UNIVERSITAS INDONESIA
PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN LEBAK (STUDI KASUS: Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam)
TESIS
NEVI PAHLEVI 0706181025
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK JAKARTA JANUARI, 2011
Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN LEBAK (STUDI KASUS: Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam)
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi
NEVI PAHLEVI 0706181025
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH JAKARTA JANUARI, 2011
Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Jakarta, Januari 2011
(Nevi Pahlevi)
ii
Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Nevi Pahlevi
NPM
: 0706181025
Tanda Tangan :
Tanggal
: 17 Januari 2011
iii
Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh
:
Nama
: Nevi Pahlevi
NPM
: 0706181025
Program Studi
: Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Judul Tesis
: Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten Lebak (Studi Kasus: Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Pembimbing : Paksi Walandouw, SE., M.A
(...............................)
Penguji
: Dr. Andi Fahmi Lubis
(...............................)
Penguji
: Titissari, M.Sc., M.T
(...............................)
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 17 Januari 2011
iv
Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN LEBAK (STUDI KASUS: Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam) dengan pendekatan sektor unggulan. Tesis ini disusun untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pembahasan utama dalam tesis ini adalah menentukan sektor unggulan perekonomian wilayah dan diharapkan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan arah kebijakan dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Lebak. Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung kepada : 1.
Arindra A. Zainal, Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
2.
Dr. Andi Fahmi Lubis selaku Sekretaris Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
3.
Paksi C. Walandouw, MA selaku Pembimbing Tesis yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis hingga rampungnya tesis ini.
4.
Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
5.
Bapak Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lebak, atas bantuan dan dukunganya dalam memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
v
Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
6.
Kepala Bappeda Kabupaten Lebak, para unsur pimpinan, dan staf yang senantiasa memberikan dukungan secara moril dalam studi.
7.
Sivitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi La Tansa Mashiro Rangkasbitung atas dukungan dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian
studi.
Rasa
hormat
dan
dedikasi
akan
penulis
persembahkan kepada Kakanda Iwan Ridwan dan Agus Nurlianto atas inspirasinya selama ini. 8.
Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada Penulis. Kalian berdua adalah jiwa dalam seluruh cinta dan air mata dalam tesis ini.
9.
Istri dan Putraku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, inspirasi serta improvisasi kepada Penulis dalam mengikuti studi selama ini.
10.
Para pimpinan, para guru serta sahabat-sahabat jama’ah Pengajian Al Muhasabah yang senantiasa memberikan do’a serta dukungan dalam penyelesaian studi.
11.
Kawan-kawan seperjuangan di DPD KNPI Kabupaten Lebak, para Pengurus Kecamatan KNPI Kabupaten Lebak, dan OKP se-Kabupaten Lebak. Rasa hormat dan dedikasi penulis persembahkan kepada Isak Newton, Iyan Fitriyana, Sehabudin, dan Ucu Juhroni.
12.
Kawan-kawan DENSUS 69: Budi Ucok, Mi’ing Cuuy, Regay, Piong, Jopi, Penul, Japik, Hudri Kepok, Deni “proffesor”, Amung, Ustad Didin, Asep Ajuba, Ajat, Firman, Yayan, Iyong dan Grup UIN Ciputat.
13.
Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Akhirnya dengan berserah diri kepada ALLAH SWT, semoga tesis ini dengan segala kelemahan dan kekurangannya dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Rangkasbitung, Januari 2011. Penulis
Nevi Pahlevi
vi
Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
vii
Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
ABSTRAKSI
Nama Program Studi Judul
: Nevi Pahlevi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik : Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten Lebak (Studi Kasus: Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam)
Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun. Untuk melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang terbatas sebagai konsekuensinya harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten Lebak sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Wanasalam dan Kabupaten Lebak Tahun 2005 - 2008. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Kiassen Tipology, analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share. Hasil analisis Kiassen Tipology menunjukkan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis Location Quotient menunjukkan sektor pertanian dan sektor bangunan dan konstruksi merupakan sektor basis di Kecamatan Wanasalam. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan konstruksi, serta sektor bank dan lembaga keuangan lainnya. Hasil analisis per sektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang menipakan sektor unggulan di Kecamatan Wanasalam dengan kriteria sektor maju dan tumbuh pesat, sektor basis, dan kompetitif adalah sektor pertanian. Kata Kunci: Sektor unggulan, Klassen Typology, Location Quotient dan Shift Share.
Universitas Indonesia viii Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
ABSTRACT Name Study Program Title
: Nevi Pahlevi : Master of Planning and Public Policy : Regional Economic Development in Lebak District (Case Study: Regions Agropolitan Subdistrict Wanasalam)
Economic growth and its process are the main condition for the sustainability of the regional economic development. Because of the continuing population growth means economic needs also increase so that additional revenue required each year. This can be obtained with the increase in aggregate output (goods and services) or the Gross Regional Domestic Product (GRDP) each year. To carry out development with limited resources as a consequence should be focused to develop the sectors that provide great multiplier effect on other sectors or the whole economy. This research is focused to determine the regional leading sector of Lebak Regency as the information and considerations in planning economic development. Secondary data such as time series of the Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Wanasalam Sub-District and Lebak Regency in the period 2005 - 2008 are applied. Klassen Typology, Location Quotient (LQ) and Shift Share are tools of analysis. Kiassen Typology indicates that the developed sectors are agriculture and sevices. Location Quotient analysis indicates agricultural and construction are base sectors in the Wanasalam Sub-District. Shjft Share analysis indicates that the competitive sectors are agricultural, construction, and bank and other financial institutions. The results of the analysis based on three analysis tools indicate that the leading sector with the criteria ‘s developed, base, and competitive is agricultural sector. Keywords : Leading Sector, Klassen Typology, Location Quotient, and Shft Share.
Universitas Indonesia ix Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME................................. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....................................... HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... KATA PENGANTAR HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...................... ABSTRAK DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL ...................................................................................... 1 PENDAHULUAN
i ii iii iv v vii viii x xiii 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................
7
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................
7
1.4 Ruang Lingkup..................................................................................
7
1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................
8
2 TINJAUAN PUSTAKA.................................. ......................................
9
2.1 Pembangunan Ekonomi Regional........................... ..........................
9
2.2 Pertumbuhan Ekonomi Regional.......................................................
10
2.3 Pendapatan Regional............................................... ..........................
12
2.4 Perencanaan Pembangunan Wilayah.................................................
14
2.5 Teori Basis Ekspor (Export Base Theory).........................................
15
2.6 Pengembangan Sektor Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Daerah........................................................................ 2.7 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan................ 2.7.1 Ciri-ciri Kawasan Agropolitan.....
16 18
..........................
19
....................
20
2.7.3 Model Agribisnis di Kawasan Agropolita................................
22
2.7.2 Persyaratan Kawasan Agropolitan.....
2.8 Penelitian Terdahulu....................................................................
23
2.9 Kerangka Pemikiran.....................................................................
24
Universitas Indonesia x Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
3 GAMBARAN UMUM DAN DESKRIPSI LOKASI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN............................................................
27
3.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak.......... ......................................
27
3.1.1 Letak Geografis.........................................................................
27
3.1.2 Wilayah Administrasi...............................................................
28
3.1.3 Topografis.................................................................................
29
3.1.4 Demografi.................................................................................
29
3.1.5 Penataan Ruang Kabupaten Lebak...........................................
30
3.2 Deskripsi Lokasi Pengembangan Kawasan Agropolitan..................
31
3.2.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah..........................................
31
3.2.2 Bentuk Wilayah.........................................................................
31
3.2.3 Kondisi Tanah...........................................................................
32
3.2.4 Iklim..........................................................................................
32
3.2.5 Bencana Geologi.......................................................................
32
3.2.6 Struktur dan pemanfaatan Ruang/Penggunaan Lahan .............
33
3.2.7 Sumber Air, Sarana, dan Prasarana Irigasi...............................
33
3.3 Kependudukan..................................................................................
33
3.3.1 Kondisi Kependudukan di Kecamatan Wanasalam.................
32
3.3.2 Kepadatan................................................................................
34
3.4 Ekonomi...........................................................................................
34
3.5 Prasarana Dasar................................................................................
38
3.5.1 Air Bersih................................................................................
38
3.5.2 Sampah....................................................................................
39
3.5.3 Limbah....................................................................................
39
3.5.4 Drainase..................................................................................
39
3.5.5 Listrik.....................................................................................
39
3.5.6 Telepon...................................................................................
40
3.6 Fasilitas Sosial Ekonomi Kawasan Agropolitan.............................
40
3.6.1 Jumlah Keluarga Sejahtera......................................................
40
3.6.2 Fasilitas Perusahaan Perdagangan Nasional...........................
40
3.6.3 Koperasi....................................................................................
41
3.7 Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Wanasalam..............
41
Universitas Indonesia xi Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
3.7.1 Isu Pokok..................................................................................
42
3.7.2 Skenario Pengembangan...........................................................
43
4 METODE PENELITIAN......................................................................
46
4.1 Jenis dan Sumber Data................................ ......................................
46
4.2 Metode Analisis Data.................................. ......................................
46
4.2.1 Analisis Tipologi Kiassen.........................................................
46
4.2.2 Analisis Location Quotient (LQ)..............................................
48
4.2.3 Analisis Shift Share (Shift Share Analysis)..............................
49
4.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian...........................................
52
5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................
53
5.1 Hasil Analisi dan Penelitian...............................................................
53
5.2 Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Wilayah.................
52
5.3 Analisis Location Quotient (LQ).......................................................
55
5.4 Analisis Shift Share..................................... ......................................
57
5.5 Pembahasan Per Sektor.....................................................................
60
5.5.1 Analisis Sektor Pertanian........................................................
61
5.5.2 Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian.......................
61
5.5.3 Analisis Sektor Industri Pengolahan........................................
63
5.5.4 Analisis Sektor Listrik dan Air Minum...................................
63
5.5.5 Analisis Sektor Bangunan dan Konstruksi..............................
63
5.5.6 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran..................
64
5.5.7 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi......................
65
5.5.8 Analisis Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya...........
66
5.5.9 Analisis Sektor Jasa-jasa............................................. .............
67
5.6 Sektor Unggulan Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah..........
68
6 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................
70
5.1 Kesimpulan........................................................................................
70
5.2 Saran..................................................................................................
71
Universitas Indonesia xii Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
DAFTAR TABEL
Nomor
1.1
Judul
Halaman
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008 Harga Konstan (Milyar Rupiah) ..................................
5
3.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Lebak Tahun 2008......
27
3.2
Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Wanasalam Tahun 2003...................................................................
33
3.3
Jumlah Produksi Padi (Ton) Tahun 2003 di Kecamatan Wanasalam
35
3.4
Jumlah Produksi Palawija (ton) Tahun 2003 di Kecamatan Wanasalam................................................ .......................................
3.5
Jumlah Produksi Perkebunan (Ton) Tahun 2003 Kecamatan Wanasalam................................................ .......................................
3.6
38
Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Wanasalam Atas Dasar Harga Konstan 2000, tahun 2004 – 2008...............................
5.9
37
Jumlah Produksi Ikan (Ton) Tahun 2003 di Kecamatan Wanasalam................................................ .......................................
5.8
36
Jumlah Populasi Ternak Kecamatan Wanasalam Tahun 2003..................................................................
3.7
36
53
Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Lebak dan Kecamatan Wanasalam Tahun 2005 – 2008.................................... .......................................
54
5.10 Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Lebak Tahun 2005 – 2008 berdasarkan Tipologi Kiassen.......................................................
55
5.11 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) Kecamatan Wanasalam Tahun 2005 – 2008 ................................
56
5.12 Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Kec. Wanasalam Tahun 2005 – 2008 ............................................
59
5.13 Kontribusi Sektor PDRB Kecamatan Wanasalam Tahun 2005 - 2008 (dalam persen)............................................................... 5.14 Analisis Sektor Petanian..........................
.......................................
60 61
Universitas Indonesia xiii Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
5.15 Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian...................................
61
5.16 Anailsis Sektor Industri Pengolahan ..................................................
62
5.17 Analisis Sektor Listrik dan Air Minum..............................................
63
5.18 Analisis Sektor Bangunan dan Konstruksi.........................................
64
5.19 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ..............................
65
5.20 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi...................................
65
5.21 Analisis Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya......................
66
5.22 Analisis Sektor Jasa-jasa.....................................................................
67
DAFTAR REFERENSI.................................................................................
72
Universitas Indonesia xiv Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada
pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan atau mendorong perubahan-perubahan atau pembaharuan bidang kehidupan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Siagian (1984:128) bahwa keterbelakangan utama yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang adalah di bidang ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan, bahkan dapat dikatakan merupakan tuntutan sejarah apabila pembangunan ekonomi mendapat perhatian utama. Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan berbagai usaha yang konsisten dan berbagai pihak untuk memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi umat manusia. Tujuan pokok pembangunan ekonomi menurut Jhingan (1992:420) ialah untuk membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk meningkatkan produktivitas di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan dan industri. Modal juga diperlukan untuk mendirikan sekolah, rumah sakit, jalan raya, jalan kereta api, dan sebagainya. Singkatnya, hakekat pembangunan ekonomi adalah penciptaan modal overhead sosial dan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru, serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999:108). Pemberlakuan
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Universitas Indonesia 1 Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
2
menuntut pemerintah daerah untuk melaksanakan desentralisasi dan memacu pertumbuhan ekonomi guna peningkatan kesejahteraan masyarakat di mana tujuan penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Kedua Undang-Undang tersebut memiliki makna yang sangat penting bagi daerah, karena terjadinya pelimpahan kewenangan dan pembiayaan yang selama ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat. Kewenangan dimaksud mencakup seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, serta moneter dan fiskal. Kewenangan pembiayaannya, yaitu daerah dapat menggali sekaligus menikmati sumber-sumber potensi ekonomi, serta sumber daya alamnya tanpa ada intervensi terlalu jauh dan Pemerintah Pusat. Hal ini akan berdampak terhadap perekonomian daerah yang pada akhirnya tercipta peningkatan pembangunan daerah. Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian, peranan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Investasi akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan dapat menimbulkan multiplier effect terhadap sektor-sektor lainnya. Dalam praktik perencanaan dan pembangunan nasional, kesenjangan pembangunan merupakan masalah penting yang belum tuntas terbenahi hingga kini. Secara alamiah, akar permasalahan kesenjangan antar wilayah memang sulit dihindari. Kesenjangan limpahan sumberdaya alam dan konsentrasi penduduk merupakan faktor penentu utama berbedanya perkembangan aktivitas ekonomi antar wilayah. Beberapa daerah dengan sumberdaya alam yang melimpah, namun dengan tingkat kemampuan sumberdaya manusia yang rendah, mengalami eksploitasi dan pengurasan (massive backwash) sumberdaya alam. Kebijakan yang dilahirkan pun seringkali bersifat instant dan seragam, akibatnya tidak sesuai dengan kebutuhan dan persoalan yang dihadapi oleh daerah. Konsep pusat pertumbuhan yang pada awalnya diciptakan untuk dapat memperbaiki kesenjangan, ternyata belum dapat memberikan hasil sesuai dengan harapan. Jikapun terdapat perubahan yang signifikan, pada akhirnya pertumbuhan
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
3
tidak berlanjut dan menjalankan fungsinya sebagai pusat pertumbuhan yang bersinergi dengan percepatan pembangunan daerah tertinggal di sekitarnya. Seringkali teramati bahwa pusat-pusat pertumbuhan yang terbangun tidak dipersiapkan untuk memiliki daya saing wilayah yang kompetitif. Lebih jauh lagi, pusat pertumbuhan justru dibangun tidak berbasis kepada potensi unggulan lokal. Padahal, konsekuensi logis dari pembangunan di era globalisasi adalah berhadapannya seluruh daerah di wilayah nasional secara langsung dengan tingkat persaingan yang semakin tajam, baik di pasar domestik maupun internasional. Berbagai
fenomena
empirik
menunjukan
bahwa
ketidakmerataan
pembangunan yang berkepanjangan pada akhirnya akan menimbulkan efek yang kontraproduktif terhadap berbagai upaya yang telah dilakukan demi peningkatan pertumbuhan itu sendiri. Di negara-negara maju dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sustainabilitas pertumbuhan dapat terjaga oleh tingkat kemajuan yang merata. Secara sistemik, tingkat kemajuan dari suatu sistem tidak lepas dari keberadaan komponen yang paling lemah. Ini berarti tingkat kemajuan sebuah negara atau wilayah juga akan sangat ditentukan oleh kondisi daerahdaerah tertinggal yang ada. Faktanya, migrasi penduduk lebih dominan terjadi dari daerah ke kota, hal ini disebabkan oleh pesona daya tarik yang ditawarkan oleh kota sebagai pusat pertumbuhan dibanding daya dorong yang relatif tertinggal. Selanjutnya, dampak migrasi yang tidak terkendali secara mekanisme memberikan efek balik yang memperlemah pusat pertumbuhan, baik secara sosial, politik, lingkungan dan keamanan, yang sebelumnya telah mengalami kemajuan cukup pesat akibat terakumulasinya aktivitas ekonomi. Tidak dapat dipungkiri bahwa percepatan pembangunan daerah tertinggal harus dilakukan secara sistem yang terintegrasi dan sinergi dengan pusat-pusat pertumbuhan. Peningkatan daya saing pusat pertumbuhan tidak dimaksudkan untuk menciptakan sistem tersendiri, tapi ditujukan untuk memperkuat sistem yang masih lemah. Hubungan antar komponen sistem harus tetap bersifat interdependent, saling menguntungkan dan terpadu.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
4
Pemilihan potensi unggulan sebagai basis pengembangan wilayah dan kerjasama antar pusat pertumbuhan dengan daerah-daerah tertinggal merupakan bagian terpenting dalam upaya meningkatkan daya saing wilayah. Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tàhun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun (Tambunan, 2001:2). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Indonesia pada dasarnya terdiri atas 9 (sembilan) sektor, yaitu (1) sektor pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik dan air minum; (5) bangunan dan konsturksi; 6) perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan (9) jasa-jasa.
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008 Atas Dasar Harga Konstan (Milyar Rupiah)
1
2.
LAPANGAN USAHA
2004
2005
2006
2007
2008
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
1,249,502
1,291,646
1,294,831
1,351,926
1,402,893
827,520
857,983
848,241
897,174
931,093
1.2. Tanaman Perkebunan
222,028
227,920
227,494
227,880
235,821
1.3. Peternakan
150,902
154,825
157,028
161,694
167,680
1.4. Kehutanan
18,914
19,435
23,131
23,963
24,606
1.5. Perikanan
30,137
31,483
38,937
41,216
43,694
PERTANIAN 1.1. Tanaman Bahan Makanan
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.1. Minyak dan Gas Bumi 2.2.Pertambangan tanpa migas 2.3. Penggalian
38,042
40,868
41,332
45,711
46,955
-
-
-
-
-
15,584
16,240
14,524
17,115
17,160
22,458
24,628
26,807
28,596
29,795
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
5
(Sambungan Tabel 1.1) 3.
INDUSTRI PENGOLAHAN 3.1. Industri Migas 3.1.1. Pengilangan Minyak Bumi 3.1.2. Gas Alam Cair 3.2. Industri Tanpa Migas
4.
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4.1. Listrik 4.2. Gas Kota
5. 6.
4.3. Air Bersih BANGUNAN/KONSTRUKSI PERDAGANGAN HOTEL DAN RESTORAN 6.1. Perdagangan Besar dan Eceran 6.2. Hotel 6.3. Restoran
7.
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.1. Pengangkutan
316,631
332,460
346,840
354,578
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
302,108
316,631
332,460
346,840
354,578
11,090
12,299
14,177
14,733
15,119
9,129 -
10,196 -
11,907 -
12,181 -
12,362 -
1,961 121,101
2,103 127,911
2,270 135,931
2,552 154,346
2,757 158,214
727,717
753,459
778,392
818,916
856,074
554,573
576,973
598,381
629,201
664,141
2,293
2,394
2,496
2,578
2,615
170,851
174,092
177,515
187,136
189,319
175,087
185,885
203,623
214,826
225,103
161,298
170,355
184,473
192,657
200,256
4,574
4,637
5,462
5,786
6,155
7.1.2. Angkutan Jalan Raya
144,440
153,082
166,037
173,555
180,596
7.1.3. Angkutan Laut 7.1.4. Angkutan Sungai dan Penyebrangan
-
-
-
0
-
-
-
-
0
-
-
-
-
0
-
12,283
12,636 13,789
12,974 15,530
13,316 19,149
13,505 22,169
7.1.1. Angkutan Rel
7.1.5. Angkutan Udara 7.1.6. Jasa Penunjang Angkutan 7.2. Komunikasi 8.
302,108
KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
151,819
154,291
158,608
164,335
166,959
8.1. B a n k 8.2. Lembaga Keuangan Tanpa Bank
39,507
35,660
36,090
38,260
39,187
8,311
8,702
9,011
9,640
9,789
8.3. Sewa Bangunan
84,735
90,253
93,386
96,011
96,921
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
6
(Sambungan Tabel 1.1) 8.4. Jasa Perusahaan 9.
JASA-JASA 9.1. Pemerintahan Umum
19,265 394,065 269,853
19,676 406,225
20,121 433,423
20,425 447,399
21,062 477,770
277,787
296,777
305,491
329,839
9.2. Swasta 124,213 128,438 9.2.1. Sosial Kemasyarakatan 12,755 13,076 9.2.2. Hiburan dan Rekreasi 2,389 2,458 9.2.3. Perorangan dan Rumah Tangga 109,068 112,904 PDRB 3,170,531 3,289,215 Sumber: BPS dan BAPPEDA Kabupaten Lebak
136,646
141,908
147,931
13,406
13,618
14,674
2,523
2,679
2,806
120,716 3,392,776
125,610 3,559,032
130,451 3,703,665
Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten dari 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Lebak. Berdasarkan Tabel 1.1, perekonomian di Kabupaten Lebak menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Pada tahun 2004 mampu tumbuh sebesar 4,06 %, kemudian turun menjadi 3,74 % di tahun 2005. Pada tahun 2006, pertumbuhan perekonomian Kabupaten Lebak mengalami perlambatan hingga 3,15 %, tetapi pada tahun 2007 kembali mengalami peningkatan hmgga mencapai sebesar 4,90 %. Dengan seluruh kondisi di atas, maka timbul pertanyaan apakah perubahan kontribusi sektoral yang terjadi telah di dasarkan kepada strategi kebijakan pembangunan yang tepat, yaitu strategi yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan penduduk. Karena untuk melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang terbatas sebagai konsekuensinya harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
7
Penelitian ini mencoba menggambarkan pola perubahan dan pertumbuhan sektoral dalam perekonomian, serta menentukan sektor-sektor unggulan sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan di Kabupaten Lebak. 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian , yaitu: 1. Bagaimana klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kecamatan Wanasalam ? 2. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kecamatan Wanasalam ? 3. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor unggulan perekonomian wilayah Kecamatan Wanasalam sebagai Kawasan Agropolitan ? 1.3
Tujuan Penelitian Dan permasalahan di atas, maka ditetapkan tujuan penelitian, yaitu:
1. Untuk mengetahui klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kecamatan Wanasalam. 2. Untuk mengetahui sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kecamatan Wanasalam. 3. Untuk mengetahui sektor unggulan perekonomian wilayah Kecamatan Wanasalam sebagai Kawasan Agropolitan. 1.4
Ruang Lingkup Uraian sektoral yang disajikan dalam penelitian ini mencakup ruang
lingkup dan definisi dari masing-masing sektor. Cara-cara perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam harga konstan yang terdiri atas 9 sektor perekonomian, yaitu: 1. Sektor pertanian 2. Sektor pertambangan dan penggalian 3. Sektor industri pengolahan 4. Sektor listrik dan air minum
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
8
5. Sektor bangunan dan konstruksi 6. Sektor perdagangan, hotel dan restoran 7. Sektor pengangkutan dan komunikasi 8. Sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, serta 9. Sektor jasa-jasa
1.5
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:
1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan ekonomi Kabupaten Lebak. 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang terkait dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan
ekonomi
merupakan
unsur
penting
dalam
proses
pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi adalah proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto nil atau pendapatan nasional nil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output nil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lam adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output nilai per orang. Suatu
perekonomian
dikatakan
mengalami
pertumbuhan
atau
perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya barn terjadi jika jumlah barang danjasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang tercipta di suatu wilayah. Todaro dalam Sirojuzilam (2008:16), mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Menurut
Adisasmita
(2008:13),
pembangunan
wilayah
(regional)
merupakan fungsi dan potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar
Universitas Indonesia 9 Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
10
wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan
(kewiraswastaan),
kelembagaan
daerah
dan
lingkungan
pembangunan secara luas. 2.2
Pertumbuhan Ekonomi Regional Teori pertumbuhan ekonomi wilayah menganalisis suatu wilayah sebagai
suatu sistem ekonomi terbuka yang berhubungan dengan wilayah-wilayah lain melalui arus perpindahan faktor-faktor produksi dan pertukaran komoditas. Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi pertumbuhan wilayah lain dalam bentuk permintaan sektor untuk wilayah lam yang akan mendorong pembangunan wilayah tersebut atau suatu pembangunan ekonomi dan wilayah lain akan mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta interrelasi. Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dan berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008:18). Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah peningkatan volume variabel ekonomi dan suatu sub sistem spasial suatu bangsa atau negara dan juga dapat diartikan sebagai peningkatan kemakmuran suatu wilayah. Pertumbuhan yang terjadi dapat ditinjau dan peningkatan produksi sejumlah komoditas yang diperoleh suatu wilayah. Menurut Glasson (1977:86) pertumbuhan regional dapat terjadi sebagai akibat dan penentu-penentu endogen ataupun eksogen, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam daerah yang bersangkutan ataupun faktor-faktor di luar daerah, atau kombinasi dan keduanya. Penentu endogen, meliputi distribusi faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, dan modal sedangkan penentu eksogen adalah tingkat permintaan dan daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin memngkat dalam era otonomi daerah. Halinicukup logis, karena dalam era otonomi daerah masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
11
daerahnya, guna meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi pemenintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya (Sjafrizal, 2008:86). Perubahan sistem pemerintahan menimbulkan perubahan yang cukup signifikan dalam pengelolaan pembangunan daerah. Pola pembangunan daerah dan sistem perencanaan yang selama ini cenderung seragam telah berubah menjadi lebih bervariasi tergantung pada potensi dan permasalahan pokok yang dihadapi di daerah. Penetapan kebijaksanaan yang sebelumnya hanya sebagai pendukung kebijaksanaan nasional telah mengalami perubahan sesuai dengan aspirasi yang berkembang di daerah. Kondisi ini juga memicu persaingan antara daerah
untuk
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
dan
kesejahteraan
masyarakatnya. Menurut
Richardson
(2001:35)
perbedaan
pokok
antara
analisis
pertumbuhan perekonomian nasional dan analisis pertumbuhan daerah adalah bahwa yang dititik beratkan dalam analisis tersebut belakangan adalah perpindahan faktor (factors movement). Kemungkinan masuk dan keluarnya arus perpindahan tenaga kerja dan modal menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi regional. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat apabila memiliki keuntungan absolute kaya akan sumber daya alam dan memiliki keuntungan komparatif apabila daerah tersebut lebih efisien dan daerah lam dalam melakukan kegiatan produksi dan perdagangan (Sirojuzilam, 2008:26). Pembangunan dengan pendekatan sektoral mengkaji pembangunan berdasarkan kegiatan usaha yang dikelompokkan menurut jemsnya ke dalam sektor dan sub sektor. Sektor-sektor tersebut adalah sektor pertanian, pertambangan, konstruksi (bangunan), perindustrian, perdagangan, perhubungan, keuangan dan perbankan, dan jasa. Pemerintah daerah harus mengetahui dan dapat menentukan penyebab, tingkat pertumbuhan dan stabilitas dan perekonomian wilayahnya. Identifikasi
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
12
sektor dan sub sektor yang dapat menunjukkan keunggulan komparatif daerah merupakan tugas utama pemerintah daerah.
2.3
Pendapatan Regional Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat
dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Untuk dapat mengukur seberapa jauh keberhasilan pembangunan, khususnya di bidang ekonomi salah satu alat yang dapat dipakai sebagai mdikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah adalah melalui penyajian angka-angka pendapatan regional. Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam suatu wilayah selama satu tahun (Sukirno, 1985:17). Sedangkan menurut Tarigan (2007:13), pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah analisis. Tingkat pendapatan regional dapat diukur dan total pendapatan wilayah ataupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pendapatan regional, diantaranya adalah : 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross alue added) yang timbul dan seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dan dan masing-masing sektor dan kemudian menjumlahkarinya akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB, yaitu: a. Pertanian. b. Pertambangan dan Penggalian. c. Industri Pengolahan.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
13
d. Listrik, Gas dan Air Bersih. e. Bangunan/Konstruksi. f. Perdagangan, Hotel dan Restoran. g. Pengangkutan dan Komunikasi. h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. i. Jasa-jasa. 2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar. PDRN dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan. Penyusutan yang dimaksud di sini adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lain-larnnya) karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi. Jika nilai susut barangbarang modal dan seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, hasilnya merupakan penyusutan keseluruhan. 3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor. Jika pajak tidak langsung netto dikeluarkan dan PDRN atas Dasar Harga Pasar, maka didapatkan Produk Regional Netto atas Dasar Biaya Faktor Produksi. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Perhitungan pendapatan regional metode langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan (Tanigan, 2007:24), yaitu: 1. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach). Pendekatan pengeluaran adalah penentuan pendapatan regional dengan menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dan barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu wilayah. Total penyediaan barang dan jasa dipergunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencani untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok dan eskpor netto (ekspor-impor). 2. Pendekatan Produksi (Production Approach). Perhitungan
pendapatan
regional
berdasarkan
pendekatan
produksi
dilakukan dengan cara menjumlahkan mlai produksi yang diciptakan oleh tiaptiap sektor produksi yang ada dalam perekonomian. Maka itu, untuk menghitung pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi, maka pertama-tama yang
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
14
harus dilakukan ialah menentukan nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor di atas. Pendapatan regional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang tercipta dan tiap-tiap sektor. 3. Pendekatan Penerimaan (income Approach). Dengan cara ini pendapatan regional dihitung dengan menjumlabkan pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barangbarang clan jasajasa. Jadi yang dijumlabkan adalah: upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung netto. 2.4
Perencanaan Pembangunan Wilayah Menurut Arsyad (1999:23), fungsi-fungsi perencanaan pembangunan
secara umum adalah : 1. Dengan pereneanaan, diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan. 2. Dengan perencanaan, dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-prospek pengembangan, hambatan, serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. 3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik. 4. Dengan perencanaan, dilakukan penyusunan skala prioritas dan segi pentingnya tujuan. 5. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan evaluasi. Perencanaan pembangunan regional merupakan suatu entitas ekonomi dengan unsur-unsur interaksi yang beragam. Aktivitas ekonomi wilayah diidentifikasi berdasarkan analisa ekonomi regional, yaitu dievaluasi secara komparatif dan kolektif terhadap kondisi dan kesempatan ekonomi skala wilayah. Nugroho dalam Sirojuzilam (2008:60) menyatakan bahwa pendekatan perencanaan regional dititikberatkan pada aspek lokasi di mana kegiatan dilakukan. Pemerintah daerah mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dengan instansiinstansi di pusat dalam meithat aspek ruang di suatu daerah. Artinya bahwa dengan adanya perbedaan pertumbuhan dan disparitas antar wilayah, maka pendekatan perencanaan parsial adalah sangat penting untuk diperhatikan. Dalam
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
15
perencanaan pembangunan daerah perlu diupayakan pilihan-pilihan alternatif pendekatan perencanaan, sehingga potensi sumber daya yang ada akan dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Kebijakan pembangunan wilayah merupakan keputusan atau tindakan oleh pejabat pemerintah berwenang atau pengambil keputusan publik guna mewujudkan suatu kondisi pembangunan. Sasaran akhir dati kebijakan pembangunan tersebut adalah untuk dapat mendorong dan menmgkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial secara menyeluruh sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. 2.5
Teori Basis Ekspor (Export Base Theory) Aktivitas perekonomian regional digolongkan dalam dua sektor kegiatan,
yaitu aktivitas basis dan non basis. Kegiatan basis merupakan kegiatan yang berorientasi ekspor (barang dan jasa) keluar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan, sedangkan kegiatan non basis merupakan kegiatan berorientasi lokal yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan masyarakat dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi path sektor basis akan memmbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005:28). Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis aclalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008:89). Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik Location Quotient (LQ), untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau sektor unggulan (leading sectors). Teknik analisis Location Quotient (LQ) dapat menggunakan variabel tenaga kerja atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah sebagai indikator pertumbuhan wilayah.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
16
Location Quotient merupakan rasio antara jumlah tenaga kerja path sektor tertentu atau PDRB terhadap total jumlah tenaga kerja sektor tertentu atau total nilai PDRB suatu daerah dibandingkan dengan rasio tenaga kerja dan sektor yang sama dengan daerah yang lebih tinggi (referensi). 2.6
Pengembangan Sektor Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Daerah Menurut Arsyad (1999:108) permasalahan pokok dalam pembangunan
daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dan daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja barn dan merangsang peningkatan ekonomi. Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dan hasil sumber daya alam dan sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak. Menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan terus. Dan untuk ini diperlukan faktor-faktor lain, diantaranya yang sangat penting adalah teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001:198). Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
17
terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tmggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut. Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam sejarab pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola saiju (snow ball effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder. Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh path pembahan mendasar dalam struktur ekonomi. Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik. Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat mi, di mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk penmgkatan kemakmuran masyarakat. Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dan efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fiingsi produksi barn bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas; (3) hams terjadi peningkatan investasi kembali dan hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya. Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output path sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
18
(provinsi/kabupaten/kota).
Dengan
bantuan
data
PDRB,
maka
dapat
ditentukannya sektor unggulan (leading sector) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah sam grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah. Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebth cepat dibandingkan sektor lainnya dai suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. 2.7 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan Agropolitan terdiri atas kata agro dan kata politan (polis). Agro berarti pertanian dan politan berarti kota, sehingga Agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Dengan demikian, yang dimaksud dengan Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Agribisnis merupakan suatu pendekatan pertanian yang memberikan pengertian tentang penanganan pertanian sebagai rangkaian kegiatan beberapa sub-sistem yang paling terkait dengan mempengaruhi satu sama lain. Sub-sistem tersebut adalah sub-sistem faktor input pertanian (input factor subsystem), subsistem produksi pertanian (production subsystem), subsistem pengolahan hasil pertanian (processing subsystem), sub-sistem pemasaran (marketing subsystem), dan sub-sistem kelembagaan penunjang (supporting institution subsystem). Kegiatan pertanian sendiri (budidaya) dikelompokan sebagai kegiatan usaha tani (on farm activities), sedangkan kegiatan pengadaan sarana produksi, industri
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
19
pengolahan, pemasaran dan jasa penunjang dikelompokan sebagai kegiatan luar usaha tani (off farm activities) (Saragih dan Krisnamurti, 1993). Secara umum keterkaitan antar sub-sistem agribisnis dikemukakan pada gambar II.1 berikut:
Institusi dan Jasa (Services)
Proses Produksi
Pengolahan Hasil
Sarana Produksi
Pemasaran
Gambar II.1 Keterkaitan Antar Komponen Kegiatan dalam Sistem Agribisnis
Keterkaitan antara sub-sistem kegiatan di atas sering disebut dengan keterkaitan vertikal yang menggambarkan keterkaitan antara jenis kegiatan agribisnis mulai dari pengadaan sarana produksi hingga pemasaran produk. Keterkaitan dalam agribisnis ini dapat pula dipandang dalam konteks yang lebih luas, yaitu keterkaitan antara sistem agribisnis komoditas. 2.7.1 Ciri-ciri Kawasan Agropolitan Suatu kawasan Agropolitan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian (agribisnis). 2. sebagian besar kegiatan di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian (agribisnis), termasuk di dalamnya usaha industri (pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk perdagangan untuk
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
20
kegiatan ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan. 3. hubungan antara kota dan daerah-daerah hinterland di Kawasan Agropolitan bersifat interdependensi/timbalbalik yang harmonis dan saling membutuhkan, dimana kawasan pertanian mengembangkan usaha budidaya (on farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm), sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan agribisnis penyedia sarana pertanian, modal, teknologi, informasi pengolahan hasil dan penampungan (pemasaran) hasil produksi pertanian. 4. kehidupan masyarakat di kawasan Agropolitan mirip dengan suasana kota karena keadaan sarana yang ada di kawasan Agropolitan tidak jauh berbeda dengan kota. 2.7.2 Persyaratan Kawasan Agropolitan Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan Agropolitan bila dapat memenuhi persyaratan berikut: 1. memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (selanjutnya disebut komoditi unggulan), serta berpotensi atau telah berkembang diversifikasi usaha dari komoditi unggulan. Pengembangan kawasan tersebut tidak saja kegiatan off farmnya; yaitu dimulai dari pengadaan sarana dan prasarana pertanian (seperti benih/bibit, pupuk, obat-obatan, alsintan), kegiatan pengolahan hasil pertanian (seperti membuat produk olahan, produk makanan ringan/kripik, pengalengan ikan, pengolahan minyak goreng, dan lain-lain) sampai dengan kegiatan pemasaran hasil pertanian (seperti bakulan, warung, jual beli hasil pertanian, pasar lelang, terminal/subterminal agribisnis, dan lainlain) dan juga kegiatan penunjangnya (seperti pasar hasil, agrowisata). 2. memiliki berbagai sarana dan prasarana agribisnis yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis yaitu: a. pasar, baik pasar untuk hasil-hasil pertanian, pasar sarana pertanian, alat dan mesin pertanian, maupun pasar jasa pelayanan
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
21
termasuk pasar lelang, gudang tempat penyimpanan dan prosesing hasil pertanian sebelum dipasarkan. b. Lembaga keuangan (perbankan dan non-perbankan) sebagai sumber modal kegiatan agribisnis. c. Memiliki kelembagaan petani (kelompok, koperasi, asosiasi) yang dinamis, terbuka pada inovasi baru, yang harus berfungsi pula sebagai sentra pembelajaran dan pengembangan agribisnis (SPPA). Kelembagaan petani disamping sebagai pusat pembelajaran (pelatihan), juga diharapkan kelembagaan petani yang lebih maju sehingga menjadi inti-plasma dalam usaha agribisnis untuk petanipetani yang ada disekitarnya. d. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang berfungsi sebagai klinik konsultasi agribisnis (KKA) yakni sebagai sumber informasi agribisnis yang lebih efisien dan menguntungkan. Dalam pengembangan kawasan Agropolitan ini, BPP perlu diarahkan menjadi balai penyuluhan bagi para penyuluh dan petugas terkait dengan pembangunan kawasan Agropolitan dan penyuluh swasta seperti kontak tani/petani maju, tokoh masyarakat dan lain-lain. e. Percobaan/pengkajian teknologi agribisnis untuk mengembangkan teknologi tepat guna yang cocok untuk daerah kawasan Agropolitan. f. Jaringan jalan yang memadai dan aksesibilitas dengan daerah lainnya serta sarana irigasi yang kesemuanya untuk mendukung usaha pertanian (agribisnis) yang efisien. 3. memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai, seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih, dan lain-lain. 4. memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial masyarakat yang memadai seperti sarana kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dan lain-lain. 5. kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa yang lebih terjamin.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
22
Secara skematis sistem Kawasan Agropolitan sebagai berikut:
Sarana dan prasarana agribisnis
Sarana dan prasarana umum
Sumberdaya pertanian dan komoditi
Sarana& prasarana kesejahteraa n sosial
Kelestarian Lingkungan
Gambar II.2 Skema Sistem Kawasan Agropolitan 2.7.3 Model Agribisnis di Kawasan Agropolitan Sebagaimana yang telah penulis jelaskan di atas, bahwa dalam kawasan Agropolitan terdapat suatu sistem bisnis pertanian mulai dari off farm, on farm sampai pada pengolahan produk pertanian dan pemasarannya. Secara umum model agribisnis yang bisa dikembangkan dalam suatu kawasan Agropolitan sebagai berikut: Budidaya Tangkap Unggulan : Pertanian Perkebunan Peternakan Perikanan
Hasil Komoditas Unggulan Produk Olahan ( industri )
Sub Terminal Agribisnis
Pasar International (Eksport)
Peternakan ( ternak unggul )
Bahan Organik ( kotoran )
Pasar Nasional : Lokal Super Market Region
Perikanan ( Pembenihan dan Pembesaran )
Gambar II.3 Skema Diagram Model Agribisnis
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
23
2.8 Penelitian Terdahulu Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pemah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Marhayanie tahun 2003, dengan judul Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota Medan. Hasil penelitian dengan menganalisis kontribusi per sektor, analisis linkage, analisis angka pengganda diperoleh bahwa sektor ekonomi yang potensial dalam perencanaan pembangunan Kota Medan adalah sektor industri pengolahan. Penelitian yang dilakukan oleh Supangkat tahun 2002, dengan judul penelitian Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dengan menggunakan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sebagai sektor prioritas bagi pemngkatan pembangunan di daerah Kabupaten Asahan, terutama sub sektor perkebunan, perikanan dan mdustri besar, serta sedang. Penelitian Tampubolon (2001), dengan judul
Pembangunan dan
Ketimpangan Wilayah Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatera Utara, menyimpulkan
bahwa
karakteristik
wilayah
mempengaruhi
ketimpangan
pendapatan antar wilayah. Potensi sektor-sektor wilayah mempengaruhi perubahan struktur ekonomi. Struktur ekonomi wilayah pantai barat menuju industri pengolahan basil pertanian dan struktur ekonomi wilayah pantai timur menuju industri pengolahan barang jadi. Penelitian Amir dan Riphat tahun 2005, dengan judul Analisis Sektor Unggulan untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur menggunakan Tabel Input-Output 1994 dan 2000. Berdasarkan analisis sektor unggulan menggunakan angka pengganda (output, pendapatan dan lapangan kerja) dan keterkaitan sektoral direkomendasikan untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri, pusat perdagangan, dan pusat pertanian.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
24
2.9
Kerangka Pemikiran Ketimpangan pembangunan ekonomi antara wilayah merupakan fenomena
umum yang terjadi dalam proses pembangunan ekonomi daerah. Perbedaan geografi clan potensi ekonomi wilayah merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan ini. Di samping itu, kurang lancamya arus barang dan faktor produksi antar wilayah turut pula memicu terjadinya ketimpangan pembangunan ekonomi daerah. Karena itu, upaya untuk mengurangi ketimpangan pembangunan ekonomi wilayah merupakan kebijaksanaan ekonomi daerah yang sangat penting dan strategis dalam mendorong proses pembangunan daerah. Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut, maka pembangunan daerah dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial dapat mendorong percepatan pembangunan daerah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kineija makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor. Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah. Berdasarkan data dan informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang : 1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang dikiasifikasikan atas sektor maju dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang,
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
25
sektor relatif tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan. Berdasarkan kiasifikasi ini dapat dijadikan dasar bagi penentuan kebijakan pembangunan atas posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian daerah yang menjadi referensi. 2. Sektor Basis dan Non basis Kegiatan
ekonomi
wilayah
berdasarkan
teori
ekonomi
basis
diclasifikasikan ke dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dan tahun ke tahun. Pertumbuhan beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan, sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensi dan pembangunan daerah. Barang dan jasa dan sektor basis yang di ekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan investasi. Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis. 3. Perubahan dan Pergeseran Sektor Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor path perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja sektorsektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi. Apabila penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya. Pembangunan
yang
dilaksanakan
diharapkan
berimplikasi
path
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target sektoral,
keberhasilannya
dapat
dilihat
dan
kontribusi
sektor
terhadap
pembentukan PDRB dan tahun ke tahun. Pertumbuhan positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan apabila negatif berarti terjadinya penurunan
dalam
kegiatan
perekonomian.
Pertumbuhan
perekonomian
mengakibatkan terjadinya perubahan perkembangan pembangunan suatu daerah. Perencanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
26
beberapa sektor ekonomi yang berkembang lebih cepat dan pada sektor-sektor lain. Dengan demikian, sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dan sektor lain akan menjadi suatu sektor unggulan. Sektor unggulan yang dimiliki suatu daerah akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena akan memberikan keuntungan kompetitif atau komparatif yang selanjutnya akan mendorong pengembangan ekspor barang maupun jasa. Kebijakan strategi pembangunan hams diarahkan kepada kebijakan yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Sektor unggulan yang diperoleh melalui analisis dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di masa mendatang. Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan dalam Gambar II.4
Perekonomian Wilayah
Produk Domistik Regional Bruto (PDRB)
Klasifikasi Pertumbuhan Sektor
Sektor Basis dan Non Basis
Perubahan dan Pergeseran Sektor
Penentuan Sektor Unggulan
Pembangunan Daerah
Gambar II.4. Skema Kerangka Pemikiran
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
BAB 3 GAMBARAN UMUM DAN DESKRIPSI LOKASI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
3.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 3.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak terletak antara 6º18’-7º00’ Lintang Selatan dan 105º25’106º30’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha (3.044,72 Km²) yang terdiri dari 28 Kecamatan dengan 340 desa dan 5 kelurahan. Kabupaten Lebak memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut : Sebelah Utara
:
Kabupaten Serang dan Tangerang
Sebelah Selatan
:
Samudera Indonesia
Sebelah Barat
:
Kabupaten Pandeglang
Sebelah Timur
:
Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi
Kecamatan paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Cibeber dan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Kalanganyar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Lebak No.
Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
No.
Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
1
Malingping
9.490,51
15
Cipanas
6.014,75
2
Wanasalam
10.445,84
16
Sajira
9.649,82
3
Panggarangan
16.378,05
17
Cimarga
17.289,26
4
Bayah
13.236,86
18
Cikulur
5.700,50
5
Cilograng
8.870,33
19
Warunggunung
4.366,72
6
Cibeber
36.967,24
20
Cibadak
3.349,13
7
Cijaku
10.560,42
21
Rangkasbitung
6.795,61
8
Banjarsari
13.587,65
22
Maja
7.256,44
9
Cileles
15.264,36
23
Curugbitung
8.540,63
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi27 Pahlevi, FE UI, 2011
51
28
(Sambungan Tabel 3.1) 10 Gunungkencana
12.742,46
24
Cihara
11.452,12
11 Bojongmanik
8.908,45
25
Cigemblong
14.123,46
12 Leuwidamar
12.944,49
26
Cirinten
11.232,71
13 Muncang
8.038,72
27
Lebakgedong
8.446,20
14 Sobang
10.257,55
28
Kalanganyar
2.579,71
Sumber: RPJMD Kab. Lebak 2009-2014
3.1.2 Wilayah Administrasi Secara administrasi Kabupaten Lebak terbagi atas 28 Kecamatan, 5 Kelurahan dan 340 Desa. Dimana pada akhir Tahun 2004 terdapat 190 Desa Tertinggal dan pada akhir Tahun 2009 terdapat 126 Desa Tertinggal. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini.
Gambar III.1 Peta Administrasi Kabupaten Lebak
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
29
3.1.3 Topografis Kabupaten Lebak secara topografi memiliki 3 (tiga) karakteristik ketinggian dari permukaan laut, yaitu: 1.
0 – 200 Meter, untuk wilayah sepanjang Pantai Selatan.
2.
201 – 500 Meter, untuk wilayah Lebak Tengah.
3.
501 – 1000 Meter, untuk wilayah Lebak Timur dengan puncaknya yaitu Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.
4. 3.1.4 Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Lebak pada akhir tahun 2010 tercatat sejumlah 1.203.680 jiwa, dimana berdasarkan data Tahun 2008 terdapat Keluarga Miskin sebanyak 171,109 Kk atau sekitar 52,75 persen yang tersebar di 28 Kecamatan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Lebak mencapai 157 jiwa km2 dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 1,75 % per tahun. Berikut sebaran Kk Miskin di Kabupaten Lebak yang divisualisasikan melalui Gambar III.2 :
47,2 6 39,5 0
61,1 53,6 8 7 60,7 55,3 46,8 4 9 9 61,8 69,4 57,4 5 4 34,8 6 8 79,5 60,6 59,0 0 7 52,5 6 44,2 2 65,6 0
24,7 9
79,8 3 58,2 6
6
48,2 8
43,7 1 36,0 1
45,0 4
Gambar III.2 Sebaran KK Miskin di Kabupaten Lebak (dalam persen)
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
30
Persentase Kepala Keluarga Miskin rata-rata di atas 60 persen, terkonsentrasi di beberapa kecamatan di Wilayah Temgah Kabupaten Lebak, seperti Kecamatan Leuwidamar, Kecamatan Sobang, dan Kecamatan Muncang. Hal ini disebabkan karena Wilayah ini memiliki kondisi topografi yang berbukitbukit dan merupakan kawasan hutan yang memiliki keterbatasan akses jalan, informasi, telekomunikasi dan merupakan kawasan tidak strategis.
3.1.5 Penataan Ruang Kabupaten Lebak ZONA INDUSTRI Citeras, 2000 Ha
ZONA PERUMAHAN KOTA KEKERABATAN MAJA
DAM KARIAN
KAWASAN CAGAR BUDAYA BADUY
TAMAN NASIONAL (TNGHS)
KAWASAN AGROPOLITAN
KAWASAN INDUSTRI SEMEN BORAL
Gambar III.3 Penataan Ruang Kabupaten Lebak
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
31
Berdasarkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (PJMD) Kabupaten Lebak 2009-2014, terdapat 7 wilayah potensial yang kemudian nantinya akan menjadi wilayah pengembangan: 1. Zona Industri Citeras 2. Zona Perumahan Kota Kekerabatan Maja 3. Waduk Karian 4. Kawasan Cagar Budaya Suku Baduy 5. Taman Nasional Halimun Gunung Salak (TNHGS) 6. Kawasan Agropolitan Wanasalam 7. Kawasan Industri Semen BORAL
3.2 Deskripsi Lokasi Pengembangan Kawasan Agropolitan 3.2.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Wilayah kecamatan Wanasalam secara administrasi terbagi atas 12 desa, terdiri atas desa swasembada 1 buah dan swakarsa 11 buah. Terbagi kedalam 63 RW dan 158 RT. Jarak dari Ibu Kota kecamatan ke Ibukota Kabupaten 120 km yang dihubungkan oleh jalan Negara, jalan provinsi dan kabupaten. Secara administrasi wilayah kecamatan Wanasalam dibatasi : Sebelah utara
: berbatasan dengan Kecamatan Banjarsari
Sebelah Timur
: berbatasan dengan Kecamatan Malingping
Sebelah Selatan
: berbatasan dengan Samudera Indonesia
Sebelah Barat
: berbatasan
dengan
Kecamatan
Cikeusik
–
Kabupaten Pandeglang Luas Kecamatan Wanasalam berdasarkan data pokok Kecamatan tahun 2003/2004 adalah 12.922 ha yang terbagi atas 12 desa, yaitu desa Wanasalam (1.106 Ha), Muara (1.185 Ha), Cipedang (876 Ha), Sukatani (1.277 Ha), Cisarap (1.104 Ha), Bejod (1.221 Ha), Parungpanjang (1.112 Ha), Parungsari (1.113 Ha), Ketapang (683 Ha), Cilangkap (1.492 ha) Cipeucang (906 ha) dan Cikeusik (857 Ha). 3.2.2 Bentuk Wilayah Bentuk fisiografi Kecamatan Wanasalam mempunyai bentang lahan berada pada kelas lereng datar sampai berbukit, dengan kemiringan tanah 0 –
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
32
15%, dengan ketinggian tempat 0 – 200 m dpl., dimana 98% (12766,8 ha) merupakan dataran rendah (<100 m dpl) meliputi dataran 80,53% (10406,1 ha) dan pantai 18,27% (2360.7 ha). Sedangkan datran tinggi >100 m dpl hanya 1,2% (158,6 ha) yang terdapat di Desa Cisarap, Bejod dan Cikeusik. 3.2.3 Kondisi Tanah Jenis tanah yang terdapat pada Kecamatan Wanasalam yaitu Podsolik, Latool, Aluvial dan Regosol yang mempunyai pH – 7,5 secara umum mempunyai tingkat kesuburan mulai tidak subur sampai agak subur dengan tingkat kepekaan terhadap erosi tidak peka sampai sangat peka. Untuk pengembangan lebih lanjut perlu dilakukan pengkajian tentang status dan tingkat kesuburan serta kelas kesesuaian lahan yang lebih detail lagi untuk setiap desa, sehingga dapat dipilih teknologi yang tepat guna untuk meningkatkan produktivitasnya. 3.2.4 Iklim Kecamatan Wanasalam terletak di wilayah iklim tropis, menurut klasifikasi Koppen termasuk beriklim Af. Keadaan curah hujannya menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson termasuk pada iklim basah yaitu tipe A dan B. jumlah curah hujan rata-rata pertahun berkisar antara 2000-3000 mm dengan jumlah hari hujan 122 – 130 hari hujan per tahun. 3.2.5 Bencana Geologi Bencana yang perlu mendapat perhatian adalah bencana letusan gunung api, gempa bumi, dan bencana longsor, akibat berkembangnya kegiatan pertanian yang tidak berwawasankonservasi (dalam arti luas). Berdasarkan kondisi geologi (litologi, stratigrafi dan struktur geologi), bentuk medan (sudut lereng dan bentuk muka tanah), curah hujan, tata guna lahan dan kondisi kegempaan, Kecamatan Wanasalam termasuk kedalam zona kerentanan gerakan tanah menengah rendah. Pusat gempa dangkal yang terdekat yang pernah terjadi adalah disekitar Selat Sunda dengan magnitude 6 – 6,9 dan 7 – 7,9 dengan kedalam pusat gempa antara 0 – 65 km.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
33
3.2.6 Struktur dan Pemanfaatan Ruang/Penggunaan Lahan Pemanfaatan
ruang/penggunaan
lahan
di
Kecamatan
Wanasalam
didominasi oleh Kawasan Budidaya dataran rendah (pertanian lahan basah, pertanian lahan kering), dan kawasan Non-Budidaya (pemukiman, kawasan pariwisata, pengembangan pelabuhan laut, dan fasilitas umum). Pengembangan lahan sebagai kawasan budidaya lahan basah terdapat hamper disemua desa yang ada di Kecamatan Wanasalam 11.135 ha. Untuk kawasan pemukiman dan fasilitas lainnya di Kecamatan Wanasalam tersebar di 12 desa, sedangkan untuk kawasan pariwisata penyebaran terbesar adalah di Desa Wanasalam, Muara, dan Sukatani. Khusus kawasan pengembangan pelabuhan laut berada di desa Muara. 3.2.7 Sumber Air, Sarana, dan Prasarana Irigasi Sumber air yang digunakan diwilayah pengamatan, untuk memnuhi baik kebutuhan rumah tangga maupun kegiatan usaha termasuk usaha pertanian berasal dari mata air, sumur gali, bending dan sungai, serta curah hujan.
3.3 Kependudukan 3.3.1 Kondisi Kependudukan di Kecamatan Wanasalam Kecamatan
Wanasalam
merupakan
pemekaran
dari
Kecamatan
Malingping pada Tahun 2003, jumlah penduduk baru tercatat pada Tahun 2003 sebesar 44,157 jiwa denganjumlah penduduk terbesar terdapat di Desa Muara dan Wanasalam dengan kepadatan penduduk 6 jiwa/ha untuk Desa Muara dan 5 jiwa/ha untuk Desa Wanasalam. Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk di Kecamatan Wanasalam Tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Wanasalam Tahun 2003
No 1. 2. 3.
Nama Desa Wanasalam Muara Cipedang
Luas Wilayah (Ha) 1.106 1.185 876
Jumlah Penduduk Jumlah Kepadatan Pria 3.309 3.149 1.785
Wanita 2.351 3.479 1.794
Jiwa 5.660 6.628 3.579
Jiwa/Ha 5 6 4
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
34
(Sambungan Tabel 3.2) 4. Sukatani 1.277 1.711 1.902 3.613 3 5. Cisarap 1.104 1.407 1.441 2.848 2 6. Bejod 1.221 2.325 2.330 4.655 3 7. Parungsari 1.112 1.990 1.101 3.091 3 8. Parungpanjang 1.113 1.646 1.621 3.267 3 9. Ketapang 683 1.326 1.382 2.708 4 10. Cilangkap 1.492 1.326 1.824 3.632 2 11. Cipeucang 906 1.107 1.108 2.215 2 12. Cikeusik 857 1.128 1.133 2.261 3 Jumlah 12.982 22.691 21.466 44.157 Sumber : Data Pokok Kecamatan Pembangunan Kab.Lebak, Tahun 2004 Angka laju pertambahan penduduk rata-rata di wilayah pengamatan sebesar 1,87% per tahun (sama dengan Kecamatan Malingping). Laju pertambahan penduduk di Kecamatan Wanasalam ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hinterland. 3.3.2 Kepadatan Luas wilayah Kecamatan Wanasalam tahun 2003 tercatat 12.982 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 44.157 jiwa sehinga rata-rata kepadatan penduduknya 3 jiwa/ha. Kepadatan penduduk Kecamatan Wanasalam ternyata lebih rendah dibandingkan dengan kepadatan rata-rata hinterland-nya, kecuali jika dibandingkan dengan Kecamatan Panggarangan (2 jiwa/ha) dan Gunungkencana (2 jiwa/ha). 3.4 Ekonomi Kegiatan ekonomi Kecamatan Wanasalam didominasi oleh sector pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan). Kegiatann pertanian tanaman pangan yang mendominasi kegiatan petani di Kecamatan Wanasalam adalah tanaman padi, produksi tanaman padi di kecamatan wanasalam dapat dilihat pada table 3.3 berikut :
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
35
Tabel 3.3 Jumlah Produksi Padi (Ton) Tahun 2003 di Kecamatan Wanasalam No
Nama Desa
1.
Wanasalam
Produksi Padi (ton) Padi Sawah Padi Ladang 6.589,3
2.
Muara
300,9
3.
Cipedang
7.350,9
4.
Sukatani
4.211,3
5.
Cisarap
6.758,8
6.
Bejod
3.994,3
7.
Parungsari
1.010,0
68,0
8.
Parungpanjang
2.679,1
820,0
9.
Ketapang
779,2
82,1
10. Cilangkap
141,3
875,2
11. Cipeucang
2.671,9
12. Cikeusik
4.671,7
Jumlah
41.158,7
Keterangan Rata-rata Produksi Ton/Ha
4,8
1.845,3
Sumber : Data Pokok Kecamatan Pembangunan Kab.Lebak, Tahun 2004 Produksi padi sawah di Kecamatan Wanasalam sebesar 41.158,7 ton dan padi lading 1.845,3 ton pada tahun 2003 berarti Kecamatan Wanasalam merupakan salahsatu lumbung padi di Kabupaten Lebak. Produksi padi sawah yang terbesar yaitu di Desa Cipedang, Cisarap, Wanasalam dan Cikeusik, sedangkan produksi padi lading yang terbesar di Desa Cilangkap dan Parungpanjang. Potensi lain selain tanaman padi adalah tanaman palawija dan sayur-sayuran seperti kacang tanah, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar, kacang panjang, ketimun, cabe dan terung, berikut disajikan data produksi palawija di Kecamatan Wanasalam (Tabel 3.4).
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
36
Tabel 3.4 Jumlah Produksi Palawija (ton) Tahun 2003 di Kecamatan Wanasalam
No
Nama Desa
Jagung
Ketela Rambat
Ketela Pohon
Kacang Tanah
1. Wanasalam 51,3 152 145 31,1 2. Muara 42,9 28 44 17,1 3. Cipedang 11,8 41 87 6,2 4. Sukatani 59,9 174 23 36,3 5. Cisarap 6,8 26 64 6,2 6. Bejod 8,7 48 105 3,4 7. Parungsari 8,8 24 124 3,5 8. Parungpanjang 13,8 42 138 6,1 9. Ketapang 17,5 46 77 3,2 10. Cilangkap 34,3 26 154 3,6 11. Cipeucang 6,9 18 41 4,5 12. Cikeusik 3,6 40 41 8,2 Jumlah 266,3 665 1,043 129,4 Sumber : Data Pokok Kecamatan Pembangunan Kabupaten Lebak, Tahun 2004 Jumlah produksi palawija (Tabel 3.4) adalah ketela pohon sebesar 1.043 ton dan ketela rambat sebesar 665 ton yang penyebarannya di setiap desa hampir merata terkecuali di desa Sukatani dan Wanasalam produksi ketela pohon cukup tinggi, dan begitu juga dengan produksi palawija yang relative menyebar produksinya untuk setiap desa. Produksi palawija sebenarnya hanya digunakan untu konsumsi tambahan jarang sekali dijual karena harganya relative murah, jika ada pasar yang potensial kemungkinan besar petani yang menanam palawija akan lebih besar. Tabel 3.5 Jumlah Produksi Perkebunan (Ton) Tahun 2003 Kecamatan Wanasalam No Nama Desa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Wanasalam Muara Cipedang Sukatani Cisarap Bejod Parungsari Parungpanjang Ketapang
Kopi
0,77 0,78 0,78
Karet
Kelapa 9.010 27.505 122 1887 8 3.086 100 12 6
Sawit
Cengkeh Aren
1,20 1,35
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
37
(Sambungan Tabel 3.5) 10. Cilangkap 2,02 0,7 0,4 72,0 90.100 11. Cipeucang 0,41 15 12. Cikeusik 175 Jumlah 4,76 0,7 130.326 2,55 0,4 72,0 Sumber : Data Pokok Kecamatan Pembangunan Kabupaten Lebak, Tahun 2004 Sementara itu tanaman perkebunan (tabel 3.5) yang mendominasi kegiatan pertanian di Wanasalam adalah tanaman kelapa dengan hasil produksi selama Tahun 2003 sebanyak 130.326 ton, dengan produksi tertinggi terdapat di Desa Cilangkap sebesar 90.100 ton dan Desa Muara sebesar 27.505 ton. Tanaman lainnya yang potensial adalah aren dengan hasil produksi mencapai rata-rata 72 ton per tahun terdapat di Desa Cilangkap. Sedangkan hasil ternak di Kecamatan Wanasalam juga hampir sama kondisinya dengan kecamatan-kecamatan lainnya, jenis binatang ternak yang dipelihara sama dan penyebarannya tiap desa tidak terlalu berbeda kecuali di Desa Cipedang yang memiliki jenis sapi potong dimana di Desa lainya tidak ada. erikut ini (Tabel 3.6) adalah rekapitulasi hasil ternak berbagai jenis ternak yang ada di Kecamatan Wanasalam. Tabel 3.6 Jumlah Populasi Ternak Kecamatan Wanasalam Tahun 2003 Kambing/ Ayam Ras/Buras Domba 1. Wanasalam 153 336 12.150 2. Muara 76 428 4.250 3. Cipedang 128 50 233 1.500 4. Sukatani 95 132 2.620 5. Cisarap 47 258 3.390 6. Bejod 67 716 2.263 7. Parungsari 127 51 112 8. Parungpanjang 167 590 7.282 9. Ketapang 105 385 10. Cilangkap 55 166 2.292 11. Cipeucang 93 421 4.335 12. Cikeusik 15 154 235 Jumlah 128 945 40.814 Sumber : Data Pokok Kecamatan Pembangunan Kabupaten Lebak, Tahun 2004 No Nama Desa
Sapi Sapi Perah Kerbau
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
38
Satu potensi yang luar biasa dari Kecamatan Wanasalam dibandingkan dengan Kecamatan Hinterland-nya adalah Budidaya ikan air tawar (aquafish) dan budidaya tangkap. Lokasi yang strategis dengan tempat sandar perahu di Muara Binuangeun dan terdpat di Pulau Tinjil sebagai penahan ombak samudera Indonesia dan terdpat sungai Cibinuangeun, dapat memudahkan perahu nelayan keluar masuk laut. Potensi ikan laut di Samudera Indonesia cukup potensial ditambah lagi dengan adanya Taman Nasional Ujungkulon sebagai tempat berkembang biak ikan secara alami, sehingga kesinambungan dan penangkapan akan terus berlanjut. Tabel 3.7 Jumlah Produksi Ikan (Ton) Tahun 2003 di Kecamatan Wanasalam Ikan Ikan Tawar Jumlah Laut 1. Wanasalam 15,57 15,57 2. Muara 8,25 3.933,25 3.925 3. Cipedang 2,30 2,30 4. Sukatani 12,20 12,20 5. Cisarap 0,82 0,82 6. Bejod 1,20 1,20 7. Parungsari 1,50 1,50 8. Parungpanjang 2,60 2,60 9. Ketapang 6,20 6,20 10. Cilangkap 3,55 3,55 11. Cipeucang 4,20 4,20 12. Cikeusik 1,75 1,75 59,74 Jumlah 3.925 3.984,74 Sumber : Data Pokok Kecamatan Pembangunan Kabupaten Lebak, Tahun 2004 No
Nama Desa
3.5 Prasarana Dasar 3.5.1 Air Bersih Berdasarkan hasil survai pendahuuan bahwa persoalan penyediaan air bersih di Kecamatan Wanasalam termasuk relative mudah karena terdapat sungai Cibinuangeun dan terdapat Bendung Cikoncang yang luasnya 2.252 Ha, hanya saja infrastruktur dalam mengalirkan air dari sumber air tersebut belum terbangun dalam rangka mendapatkan air bersih. Kedalaman air sumur tercatat bervariasi
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
39
antara 5 – 20 m dimana masyarakat pada saat ini menggunakan sumur pompa atau sumur gali untuk mengambil air. 3.5.2 Sampah Untuk pengelolaan sampah, masyarakat mengelolanya dengan cara dibakar, ditimbun, dibuang ke lahan terbuka. Jenis sampah yang ada secara umum merupakan sampah organic kecuali sampah yang berasal dari Pasar Muara banyak mengandung sampah non-organik. 3.5.3 Limbah Limbah yang ada merupakan limbah rumah tangga. Pengelolaan limbah dilakukan dengan mengalirkannya ke septic tank atau aliran saluran air. Untuk MCK yang ada di setiap rumah, sebagian besar sudah berada di dalam rumah walaupun terdapat pula MC K-nya di luar rumah. Di beberapa Desa masih ada rumah penduduk yang belum meiliki MCK, sehingga penduduk tersebut memanfaatkan MCK umum yang ada. 3.5.4 Drainase Saluran drainase yang ada di kawasan permukiman atau perkampungan yang ada di saat ini berupa saluran drainase alami, saluran pinggir jalan dan sebagian lagi sungai atau kali. Dengan morfologi lahan bergelombang hingga landai karena berbatasan dengan lautan, maka wilayah Kecamatan Wanasalam merupakan kawasan banjir terutama pada saat musim penghujan luasan banjir bisa mencapai 2.000 ha. Saluran drainase utama yang ada saat ini adalah Sungai Cibinuangeun dan persoalan banjir merupakan persoalan yang harus segera dicarikan solusinya. 3.5.5 Listrik Jaringan listrik di Wilayah Kecamatan Wanasalam merupakan bagian dari system jaringan listrik Malingping, dimana jaringan tegangan tinggi dan gardu induknya ada di wilayah Malingping. Jumlah pelanggan listrik sampai Tahun 2003 tercatat 1.813 sambungan.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
40
Dari hasil survai pendahuluan, diketahui masih ada masyarakat yang belum memasang atau memanfaatkan tenaga listrik untuk penerangan atau kegiatan lainnya, seperti ada di Desa Parungpanjanag dan Parungsari. 3.5.6 Telepon Untuk
jaringan
telekomunikasi,
wilayah
Kecamatan
Wanasalam
merupakan bagian dari daerah pelayanan STO Malingping. Dari hasil survai pendahuluan menunjukkan bahwa masih banyak penduduk yang belum memanfaatkan jaringan telekomunikasi ini, seperti di Parungpanjang, Parungsari, Cipedang, Cisarap dan Bejod. Sambungan telepon hanya berada di Desa Muara dan Wanasalam.
3.6 Fasilitas Sosial Ekonomi Kawasan Agropolitan 3.6.1 Jumlah Keluarga Sejahtera Ukuran kesejahteraan keluarga dibagi menjadi lima tahap, yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III dan keluarga sejahtera III plus. Di Kecamatan Wanasalam terdapat 3.468 keluarga yang tergolong pada tahap pra sejahtera, 3.220 keluarga sejahtera I, sebanyak 3.161 keluarga sejahtera II, dan 1.223 keluarga sejahtera III serta 360 keluarga sejahtera III plus. Berdasarkan data tersebut sebagian besar keluarga yang ada di Kecamatan Wanasalam tergolong pada keluarga pra sejahtera yaitu 30%. Sedangkan keluarga yang tergolong KS 3 dan KS 3+ hanya sebesar 14%, berarti di Kecamatan wanasalam masih banyak keluarga miskin. 3.6.2 Fasilitas Perusahaan Perdagangan Nasional Fasilitas Perusahaan Perdagangan Nasional terdaftar menurut golongan usaha yang ada di Kecamatan Wanasalam pada Tahun 2003 terdiri dari 5 buah perdaganagan menengah dan 8 buah perdagangan kecil. Di Kecamatan Wanasalam terdapat pasar regional sebanyak satu buah dan pasar local sebanyak satu buah.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
41
3.6.3 Koperasi Jumlah KUD pada Tahun 2001 ada 7 buah dan non-KUD ada 4 buah dengan jumlah anggota 300 orang. Kondisi sekarang koperasi tersebut kurang aktif lagi, terutama setelah adanya kredit KUT yang macet.
3.7 Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Wanasalam Berdasarkan Master Plan pengembangan kawasan agropolitan Kabupaten Lebak, diperlukan strategi umum yang bisa dilakukan oleh para pelaku agropolitan (pemerintah, swasta dan petani) dan juga stakeholder lainnya. Secara umum strategi yang bisa dijalankan dalam pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak, sebagai berikut :
Pembangunan sistem dan usaha agrobisnis berorientasi pada kekutan pasar (market driven), yang dapat menembus batas kawasan agropolitan, bahkan kabupaten/kota, provinsi dan negara, mencapai pasar global melalui persaingan ketat. Pengembangan dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat agar mampu mengembangkan usaha komoditi unggulan berdasarkan kesesuaian kemampuan lahan dan kondisi sosial budaya daerah.
Pemberdayaan masyarakat/petani tidak saja diarahkan pada upaya peningkatan produksi dan produktivitas komoditi pertanian tapi juga pada pengembangan usaha dengan sistem agribisnis lainnya yang mendukung usaha agribisnis hilir (pemasaran, pengolahan hasil, sortasi dan grading) serta industri jasa dan pelayanan.
Pengembangan sarana dan prasarana publik yang berwawasan lingkungan yang diperlukan seperti jaringan jalan, irigasi, transportasi, telekomunikasi, pasar, gudang dan kegiatan-kegiatan untuk memperlancar pengangkutan hasil pertanian ke pasar dengan efisien dengan risiko keuangan yang seminimal mungkin.
Reformasi regulasi yang berhubungan dengan penciptaan iklim kondusif bagi pengembangan usaha, pengembangan ekonomi daerah dan wilayah seperti dalam hal perizinan, bea masuk, peraturan dari pemerintah pusat,
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
42
provinsi dan kabupaten/kota yang harus saling mendukung dan konsisten, serta menghilangkan regulasi yang saling menghambat. Lebih jelasnya lagi seperti yang diperlihatkan pada gambar beriku mengenai sistem strategi pengembangan Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam : Pengembangan Usaha dan Sistem Agribisnis
Pemberdayaan Masyarakat/ Petani
Kawasan Agropolitan Kec. Wanasalam
Pembangunan Prasarana - Sarana Publik Reformasi Regulasi
Gambar III.4 Sistem Strategi Pengembangatan Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam
3.7.1 Isu Pokok Adanya ketidak sesuaian antara tuntutan dan dukungan sumber daya yang ada terhadap perwujudan sebuah kawasan agropolitan di Kecamatan Wanasalam, maka menimbulkan beberapa permasalahan, yaitu :
Daya dukung prasarana dan sarana yang dibutuhkan untuk pengembangan dan
mendukung
pengembangan
kawasan
agropolitan
Kecamatan
Wanasalam masih sangat minim sehingga aspek keberadaan prasarana dan sarana menjadi salah satu isu penting di Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam.
Komoditas unggulan yang ada tidak memiliki keunggulan yang luas atau hanya untuk skala lokal sehingga nilai kompetitipnya juga rendah. Hal ini menyebabkan
pengembangan
Kawasan
Agropolitan
Kecamatan
Wanasalam akan semakin berat dan perlu program tindak yang lebih baik.
Sumber daya manusia pertanian yang di Kecamatan Wanasalam dinilai masih kurang memadai, terutama untuk pengembangan komoditas pertanian yang membutuhkan teknologi lebih tinggi. Selain itu kualitas
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
43
SDM dalam arti kelengkapan prasarana dan sarana pemukiman serta pendidikan yang rendah akan menjadi kendala jika tidak diambil tindakan perubahan yang lebih cepat.
Sumber daya air dan banjir, dimana keadaan alam ini dapat diatasi dengan suatu program yang terpadu dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan teknologi yang tersedia.
3.7.2 Skenario Pengembangan Untuk mencapai tujuan sebagaimana di isyaratkan dalam kebijakan pengembangan Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam maka dibutuhkan suatu skenario pengembangan yang mengacu pada kondisi eksisting, kebijakan yang ada dan tren perkembangan yang diperkirakan akan terjadi. Skenario pembangunan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Wanasalam harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas. Sebagaimana hasil analisis pada Masterplan Agropolitan Provinsi Banten Tahun 2003, menunjukan bahwa kawasan Kecamatan Wanasalam dan sekitarnya jika dilihat dari indikator Kawasan Agropolitan berada pada Tahap Pra Kawasan Agropolitan II. Hal ini berarti selangkah lagi menuju Tahap Kawasan Agropolitan. Untuk mencapai tahap kawasan agropolitan, seluruh indicator yang dipersyaratkan perlu dipenuhi. Berikut ini adalah indikator-indikator kawasankawasan agropolitan : 1. Terdapat komoditi unggulan 2. Terdapat kelembagaan pasar 3. Terdapat kelembagaan petani 4. Terdapat kelembagaan BPP 5. Tersedia sarana dan prasarana Jika dilihat dari indikator-indikator di atas, nampak bahwa semua indikator tersebut belum terpenuhi secara baik. Selain indikator di atas, indikator lain yang perlu diperhatikan adalah tersedianya Rencana Teknis Ruang (RTR) yang khusus untuk kawasan agropolitan Wanasalam. RTR ini diperlukan untuk mengantisipasi issue-issue yang telah dijelaskan di atas terutama yang berkaitan dengan arahan/pedoman pembangunan dari kepastian hukum pembangunan.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
44
Berikut ini adalah skenario pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Wanasalam dan sekitarnya :
Tahap I : Peningkatan Produktivitas dan Sistem Usaha Pertanian
Tahap II : Perwujudan Fisik Kawasan Agropolitan
Tahap III : Perwujudan Fungsi Kawasan Agropolitan Secara Menyeluruh
Penyiapan Lahan, Penyediaan Sarana dan Prasarana utama, Penguatan SDM dan Penguatan Kelembagaan Petani, Pengembangan Komoditas Unggulan
Pembangunan Sarana dan Prasarana Pertanian dan Umum, Penguatan Petani, Pengembangan Sistem dan Skala Usaha Lokal, Penguatan Kemampuan Kompetitif Produk, Pemberian Nilai Tambah Produk
Pengembangan Sistem Usaha Tani, Kemitraan yang kuat, Pengembangan Produk dan Sekitarnya, Penyediaan Saran dan Prasarana Pertanian dan Umum yang lebih Memadai, Percepatan Wilayah, Peningkatan Kesejahteraan Petani, Pengembangan Pasar yang Luas
Tahun 2006 - 2007
Tahun 2008 - 2010
Tahun 2011 - 2015
Gambar III.5 Skenario Pengembangan Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam Mengacu pada Skenario Pengembangan Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam, maka rekomendasi terhadap arah kebijakan dalam rencana pengembangan di arahkan sebagai berikut : 1. Tahap awal yaitu untuk 2 tahun pertama (Tahun 2006 - 2007): Target : Peningkatan produksi pertanian
Adanya kebijakan dan jaminan kepastian secara hukum/legal berkaitan dengan penetapan kawasan agropolitan di Kecamatan Wanasalam dari Pemerintah Kabupaten Lebak.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
45
Pengembangan
sumber
daya
manusia
khususnya
stakeholders
agribisnis di Kecamatan Wanasalam melalui pelatihan, pembinaan, pemberdayaan dan lain-lain.
Identifikasi potensi sumber daya alam yang baik yang menyangkut area produksi seperti tanah/lahan maupun sumber daya air.
Peningkatan produksi pertanian melalui perluasan area tanam, diversifikasi tanaman, input teknologi dan dukungan saprodi pertanian.
Penyiapan dan pembentukan system pasar melalui penentuan pasar potensial, besaran permintaan pasar, system koleksi dan distribusi serta hal lainnya.
2. Tahap kedua yaitu untuk 3 tahun berikutnya (Tahun 2008 – 2010) Target : Perwujudan fisik kawasan agropolitan
Pembangunan prasarana dan sarana produksi pertanian dan lingkungan seperti pergudangan, sub terminal agribisnis, balai penelitian, perkantoran, perdagangan dan jasa, showroom dan lain-lain.
Penataan lingkungan desa inti untuk mewujudkan citra sebagai agropolitan baik secara fisik, estetika dan sosial budaya.
3. Tahap akhir yaitu untuk 5 tahun lanjutan (Tahun 2011 – 2015) : Perwujudan fungsi kawasan agropolitan secara menyeluruh/total
Sistem agribisnis terbentuk dengan baik dan berjalan secara maksimal baik on farm maupun off farm sistem.
Kegiatan usaha pertanian masyarakat atau kelompok sudah berupa agribisnis dan para petani komersial lebih dominan.
Melihat rencana tahapan kegiatan di atas maka pencapaian perwujudan kawasan agropolitan di Kecamatan Wanasalam yang utama adalah “ Terjadinya Peningkatan Produksi Pertanian baik Kualitas maupun Kuantitas dengan di Dukung Pasar yang Luas “.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
antara lain : 1. PDRB Kabupaten Lebak dan Kecamatan Wanasalam periode 2004-2008, data ini digunakan untuk analisis kiasifikasi pertumbuhan sektor, analisis sektor basis dan non basis, dan analisis perubahan dan pergeseran sektor ekonomi. Data ini diperoleh dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lebak dan Bappeda Kabupaten Lebak. 2. Data sekunder lainnya yang masih ada kaitannya dengan tujuan penelitian ini. 4.2
Metode Analisis Data Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan
beberapa metode analisis data, yaitu: 1. Analisis
Tipologi
Kiassen
digunakan
untuk
memperoleh
kiasifikasi
pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten Lebak. 2. Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Lebak. 3. Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Lebak. 4.2.1
Analisis Tipologi Kiassen Tipologi Kiassen merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional
yang dapat digunakan untuk mengetahui kiasifikasi sektor perekonomian wilayah Kabupaten Lebak. Analisis Tipologi Kiassen digunakan dengan tujuan mengidentifikasi posisi sektor perekonomian Kecamatan Wanasalam dengan memperhatikan sektor perekonomian Kabupaten Lebak sebagai daerah referensi. Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat kiasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008:180):
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi46 Pahlevi, FE UI, 2011
51
47
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandmgkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan memilki nilai kontribusi sector terhadap PDRB (skj) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Kiasifikasi ini dilambangkan dengan s1> s dan skj> sk. 2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (s1) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Kiasifikasi ini dilambangkan dengan s1 < s dan skj> sk. 3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (s1) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebib kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Kiasifikasi ini dilambangkan dengan s > s dan sk1 < sk. 4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebth kecil dibandmgkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Kiasifikasi ini dilambangkan dengan s1 <s dan sk1 < sk.Klasifikasi sektor PDRB menurut
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
48
Tipologi Kiassen sebagaimana tercantum padaTabel 3.1. Tabel 4.1
Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen
Kuadran I Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) si> s dan ski> sk Kuadran III Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) si>s dan ski<sk Sumber: Sjafrizal, 2008:180
4.2.2
Kuadran II Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) si <s dan ski> sk Kuadran IV Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) si < s dan ski<sk
Analisis Location Quotient (LQ) Untuk menentukan sektor basis dan non basis di Kabupaten Lebak
digunakan metode analisis Location Quotient (LQ). Metode LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonorni basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan dan PDRB Kabupaten Lebak yang menjadi pemacu pertumbuhan. Metode LQ digunakan untuk mengkaji kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian. Sehingga mlai LQ yang sering digunakan untuk penentuan sektor basis dapat dikatakan sebagai sektor yang akan mendorong tumbuhnya atau berkembangnya sektor lain serta berdampak path penciptaan lapangan kerja. Untuk mendapatkan nilai LQ menggunakan metode yang mengacu pada formula yang dikemukakan oleh Bendavid-Val dalam Kuncoro (2004:183) sebagai berikut:
Di mana: PDRBAU,i
= PDRB sektor i di Kec. Wanasalam pada tahun tertentu.
∑PDRBAU
= Total PDRB di Kec. Wanasalam pada tahun tertentu.
PDRBBANTEN,i
= PDRB sektor i di Kab. Lebak pada tahun tertentu.
∑PDRBBANTEN = Total PDRB di Kab. Lebak pada tahun tertentu.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
49
Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh (Bendavid-Val dalain Kuncoro, 2004:183), yaitu: 1. Nilai LQ = 1. ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kecamatan Wanasalam adalah sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian Kabupaten Lebak. 2. Nilai LQ> 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di Kecamatan Wanasalam Lebak lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Kabupaten Lebak. 3. Nilai LQ < 1. lni berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kecamatan Wanasalam lebih kecil dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Kabupaten Lebak. Apabila nilai LQ>1, maka dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kecamatan Wanasalam. Sebaliknya apabila mlai LQ<1, maka sektor tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kecamatan Wanasalam. Data yang digunakan dalam analisis Location Quotient (LQ) ini adalah PDRB Kecamatan Wanasalam dan Kabupaten Lebak tahun 2004-2008 menurut lapangan usaha atas dasar barga konstan tahun 2000.
4.2.3
Analisis Shift Share (Shift Share Analysis) Analisis shift share digunakan untuk mengetahui perubahan dan
pergeseran sektor pada perekonomian wilayah Kecamatan Wanasalam. Hasil analisis shift share akan menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB Kecamatan Wanasalam dibandingkan Kabupaten Lebak. Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi sebagai hasil perbandingan tersebut. Bila penyimpangan tersebut positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB Kecamatan Wanasalam memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya. Data yang digunakan dalam analisis shift share ini adalah PDRB Kecamatan Wanasalam dan Kabupaten Lebak tahun 2004-2008 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000. Penggunaan data harga konstan
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
50
dengan tahun dasar yang sama agar bobotnya (nilai riilnya) bisa sama dan perbandingan menjadi valid (Tarigan, 2007:86). Melalui analisis shjfi share, maka pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural perekonomian wilayah Kecamatan Wanasalam ditentukan oleh tiga komponen, yaitu: 1. Provincial Share (PS), yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian Kecamatan Wanasalam dengan melihat nilai PDRB Kecamatan Wanasalam sebagai daerah pengamatan pada periode awal
yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian
Kabupaten Lebak. Hasil perhitungan Provincial Share akan menggambarkan peranan wilayah Kabupaten Lebak yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian
Kecamatan
Wanasalam.
Jika
pertumbuhan
Kecamatan
Wanasalam sama dengan pertumbuhan Kabupaten Lebak maka peranannya terhadap kabupaten tetap. 2. Proportional Shift (P) adalah pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sektor i Kecamatan Wanasalam dibandingkan total sektor di tingkat Kabupaten Lebak. 3. Differential Shift (D) adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi Kecamatan Wanasalam dan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat Kabupaten Lebak. Secara matematis, Provincial Share (PS), Proportional Shjfi (P), dan D(ferential ShW (D) dapat diformulasikan sebagai berikut (Tarigan, 2007:88; Sjafrizal, 2008:91):
1. Provincial Share (PS)
2. Proportional Shift (P)
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
51
3. Differential Shift (D)
Di mana: NAD = Kabupaten Lebak sebagai wilayah referensi yang lebih tinggi jenjangnya. AU
= Kecamatan Wanasalam sebagai wilayah analisis.
Y
= Nilai tambah bruto
i
= Sektor dalam PDRB
t
= tahun 2008
t
= tahun awal Perubahan (pertumbuhan) nilai tambah bruto sektor tertentu (i) dalam
PDRB Kabupaten Lebak merupakan penjumlahan Provincial Share (PS), Proportional Shjfl (P), dan D(ferential ShW (D) sebagai berikut:
Kedua komponen shjfl, yaitu Proportional Shift (P) dan Differential Shfi (D) memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan internal. Proportional ShUI (P) merupakan akibat pengaruh unsur-unsur eksternal yang bekerja secara nasional (Provinsi), sedangkan Differential Shjfi (D) adalah akibat dan pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam daerah yang bersangkutan (Glasson, 1977:95). Sektor-sektor di Kecamatan Wanasalam yang memiliki Djfferential ShW (U) positif memiliki keunggulan komparatif terhadap sektor yang sama pada Kecamatan lain dalam Kabupaten Lebak. Selain itu, sektor-sektor yang memiliki nilai D positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di Kecamatan Wanasalam dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila nilai D negatif, maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
52
4.3
Definisi Operasional Variabel Penelitian Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan
dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberi batasan definisi operasional sebagai berikut: 1. Sektor Unggulan (leading sector) adalah sektor yang memiliki peranan (share) relatifbesar dibanding sektor-sektor lainnya terhadap ekonomi wilayah (PDRB). 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dan seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga konstan. 3. Sektor Ekonomi adalah lapangan usaha yang terdapat pada PDRB, yang mencakup 9 (sembilan) sektor utama.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisis dan Penelitian Untuk mengetahui struktur perekonomian secara makro di Kecamatan Wanasalam, berikut dapat dicermati melalui Tabel 5.8: Tabel 5.8 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Wanasalam Atas dasar Harga Konstan 2000, tahun 2004 – 2008 LAPANGAN USAHA [1] 1 2 3 4 5 6 7
8 9
PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN/KONST RUKSI PERDAGANGAN HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA PDRB
2005
2006
2007
2008
2009
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
93,471.96
93,283.41
95,642.15
96,051.75
101,526.67
467.30
500.33
650.48
664.48
801.58
16,111.06
16.916.49
15,925.63
16,114.30
17,736.11
158.60
185.21
233.18
243.22
441.76
11,810.30
12,550.81
11,097.77
11,265.44
12,371.46
41,625.77
43,050.18
44,513.24
45,013.24
47,484.89
6,846.49
7,460.28
7,722.22
8,112.22
10,227.99
5,222.77
5,373.28
5,141.70
5,590.28
6,997.03
9,769.29 185,483.54
10,410.32 189,730.31
10,857.45 191,783.81
11,586.01 194,641.37
13,563.74 211,151.23
Sumber: BPS dan BAPPEDA Kab. Lebak
5.2
Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Wilayah Metode Kiassen Tipology digunakan untuk mengetahui pengelompokkan
sektor ekonomi dalam Kabupaten Lebak menurut struktur pertumbuhannya. Dengan menggunakan Matrix Kiassen dapat dilakukan empat pengelompokkan sektor dengan memanfaatkan laju pertumbuhan dan nilai kontribusi.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi53 Pahlevi, FE UI, 2011
54
Tabel 5.9 menyajikan data berupa rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi sektor PDRB Kabupaten Lebak dan Kecamatan Wanasalam Tahun 2005-2008. Tabel 5.9 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Lebak dan Kecamatan Wanasalam Tahun 2005 – 2008
No. 1
Sektor Pertanian Pertambangan dan
Lebak Wanasalam Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Pertumbuhan Kontribusi Pertumbuhan Kontribusi (S) (Sk) (Si) (Ski) 3.12 38.5 3.66 49.7 5.86
1.24
2
12.90
0.30
Penggalian Industri
9.65
3
1.28
4.24
8.55
Pengolahan Listrik dan Air
8.58
0.39
4
14.67
0.11
Minum Bangunan dan
5.94
4.06
0.46
5
6.14 Konstruksi Perdagangan, Hotel
4.31
22.99
2.91
6
22.9 dan Restoran Pengangkutan dan
6.43
5.86
5.92
7
4.0 Komunikasi Bank dan Lembaga
2.24
4.66
-104.3
8
2.8 Keuangan Lainnya 5.18
9
Jasa-Jasa
4.55
2.6
5.6
Sumber: BPS Kab. Lebak Sektor Pertanian merupakan sektor yang memiliki kontribusi rata-rata pa1ing tinggi terhadap PDRB Kecamatan Wanasalam. Sedangkan sektor PDRB
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
55
Kecamatan Wanasalam yang memiliki pertumbuhan paling tinggi adalah Sektor Listrik dan Air Minum. Tabel 5.10 Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Lebak Tahun 2005 – 2008 berdasarkan Tipologi Kiassen Kuadran I Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) s1 > s dan sk1> sk - Sektor Pertanian - Sektor Jasa-jasa
Kuadran III Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) s1 > s dan ski < sk - Sektor Pertambangan dan Penggalian - Sektor Listrik dan Air Minum
Kuadran II Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) s1 < s dan sk1> sk - Sektor Bangunan dan Konstruksi
Kuadran IV Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) si <s dan sk1 < sk - Sektor Industri Pengolahan - Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran - Sektor Pengangkutan dan Komunikasi - Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa, klasifikasi sektor PDRB Kecamatan Wanasalam tahun 2005 - 2008 berdasarkan Tipologi Kiassen, terdapat dua sektor yang termasuk dalam kategori sektor maju dan tumbuh dengan pesat, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian memberikan konstribusi rata-rata yang terbesar terhadap PDRB sebesar 49,7 %, sedangkan sektor jasa-jasa sebesar 5,6 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang dominan apabila menganalisa PDRB Kecamatan Wanasalam. 5.3
Analisis Location Quotient (LQ) Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-
sektor ekonomi dalam PDRB yang dapat digolongkan ke dalam sektor basis dan non basis. LQ merupakan suatu perbandingan tentang besamya peranan suatu sektor di Kecamatan Wanasalam terhadap besamya peranan sektor tersebut di tingkat Kabupaten Lebak. Nilai LQ> 1 berarti bahwa peranan suatu sektor di Kecamatan lebih dominan dibandingkan sektor di tingkat Kabupaten dan sebagai petunjuk bahwa Kecamatan surplus akan produk sektor tersebut. Sebaliknya bila mlai LQ < 1
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
56
berarti peranan sektor tersebut lebth kecil di Kecamatan dibandingkan peranannya di tingkat Kabupaten. Nilai LQ dapat dikatakan sebagai petunjuk untuk dijadikan dasar untuk menentukan sektor yang potensial untuk dikembangkan. Karena sektor tersebut tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di dalam daerah, akan tetapi dapat juga memenuhi kebutuhan di daerah lain atau surplus. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Kecamatan Wanasalam dan kurun waktu tahun 2005 - 2008 dicantumkan pada Tabel 5.11 untuk PDRB. Bila ditinjau indeks LQ Kecamatan Wanasalam seperti disajikan dalam Tabel 5.11 menunjukkan bahwa terdapat dua sektor basis di Kecamatan Wanasalam, yaitu: sektor pertanian, dan sektor bangunan dan konstruksi. Tabel 5.11 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) Kecamatan Wanasalam Tahun 2005 – 2008 Tahun No. Sektor LQ Rata2005 2006 2007 2008 Rata 1 Pertanian 1.28 1.29 1.31 1.30 1.30 2 Pertambangan dan Penggalian 0.20 0.22 0.26 0.27 0.24 3 Industri Pengolahan 0.90 0.91 0.85 0.86 0.88 4 Listrik dan Air Minum 0.23 0.23 0.29 0.31 0.27 5 Bangunan dan Konstruksi 1.64 1.65 1.33 1.35 1.50 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.98 0.99 1.01 1.00 0.99 7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.65 0.66 0.67 0.69 0.66 8 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0.60 0.61 0.58 0.64 0.61 9 Jasa-Jasa 0.43 0.43 0.45 0.46 0.44 LQ sektor pertanian menunjukkan trend yang terus meningkat selama empat tahun terakhir. Meskipun sektor basis merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan dan dapat memacu pertumbuhan ekonomi Kecamatan Wanasalam, akan tetapi peran sektor non basis tidak dapat diabaikan begitu saja. Karena dengan adanya sektor basis akan dapat membantu pengembangan sektor non basis menjadi sektor basis baru.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
57
5.4
Analisis Shift Share Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui proses pertumbuhan
ekonomi Kecamatan Wanasalam dikaitkan dengan perekonomian daerah yang menjadi referensi, yaitu Kabupaten Lebak. Analisis Shift Share dalam penelitian ini menggunakan variabel pendapatan, yaitu PDRB untuk menguraikan pertumbuhan ekonomi Kecamatan Wanasalam. Pertumbuhan PDRB total (Y) dapat diuraikan menjadi komponen shift dan komponen share, yaitu: a. Komponen Provincial Share (PS) adalah banyaknya pertambahan PDRB Kecamatan Wanasalam seandainya pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak selama periode studi. b. Komponen Proportional Shft (P), mengukur besarnya net shift Kecamatan Wanasalam yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor PDRB Kecamatan Wanasalam yang berubah. Apabila P>O, artinya Kecamatan Wanasalam terspesialisasi pada sektor-sektor yang pada tmgkat Kabupaten Lebak tumbuh relatif cepat dan apabila P
0), sebaliknya apabila secara lokasional tidak menguntungkan akan mempunyai Dfferential ShW Component yang negatif (D < 0). Analisis penentuan sektor ekonomi strategis clan memiliki keunggulan untuk dikembangkan dengan tujuan untuk memacu laju pertumbuhan Kecamatan Wanasalam. Untuk mengetahui sektor spesialisasi daerah serta pertumbuhannya digunakan komponen Provincial Shre (PS), Proportional Shift (P), dan Differential Shift (D). Hasil perhitungan analisis shift share PDRB Kecamatan Wanasalam tahun 2004-2008 dicantumkan pada Tabel 5.12
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
58
Berdasarkan Tabel 5.12 Pertumbuhan komponen proportional Kecamatan Wanasalam selama periode tahun 2005 - 2008 ada yang bernilai negatif dan positif.
Nilai
P
positif,
berarti
perekonomian
Kecamatan
Wanasalam
berspesialisasi pada sektor yang sama yang tumbuh cepat pada perekonomian Kabupaten Lebak. Sebaliknya apabila nilai P negatif, berarti perekonomian Kecamatan Wanasalam berspesialisasi pada sektor yang sama dan tumbuh lambat pada perekonomian Kabupaten Lebak. Sektor-sektor yang memiliki nilai komponen pertumbuhan proporsional positif, yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor-sektor yang mempunyai nilai komponen pertumbuhan proporsional negative, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya. Nilai Differential Shift (D) sektor perekonomian Kecamatan Wanasalam selama periode tahun 2005 - 2008 ada yang positif dan negatif. Nilai D positif, berarti bahwa terdapat sektor ekonomi Kecamatan Wanasalam tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di tingkat Kabupaten Lebak. Sedangkan nilai D negatif, berarti sektor tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di tingkat Kabupaten Lebak. Terdapat tiga sektor dalam perekonomian Kecamatan Wanasalam dengan nilai D positif, yaitu: sektor pertanian dengan nilai D sebesar 64.841,88 , sektor bangunan dan konstruksi dengan mlai D sebesar 56.945,41 dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai D sebesar 81.567,71. Ketiga sektor tersebut merupakan sektor yang pertumbuhannya cepat, sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam memacu pertumbuhan PDRB Kecamatan Wanasalam. Sedangkan
enam
sektor lainnya,
yaitu
sektor
pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan air minum, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, serta jasa-jasa memiliki mlai D negatif, sehingga sektor-sektor tersebut pertumbuhannya lambat. Kedua komponen shift ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan Kecamatan Wanasalam yang bersifat intern dan ekstern, di mana proportional shift dan pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja dalam Kabupaten Lebak dan
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
59
differential shlft adalah akibat dan pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam Kecamatan Wanasalam. Hasil perhitungan analisis shft share PDRB Kecamatan Wanasalam selama periode penelitian tahun 2005 - 2008 sebagaimana tercantum pada Tabel 4.12 terdapat mlai komponen proporsional (P) positif, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum, sector pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Sektor-sektor yang memiliki nilai P negatif, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor bank dan lembaga keuangan lainnya. Nilai Differential Shift perekonomian Kecamatan Wanasalam tahun 2005 2008 menunjukkan terdapat sektor-sektor ekonomi yang tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor-sektor ekonomi yang sama di tingkat Kabupaten Lebak. Sektor-sektor ekonomi tersebut adalah sektor pertanian dengan nilai D sebesar 64.841,88, sektor bangunan dan konstruksi dengan nilai D sebesar 56.945,41, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai D sebesar 8 1.567,71. Tabel 5.12 Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Kec. Wanasalam Tahun 2005 – 2008 No
Sektor
1 2
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan dan Konstruksi Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-Jasa Jumlah
3 4 5 6 7 8
9
Provincial Proportional Share (PS) Shift (P) 303.321,43 -80.108,57 8.285,51 17.858,07
Differential Total Shift (D) (∆Y) 64.841,88 288.054,74 -19.495,41 6.648,17
169.42 1,86
-295.506,76
-143 .223,47
-69.308,36
1.456,98
2.420,33
-3.364,90
5 12,42
21.980,09
-7.826,76
56.945,41
71.098,74
126.457,76
-10.243,08
-102.340,13
13.874,55
74.002,39
55.393,32
-89.147,19
40.248,52
4.715,06
-73.341,92
81.567,71
12.940,84
39.5 16,20 749.157,28
115.184,49 -276.170,89
-143.909,94 10.790,7 -298.126,02 174.860,37
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
60
Sedangkan sektor-sektor ekonomi dengan nilai D negatif, berarti sektor tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di tmgkat Kabupaten. Sektor-sektor tersebut adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air minum, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Pergeseran sektor PDRB Kecamatan Wanasalam dari tahun 2005 - 2008, sebagaimana tercantum pada Tabel 5.13 menunjukkan bahwa sektor tersier memiliki kontribusi yang dominan diikuti sektor primer dan sekunder. Selama kurun waktu 2005 – 2008, hanya sektor tersier yang mengalami peningkatan kontribusi secara signifikan. Tabel 5.13 Kontribusi Sektor PDRB Kecamatan Wanasalam Tahun 2005 - 2008 (dalam persen) No 1 2
3 4 5
6 7 8 9
Sektor Primer Pertanian Pertambangan dan Penggalian Jumlah Sekunder Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan dan Konstruksi Jumlah Tersier Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-Jasa Jumlah Total PDRB
2005
Tahun 2006 2007
50.39 0.25 50.64
49.17 0.26 49.43
49.87 0.34 50.21
49.35 0.34 49.69
8.69 0.09 6.37 15.15
8.92 0.10 6.62 15.64
8.30 0.12 5.79 14.21
8.28 0.12 5.79 14.19
22.44
22.69
23.21
23.13
3.69 2.82
3.93 2.83
4.03 2.68
4.17 2.87
5,27 5.49 5.66 28.95 34,94 35.58 100,00 100,00 100,00
5.95 36.12 100,00
2008
5.5 Pembahasan Per Sektor Analisis
ini
digunakan
untuk
mengambil
kesimpulan
dengan
menggabungkan tiga hasil analisis, yaitu analisis Kiassen Tipology, analisis Location Quotient (LQ), dan analisis shW share untuk menentukan sektor unggulan.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
61
5.5.1 Analisis Sektor Pertanian Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat besar terhadap PDRB Kecamatan Wanasalam, hal im ditunjukkan oleh kontribusi rata-rata sektor pertanian yang mencapai 38,61 % per tahun dan menempati urutan pertama dalam kontribusinya terhadap PDRB Kecamatan Wanasalam. Laju pertumbuhan ratarata sektor pertanian 3,26 % melebihi laju pertumbuhan di tingkat Kabupaten, sehingga sektor ini dikiasifikasikan sebagai sektor maju dan tumbuh cepat. Berdasarkan analisis LQ, sektor pertanian menunjukkan nilai LQ rata-rata sebesar 1,30 (>1), hal ini berarti sektor ini merupakan sektor basis. Artinya sektor ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Kabupaten Lebak saja, tapi mampu memenuhi kebutuhan daerah lainnya sehingga sektor pertanian merupakan sektor yang potensial. Tabel 5.14 Analisis Sektor Petanian No 1 2 3 4
5.5.2
Aspek Tipologi Klassen LQ P D
Parameter Kuadran I >1 Negatif Positif
Makna Sektor maju dan tumbuh cepat Sektor basis Tumbuh lambat di Kabupaten Pertumbuhan lebih cepat dibanding Kabupaten
Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB
Kecamatan Wanasalam rata-rata sebesar 1,31 persen per tahun. Laju pertumbuhan sektor ini rata-rata sebesar 7,58 persen per tahun, sehingga dapat dikategorikan sebagai sektor yang memiliki pertumbuhan cukup signifikan. Laju pertumbuhan sektor ini lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di tingkat Kabupaten, sehingga sektor ini dikiasifikasikan sebagai sektor maju dan tumbuh cepat. Tabel 5.15 Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian No 1 2 3 4
Aspek Tipologi Klassen LQ P D
Parameter Kuadran III <1 Positif Negatif
Makna Sektor Potensial Sektor non-basis Tumbuh cepat di Kabupaten Pertumbuhan lebih lambat dibanding Kabupaten
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
62
Nilai LQ sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan nilai lebib kecil dan 1, yaitu 0,24 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Hasil analisis shift share sektor pertambangan dan penggalian, komponen P sebesar 17.858,07 menunjukkan sektor ini termasuk ke dalam sektor yang di Kabupaten tumbuh dengan cepat, sedangkan nilai D sebesar -19.495,41 berarti sektor ini mempunyai daya saing yang menurun, sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Kabupaten.
5.5.3 Analisis Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan apabila ditinjau dari segi kontribusinya terhadap PDRB menduduki urutan kedua dengan konstribusi rata-rata 24,28 persen per tahun lebih besar dibandingkan Kabupaten, namun memiliki laju pertumbuhan rata-rata negatif sebesar -2,60 lebih kecil daripada Kabuapten. Sehingga sektor ini dikiasifikasikan ke dalam sektor maju tapi tertekan. Perkembangan LQ sektor industri pengolahan berfluktuatif dengan trend menurun tajam pada tiga tahun akhir periode pengamatan. Walaupun demikian, nilai LQ rata-rata sektor ini sebesar 0,80, sehingga dapat digolongkan sebagai sektor non basis. Tabel 5.16 Anailsis Sektor Industri Pengolahan No 1 2 3 4
Aspek Tipologi Klassen LQ P D
Parameter Kuadran IV <1 Negatif Negatif
Makna Sektor relatif tertinggal Sektor non basis Tumbuh lambat di Kabupaten Pertumbuhan lebih lambat dibanding Kabupaten
Sektor industri pengolahan memililci nilai komponen P sebesar 295.506,76 yang menunjukkan bahwa sektor ini tumbuh lambat di Kabupaten Lebak. Sedangkan mlai komponen D sebesar -143.223,47 menggambarkan bahwa sektor industri pengolahan sebagai sektor yang daya saingnya menurun, sehingga pertumbuhannya lebih lambat daripada pertumbuhan di Kabupaten. Berdasarkan hasil analisis sektor industri pengolahan, maka sektor ini tidak termasuk ke dalam sektor unggulan karena pertumbuhannya lebih lambat
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
63
dibandingkan Kabupaten (tidak kompetititi) dan tergolong ke dalam sektor maju tapi tertekan. 5.5.4
Analisis Sektor Listrik dan Air Minum Hasil analisis menggunakan Kiassen Tipology sektor listrik dan air minum
dikiasifikasikan sebagai sektor relatif tertinggal. Hal ini disebabkan pertumbuhan rata-rata sebesar 8.12 % masih lebih kecil dibandingkan pertumbuhan rata-rata di tingkat Kabupaten sebesar 10.68 %. Sedangkan kontribusi rata-rata terhadap PDRB sebesar 0.19 % juga lebih kecil dibandingkan Kabupaten sebesar 0.31 %. Perkembangan nilai LQ sektor listrik dan air minum berfluktuatif dengan trend menurun dan nilainya tidak pernah > 1, sehingga sektor ini dikategorikan sebagai sektor non basis. Tabel 5.17 Analisis Sektor Listrik dan Air Minum No 1 2 3 4
Aspek Tipologi Klassen LQ P D
Parameter Kuadran III <1 Positif Negatif
Makna Sektor potensial Sektor Non basis Tumbuh cepat di Kabupaten Pertumbuhan lebih lambat dibanding Kabupaten
Analisis shift share sektor listnik dan air minum selama periode penelitian, diperoleh nilai P sebesar 2.420,33 menunjukkan sektor ini tumbub cepat di Provinsi Banten. Sementara nilai D yang negatif sebesar -3.364,90, berarti sektor ini mempunyai daya saing yang menurun, sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Provinsi. Hasil analisis terhadap sektor listrik dan air minum menunjukkan bahwa sektor ini tidak termasuk sektor unggulan, karena tergolong sebagai sektor relatif tertinggal, bukan sektor basis dan laju pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Provinsi (tidak kompetitif).
5.5.5 Analisis Sektor Bangunan dan Konstruksi Sektor bangunan dan konstruksi memberikan kontribusi rata-rata sebesar 5,35 % dan menempati peringkat keenam dibandingkan sektor-sektor lain, namun
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
64
persentasenya masih lebih kecil dibandingkan Kabupaten yang mencapai 7,72 %. Laju pertumbuhan rata-rata yang mencapai 5,18 % lebih rendah daripada Kabupaten yang mencapai 7,72 %. Kondisi ini menyebabkan sektor bangunan dan konstruksi digolongkan ke dalam sektor relatif tertinggal.
Tabel 5.18 Analisis Sektor Bangunan dan Konstruksi No 1 2 3 4
Aspek Tipologi Klassen LQ P D
Parameter Kuadran II <1 Negatif Positif
Makna Sektor maju tapi tertekan Sektor Basis Tumbuh lambat di Kabupaten Pertumbuhan lebih cepat dibanding Kabupaten
Sektor bangunan dan konstruksi memiliki nilai LQ rata-rata sebesar 1, 50 %, sehingga tergolong sebagai sektor basis. Berdasarkan hash analisis shift share, sektor bangunan dan konstruksi dapat dikategorikan sebagai sektor yang kompetitif, karena memiliki nilai komponen D positif sebesar 56.945,41, sehingga pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan Kabupaten. Sementara nilai komponen P yang negatif sebesar 7.826,76 berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh lambat di Kabupaten Lebak. Hasil analisis terhadap sektor bangunan dan konstruksi dapat disimpulkan bahwa sektor ini merupakan sektor unggulan karena merupakan sektor basis. Namun, sektor ini tergolong sektor tertinggal karena perkembangannya masih tertinggal dibandingkan dengan Kabupaten. 5.5.6
Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Hasil
analisis
menggunakan
Kiassen
Tipology
terhadap
sektor
perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan bahwa sektor ini tergolong ke dalam sektor relatif tertinggal. Hal ini disebabkan kontribusi rata-ratanya sebesar 12,43 % dan laju pertumbuhan rata-ratanya sebesar 2,26 % masih lebih kecil dibandingkan Provinsi.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
65
Tabel 5.19 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran No 1 2 3 4
Aspek Tipologi Klassen LQ P D
Parameter Kuadran IV >1 Negatif Negatif
Makna Sektor relative tertinggal Sektor Non Basis Tumbuh lambat di Kabupaten Pertumbuhan lebih lambat dibanding Kabupaten
Perkembangan nilai LQ sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan nilai LQ rata-rata < 1 yaitu sebesar 0,99. Hal ini berarti sektor ini termasuk sektor non basis, sehingga sektor ini dapat dikatakan belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lokal. Nilai komponen P sektor perdagangan, hotel dan restoran yang negatif sebesar -10.243.08 berarti bahwa sektor ini tumbuh lambat di Kabupaten Lebak. Demikian juga dengan nilai komponen D yang negatif sebesar -102.340,13 menunjukkan sektor ini tumbuh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di Kabupaten atau dapat dikatakan tidak kompetitif. Hasil analisis terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor ini bukan merupakan sektor unggulan, karena tergolong sektor relatif tertinggal, bukan merupakan sektor basis, dan tidak kompetitif. 5.5.7
Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi menduduki peringkat keempat
dalam kontrtibusi rata-ratanya terhadap PDRB Kecamatan Wanasalam, yaitu sebesar 9.89 % dan melebihi kontribusi sektor yang sama di tingkat Kabupaten. Laju pertumbuhan rata-rata mencapai 10.11 % lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan di tingkat Kabupaten yang sebesar 8.53 %. Sehingga berdasarkan Kiassen Tipology sektor im dildasifikasikan sebagai sektor maju dan tumbuh pesat. Tabel 5.20 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi No 1 2
Aspek Tipologi Klassen LQ
Parameter Kuadran IV <1
Makna Sektor relatif tertinggal Sektor non basis
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
66
(Sambungan Tabel 5.20) 3 4
P D
Positif Negatif
Tumbuh cepat di Kabupaten Pertumbuhan lebih lambat dibanding Kabupaten
Perkembangan nilai LQ sektor ini memiliki nilai LQ rata-rata masih < 1, sehingga sector ini tergolong sebagai sektor non basis. Hasil analisis shift share terhadap sektor pengangkutan dan komunikasi diperoleh nilai komponen P sebesar 55.393,32 dan nilai komponen D sebesar 89.147,19. Hal ini berarti sektor ini tergolong ke dalam sektor yang tumbuh cepat di tingkat Kabupaten dan mempunyai daya saing yang menurun, sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Kabupaten. Hasil analisis terhadap sektor pengangkutan dan komunikasi dapat disimpulkan bahwa sektor ini merupakan sektor non unggulan walaupun tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat. Sektor ini juga bukan merupakan sektor basis dan pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan Kabupaten.
5.5.8 Analisis Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Berdasarkan analisis Kiassen Tipology sektor bank dan lembaga keuangan lainnya termasuk ke dalam kiasifikasi sektor relatif tertinggal. Laju pertumbuhan rata-rata yang bemilai negatif sebesar -32.695 persen jauh lebih kecil dibandingkan pertumbuhan di tingkat Kabupaten. Sedangkan nilai kontribusi ratarata terhaclap PDRB sebesar 1,20 persen juga lebih kecil dibandingkan Kabupaten. Tabel 5.21 Analisis Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya No 1 2 3 4
Aspek Tipologi Klassen LQ P D
Parameter Kuadran IV <1 Negatif Negatif
Makna Sektor relative tertinggal Sektor non basis Tumbuh lambat di Kabupaten Pertumbuhan lebih cepat dibanding Kabupaten
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
67
Berdasarkan analisis LQ, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya menunjukkan nilai EQ rata-ratanya < 1, yaitu sebesar 0,61 %. Hal ini berarti sektor bank dan lembaga keuangan lainnya termasuk sektor non basis. Perhitungan analisis shW share terhadap sektor bank dan lembaga keuangan lainnya diperoleh nilai komponen P sebesar -73.341,92 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh lambat di Kabupaten Lebak, karena bernilai negatif. Sedangkan nilai komponen D sebesar 81.567,71 berarti sektor ini mernpunyai laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan Kabupaten. Berdasarkan hasil analisis terhadap sektor bank dan lembaga keuangan lainnya menunjukkan bahwa sektor ini bukan merupalcan sektor unggulan. Sektor ini tergolong ke dalam sektor relatif tertinggal dan bukan merupakan sektor basis. 5.5.9
Analisis Sektor Jasa-jasa Sektor jasa-jasa tergolong ke dalam sektor relatif tertinggal, karena
kontribusi rata-rata sektor ini sebesar 6,73 % Iebih kecil dibandingican kontribusi rata-rata di tingkat Kabupaten sebesar 13.91%. Sedangkan laju pertumbuhan ratarata sektorjasa-jasa sebesar 1,5 %juga lebib kecil dibandingkan Kabupaten sebesar 8,61 %. Tabel 5.22 Analisis Sektor Jasa-jasa No 1 2 3 4
Aspek Tipologi Klassen LQ P D
Parameter Kuadran I >1 Positif Negatif
Makna Sektor maju dan tumbuh pesat Sektor non basis Tumbuh cepat di Kabupaten Pertumbuhan lebih lambat dibanding Kabupaten
Perkembangan nilai LQ sektor jasa-jasa menunjukkan kecenderungan menurun sepanjang periode pangamatan. Nilai LQ ratarata sektor ini sebesar 0,44 %, sehingga digolongkan ke dalam sektor non basis. Hasil analisis shift share terhadap sektor jasa-jasa menunjukkan nilai komponen P sebesar 115.184,49 berarti bahwa sektor ini tumbuh cepat di tingkat Kabupaten. Sedangkan nilai komponen D yang negatif sebesar -143.909,94 berarti
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
68
sektor ml pertumbuhannya lebib lambat dibandingkan pertumbuhan di tingkat Kabupaten. Berdasarkan hasil analisis terhadap sektor jasa-jasa dapat disimpulkan bahwa sektor ini bukan merupakan sektor unggulan, karena tergolong ke dalam sektor relatif tertinggal, bukan merupakan sektor basis dan pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Kabupaten.
5.6 Sektor Unggulan Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah Hasil analisa per sektor menunjukkan bahwa pada Kecamatan Wanasalam hanya terdapat satu sektor yang merupakan sektor unggulan, yaitu sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki beberapa sub sektor yang layak dikembangkan, sehingga kontribusinya terhadap produksi pertanian meningkat dan secara keseluruhan akan meningkatkan PDRB Kecamatan Wanasalam dan kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Lebak. Peran pemerintah daerah untuk memberdayakan sektor unggulan sebagai penggerak perekonomian daerah sangat diperlukan, terutama dalam proses pertukaran komoditas antar wilayah yang mendorong masuknya pendapatan dan luar daerah ke Kabupaten Lebak. Pertumbuhan sektor pertanian akan memberikan kontribusi besar terhadap penanggulangan kemiskinan dan dapat mendorong kenaikan nilai tambah sektor non pertanian. Pengembangan sektor pertanian sebagai sektor unggulan akan berdampak luas terhadap masyarakat. Pemahaman terhadap kondisi ekonomi daerah menjadi semakin penting dengan diberlakukannya otonomi daerah. Pelimpahan kewenangan dan sumber daya finansial yang besar kepada Kabupaten Lebak hams diikuti dengan peningkatan efektivitas pembangunan ekonomi. Perencanaan harus didukung dengan data yang akurat dan analisis yang komprehensif untuk pengambilan keputusan yang berkualitas dalam pembangunan ekonomi. Potensi pertumbuhan ekonomi adalah penting untuk diidentifikasi, melalui penerapan alat analisis ekonomi regional dapat diperoleh informasi untuk membantu perencana dan pengambil keputusan di daerah guna mengetahui
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
69
kondisi
perekonomian,
mengendalikan
tingkat
pertumbuhan,
mengetahui
kecendemngannya dan meramalkan dampak keputusan di masa mendatang. Prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Lebak haruslah di dasarkan pada sektor dan sub sektor unggulan, tidak hanya di dasarkan pada sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga memperhatikan teknologi dan kualitas sumber daya manusia. Sehingga produk-produk yang dihasilkan akan mempunyai daya saing yang tinggi, karena didukung oleh potensi spesifik yang dimiliki Kecamatan Wanasalam. Perkembangan sektor pertanian dan sub sektornya akan mendorong perkembangan sektor yang menggunakan produk sektor pertanian sebagai inputnya (forward linkage) dan sektor yang produknya merupakan input bagi sektor pertanian (backward linkage). Peningkatan permintaan terhadap produk sektor pertanian akan mendorong penambahan jumlah produksi, sehingga berimplikasi pada peningkatan kebutuhan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat. Kondisi yang sama akan terjadi path sektor lainnya, sehingga pengembangan sektor pertanian akan mendorong terjadi pengembangan wilayah Kabupaten Lebak. Sebagai basis perekonomian masyarakat, maka pembangunan path sektor pertanian di pedesaan juga dapat lebih menjamin pemerataan penthpatan, karena sebagian besar masyarakat Kabupaten Lebak tinggal di pedesaan dan menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Analisis penentuan sektor unggulan diperlukan sebagai dasar untuk perumusan pola kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Lebak di masa menthtang, sehingga kebijaksanaan pembangunan ekonomi dapat di arahkan untuk menggerakkan sektor-sektor tersebut. Pemerintah Kabupaten Lebak thpat menentukan alokasi dan prioritas anggaran untuk sektor pertanian secara signifikan untuk memacu perkembangan atau pertumbuhan ekonomi daerah, sehingga mendorong tercapamya kesejahteraan masyarakat.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Penelitian yang dilakukan tentang analisis penentuan sektor unggulan
perekonomian wilayah Kabupaten Lebak dengan pendekatan sektor pembentuk PDRB dapat ditentukan beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah di Kecamatan Wanasalam berdasarkan Kiassen Typology menunjukkan bahwa : a. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector), yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Pesatnya pertumbuhan di sektor pertanian dikarenakan kondisi geografis di Kecamatan Wanasalam yang selain didukung iklim yang baik dalam bercocok tanam terutama dalam produksi padi sawah yang rata-rata produksinya sebesar 4,8 Ton/Ha disusul dengan produksi tanaman perkebunan berupa kelapa. Selain itu, Wanasalam juga memiliki garis pantai yang cukup signifikan yang menjadikan Wanasalam sebagai penghasil ikan laut sebanyak 3.925 ton/tahun dan ikan air tawar sebanyak 59,74 ton/tahun. Pertumbuhan di sektor jasa-jasa diakibatkan sebagai peranan distribusi dalam produksi hingga kepada perdagangan yang sangat pesat sebagai bagian rantai bisnis di Kecamatan Wanasalam. b. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector), yaitu Sektor Bangunan dan Konstruksi. Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari pemekaran wilayah, dimana Kecamatan Wanasalam merupakan Kecamatan Baru yang dipisahkan dari Kecamatan Malingping sebagai Kecamatan Induk, sehingga pembangunan infrastruktur di Kecamatan Wanasalam masih terbilang belum berkembang. c. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) yaitu Sektor Pertambangan dan Penggalian, serta Sektor Listrik dan Air Minum. Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Sektor Listrik dan Air Minum merupakan dukungan yang paling tepat dalam pengembangan ekonomi wilayah, namun sektor-sektor tersebut belum memberikan daya tarik yang kuat terhadap dunia usaha dikarenakan dukungan infrastruktur, regulasi serta fokus pembangunan wilayah masih belum diprioritaskan.
Universitas Indonesia Pengembangan potensi..., Nevi70 Pahlevi, FE UI, 2011
71
d. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector), yaitu
Sektor
Industri
Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, serta Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.
2. Sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah di Kecamatan Wanasalam berdasarkan perhitungan indeks Location Quotient : a. sektor yang merupakan sektor basis (LQ>1), yaitu : sektor pertanian dan sektor bangunan dan konstruksi. Sektor Pertanian dan Sektor Bangunan dan Konstruksi menjadi sektor basis dikarenakan fokus pembangunan Pemerintah Kabupaten Lebak yang tertuang dalam RPJMD, RKPD, serta pembiayaan yang tertuang dalam APBD, lebih memprioritaskan pembangunan sektor pertanian terutama dalam produksi padi serta produksi ikan yang menjadi produk unggulan di Wanasalam. Sedangkan fokus pembangunan lainnya yaitu melalui Program Hotmix Masuk Desa (HMD) yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Lebak sebagai upaya peningkatan kawasan dan jaringan. b. Sektor yang merupakan sektor non basis (LQ<1), yaitu : Sektor Pertambangan dan penggalian, sektor Industri dan Pengolahan, Sektor Listrik dan Air minum, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Bank dan Lembaga Keuangan lainya dan Sektor Jasajasa. 3. Perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah di Kecamatan Wanasalam berdasarkan hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan konstruksi, dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya. 4. Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga alat analisis, sektor yang merupakan sektor unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, sektor basis dan kompetitif, yaitu sektor. pertanian. Dan ini menunjukkan bahwa Kecamatan Wanasalam layak sebagai Kawasan Agropolitan untuk mendukung pengembangan potensi daerah di Kabupaten Lebak. 5. Melalui penelitian yang telah dilakukan, Penulis menyimpulkan bahwa Program Pengembangan Potensi Ekonomi di Kabupaten Lebak melalui Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam merupakan langkah yang tepat dan efektif dalam upaya Pemerintah Kabupaten Lebak menangani persoalan Universitas Indonesia
Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
72
daerah tertinggal di Kabupaten Lebak. Kecamatan Wanasalam merupakan wilayah terpencil, namun memiliki potensi sumberdaya yang luar biasa, terutama dalam sektor pertanian. Hal ini didukung dengan dominannya produksi padi, produksi kelapa, serta produksi ikan laut. Sehingga melalui Kawasan Agropolitan Kecamatan Wanasalam ini dapat memberikan nilai tambah dan memberikan manfaat bagi wilayah-wilayah lain disekitar Kecamatan Wanasalam untuk dapat ikut berkembang dan beranjak dari ketertinggalan. 6.2
Saran Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penulis menyarankan beberapa hal
untuk pihak-pihak terkait, yaitu: 1. Pemerintah Kabupaten Lebak dalam upaya mengembangkan potensi daerah agar lebih mengutamakan pengembangan sektor pertanian di Kecamatan Wanasalam guna mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan beserta sarana dan prasarana lainnya. 2. Berdasarkan skenario pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan wanasalam,
Pemerintah
Kabupaten
Lebak
diharapkan
untuk
dapat
mengevaluasi hasil kinerja pelaksanaan Tahap I dan melanjutkan pada Tahap II dan III.
Universitas Indonesia
Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
73
DAFTAR REFERENSI
Buku Ambardi, U. M. Dan Prihawantoro S. (2002). ”Pengembangan Wilayah dan Otonomi
Daerah”.
Pusat
Pengkajian
Kebijakan
Teknologi
Pengembangan Wilayah BPPT, Jakarta. Imelda. 2006. ”Analisa Faktor-Faktor Penentu Daya Tarik Investasi Daerah dan Hubungannya Terhadap Pembangunan Ekonomi Regional”. Thesis Universitas Indonesia. Makmun dan Akhmad Yasin. 2003. “Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDB Sektor Pertanian”. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 7 Nomor 3, September 2003. Nurhayati. 2006. ”Pengembangan Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Jakarta. United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD). 2007. “World Investment Report 2007: Transnational Corporations, Extractive Industries, and Developmen”t. New York dan Jenewa. World Bank. 2002. “World Development Report 2002: Building Institutions for Markets. Washington DC. World Economic Forum. 2007. “The Global Competitiveness Report 2007-2008”
Jurnal Kusumastuti, Sri Yani. 2007. ”Indeks Kinerja Investasi Daerah (IKID) dan Indeks Potensial Investasi Daerah (IPID) Propinsi-Propinsi di Indonesia”. Laporan Penelitian. Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Jakarta. Sumiyarti. 2007. “Investasi dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional”. Laporan Penelitian. Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Jakarta.
Universitas Indonesia
Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011
74
Ambardi, U. M. Dan Prihawantoro S. (2002). ”Pengembangan Wilayah dan Otonomi
Daerah”.
Pusat
Pengkajian
Kebijakan
Teknologi
Pengembangan Wilayah BPPT, Jakarta. Imelda. 2006. ”Analisa Faktor-Faktor Penentu Daya Tarik Investasi Daerah dan Hubungannya Terhadap Pembangunan Ekonomi Regional”. Thesis Universitas Indonesia. Kusumastuti, Sri Yani. 2007. ”Indeks Kinerja Investasi Daerah (IKID) dan Indeks Potensial Investasi Daerah (IPID) Propinsi-Propinsi di Indonesia”. Laporan Penelitian. Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Jakarta. Makmun dan Akhmad Yasin. 2003. “Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDB Sektor Pertanian”. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 7 Nomor 3, September 2003. Nurhayati. 2006. ”Pengembangan Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Jakarta. Sumiyarti. 2007. “Investasi dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional”. Laporan Penelitian. Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Jakarta. United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD). 2007. “World Investment Report 2007: Transnational Corporations, Extractive Industries, and Developmen”t. New York dan Jenewa. World Bank. 2002. “World Development Report 2002: Building Institutions for Markets. Washington DC. World Economic Forum. 2007. “The Global Competitiveness Report 2007-2008”
Universitas Indonesia
Pengembangan potensi..., Nevi Pahlevi, FE UI, 2011