Perkebunan dan Lahan Tropika J. Tek. Perkebunan & PSDL
ISSN: 2088-6381 Vol 1, Juni 2011, hal 28-36
IDENTIFIKASI STATUS DAN LUAS LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN KABUPATEN SINTANG Rini Hazriani1 ABSTRAK Terdapat perubahan paradigma dalam hal cara pandang terhadap kawasan perbatasan dimana sebelumnya kawasan perbatasan dianggap sebagai bagian belakang dari negara ini, maka sekarang pemerintah menganggap kawasan perbatasan sebagai sebuah beranda depan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu kajian mengenai potensi lahan yang dapat dimanfaatkan petani di kawasan perbatasan kabupaten Sintang sangat penting. Penelitian bertujuan untuk mengkaji status pemanfaatan lahan di kawasan perbatasan kabupaten Sintang di tinjau dari aspek hukum, ekonomi, sosial dan budaya; dan melakukan identifikasi potensi pemanfaatan lahan untuk optimalisasi pertanian/perkebunan di wilayah perbatasan kabupaten Sintang. Metode penelitian dilaksanakan dalam 5 tahapan: persiapan, survei pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisis data (status lahan, potensi dan kesesuaian lahan) serta penyajian hasil (laporan dan peta). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan dengan Status Fungsi Kawasan APL yang berpotensi untuk diusahakan dan dimanfaatkan bagi pengembangan komoditas pertanian seluas 22.887,98 Ha dan harus dikonservasi seluas 6.537,01 Ha dan komoditas perkebunan yang berpotensi untuk dikembangkan adalah tanaman Karet Kata kunci :kawasan perbatasan, status lahan, potensi lahan
PENDAHULUAN Pada era pembangunan sekarang ini terdapat perubahan paradigma dalam hal cara pandang pemerintah terhadap kawasan perbatasan dengan negara tetangga. Kalau sebelumnya kawasan perbatasan dianggap sebagai bagian belakang dari negara ini, maka sekarang pemerintah menganggap kawasan perbatasan sebagai sebuah beranda depan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan paradigma ini akan memberikan harapan baik khususnya bagi masyarakat kawasan perbatasan. Masyarakat perbatasan yang telah lama merasa tertinggal dalam banyak hal, kini mereka akan lebih diperhatikan dibandingkan dengan pada masa sebelumnya. Sejalan dengan perubahan paradigma tersebut, cara pandang terhadap kawasan perbatasan dan juga sudah merupakan konsekuensi dari perubahan tersebut, maka secara bertahap kegiatan pembangunan kawasan akan mengalami perubahan yang sangat berarti. Desa-desa di kawasan perbatasan Kalimantan Barat yang meliputi 113 desa 1
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Pontianak
28
dengan luas 20.352 km2. Desa-desa yang berbatasan langsung dengan garis batas negara tetangga di kabupaten Sintang berjumlah 8 desa dengan luas 195.892,13 ha. Umumnya desa-desa di sepanjang garis batas kabupaten Sintang ini masih sangat tertinggal. Kondisi ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat masih sangat rendah dan kondisi infrastruktur (jalan, penerangan, air bersih, telekomonikasi) sangat kurang serta aksesibilitas dari pusat pemerintahan kabupaten masih sangat sulit. Program-program pembangunan yang ada sekarang kurang mampu sepenuhnya mengakomodir harapan masyarakat, hal ini disebabkan antara lain program-program yang dilaksanakan kurang melibatkan partisipasi aktif masyarakat desa, sehingga belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perbatasan kabupaten Sintang. Sebaliknya, walaupun program-program pembangunan yang akan diterapkan kepada masyarakat perbatasan kabupaten Sintang sudah sedemikan baiknya, namun hal tersebut tidak akan berjalan secara lancar jika di dalam masyarakatnya sendiri belum memiliki
Rini Hazriani
kejelasan mengenai status lahan yang mereka miliki serta pemanfaatan lahan yang ada di kawasan perbatasan itu sendiri. Oleh karena itu kajian mengenai potensi lahan yang dapat dimanfaatkan petani di kawasan perbatasan kabupaten Sintang adalah merupakan sebuah keharusan. Dimana, kajian yang dilakukan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai kondisi pemanfaatan lahan yang telah ada serta pengembangan potensi pemanfaatan lahan, sehingga program pembangunan yang akan dilaksanakan benarbenar berpihak pada masyarakat, yaitu dengan memberikan perlindungan terhadap apa yang menjadi haknya dan sesuai dengan yang apa mereka butuhkan serta pada akhirnya mampu turut memperkuat perekonomian negara serta membantu mengamankan aset dan kekayaan negara di kawasan perbatasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status pemanfaatan lahan di kawasan perbatasan kabupaten Sintang di tinjau dari aspek hukum, ekonomi, sosial dan budaya;dan melakukan identifikasi potensi pemanfaatan lahan untuk optimalisasi pertanian/perkebunan yang disarankan di kelola oleh masyarakat di wilayah perbatasan kabupaten Sintang. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kabupaten Sintang mulai 11 Juli sampai 10 Desember 2007 Tahapan penelitian Persiapan pelaksanaan Menyusun rencana kerja dan jadwal kegiatan, menyusun kuesioner dan menyiapkan perangkat survey lapangan. Survei pengumpulan data: a. Data sekunder: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan wilayah perbatasan, Peraturan/Kebijakan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten yang berhubungan dengan pembangunan kawasan perbatasan dan Undangundang/Peraturan Pertanahan. Data / petapeta, peta administrasi Provinsi kalbar tahun 2005 skala 1 : 500.000, peta administrasi kabupaten tahun 2005 skala 1 : 250.000, peta RTRW Kabupaten tahun 2005 skala 1 : 250.000, peta penunjukan kawasan hutan dan pertanian Propinsi
J. Perkebunan & Lahan Tropika, Vol. 1, Juni 2011
Kalimantan Barat (Kalbar) SK Menhut no.259 tahun 2000 skala 1 : 250.000, peta sebaran lahan perkebunan kelapa sawit Provinsi Kalbar tahun 2007 skala 1 : 250.000, peta penutupan pahan Provinsi Kalbar tahun 2005 skala 1 : 250.000, peta tanah Provinsi Kalbar tahun 1970 skala 1 : 500.000, peta topografi Provinsi Kalbar tahun 1974 skala 1 : 250.000, peta RePProT Land System Provinsi Kalbar tahun 1987 skala 1 : 250.000, Google Earthpro Image dan citra satelit Landsat SPOT 5 dengan resolusi 28,5 m x 28,5 m, profil kecamatan/desa, statistik provinsi, kabupaten dan kecamatan. b. Data primer: Pengambilan data sosial, ekonomi dan budaya masyarakat serta penelusuran status lahan yang diusahakan masyarakat melalui metode wawancara dan kuesioner. Identifikasi sumberdaya tanah secara langsung dengan mengacu kepada peta dasar wilayah yang meliputi jenis tanah, pH dan drainase. Pengolahan dan analisis data Analisis batas wilayah administrasi desa dilakukan pada setiap desa yang berbatasan langsung dengan negara tetangga menggunakan peta administrasi provinsi dan kabupaten, dan peta RTRW kabupaten. Analisis status lahan dilakukan pada setiap desa dengan pendekatan overlay peta-peta yang mengacu pada peta penunjukan kawasan hutan dan pertanian (peta fungsi kawasan) dan peta penyebaran perkebunan sawit. Analisis menghasilkan lahan sisa yang dapat dimanfaatkan dengan status Areal Penggunaan Lain (APL). Analisis berikutnya adalah memadukan lahan yang dapat dimanfaatkan ini dengan Peta Penutupan Lahan dan identifikasi Google Earthpro Image dan Citra Satelit Landsat SPOT 5 untuk mengetahui apakah lahan sisa ini sudah/pernah diusahakan atau belum baik yang berada di dalam maupun di luar Fungsi Kawasan APL. Lahan yang sudah/pernah diusahakan ini dapat berstatus kepemilikan sebagai lahan masyarakat dan/atau tanah negara. Analisis potensi lahan dilakukan pada setiap desa dengan pendekatan overlay peta-peta yang mengacu pada peta tanah, peta topografi dan peta sistem lahan RePProT. Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan memadukan kesesuaian lahan sesuai 29
Rini Hazriani
Identifikasi Status dan Luas Lahan
potensinya dengan keinginan masyarakat setempat (sesuai dengan sosial-budayaekonomi yang diperoleh dari data primer), serta mempertimbangkan potensi pemanfaatan bagi masyarakat terhadap pengembangan beberapa komoditas yang sesuai dan potensi di desa tersebut. Lahan yang dapat dimanfaatkan, kecuali pemukiman, dipadukan dengan kesesuaian lahannya menghasilkan potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk usaha pertanian/perkebunan dengan status hukum yang pasti. Penyajian hasil Melakukan penyusunan penyajian peta-peta.
laporan
dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi umum wilayah dan kependudukan Provinsi Kalimantan Barat merupakan provinsi yang berbatasan dengan negara bagian Serawak Malaysia. Secara geografis terletak antara 00o 30’ – 02o 05’ Lintang Utara dan antara 109o 16’ – 114o 12’ Bujur Timur. Panjang garis perbatasan Kalimantan Barat dengan Sarawak adalah 966 kilometer. Kabupaten Sintang merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara bagian Serawak Malaysia yaitu tepatnya pada kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah dan jumlah desa yang berbatasan langsung adalah 8 desa. Luas desadesa yang dilintasi garis perbatasan adalah 195.892,13 ha dengan jumlah penduduknya sebanyak 15.450 jiwa, sehingga kepadatan penduduk di wilayah desa-desa sepanjang perbatasan kabupaten Sintang adalah 5 orang per kilometer persegi. Berdasarkan stasiun iklim yang terdekat, iklim di desa-desa sepanjang perbatasan kabupaten Sintang termasuk ke dalam tipe A’ berdasarkan klasifikasi Schmidt-Fergusson, dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar 2490,3 mm per tahun. Musim hujan terjadi hampir setiap bulan sepanjang tahun dengan curah hujan rata-rata tertinggi pada bulan juli dan terendah pada bulan Oktober. Potensi ekonomi masyarakat Pengembangan pendidikan di wilayah desa-desa sepanjang perbatasan cukup memprihatinkan, meskipun jumlah prasarana sekolah terus bertambah, namun jumlah muridnya mengalami trend yang cenderung 363230363230363230630
menurun ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan prasarana dan sarana pendidikan yang dibangun selama ini hanya untuk sekolah dasar. Karena itu, sumberdaya manusia (SDM) masyarakat di desa-desa sepanjang perbatasan sebagian besar tamat SD. Mata pencaharian utama masyarakat di wilayah desa-desa sepanjang perbatasan umumnya perkebunan karet. Lada, kakao dan kopi merupakan mata pencaharian tambahan.Tanaman kakao dan kopi umumnya dinaungi dengan pohon durian. Tanaman hortikultura ini juga menjadi mata pencaharian utama musiman. Masyarakat di perbatasan tidak banyak yang menanam padi dan jikapun menanam hanya untuk kebutuhan konsumsi walaupun hasilnya tidak pernah mencukupi. Potensi perkembangan perekonomian menurut daerah irigasi dan non irigasi di desadesa perbatasan Kabupaten Sintang memperlihatkan bahwa daerah irigasi, daerah tadah hujan/rawa dan Pertanian Lahan Kering (PLK) terdapat di kedelapan desa di perbatasan yaitu Gut Jaya Bakti, Jasa, Nanga Bayan, Rasau, Senaning, Sei Seria, Swadaya dan Wana Bakti. Selanjutnya, berdasarkan potensi perkembangan perekonomian menurut komoditas maka desa yang memiliki potensi perkebunan terdapat di kedelapan desa tersebut, sedangkan peternakan dan perikanan terdapat di Gut Jaya Bakti, Swadaya dan Wana Bakti. Infrastruktur jalan di dalam wilayah desadesa sepanjang perbatasan umumnya hanya berupa jalan tanah dan hanya bisa dilewati oleh kendaraan bermotor roda-2. Kondisi prasarana jalan umumnya belum memadai, tetapi bagi desa-desa yang dilewati jalur sungai mereka menggunakan prasarana sungai untuk transportasinya. Desa-desa di perbatasan Kabupaten Sintang umumnya memiliki bangunan pemerintahan, pendidikan dan Kesehatan meskipun belum memadai. Jaringan jalan hampir ada di semua desa-desa perbatasan kabupaten Sintang kecuali Sungai Seria. Ketersediaan fasilitas air bersih juga tersedia hampir di semua desa terkecuali di desa Jasa dan Nanga Bayan. Semua desa diperbatasan ini bisa dilalui transportasi sungai. Selanjutnya, sarana listrik hanya terdapat di desa Gut Jaya Bakti, Jasa, Senaning, Swadaya dan Wana Bakti. Pengairan dan Jaringan Telekomunikasi terdapat di desa Gut Jaya Bakti, Jasa, Swadaya dan Wana Bakti.
Rini Hazriani
J. Perkebunan & Lahan Tropika, Vol. 1, Juni 2011
Topografi Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis Peta Topografi menunjukan bahwa penyebaran lahan di Kabupaten Sintang digolongkan dalam 5 kelas lereng yaitu landai sampai datar (<2%), berombak (2–8%), berbukit (16-25%), bergumuk (>26-40%) dan bergunung (> 40 %). Penyebaran Topografi dari pada setiap desa-desa perbatasan dapat dilihat pada Gambar 1.
Sistem lahan Dalam kajian analisis lahan mengacu pada Peta System Lahan RePPProt (1987) dengan skala 1:250.000. konsep dasar RePPProt mendasar pada “Ecoligical Principle”yang saling ketergantunganyang erat antara tipe batuan, hidro-klimatologi, landform, tanah dan organisme.Peta sistem lahan yang ada di sepanjang desa-desa perbatasan (Gambar 3) 110°50'
111°00'
48000 0
490000
111°10'
500000
510000
520000
111°20' 530000
111°30' 540 000
550000
111°40' 560000
570000
580000
N 111°00' 500000
490000
510000
111°10' 520000
111°20' 530000
11 1°30' 540000
550000
11 1°40' 560000
570000
580000
1°10'
9 Kilo me ters
3
0
3
6
9 Kilometers
120000
120000
130000
1°10'
6
120000
120000
Semawang A
1°00'
110000
110000
1°00' 110000
Sun A gai bu ah
Uwak A
Rasau A Muakan A
PAangk up
A
100000
100000
Sem udi k A
0°50'
0°50'
90000
A
490000
500000
510000
111°00'
520000
530000
540000
111°10'
550000
111°20'
560000
570000
11 1°30'
80000
0°40' 70000
0°40' 70000
110°50'
580000
11 1°40'
48000 0
Gambar 1. Peta topografi desa perbatasan Kabupaten Sintang Jenis Tanah Berdasarkan tekstur tanahnya, sebagian besar merupakan jenis tanah PMK (Podsolik erah Kuning) sekitar 10,5 juta hektar, sebagaian berupa brown forest litosol dan organosol serta OGH (Orgosol Grey Humus) sekitar dua juta hektar. Tingkat kepekaan terhadap erosi berkisar antara sangat peka sampai dengan cukup peka. Berdasarkan hasil survei, di 8 desa yang berbatasan langsung dengan Malaysia maka diketahui bahwa penyebaran jenis tanah adalah Komplek Podsolik Merah Kuning (PMK), Latosol, Litosol seluas 103.902,66 ha dan PMK seluas 97.504,79 ha. Bentuk fisiografi lahan antara lain pegunungan patahan dan dataran. Adapun bahan induknya untuk PMK, Latosol dan Litosol adalah batuan endapan dan batuan beku (Gambar 2) 111 °0 0' 50 0000
490000
510000
111°1 0' 520000
111 °2 0' 530000
111 °3 0' 540000
550000
111 °40' 560 000
570000
580000
3
6
9 K ilo me ters
110°50'
490000
500000
111°00'
510000
520000
111°10'
530000
540 000
111°20'
550000
560000
111°30'
570000
580000
111°40'
Gambar 3. Peta sistem lahan desa perbatasan Kabupaten Sintang
Kondisi pemanfaatan ruang Kawasan konversi Kawasan konservasi di wilayah perbatasan terdiri dari Taman Nasional, Cagar Alam (CA), Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam luas keseluruhan yang ada di wilayah perbatasan adalah ± 1.080.550 ha terletak di sebagian Kabupaten Sambas, Landak dan Kapuas Hulu.
Hak penguasaan hutan/ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) Terdapat beberapa perusahaan yang memiliki seluruh atau sebagian areal di kawasan perbatasan dengan luas 277.240 ha. Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi dari Dinas Kehutanan, ternyata semua IUPHHK hanya aktif secara administrasi, artinya sudah tidak mendapatkan target produksi tahunan.
120000
120000
130000
0
1°10'
3
130000
1°10'
N
PETA JEN IS T A N AH D E SA PE R B A TAS A N KA B U P ATE N SIN TA N G
70000
70000
Kampung Batas De sa Kontur In terv al 25 M Jalan
0°40'
0°40'
KETERANGAN :
80000
80000
80000
A
90000
90000
90000
0°50'
0°50'
KETERANGAN :
A Kampung Batas Desa Jalan Repprot Land System BAKUNAN BATU AJAN BERIWIT BUKIT PANDAN KLARU LAWANGUWANG MANTALAT MAPUT No Data PAKALUNAI PENDREH SUHAID TAMBERA TELAWI TEWEH
Secangkul A
Sec A a ngkul
Sem aw ang A 110000
Tintengd agas A
Sem a rih A
110000
Idai A
Sun A gai buah
1°00'
Uwa k A
Ma A ra kai P anj ai Keb er au A
Ng A W ak 1°00'
Pangkup A
Nangahentalooi A Ngeliyai A
Ngeliya i A
Lub A ukpan ta k B A agau Ras au A SAungai bul u
Muaka n A 100000
Eng A k erooh Sem ud ik A
100000
A
S ENAN IN G
Pan gk up A
Nanga hental ooi A
GA edang
0°50'
0°50'
Ngeliy ai A
90000
90000
Sec ang kul A A
80000
80000
K E TE R A N GA N : A Ka mp ung Ba tas D es a Ja la n Je ni s Tan ah Al uvi al Ko mp le ks PM K, L a toso l d a n Li tos ol L ato so l Org a no s ol G le i H um u s Po d sol Po d sol ik M e ra h Ku n in g N o D ata
110°5 0'
490000
70000
480000
0°40'
0°40'
Sungaibulu A Semudik A
Gedang A
Na A ngahental ooi
GAedang
Engkerooh A
SENANING
100000
Sun A gai bulu
EAngk erooh
100000
A
SENAN IN G
110°5 0' 480000
Sungaibuah A
Bagau A
Lu A bukpantak
Rasau A Mu A akan
480000
Tintengdagas A
Semarih A
Lubukpantak A
B A ag au
A
Idai A
110000
Tin A ten gdagas
Sem ar ih A
1°00'
Mar A akai Pan jai KAeber au
Ida i A
1°00'
Uw A ak
Marakai Panjai A Keberau A
Ng A Wak Sem aw ang A Ng A W ak
70000
1°10'
3
1°10'
0
130000
3
PETA LAND SYSTEM DESA PERBATASAN KABUPATEN SINTANG
130000
N
PE TA TOPO GRAFI DE SA PERBATAS AN KABUPATE N SINTANG
130000
110°50' 480000
50 0000
111 °0 0'
510000
520000
111°1 0'
530000
540000
111 °2 0'
550000
560 000
111 °3 0'
570000
Hutan tanaman produksi Secara umum, kondisi HTI yang ada, tidak cukup bagus. Terdapat 3 perusahaan yang mempunyai sebagian pencadangan arealnya di wilayah perbatasan seluas 322.220 ha.
580000
111 °40'
Gambar 2. Peta jenis tanah desa perbatasan Kabupaten Sintang 31
Rini Hazriani
Identifikasi Status dan Luas Lahan
Transmigrasi Beberapa pencadangan untuk kegiatan transmigrasi juga terdapat di wilayah perbatasan Sintang seluas 7.660 ha.
Perkebunan Berdasarkan Laporan Perkembangan Perkebunan Besar di Provinsi Kalimantan Barat, maka perusahaan yang mempunyai sebagian atau seluruh areal pencadangan di wilayah perbatasan (Peta penyebaran perkebunan Gambar 4). 110°50'
111°00'
480000
490000
111°10'
500000
510000
111°20'
520000
530000
111°30 ' 540000
111°40'
550000
560000
570000
58000 0
130000
3
6
9 Kilometers
120000
120000
0
HLB
HPT Semawang A 110000
HPT
HPT
Uwak A
Idai A Lubukpantak A
HLB
PLK
Sungaibuah A PLK
PLK HLB
HLB
Ras au A
HPT
Sungaibulu A
PLK
Engk e rooh A
HLB PLK
Semudik A
PLK
Pangk up A
Nangahentalo oi A
Gedang A
HP PLK
PLK
0°50'
HP
PLK
90000
0°50'
Ngeliyai A
90000
100000
A
SENANING PLK
HPT
Marakai Panjai A Tintengdagas A
Semarih A
PLK
Bagau A
HLB
Muak an A 100000
HPT
Kebe r au A
Ng A W ak
110000
HLB
1°00'
1°00'
1°10'
3
130000
1°10'
N
PETA LAHAN PERKEBUNAN DESA PERBATASAN KABUPATEN SINTANG
PLK
Secangkul A A
HP
HP
0°40'
0°40'
80000
80000
PLK
A
Kampung Jalan Batas Desa Fungsi Kawasan Penc. Kebun K elapa Sawit
480000
70000
70000
KETERANGAN :
490000
500000
110°50'
510000
111°00'
520000
530000
540000
111°10'
550000
111°20'
560000
570000
111°30 '
58000 0
111°40'
Gambar 4. Peta lahan perkebunan desa perbatasan Kabupaten Sintang 110°50 ' 480000
111°00 ' 500000
49 0000
510000
11 1°10' 520000
11 1°20' 530 000
11 1°30' 540000
550000
11 1°40' 560000
570 000
580000
130000
0
3
6
9 K ilo me ters
120000
120000
SAem awa ng 110000
Tinteng dagas A
SAem ar ih
110000
Idai A
SAunga ibu ah
1°00'
Uw A ak
Ma A r akai P anj ai KAeber au
Ng A W ak 1°00'
1°10'
3
130000
1°10'
N
PETA FUNGS I KAW ASAN DESA P ERBATASAN KABUPATEN SINTANG
Lubukp antak A Bagau A Rasau A Muakan A 100000
SAung aibu lu
EAngk ero oh SAem udi k
100000
A
SE NA NIN G
PAangk u p
Nang ahen tal ooi A
Gedang A
90000
90000
0°50'
0°50'
Ng A eli yai
Sec angku l A
80000
80000
A
KE TE RANGAN : Kampung Batas De sa Jalan Fungsi Kaw as an Hu tan Lindu ng Bak au Hu tan Prod uk si Hu tan Prod uk si Konve rsi Hu tan Prod uk si Ter bata s Perta nia n Laha n Ker ing Tam anwis ata Alam
70000
110°50 '
49 0000
70000
480000
0°40'
0°40'
A
500000
111°00 '
510000
520000
11 1°10'
530 000
540000
11 1°20'
550000
560000
11 1°30'
570 000
dimanfaatkan dibatasi hanya pada lahan dengan status fungsi kawasan APL. Berdasarkan analisis overlapping peta Fungsi Kawasan dan peta Penyebaran Kebun Sawit, diperoleh lahan sisa yang dapat dimanfaatkan dalam status APL untuk seluruh desa di sepanjang perbatasan kabupaten Sintang seluas 26.840,78 Ha.Status lahan yang ada saat ini di desa-desa perbatasan Kabupaten Sintang sebagian besarnya merupakan Hutan Lindung Bakau (HLB), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi (HP), selain itu juga terdapat Areal Penggunaan Lain (APL) sehingga jumlah totalnya adalah 197.583,81 hektar. Namun dari status lahan-lahan yang tersebut di atas, sebagian lahannya juga dalam status pencadangan atau milik perkebunan swasta yaitu seluas 39.662,06 ha, sehingga lahan yang tersisa sekitar 157.921,75 ha. Dengan adanya status lahan sebagai kawasan konservasi yaitu Hutan Lindung Bakau, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi, maka lahan yang masih dapat dimanfaatkan oleh masyarakat perbatasan adalah Lahan sisa untuk APL yaitu seluas 26.840,78 ha. Berdasarkan Peta Penutupan Lahan di sepanjang desa-desa perbatasan kabupaten Sanggau (Gambar 6) maka penutupan lahannya terdiri dari ; Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs), Hutan Rawa Sekunder (Hrs), Pertanian Lahan Kering Campuran (PLKc), Semak Belukar (B), Tanah Terbuka (T), Pemukiman (Pm), Hutan Lahan Kering Primer (Hp), Tubuh Air (A), Awan, (Aw), Belukar Rawa (Br), Perkebunan (Pk), Hutan Rawa Primer (Hrp) dan Hutan Mangrove Sekunder (Hms).
580000
11 1°40' 11 0°50' 480000
111°00 ' 500000
490000
510000
111°10 ' 520000
111 °2 0' 530000
11 1°30' 540000
550000
111°40 ' 56000 0
570000
580000
0
3
6
9 Kilo meters
120000
120000
130000
3
1°00'
110000
Mar A aka i Panj ai KAeber au
Idai A
Tin A ten gdag as
SAem ar ih
Sun A gai buah
Lubukp antak A B A agau Ra A sau Muakan A 100000
A
Sun A gai bul u
EAngk erooh Sem ud ik A
SE NA NING
100000
PAangk up
Na A ngah entalo oi
Ged ang A
0°50'
Ngeliya i A
KET ER AN G AN :
SAec an gkul
80000
0°40' 70000
500000
111°00 '
510000
520000
111°10 '
530000
540000
111 °2 0'
550000
56000 0
11 1°30'
570000
70000
490000
0°40'
11 0°50'
80000
A Kampung Jalan Batas Desa Vegetasi Hutan Lahan Ke ring Pri mer Hutan Mangrove Primer Hutan Rawa Pri mer Hutan Lahan Ke ring Sek under Hutan Mangrove Sekunde r Hutan Rawa Sek under Hutan Tanaman Perkebunan Permukiman Pertambangan Pertanian Laha n Kering Pertanian Laha n Kering Campu ran Rawa Sawah Semak/Belukar Belukar Rawa Tambak Tanah Terbuka Transmigrasi Tubuh Air No Data
A
480000
90000
90000
0°50'
363230363230363230632
Uwak A
110000
Berikut ini adalah status lahan kawasan di desa-desa sepanjang perbatasan kabupaten Sintang (Gambar 5) berdasarkan Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Pertanian Propinsi Kalimantan Barat SK Menhut no.259 tahun 2000. Lahan yang dapat dimanfaatkan berdasarkan fungsi kawasan adalah status lahan APL, sementara HPK dapat dimanfaatkan dengan persyaratan khusus. Dalam kajian ini, analisis lahan yang dapat
SAem awa ng Ng A W ak
1°00'
Status lahan a. Status kawasan dan penutupan lahan
1°10'
1°10'
N
PETA V EG ETASI LAHAN DESA P ERBATASAN KABUPATEN S INTANG
130000
Gambar 5. Peta fungsi kawasan desa perbatasan Kabupaten Sintang
580000
111°40 '
Gambar 6. Peta penutup lahan desa perbatasan Kabupaten Sintang Kriteria lahan yang sudah/pernah diusahakan ditentukan berdasarkan peta Penutupan Lahan sebagai lahan : pemukiman,
Rini Hazriani
perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campuran, tanah terbuka, semak/belukar dan belukar rawa. Lahan sisa yang dapat dimanfaatkan dalam Status Fungsi Kawasan APL sebagiannya sudah/pernah diusahakan dan sebagiannya lagi belum. Total lahan yang sudah/pernah diusahakan dalam Status Fungsi Kawasan APL merupakan lahan APL seluas 24.957,12 Ha dan belum diusahakan (tanah terbuka, belukar rawa, rawa) seluas 1.883,66 Ha (Tabel 3.15). Hal ini dapat dilihat dari peta Penutupan Lahan yang di-overlapping-kan dengan peta Fungsi Kawasan dan peta Penyebaran Kebun Sawit (Gambar 7).
J. Perkebunan & Lahan Tropika, Vol. 1, Juni 2011
sistem lahan yang dipadukan dengan karakteristik lahan hasil survei. Berdasarkan analisis sistem lahan pada lahan sisa yang dapat dimanfaatkan pada Status Fungsi Kawasan APL, ternyata lahan yang berpotensi diusahakan hanya 22.887,98 Ha, sisanya 6.537,01 Ha harus dikonservasi.
Gambar 8. Peta sistem lahan sisa lahan untuk pertanian dan perkebunan desa perbatasan Kabupaten Sintang
Gambar 7. Peta sisa lahan untuk pertanian Lahan yang diusahakan ini dan sudah/pernah perkebunan desa perbatasan dapat merupakan tanah dengan status milik Kabupaten Sintang masyarakat dan/atau tanah negara. Berdasarkan peta Penutupan Lahan yang di-overlapping-kan dengan peta Fungsi Kawasan dan peta Penyebaran Kebun Sawit, lahan sisa yang sudah/pernah diusahakan terdapat juga di luar Fungsi Kawasan APL seluas 50.908,07 Ha. Apabila lahan ini dapat dimanfaatkan juga sebagai lahan usaha masyarakat, maka akan diperoleh total lahan yang dapat diusahakan seluas 77.748,85 Ha dengan Status Fungsi Kawasan APLdan Luar APL
Lahan yang berpotensi diusahakan tersebut dianalisis karakteristik system lahannya sehingga diperoleh kesesuaian lahan untuk komoditas tanamannya. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan analisis kesesuaian lahan maka diperoleh beberapa sistem lahan dan kesesuaiannya untuk beberapa komoditi (Tabel 7).
Status lahan pada masyarakat Lahan yang dapat dimanfaatkan yang sudah dimiliki masyarakat sebagai lahan usaha umumnya tidak memiliki surat-menyurat tentang kepemilikan tanah, kecuali lahan untuk pemukiman sudah ada yang mempunyai Sertifikat dan Surat Keterangan Tanah (SKT).
Potensi dan kesesuaian lahan Potensi lahan di desa-desa sepanjang perbatasan kabupaten Sintang dianalisis berdasarkan peta tanah, peta topografi dan peta 33
Perkebunan dan Lahan Tropika J. Tek. Perkebunan & PSDL
ISSN: 2088-6381 Vol 1, Juni 2011, hal 28-36
Tabel 7. Sistem lahan dan kesesuaian lahan di kawasan perbatasan Kabupaten Sintang No 1
Kecamatan / Desa Ketungau Tengah Gut Jaya bakti
Swadaya
Wana bakti
2
Ketungau Hulu Jasa
Nanga Bayan
Rasau
34
Sistem Lahan
Lereng (%)
Drainase
pH
Luas (Ha)
BPD PDH TBA TWB BRW
> 60 40-60 > 60 26-40 >26-40
Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang
Agak Rendah Agak Rendah Sedang Rendah Agak Rendah
3.934,122 54,159 870,287 1.997,739 12.930,93
Konservasi
TWH
16-25
Baik-sedang
Agak Rendah
3.766,163
LWW
2-8
Baik
Rendah
19.504,14
BRW MPT PDH TBA
>26-40 40-60 40-60 > 60
Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang
Agak Rendah Agak Rendah Agak Rendah Sedang
6.608,218 296.535 2.200,583 1.954,16
Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa Karet, Kelapa sawit, Nenas, Lada, Kopi, Umbi-umbian, Kelapa, Kakao Konservasi
TWH TDR
16-25 16-25
Baik-sedang Baik-sedang
Agak Rendah Agak Rendah
7.184,648 1.123,438
Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa
LWW
2-8
Baik
Rendah
8.059,256
Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, Umbiumbian, Kelapa, Kakao
BLI
<2
Buruk
Agak Rendah
356,159
BRW MPT PDH TBA
>26-40 40-60 40-60 > 60
Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang
Agak Rendah Agak Rendah Agak Rendah Sedang
10.652,8 367,972 1.803,27 357,392
Karet* Kelapa Sawit, Durian, Umbiumbian,Nenas, Padi, Tebu dan Kelapa Konservasi
TWH TDR
16-25 16-25
Baik-sedang Baik-sedang
Agak Rendah Agak Rendah
5.460,967 183,405
LWW
2-8
Baik
Rendah
8.662,04
BRW LPN TBA
>26-40 > 60 > 60
Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang
Agak Rendah Agak Rendah Sedang
6.662,494 253,01 1.338,058
Konservasi
TWH
16-25
Baik-sedang
Agak Rendah
1.584,171
LWW
2-8
Baik
Rendah
10.778,89
BPD BRW
> 60 >26-40
Baik-sedang Baik-sedang
Agak Rendah Agak Rendah
1.449,763 8.853,605
Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, Umbiumbian, Kelapa, Kakao Konservasi
TWH
16-25
Baik-sedang
Agak Rendah
1.218,759
LWW
2-8
Baik
Rendah
3.088,342
BRW LPN MPT
>26-40 > 60 40-60
Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang
Agak Rendah Agak Rendah Agak Rendah
13.912,59 4,099 1.302,761
Kesesuaian Komoditi
Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, Umbiumbian, Kelapa, Kakao
Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, Umbiumbian, Kelapa, Kakao Konservasi
Rini Hazriani
J. Perkebunan & Lahan Tropika, Vol. 1, Juni 2011
Lanjutan Tabel 7. Sistem lahan dan kesesuaian lahan di kawasan perbatasan Kabupaten Sintang No
Kecamatan / Desa
Senaning
Sungai Seria
Sistem Lahan TWH
Lereng (%) 16-25
Drainase
pH
Luas (Ha)
Kesesuaian Komoditi
Baik-sedang
Agak Rendah
1.166,532
LWW
2-8
Baik
Rendah
11.757,95
BRW MPT TWH
>26-40 40-60 16-25
Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang
Agak Rendah Agak Rendah Agak Rendah
7.098,676 5.091,574 2,471
Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, Umbiumbian, Kelapa, Kakao Konservasi
LWW
2-8
Baik
Rendah
16.622,45
BRW MPT TBA
>26-40 40-60 > 60
Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang
Agak Rendah Agak Rendah Sedang
707,531 4.771,676 726,692
TWH
16-25
Baik-sedang
Agak Rendah
565,568
Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, Umbiumbian, Kelapa, Kakao Konservasi
Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa
Tabel 8. Luas lahan dapat dimanfaatkan dengan status PLK yang berpotensi diusahakan dan kesesuaian lahannya. No 1
Kabupaten Sintang
Jlh Kec
Jlh Desa
2
8
Lahan Berpotensi Diusahakan (Ha) 22.887,98
Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Tanaman yang Mempunyai Kesamaan pada Setiap Desa Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Durian, Nenas, Lada, Kopi, Umbi-umbian, Kakao
Keterangan: *perbaikan drainase untuk daerah yang flat < 2% dan berdrainase buruk. Pada Tabel 8 ditunjukkan kesesuaian lahan untuk komoditas tanaman yang mempunyai kesamaan pada setiap desa perbatasan. Tanaman karet, kelapa sawit dan kakao sesuai untuk dikembangkan di desadesa sepanjang perbatasan di wilayah kabupaten. SIMPULAN Lahan usaha masyarakat di desa-desa sepanjang perbatasan Kabupaten Sintang umumnya belum mempunyai surat kepemilikan tanah. Lahan sisa yang dapat dimanfaatkan berada dalam status fungsi kawasan APL seluas 26.840,78 Ha tersebar di desa-desa sepanjang perbatasan dengan kondisi yang sudah/pernah diusahakan seluas 24.957,12 Ha dan yang belum diusahakan seluas 1.883,66 Ha. Lahan dengan Status Fungsi Kawasan APL yang berpotensi untuk diusahakan dan dimanfaatkan bagi pengembangan komoditas pertanian seluas 22.887,98 Ha dan harus dikonservasi seluas
6.537,01 Ha. Lahan di Luar Status Fungsi Kawasan APL namun sudah/pernah diusahakan seluas 50.908,07 Ha. Apabila lahan ini dapat dimanfaatkan, maka luas total lahan di Dalam dan Luar status APL yang dapat diusahakan seluas 77.748,85 Ha. Pemanfaatan lahan dan perolehan hak kepemilikan tanah diprioritaskan pada lahan dalam status APL yang berpotensi untuk pengembangan komoditas pertanian seluas 22.887,98 Ha. Menyelesaikan masalah kepastian status hukum lahan di desa-desa di sepanjang perbatasan antara Departemen Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional dan Departemen Pertahanan dan Keamanan serta antar Kedua Negara khususnya yang terkait dengan Koordinat Batas. Pengadaan sertifikat tanah secara gratis dengan prioritas lahan yang sudah diusahakan dalam Status Fungsi Kawasan APL dan kesesuaian lahannya berpotensi untuk pengembangan komoditas pertanian atau perkebunan. Berdasarkan keinginan masyarakat dan kesesuaian 35
Rini Hazriani
lahannya maka komoditas perkebunan yang berpotensi untuk dikembangkan adalah tanaman Karet. Peningkatan infrastruktur jalan, penerangan, air bersih dan telekomunikasi yang kurang memadai untuk mendukung percepatan pembangunan ekonomi masyarakat di desa-desa sepanjang perbatasan sangat diperlukan. DAFTAR PUSTAKA
Identifikasi Status dan Luas Lahan
1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Tim Bappeda Propinsi Kalimantan Barat. 2002. Kondisi Sosial Ekonomi Daerah Perbatasan Kalimantan Barat-Serawak. Kerjasama Bappeda propinsi Kalimantan Barat dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Barat. Pontianak.
Centre for Soil and Agroklimate Research Bogor. 1994. Evaluasi Lahan Untuk Berbagai Penggunaan. PT. ANDAL Agri Karya Prima Bogor.
Tim
Djaenudin, D. , Marwan H., Subagyo, Anny M., dan N. Suharta. 2000. Versi ketiga. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.
Tim Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Barat. 2007. Rencana Pengembangan Agribisnis Perkebunan di Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat. Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Barat. Pontianak.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan. Bogor.
Tim Lembaga Penelitian Tanah Bogor. 1980. Penjelasan Pemetaan Tanah. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor.
Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi kedua. Bahasa Indonesia.
36323036323036323062
Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Barat. 2007. Kalimantan Barat dalam Angka. Indotama. Pontianak.