual hasil panen ke koperasi yang lokasinya juga relatif berdekatan dengan petani responden. Di samping itu, hanya sebanyak 2 orang petani manggis (8% dari total petani responden) menjual hasil panen kepada pedagang pengumpul antar kota. Hasil panen buah manggis yang dijual ke pedagang pengumpul tingkat kampung dan koperasi dilakukan dengan dimasukkan ke dalam keranjang bambu atau karung dan diangkut dengan cara dipikul. Sedangkan jika hasil panen dijual kepada pedagang pengumpul antar kota, petani hanya menerima bersih dari hasil penjualan karena seluruh proses panen dan pasca panen dilakukan oleh pedagang pengumpul antar kota yang langsung datang untuk mengambil hasil panen dengan menggunakan mobil truk atau pick up. 5.5.
Pengaruh Karakteristik Struktur Pusat-Pusat Pelayanan Terhadap Orientasi Perjalanan Penduduk Kawasan Agropolitan Besarnya pengaruh sejumlah karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan
terhadap kecenderungan (trend) orientasi perjalanan penduduk dapat dilihat dengan melakukan analisis regresi berganda. Karakteristik struktur pusat-pusat pelayanan yang digunakan sebagai variabel penjelas dalam analisis regresi berganda meliputi Indeks Perkembangan RW (IPRW), Jarak dari Pusat Sebaran Fasilitas ke Pusat Permukiman RW (mean distance), Nilai spatial standard distance (SSD), jumlah rumah tangga (KK), luas area permukiman, jumlah fasilitas ekonomi, jumlah fasilitas pendidikan, dan jumlah fasilitas penunjang pertanian. Masing-masing variabel penjelas tersebut akan dilihat pengaruhnya terhadap dua variabel tujuan yaitu total perjalanan internal dan total perjalanan eksternal (mencakup luar kecamatan).
56
Dari hasil analisis regresi berganda (Lampiran 10) diperoleh dua pilihan koefisien yaitu Beta dan B. Beta adalah nilai parameter hasil analisis regresi jika diasumsikan nilai intercept sama dengan nol sedangkan B merupakan kombinasi parameter regresi jika nilai intercept tidak sama dengan nol. Variabel-variabel penjelas yang digunakan pada penelitian ini cenderung memiliki satuan yang berbeda-beda sehingga diasumsikan koefisien Beta yang digunakan dan nilai intercept dianggap sama dengan nol karena umumnya nilai Beta diperoleh dari data yang distandarisasi (dinormalkan). Parameter-parameter yang berpengaruh nyata secara statistik adalah parameter yang berada pada selang kepercayaan 90-95% (0,05
95% (p-level<0,05),
dan
parameter yang tidak berpengaruh nyata secara statistik adalah parameter yang berada pada selang kepercayaan <90% (p-level>0,1). Ringkasan hasil analisis berganda disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda
Variabel Penjelas Intercept IPRW (X1) Jarak Permukiman- Fasilitas (X2) SSD (X3) Jumlah KK (X4) Luas Permukiman (X5) Fas Ekonomi (X6) Fas Pendidikan (X7) Fas Pertanian (X8) R R2
Variabel Tujuan Perjalanan Perjalanan Internal Eksternal (Y1) (Y2) -5,491* -0,213* 0,016 1,044** 0,306* -0,601** -0,050 0,257** 0.999 0.997
0,396 5,447* 0,625 0,350 0.937 0.878
Keterangan : *nyata pada taraf 0,05
Total Perjalanan Internal Melalui hasil analisis regresi berganda dapat dilihat bahwa variabel X4 (jumlah rumah tangga), variabel X6 (jumlah fasilitas ekononi), dan variabel X8
57
(jumlah fasilitas penunjang pertanian) berpengaruh sangat nyata terhadap total perjalanan internal penduduk kawasan agropolitan. Sedangkan variabel X2 (jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman) dan variabel X5 (luas permukiman) berpengaruh nyata terhadap total perjalanan internal penduduk kawasan agropolitan. Hubungan antara kelima variabel tersebut dengan total perjalanan internal dapat dinyatakan dalam persamaan : Y1 = 0,213 X2 + 1,044 X4 + 0,306 X5 - 0,601 X6 + 0,257 X8 R2 = 0,997 Setiap pertambahan jumlah rumah tangga (KK), pertambahan jumlah fasilitas penunjang pertanian, dan pertambahan luas area permukiman berpengaruh positif terhadap total perjalanan internal pada saat parameter lain tetap. Dengan kata lain total perjalanan internal penduduk kawasan agropolitan cenderung akan semakin meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah rumah tangga (KK), jumlah fasilitas penunjang pertanian, dan luas area permukiman dalam suatu RW. Semakin banyak jumlah fasilitas pertanian akan cenderung meningkatkan
total
perjalanan
internal
penduduk
kawasan
agropolitan
dikarenakan oleh mayoritas penduduk kawasan agropolitan bermata pencaharian sebagai petani. Kemudian bertambahnya luas area permukiman dalam suatu RW cenderung meningkatkan total perjalanan internal disebabkan karena area permukiman merupakan lokasi tempat tinggal dan beraktivitas dari penduduk sehingga dengan bertambahnya luas permukiman akan cenderung meningkatkan jumlah penduduk dan perjalanan dalam suatu unit wilayah. Disamping itu, setiap kenaikan jumlah fasilitas ekonomi dan pertambahan jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat sebaran permukiman (mean distance) cenderung berpengaruh negatif terhadap total perjalanan internal pada saat parameter lain tetap. Jumlah fasilitas ekonomi yang semakin banyak pada suatu RW akan menyebabkan kecenderungan penduduk untuk melakukan perjalanan internal semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena penduduk yang merupakan pemilik fasilitas ekonomi (warung/toko/kios) cenderung melakukan perjalanan eksternal untuk belanja kebutuhan warung/toko/kios ke toko grosir atau pasar yang terletak di luar Desa Karacak. Sedangkan Nilai mean distance menggambarkan tingkat efisiensi pelayanan fasilitas dimana semakin kecil nilai mean distance pada suatu RW maka pelayanan fasilitas semakin efisien.
58
Sehingga, dapat dikatakan bahwa semakin dekat jarak pusat sebaran fasilitas ke pusat permukiman menyebabkan meningkatnya trend perjalanan internal yang dilakukan oleh penduduk kawasan agropolitan. Total Perjalanan Eksternal Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dapat diketahui bahwa variabel X1 (IPRW) dan variabel X6 (jumlah fasilitas ekonomi) berpengaruh nyata terhadap total perjalanan eksternal penduduk kawasan agropolitan.
Hubungan antara
variabel-variabel tersebut dengan total perjalanan eksternal dapat dinyatakan dalam persamaan : Y2 = -5,491 X1 + 5,447 X6 R2 = 0,878 Setiap kenaikan IPRW berpengaruh negatif terhadap total perjalanan eksternal pada saat parameter lain tetap. IPRW merupakan indikator lengkap atau tidaknya fasilitas dan sarana penunjang di suatu RW. Semakin lengkap dan banyak fasilitas di suatu RW maka total perjalanan eksternal penduduk kawasan agropolitan akan cenderung berkurang karena semua fasilitas dan sarana penunjang telah tersedia dalam RW tersebut. Sebaliknya, setiap kenaikan jumlah fasilitas ekonomi justru berpengaruh positif terhadap total perjalanan eksternal pada saat parameter lain tetap. Jumlah fasilitas ekonomi yang semakin banyak pada suatu RW akan menyebabkan meningkatnya kecenderungan penduduk untuk melakukan perjalanan eksternal. Trend
Perjalanan
tersebut
dilakukan
oleh
pemilik
fasilitas
ekonomi
(warung/toko/kios) dengan tujuan untuk berbelanja kebutuhan fasilitas ekonomi (warung/toko/kios) ke grosir dan atau pasar. 5.6. Keterkaitan Struktur Pusat-Pusat Pelayanan dan Orientasi Perjalanan Penduduk dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Cendawasari Berdasarkan tiga karakteristik struktur pusat pelayanan yang diidentifikasi pada penelitian ini (Tabel 14) maka dapat diduga bahwa RW 01 merupakan pusat pelayanan Desa Karacak karena memiliki hirarki IPRW paling tinggi. Disamping itu, pelayanan fasilitas di RW 01 cenderung efisien dengan pola sebaran fasilitas yang cenderung memusat. Akan tetapi, sebagai suatu pusat pelayanan wilayah hendaknya RW 01 tidak hanya mencukupi kebutuhan penduduk di wilayahnya
59
sendiri melainkan juga dapat mencukupi kebutuhan unit-unit wilayah di sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan adanya penataan dan penentuan lokasilokasi fasilitas baru di RW 01 yang dimaksudkan agar fasilitas tidak hanya memusat pada suatu titik lokasi saja sehingga jangkauan pelayanan fasilitasnya relatif lebih terdispersi/menyebar. Dengan kata lain fasilitas-fasilitas RW 01 nantinya tidak hanya dapat diakses oleh penduduk yang tinggal di wilayah RW 01 saja tetapi juga dapat diakses oleh penduduk yang tinggal di RW-RW lainnya di Desa Karacak. Fasilitas-fasilitas di beberapa RW yang berhirarki sedang seperti RW 03 dan RW 10 juga harus dioptimalkan karena disamping memiliki pelayanan fasilitas yang cenderung efisien, sebaran fasilitasnya juga cenderung terdispersi sehingga diduga fasilitas-fasilitas di kedua RW tersebut juga dapat diakses oleh RW lain disekitarnya. Selain itu, RW 04 juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai sub pusat pelayanan karena pelayanan fasilitas di RW 04 cenderung efisien dan sebaran fasilitasnya juga cenderung terdispersi, akan tetapi RW 04 masih tergolong berhirarki rendah sehingga masih dibutuhkan peningkatan dalam hal jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas. Tabel 14. Keterkaitan Struktur Pusat-Pusat Pelayanan dengan Orientasi Perjalanan Penduduk Kawasan Agropolitan Cendawasari RW
Hirarki IPRW
RW 01
Tinggi
RW 02 RW 03 RW 04
Rendah Sedang Rendah
RW 05 RW 06 RW 07
Rendah Rendah Rendah
RW 08 RW 09
Rendah Rendah
Tingkat Efisiensi Fasilitas Efisien Kurang Efisien Efisien Efisien Kurang Efisien Efisien Efisien Kurang Efisien Efisien Kurang Efisien
RW 10 Sedang Total Rata-Rata Sumber: Hasil Analisis, 2010
Pola Sebaran Fasilitas Memusat
Perjalanan Internal Jumlah 178
Intensitas Tinggi
Perjalanan Eksternal Jumlah Intensitas 96 Tinggi
Terdispersi Terdispersi Terdispersi
94 119 116
Rendah Rendah Rendah
12 61 41
Rendah Tinggi Tinggi
Memusat Memusat Memusat
95 227 80
Rendah Tinggi Rendah
25 11 4
Rendah Rendah Rendah
Terdispersi Memusat
88 112
Rendah Rendah
9 36
Rendah Rendah
Terdispersi
129 1.238 123,8
Tinggi
79 374 37,4
Tinggi
Efektif atau tidaknya suatu pusat pelayanan dapat diukur dari kemudahan penduduk dalam mengakses pusat-pusat pelayanan tersebut. Dalam hal ini
60
keberadaan jaringan jalan yang memadai menjadi sangat berpengaruh. Hasil penelitian dan identifikasi di lapangan menunjukkan bahwa beberapa RW di Desa Karacak seperti RW 05, RW 07, dan RW 08 yang memiliki jaringan jalan yang rusak dan tidak memadai cenderung melakukan intensitas perjalanan yang rendah. Hal tersebut menandakan bahwa penduduk cenderung mengalami kesulitan dalam mengakses berbagai pusat pelayanan, padahal RW-RW tersebut memiliki keunggulan komparatif komoditas unggulan manggis yang relatif tinggi. Oleh karena itu, dengan adanya perbaikan jaringan jalan diharapkan dapat menciptakan suatu struktur pusat pelayanan yang efektif baik untuk pusat-pusat pelayanan umum maupun pusat pelayanan penunjang komoditas unggulan manggis yang telah lama dikembangkan di Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak. Pengembangan struktur pusat pelayanan suatu kawasan agropolitan hendaknya dilakukan secara seimbang antara aspek internal kawasan dan aspek eksternal kawasan. Hal tersebut dimaksudkan untuk meminimalisir dampak negatif dari masing-masing aspek kawasan sehingga tidak terjadi ketimpangan antara internal kawasan agropolitan dengan eksternal kawasan agropolitan.
Gambar 20. Grafik Nilai Koefisien Regresi Berganda
61
Berdasarkan grafik nilai koefisien regresi berganda yang ditampilkan pada Gambar 20 dapat diketahui bahwa karakteristik jumlah fasilitas penunjang pertanian berpengaruh positif terhadap total perjalanan internal yang dilakukan oleh penduduk Kawasan Agropolitan Cendawasari sehingga dapat diduga bahwa peningkatan jumlah fasilitas penunjang pertanian cenderung akan memperkuat struktur internal Kawasan Agropolitan Cendawasari sedangkan peningkatan jumlah fasilitas ekonomi yang cenderung berpengaruh positif terhadap total perjalanan eksternal diduga dapat memperkuat struktur eksternal Kawasan Agropolitan Cendawasari dengan daerah di sekitarnya. Oleh karena itu, peningkatan jumlah fasilitas ekonomi di Kawasan Agropolitan Cendawasari harus diimbangi dengan peningkatan jumlah fasilitas penunjang pertanian agar terbentuk suatu struktur pusat-pusat pelayanan yang mantap dari aspek internal dan eksternal. Jenis fasilitas penunjang pertanian yang perlu ditingkatkan antara lain adalah toko sarana produksi pertanian (saprotan) karena hingga saat ini baru tersedia satu toko sarana produksi pertanian di Desa Karacak yang relatif belum dapat melayani seluruh kebutuhan petani. Oleh karena itu, fasilitas ekonomi seperti toko/warung/kios yang nantinya akan ditambah atau ditingkatkan hendaknya tidak hanya menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari saja akan tetapi juga menyediakan kebutuhan saprotan untuk para petani manggis sehingga petani tidak harus membeli saprotan ke luar desa. Hal tersebut akan meningkatkan nilai tambah bagi petani karena petani tidak harus mengeluarkan biaya tambahan (biaya transportasi) untuk membeli saprotan ke luar desa. Fasilitas sub terminal agribisnis (STA) dan fasilitas gudang pengumpul juga merupakan jenis fasilitas penunjang pertanian yang dibutuhkan oleh Kawasan Agropolitan Cendawasari karena hingga saat ini fasilitas tersebut belum tersedia di kawasan tersebut. Keberadaan fasilitas tersebut diharapkan dapat meningkatkan peran petani manggis dalam menciptakan kegiatan pengelolaan pasca panen dan sistem pemasaran yang efektif sehingga cenderung dapat meningkatkan kesejahteraan para petani manggis.
62
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Desa Karacak merupakan salah satu daerah hinterland di Kecamatan Leuwiliang yang merupakan daerah pelayanan dari Desa Leuwiliang selaku pusat pelayanan utama dan beberapa sub pusat pelayanan meliputi Desa Leuwimekar, Desa Karyasari, dan Desa Pabangbon. Wilayah RW 01 merupakan wilayah yang memiliki kelengkapan fasilitas dan tingkat kepentingan paling tinggi di Desa Karacak dan wilayah RW 03 adalah wilayah yang memiliki efisiensi pelayanan fasilitas paling tinggi di Desa Karacak. Sementara itu, wilayah RW 07 adalah wilayah yang memiliki pola sebaran fasilitas paling memusat sedangkan wilayah RW 08 adalah wilayah yang memiliki pola sebaran fasilitas paling terdispersi dibandingkan wilayah RW lainnya. Selain itu, pemusatan penggunaan lahan kebun manggis paling tinggi berada pada wilayah RW 05 yaitu di Kampung Cengal Sirna. Perjalanan internal cenderung mendominasi orientasi penduduk Kawasan Agropolitan Cendawasari, Desa Karacak sedangkan perjalanan eksternal cenderung dominan ke Desa Leuwiliang selaku pusat pelayanan wilayah. Di samping itu, petani manggis cenderung melakukan perjalanan eksternal untuk membeli saprotan sedangkan untuk menjual hasil panen relatif hanya dilakukan secara internal. Terdapat keterkaitan struktur pusat-pusat pelayanan dan orientasi perjalanan penduduk dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Cendawasari. Karakteristik seperti tingkat efisiensi pelayanan fasilitas, luas permukiman, jumlah KK, jumlah fasilitas ekonomi, dan jumlah fasilitas pertanian berpengaruh secara statistik terhadap total perjalanan internal sedangkan karakteristik yang berpengaruh secara statistik terhadap perjalanan eksternal dan luar kota adalah IPRW dan jumlah fasilitas ekonomi. Selain itu, juga dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah fasilitas ekonomi di Kawasan Agropolitan Cendawasari cenderung harus diimbangi dengan peningkatan jumlah fasilitas penunjang pertanian agar terbentuk suatu struktur pusat-pusat pelayanan yang mantap secara internal dan eksternal pada Kawasan Agropolitan Cendawasari Desa Karacak.
63
6.2. Saran Perlunya penataan dan penentuan lokasi-lokasi fasilitas baru di Desa Karacak agar tidak terjadi pemusatan fasilitas pada satu unit wilayah saja. Perbaikan jaringan jalan di beberapa unit wilayah Desa Karacak juga diperlukan untuk memudahkan penduduk dalam mengakses pusat-pusat pelayanan dan fasilitas yang tersedia. Kemudian penelitian lanjutan sangat disarankan untuk menentukan standar jumlah fasilitas ekonomi dan standar jumlah fasilitas penunjang pertanian yang seimbang untuk memperkuat struktur internal dan eksternal Kawasan Agropolitan Cendawasari.
64
DAFTAR PUSTAKA Darma, H. S. 2005. Analisis Spasial Pola Penggunaan Lahan Dan Sebaran Fasilitas Fisik Pada Wilayah Inti Agropolitan. Skripsi S1. Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Djakapermana, R. D. 2003. Pengembangan Kawasan Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Berbasis Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Jakarta: Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia. Fajarini, R. 2008. Analisis Struktur Pusat-Pusat Pelayanan dan Aliran Tata Niaga Komoditas-Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Skripsi S1. Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Febrianggoro, R. N. 2010. Prediksi Jumlah dan Persebaran Pohon Manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi S1. Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Jacobson, C. 2003. Household Planning of Car Use: Implementation of Prospective Car Logs, Conference Paper: Session I. Jayadinata, J. P. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan Wilayah. Bandung: ITB Press. Mardhotillah. 2001. Analisis Pola Penggunaan Lahan, Pola Transportasi, dan Perilaku Beraktivitas. Skripsi S1. Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Maulana, H. 2006. Analisis Pola Aliran Penduduk di Kawasan Agropolitan. Skripsi S1. Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Meiriki, A. 2004. Analisis Pusat Pemerintahan dan Pemilihan Pusat Pertumbuhan yang Optimal dalam Pengembangan Wilayah. Skripsi S1. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Natasarjana, M. M. A. 2006. Kajian Pola dan Struktur Tata Ruang Perdesaan (Studi Kasus: Desa Cibatok 1, Kec. Cibungbulang, Bogor). Skripsi S1. Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Panuju, D. R., E. Rustiadi, dan S. Saefulhakim. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Pengembangan Wilayah. Bagian Perencanaan
65
Pengembangan Wilayah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. PODES. 2008. BPS Kabupaten Bogor. Porter, M. 1998. The Competitive Advantage of Nations. Cambridge. Pradana, A. A. 2010. Analisis Kesesuaian Lahan Manggis Melalui Pendekatan MCE (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang). Skripsi S1. Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rustiadi, E dan E. E. Dardak. 2008. Agropolitan: Strategi Pengembangan Pusat Pertumbuhan Pada Kawasan Perdesaan. Bogor: Crestpent Press. Rustiadi, E., S. Saefulhakim, D. R. Panuju. 2003. Perencanaan Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Rustiadi, E. 2007. Pembangunan Tata Ruang (Spatial) Wilayah Pedesaan dalam Rangka Pembangunan Regional. Jakarta. Susanto, H. 2005. Kajian Strategi Pengembangan Agribisnis Buah Manggis Di Wilayah Agropolitan Kabupaten Bogor. Skripsi S1. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tamin, O. Z. 2000. Perncanaan dan Model Transportasi. Bandung: ITB Press. Tarigan, R. 2002. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Medan: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Tim Peneliti. 2004. Laporan Program Peningkatan Produksi dan Kualitas Kebun Manggis Rakyat Cengal Leuwiliang. Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) LPPM-IPB. Tim Penyusun. 2008. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bogor 2005-2025. Bappeda Kabupaten Bogor. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang. Jakarta: Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Jakarta: Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. Yusril, F. 2007. Analisis Spasial Penyebaran Fasilitas Pelayanan Dan Tingkat Efisiensi Pelayanan Desa. Skripsi S1. Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
66
LAMPIRAN
67
Lampiran 1. Variabel Yang Digunakan Pada Analisis Skalogram Berbobot Jenis Pelayanan Pemerintahan
Pelayanan Pendidikan
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Ekonomi
Kode V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9 V10 V11 V12 V13 V14 V15 V16 V17 V18 V19 V20 V21 V22 V23 V24 V25 V26 V27 V28 V29 V30 V31 V32 V33 V34 V35 V36 V37 V38 V39 V40 V41 V42 V43 V44 V45 V46 V47 V48 V49
Variabel Invers Jarak Dari desa ke Ibu Kota Kecamatan (Km) Invers Jarak Dari desa ke Ibu Kota Kabupaten (Km) Invers Jarak Dari desa ke Ibu Kota Kabupaten/Kota lain terdekat (Km) Invers Jarak terdekat ke Pos Polisi (Km) Jumlah TK (Unit) Jumlah SD (Unit) Jumlah SLTP dan yang sederajat (Unit) Jumlah SMU dan yang sederajat (Unit) Jumlah SMK dan yang sederajat (Unit) Jumlah Akademi/PT dan yang sederajat (Unit) Jumlah Sekolah Luar biasa (Unit) Jumlah Sekolah Pondok Pesantren (Unit) Jumlah Madrasah Diniyah (Unit) Jumlah Lembaga Pendidikan Bahasa (Unit) Jumlah Lembaga Pendidikan Komputer (Unit) Jumlah Lembaga Pendidikan Menjahit (Unit) Jumlah Lembaga Pendidikan Kecantikan (Unit) Invers Jarak ke TK jika tak ada (Km) Invers Jarak terdekat ke SD (Km) Invers Jarak ke SLTP terdekat (Km) Invers Jarak ke SMU terdekat (Km) Invers Jarak ke SMK terdekat (Km) Jumlah Rumah Sakit (Unit) Jumlah Rumah Sakit Bersalin (Unit) Jumlah Poliklinik/ Balai Pengobatan (Unit) Jumlah Puskesmas (Unit) Jumlah Puskesmas Pembantu (Unit) Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit) Jumlah Tempat Praktek Bidan (Unit) Jumlah Posyandu (Unit) Jumlah Polindes (Unit) Jumlah Apotik (Unit) Jumlah Toko Khusus Obat/Jamu (Unit) Invers Jarak ke RS (Km) Invers Jarak ke RSB terdekat (Km) Invers Jarak ke Poliklinik terdekat (km) Invers Jarak ke puskesmas terdekat (Km) Invers Jarak ke puskesmas pembantu terdekat (km) Invers Jarak ke praktek dokter terdekat (Km) Invers Jarak ke praktek bidan terdekat (Km) Invers Jarak ke posyandu terdekat (Km) Invers Jarak ke polindes terdekat (Km) Invers Jarak ke apotik terdekat (Km) Invers Jarak ke toko obat terdekat (Km) Jumlah Industri Kecil Perkayuan (unit) Jumlah Industri Kecil Kerajinan logam (unit) Jumlah Industri Kecil Kerajinan anyaman (unit) Jumlah Industri Kecil kerajinan kain (unit) Jumlah Industri Kecil Makanan (unit)
68
V50 V51 V52 V53 V54 V55
Pelayanan Permukiman
V56 V57 V58 V59 V60 V61 V62 V63 V64 V65 V66 V67 V68 V69 V70
Jumlah Industri Kecil lain (unit) Jumlah Kelompok pertokoan Jumlah Pasar dengan bangunan permanen Jumlah Super market/ pasar swalayan/ toserba/mini market (unit) Jumlah Restoran/ rumah makan (unit) Jumlah Bank Umum (Kantor Pusat/Cabang/Capem) (unit) Jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR Baru/PT.Bank Pasar/ PT.Bank Desa/& sejenisnya) (unit) Kios sarana produksi pertanianMilik KUD (unit) Jumlah Koperasi (unit) Lembaga keuangan mikro informal (unit) Jumlah Terminal Penumpang Kendaraan Bermotor Roda 4 (unit) Invers Jarak ke komplek pertokoan terdekat (Km) Invers Jarak ke pasar terdekat (Km) Jumlah Warung/ kedai makanan minuman (unit) Jumlah Toko/Warung kelontong (unit) Jumlah Masjid (unit) Jumlah Surau/ langgar (unit) Jumlah Gereja Kristen (unit) Jumlah Gereja Katholik (unit) Jumlah Pura (unit) Jumlah Vihara/ klenteng (unit)
Lampiran 2. Sebaran Responden Berdasarkan Proporsi KK dan Jenis Pekerjaan RW RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05 RW 06 RW 07 RW 08 RW 09 RW 10 Jumlah
Jumlah KK 371 192 228 187 178 348 130 199 180 358 2371
Proporsi Jumlah KK (%) 15.65 8.10 9.62 7.89 7.51 14.68 5.48 8.39 7.59 15.10 100.00
Jumlah Responden (KK) 8 4 5 4 4 7 3 4 4 7 50 (%)
Pekerjaan Petani
Dagang
3 3 2 2 2 7 3 2 1 5 30 60
1 1
Pegawai / PNS
Lainlain
Jumlah
(%)
1
3
1
2 2 1
8 4 5 4 4 7 3 4 4 7 50 100
16 8 10 8 8 14 6 8 8 14 100
1
1 1 2 6 12
1 2 5 10
9 18
69
Lampiran 3. Contoh Format Kuesioner SURVEI ORIENTASI PENDUDUK TERHADAP PUSAT-PUSAT PELAYANAN KONSUMSI BARANG DAN JASA (UMUM) Identitas Responden RW : Nama : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Usia : tahun Pekerjaan : Tingkat Pendidikan : Tujuan Fasilitas
Bekerja
Mendapatkan Pelayanan
Lain-Lain
Frekuensi
Jalan Kaki
Ojek
Angk. Umum
Motor Pribadi
Mobil Pribadi
69
Warung/Toko/Kios SD/MI Pasar SMP/MTs SMA/SMK/MA SPBU Dokter Puskesmas Bengkel TK Akademi/PT Tempat bekerja Toko Saprotan Fas. Pemerintahan Kelompok Tani Posyandu Masjid Poskesdes Bidan
Lokasi
Alat Transportasi
70
SURVEI ORIENTASI PENDUDUK TERHADAP PUSAT PELAYANAN AGRIBISNIS MANGGIS Identitas Responden RW : Nama : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Usia : tahun Pekerjaan : Tingkat Pendidikan :
Status
: Petani manggis / Pengumpul Kecil / Pengumpul Besar Alat Transportasi Tujuan
Bertani Membeli Saprotan Pengelolaan Pasca Panen Menjual Hasil Panen Penyuluhan/Pertemuan Meminjam Modal Lain-lain :
Fasilitas
Lokasi
Frekuensi
Jalan Kaki
Ojek
Angk. Umum
Motor Pribadi
Mobil Pribadi
Kebun Manggis
70
71
Lampiran 4. Hasil Analisis Skalogram Kecamatan Leuwiliang 1) Hirarki Pusat Pelayanan Wilayah Jumlah Nama Desa Pendidikan Ekonomi penduduk LEUWILIANG LEUWIMEKAR CIBEBER I KARYASARI PURASEDA BARENGKOK KARACAK CIBEBER II PABANGBON KAREHKEL PURASARI
13558 11724 9581 7977 8304 10253 10963 8052 6080 11639 12045
22.88 14.69 18.65 12.62 12.32 10.15 8.95 3.85 8.30 5.15 8.74
5.63 3.42 5.63 2.51 2.02 2.65 1.12 4.38 0.03 1.23 0.95
21.13 19.72 5.71 0.00 5.85 3.57 3.94 4.58 3.36 3.32 6.62
Kesehatan 4.49 3.23 3.30 0.38 4.49 0.18 0.05 0.05 0.00 0.12 2.30
11.23 10.86 13.06 23.99 6.66 5.41 6.38 3.64 7.84 2.99 3.16
Pemerintahan
Permukiman
Jumlah
Indeks
8.28 11.51 6.69 3.36 3.79 7.39 6.63 4.72 2.35 4.99 0.07
0.30 2.81 1.99 2.42 4.69 4.68 5.93 5.21 7.58 2.27 2.32 Rata-rata Stdev
90.88 78.71 67.43 61.47 42.79 38.61 38.55 33.25 31.41 27.48 27.15 48.88 22.10
Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3
16.93 12.48 12.40 16.19 2.96 4.58 5.55 6.81 1.96 7.41 3.00
LEUWIMEKAR LEUWILIANG BARENGKOK CIBEBER I KARACAK KAREHKEL CIBEBER II PURASEDA KARYASARI PABANGBON PURASARI
11724 13558 10253 9581 10963 11639 8052 8304 7977 6080 12045
Jmlh yg pny fas (n) Jmlh fas (f) nilai maks nilai min Stdev bobot (f/n)
Jarak terdekat ke Pos Polisi (Km)
Jarak Dari desa ke Ibu Kota Kabupaten/Kota lain terdekat (km)
Jarak Dari desa ke Ibu Kota Kabupaten (km)
NAMA DESA
Jarak Dari desa ke Ibu Kota Kecamatan (km)
Jumlah penduduk
2) Hirarli Pusat Pelayanan Pemerintahan
Jenis
Jumlah
Indeks
Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3
3.21 1.53 0.70 1.53 0.20 0.42 0.20 0.01 0.08 0.07 0.00
3.95 1.18 1.87 1.18 2.11 0.99 2.11 1.49 1.41 0.82 0.00
1.82 3.03 3.03 2.18 3.78 2.48 2.18 2.18 1.87 1.21 0.00
2.53 2.53 1.79 1.79 0.55 1.10 0.24 0.10 0.00 0.24 0.07
4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 3.00 4.00 1.00
11.51 8.28 7.39 6.69 6.63 4.99 4.72 3.79 3.36 2.35 0.07
10.00 7.95 3.21 0.00 1.00 0.79
10.00 17.11 3.95 0.00 0.00 0.00
10.00 23.76 3.78 0.00 0.00 0.00
10.00 10.95 2.53 0.00 1.00 1.10
Rata-rata Stdev
5.43 3.13
Jumlah Surau/ langgar (unit)
Jumlah Gereja Kristen (unit)
Jumlah Gereja Katholik (unit)
2.32 0.03 0.00 2.72 0.14 0.05 0.00 0.09 0.12 0.09 0.00 8.00 5.55 2.72 0.00 1.00 0.69
0.06 3.04 1.69 0.20 0.66 1.83 0.00 0.51 1.75 0.14 0.25 10.00 10.14 3.04 0.00 1.00 1.01
1.84 1.01 3.08 1.04 2.55 0.32 0.68 1.71 0.00 1.25 0.00 10.00 13.48 3.08 0.00 1.00 1.35
3.36 1.85 0.45 0.73 1.32 0.61 1.74 0.00 0.40 0.51 0.05 10.00 11.03 3.36 0.00 1.00 1.10
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Jumlah Vihara/ klenteng (unit)
Jumlah Masjid (unit)
6080 10963 8052 8304 10253 11724 7977 12045 11639 9581 13558
Jumlah Pura (unit)
Toko/Warung kelontong (unit)
PABANGBON KARACAK CIBEBER II PURASEDA BARENGKOK LEUWIMEKAR KARYASARI PURASARI KAREHKEL CIBEBER I LEUWILIANG Jmlh yg pny fas (n) Jmlh fas (f) nilai maks nilai min Stdev bobot (f/n)
Warung/ kedai makanan minuman (unit)
NAMA DESA
Jumlah penduduk
3) Hirarki Pusat Pelayanan Penunjang Permukiman
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Jenis
4 4 3 4 4 4 2 3 3 4 3 Rata-rata Stdev
Jumlah
7.58 5.93 5.21 4.69 4.68 2.81 2.42 2.32 2.27 1.99 0.30 3.65 2.12
Indeks
Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3
72
Lanjutan Hasil Analisis Skalogram Kecamatan Leuwiliang
Jumlah SD (Unit)
Jumlah SLTP dan yang sederajat (Unit)
Jumlah SMU dan yang sederajat (Unit)
Jumlah SMK dan yang sederajat (Unit)
Jumlah Akiademi/PT dan yang sederajat (Unit)
Jumlah Sekolah Luar biasa (Unit)
Jumlah Lembaga Pendidikan Bahasa (Unit)
Jumlah Lembaga Pendidikan Komputer (Unit)
Jumlah Lembaga Pendidikan Menjahit (Unit)
Jumlah Lembaga Pendidikan Kecantikan (Unit)
Jarak ke TK jika tak ada (KM)
Jarak terdekat ke SD (Km)
jarak ke SLTP terdekat (Km)
Jarak ke SMU terdekat (Km)
Jarak ke SMK terdekat (Km)
13558 9581 11724 7977 8304 10253 10963 12045 6080 8052 11639
1.78 1.26 2.57 3.02 0.00 1.17 2.20 0.50 0.00 0.75 1.03
2.55 3.85 2.74 2.64 3.23 2.82 2.50 3.15 3.10 1.79 0.00
0.00 3.36 1.36 0.39 1.25 2.37 0.81 0.69 0.68 1.31 0.09
1.17 3.31 1.35 0.99 0.95 0.77 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.84 2.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.85 0.00 1.97 2.90 0.00 1.13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1.81 0.00 0.00 0.00 2.96 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.23 0.96 2.08 2.68 1.47 0.89 1.11 2.28 2.01 0.00 3.15
0.00 1.06 0.87 0.00 2.45 0.99 2.32 2.12 2.51 0.00 0.88
2.01 2.85 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3.00 0.00 1.74 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3.32 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3.32 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.95 0.95 0.95 0.95 0.45 0.95 0.95 0.95 0.00 0.95 0.95
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1.54 1.54 1.54 1.54 1.54 1.54 0.06 0.00 0.01 1.08 0.13
3.14 3.14 0.93 0.01 0.02 0.16 0.10 0.00 0.02 2.36 0.16
9.00 14.27 3.02 0.00 1.00 1.59
10.00 28.37 3.85 0.00 1.00 2.84
10.00 12.31 3.36 0.00 1.00 1.23
6.00 8.55 3.31 0.00 1.00 1.43
2.00 4.86 2.84 0.00 1.00 2.43
4.00 6.84 2.90 0.00 1.00 1.71
2.00 4.78 2.96 0.00 1.00 2.39
10.00 16.87 3.15 0.00 1.00 1.69
8.00 13.21 2.51 0.00 1.00 1.65
2.00 4.86 2.85 0.00 1.00 2.43
2.00 4.74 3.00 0.00 1.00 2.37
1.00 3.32 3.32 0.00 1.00 3.32
1.00 3.32 3.32 0.00 1.00 3.32
10.00 9.00 0.95 0.00 0.31 0.90
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
10.00 10.53 1.54 0.00 0.73 1.05
10.00 10.05 3.14 0.00 1.30 1.00
Jmlh yg pny fas (n) Jmlh fas (f) nilai maks nilai min stdev bobot (f/n)
Jumlah Madrasah Diniyah (Unit)
Jumlah TK (Unit)
LEUWILIANG CIBEBER I LEUWIMEKAR KARYASARI PURASEDA BARENGKOK KARACAK PURASARI PABANGBON CIBEBER II KAREHKEL
Jumlah penduduk
NAMA DESA
Jumlah Sekolah Pondok Pesantren (Unit)
4) Hirarki Pusat Pelayanan Pendidikan
Jenis
14 11 11 9 9 10 8 6 6 6 7 Ratarata Stdev
Jumlah
Indeks
28.51 24.29 18.11 15.12 14.35 12.81 10.06 9.69 8.33 8.23 6.38
Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3
14.17 7.02
Jumlah Rumah Sakit Bersalin (Unit)
Jumlah Poliklinik/ Balai Pengobatan (Unit)
Jumlah Puskesmas (Unit)
Jumlah Puskesmas Pembantu (Unit)
Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit)
Jumlah Tempat Praktek Bidan (Unit)
Jumlah Posyandu(Unit)
Jumlah Polindes (Unit)
Jumlah Apotik (Unit)
Jumlah Toko Khusus Obat/Jamu (Unit)
Jarak ke RS (Km)
Jarak ke RSB terdekat (Km)
Jarak ke Poliklinik terdekat (km)
Jarak ke puskesmas terdekat (Km)
Jarak ke puskesmas pembantu terdekat (km)
Jarak ke praktek dokter terdekat (Km)
Jarak ke praktek bidan terdekat (Km)
Jarak ke posyandu terdekat (Km)
Jarak ke polindes terdekat (Km)
Jarak ke apotik terdekat (Km)
Jarak ke toko obat terdekat (km)
KARYASARI LEUWILIANG CIBEBER I LEUWIMEKAR
Jumlah Rumah Sakit (Unit)
NAMA DESA
Jumlah penduduk
5) Hirarki Pusat Pelayanan Kesehatan
7977 13558 9581 11724
3.3 0.0 0.7 0.0
3.3 0.5 0.7 0.0
3.3 1.0 0.7 0.0
2.9 0.0 0.0 2.0
1.9 0.0 0.0 0.0
2.9 1.7 2.4 1.3
2.9 1.7 3.6 1.0
0.1 1.9 1.8 2.1
3.3 0.0 0.0 0.0
0.0 2.7 1.9 1.6
0.0 1.7 1.2 3.0
2.9 2.1 2.9 1.3
2.2 2.2 2.2 1.6
1.4 1.4 1.4 0.9
2.8 2.1 0.4 2.8
1.7 1.2 0.2 0.5
1.2 1.2 1.2 1.2
0.0 0.0 0.0 0.0
0.0 0.0 0.0 0.0
4.0 3.1 0.6 0.6
0.0 1.8 1.8 1.8
0.0 1.8 1.8 1.8
Jenis
18 16 17 15
Jumlah
Indeks
40.18 28.16 25.45 23.34
Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2
72
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.0 4.8 2.9 0.0 1.0 2.4
1.4 0.0 1.3 0.0 2.5 1.9 0.0 5.0 9.1 2.5 0.0 1.0 1.8
0.7 0.0 0.7 0.8 0.0 1.9 0.0 8.0 12.3 2.9 0.0 1.0 1.5
1.1 1.4 1.0 2.3 1.9 1.4 0.0 10.0 18.3 3.6 0.0 1.0 1.8
2.0 2.2 0.0 2.4 3.4 1.5 2.6 10.0 20.0 3.4 0.0 1.0 2.0
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 3.3 3.3 0.0 1.0 3.3
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.0 6.2 2.7 0.0 1.0 2.1
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.0 5.9 3.0 0.0 1.0 2.0
0.1 0.6 0.3 0.3 0.0 0.0 0.0 10.0 10.4 2.9 0.0 1.2 1.0
0.1 0.8 0.8 0.4 0.0 0.0 0.0 10.0 10.2 2.2 0.0 0.0 0.0
1.4 0.9 0.9 0.4 0.0 0.0 1.4 9.0 9.9 1.4 0.0 0.0 0.0
0.2 0.4 0.2 0.2 0.0 0.0 1.4 10.0 10.5 2.8 0.0 1.1 1.1
1.7 0.2 1.7 0.1 1.7 1.7 0.0 10.0 10.8 1.7 0.0 0.8 1.1
1.2 0.7 1.2 1.2 0.0 1.2 0.0 10.0 10.2 1.2 0.0 0.5 1.0
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0.5 0.6 0.6 0.3 0.0 0.0 0.3 10.0 10.3 4.0 0.0 1.3 1.0
0.3 1.3 0.9 0.9 0.1 0.0 0.0 10.0 9.0 1.8 0.0 0.8 0.9
Jumlah Koperasi (unit)
) Hirarki Pusat Pelayanan Kesehatan (Lanjutan) KARACAK 10963 0.0 0.0 1.2 CIBEBER II 8052 0.0 0.0 0.0 KAREHKEL 11639 0.0 0.0 0.0 BARENGKOK 10253 0.0 0.0 0.0 PABANGBON 6080 0.0 0.0 0.0 PURASEDA 8304 0.0 0.0 0.0 PURASARI 12045 0.0 0.0 0.5 Jmlh yg pny fas (n) 2.0 3.0 5.0 Jmlh fas (f) 4.0 4.5 6.7 nilai maks 3.3 3.3 3.3 nilai min 0.0 0.0 0.0 Stdev 1.0 1.0 1.0 bobot (f/n) 2.0 1.5 1.3
Kios sarana produksi pertanianMilik KUD (unit)
73
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0.3 1.3 0.9 0.9 0.1 0.0 0.0 10.0 9.0 1.8 0.0 0.8 0.9
14 11 12 12 11 10 5 Rata-rata Stdev
11.93 10.45 10.40 9.99 9.80 9.62 6.16 16.86 10.76
Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3
Super market/ pasar swalayan/ toserba/mini market (unit)
Restoran/ rumah makan (unit)
Bank Umum (Kantor Pusat/Cabang/Cape m) (unit)
3.44 0.80 0.28 0.00 0.19 0.29 0.21 0.45 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 3.32 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1.57 1.81 2.56 0.00 1.76 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1.81 0.00 2.96 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.99 1.73 0.00 1.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.37 2.46 0.00 1.34 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 3.32 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3.20 1.24 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.29 2.64 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 2.51 0.00 0.00 2.44 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 1.11 0.00 0.00 0.00 3.24 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 2.11 0.00 0.00 2.05 0.00 2.25 0.00 0.00 0.00 0.00
2.04 2.04 2.04 1.49 2.04 0.01 0.02 0.03 0.03 0.00 0.11
2.46 1.20 2.46 1.82 0.27 0.03 0.03 0.14 0.08 0.00 0.27
3.00 5.56 3.12 0.00 1.00 1.85
1.00 3.32 3.32 0.00 1.00 3.32
6.00 3.81 3.36 0.00 1.00 0.63
1.00 3.32 3.32 0.00 1.00 3.32
7.00 5.67 3.44 0.00 1.00 0.81
1.00 3.32 3.32 0.00 1.00 3.32
4.00 7.70 2.56 0.00 1.00 1.92
2.00 4.78 2.96 0.00 1.00 2.39
3.00 5.77 2.99 0.00 1.00 1.92
3.00 6.17 2.46 0.00 1.00 2.06
1.00 3.32 3.32 0.00 1.00 3.32
2.00 4.44 3.20 0.00 1.00 2.22
2.00 4.93 2.64 0.00 1.00 2.46
2.00 4.94 2.51 0.00 1.00 2.47
2.00 4.35 3.24 0.00 1.00 2.17
3.00 6.42 2.25 0.00 1.00 2.14
10.00 9.84 2.04 0.00 1.00 0.98
10.00 8.76 2.46 0.00 1.00 0.88
Jarak ke pasar terdekat (Km)
Pasar dengan bangunan permanen
3.32 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Jarak ke komplek pertokoan terdekat (Km)
Kelompok pertokoan
0.15 0.00 0.05 0.00 0.17 0.06 0.02 0.00 0.00 3.36 0.00
Lembaga keuangan mikro informal
Industri Kecil lain (unit)
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.32 0.00 0.00
Jumlah Terminal Penumpang Kendaraan Bermotor Roda 4 (unit)
Industri Kecil Makanan (unit)
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.99 1.46 3.12 0.00 0.00 0.00
Bank Perkreditan Rakyat& sejenisnya (unit)
Industri Kecil kerajinan kain (unit)
Jmlh yg pny fas (n) Jmlh fas (f) nilai maks nilai min Stdev bobot (f/n)
13558 11724 8304 9581 12045 8052 10963 10253 11639 6080 7977
Industri Kecil Kerajinan anyaman (unit)
LEUWILIANG LEUWIMEKAR PURASEDA CIBEBER I PURASARI CIBEBER II KARACAK BARENGKOK KAREHKEL PABANGBON KARYASARI
Industri Kecil Perkayuan (unit) Industri Kecil Kerajinan logam (unit)
NAMA DESA
Jumlah penduduk
6) Hirarki Pusat Pelayanan Ekonomi
Jenis
11 12 6 5 7 6 6 4 3 1 2 RataRata Stdev
Jumlah
25.62 22.95 10.34 9.02 8.92 4.63 4.00 3.75 3.43 3.36 0.38
Indeks
Hirarki 1 Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3
8.76 8.25
73
74
Lampiran 5. Pengolahan Data Jarak Pusat Sebaran Fasilitas ke Pusat Permukiman RW RW
Xc Fasilitas
Yc Fasilitas
Xc Permukiman
Yc Permukiman
Jarak
RW 01
681404.17
9268081.05
681414.11
9268007.94
73.78
RW 02
681346.82
9268422.27
681162.76
9268245.06
255.50
RW 03
681415.54
9268959.92
681365.02
9268980.60
54.59
RW 04
681021.82
9268898.24
680933.23
9268874.62
91.69
RW 05
680218.35
9268376.65
680058.63
9268399.32
161.33
RW 06
679944.40
9267847.30
680035.31
9267880.37
96.74
RW 07
678330.00
9267697.75
678286.66
9267654.09
61.52
RW 08
679492.71
9267324.64
679245.61
9267353.18
248.75
RW 09
680810.17
9267014.17
680759.69
9266896.12
128.39
RW 10
681392.18
9267209.27
681416.16
9267373.19
165.66
Rataan
133.79
Standar Deviasi
73.09
Lampiran 6. Hasil Analisis Skalogram (IPRW) Desa Karacak Jenis
RW 01
RW 10
RW 03
RW 05
RW 04
RW 08
RW 02
RW 06
RW 07
RW 09
Distributor Buku Jasa Bengkel Jasa Fotocopy Jasa Komunikasi (Wartel) Jasa Pencucian Jasa Salon Jasa Transportasi (Ojek) Koperasi PLTA Toko Bahan Bangunan Usaha Perkayuan Warung/Toko/Kios Poliklinik (Praktek Dokter) Poskesdes Posyandu Praktek Bidan Pustu Desa Karacak SMA/Sederajat SMP/Sederajat SD/Sederajat TK Aspuma Kantor Minapolitan Kantor Pertanian Kelompok Tani Kolam Minapolitan Koperasi/KUD Penggilingan Padi Posko Agropolitan Sekretariat P4S
0.00 1.33 1.00 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 3.33 187.00 1.00 0.00 1.00 0.00 1.00 1.00 1.00 2.29 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00
0.00 2.67 0.00 4.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.00 0.00 144.50 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.14 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00
1.00 1.33 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 1.00 3.33 93.50 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 59.50 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.14 0.00 1.00 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 1.67 42.50 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.14 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 9.00 0.00 0.00 0.00 1.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 51.00 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 51.00 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.14 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 42.50 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.14 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.50 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.14 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.50 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kantor (Balai Desa) Masjid/Musholla Sekretariat
1.00 3.60 1.00 209.55 Tinggi
0.00 5.40 1.00 164.71 Sedang
0.00 3.60 1.00 109.77 Sedang
0.00 1.80 1.00 70.44 Rendah
0.00 1.80 1.00 62.11 Rendah
0.00 5.40 1.00 61.40 Rendah
0.00 3.60 1.00 57.74 Rendah
0.00 3.60 1.00 49.24 Rendah
0.00 1.80 1.00 32.44 Rendah
0.00 1.80 1.00 29.30 Rendah
Rata-rata 84.67
Stdev 59.31
75
Lampiran 7. Koordinat GPS Fasilitas Desa Karacak RW X Y JENIS RW 01 681429 9268073 Pendidikan RW 01 681414 9268076 Pendidikan RW 01 681415 9268001 Pendidikan RW 01 681192 9268266 Pendidikan RW 01 681188 9268278 Pendidikan RW 01 681352 9267985 Kesehatan RW 01 681419 9268017 Kesehatan RW 01 681361 9268000 Kesehatan RW 01 681359 9267993 Sosial Pemerintahan RW 01 681455 9267888 Sosial Pemerintahan RW 01 681386 9268132 Sosial Pemerintahan RW 01 681274 9268207 Sosial Pemerintahan RW 01 681211 9268347 Pertanian RW 01 681446 9267790 Pertanian RW 01 681400 9268087 Ekonomi dan Jasa RW 01 681399 9268093 Ekonomi dan Jasa RW 01 681379 9268092 Ekonomi dan Jasa RW 01 681394 9268086 Ekonomi dan Jasa RW 01 681396 9268071 Ekonomi dan Jasa RW 01 681409 9268042 Ekonomi dan Jasa RW 01 681413 9268029 Ekonomi dan Jasa RW 01 681431 9267975 Ekonomi dan Jasa RW 01 681480 9267830 Ekonomi dan Jasa RW 01 681481 9267852 Ekonomi dan Jasa RW 01 681483 9267808 Ekonomi dan Jasa RW 01 681453 9267916 Ekonomi dan Jasa RW 01 681454 9267910 Ekonomi dan Jasa RW 01 681387 9268136 Ekonomi dan Jasa RW 01 681406 9268134 Ekonomi dan Jasa RW 01 681413 9268148 Ekonomi dan Jasa RW 01 681420 9268161 Ekonomi dan Jasa RW 01 681427 9268173 Ekonomi dan Jasa RW 01 681437 9268214 Ekonomi dan Jasa RW 01 681446 9268220 Ekonomi dan Jasa RW 01 681452 9268233 Ekonomi dan Jasa RW 01 681487 9268329 Ekonomi dan Jasa RW 01 681495 9268348 Ekonomi dan Jasa RW 01 681399 9268132 Ekonomi dan Jasa RW 01 681459 9267869 Ekonomi dan Jasa RW 01 681401 9268110 Ekonomi dan Jasa RW 01 681469 9268272 Ekonomi dan Jasa RW 02 681062 9268354 Pendidikan RW 02 681227 9268405 Kesehatan RW 02 681109 9268390 Sosial Pemerintahan RW 02 681532 9268486 Sosial Pemerintahan RW 02 681227 9268405 Sosial Pemerintahan
KETERANGAN SDN Karacak 1 SDN Karacak 2 TK Cempaka MTs. Satu Atap MA Satu Atap Pustu Desa Karacak Poliklinik (Praktek Dokter) Posyandu RW 01 Kantor (Balai Desa) Masjid/Musholla Masjid/Musholla Sekretariat RW 01 Posko Agropolitan KUD Taruna Tani Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Jasa Fotocopy Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Jasa Bengkel Jasa Salon Usaha Perkayuan Usaha Perkayuan SDN Karyabakti Posyandu RW 02 Masjid/Musholla Masjid/Musholla Sekretariat RW 02
RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW
02 02 02 02 02 02 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 03 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 05
681122 681501 681517 681524 681457 681537 681524 681386 681358 681405 681386 681347 681347 681533 681493 681441 681429 681422 681410 681423 681457 681467 681407 681209 681422 681519 681452 681518 681416 681202 681058 681081 681072 681081 680892 681045 680937 680937 680924 680914 681077 681072 681069 680964 681048 681140 681060 680113
9268390 9268363 9268436 9268451 9268451 9268514 9268587 9268643 9269271 9269013 9268643 9269263 9269263 9268586 9268709 9268870 9268906 9268947 9269010 9269045 9269093 9269231 9269275 9269265 9269030 9268631 9268854 9268653 9268968 9269282 9268942 9268945 9268888 9268945 9268938 9268796 9268702 9268709 9268709 9268708 9268925 9268894 9268882 9268846 9268799 9269321 9269321 9268365
Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Kesehatan Kesehatan Sosial Pemerintahan Sosial Pemerintahan Sosial Pemerintahan Pertanian Pertanian Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Pendidikan Kesehatan Sosial Pemerintahan Sosial Pemerintahan Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Pendidikan
Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Praktek Bidan Posyandu RW 03 Masjid/Musholla Masjid/Musholla Sekretariat RW 03 Koperasi Sukatani Kelompok Tani Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Jasa Bengkel Usaha Perkayuan Usaha Perkayuan Toko Bahan Bangunan Distributor Buku Jasa Pencucian MI Ciletuh Hilir Posyandu RW 04 Masjid/Musholla Sekretariat RW 04 Sekretariat P4S Kelompok Tani Kantor Minapolitan Kolam Minapolitan Kolam Minapolitan Kolam Minapolitan Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Jasa Transportasi (Ojek) Usaha Perkayuan SDN Cengal Sirna
76
RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW
05 05 05 05 05 05 05 05 05 05 05 05 05 05 05 05 06 06 06 06 06 06 06 06 06 06 07 07 07 07 07 07 07 07 08 08 08 08 08 08 08 08 08 08 08 08
680085 680252 680252 680250 680252 680286 680244 680272 680101 680101 680261 680235 680238 680273 680255 680242 679885 679861 679920 680181 679861 679918 679920 679857 679823 680218 678256 678305 678293 678305 678524 678316 678316 678325 679576 679525 679555 679592 679557 679127 679555 679555 679604 679624 679512 679493
9268290 9268364 9268364 9268312 9268364 9268365 9268315 9268304 9268933 9268339 9268319 9268318 9268325 9268375 9268378 9268373 9267835 9267861 9267849 9267948 9267861 9267835 9267853 9267710 9267688 9268033 9267709 9267689 9267695 9267689 9267740 9267691 9267682 9267687 9267632 9267629 9267136 9267615 9267142 9267208 9267136 9267136 9267617 9267631 9267145 9267152
Pendidikan Kesehatan Kesehatan Sosial Pemerintahan Sosial Pemerintahan Pertanian Pertanian Pertanian Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Pendidikan Kesehatan Sosial Pemerintahan Sosial Pemerintahan Sosial Pemerintahan Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Pendidikan Kesehatan Sosial Pemerintahan Sosial Pemerintahan Pertanian Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Pendidikan Pendidikan Kesehatan Sosial Pemerintahan Sosial Pemerintahan Sosial Pemerintahan Sosial Pemerintahan Pertanian Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa Ekonomi dan Jasa
MTs. Cengal Poskesdes Posyandu RW 05 Masjid/Musholla Sekretariat RW 05 Kel Tani Manggis KBU Al Ihsan Aspuma Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Jasa Transportasi (Ojek) SDN Darmabakti Posyandu RW 06 Masjid/Musholla Masjid/Musholla Sekretariat RW 06 Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios SDN Wanakarya Posyandu RW 07 Masjid/Musholla Sekretariat RW 07 Kantor Pertanian Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios TK Al Ihsan SMP Al Ihsan Posyandu RW 08 Masjid/Musholla Masjid/Musholla Masjid/Musholla Sekretariat RW 08 Kelompok Tani Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios
RW 08 679497 9267163 Ekonomi dan Jasa RW 08 679126 9267203 Ekonomi dan Jasa RW 09 680694 9267043 Kesehatan RW 09 680705 9267030 Sosial Pemerintahan RW 09 680694 9267043 Sosial Pemerintahan RW 09 680989 9267016 Ekonomi dan Jasa RW 09 680916 9267096 Ekonomi dan Jasa RW 09 680863 9266857 Ekonomi dan Jasa RW 10 681425 9267186 Pendidikan RW 10 681403 9267142 Pendidikan RW 10 681342 9267149 Kesehatan RW 10 681411 9267405 Sosial Pemerintahan RW 10 681281 9266938 Sosial Pemerintahan RW 10 681445 9267642 Sosial Pemerintahan RW 10 681342 9267149 Sosial Pemerintahan RW 10 681276 9266879 Pertanian RW 10 681398 9267163 Ekonomi dan Jasa RW 10 681482 9267405 Ekonomi dan Jasa RW 10 681223 9266936 Ekonomi dan Jasa RW 10 681265 9266812 Ekonomi dan Jasa RW 10 681279 9266904 Ekonomi dan Jasa RW 10 681304 9266986 Ekonomi dan Jasa RW 10 681319 9267009 Ekonomi dan Jasa RW 10 681369 9267098 Ekonomi dan Jasa RW 10 681386 9267134 Ekonomi dan Jasa RW 10 681404 9267176 Ekonomi dan Jasa RW 10 681454 9267292 Ekonomi dan Jasa RW 10 681496 9267437 Ekonomi dan Jasa RW 10 681507 9267533 Ekonomi dan Jasa RW 10 681508 9267543 Ekonomi dan Jasa RW 10 681504 9267662 Ekonomi dan Jasa RW 10 681502 9267677 Ekonomi dan Jasa RW 10 681459 9267084 Ekonomi dan Jasa RW 10 681190 9266960 Ekonomi dan Jasa RW 10 681397 9267161 Ekonomi dan Jasa RW 10 681426 9267220 Ekonomi dan Jasa RW 10 681315 9267002 Ekonomi dan Jasa RW 10 681420 9267203 Ekonomi dan Jasa RW 10 681507 9267588 Ekonomi dan Jasa RW 10 681400 9266889 Ekonomi dan Jasa RW 10 681503 9267542 Ekonomi dan Jasa sumber: Hasil Pengukuran GPS, 2010
Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Posyandu RW 09 Masjid/Musholla Sekretariat RW 09 Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios SDN Hegarmanah SMP PGRI Karacak Posyandu RW 10 Masjid/Musholla Masjid/Musholla Masjid/Musholla Sekretariat RW 10 Penggilingan Padi Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Warung/Toko/Kios Jasa Transportasi (Ojek) Jasa Bengkel Jasa Bengkel Jasa Salon Jasa Komunikasi (Wartel) Jasa Komunikasi (Wartel) Jasa Pencucian Koperasi PLTA
77
Lampiran 8. Pengolahan Data Nilai Spatial Standard Distance Fasilitas tiap RW RW n Σ (Xi-Xc)2 Σ (Yi-Yc)2 Sx Sy RW 01 41 211367.80 883587.90 71.80 146.80 RW 02 11 383663.64 25168.18 186.76 47.83 RW 03 24 162351.96 1452795.83 82.25 246.03 RW 04 17 91046.47 535779.06 73.18 177.53 RW 05 17 76305.88 341909.88 67.00 141.82 RW 06 10 172540.40 89566.10 131.35 94.64 RW 07 8 46148.00 2481.50 75.95 17.61 RW 08 14 331844.86 707461.21 153.96 224.80 RW 09 6 84022.83 33314.83 118.34 74.51 RW 10 33 259314.91 2074424.55 88.65 250.72 Rataan Stdev
(Sx)2 5155.31 34878.51 6764.66 5355.67 4488.58 17254.04 5768.50 23703.20 14003.81 7858.03
(Sy)2 21550.92 2288.02 60533.16 31516.42 20112.35 8956.61 310.19 50532.94 5552.47 62861.35
D 163.42 192.79 259.418 192.02 156.85 161.90 77.97 272.46 139.84 265.93 188.26 62.39
Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Survei Orientasi Perjalanan Penduduk Desa Karacak 1) Orientasi Perjalanan Penduduk Berdasarkan Lokasi Tujuan
No
RW
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 03 RW 03
Nama Kepala Keluarga Engkan Ma'mun Didi Yadi Ade Ujang Slamet Jakaria Hasan Yayan Saeli Yadi Dedeng Juriah Lili
Lokasi Tujuan (frekuensi perjalanan/trip) Usia
Pekerjaan
50 38 40 50 45 53 45 40 35 65 37 42 55 46
Dagang Sopir Buruh Montir Petani Peg. Swasta Petani Petani Dagang Petani Petani Petani IRT Petani
Internal
Leuwiliang
7 7 33 26 20 18 31 36 8 21 38 27 21 16
4 22 9 7 10 13 4 1 3 4 2
Ciampea
Cibungbulang
Barengkok
Karyasari
Bogor
Leuwimekar
Puraseda
Jakarta
6 6 13
1
2
1 1 1
6
1 1
5
Leuwisadeng
Bandung
Cibinong
Ciawi
Jumlah (Responden)
Jumlah (Frekuensi Perjalanan)
2 3 3 4 2 2 2 2 3 2 2 2 5 3
11 35 48 47 30 31 35 37 13 25 40 28 34 18
77
78
1) Orientasi Perjalanan Penduduk Berdasarkan Lokasi Tujuan (lanjutan) RW 03 Abdul G. 50 PNS 33 10 RW 03 Cholid 35 Sopir 8 18 RW 03 Daday 40 Petani 41 6 RW 04 Agus 34 Tkg. Ojek 29 8 RW 04 Ruli 41 Petani 45 2 RW 04 Atma Wijaya 38 Tkg. Ojek 6 15 RW 04 Sarmali 48 Petani 36 6 RW 05 Misnan 60 Petani 16 1 RW 05 M. Bakri 60 Petani 44 7 RW 05 Endang 49 Buruh 15 1 RW 05 Nanang Koswara 35 PNS 20 1 RW 06 Teti 29 Petani 14 1 RW 06 Maksum 57 Petani 7 3 RW 06 Sarwi 31 Petani 26 1 RW 06 Dede 35 Petani 55 1 RW 06 Syahrudin 42 Petani 53 1 RW 06 Ading 40 Petani 37 1 RW 06 Arnaja 52 Petani 35 1 RW 07 Sani 40 Petani 18 1 RW 07 Iyuk 47 Petani 42 1 RW 07 Ahya 55 Petani 20 2 RW 08 Mumuh 30 Buruh 9 2 RW 08 Dadang 35 Petani 26 1 RW 08 Anwar 41 Petani 36 2 RW 08 Yayat 26 Petani 17 2 RW 09 Emun 60 Dagang 26 1 RW 09 Ukon 45 PNS 27 13 RW 09 Madjumi 48 PNS 19 2 RW 09 Empar 42 Petani 40 1 RW 10 Nunung 65 Dagang 14 2 RW 10 Diding 58 Dagang 7 7 RW 10 Ujang 38 Petani 41 RW 10 Sanan 55 Petani 17 8 RW 10 Aji 35 Petani 19 13 RW 10 Usup 50 Petani 10 8 RW 10 Udin 60 Petani 21 10 Jumlah (Responden) 50 48 Jumlah (Frekuensi Perjalanan) 1238 241 Persentase (%) 76.8 15.0 Sumber: Hasil Survei Rumah Tangga, 2010 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
5
3 3 3 3 3 4 3 2 2 6 7 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 4 3 4 5 2 4 3 3 3 50
6
6
1 1 1 1 1
1 2
1
1 1
6 1
1
1
1 1 0.1
1 1 0.1
1 1
2
1 1
6 5 6 6
5 1 1
1
1 1 1 1
6 6 4 31 1.9
3 18 1.1
1 13 18 1.1
3 14 0.9
3 12 0.7
2 11 0.7
10 10 0.6
4 9 0.6
1 6 0.4
2 2 0.1
-
48 32 48 38 48 28 43 17 51 25 27 15 11 28 56 54 38 36 19 43 22 13 27 38 19 28 47 31 42 23 22 42 32 33 24 32 50 1612 100.0
78
79
2) Orientasi Perjalanan Penduduk Berdasarkan Alat Transportasi yang Dipakai Alat Transportasi (frekuensi perjalanan/trip) No
Nama Kepala Keluarga
Usia
Pekerjaan
Jalan Kaki
Angkutan Umum
RW 01 Engkan 50 RW 01 Ma'mun 38 RW 01 Didi 40 RW 01 Yadi 50 RW 01 Ade 45 RW 01 Ujang Slamet 53 RW 01 Jakaria 45 RW 01 Hasan 40 RW 02 Yayan 35 RW 02 Saeli 65 RW 02 Yadi 37 RW 02 Dedeng 42 RW 03 Juriah 55 RW 03 Lili 46 RW 03 Abdul G. 50 RW 03 Cholid 35 RW 03 Daday 40 RW 04 Agus 34 RW 04 Ruli 41 RW 04 Atma Wijaya 38 RW 04 Sarmali 48 RW 05 Misnan 60 RW 05 M. Bakri 60 RW 05 Endang 49 RW 05 Nanang Koswara 35 RW 06 Teti 29 RW 06 Maksum 57 RW 06 Sarwi 31 RW 06 Dede 35 RW 06 Syahrudin 42 RW 06 Ading 40 RW 06 Arnaja 52 RW 07 Sani 40 RW 07 Iyuk 47 RW 07 Ahya 55 RW 08 Mumuh 30 RW 08 Dadang 35 RW 08 Anwar 41 RW 08 Yayat 26 RW 09 Emun 60 RW 09 Ukon 45 RW 09 Madjumi 48 RW 09 Empar 42 RW 10 Nunung 65 RW 10 Diding 58 RW 10 Ujang 38 RW 10 Sanan 55 RW 10 Aji 35 RW 10 Usup 50 RW 10 Udin 60 Jumlah (Responden) Jumlah (Frekuensi Perjalanan) Persentase (%) Sumber: Hasil Survei Rumah Tangga, 2010
Dagang Sopir Buruh Montir Petani Peg. Swasta Petani Petani Dagang Petani Petani Petani IRT Petani PNS Sopir Petani Tkg. Ojek Petani Tkg. Ojek Petani Petani Petani Buruh PNS Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Buruh Petani Petani Petani Dagang PNS PNS Petani Dagang Dagang Petani Petani Petani Petani Petani
7 7 33 26 20 13 25 36 1 21 32 27 21 10 21 8 35 27 38 6 36 15 44 15 16 12 7 26 54 53 37 35 18 41 20 9 25 35 17 26 21 13 40 7 6 41 17 19 10 14 50 1143 70.9
4 28 15 21 10 6 10 1 6 4 8 1 13 8 12 24 13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
RW
6 6 6 8 3
Motor Pribadi
Ojek
Mobil Pribadi
Jumlah (Responden) 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 4 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 50
12
6
15
10 8 9
1 2 7 1 2 1 2
8 3 4 2 2 1 1 1 1 2 2
2
2 2 3 2
2 20 11 2 9 16 1 7 14 2 8 34 307 19.0
6 7 7
8 12 10 14 120 7.4
19 40 2.5
1 2 0.1
-
Jumlah (Frekuensi Perjalanan) 11 35 48 47 30 31 35 37 13 25 40 28 34 18 48 32 48 38 48 28 43 17 51 25 27 15 11 28 56 54 38 36 19 43 22 13 27 38 19 28 47 31 42 23 22 42 32 33 24 32 50 1612 100.0
80
3) Orientasi Perjalanan Penduduk Berdasarkan Maksud Perjalanan Maksud / Tujuan (frekuensi perjalanan/trip) No
RW
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 05 RW 05 RW 05
Nama Kepala Keluarga
Usia
Pekerjaan
Engkan 50 Dagang Ma'mun 38 Sopir Didi 40 Buruh Yadi 50 Montir Ade 45 Petani Ujang Slamet 53 Peg. Swasta Jakaria 45 Petani Hasan 40 Petani Yayan 35 Dagang Saeli 65 Petani Yadi 37 Petani Dedeng 42 Petani Juriah 55 IRT Lili 46 Petani Abdul G. 50 PNS Cholid 35 Sopir Daday 40 Petani Agus 34 Tkg. Ojek Ruli 41 Petani Atma Wijaya 38 Tkg. Ojek Sarmali 48 Petani Misnan 60 Petani M. Bakri 60 Petani Endang 49 Buruh Nanang 25 RW 05 Koswara 35 PNS 26 RW 06 Teti 29 Petani 27 RW 06 Maksum 57 Petani 28 RW 06 Sarwi 31 Petani 29 RW 06 Dede 35 Petani 30 RW 06 Syahrudin 42 Petani 31 RW 06 Ading 40 Petani 32 RW 06 Arnaja 52 Petani 33 RW 07 Sani 40 Petani 34 RW 07 Iyuk 47 Petani 35 RW 07 Ahya 55 Petani 36 RW 08 Mumuh 30 Buruh 37 RW 08 Dadang 35 Petani 38 RW 08 Anwar 41 Petani 39 RW 08 Yayat 26 Petani 40 RW 09 Emun 60 Dagang 41 RW 09 Ukon 45 PNS 42 RW 09 Madjumi 48 PNS 43 RW 09 Empar 42 Petani 44 RW 10 Nunung 65 Dagang 45 RW 10 Diding 58 Dagang 46 RW 10 Ujang 38 Petani 47 RW 10 Sanan 55 Petani 48 RW 10 Aji 35 Petani 49 RW 10 Usup 50 Petani 50 RW 10 Udin 60 Petani Jumlah (Responden) Jumlah (Frekuensi Perjalanan) Persentase (%) Sumber: Hasil Survei Rumah Tangga, 2010
Belanja
Sekolah
3 7 24 21 10 10 17 22 2 14 22 14 22 8 24 9 21 22 37 7 21 8 15 16
6 12 18 18 12
8 1 3 15 22 21 21 21 1 22 8 9 15 2 8 15 22 8 15 9 7 28 14 14 8 14 50 707 43.9
6 6
12 6 6 10 12 6 6 17 6 12 6 6 12 6 6 6
6 12 18 12 12 6 6 6 12 6 12 18 11 12 6 13 6 6 12
42 405 25.1
Bekerja
Berobat
7 5 7 7 17 5 7
2 1 1 1 1 1 1 2
lainlain
8
3
5 5 7 11 3 6 7 14 3 14 8 30 1 12 5 6 5 21 14 4 14 5 14 7 2 5 21 4 6 11 14 7 7 8 6 9 14 43 385 23.9
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
8 9 1 8 1 1
2 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 46 55 3.4
1
1 1 1
3 6 3 16 60 3.7
Jumlah (Frekuensi Perjalanan)
Jumlah (Responden)
-
3 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 5 4 4 5 4 5 3 3 4
11 35 48 47 30 31 35 37 13 25 40 28 34 18 48 32 48 38 48 28 43 17 51 25
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 50
27 15 11 28 56 54 38 36 19 43 22 13 27 38 19 28 47 31 42 23 22 42 32 33 24 32 50 1612 100.0
81
4) Orientasi Perjalanan Penduduk Berdasarkan Fasilitas yang Dituju
Nama Kepala Keluarga
Fasilitas Tujuan (frekuensi perjalanan/trip)
N o
RW
1
RW 01
Engkan
50
Dagang
6
3
2
RW 01
Ma'mun
38
Sopir
6
3
RW 01
Didi
40
Buruh
21
4
RW 01
Yadi
50
Montir
14
5
RW 01
Ade
45
7
7
6
6
3
6
RW 01
Ujang Slamet
53
Petani Peg. Swasta
7
5
6
6
3
7
RW 01
Jakaria
45
Petani
14
5
6
6
3
8
RW 01
Hasan
40
Petani
21
7
6
9
RW 02
Yayan
35
Dagang
2
Usia
Pekerjaan
Warung / Toko
Tempat bekerja
5
SMA/ SMK
SPBU
Bengkel
Dokter
Puskes mas
1
1
14
6
7
1
1
12
3
6
12
7
6
SD
SMP
RW 02
Saeli
65
Petani
14
7
11
RW 02
Yadi
37
Petani
21
5
6
12
RW 02
Dedeng
42
Petani
14
7
6
13
RW 03
Juriah
55
IRT
21
11
14
RW 03
Lili
46
Petani
7
3
15
RW 03
Abdul G.
50
PNS
21
12
16
RW 03
Cholid
35
Sopir
7
6
RW 03
Daday
40
Petani
21
18
RW 04
Agus
34
Tkg. Ojek
21 35
14
6
6
9
7
1
1
7
1
21
14
6
22
RW 05
Misnan
60
Petani
7
5
2
1
6
1
RW 05
35
PNS
Teti
29
Petani
27
RW 06
Maksum
57
Petani
28
RW 06
Sarwi
31
Petani
14
5
6
29
RW 06
Dede
35
Petani
21
21
6
30
RW 06
Syahrudin
42
Petani
21
14
18 6
7
7
4 6
6
31
RW 06
Ading
40
Petani
21
4
32
RW 06
Arnaja
52
Petani
21
14
33
RW 07
Sani
40
Petani
34
RW 07
Iyuk
47
Petani
35
RW 07
Ahya
55
Petani
36
RW 08
Mumuh
30
Buruh
35
1
6
5
1
1
1
1
1 6
7
1
6
1
1 1
2
5 5
6 1
1
Petani
RW 06
31
1
48
26
7
1
Sarmali
25
30
1
3
RW 04
1
6
1
21
28
47
1
1
2 6
14
48
6
1
Petani
14
6
1
1 1 1
6
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1 6
3 1
1 1
1 1
6
1 1
5
6
21
14
6
7
7
7
2
6
37
5
13 40
Tkg. Ojek
Buruh
1
25
38
Petani
11 35
6
41
49
4
1
6
3
Jumlah (Frekuensi Perjalanan)
Jumlah (Responden)
4
Ruli
60
Poskesdes
1
Atma Wijaya
M. Bakri
Bidan
1
RW 04
Endang Nanang Koswara
Masjid
1
RW 04
RW 05
Pemerintahan
3
20
RW 05
Akademi/PT
6
1 3
19
24
Posyandu
1
6
23
TK
1
1
6
6
7
3
6
10
17
Pasar
1
4
28
4
34
5
18
6
48
7
32
5
48
7
38
6
48
6
28
5
43
1
6
17
1
6
51
6
25
7
27
6
15
4
11
6
28
6
56
4
54
5
38
3
36
5
19
6
1 1
1
5
43
6
1
1
5
22
1
1
6
13
1
1
81
82
4) Orientasi Perjalanan Penduduk Berdasarkan Fasilitas yang Dituju (Lanjutan) 37
RW 08
Dadang
35
Petani
14
5
6
38
RW 08
Anwar
41
Petani
1
21
6
39
RW 08
Yayat
26
Petani
7
4
6
40
RW 09
Emun
60
Dagang
14
6
6
1
41
RW 09
Ukon
45
PNS
21
6
6
1
6
6
1
6
6
1
1
1
1
1
1 1
RW 09
Madjumi
48
PNS
43
RW 09
Empar
42
Petani
44
RW 10
Nunung
65
Dagang
45
RW 10
Diding
58
Dagang
46
RW 10
Ujang
38
Petani
28
7
47
RW 10
Sanan
55
Petani
14
8
48
RW 10
Aji
35
Petani
7
6
49
RW 10
Usup
50
Petani
7
9
1
6
50
RW 10
Udin
60
Petani
7
7
7
3
14
14
7 1
6
5 1
6 1
2
6
7
6
7
5
5
6
7
19
5
28
7
47
7
31 42
1
5
23
6
22
4
42
1 3
38
5
6 1 1
6
27
8
1
6 6
1
1 6
42
Jumlah (Responden)
7
1 6
1
5
32
1
6
33
1
5
24
7
1
6
32
43
38
32
21
41
10
9
9
24
21
3
9
2
4
5
4
2
Jumlah (Frekuensi Perjalanan)
612
311
222
120
111
60
46
27
24
21
18
13
10
6
5
4
2
-
50
1612
50
Persentase (%)
38.0
19.3
13.8
7.4
6.9
3.7
2.9
1.7
1.5
1.3
1.1
0.8
0.6
0.4
0.3
0.2
0.1
-
100.0
Sumber: Hasil Survei Rumah Tangga, 2010
Lampiran 10. Hasil Analisis Regresi Berganda 1) Total Perjalanan Internal (Y1)
N=10 Intercept Luas Pmukiman (X5) Fas pddkn (X7) Jmlh-KK (X4) SSD (X3) Fas prtanian (X8) Fas ekojas (X6) Mean-D (X2)
Regression Summary for Dependent Variable: T-int (Y2) (Spreadsheet1) R= .99850227 R²= .99700678 Adjusted R²= .98653052 F(7,2)=95.168 p<.01044 Std.Error of estimate: .03758 Beta Std.Err. B Std.Err. t(2) p-level of Beta of B 0.319677 0.423443 0.75495 0.529071 0.306204 0.099747 0.216126 0.070404 3.06979 0.091747 -0.049625 0.066621 -0.029500 0.039603 -0.74489 0.533974 1.044349 0.119237 0.951960 0.108689 8.75860 0.012786 0.016433 0.079304 0.014176 0.068410 0.20721 0.855025 0.256554 0.046832 0.132298 0.024150 5.47820 0.031743 -0.600510 0.096020 -0.244910 0.039161 -6.25399 0.024627 -0.212866 0.062772 -0.125521 0.037015 -3.39108 0.077045
2) Total Perjalanan Eksternal (Y2)
N=10 Intercept Fas ekojas (X6) IPRW (X1) Fas pddkn (X7) Fas prtanian (X8) Jmlh-KK (X4)
Regression Summary for Dependent Variable: T-eks (Y3) (Spreadsheet1) R= .93727038 R²= .87847577 Adjusted R²= .72657048 F(5,4)=5.7830 p<.05694 Std.Error of estimate: .54897 Beta Std.Err. B Std.Err. t(4) p-level of Beta of B 19.50070 9.565868 2.03857 0.111124 5.44759 1.975717 7.20273 2.612264 2.75727 0.050992 -5.49055 2.217344 -9.01580 3.641004 -2.47618 0.068491 0.62469 0.373612 1.20389 0.720019 1.67203 0.169837 0.35010 0.199851 0.58529 0.334108 1.75180 0.154691 0.39604 0.282500 1.17036 0.834831 1.40191 0.233573
82
83
Lampiran 11. Hasil Analisis Korelasi Correlations (Spreadsheet1) Marked correlations are significant at p < ,05000 N=10 (Casewise deletion of missing data) Variable Means Std.Dev. d r IPRW d 133,7950 73,08620 1,000000 0,820484 -0,177883 r 209,8970 84,39631 0,820484 1,000000 0,003900 IPRW 84,6700 59,30963 -0,177883 0,003900 1,000000 SSD 188,2600 62,38547 0,408097 0,832602 0,377081
SSD 0,408097 0,832602 0,377081 1,000000