EMBRYO VOL. 6 NO. 2
DESEMBER 2009
ISSN 0216-0188
PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI Aminah Happy MA Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Abstract The objectives of this research are to calculate the contribution of main agriculture commodities in enhancing income surplus and multiplier effect, to know the specialization and locality level of basic agricultural commodity, in order to determine the development priority of agricultural commodity in Wonogiri Regency. Quantitative method and analysis were implemented in this research in the formulation of income surplus analysis, sector specialization analysis, sector locality analysis and analysis of agricultural commodity priority. Results showed that income multiplier effect in Wonogiri Regency was 1.550836 which means that every Rp 1,000,000.00 of agricultural basic commodity income will generate agricultural income in Wonogiri Regency at Rp 1,550,836.00. Average specialization quotient number of Wonogiri Regency was 0,324983 meant that in general there was no specialization in agricultural activity. Therefore, there was no specialization in certain commodity. Agricultural commodities that have a high locality level or relatively centered in one region were cassava, corn and peanut. Key Words: Specialization Quotient, Locality Quotient, Basic Commodity
Pendahuluan Keberhasilan perencanaan pembangunan di suatu daerah sangat berkaitan dengan kualitas perencanaan pembangunan yang disusun oleh daerah tersebut. Perbedaan kondisi daerah akan membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan berbeda pula. Terkait dengan potensi pembangunan yang dimiliki setiap daerah sangat bervariasi, maka setiap daerah harus menentukan kegiatan sektor ekonomi yang dominan (Sjafrizal, 1997). Salah satu cara pendekatan perencanaan pada model ekonomi regional, yaitu basis ekonomi. Model ini dapat menjelaskan struktur ekonomi daerah menurut kegiatan ekonomi suatu daerah atas dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Suatu daerah dapat melakukan pembangunannya apabila dapat memproduksi lebih dari kebutuhannya atau ada surplus, dan surplus dapat digunakan untuk usaha-usaha pembangunan lebih lanjut. Bagi daerah yang belum surplus, maka usaha pembangunan harus diusahakan untuk secepatnya menciptakan surplus bagi satu atau lebih komoditas, yang merupakan keunggulan daerah. Inti dari teori ini menyatakan bahwa karena sektor unggulan menghasilkan barang dan jasa untuk dipasarkan di luar daerah yang
bersangkutan, maka penjualan ke luar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap sektor unggulan, tetapi juga menaikkan permintaan akan sektor non unggulan. Berdasarkan teori ini, sektor unggulanlah yang harus dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Arsyad, 1999). Sektor basis dalam analisis lanjutan penting untuk menentukan pola kebijakan dalam pembangunan regional. Karena adanya sektor basis pada suatu daerah tertentu berimplikasi pada adanya endowment factor yang melimpah atau dukungan sumberdaya manusia, sehingga daerah tersebut mempunyai keunggulan komparatif yang tinggi pada sektor tertentu. Dengan melihat sektor basis sebagai komoditas ekspor ke daerah lain, dapat diperoleh pola hubungan yang berkaitan antar wilayah serta potensi pengembangan untuk masing-masing wilayah (Richardson,1997). Di dalam pembangunan wilayah untuk mempercepat perkembangannya harus
126
Peran Dan Identifikasi ...
126 – 132
diberikan penekanan pada sektor-sektor unggulan yang dapat memberikan dampak lebih luas terhadap kesejahteraan serta memberikan efek pengganda (multiplier effect) pada sektor lain. Dengan memberikan penekanan pada sektor-sektor tertentu secara simultan dapat dicapai peningkatan kesejahteraan dan pengembangan wilayah secara lebih luas. (Widayanto, 2000). Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan kompetitif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Adanya potensi ekonomi di suatu daerah tidaklah mempunyai arti bagi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut bila tidak ada upaya memanfaatkan dan mengembangkan potensi ekonomi tersebut secara optimal. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi ekonomi yang potensial harus menjadi prioritas utama untuk digali dan dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah secara utuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran sektor pertanian terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Wonogiri dilihat dari surplus pendapatan yang diberikan serta efek pengganda yang ditimbulkan, mengetahui tingkat spesialisasi dan lokalisasi komoditas basis pertanian di Kabupaten Wonogiri dan mengidentifikasi komoditas pertanian yang diprioritaskan untuk dikembangkan di Kabupaten Wonogiri. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Maksudnya suatu penelitian yang ingin mengungkapkan atau menjawab tentang pertanyaan berapa atau berapa banyak suatu hal atau obyek yang diamati. Disebut juga penelitian analitik yaitu merupakan penelitian yang dilakukan untuk melakukan pengujian kebenaran hipotesis dan analisisnya secara statistik atau kuantitatif (Wisadirana, 2005). Daerah penelitian diambil secara sengaja di Kabupaten Wonogiri, atas pertimbangan kelengkapan data, dan Kabupaten Wonogiri merupakan daerah yang sektor pertaniannya memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian wilayah.
(Aminah Happy MA)
Hasil Penelitian Data yang menunjukkan komoditas basis pertanian di Kabupaten Wonogiri adalah ditunjukkan pada Tabel 1. Komoditas basis pertanian masingmasing kecamatan di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah komoditas basis pertanian berbeda-beda untuk setiap kecamatan, dimana Kecamatan Girimarto mempunyai komoditas basis pertanian paling banyak yaitu 30 komoditas, sedangkan kecamatan yang mempunyai komoditas basis pertanian paling sedikit adalah Kecamataan Bulukerto dengan 5 komoditas. Perekonomian wilayah Kabupaten Wonogiri memiliki beberapa komoditas basis pertanian dari tiap sub sektor pertanian. Komoditas basis pertanian tersebut merupakan komoditas yang memiliki keunggulan nilai kontribusi dalam perbandingan antar wilayah dan merupakan komoditas yang berperan dalam meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pertanian yang pada akhirnya pengembangan komoditas tersebut akan meningkatkan pendapatan dari komoditas non basis pertanian serta sektor-sektor ekonomi lainnya dalam perekonomian di Kabupaten Wonogiri serta layak dikembangkan untuk pembangunan daerah Kabupaten Wonogiri tahun 2008 yakni: 1. Komoditas subsektor tanaman pangan yaitu komoditas padi sawah, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kedelai. 2. Komoditas sub sektor tanaman hortikultura yaitu mangga, durian, rambutan, pisang dan melinjo. 3. Komoditas sub sektor tanaman perkebunan yaitu kelapa dalam, cengkeh, mete, kapuk, kopi robusta, tanaman obat dan kapulaga. 4. Komoditas sub sektor peternakan yaitu sapi, domba, kambing, ayam buras dan ayam potong, itik dan entog. Analisis Surplus Pendapatan Dalam perekonomian Kabupaten Wonogiri, wilayah kecamatan yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena memiliki sisa surplus pendapatan dari sektor pertanian bernilai positif adalah mencakup seluruh kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Sehingga dengan sisa surplus pendapatan dari sektor pertanian memungkinkan dilakukannya investasi pada kegiatan-kegiatan di sektor pertanian yang dapat mendorong pertumbuhan
127
EMBRYO VOL. 6 NO. 2
DESEMBER 2009
ISSN 0216-0188
Tabel 1. Komoditas Basis Pertanian Tiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 Kecamatan
Jumlah Komoditas
Pracimantoro
17
Paranggupito
17
Giritontro
17
Giriwoyo
10
Batuwarno
19
Karangtengah
26
Tirtomoyo
19
Nguntoronadi
16
Baturetno
15
Eromoko
11
Wuryantoro
18
Manyaran
16
Selogiri
12
Wonogiri
21
Ngadirojo
19
Sidoharjo
20
Jatiroto
18
Kismantoro
21
Purwantoro
21
Bulukerto
5
Puhpelem
19
Slogohimo
24
Jatisrono
16
Jatipurno
25
Girimarto
30
Komoditas Basis Pertanian Padi gogo, Jagung, Ubi kayu, Kedelai, Kacang hijau, Sorghum, Kacang panjang, Cabe, Kelapa hibrida, Kelapa deres, Kapas, Melinjo, Wijen, Ayam potong, Ayam petelur, Itik, Benih ikan Padi gogo, Jagung, Ubi kayu, Mangga, Pisang, Kacang panjang, Kangkung, Bayam, Kelapa deres, Kapas, Empon-empon, Wijen, Sapi, Domba, Kambing, Ayam buras, Itik Padi gogo, Ubi kayu, Kedelai, Sorghum, Jeruk, Sirsak, Pisang, Kelapa dalam, Kapas, Melinjo, Wijen, Sapi, Domba, Kambing, Ayam buras, Ayam potong, Ikan air tawar Padi gogo, Jagung, Kacang Tanah, Kedelai, Mangga, Sukun, Jambu biji, Sawo, Pepaya, Benih ikan Padi gogo, Jagung, Ubi kayu, Kedelai, Pisang, Ketimun, Cabe, Terung, Kelapa dalam, Kapok, Kopi Arabica, Empon-empon, Janggelan, Melinjo, Sapi, Domba, Kambing, Ayam potong, Ayam petelur Jagung, Ubi kayu, Kacang Tanah, Kedelai, Alpokat, Jeruk, Sirsak, Sukun, Durian, Sawo, Pisang, Nanas, Bawang daun, Sawi, Tomat, Terung, Kangkung, Labu siam, Cengkeh, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Empon-empon, Panili, Janggelan, Lada, Kerbau Padi gogo, Ubi kayu, Kacang Tanah, Buncis, Cengkeh, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Emponempon, Panili, Janggelan, Lada, Wijen, Sapi, Kerbau, Domba, Ayam buras, Itik, Kayu jati, Kayu Rimba Padi sawah, Ubi kayu, Kacang Tanah, Kacang hijau, Kacang panjang, Sawi, Cabe, Terung, Bayam, Tebu, Sapi, Kambing, Ayam buras, Kayu jati, Kayu Rimba, Ikan air tawar Padi sawah, Kedelai, Kacang panjang, Cabe, Kelapa dalam, Kapok, Tebu, Sapi, Kambing, Ayam buras, Ayam potong, Ayam petelur, Itik, Benih ikan, Ikan air tawar Jagung, Ubi kayu, Kacang Tanah, Kedelai, Sukun, Sawo, Pepaya, Kacang panjang, Kapas, Ayam buras, Ayam potong Padi sawah, Kedelai, Kacang hijau, Sorghum, Mangga, Sawo, Kacang panjang, Bayam, Kelapa hibrida, Wijen, Sapi, Kambing, Ayam buras, Ayam potong, Itik, Kayu jati, Kayu Rimba, Ikan air tawar Padi sawah, Ubi kayu, Kacang Tanah, Kedelai, Jambu biji, Sawo, Ketimun, Tomat, Terung, Kangkung, Bayam, Wijen, Kerbau, Domba, Kayu jati, Benih ikan Padi sawah, Kacang hijau, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Tebu, Melinjo, Sapi, Ayam buras, Ayam potong, Kayu jati, Kayu Rimba, Benih ikan Padi sawah, Ubi kayu, Kacang Tanah, Kacang hijau, Mangga, Rambutan, Jeruk, Jambu biji, Sawo, Pepaya, Nanas, Kacang panjang, Ketimun, Kangkung, Bayam, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Tebu, Melinjo, Sapi, Kayu jati Kacang Tanah, Mangga, Rambutan, Sirsak, Jambu biji, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Jambu mete, Kapok, Tebu, Kapas, Kakao, Melinjo, Wijen, Kerbau, Ayam buras, Ayam potong, Kayu Rimba, Ikan air tawar Padi sawah, Kacang Tanah, Kacang panjang, Ketimun, Tomat, Kangkung, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Jambu mete, Kopi Robusta, Tebu, Empon-empon, Melinjo, Wijen, Sapi, Kerbau, Domba, Kambing, Ayam buras, Kayu jati Jagung, Kacang Tanah, Mangga, Pepaya, Kacang panjang, Ketimun, Terung, Kangkung, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Jambu mete, Kapok, Empon-empon, Wijen, Sapi, Kerbau, Itik, Kayu Rimba Jagung, Ubi kayu, Mangga, Rambutan, Jeruk, Sawo, Nanas, Bawang merah, Ketimun, Buncis, Bayam, Kelapa dalam, Cengkeh, Jambu mete, Kapok, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Empon-empon, Janggelan, Kerbau, Ayam petelur Padi sawah, Jagung, Ubi kayu, Kacang hijau, Alpokat, Mangga, Rambutan, Sirsak, Jambu biji, Sawo, Nanas, Kacang panjang, Sawi, Kelapa dalam, Jambu mete, Kapok, Kerbau, Domba, Kambing, Ayam buras, Itik Padi sawah, Jagung, Ubi kayu, Pisang, Ayam buras Jagung, Alpokat, Mangga, Rambutan, Jeruk, Sirsak, Pepaya, Pisang, Bawang merah, Tomat, Cengkeh, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Empon-empon, Domba, Kambing, Itik, Kayu jati, Kayu Rimba Padi sawah, Jagung, Alpokat, Mangga, Rambutan, Sirsak, Durian, Jambu biji, Sawo, Sawi, Ketimun, Tomat, Bayam, Kubis, Kelapa dalam, Cengkeh, Kapok, Kopi Robusta, Empon-empon, Melinjo, Domba, Kambing, Kayu jati, Kayu Rimba Padi sawah, Jagung, Pepaya, Kacang panjang, Sawi, Bayam, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Jambu mete, Kapok, Empon-empon, Melinjo, Wijen, Domba, Ayam buras, Kayu Rimba Padi sawah, Kacang Tanah, Rambutan, Pisang, Kacang panjang, Cabe, Buncis, Bayam, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Cengkeh, Jambu mete, Kapok, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Empon-empon, Kakao, Lada, Melinjo, Sapi, Domba, Kambing, Ayam buras, Kayu jati, Kayu Rimba Padi sawah, Kacang Tanah, Sorghum, Pisang, Bawang merah, Bawang putih, Bawang daun, Kacang panjang, Sawi, Cabe, Tomat, Terung, Buncis, Kangkung, Labu siam, Wortel, Kentang, Kelapa dalam, Kelapa hibrida, Cengkeh, Jambu mete, Kapok, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Empon-empon, Kakao, Panili, Lada, Melinjo, Wijen
Sumber: Analisis Data Sekunder
128
Peran Dan Identifikasi ...
126 – 132
ekonomi Kabupaten Wonogiri. Besarnya surplus pendapatan komoditas pertanian di Kabupaten Wonogiri dapat dicermati pada Tabel 2. Tabel 2. Surplus Pendapatan komoditas Basis Pertanian Setiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 (dalam Ribuan Rupiah) Surplus Pendapatan
Pengeluaran
Sisa Surplus Pendapatan
Pracimantoro
13029534,059
2652457,840
10377076,219
Paranggupito
4397661,556
955734,804
3441926,752
Giritontro
4309677,766
1212175,444
3097502,322
Giriwoyo
4839821,051
1867339,094
2972481,957
Batuwarno
4976505,139
1281675,817
3694829,323
Karangtengah
9478661,044
3228673,969
6249987,075
13716274,160
1947363,880
11768910,280
Nguntoronadi
5244947,624
1171915,309
4073032,315
Baturetno
2275786,700
937735,358
1338051,342
Eromoko
Kecamatan
Tirtomoyo
10191087,034
2451865,767
7739221,267
Wuryantoro
2566526,683
1216173,241
1350353,442
Manyaran
5668705,415
1237483,962
4431221,452
13022334,917
805268,704
12217066,213 3531588,322
Selogiri Wonogiri
4527608,503
996020,180
Ngadirojo
5343766,685
3069961,355
2273805,330
Sidoharjo
2347414,804
775671,583
1571743,221
Jatiroto
5377775,568
1582738,556
3795037,012
Kismantoro
13492834,775
1735602,374
11757232,401
Purwantoro
4229574,520
1212518,637
3017055,883
Bulukerto
3355433,886
2122339,789
1233094,097
Puhpelem
2636191,193
1038895,641
1597295,552
Slogohimo
1743315,378
1371408,426
371906,952
Jatisrono
4776821,187
816405,063
3960416,125
Jatipurno
2490361,580
1617116,942
873244,639
Girimarto
2954970,064
2031716,994
923253,070
Sumber: Analisis Data Sekunder
Dengan melihat Tabel 2. di Kecamatan Slogohimo surplus pendapatan, pengeluaran untuk membeli dan memenuhi komoditas non basis pertanian, dan sisa surplus pendapatan masing-masing sebesar Rp1.743.315.378,00, Rp1.371.408.426,00, dan Rp371.906.952,00. Sisa surplus pendapatan yang bernilai positif, tetapi relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan kecamatan lain. Ini berarti bahwa komoditas basis pertanian yang relatif besar yaitu 24 komoditas karena komoditas yang diusahakan relatif belum meningkatkan surplus pendapatan. Sedangkan Kecamatan Bulukerto mempunyai komoditas basis yang relatif sedikit dibandingkan dengan kecamatan lain, tetapi
(Aminah Happy MA)
mempunyai sisa surplus pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan Kecamatan Slogohimo karena mempunyai komoditas basis yaitu ayam buras yang memungkinkan dilakukannya investasi pada kegiatan basis pertanian yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah tersebut ke tingkat yang lebih tinggi. Kecamatan Selogiri memperoleh surplus pendapatan sebesar Rp13.022.334.917,00, pengeluaran untuk membeli dan memenuhi komoditas non basis pertanian sebesar Rp805.268.704,00. Sisa surplus pendapatan adalah Rp12.217.066.213,00. Sisa surplus pendapatan yang bernilai positif memungkinkan dilakukannya investasi pada kegiatan basis pertanian yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah tersebut ke tingkat yang lebih tinggi. Dalam perekonomian Kabupaten Wonogiri, wilayah kecamatan yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena memiliki sisa surplus pendapatan dari sektor pertanian bernilai positif adalah mencakup seluruh kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Sehingga dengan sisa surplus pendapatan dari sektor pertanian memungkinkan dilakukannya investasi pada kegiatan-kegiatan di sektor pertanian yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonogiri. Efek Pengganda Pendapatan Kegiatan Basis Pertanian Menurut teori basis ekonomi, wilayah pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah terjadi karena adanya efek pengganda pendapatan dari pembelanjaan kembali pendapatan yang diperoleh melalui penjualan barang dan jasa yang dihasilkan wilayah tersebut atas penjualan ke luar wilayah. Besarnya efek pengganda pendapatan dan pertumbuhan pendapatan di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 3. Peran sektor pertanian terhadap pembangunan daerah Kabupaten Wonogiri dapat dilihat dari besarnya efek pengganda pendapatan. Kabupaten Wonogiri memiliki efek pengganda pendapatan sebesar 1,550836 berarti bahwa setiap kenaikan pendapatan komoditas basis pertanian sebesar Rp 1.000.000,00 maka akan menghasilkan pendapatan total wilayah Kabupaten Wonogiri dari sektor pertanian sebesar Rp 1.550.836,00
129
EMBRYO VOL. 6 NO. 2
DESEMBER 2009
yang berarti bahwa ada penambahan pendapatan dari komoditas non basis pertanian sebesar Rp 550.836,00 dan dengan pertumbuhan pendapatan wilayah Kabupaten Wonogiri sebesar Rp3.944.416.080,00 pada tahun 2007. Hal ini dikarenakan sektor pertanian sudah dapat memberikan kontribusi pendapatan yang besar terhadap perekonomian wilayah. Tabel 3. Efek Pengganda Pendapatan Komoditas Basis Pertanian dan Pertumbuhan Pendapatan Setiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2007
Pracimantoro
1,300437
Pertumbuhan Pendapatan 6.129.580.000,00
Paranggupito
1,258425
3.419.960.000,00
Giritontro
1,462905
2.152.120.000,00
Giriwoyo
1,783835
5.011.120.000,00
Batuwarno
1,315436
2.189.180.000,00
Karangtengah
1,318938
9.363.730.000,00
Kecamatan
Efek Pengganda
Tirtomoyo
1,519398
4.011.760.000,00
Nguntoronadi
1,385483
1.438.060.000,00
Baturetno
1,634341
3.355.270.000,00
Eromoko
1,413099
8.741.520.000,00
Wuryantoro
2,208430
4.168.530.000,00
Manyaran
1,398878
3.491.500.000,00
Selogiri
1,557737
3.613.800.000,00
Wonogiri
1,341479
4.279.810.000,00
Ngadirojo
2,148786
7.938.930.000,00
Sidoharjo
1,710587
3.339.830.000,00
Jatiroto
1,572034
1.464.200.000,00
1,269773
2.226.620.000,00
Kismantoro Purwantoro
1,233946
3.195.730.000,00
Bulukerto
1,374204
(33.331.380.000,00)
Puhpelem
1,851723
38.671.330.000,00
Slogohimo
1,472672
6.106.510.000,00
Jatisrono
1,797939
4.914.910.000,00
Jatipurno
1,651210
2.975.300.000,00
Girimarto
1,789203
(263.440.000,00)
1,550836
3.944.416.080,00
Rata-rata
ISSN 0216-0188
keunggulan komparatif daerah tersebut dalam memproduksi komoditas pertanian tersebut. Kecamatan Selogiri mempunyai keunggulan komparatif yang relatif tinggi dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Wonogiri. Ini menunjukkan bahwa Kecamatan Selogiri mempunyai efisiensi yang relatif lebih tinggi dalam memproduksi komoditas pertanian sehingga pengembangan kegiatan pertanian untuk tujuan ekspor sangat menguntungkan kecamatan tersebut. Apabila dilihat secara keseluruhan wilayah Kabupaten Wonogiri memiliki nilai specialization quotient rata-rata sebesar 0,324983. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan Kabupaten Wonogiri tidak ada spesialisasi kegiatan pertanian sehingga tidak berspesialisasi pada komoditas tertentu, terlihat dari Tabel 4. Tabel 4. Specialization Quotient pada Setiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 Kecamatan
Specialization Quotient
Pracimantoro Paranggupito Giritontro Giriwoyo Batuwarno Karangtengah Tirtomoyo Nguntoronadi Baturetno Eromoko Wuryantoro Manyaran Selogiri Wonogiri Ngadirojo Sidoharjo Jatiroto Kismantoro Purwantoro Bulukerto Puhpelem Slogohimo Jatisrono Jatipurno Girimarto Rata-rata
Sumber: Analisis Data Sekunder
0,372166 0,388433 0,309293 0,285576 0,370438 0,344943 0,416287 0,413525 0,228117 0,367510 0,236803 0,332850 0,572035 0,275711 0,165973 0,275098 0,323365 0,463504 0,325230 0,347059 0,292912 0,139747 0,332406 0,285987 0,259617 0,324983
Sumber: Analisis Data Sekunder
Analisis Spesialisasi Sektor Penggunaan analisis Specialization Quotient untuk mengetahui adanya spesialisasi kegiatan pertanian dan mengetahui tingkat spesialisasi komoditas pertanian di Kabupaten Wonogiri. Semakin tinggi tingkat spesialisasi suatu komoditas pertanian, makin tinggi pula
Analisis Lokalisasi Sektor Kegiatan pertanian yang dilakukan di setiap kecamatan umumnya menghasilkan produk yang sama. Namun pendapatan yang diperoleh bervariasi untuk setiap kecamatan. Hal ini dapat dianalisis dari aspek lokalisasi
130
Peran Dan Identifikasi ...
126 – 132
yang dapat mendorong lokalisasi kegiatan pertanian. Secara umum lokalisasi komoditas pertanian di Kabupaten Wonogiri menyebar sangat merata dan tingkat lokalisasi setiap komoditas pertanian bervariasi. Komoditas pertanian yang mempunyai tingkat lokalisasi tinggi adalah komoditas ubi kayu, jagung dan kacang tanah yang berarti bahwa komoditaskomoditas tersebut relatif memusat di satu kecamatan. Hal ini dapat dicermati dari Tabel 5. Tabel 5. Locality Quotient Komoditas Pertanian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 Komoditas Padi Sawah Padi Gogo Jagung Ubi Kayu Kc. Tanah Kedelai Kc. Hijau Sorghum Alpokat Mangga Rambutan Jeruk Sirsak Sukun Durian Jambu Biji Sawo Pepaya Pisang Nanas Bawang Merah Bawang Putih Bawang Daun Kc. Panjang Sawi Ketimun Cabe Tomat Terung Buncis Kangkung Bayam Labu Siam
Locality Quotient 0,0100 0,0300 4,7869 9,9130 1,1313 0,7765 -0,8852 -0,3596 -0,9740 0,3023 -0,7278 -0,9558 -0,9158 -0,9791 -0,6376 -0,9338 -0,9541 -0,8688 0,0741 -0,9885 -0,9625 -0,9799 -0,9708 -0,7782 -0,9326 -0,8120 -0,4850 -0,9460 -0,9536 -0,8826 -0,9620 -0,9772 -0,9832
Komoditas Wortel Kentang Kubis Kelapa Dalam Kelapa Hibrida Kelapa Deres Cengkeh Jambu Mete Kapok Kopi Arabica Kopi Robusta Tebu Kapas Empon-empon Kakao Panili Janggelan Lada Melinjo Wijen Sapi Kerbau Domba Kambing Ayam Buras Ayam Potong Ayam Petelur Itik Kayu Jati Kayu Rimba Benih Ikan Ikan Air Tawar
(Aminah Happy MA)
2. Pengembangan komoditas basis pertanian memberikan dampak ganda terhadap peningkatan pendapatan dari sektor pertanian. 3. Masing-masing kecamatan di Kabupaten Wonogiri tidak memiliki spesialisasi kegiatan pertanian karena cenderung memiliki beragam komoditas basis pertanian. 4. Komoditas pertanian di Kabupaten Wonogiri umumnya menunjukkan lokasi yang sangat menyebar pada kecamatannya dengan pertumbuhan yang masih berorientasi lokal. Saran
Locality Quotient -0,9526 -0,9726 -0,9849 0,0647 -0,8453 -0,8850 -0,6631 0,9171 -0,9332 -0,9631 -0,9723 -0,9044 -0,7991 -0,8364 -0,9167 -0,9669 -0,8187 -0,9759 -0,8527 -0,8550 -0,7941 -0,9784 -0,7615 -0,8771 0,1017 -0,8717 -0,8554 -0,7179 -0,9565 -0,9487 -0,8460 -0,5671
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran bahwa: 1. Lemahnya daya tawar petani dan pertanian umumnya, menyebabkan sektor pertanian Kabupaten Wonogiri berkembang kurang baik bagi petani. Langkah lanjutannya adalah perlu dikembangkannya sistem agrobisnis yang berkesinambungan. 2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut tentang potensi pengembangan wilayah pertanian di Kabupaten Wonogiri dengan melakukan studi kelayakan terhadap pengembangan komoditas-komoditas basis pertanian. Daftar Pustaka Arsyad, L., 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Richardson, H. W., 1997. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan oleh Paul Sihotang. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Sumber: Analisis Data Sekunder
Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis dalam penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan adanya komoditas basis pertanian akan terjadi surplus yang memungkinkan untuk mengekspor surplus tersebut keluar wilayah yang akhirnya mendatangkan pendapatan bagi daerah.
Sjafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma. LP3ES. No. 3. Widayanto, B.,2000. Kajian Sektor Unggulan dan Transformasi Struktur Perekonomian di Kabupaten Sleman DIY dalam Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi Pertanian. Volume 1 No. 1. Juni 2000.
131
EMBRYO VOL. 6 NO. 2
DESEMBER 2009
Wisadirana, Darsono, 2005. Metode Penelitian dan Pedoman Penulisan Skripsi untuk Ilmu Sosial. UMM Press. Malang.
132
ISSN 0216-0188