Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
KAJIAN PERUMUSAN TITIK UNGKIT POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KAWASAN AGROPOLITAN DESA BUAHAN KAJA KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR BALI I Ketut Kariada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Jl. By Pass Ngurah Rai, Denpasar Bali e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Kawasan agropolitan Payangan Gianyar mempunyai potensi sumberdaya lahan kering dan lahan sawah irigasi teknis yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sumber pendapatan masyarakat. Beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh petani antara lain lambatnya inovasi teknologi ke tingkat grass root yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga penelitian. Dalam konsep “research extension linkages” maka keterpaduan antara produsen teknologi (generating subsystem) kepada subsistem penyampai (delivery subsystem) dan subsistem penerima/pelaku agribisnis/pengguna inovasi (receiving subsystem) belum berperan dengan baik. Untuk melakukan perencanaan yang lebih akurat maka dibutuhkan data-data awal yang mewakili kondisi wilayah kajian melalui metodologi PRA (Participatory Rural Appraisal), dengan responden stakeholders, menggunakan alat questionare ditunjang diskusi dan observasi. Tahapan kegiatan dirancang sebagai berikut : (a) seleksi lokasi (site), (b) pemahaman pedesaan secara partisipatif, (c) wawancara informal dengan tokoh masyarakat, (d) mengidentifikasi informan kunci, (e) wawancara intensif dengan informan kunci, serta (f) menghimpun informasi utama yg mencakup karakteristik biofisik, biologi, sosial ekonomi, isu / kendala utama pengembangan dan peluang / saran pemecahannya. Kesimpulannya dalam kegiatan usahatani pada tanaman tercatat beberapa kegiatan mulai dari pengolahan tanah, tanam sampai dengan panen dan pemasaran, sedangkan pada aspek ternak sapi permasalahan meliputi pada aspek pakan, bibit, kesehatan ternak dan limbah. Berdasarkan urutan masalah komoditi maka dibutuhkan alternatif pemecahan melalui introduksi teknologi spesifik lokasi. Dari jenis-jenis komoditas yang ada maka terdapat 6 jenis komoditi yang dominan diusahakan oleh petani dngan urutan titik ungkit kontribusi pendapatan mulai yang tertinggi yaitu kakao, padi, sapi, kelapa, cengkeh, dan babi, sementara komoditas lainnya mendukung usaha tani yaitu kopi, pisang, salak dan ayam. Kontribusi pendapatan dari sumberdaya yang ada adalah kakao (55.4 %), padi (14.8 %), sapi (12.9 %), kelapa (11.1 %), cengkeh (9.2 %) dan babi (7.4 %). Dengan demikian maka konsentrasi perencanaan kajian di desa Buahan Kaja dimulai dari introduksi inovasi teknologi pada komoditi-komoditi tersebut. Kata Kunci : Participatory Rural Appraisal (PRA), pertanian perdesaan, inovasi teknologi PENDAHULUAN Pembangunan pertanian perdesaan melalui teknologi pertanian merupakan langkah-langkah yang sangat penting dilakukan dengan menerapkan kaidah-kaidah inovasi teknologi tepat guna. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan suatu konsep diseminasi teknologi pertanian yang berlandaskan pada percepatan adopsi teknologi di Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
tingkat petani dengan mengikuti prinsip-prinsip pengembangan agribisnis agroindustri pedesaan. Tujuannya adalah agar dapat memperkuat penyebarluasan teknologi di tingkat petani untuk mengoptimalisasikan pengembangan agribisnis pedesaan dan diversifikasi secara terpadu. Beberapa hasil penelitian terkait dengan pendekatan sistem usahatani terpadu dan terintegrasi menunjukkan adanya kompensasi peningkatan pendapatan melalui tambahan nilai produktivitas dan efisiensi (Abdulgani et al., 2000; Suprapto et al., 2001). Potensi dan beberapa permasalahan dalam konsep terpadu membutuhkan pengelolaan yang spesifik misalnya integrasi ternak dan tanaman (Kariada et al., 2002, Kariada dan Sudaratmaja, 2006). Dalam konsep integrasi maka berbagai teknologi dapat diintroduksikan baik teknologi ternak, tanaman maupun limbah seperti probiotik biocas dan dekomposer (Guntoro et al. 2003; Suyasa et al., 1998; Kariada et al., 2004). Sementara potensi sampingan berupa limbah dapat menghasilkan pupuk organik (Yovita, 2002; Kartini, 2000) maupun sebagai bahan pakan dengan pemanfaatan teknologi fermentasi (Guntoro, et al., 2003). Pemanfaatan limbah sebagai pupuk dalam konsep pertanian terpadu telah banyak menunjukkan hasil yang nyata meningkatkan produktivitas (Kariada et al., 2003) sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani yang merupakan potensi terpendam. Dengan kondisi seperti di atas maka potensi penerapan paket teknologi integrasi pada suatu wilayah akan mampu menghasilkan berbagai aktivitas turunannya yang secara keseluruhan mampu memberikan nilai tambah. Teknologi tepat guna dalam konsep integrasi sangat dibutuhkan oleh para petani seperti teknologi pengolahan pupuk organik, pengelolaan pakan, pengelolaan tanaman ramah lingkungan, penanganan pasca panen dan pemasaran produk serta aspek pendukung lainnya seperti berkembangnya aspek pariwisata. Dengan pertimbangan ini maka konsep integrasi dirasakan merupakan model yang sangat tepat untuk diaplikasikan dalam program pembangunan pertanian perdesaan. Jadi, konsep pertanian terpadu secara langsung menjadi suatu landasan dalam memacu tumbuh-kembangnya upaya-upaya dalam mendorong pengembangan agribisnis pedesaan. Sejalan dengan hal itu maka berbagai aktivitas dalam pengembangan pertanian perdesaan akan mencakup pengembangan :(a) “up-stream agribusiness” / sisi hulu yakni usaha tani perimer yang menghasilkan sarana produksi di tingkat petani termasuk di dalamnya aspek input-input pertanian serta industri pembibitan; (b) “on-farm agribusiness” yaitu pertanian perimer dengan dukungan inputinput pertanian untuk menghasilkan produk-produk perimer di tingkat produsen/petani; (c) down-stream agribusiness” / sisi hilir yang menyangkut kepada aspek-aspek agroprosesing (olahan) produk-produk perimer menjadi produk-produk olahan; serta (d) pengembangan market inteligen/penyiasatan pemasaran dan kelembagaan penunjang seperti jasa, keuangan, infrastruktur, dll. Untuk melakukan perencanaan yang lebih akurat dalam mengembangkan model pertanian perdesaan berbasis inovasi, maka dibutuhkan data-data awal yang mewakili kondisi wilayah Desa Buahan Kaja antara lain berupa data-data yang digali dari potensi desa melalui survey PRA (Participatory Rural Appraisal), dengan melibatkan berbagai pihak untuk menggali berbagai potensi pengembangan agribisnis agroindustri pedesaan
2
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
serta permasalahannya sebagai dasar dalam menyusun perencanaan pengembangan model pengembangan pertanian perdesaan melalui inovasi teknologi. METODE Kawasan agropolitan Payangan khususnya di desa Buahan Kaja termasuk dalam zona agroekosistem lahan kering dataran tinggi beriklim basah. Potensi pengembangan sumberdaya pertanian sangat baik namun diperlukan inventarisasi potensi sumberdaya pertanian tahap awal yang meliputi aspek biofisik (lahan, tanaman dan input lainnya), sosial ekonomi, kelembagaan dan eksisting teknologi di lokasi pengkajian. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat potensi dan permasalahan adalah pendekatan dengan menggunakan metodologi Participatory Rural Appraisal (PRA). PRA merupakan cara belajar dari dan dengan anggota petani untuk menemukan, menganalisis dan mengevaluasi kendala dan peluang sehingga dapat diketahui dan diputuskan dengan cepat dan tepat waktu program-program atau pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dalam pelaksanaan PRA di Desa Buahan Kaja, kegiatan ini melibatkan peran serta dari petani setempat seperti Subak Abian/Kelompok, pedagang, staf Desa, KTNA, PPL, Kepala Dusun, Kepala Desa, serta instansi terkait di Pemda dan peran BPTP Bali selaku fasilitator. Dalam studi PRA di Desa Buahan Kaja ditetapkan beberapa metode pendekatan meliputi sebaran jenis komoditi, elaborasi peta/situasi wilayah, penetapan ranking masalah, kalender musiman, pembuatan diagram ven/kelembagaan, kalender harian, analisis sosial ekonomi/pendapatan dan transek HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Buahan Kaja berada di poros jalan yang menghubungkan Ubud dan Kintamani bagian Barat sehingga potensi yang dimilikinya adalah sangat strategis dalam pengembangan ekonomi pedesaan dan wisata pertanian. Berdasarkan data Master Plan Kawasan Agropolitan Payangan Gianyar (2005) maka terlihat topografi wilayahnya secara umum miring ke arah selatan dengan kemiringan berkisar (100 – 730) meter di atas permukaan air laut. Morfologinya landai dengan kemiringan lahan sebagian besar berkisar 0–5 % dan pada tempat–tempat tertentu, seperti di lembah– lembah dekat sungai kemiringannya berkisar antara 5–15 % sedangkan di tepi–tepi sungai yang curam kemiringannya bisa mencapai di atas 15%. Secara geologi desa Buahan Kaja termasuk kawasan yang memilki batuan induk yang berasal dari bahan vulkanis berupa lahan Buyan, Beratan dan Batu, yang terdiri dari jenis tanah regosol masih muda dan belum mengalami pelapukan yang sempurna sehingga jenis tanah ini memiliki sifat porous. Dari elaborasi peta / situasi wilayah, maka dapat dilihat Desa Buahan Kaja yang terdiri dari wilayah berlereng, mempunyai tingkat kesuburan lahan cukup baik dan pemanfaatan lahan yang masih semi intensif walaupun masukan input saprodi kimiawi juga relatif tinggi pada beberapa komoditi terutama komoditi pangan. Rata-rata pemilikan lahan petani di Desa Buahan Kaja adalah sekitar 0,50 Ha, dan rata-rata kepemilikan sapi bali bervariasi dengan kisaran pemilikan 2-4 ekor/KK. Menurut pendapat petani setempat, bila hendak menerapkan sistem integrasi tanaman ternak untuk lahan 1 Ha diperlukan 8 ekor sapi. Dengan Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
jumlah ternak yang cukup maka peluang mengembangkan pupuk organik cukup tinggi untuk mendukung produktivitas tanaman. Secara umum berdasarkan data profil desa diperoleh gambaran bahwa sumber mata pencaharian penduduk maupun potensi sumberdaya di desa Buahan Kaja sebagian besar berupa usaha dalam pertanian (Tabel 1). Penggunaan lahan di Desa Buahan Kaja Kecamatan Payangan mencapai 1.637.42 ha meliputi lahan pertanian seluas 790.76 ha yang terdiri dari lahan persawahan seluas 298.40 ha, perkebunan seluas 149.20 ha dan lahan tegalan/ladang seluas 343.16 ha. Lahan permukiman seluas 126.50 ha, bangunan/fasilitas sosial seluas 14.16 ha, lahan berupa hutan seluas 5.00 ha, fasilitas rekreasi dan olah raga seluas 696.00 ha. Tabel 1. Struktur Mata Pencaharian Penduduk dan penggunaan lahan di Desa Buahan Kaja Kecamatan Payangan Gianyar No
Sumber Mata Pencaharian
1 2 3 4 5 6 7
Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan / perladangan Peternakan Industri Kecil Jasa / perdagangan
Jumlah (orang) 790 100 2.179 47 85
Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Lahan Pertanian a. Persawahan b. Perkebun c. Ladang/Tegalan Pemukiman Bangunan Fasilitas Sosial Hutan
790,76 298,40 149,20 343,16 126,50 14,16 5,00
Sumber : Profil desa Buahan Kaja (2007).
Dari berbagai jenis komoditas yang ada di desa Buahan Kaja, maka terdapat 3 kelompok sumber pendapatan yaitu dari tanaman semusim (padi),tanaman tahunan ( kakao, kopi, pisang dan salak) serta dari ternak (sapi, babi dan ayam). Untuk tanaman padi dilakukan penanaman 2 kali setahun, sementara untuk tanaman kebun produksinya bervariasi. Dengan demikian maka diperoleh gambaran adanya peluang yang sangat baik untuk mendiseminasikan paket-paket teknologi di tingkat petani antara lain : (a) peluang teknologi penanganan limbah seperti teknologi fermentasi dan pengolahan limbah (untuk pakan dan pupuk), teknomologi pengolahan limbah untuk energi biogas, teknologi budidaya/pemeliharaan tanaman yang lebih intensif dan inovatif pada tanaman padi, sekolah lapang budidaya kakao, salak, dan tanaman lainnya, (b) peluang teknologi untuk ternak sapi bali meliputi diseminasi paket teknologi probiotik biocas, diseminasi paket teknologi pakan, diseminasi teknologi pengolahan pupuk organik padat dan cair, diseminasi teknologi kesehatan ternak, dan perbaikan kandang untuk kesehatan ternak. Berdasarkan data yang ada, di tingkat lapangan ditemukan beberapa jenis masalah yang nantinya dapat dibenahi sehingga memberikan peluang yang baik (Tabel 2). Dalam kegiatan usahatani padi membutuhkan penanganan budidaya yang baik, penanganan OPT dan penanganan pemasaran. Pada komoditi kakao masalah penyakit PBK belum tertangani dengan baik sehingga membutuhkan teknologi budidaya yang sehat (membutuhkan SL-GAP –good agriculture practices), serta penanganan limbah. Demikian pula halnya dengan tanaman lainnya yang membutuhkan penanganan budidaya berbasis inovasi teknologi. Sementara pada hortikultura buah seperti salak, pisang dan buah lainnya yang memiliki pasar baik untuk kebutuhan upacara dan 4
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
konsumsi masih perlu ditingkatkan mengarah pada pertanian organik. Pada budidaya hortikultura salak bali yang sebagian besar masyarakat telah membudidayakan dan sudah berproduksi dibutuhkan teknologi penanganan pasca panen terutama olahan salak misalnya untuk wine. Kebutuhan inovasi teknologipa masalah yang ada seperti berikut : Tabel 2. Ranking Masalah Beberapa Komoditas Utama Yang Dikembangkan Di Desa Buahan Kaja Kecamatan Payangan Gianyar, 2010. Uraian Padi
Alasan Sebagai makanan pokok Kondisi lahan cocok untuk padi Warga semua menanam padi
Kakao
Pendapatan rutin Kondisi lahan mendukung Sekali tanam, panen berkali-kali Harga mendukung
Kopi
Penambahan pendapatan Tanam sekali, panen berkali-kali
Penyakit busuk batang dan busuk buah
Pisang
Untuk upacara Penambahan pendapatan
Penyakit layu pisang secara sporadic.
Salak
Tanaman utama di dusun Tengipis hampir semua petani menanam salak penambahan pendapatan Penambahan pendapatan Pemasaran mudah Nilai ekonomis tinggi Bisa dipelihara sepanjang musim
Harga murah sewaktu musim panen
Sapi
Masalah Tanam hanya 2 x setahun Serangan hama tikus Penyakit merah daun dan ada ulat pada daun Perkembangan tanaman lambat Pupuk terlalu mahal Penyakit PBK
Ketersediaan pakan di musim kemarau Serangan penyakit koreng dan mencret Peningkatan berat badan lambat
Pemecahan Penggunaan bio urine sebagai pupuk sekaligus menekan kedatangan Tikus Bio urine juga berfungsi sebagai pestisida organic. Penggunaan pupuk urea wajib ditekan hingga tidak memakai urea lagi dan disubstitusi dengan pupuk organic (kompos MOL), dan bio urine agar mampu mengarah pada beras organic. Agar dilakukan panen secara rutin dan sering. Buah busuk agar ditanam sekaligus melakukan sanitasi. Demikian pula agar dibuat rorak untuk menampung limbah organik. Dilakukan penanganan limbah cangkang kakao untuk pakan ternak. Pemangkasan. Sanitasi dan pemupukan organic. Pemangkasan.
Dilakukan pemupukan organic dengan baik dan dosis cukup, Dilakukan sanitasi, Tanaman terserang agar dicabut dan dibakar atau ditanam - Penangnan salak untuk pasar kota dan luar kota - Pengolahan salak untuk wine. - penanganan untuk salak organic
Penyimpanan rumput kering tetapi tidak mencukupi Pakan alternative – jerami padi Vaksinasi Suntik obat
Harapan Penanggulangan hama tikus Teknologi budidaya untuk meningkatkan produksi Beras organic.
Teknologi penanggulangan penyakit busuk buah Teknologi budidaya Teknologi pengolahan limbah kulit kakao untuk pakan
penanggulangan penyakit busuk buah dan busuk batang teknologi budidaya Teknologi pasca panen. penanggulangan penyakit layu pisang penanganan pemupukan organik - Teknologi pasca panen
Teknologi pakan ternak Pengolahan limbah ternak untuk pupuk dan energi Vaksinasi secara rutin Teknologi perkandangan
Berdasarkan Tabel 2 di atas ternyata terdapat permasalahan yang berkaitan dengan aspek produksi/budidaya, kesehatan/penyakit, pemasaran, serta pada aspek kelembagaannya. Untuk itu beberapa alternatif teknologi telah diaplikasikan di tingkat petani. Walaupun terdapat beberapa permasalahan yang membutuhkan teknologi spesifik lokasi namun kelebihan yang ada dalam kawasan pengkajian di desa Buahan Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Kaja adalah tersedianya sumberdaya air yang berlimpah yang bersumber dari mata air. Dengan demikian potensi dan peluang pengembangan pertanian organik khususnya beras organik akan sangat mungkin dapat dilakukan terutama untuk pengembangan komoditi padi organik. Untuk itu pemanfaatan pupuk organik cair bio urine sudah menjadi kebutuhan petani. Dalam menyikapi pengembangan pertanian secara berkelanjutan maka pola tanam juga menjadi perhatian terutama dalam menyikapi ketidakpastian musim dan serangan OPT. Pembagian musim yang jelas antara musim hujan (MH) dan musim kemarau (MK) memberi respon yang berbeda pada perilaku petani dalam mengelola usahataninya. Gambaran umum Kalender Musiman petani Desa Buahan Kaja disajikan dalam Tabel 3 berikut. Tabel 3. Kalender Musiman Petani di Desa Buahan Kaja No
Uraian 4
1. 2. 3. 4. 4. 5. 6.
5
6
7
8
Bulan 10
9
11
12
1
2
3
Hujan Olah Tanah Tanam Memupuk Panen Jual Sapi Kesulitan pakan
Memperhatikan bagan di atas terlihat bahwa kegiatan usahatani petani di Desa Buahan Kaja masih dapat ditingkatkan, terlihat dari aktivitas pengolahan tanah, tanam dan panen khususnya padi hanya 2 kali setahun sehingga potensi mengintroduksikan tanaman dengan model baru sepertisistim tanam jajar legowo 2:1 sangat tepat dilakukan. Hal ini akan dapat memberikan peningkatan pendapatan dari komoditi pangan. Selain itu dengan adanya sumber air membuat para petani tidak terlalu memiliki masalah pengairan pada musim kemarau walaupun terdapat musim kemarau. Sementara penjualan termak untuk mendapat harga yang layak dilakukan sekitar bulan Nopember/Desember berkaitan dengan hari raya (Lbaran, Natal dan Tahun Baru) serta pada bulan lainnya. Namun dalam kesulitan pakan pada bulan-bulan tertentu ternyata dapat di atasi dengan memberikan jerami hasil panen sebagai pakan mengingat dalam musim kemarau tanaman padi juga masih berproduksi akibat adanya sumber air dari mata air. Dalam mendukung keberhasilan petani maka peran kelembagan petani dan lembaga lain di Desa Buahan Kaja sangat penting keberadaannya dalam menjembatani kebutuhan aktivitas masyarakat. Secara umum tercatat sekitar 9 jenis kelembagaan di masyarakat yang mempengaruhi aktivitas masyarakat dengan interaksinya sebagai berikut :
6
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Koperasi Desa/Koperasi Subak
LKMD, LMD
Gambar 1. Diagram Venn Kelembagaan di Desa Buahan Kaja Kec. Payangan Kab. Gianyar Hubungan, pengaruh dan kedekatan serta manfaat suatu kelembagaan baik formal ataupun non-formal dengan masyarakat seperti di kelompok Subak Abian Tengipis Desa Buahan Kaja terlihat dalam Diagram Venn diatas. Pada lembaga permodalan terdapat beberapa lembaga yang dirasakan memberikan akses langsung terhadap anggota subak,(subak adalah kelembagaan petani baik sawah maupun tegalan) yaitu : LPD, Koperasi Subak dan Koperasi Desa. Lembaga Pengkreditan Desa (LPD) terkait erat dengan subak Tengipis, subak Selat maupun subak abian Buana Sari dimana modal usaha ataupun kebutuhan rumah tangga anggota subak lebih sering menggunakan jasa LPD tersebut, sehingga LPD menurut masyarakat terutama anggota subak sangat berperan penting di desa serta dapat mengantisipasi kebutuhan mendesak terutama dalam usaha pertanian diperdesaan. Lembaga sosial ataupun kemasyarakatan juga cukup bervariasi yang ada di lokasi kegiatan, antara lain : LKMD/LPM, BPD (Badan Pemusyawarahan Desa, Organisasi Pemuda (STT), Organisasi Kesenian ( sekehe (kelompok) gong, sekehe topeng dan sekehe beleganjur) namun yang berperan serta memiliki hubungan erat dengan subak abian adalah BPD serta LKMD. Semua warga masyarakat di desa termasuk anggota subak abian/tegalan sangat mentaati semua keputusan BPD maupun LKMD. Hal menyangkut adat kebiasaan menjadi suatu yang sangat sakral untuk dilaksanakan termasuk pengaturan yang menyangkut bidang pertanian. Dalam memasarkan hasil pertanian, masyarakat subak air (sawah) dan subak abian (tegalan) lebih cenderung menjual hasil pada tengkulak yang beroperasi diwilayahnya walaupun dari sisi permodalan tengkulak dianggap kecil namun jasa tengkulak dirasakan sangat meringankan pada saat penjualan hasil karena masyarakat Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
tani dapat melakukan transaksi langsung ditempat atau dirumah petani. Adanya pasar yang cukup besar di kecamatan yaitu Pasar Payangan tidak memberikan pengaruh berarti bagi masyarakat karena harga jual hanya mempunyai selisih sedikit dibandingkan dengan dijual ke tengkulak. Demikian halnya dengan Pasar Hewan Beringkit yang menurut masyarakat lokasinya agak jauh dari desa tempat tinggalnya, hanya kebutuhan bibit sapi saja yang dibeli di pasar beringkit. Kebutuhan sarana produksi untuk kebutuhan benih dan bibit tanaman lain didapatkan dari antar petani serta ada juga berupa bantuan dari dinas pertanian. Alat-alat pertanian berupa cangkul, sabit banyak didapat dari pedagang keliling yang datang ke desa. Khususnya tenaga pengolah lahan banyak menggunakan jasa penyewaan traktor yang ada didesa. Dinas Pertanian dan Peternakan juga sangat sering mengunjungi subak air maupun abian dalam melakukan pembinaan serta memberikan bantuan selain benih yaitu bibit sapi di masyarakat terutama anggota subak Tengipis. Sehingga peranan Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan PPL sangat berarti bagi masyarakat anggota subak abian. Apabila dicermati tingkat aktivitas petani untuk usaha pertanian maka terdapat beragam kebiasaan petani namun dalam Tabel 4 dapat dilihat rata-rata aktivitas harian petani. Dari aktivitas ini petani dapat melakukan berbagai aktivitas termasuk non pertanian. Berikut digambarkan kalender harian petani (pria) di Desa Buahan Kaja, sebagai cerminan aktivitas harian seorang petani dalam mengelola usahataninya. Secara garis besar aktivitas harian mereka dapat dicatat sebagai berikut. Tabel 4. Aktivitas Harian Petani di Desa Buahan Kaja Kec. Payangan Gianyar No 1. 2. 3.
Kegiatan/Aktivitas Tidur Bekerja di kebun Aktivitas lain Jumlah
Jumlah (Jam) 9 jam (pk. 21.00 – 06.00) 7 jam (pk. 07.00 – 11.00 dan 13.00 – 16.00) 8 jam 24 jam
Pola umum pembiayaan aktivitas harian seseorang adalah 8 jam tidur, 8 jam bekerja dan 8 jam aktivitas lain. Disini terlihat porsi jam tidur melebihi dari pola normal dan sebaliknya aktivitas bekerja kurang dari biasanya. Hal ini berkaitan dengan pola tanam serta pemeliharaan ternak sehingga menyebabkan aktivitas masih ada lowong terutama pada saat padi berbuah sehingga kegiatan utama berpindah pada ternak dan usaha di kebun atau kerja non farm seperti berburuh atau pengarajin. Dari usaha tani komoditi utama yang ada di Desa Buahan Kaja yaitu Padi, Kakao, Kopi, Kelapa, cengkeh, pisang dan salak maka diperoleh pendapatan seperti Tabel 5. Total pendapatan mencapai Rp. 13.075.000 per tahun terdiri dari pendapatan dari padi Rp. 4.000.000 sementara dari lahan kering/tegalan mencapai Rp. 9.075.000 dari berbagai komoditi yaitu kakao, kopi, kelapa, cengkeh, pisang dan salak. Dalam pola tanam padi mampu ditanam 2 kali dalam setahun, tanaman kakao berproduksi setiap 2 atau 3 minggu dalam perioda setahun kecuali masa tidak berbuah pada bulan Januari-Maret, kopi sekali per tahun, kelapa panen sekali dalam 3 bulan, pisang setiap 3 bulan, salak 2 kali setahun dan sapi, babi serta ayam bervariasi. 8
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Tabel 5. Pendapatan Usaha Tani Untuk Lahan Sawah dan Lahan Tegalan di desa Buahan Kaja Jenis Tanaman
Pendapatan (Rp)
Persentase
Padi Kakao Kopi Kelapa Cengkeh Pisang Salak Total
4.000.000 1.500.000 1.300.000 3.000.000 2.500.000 1.125.000 150.000 13.075.000
30.59 (a) 11.47(d) 9.94 (e) 22.12 (b) 19.12 (c) 8.60 (f) 1.15 (g) 100
Keterangan; Angka a, b,c,d,e,f,g menunjukkan urutan prioritas titik ungkit pengembangan teknologi. Karena kelapa dan cengkeh merupakan tanaman tahunan yang tidak membutuhkan perawatan intensif maka titik ungkit prioritas menjadi padi, kakao, kopi, pisang dan salak. Pendapatan dari sector peternakan menunjukkan bahwa pemeliharaan ternak sapi masih memberikan pendapatan yang lebih baik dibanding dengan babi dan ayam, namun karena ternak babi dan ayam dapat dipelihara di sektar rumah maka komoditi ternak ini juga menjadi penting. Tabel 6. Pendapatan Dari Uasaha Tani Ternak Di Desa Buahan Kaja No. 1 2 3
Jenis Ternak Sapi Babi Ayam Total
Rata-rata Jumlah Ternak 2 ekor/kk 2 ekor/kk 30 ekor anakan/kk
Pendapatan (Rp) 3,500,000 2,000,000 150,000 5,650,000
Walaupun pendapatan keluarga secara umum berasal dari sektor pertanian dan peternakan, namun pendapatan di luar usaha tani juga menjadi sangat penting baik sebagai buruh, tukang maupun sebagai pedagang (Tabel 7). Terlihat bahwa pendapatan dari berburuh untuk kerajinan tangan memperoleh hasil terbesar. Hal ini dimaklumi karena produk kerajinan memiliki pasar yang baik. Tabel 7. Pendapatan diluar usaha tani di desa Buahan Kaja No 1
2
Uraian Jenis Usaha off Farm ; Buruh tanam padi Buruh panen padi Buruh panen kopi
Kontribusi pendapatan /thn Rp. 800.000 ,Rp. 500.000 ,Rp.300.000 ,-
Jenis Usaha non Farm Tukang bangunan Pedagang (warung) Buruh kerajinan tangan Buruh angkut kayu
Rp. 800.000,Rp. 1.200.000,Rp. 2.000.000,Rp. 300.000,-
Total
Rp. 5.900.000,-
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
KESIMPULAN Sesuai hasil studi PRA maka terdapat berbagai potensi serta tantangan dalam upaya mendiseminasikan paket-paket teknologi spesifik lokasi di desa Buahan Kaja. Kondisi wilayah yang berbukit dengan struktur tanah lempung berpasir membutuhkan penanganan konservasi. Faktor kesulitan yang tertinggi adalah adanya keterbatasan akses terhadap teknologi perbaikan budidaya baik tanaman maupun ternak, pengolahan produk dan limbah sehingga dalam pelaksanaan pengembangan pertanian perdesaan berbasis inovasi di desa Buahan Kaja perlu melakukan penanganan perbaikan budidaya tanaman padi, perkebunan, hortikultura buah, pengolahan produk pangan dan pengolahan limbah. Dari aspek kelembagaan maka terdapat interaksi antara berbagai pihak yang sesungguhnya dapat menguatkan kelembagaan bila ditangani dengan baik. Dari komoditi tanaman yang dikembangkan, terdapat 4 kelompok komoditas utama yang secara terus menerus memberikan pendapatan yaitu tanaman pangan (padi), tanaman perkebunan (kelapa, cengkeh, kakao, dan kopi), tanaman hortikultura buah (pisang dan salak) serta dari ternak (sapi, babi dan ayam). Dalam kegiatan ini disarankan agar mengintroduksikan teknologi integrasi ternak pada usaha tani tanaman secara holistic sehingga mampu memberikan peningkatan efisiensi usaha tani dan keuntungan petani.
DAFTAR PUSTAKA Abdulgani dan H. Sembiring, 2000. Potensi pengembangan lahan kering di NTB. Seminar Nasional IP2TP Denpasar. Guntoro, S., M. Londra, M. Mastra S. dan Sriyanto. 2003. Pengkajian Integrasi Pengembangan Ternak dan Tanaman Kopi. Proyek PAATP - BPTP Bali. Kariada, I.K., N. Darmesta, M. Londra dan FX Lukito. 2002. Laporan Pengkajian Integrasi Ternak Sapi Potong dan Sayuran di Lahan Kering Dataran Tinggi beriklim Basah. BPTP Bali. Kariada, I.K., N. Darmesta, M. Londra dan Nengah Dwijana. 2003. Laporan Pengkajian Integrasi Ternak Sapi Potong dan Sayuran di Lahan Kering Dataran Tinggi beriklim Basah. BPTP Bali. Kariada, I.K., IB Aribawa, M. Londra dan Nengah Dwijana. 2004. Laporan Pengkajian Agribisnis Ternak Sapi dan Sayuran di Lahan Kering Dataran Tinggi beriklim Basah. BPTP Bali. Kariada, I.K. dan I.G.A.K Sudaratmaja. 2006. Quick Assessment. Penjajakan wilayah Primatani Gianyar. Kartini, L. 2000. Pertanian Organik. Seminar Nasional IP2TP Denpasar. Master Plan, 2000. Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan Gianyar. Profil Desa Buahan Kaja, 2007. Prima Tani Gianyar.
10
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Suprapto., I.N. Adijaya., I.K. Mahaputra dan I.M. Rai Yasa. 2001. Laporan Akhir Penelitian Sistem Usahatani Diversifikasi Lahan Marginal. IP2TP Denpasar. Bali Suyasa, N. Guntoro, S. dan Widiyazid K. 1998. Sistem Usahatani Penggemukan Sapi Bali dengan Intriduksi Teknologi Baru. Laporan Hasil Pengkajian Bagian Proyek SUT –Instalansi Penelitian dan Pengkajian Teknlogi Pertanian Bali. Yovita.2002. Pembuatan Pupuk Organik. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012