IDENTIFIKASI SISTEM BUDIDAYA TEMBAKAU DELI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO) KEBUN HELVETIA
SKRIPSI
Oleh: NOFRIA MAULIDIANA 030308015/TEKNOLOGI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
IDENTIFIKASI SISTEM BUDIDAYA TEMBAKAU DELI DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO) KEBUN HELVETIA
SKRIPSI
Oleh:
NOFRIA MAULIDIANA 030308015/TEKNOLOGI PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Menyetujui Komisi Pembimbing
Achwil P.Munir,STP.M.Si Ketua
Ainun Rohanah, STP.M.Si Anggota
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Judul Skripsi : Identifikasi sistem budidaya tembakau deli di PT.Perkebunan Nusantara II-Kebun Helvetia Nama
: Nofria Maulidiana
Nim
: 030308015
Jurusan
: Teknologi Pertanian
Program Studi : Teknik Pertanian
Menyetujui Komisi Pembimbing
Achwil P. Munir, STP, M.Si. Ketua
Ainun Rohanah, STP, M.Si Anggota
Mengetahui
Ir. Saipul B. Daulay, M.Si Ketua Departemen
Tanggal lulus:
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 24 November 1985 dari ayah Drs.M.Ali Abdullah dan ibu Alm.Lela Hasnah. Penulis merupakan putri pertama dari tujuh bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri I Lhokseumawe dan lulus seleksi masuk USU melalui jalur PMP. Penulis memilih program studi Teknik Pertanian jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi IMATETA (Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian) dan ATM (Agriculture Technology Moslem). pada tahun 2006, penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT.Barokah Sawit Sumatera, Marelan.
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karuniaNya sehingga penulisan skripsi ini telah dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul “Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli di PT.Perkebunan Nusantara II-Kebun Helvetia”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Achwil P. Munir,STP,M.Si. selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu Ainun Rohanah,STP,M.Si. selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua yang selalu mendoakan penulis dan kepada pimpinan, staf dan karyawan PT.Perkebunan Nusantara IIKebun Helvetia dan BPTTD, Sampali atas bantuan dan informasi dalam penulisan skripsi ini. Serta kepada Sulastri Panggabean dan seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan moril selama penelitian. Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaaat Medan, Februari 2008
Penulis Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
ABSTRACT
The purpose of this reseach is to analyse the deli tobacco cultivation system at PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)- Kebun Helvetia and dominant factors, which will happen in the future and will be needed by the stakeholders. Data were collected by survey method through observation, questionaire, interview and expert judgement. In system approach, the evaluation is based on three aspects i.e industrial aspects, environmental aspects and socio-economic aspects. In industrial aspects, the demand of cigaretes industry is still high. In environmental aspects analysis, the change of environment quality at Helvetia was happened i.e the land and water contained organic material of < 2% and khlor (Cl) of 37,45 ppm was found in water of Bederak river. Whereas in socioeconomic aspects, the presence of change of society socio-economic view concerning existence of deli tobacco cultivation system at Helvetia. The results will be shown in structure causal-loop diagram, interpreted in blackbox diagram, that will be used for designing the model structure of deli tobacco cultivation system. Keyword:System approach, Identification system, Deli tobacco cultivation, model structure
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem budidaya tembakau deli di PT.Perkebunan Nusantara II (Persero)-Kebun Helvetia dan faktor-faktor dominan yang mungkin terjadi di masa mendatang dan dibutuhkan oleh para stakeholder. Data diperoleh dengan melakukan metode survei terhadap sistem dengan cara observasi, interview, kuisioner dan wawancara pakar. Dalam pendekatan sistem, identifikasi sistem budidaya tembakau deli dilakukan dengan evaluasi tiga aspek yaitu, aspek industri tembakau deli yang mengungkapkan masih tingginya kebutuhan industri cerutu terhadap tembakau deli, aspek lingkungan yang mengevaluasi penurunan kualitas lingkungan lahan Helvetia terutama kualitas tanah dan air yang menunjukkan kandungan bahan organik < 2% dan kandungan khlor (Cl) sebesar 37,45 ppm yang terdapat pada air sungai Bederak. Sedangkan dalam aspek sosial ekonomi dianalisa adanya perubahan pandangan sosial ekonomi masyarakat sekitar terhadap keberadaan sistem budidaya tembakau deli di Helvetia. Hasil dari identifikasi ditunjukkan dalam penyusunan diagram lingkar sebab akibat yang kemudian diinterpretasikan ke dalam diagram kotak hitam, keduanya akan berguna untuk perancangan struktur permodelan sistem budidaya tembakau deli. Kata kunci:Pendekatan sistem, Identifikasi sistem, Budidaya tembakau deli, struktur model. Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
RINGKASAN
NOFRIA MAULIDIANA “Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia” dibimbing oleh Achwil Putra Munir, STP, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ainun Rohanah, STP, M.Si sebagai anggota. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)Helvetia dengan tujuan untuk menganalisis sistem budidaya tembakau deli dan faktor-faktor dominan yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang dan dibutuhkan oleh para stakeholder. Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan sistem yang diwakili oleh observasi lapangan, wawancara, penyebaran kuisioner dan juga wawancara pakar yang terkait dengan keberadaan sistem budidaya tembakau deli di kebun Helvetia. Pendekatan sistem dilakukan dengan mengevaluasi tiga aspek yang dianggap penting yaitu aspek industri tembakau deli yang melihat masih tingginya permintaan daun tembakau deli sebagai bahan baku pembuatan cerutu, akan tetapi produksi tembakau deli tidak mampu memenuhi permintaan tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi aspek lingkungan, hal ini dilakukan karena penurunan daya dukung lingkungan yang masih berlanjut dan mengkhawatirkan untuk penjagaan produktifitas dan kualitas tembakau deli terutama masalah tanah dan air. Aspek yang terakhir dievaluasi adalah aspek sosial ekonomi sistem budidaya tembakau deli terhadap masyarakat sekitar yang mulai beralih untuk menekuni pekerjaan lain diluar sistem budidaya tembakau deli. Pertumbuhan industri-industri dengan penggunaan teknologi modren di
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
sekitar kawasan Helvetia menjadi faktor penarik bagi tenaga kerja usia produktif untuk bekerja di luar sistem. Tahapan kerja pendekatan sistem yang pertama adalah melakukan analisis kebutuhan para stakeholder, adapun para stakeholder yang diikutkan dalam analisis ini yaitu, pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara II-Helvetia yang mempunyai kebutuhan mengenai hak pengelolaan lahan, ketersediaan faktor produksi, sosial kemasyarakatan yang tetap mendukung produksi tembakau deli, kesejahteraan tenaga kerja serta kemudahan administratif dan birokratif sedangkan masyarakat sekitar mempunyai kebutuhan tersendiri akan penyediaan lapangan kerja dan pembangunan infrastruktur bagi desa mereka. Tahapan selanjutnya adalah melakukan formulasi permasalahan yang terjadi pada sistem budidaya tembakau deli di lahan Helvetia, tujuan dari formulasi permasalahan ini adalah untuk mengevaluasi adanya keterbatasan sumber daya di kebun Helvetia yang dapat mempengaruhi produktifitas dan kualitas tembaku deli sehingga harus segera dicari pemecahannya. Dari hasil analisis, adanya pengembangan kawasan menjadi daerah perkotaan adalah permasalahan utama yang mengancam keberadaan tembakau deli di Helvetia. Pengembangan ini memberikan dampak bagi banyak faktor produksi lainnya dan mulai mengganggu jalannya produksi tembakau deli. Permasalahan selanjutnya adalah berhubungan dengan faktor iklim yang sulit diprediksi dan pengolahan tanah yang tidak sempurna serta mengakibatkan penurunan kesuburan tanah.. Penyusunan diagram kotak hitam ini terdiri dari input, parameter rancangan sistem output dan manajemen pengendalian. Input dikelompokkan atas input terkendali, input tidak terkendali dan input lingkungan. Variabel input dapat Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
terdiri dari bahan, metode, modal, tenaga dan informasi. Parameter rancangan sistem yang diketahui meliputi daya dukung tanah, teknik budidaya tembakau, standar pendirian bangsal, metode pengolahan, standar pengebalan dan pengangkutan.. Ouput dibagi atas dua yaitu output yang dikehendaki dan output yang tidak dikendaki. Output yang dikendaki adalah hal-hal yang diinginkan untuk menjaga produktifitas dan kualitas tembakau deli dan menguntungkan bagi perusahaan. Sedangkan, output yang tidak dikendaki adalah hasil sampingan yang merugikan. Manajemen pengendalian produksi dan kendali mutu akan berfungsi sebagai umpan balik yang berguna bagi pengawasan dan pengendalian produksi tembakau deli di kebun Helvetia. Hasil analisis identifikasi sistem budidaya tembakau deli ini berguna bagi manajemen sebagai informasi dan bahan masukan dalam proses pengambilan keputusan karena hasil identifikasi disiapkan untuk penyusunan permodelan sistem budidaya tembakau deli di kebun Helvetia.
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Hal ABSTRACT ................................................................................................................. ii ABSTRAK ................................................................................................................... ii RINGKASAN .......................................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ........................................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xii PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................................. 1 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3 Kegunaan Penelitian .......................................................................................... 3 Batasan Penelitian ............................................................................................. 4 TINJAUAN LITERATUR Tembakau ......................................................................................................... 5 Teknik Budidaya Tembakau .............................................................................. 6 Pembibitan ................................................................................................ 7 Pemeliharaan dan pemindahan bibit ........................................................... 7 Pengolahan media tanam ........................................................................... 8 Teknik penanaman..................................................................................... 8 Pemeliharaan tanaman ............................................................................... 9 Hama dan penyakit .................................................................................. 10 Panen....................................................................................................... 12 Pasca panen ............................................................................................. 13 Manajemen Produktifitas dan Kualitas ............................................................ 15 Konsep Sistem................................................................................................. 17 Pendekatan Sistem........................................................................................... 18 Metodologi pendekatan sistem ........................................................................ 19 Analisis kebutuhan .......................................................................................... 19 Formulasi permasalahan .................................................................................. 20 Identifikasi Sistem ........................................................................................... 20 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 24 Bahan dan Data ............................................................................................... 24 Sumber Data.................................................................................................... 25 Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Metode Penelitian............................................................................................ 25 Prosedur Penelitian .......................................................................................... 26 INVESTIGASI SISTEM Kebutuhan Sistem Budidaya Tembakau Deli ................................................... 27 Ruang Lingkup Permasalahan Sistem .............................................................. 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara II- Helvetia ............................. 33 Kondisi Umum Lokasi Penelitian .................................................................... 33 Produktifitas Tembakau Deli Kebun Helvetia .................................................. 35 Sistem Budidaya Tembakau Deli ..................................................................... 39 Aspek industri tembakau deli ............................................................... 40 Aspek lingkungan ................................................................................ 42 Aspek sosial ekonomi system budidaya tembakau deli ......................... 45 Penyusunan diagram Kotak Hitam (Blackbox Diagram) ................................. 48 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................. 55 Saran ............................................................................................................ 56 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 57 LAMPIRAN ............................................................................................................... 59
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Hal 1. Uraian komponen sistem ....................................................................................... 22 2. Analisa kebutuhan para stakeholder ..................................................................... 28 3. Hasil analisa kadar Cl (ppm) ................................................................................. 43
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Hal 1. Daun tembakau ....................................................................................................... 5 2. Diagram kotak hitam ............................................................................................. 21 3. Grafik hasil kutipan panen daun tembakau (lembar daun)...................................... 36 4. Grafik jumlah bal lelang bremen per ladang tahun 1997-2006 ............................... 39 5. Grafik kadar bahan organik lahan Helvetia ............................................................ 44 6. Frekuensi umur para pekerja sistem budidaya tembakau deli ................................. 47 7. Frekuensi pendapat pekerja tentang gaji yang diberikan ........................................ 47 8. Diagram kotak hitam sistem budidaya tembakau deli ............................................ 54 9. Pekerja yang sedang melakukan sortasi ................................................................. 65 10. Daun tembakau yang sudah disortasi ..................................................................... 65 11. Blocking System tembakau deli.............................................................................. 66 12. Pengelompokan kualitas daun ............................................................................... 66 13. Tembakau yang berada di bangsal pengembunan .................................................. 67 14. Stapel daun tembakau di gudang fermentasi .......................................................... 67 15. Para pekerja yang sedang menyusun stapel............................................................ 68 16. Bangsal pengeringan tembakau deli ...................................................................... 68 17. Daun tembakau yang telah dibal ............................................................................ 69 18. Daun tembakau yang sudah dibal ditutupi agar tidak diserang hama ...................... 69 Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Hal 1. Peta lokasi lahan ............................................................................................ 59 2. Struktur organisasi perusahaan ....................................................................... 60 3. Analisa unsur hara lahan Helvetia .................................................................. 61 4. Hasil analisa air.............................................................................................. 63 5. Data produksi tembakau deli .......................................................................... 64 6. Dokumentasi aktivitas sistem budidaya tembakau deli ................................... 65 7. Contoh pengisian kuisioner ............................................................................ 70
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
TINJAUAN LITERATUR
Tembakau Tembakau mempunyai jenis yang beragam. Namun, yang khas yaitu tembakau merupakan tanaman herbal hijau yang mempunyai masa hidup pendek. Tumbuh dengan tinggi rata-rata 1.5-3 m. Tembakau yang diolah merupakan bagian daunnya, digunakan sebagai obat, dikunyah ataupun sebagai tembakau sedotan. Daun-daun ovalnya dapat berukuran lebih dari 50 cm dan umumnya untuk tiap batangnya dapat diperoleh sekitar 20-30 daun. Tembakau dapat memberikan efek stimulasi oleh kandungan alkaloidnya yaitu nikotin, kandungan zat ini dalam konsentrasinya adalah sekitar 1-2 % (Gibbon and Pain,1985).
Gambar 1. Tanaman tembakau
Ada tiga jenis tembakau yang diproduksi yaitu: •
Virginia, yang dijuluki tembakau terang karena warnanya yang kuning
ke
oranye diperoleh dari proses flue-curing. Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
•
Burley, yang berwarna coklat setelah melewati proses air curing dengan hampir tidak ada kadar gula dan memberikan rasa seperti cerutu.
•
Oriental, yang berdaun kecil dan beraroma tinggi. Tanaman tembakau itu sendiri kasar dan berbau, dengan daun besar dan
menjurai dari satu batang. Masa penuaian tembakau berkisar antara 2-5 bulan setelah bibitnya ditanam tergantung kepada jenis tembakaunya. Daun tembakau saat dituai berwarna hijau, tidak mempunyai karakter, warna dan rasa sebelum mengalami
proses
curing
atau
yang
dikenal
dengan
pengeringan
(Bokormas,2007). Tembakau adalah bahan baku utama rokok dan cerutu. Untuk membuka agribisnis tembakau perlu diperhatikan varietas yang akan ditanam karena suatu varietas tembakau akan memerlukan spesifikasi jenis tanah dan iklim tertentu. Varietas yang dianjurkan untuk tembakau cerutu untuk tanaman tembakau Deli adalah varietas D-4, KF-7 dan F1-45. Tembakau Deli juga sangat cocok untuk jenis tanah andosol dan jenis tanah alluvial (Warintek, 2007). Teknik Budidaya Tembakau Pembibitan Benih yang digunakan sebagai bibit harus memiliki sertifikat atau telah diketahui kualitasnya. Jumlah benih yang digunakan adalah 8-10 gram/ha, tergantung pada jarak tanamnya. Selain itu biji harus utuh, tidak terserang hama penyakit dan biji tidak keriput. Ada tiga teknik yang digunakan dalam penyemaian benih yaitu: 1. Permanen Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Dapat berupa nampan plastik berlubang-lubang untuk menanam benih, sistem ini disebut sistem tray. Nampan plastik yang digunakan berukuran 40x60 cm yang berisi 308 lubang tanam berukuran 2,2 cm x 2,2 cm dengan kedalaman 4 cm, atau dibuat langsung di lahan berupa bangunan kotak dengan 120 cm, tinggi 25 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan. 2. Semi permanen Tempat persemaian ini hanya dapat digunakan beberapa kali saja, terbuat dari anyaman bambu/papan kayu. Ukuran panjang 1 m, lebar 1m dan tinggi 25 cm ataupun dengan menggunakan variasi lebar 2 m. 3. Tidak permanen Persemaian dilakukan langsung di lapangan dengan dibuat bedengan/parit. Bedeng dibuat berukuran 100-120 cm dan tinggi 20-30 cm, panjang disesuaikan dengan panjang lahan. Tempat persemaian berupa polibag. Bedeng diberikan naungan daun-daunan dengan tinggi 1 m di sebelah timur dan 60 cm di sebelah barat. (Cahyono, 1998) Pemeliharaan dan pemindahan bibit Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga agar bibit tetap berada dalam keadaan lembab dan mendapat cukup sinar matahari, oleh karena itu persemaian dianjurkan dibuka pada pagi hari sampai jam 10.00. Selanjutnya, agar bibit dapat tumbuh dengan baik maka perlu dilakukan penjarangan tanaman, penjarangan ini dapat dilakukan setelah 7 hari. Setelah berumur 3 minggu bibit dapat dipindahkan ke dalam polibag. Sedangkan untuk pemindahan ke lahan apabila bibit berumur 35-55 hari setelah semai (Warintek, 2007). Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Pengolahan media tanam Persiapan dan pengolahan tanah adalah 25-55 hari sebelum semai. Sebelum tanah diolah tanah dibiarkan kering selama 1 bulan. Pengolahan tanah yang pertama adalah dibajak dengan traktor dan dibiarkan selama 1 minggu sebagai tindakan disifektan alami karena terkena cahaya matahari. Tindakan disinfektan alami ini terjadi karena cahaya matahari dapat membantu terjadinya proses pemasamam (oksidasi) dari zat-zat beracun (asam sulfida) yang berasal dari tanah (Cahyono, 1998). Langkah selanjutnya adalah pembentukan bedengan, bedeng tidak perlu lebar cukup 40 cm dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedeng 90-100 cm dan membujur antara timur dan barat agar tanaman mendapatkan sinar matahari yang cukup kemudian dilanjutkan dengan pemupukan. Pupuk kandang diberikann dengan dosis 25-30 ton/ha. Setelah satu minggu dibuat parit-parit irigasi dan bedengbedeng penanaman bibit (Warintek, 2007). Teknik penanaman Tahap pertama yang harus dilakukan adalah menentukan pola tanam untuk setiap jenis tembakau apakah ditanam pada musim hujan ataupun pada musim kemarau. Untuk pembuatan lubang tanaman, apabila diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm.
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Cara pemindahan bibit dari kotak persemaian terdiri atas: •
Cara cabut yaitu bibit dicabut dari polibag dengan cara dibasahi agar mempermudah pencabutan. Akar bibit yang dicabut dengan cara ini tidak mempunyai massa tanah.
•
Cara putaran Dapat pula benih diambil dengan cara ini dengan mempergunakan sendok agar tanahnya terambil. Lubang tanam disesuaikan dengan jarak tanam dibuat dengan kedalaman
10-15 cm basahi terlebih dahulu tanahnya agar bibit dapat berdiri dengan tegak. Benamkan bibit sedalam akar leher, waktu tanam lebih baik dilakukan pada pagi hari atau sore hari (Warintek, 2007). Pemeliharaan tanaman Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan tanaman tembakau yaitu penyulaman, penyiangan, pemupukan serta penyiraman dan pengairan. Pada penyulamam, dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang kurang baik dapat diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama. Penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. Dilakukan dengan tangan untuk mencabut gulmanya ataupun dapat juga dengan menggunakan herbisida. Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Pemupukan dilakukan untuk menjaga tanaman tumbuh dengan baik. Pemupukan susulan dilakukan dua kali. Dosis pupuk yang dianjurkan tergantung dari tempat dan varietas. Untuk tembakau deli dosis pupuk yang digunakan adalah 343 kg ZA, 358 kg SP-36 dan 577 kg ZK. Cara pemberian pupuk adalah sebagai berikut: •
Pupuk kandang dicampur dengan permukaan tanah bedengan sebelum tanam
•
Pupuk fosfat diberikan saat tanam dengan ditaburkan di permukaan tanah, diberi air dan dicampur tipis dengan tanah.
•
Pupuk nitrogen dan kalium diberikan bertahap pada hari ke 7 dan hari ke 28 setelah tanam dengan cara diletakkan dalam larikan berjarak 10 cm dari batang.
(Cahyono, 1998) Tahap
pemeliharaan
tanaman
selanjutnya
adalah
pengairan
dan
penyiraman. Pengairan diberikan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air sedikitnya 1-2 liter per tanaman. Setelah umur 7-25 hari frekuensi penyiraman adalah 3-4 liter per tanaman. Pada umur 25-30 hari setelah tanam, frekuensi pemberian air diberikan 4 liter per tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanam pertumbuhan akan sangat cepat oleh karena itu diperlukan 5 liter per tanaman setiap 3 hari. Setelah itu pada umur 65 hari tanaman tidak memerlukan penyiraman lagi, kecuali bila cuaca sangat kering (Warintek, 2007). Hama dan penyakit
Jenis hama yang sering menyerang tembakau antara lain: •
Ulat daun (Spodoptera litura dan Prodenia litura)
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Penyebab : ulat daun memakan daun tembakau sampai habis, gejalanya adalah timbulnya lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendaliannya dilakukan dengan cara, memangkas daun yang menjadi sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada saat pagi atau sore, karena pada saat itu ulat-ulat berada di tanah atau dengan penyemprotan herbisida. •
Nematoda ( Meloydogyne sp) Gejala: bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat dengan ukuran bervariasi, tanaman menjadi kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya tanaman tersebut mati. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, memberantas gulma dan menyemprotkan herbisida.
•
Hama lainnya seperti, Gangsir (Gryllus mitratus), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis) dan kepik (Besimea tabaci).
Penyakit Pada tanaman tembakau penyakit yang sering terjadi dan merugikan meliputi: •
Hangus batang, penyebab jamur Rhizoctonia solani, batang tanaman akan terinfeksi dan akan mengering dan bewarna coklat sampai hitam seperti terbakar dan akibatnya tanaman akan mati.
•
Bercak coklat, penyakit ini disebabkan olah jamur Alternaria longipes dengan gejala timbul bercak-bercak coklat selain tanaman dewasa, penyakit ini akan menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji.
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
•
Busuk daun, disebabkan oleh bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala yang ditimbulkan adalah daun akan membusuk dan akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan.
•
Layu bakteri, menyerang bibit dan tanaman dewasa. Infeksi terjadi melalui luka-luka di akar akibat serangan nematoda atau penggemburan yang tidak hati-hati. Penyebabnya adalah Bacterium solanacearum, Pseudomonas solanacearum,
Xanthomonas
solanacearum,
Bacillus
solanacearum.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pengrotasian tanaman bukan keluarga Solanaceae. Menghindari luka akar dan penyemprotan bakterisida. •
Penyakit virus, penyebabnya virus mozaik (Tobbacco Virus Mozaic (TVM)). Gejala pertumbuhan tanaman menjadi lambat pengendaliannya dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi dicabut dan bakar
Panen Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan. Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik adalah pada tingkat tepat masak atau hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Di beberapa negara, pematangan daun dapat dipercepat dengan menyemprotkan etilen dalam bentuk 2-chloroethyl phosphoric acid. Pemanenan dapat dilakukan dengan menebang batang tanaman beserta daun-daunnya tepat pada pangkal batangnya atau hanya memetik daunnya saja tanpa menebang batangnya. Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas (Warintek, 2007). Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Kebersamaan waktu pemasakan daun dapat terjadi karena perlakuan budidaya misalnya karena pemangkasan pucuk yang dilakukan saat bunga mekar. Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada pagi ataupun sore hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali. Setiap tanaman akan menghasilkan daun basah seberat 0,65 kg. (Warintek, 2007)
Pasca Panen Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih akan mengalami proses pengolahan sebelum sampai kepada konsumen akhir. Proses yang berlangsung sejak dari daun basah menjadi daun kering (krosok, rajangan) hingga menjadi bahan untuk produk akhir merupakan bagian dari pasca panen. Untuk mendapatkan hasil akhir yang baik, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada penanganan daun tembakau setelah dipanen antara lain: Pengumpulan Merupakan kegiatan memisah-misahkan hasil berdasarkan varietas, kemasakan daun (warna), ukuran daun dan kecacatan daun. Daun yang dipetik jangan sampai terlipat dan tertekan secara mekanis dan dihindari dengan kontak langsung daun dengan matahari. Penyortiran dan penggolongan Pengelompokkan daun didasarkan pada kualitas paling mudah dilakukan yaitu berdasarkan warna daun yaitu: Trash (apkiran): warna daun hitam, Slick Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
(licin/mulus): warna daun kuning muda, Less slick (kurang licin) : warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon) dan More grany side (sedikit kasar): warna daun antara kuning-oranye.
Klasifikasi untuk setiap jenis tembakau adalah sebagai berikut: 1. Tembakau cerutu. daun yang dipanen adalah daun pasir, daun kaki (daun kaki pertama dan daun kaki atas), daun tengah / madya (daun madya pertama dan daun madya kedua) dan daun pucuk. Untuk varietas tembakau deli dan tembakau besuki, lembaran kaki adalah tembakau dengan kualitas terbaik sehingga bagian yang lain tidak diambil. 2. Tembakau sigaret. daun yang dipanen adalah daun pasir, daun bawah dan tengah, daun atas dan daun pucuk. Untuk tembakau virginia, lembaran daun bawah dan tengah adalah yang terbaik, disusul oleh lembaran daun atas dan lembaran yang lain merupakan lembaran daun yang berkualitas rendah. 3. Tembakau rajangan. Daun yang diambil yaitu daun pasir dan 1-2 lembar daun kaki (kualitas baik) dan daun tengah (kualitas kurang) (Warintek, 2007). Adapun pengolahan daun tembakau adalah: 1. Penjemuran matahari Penjemuran dapat dilakukan dengan menyusun daun tembakau yang telah disujen pada tiang-tiang di lapangan terbuka. Pangkal sujen di tempatkan di atas tiang sehingga bebas mengantung. Cara lain adalah menjemur daun di atas permukaan tanah atau rumput dengan menggunakan meja yang dialasi kerangka bambu, pada cara ini daun harus dibalikkan. Selama penjemuran 3-4 hari dengan
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
kelembaban tinggi daun akan menguning. Penjemuran dihentikan setelah 4-5 hari ketika daun benar-benar kering.
2. Mengangin-anginkan (air curing) Dilakukan ditempat yang teduh, sehingga daun menjadi krosok tanpa terkena matahari. Proses ini berlangsung hingga krosok kering dan berwarna kekuningan. Untuk tembakau deli proses ini berlangsung selama 14 hari. 3. Pengasapan Pengasapan bertujuan untuk pengikatan warna, pengasapan memberikan aroma/rasa pada krosok. Dilakukan dengan menaikan suhu ruang tempat krosok sampai 38-40ºC (Cahyono,1998). Manajemen Produktifitas dan Kualitas Produksi seperti yang kita ketahui adalah penciptaan barang-barang dan jasa. Produksi merupakan pengubahan bentuk atau trasformasi sumberdaya menjadi barang atau jasa. Produktifitas merupakan peningkatan proses produksi. Peningkatan produksi berarti perbandingan yang membaik antara jumlah sumber daya yang dipergunakan dan jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Pengurangan dalam masukan dengan keluaran tetap atau kenaikan keluaran sedang masukan tetap adalah merupakan peningkatan dalam produktifitas (Reksohadiprojo, 2000). Sutermeister
(1976),
mengemukakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi produktifitas adalah: perkembangan teknologi, bahan, metode dan Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
kinerja.
Demikian
banyak
faktor-faktor
produksi
yang
mempengaruhi
produktifitas sehingga kita harus berhati-hati dalam merencanakan strategi, kebijaksanaan dan taktik dalam mencapai produktifitas itu. Faktor
luar
yang
mempengaruhi
produktifitas
adalah
peraturan
pemerintah, persaingan dari perusahaan lain, permintaan konsumen adalah diluar kendali perusahaan. Sedangkan, faktor dalam yang mempengaruhi adalah tenaga kerja (seleksi dan penempatan, pelatihan, rancangan pekerjaan, struktur organisasi, penghargaan dan sebagainya), proses (tata letak, aliran proses), produk, kapasitas dan sediaan (Schroeder,1989). Kualitas adalah keseluruhan sifat dan karakteristik barang dan jasa sehingga dapat memenuhi kebutuhan tertentu. Dari segi produsen, kualitas barang dan jasa harus sesuai dengan spesifikasi desain atau rancang bangun, sarana, bahan, pelatihan, pengawasan dan pengendalian. Dari segi konsumen, kualitas barang dan jasa mencakup karakteristik desain yang dikehendaki dan cocok dengan keinginan pemakai; kinerjanya baik, sifat-sifat menonjol, terpercaya, sesuai dengan standar, awet, indah dan lain-lain (Reksohadiprojo, 2000). Mutu tembakau dapat dipengaruhi oleh kadar air, kadar nikotin, aroma dan rasa yang dapat diketahui dengan diadakannya uji rasa. Penurunan kualitas tembakau deli diungkapkan oleh para pengusaha cerutu Eropa melalui uji rasa yang dilakukan pada saat lelang tembakau di Bremen. Rasa (taste) merupakan dasar bagi penetapan harga lelang (KPBPTPN, 2007). Peningkatan kualitas adalah aktivitas teknik dan manajemen, melalui pengukuran karakteristik kualitas dari produk kemudian membandingkan hasil Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
pengukuran itu dengan spesifikasi produk yang diinginkan pelanggan, serta mengambil tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan perbedaan antara kinerja aktual dan standar (Gasperz, 2001). Konsep Sistem Secara defenitif, sistem adalah suatu gugus dari elemen-elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan (Manetsch dan Park,1977) Semua defenisi tentang sistem mencakup lima unsur yang terdapat didalam sistem, yaitu: 1. Elemen-elemen atau bagian-bagian 2. Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen atau bagian-bagian 3. Adanya suatu yang mengikat elemen atau bagian-bagian tersebut menjadi sesuatu kesatuan 4. Terdapat tujuan bersama, sebagai hasil akhir 5. Berada di dalam lingkungan yang komplek (Simatupang,1994). Pada dasarnya defenisi sistem akan tergantung kepada latar belakang cara pandang orang yang mencoba mendefenisikannya. Menurut industri sistem dipandang sebagai proses masukan (input) yang ditransformasikan menjadi keluaran tertentu (output). Proses produksi dalam industri akan memberikan output fisik dan jasa. Jika kita mengasumsikan sebuah sistem, maka akan terdapat para pelaku sistem atau stakeholder. Whitten, dkk (2004) mendefenisikan stakeholder sebagai orang yang mempunyai ketetarikan terhadap sistem yang ada Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
ataupun sistem yang ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan non teknis, bisa juga pekerja dalam dan luar.
Pendekatan Sistem Pendekatan sistem merupakan pendekatan terpadu yang memandang suatu masalah sebagai suatu sistem. Pendekatan sistem dalam manajemen dirancang untuk memanfaatkan analisis ilmiah di dalam organisasi yang kompleks dengan maksud untuk: 1. Mengembangkan dan mengelola sistem operasi 2. Mendesain sistem informasi dalam proses pengambilan keputusan (decision making). Pendekatan sistem muncul dengan alasan: 1. Meningkatnya kompleksitas masalah organisasi yang disebabkan faktorfaktor: revolusi teknologi, penelitian dan pengembangan perubahan produk. 2. Kemajuan-kemajuan dalam manajemen, yaitu berkembangnya ilmu dalam bidang sistem informasi, teori pengambilan keputusan dan teori matematika. 3. Kebutuhan akan metode-metode baru untuk mengatasi permasalahan yang lebih rumit, tidak pasti, dan besar, dalam usaha meningkatkan efisiensi sistem 4. Permasalahan yang dihadapi sangat rumit dan tidak terstruktur sehingga tidak ada pemecahan atau perumusan tunggal. 5. Sistem masyarakat semakin rumit dan perilakunya sukar dimengerti, tetapi kebutuhan untuk merumuskan struktur, hubungan sebab-akibat serta perilaku suatu sistem sangat diperlukan. Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
6. Memahami akan sistem makin terasa penting untuk mampu mengendalikan atau mengantipasi perubahan-perubahan yang terjadi. 7. Pendekatan sistem berkembang semakin luas dan semakin penting. 8. Dalam masyarakat industri, sistem sudah mendominasi kehidupan kita semua, oleh karena itu diperlukan pendekatan sistem untuk mengembangkan, mengatur, dan mengendalikannya. (Simatupang,1994) Metodologi Pendekatan Sistem. Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum tahap sintesa (rekayasa), meliputi: 1) analisis kebutuhan, 2) formulasi masalah, 3) identifikasi sistem, 4) pembentukan alternatif sistem, 5) determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik, 6) penentuan kelayakan ekonomi dan finansial. Langkah ke 1 sampai ke 6 dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal dengan analisa sistem (Eriyatno, 2003). Analisis kebutuhan Analisis kebutuhan merupakan awal permulaan pengkajian dari suatu sistem. Dalam melakukan analisa kebutuhan ini dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada, baru kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhankebutuhan yang dideskripsikan. Analisa kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari pengambil keputusan (decision maker) terhadap jalannya sistem. Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapang dan sebagainya (Eriyatno,2003).
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Analisa kebutuhan harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan semua orang dan institusi yang dapat dihubungkan dengan sistem yang telah ditentukan. Hal tersebut meliputi manajer atau administrator dari pada sistem, distributor hasil dari suatu sistem, pemakai barang atau jasa yang berasal dari sistem dan yang terakhir adalah perancang dari sistem itu sendiri (Manetsch and Park,1977) Formulasi permasalahan Tujuan dari analisis permasalahan adalah untuk mempelajari dan memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh menganalisis masalah, kesempatan, dan batasannya. Para pemecah masalah telah belajar untuk benar-benar memahami sebuah permasalahan sebelum mengajukan solusi apapun yang mungkin. Dalam praktik, suatu akibat mungkin adalah sebuah gejala dari masalah yang berbeda, yang lebih mendalam dan mendasar. Masalah tersebut juga harus dianalisis untuk mencari penyebab dan akibatnya, dan seterusnya sampai penyebab dan akibat tersebut tidak menghasilkan gejala-gejala masalah-masalah lain (Whitten, 2004). Maksud dari tahap ini adalah untuk mempelajari dan memahami sistem yang ada, dan mengidentifikasi masalah-masalah dan peluang secara lebih spesifik sebagai lanjutan dari kegiatan tahap studi awal. Pada tahap ini ditentukan pokok-pokok permasalahan dan peluang yang ditemukan atau dirasakan oleh pihak manajemen pemakai, tujuan dan pentingnya usaha pengembangan, penentuan ruang lingkup analisis atau rencana pengembangan, serta pemahaman lebih lanjut mengenai sistem sekarang (Simatupang,1994).
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Identifikasi Sistem Identifikasi sistem merupakan suatu mata rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut Proses pada titik ini, sistem dilihat seperti sebuah ”Blackbox”. Dalam meninjau suatu perihal untuk menyusun diagram kotak hitam, perlu diketahui macam
informasi
yang
dikategorikan
menjadi
tiga
golongan
yaitu
1) peubah input, 2) peubah output dan, 3) parameter-parameter yang membatasi struktur sistem (Eriyatno, 2003). Diagram
input-output
merepresentatifkan
input
lingkungan,
input
terkendali dan input tak terkendali, output dikehendaki, output tidak dikehendaki, serta manajemen pengendalian.
Sedangkan parameter
rancangan sistem
dipresentasikan sebagai kotak hitam (blackbox) pada tengah diagram yang menunjukkan adanya proses transformasi input menjadi output (Sadelie, 2003)
INPUT LINGKUNGAN
Input tidak terkendali
Ouput yang dihendaki
SISTEM Output yang tidak dikehendaki
Input terkendali
MANAJEMEN PENGENDALIAN Gambar 2. Diagram kotak hitam (Eriyatno,2003) Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Kita dapat menggunakan model kotak hitam sederhana untuk menguraikan berbagai peralatan dan proses. Proses akan distimulasi oleh input, input tersebut dapat dikontrol (seperti metode, bahan, teknologi atau penempatan mesin) atau juga tidak dapat dikontrol (seperti kelembaban, operator, fluktuasi tenaga dan sebagainya). Input tersebut akan berinteraksi dengan proses dan menghasilkan output. Output umumnya adalah beberapa karakteristik dari proses yang dapat kita ukur. Pengukuran input dan output dapat diambil dalam urutan untuk observasi dan memahami bagaimana prilakunya dan hubungan antar satu sama lain (Anonim, 2006). Tabel 1.Uraian komponen sistem NO A A.1
KOMPONEN SISTEM INPUT SISTEM Input lingkungan (eksogenous)
A.2
Input yang endogen (yang terkendali dan tidak terkendali)
A.2.1
Input yang terkendali
A.2.2
Input yang tidak terkendali
B B.1
OUTPUT SISTEM Output yang dikehendaki
B.2
Output yang tak dikehendaki
URAIAN 1. Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak dipengaruhi sistem. 2. Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah 1. Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk merencanakan fungsinya yang dikehendaki. 2. Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem dalam pengoperasiannya 1. Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk menghasilkan output yang dikehendaki. 2. Perannya sangat penting dalam mengubah kinerja sistem selama pengoperasian 3. Dapat meliputi aspek: manusia, bahan, energi, modal,dan informasi 1. Tidak cukup penting peranannya dalam mengubah kinerja sistem. 2. Tetapi diperlukan agar sistem dapat berfungsi. 3. Bukan merupakan input lingkungan (eksogenous) karena disiapkan perancang. 1. Merupakan respon sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan(dalam analisis kebutuhan). 2. Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasi. 1. Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindarkan dari sistem 2. Selalu diidentifikasikan dalam tahap identifikasi sistem, terutama semua pengaruh negatif yang potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang diuji. 3. Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang dikehendaki.
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
C
PARAMETER RANCANGAN SISTEM
D
MANAJEMEN PENGENDALI
1. Digunakan untuk menetapkan struktur sistem. 2. Merupakan peubah keputusan penting bagi kemampuan sistem menghasilkan keluaran secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan. 3. Dalam beberapa kasus kadang-kadang perlu merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah. 4. Tiap sistem mempunyai parameter rancangan tersendiri yang dapat diidentifikasi. Merupakan faktor pengendalian (kontrol) pengoperasian sistem dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki.
Sumber: Eriyatno (2003)
Konsep umpan balik adalah penting untuk memahami cara suatu sistem mempertahankan suatu keadaan yang mantap. Informasi tentang output atau proses sistem dikembalikan (feedback) sebagai masukan (inputs) ke dalam sistem, barangkali membawa perubahan kepada proses transformasi dan atau keluaran (outputs) masa depan. Umpan balik (feedback) dapat positif ataupun negatif. Umpan balik negatif adalah masukan informasi yang menunjukkan bahwa sistem itu menyimpang dari jalan yang telah ditentukan dan perlu disesuaikan kembali ke suatu keadaan mantap yang baru (Kast dan Rosenzweig,1995).
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Tembakau PT. Perkebunan Nusantara II-Helvetia pada bulan Agustus 2007 sampai dengan September 2007. Bahan dan Alat Bahan Bahan-bahan yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah : 1. Data hasil produksi tembakau deli di kebun Helvetia. 2. Berbagai diagram yang berhubungan dengan proses produksi (terutama tentang pembudidayaan tembakau deli). 3. Dokumen prosedur pengoperasian standar (SOP), outline kerja atau petunjuk teknis untuk operasi harian yang spesifik. 4. Pernyataan misi perusahaan dan rencana strategis. 5. Sumber-sumber data primer dan sekunder lainnya. Alat yang dibutuhkan 1. Alat tulis 2. Komputer 3. Kamera digital Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
4. Perekam suara
Sumber Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari: 1. Manajemen PT.Perkebunan Nusantara II- Kebun Helvetia. 2. BPTTD (balai penelitian tebu dan tembakau deli) 3. Observasi lingkungan kerja 4. Penyebaran kuisioner 5. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berwenang Metode penelitian Metode
penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dengan cara
menggali informasi dan pengetahuan dari para pakar dalam hal budidaya tembakau dan juga dari seluruh stakeholder sistem dengan menggunakan beberapa
metode
pengambilan
data
yaitu
kuisioner,
wawancara,
dan
mengidentifikasi kondisi yang sedang berjalan di lokasi penelitian, serta sejumlah kebutuhan kemudian merumuskannya sebagai bahan pengujian. Wawancara pakar dilaksanakan dengan menetapkan para pakar yang terkait dengan sistem budidaya tembakau deli dengan pertimbangan keberadaan, keterjangkauan dan pengalaman dibidangnya sebanyak 4 orang.
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Pemilihan responden
sosial-ekonomi dilakukan dengan purposive
sampling terhadap para pekerja sistem budidaya tembakau deli sebanyak 45 orang.
Prosedur Penelitian 1. Menentukan stakeholder-stakeholder yang berkaitan dengan sistem budidaya tembakau deli. 2. Menganalisis kebutuhan terhadap semua stakeholder sistem budidaya tembakau deli. 3. Menentukan ruang lingkup permasalahan yang terjadi pada sistem, tahapan ini dilakukan dengan cara mengevaluasi keterbatasan sumber daya ataupun konflik kepentingan yang terjadi terhadap semua stakeholder sistem 4. Melakukan evaluasi terhadap tiga aspek yang dianggap cukup penting didalam identifikasi sistem yaitu aspek industri, aspek lingkungan dan aspek sosial ekonomi sistem budidaya tembakau deli. 5. Menyusun diagram kotak hitam (blackbox diagram) sebagai hasil akhir dalam langkah identifikasi sistem.
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
INVESTIGASI SISTEM
Kebutuhan Sistem Budidaya Tembakau Deli Kebutuhan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua stakeholder sistem budidaya tembakau deli. Tahap analisis kebutuhan adalah langkah awal dari sebuah kajian mengenai sistem. Menurut Eriyatno (2003), analisis kebutuhan harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam menentukan kebutuhankebutuhan dari semua orang dan institusi yang dapat dihubungkan dengan sistem yang telah ditentukan. Semua stakeholder yang terkait dengan sistem budidaya tembakau deli mempunyai kebutuhan tersendiri yang muncul dari kepentingan masing-masing stakeholder terhadap sistem tersebut. Whitten, dkk (2004) mendefenisikan stakeholder sebagai orang yang mempunyai ketetarikan terhadap sistem yang ada ataupun sistem yang ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan non teknis, bisa juga pekerja dalam dan luar.
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Komponen pelaku sistem yang perlu diikutkan dalam analisis kebutuhan sistem adalah manajemen PT.Perkebunan Nusantara II-Helvetia sebagai pemilik sistem budidaya tembakau deli di Helvetia dan masyarakat sekitar perkebunan. Manajemen PT. Perkebunan Nusantara II-Helvetia mempunyai sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi terutama jika dihadapkan dengan visi dan misi perusahaan sebagai institusi bisnis yang ingin mendapatkan laba sebesar-besarnya dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat sekitar. Kebutuhan yang dapat dideskripsikan adalah menyangkut keberadaan lahan, ketersediaan faktor produksi, kesejahteraan tenaga kerja, sosial kemasyarakatan di sekitar perkebunan yang tetap mendukung kelangsungan produksi tembakau deli. Masyarakat adalah sekelompok orang yang berada dan menetap di sekitar perkebunan. Kebutuhan akan lapangan pekerjaan adalah hal yang terpenting untuk masyarakat sekitar. Keberadaan sistem diantara lingkungan mereka juga diharapkan akan berpengaruh pada peningkatan perekonomian melalui pembinaan mitra kerja dan pembangunan insfrastruktur bagi desa mereka. Analisis kebutuhan para pelaku sistem budidaya tembakau deli disajikan secara terperinci pada tabel 2. Tabel 2. Analisis kebutuhan para stakeholder No.
Para Pelaku / Stakeholder
1.
Manajemen PT.Pekerbunan Nusantara II- Helvetia
Kebutuhan Pelaku Sistem 1.
Pelaksanaan hak untuk di lapangan secara efektif.
pengelolaan
lahan
2.
Tenaga kerja yang melimpah dan terampil
3.
Faktor produksi yang mendukung aktivitas produksi
4.
Informasi pendukung aktivitas produksi dari instansi terkait
5.
Optimalisasi biaya produksi
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
2.
Masyarakat setempat
6.
Produktivitas yang tinggi
7.
Kemudahan administratif atau birokratif.
1. Penyediaan lapangan kerja 2. Pembangunan insfrastruktur fisik bagi desa mereka 3. Peningkatan perekonomian masyarakat setempat
Ruang Lingkup Permasalahan Sistem Permasalahan yang terjadi merupakan persoalan-persoalan yang timbul di dalam sistem dan harus diselesaikan. Ruang lingkup permasalahan dinyatakan dengan mengevaluasi keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh sistem atau adanya konflik kepentingan antar stakeholder sistem untuk mencapai tujuan sistem. Adapun ruang lingkup atas permasalahan utama yang terjadi pada sistem budidaya tembakau deli meliputi: 1. Pengembangan Kota Lokasi perkebunan tembakau di Helvetia berada kawasan yang berbatasan langsung dengan kota Medan. Daerah ini mulai berkembang, yang ditandai dengan banyaknya pembangunan dan merupakan lokasi yang padat serta sibuk. Masyarakat yang bekerja di kota Medan banyak mencari tempat tinggal di daerah pinggiran kota karena selain di daerah pusat kota sudah padat pemukiman, berada di daerah pinggiran kota akan dirasa lebih nyaman dan akses ke tempat bekerja juga masih dapat dilakukan dengan mudah. Selain perkembangan penduduk, pertumbuhan industri juga terjadi di luar pusat kota. Banyak industri dibangun diluar pusat kota agar polusi yang dihasilkan dapat diminimalisir untuk mencemari kota, baik itu polusi udara, suara, air dan tanah. Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Peningkatan jumlah penduduk dan pemukiman dan juga laju pertumbuhan industri yang semakin tinggi ini pula yang menjadi salah satu faktor yang mengancam kelangsungan produksi tembakau deli. Ada beberapa faktor yang dipengaruhi oleh adanya pengembangan kota ini yang nantinya akan mempengaruhi produktivitas dan kualitas tembakau deli, antara lain: a. Semakin minimnya tenaga kerja Tenaga
kerja
merupakan
faktor
produksi
yang
sangat
penting
keberadaannya, karena tenaga kerja akan menentukan berjalan atau tidaknya suatu proses produksi. Bekerja pada pembudidayaan tembakau menjadi sesuatu hal yang tidak menarik bagi tenaga kerja usia produktif saat ini di daerah Helvetia. Hal ini muncul, karena semakin banyak pilihan pekerjaan untuk mereka misalnya bekerja di pabrik-pabrik dan dirasa lebih meningkatkan kesejahteraan mereka. b. Pencemaran sungai Bederak Dewasa ini, jumlah sungai yang airnya layak pakai sebagai sumber air irigasi semakin sedikit. Hal ini disebabkan semakin meluasnya perkembangan pemukiman, pabrik atau industri di sekitar kebun tembakau, yang menyebabkan tercemarnya air sungai yang biasa digunakan. Aliran sepanjang sungai Bederak telah menjadi sarana pembuangan yang mencemari air. Hasil analisa yang menunjukkan tingginya kadar bahan berbahaya yang terdapat pada air sungai akan mengganggu kegiatan budidaya. Walaupun sudah direkomendasikan untuk tidak digunakan lagi berdasarkan surat edaran dari BPTTD pada tahun 2005. akan tetapi pada kenyataannya air sungai ini tetap digunakan karena tidak mencukupinya persediaan air tanah untuk tanaman tembakau. Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
c. Pengurangan jumlah lahan Semakin berkembangnya suatu daerah menjadi perkotaan akan berdampak besar terhadap pengurangan jumlah lahan potensial. Hal ini terjadi di lahan perkebunan Helvetia. Penggarapan liar terlihat semakin ramai disepanjang pinggiran kebun bahkan ada yang berani menggarap lahan hingga ke tengahtengah kebun padahal sudah ada peraturan tentang lahan tersebut adalah milik PT. Perkebunan Nusantara II (Persero). Banyak lahan-lahan yang digarap telah dijualkan ke pihak ketiga mengingat mahalnya harga tanah di kawasan tersebut. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan apabila pemerintah daerah tidak tegas untuk melaksanakan PP no 12 tahun 1997 tentang pelestarian tembakau deli, maka tembakau deli di kawasan Helvetia akan berhenti berproduksi. 2. Kondisi iklim yang semakin sulit untuk diprediksi. Perubahan iklim secara global sudah menjadi isu yang mencemaskan belakangan ini. Hal itu disebabkan karena ulah manusia yang tidak memelihara lingkungan sehingga terjadi kerusakan dimana-mana yang akhirnya justru merugikan semua makhluk hidup di atas bumi ini. Iklim merupakan faktor produksi yang seringkali dianggap sebagai kendala dalam proses produksi. Sistem budidaya tembakau deli menghendaki iklim yang tidak terlalu basah ataupun kering. Akan tetapi, variabel iklim yang semakin sulit untuk diprediksi adalah curah hujan yang sering kali menggangu aktivitas produksi. Iklim sumatera utara mempunyai curah hujan yang merata
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
sepanjang tahun sehingga sulit untuk membedakan antara musim hujan dan musim kemarau. Minimnya alat untuk menghitung curah hujan seringkali membuat prediksi yang dilakukan seringkali gagal. Sampai saat ini, alat yang digunakan untuk menghitung curah hujan oleh perusahaan masih dilakukan dengan sangat sederhana karena hanya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara manual. 3. Penurunan kesuburan tanah dan pengolahan tanah yang tidak sempurna Pada awal pembukaan perkebunan tembakau deli, tanah yang telah ditanami tembakau akan diistirahatkan selama 8 tahun untuk mengembalikan kesuburannya. Namun, hal itu tidak dilakukan pada saat sekarang ini karena lahan justru dirotasikan dengan tanaman tebu yang membuat lahan semakin miskin unsur hara. Lagi pula, masa istirahat lahan yang panjang akan membuat masyarakat sekitar menggarap lahan tersebut kemudian setelah itu perusahaan akan kesulitan untuk mengambil alih kembali lahan tersebut. Masa istirahat lahan dijadwalkan selama 5 tahun terbagi untuk penanaman tebu selama 2 tahun dan selebihnya dilakukan pengolahan tanah dan dibiarkan dengan menanam kucingan. Maka tanah hanya diistirahatkan selama 3 tahun. Dalam jangka waktu 3 tahun dilakukan 3 kali pengolahan tanah dengan menggunakan traktor. Pengolahan ini terkadang tidak sempurna dilakukan disebabkan banyak hal salah satunya adanya penggarapan liar yang mengganggu aktivitas pengolahan. Apalagi traktor yang digunakan adalah traktor-traktor yang sudah tua tetapi tetap dipaksakan bekerja sehingga sering terjadi kerusakan dan untuk perbaikannya harus menunggu tenaga dari bengkel pusat yang seringkali membuat pengolahan tanah menjadi terlambat dan tidak sempurna. Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)-Helvetia Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)-Helvetia dipimpin oleh seorang administratur, struktur organisasi vertikal di kebun ini menunjukkan adanya departemen-departemen terpisah yang menjalankan fungsi masing-masing untuk melaksanakan aktivitas produksi. Aliran informasi pada jenis struktur organisasi seperti ini adalah jika tidak naik pasti akan menurun sampai pada tingkatan manajemen tertentu. Setiap tingkatan manajemen didalam departemen mempunyai tanggung jawab kepada atasannya guna mendukung tujuan pengawasan, pengendalian dan evaluasi produksi. Secara umum, departemen-departemen tersebut terdiri dari departemen pengolahan yang dipimpin oleh seorang asisten pengolahan yang membawahi beberapa asisten afdeling dan asisten Buiten Work (BW), departemen teknik, tata Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
usaha dan kesatuan pengamanan yang berkerja sama untuk pelaksanaan produksi tembakau deli.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) pada mempunyai beberapa kebun untuk budidaya tembakau, yaitu Tandem, Tandem Hilir, Bulu Cina, Klumpang, Kelambir Lima, Tanjung Jati, Kuala Bingei, Sampali, Saentis, Helvetia, Batang Kuis, Pagar Merbau dan Bandar Kalipa. PT. Perkebunan Nusantara II-Helvetia merupakan salah satu lokasi lahan budidaya tanaman perkebunan yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (Persero). Jenis tanaman yang dibudidayakan di Helvetia ini terdiri atas tanaman kelapa sawit, tebu, dan tembakau. Kebun Helvetia adalah salah satu kebun tembakau yang tetap dipertahankan keberadaannya disebabkan oleh faktor produktifitas yang dinilai masih tinggi guna menutupi tingginya biaya produksi tembakau deli. Pembudidayaan
tembakau
deli
sangat
tergantung
oleh
kondisi
geografisnya yaitu kondisi tanah dan iklimnya. Hingga masa sekarang pun, kegiatan budidaya masih dipertahankan di daerah antara sungai Wampu dan sungai Ular. Secara topografi, daerah di antara kedua sungai tersebut merupakan lempengan (Plate) dataran rendah yang sangat cocok untuk syarat tumbuh tembakau deli. Tanaman tembakau menghendaki kondisi tanah yang kaya akan bahan-bahan organik oleh karenanya tanaman ini cocok untuk tanah andosol dan alluvial. Sedangkan untuk faktor iklim, tembakau deli menghendaki penyinaran matahari yang cukup untuk mendukung pertumbuhannya, tanaman tembakau Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
tidak menghendaki iklim yang telalu kering ataupun basah. Temperatur dan kelembaban udara yang dikehendaki oleh tanaman tembakau tergantung pada jenis tembakau akan tetapi untuk tembakau yang diusahakan di dataran rendah akan menghendaki temperatur yang tinggi berkisar antara 21ºC-32,3ºC. Lahan perkebunan tembakau berada di daerah Helvetia yang berbatasan langsung
dengan
kota
Medan.
Luas
lahan
kebun
Helvetia
saat
ini
adalah ± 1.298,3 Ha termasuk areal yang digunakan untuk perumahan karyawan, kantor kebun dan lain-lainnya. Lahan kebun Helvetia berada didua desa yaitu desa Manggala dan desa Helvetia. Kebun berada di tengah dua sungai yaitu sungai Bederak yang menjadi sumber pengairan utama bagi pembudidayaan tembakau deli dan sungai Deli, di sebelah barat kebun Helvetia berbatasan dengan areal kebun Klumpang yang dipisahkan dengan aliran sungai Bederak, sebelah utara berbatasan dengan daerah Anam Ratus dan areal yang digunakan untuk landasan pesawat. Sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Marelan dan sebelah selatan berbatasan dengan bekas lahan kebun tembakau yang sudah berubah fungsi menjadi kawasan perumahan. Produktifitas Tembakau Deli Kebun Helvetia. Pengukuran produktifitas adalah cara terbaik dalam menilai kemampuan sebuah lembaga. Karena hanya dengan produktifitas maka tenaga kerja, modal dan
manajemen
akan
mendapatkan
tambahan
pembayaran.
Parameter
produktifitas diukur dari keseluruhan panen daun tembakau panen hijau dan daun tembakau kering. Dalam hal ini parameter produktifitas dibagi dalam dua jenis
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
yaitu: produktifitas jumlah panen daun tembakau hijau (lembar daun) dan produktifitas dalam jumlah bal lelang Bremen per ladang (bal/ladang). Analisis produktifitas dilakukan dengan menggunakan data produksi tembakau deli selama 10 tahun dari tahun 1997-2006. Grafik di bawah ini menyajikan jumlah daun tembakau yang dipanen dari lahan yang berdasarkan prediksi panen yang dibuat dalam perencanaan dan hasil realisasi di lapangan untuk setiap tahunnya.
2.000.000 1.800.000 1.600.000 1.400.000 1.200.000
RKAP
1.000.000
Real
800.000 600.000 400.000 200.000 0 1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Gambar 3. Grafik hasil kutipan panen daun tembakau (lembar daun)
Grafik hasil kutipan daun tembakau deli menunjukkan adanya fluktuasi hasil produksi. Tahun 1997 adalah tahun yang menggembirakan untuk hasil panen daun tembakau karena berhasil melampaui target produksi panen daun tembakau hijau hingga mencapai 148,1% dan juga produktifitas bal lelang bremen untuk setiap ladang menunjukkan jumlah yang memuaskan sebanyak 3,14 bal. Hal ini membuat perusahaan meraup untung yang besar. Meskipun masih melampaui dari perkiraan panen, penurunan jumlah panen daun tembakau hijau terjadi pada tahun 1998. Faktor politik dalam negeri yang tidak stabil pada tahun ini disertai dengan kekeringan diduga menjadi penyebab utama terjadinya penurunan hasil produksi. Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Produksi daun tembakau hijau menurun menjadi 127,5 % sedangkan produksi lelang bremen juga menurun menjadi 2,5 bal untuk setiap ladang. Kondisi iklim pada tahun 1999 masih belum mendukung budidaya tembakau
deli.
Curah
hujan
yang
tinggi
sepanjang
Oktober
1998
dan Januari-Mei 1999 menghambat produksi. Hal ini dikarenakan, curah hujan yang tinggi akan meningkatkan serangan hama dan penyakit tanaman hingga produksi daun tembakau hijau masih menunjukkan penurunan menjadi 117,2 % dari tahun 1998. begitu juga halnya dengan produktifitas bal lelang bremen untuk setiap ladang semakin mengecewakan karena hanya mencapai akan 1,13 bal untuk tiap ladang artinya banyak dari daun yang dipanen dan diolah tidak memenuhi klasifikasi bal lelang bremen. Faktor iklim yang sulit diprediksi sering kali menjadi hambatan dalam usaha menaikkan produktifitas masih terjadi pada tahun ini walaupun demikian, pada tahun 2000 terjadi sedikit kenaikan produksi daun tembakau hijau maupun jumlah bal lelang bremen yang dihasilkan untuk tiap-tiap ladang dengan pencapaian produksi masing-masing sebesar 126,1 % berdasarkan RKAP dan 1,82 bal lelang bremen untuk tiap ladangnya. Curah hujan yang tinggi kembali terjadi sepanjang Mei-Juni 2001, akibatnya banyak tanaman yang terserang hama dan penyakit tanaman dan busuk. Untuk hasil daun kutipan tembakau hijau dari lapangan hanya mampu mencapai 72,9 % dari RKAP akan tetapi dari keseluruhan daun tembakau yang dipanen tidak ada yang menghasilkan daun tembakau dengan kualitas lelang bremen karena daun tembakau yang dikeringkan menjadi busuk akibat dari curah hujan
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
yang tinggi sehingga pada tahun ini bal lelang bremen tidak dihasilkan sama sekali. Tahun 2002, perusahaan mengambil kebijakan untuk mengurangi jumlah lahan tembakau karena semakin maraknya penggarapan lahan yang dilakukan oleh masyarakat. Akan tetapi, kondisi iklim dan faktor produksi lainnya cukup mendukung sehingga adanya peningkatan hasil panen hingga mencapai 116,3 % untuk kutipan daun tembakau hijau akan tetapi untuk bal lelang bremen yang dihasilkan masih sangat rendah karena hanya 0,9 bal untuk setiap ladangnya. Tahun 2003, untuk jumlah daun tembakau hijau yang dipanen mengalami penurunan akibat curah hujan yang cukup tinggi selama masa penanaman. Panen hanya mencapai 74,3 %, begitu juga halnya dengan bal lelang bremen yang dihasilkan juga mengalami penurunan hanya mencapai 0,64 bal. Kebijakan menambah jumlah ladang dilakukan pada tahun 2004, akan tetapi produksi tetap tidak bergerak naik, keterlambatan pengolahan tanah dan hambatan dalam masa awal penanaman membuat panen untuk tahun ini tidak maksimal hanya 67,1 % dari RKAP. Hal yang menggembirakan justru tampak pada hasil bal lelang bremen yang meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 1,09 bal/ ladang. Hal ini menunjukkan adanya usaha keras dari semua pihak untuk menghasilkan daun-daun tembakau yang berkualitas. Tahun 2005, terjadi sedikit permasalahan dalam biaya produksi maka diadakan kebijaksanaan konversi jumlah bibit yang ditanam untuk setiap ladang sekitar 14.400 bibit / ladang. Padahal sebelumnya banyak bibit yang ditanam untuk setiap ladangnya adalah 19.000 bibit. Maka perubahan jumlah bibit Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
dikalikan dengan jumlah ladang yang telah ditetapkan sebanyak 150 ladang akan diperoleh 113 ladang yang akan ditanami. Hasil yang diperoleh tidak mengembirakan karena hanya tercapai 67,5% dan bal lelang bremen sebanyak 1,54 bal/ ladang. Produksi tahun 2006 meningkat dengan dratis dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Curah hujan yang cukup di masa pengolahan tanah hingga panen membuat panen daun hijau sukses mencapai 134,4 % dari perencanaan produksi tahunan dan diikuti dengan bal lelang bremen yang juga menunjukkan hasil yang memuaskan sebanyak 2,39 bal/ladang.
3,5 3 2,5 2
jlh bal LB/ldg
1,5 1 0,5 0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Gambar 4.Grafik jumlah bal lelang Bremen per ladang tahun1997-2006
Produktifitas dipengaruhi oleh
banyak
faktor
produksi misalnya
infrastruktur, metode kerja dan sumber daya manusia yang melaksanakannnya. Menurut
Sutermeister
(1976),
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
produktifitas adalah perkembangan teknologi, bahan, metode dan kinerja. Sedangkan menurut Schroeder (1989) Faktor luar yang mempengaruhi
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
produktifitas adalah peraturan pemerintah, persaingan dari perusahaan lain, permintaan konsumen adalah diluar kendali perusahaan Sistem Budidaya Tembakau Deli Potensi pengembangan sekaligus permasalahan produksi yang dihadapi oleh sistem budidaya tembakau deli dirasakan semakin kompleks pada saat ini. Hal ini tidak lain disebabkan oleh semakin terbatasnya ketersediaan faktor-faktor produksi dan keberagamam permasalahan yang merudung keberadaan sistem sehingga memerlukan analisis mendalam untuk pengambilan keputusan agar tetap menjaga kelangsungan produksi tembakau deli yang berkualitas Identifikasi sistem budidaya tembakau deli meliputi pengevaluasian tiga aspek yang dianggap cukup penting, yaitu aspek industri, aspek lingkungan dan aspek sosial ekonomi tembakau deli. Dalam tinjauan aspek industri tembakau deli, dijelaskan mengenai kebutuhan daun tembakau deli untuk bahan baku produksi cerutu internasional yang masih tinggi, akan tetapi semakin lama produksi tembakau deli secara keseluruhan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan. Kemudian
dilanjutkan
dengan
pengevaluasian.
aspek
lingkungan
yang
mengevaluasi perubahan lingkungan lahan tembakau deli yang diduga menyebabkan penurunan produktifitas dan kualitas tembakau deli, khususnya pada lahan Helvetia. Faktor lingkungan yang dirasakan semakin menurun kualitasnya adalah kondisi tanah yang semakin miskin bahan organik dan unsur hara dan juga penurunan kualitas air sungai Bederak yang ditunjukkan dengan tingginya kandungan zat yang membahayakan bagi produksi tembakau deli. Aspek sosial ekonomi akan membahas pergeseran pandangan sosial ekonomi di Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
daerah sekitar perkebunan Helvetia terhadap keberadaan sistem budidaya tembakau deli. Aspek industri tembakau deli Daun tembakau deli yang berkualitas baik adalah bahan baku pembuatan cerutu yang diproduksi oleh perusahaan cerutu internasional. Menurut laporan tahunan perusahaan menyebutkan bahwa kebutuhan industri cerutu untuk tembakau deli mencapai 8000-10000 bal daun tembakau per tahunnya. Akan tetapi, produksi tembakau deli hanya mencapai 7000-8500 bal daun tembakau per tahunnya untuk jenis daun tembakau lelang bremen yang diperoleh dari sisa lokasi lahan pembudidayaan tembakau deli yang masih dipertahankan. Perbedaan antara jumlah kebutuhan dan pasokan daun tembakau deli menjadi suatu permasalahan yang dari waktu ke waktu memang menjadi fokus dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Akan tetapi, diperlukan pula perhatian yang besar dalam pengambilan keputusan mengenai penjagaan kualitas produksi tembakau deli. Kurangnya keterampilan dan rasa memiliki terhadap produksi tembakau deli juga membuat produktifitas daun tembakau deli untuk kualitas lelang Bremen menjadi menurun. Hal ini akan tampak pada produksi daun tembakau di bawah kualitas daun lelang bremen yang terkadang meningkat terutama untuk jenis tembakau gruis yang merupakan jenis daun tembakau dengan kualitas terendah yang murah harga jualnya. Mata rantai produksi tembakau deli yang rumit membutuhkan keterampilan dan ketelitian tinggi dari para pekerja sistem budidaya tembakau deli. Kurangnya keterampilan dan ketelitian dapat menyebabkan daun tembakau rusak sehingga tidak lolos seleksi untuk Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
dikelompokkan sebagai daun kualitas Bremen. Hal ini terjadi pada perlakuan pasca panen, baik pada saat panen di lahan, di bangsal ataupun di gudang pemeraman yang sangat mempengaruhi kualitas karena bisa saja akan menghasilkan daun-daun tembakau yang rusak ataupun berwarna telalu marak hingga
ridak dapat dikelompokkan sebagai daun tembakau kualitas lelang
bremen. Padahal jenis tembakau selain kualitas lelang bremen tidak diinginkan oleh perusahaan karena perusahaan tetap harus mengolah daun tembakau jenis ini sehingga menambah biaya produksi sedangkan harga jualnya yang tidak tinggi akan merugikan perusahaan. Meskipun pasokan daun tembakau deli sebagai bahan baku industri cerutu tidak mencukupi, para pembeli tetap mencari daun tembakau deli ini. Hal ini membuat para pengusaha harus bersaing dengan harga tinggi untuk mendapatkan daun tembakau deli yang berkualitas. Walaupun saat ini sudah ada tembakau pengganti yang kualitasnya hampir menyamai kualitas tembakau deli. Namun, dipasar lelang internasional daun tembakau deli masih mempunyai kedudukan dan tetap dicari sebagai bahan baku cerutu yang berkualitas. Aspek lingkungan Sistem budidaya tembakau deli sangat dipengaruhi oleh oleh faktor lingkungan. Ciri khas dari suatu produk pertanian dapat terjadi karena faktor lingkungan diantaranya geografis, keadaan tanah dan iklim yang khas dari daerah penghasil. Dalam arena perdagangan internasional, di samping harga, sebagian besar persaingan terletak pada ciri khas, keunggulan dan konsistensi mutu produk. Produk yang berciri khas dan bermutu tinggi secara konsisten akan banyak dicari dan mendapatkan tempat khusus di pasar internasional. Tembakau deli merupakan Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
komoditas pertanian yang mempunyai ciri khas pada rasa (taste) dan aroma nya yang tidak diperoleh dari jenis tembakau lain walaupun dikembangkan dengan varietas yang sama di lokasi yang berbeda. Evaluasi aspek lingkungan pada kajian sistem ini bertujuan untuk mengevaluasi daya dukung lingkungan di daerah kebun tembakau Helvetia demi pencapaian produksi tembakau deli secara berkelanjutan dan penjagaan kualitas tembakau deli. Dalam tinjauan aspek lingkungan, analisis kualitas sumber air serta analisis kesuburan tanah berdasarkan kadar bahan organik tanah dan kandungan unsur haranya merupakan faktor yang akan dievaluasi. Perubahan lingkungan di sekitar perkebunan Helvetia yang ditandainya dengan meningkatnya
pemukiman
penduduk
dan
pabrik-pabrik
menyebabkan
bertambahnya sampah rumah tangga maupun limbah industri yang berbahaya yang mengalir ke sungai Bederak, padahal sungai ini merupakan sumber air utama yang digunakan dalam kegiatan budidaya tembakau di Helvetia Air merupakan kebutuhan pokok tanaman untuk hidup. Kekurangan air akan membuat tanaman menjadi kurang subur bahkan dapat menyebabkan tanaman menjadi mati. Kebutuhan tanaman akan air tidak hanya dipandang dari kuantitasnya saja, akan tetapi juga perlu diperhatikan kualitas air tersebut. Data BPTTD (balai penelitian tebu dan tembakau deli) menunjukkan adanya peningkatan kadar Cl (khlor) dalam kandungan air sungai Bederak pada tahun 2003 dan analisa kualitas air yang dilakukan pada tahun 2005. Tabel 3. Hasil analisa kadar Cl (ppm) Tahun
Hasil Analisa
Standar
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
2003
25,67
2005
37,45
Irigasi < 25,00 dan sprinkler < 14,00
Sumber : Data Primer
Tingginya kadar Cl (khlor) dalam air bagi pertumbuhan tanaman tembakau dapat memberikan pengaruh yang buruk. Hal ini terutama akan tampak pada penurunan daya bakar daun tembakau dan juga akan menimbulkan bercak pada daun. Pengusaha cerutu yang akan membeli tembakau deli akan memeriksa beberapa item kualitas pada saat membeli untuk menjamin kualitas cerutu mereka. Daun tembakau dengan daya bakar yang baik menurut resume kualitas tembakau cerutu yang ditulis oleh BPTTD (2000) adalah membara tanpa menimbulkan nyala api saat dibakar akan dikelompokkan kedalam daun yang berkualitas baik sedangkan pemeriksaan secara visual dilakukan untuk memeriksa adanya daun yang cacat termasuk tidak adanya bercak pada daun yang akan merusak tampilan produk cerutu mereka. Selain penurunan kualitas air, penurunan kualitas lahan (degragrasi) juga terjadi pada tanah di lokasi kebun Helvetia. Penurunan kadar bahan organik merupakan gejala utama terjadinya penurunan kualitas tanah. Bahan organik yang terdapat di dalam tanah merupakan parameter adanya aktivitas mikroorganisme untuk menghasilkan unsur hara tanah hingga tanaman dapat tumbuh subur. Untuk tanaman tembakau deli, tanah yang diiginkan adalah tanah yang mempunyai kadar bahan organik sebanyak 2 % akan tetapi data analisa tanah dari tahun 1997-2006 menunjukkan kadar bahan organik dibawah 2%. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya degradasi di lahan-lahan budidaya tembakau Deli,
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
diantaranya adalah rotasi tanaman tembakau dengan tebu yang memberikan banyak pengaruh negatif.
1,4 1,2 1 0,8
kadar C
0,6
kadar BO
0,4 0,2 0 1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Gambar 5. Grafik kadar bahan organik lahan Helvetia
Siregar (1999) mengatakan bahwa pengiliran tanaman tembakau dengan tebu membawa berbagai pengaruh negatif terhadap kesuburan tanah, dimana dengan penanaman tebu selama periode 10 tahun ini menguras bahan organik tanah karena pengolahan yang intensif dan memperpendek masa bera, sehingga kandungan bahan organik tanah menjadi sangat rendah berkisar 1%. Beberapa cara telah dilakukan untuk mengembalikan kandungan bahan organik ini antara lain dengan penanaman Mimmosa invisa. Namun, penanaman ini pun tidak efektif karena tanaman ini hanya bertahan selama 6-8 bulan dan kemudian tertutup atau kalah bersaing dengan tanaman semak lainnya. Penelitian-penelitian tentang perbaikan bahan organik tanah juga telah banyak dilakukan oleh BPTTD, diantaranya menghasilkan informasi baru perbaikan bahan organik tanah tentang limbah ampas tebu yang diteliti dapat meningkatkan bahan organik tanah yang sudah terkuras. Aspek sosial ekonomi sistem budidaya tembakau deli Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Keberadan sistem budidaya tembakau deli telah diketahui menbawa banyak perubahan aspek sosial ekonomi bagi seluruh stakeholder. Takaran ekonomi adalah kriteria utama untuk mengukur kesejahteraan suatu kelompok masyarakat. Sedangkan pendekatan sistem dengan aspek sosialnya adalah evaluasi hubungan horizontal sistem dangan seluruh stakeholder sistem guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perubahan cara pandang masyarakat terhadap keberadaan sistem budidaya tembakau deli dirasakan berdampak terhadap: •
Pergeseran budaya masyarakat sekitar yang pada awalnya adalah budaya tani berkembang menuju budaya perkotaan yang didominasi oleh budaya modren.
•
Pemikiran untuk berkerja di dalam sistem budidaya tembakau deli menjadi tidak menarik
•
keinginan masyarakat sekitar untuk bekerja didalam sistem karena tidak adanya harapan menjadi bagian yang tetap dalam manajemen dikarenakan adanya kebijaksanaan penggunaan tenaga kerja honorer/harian. Selain itu, insentif pengupahan juga menjadi tidak menarik bagi masyarakat sekitar karena banyak berkembangnya jenis pekerjaan lainnya yang dianggap lebih menarik sistem pengupahannya.. Dilain pihak, sistem budidaya tembakau deli sangat tergantung pada
keberadaan tenaga kerja, hal ini tampak pada aktivitas kritis yang masih tergantung pada sumbangsih tenaga kerja harian. Aktifitas pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman sampai kepada pengolahan merupakan contoh bagian yang Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
banyak menyerap tenaga kerja harian tersebut. Aktivitas-aktivitas ini selain sangat menentukan produktifitas juga menentukan kelangsungan mutu produk Survei terhadap para pekerja sistem budidaya tembakau deli pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada saat sekarang ini, bekerja di perkebunan tembakau menjadi hal yang tidak begitu menarik bagi tenaga kerja usia produktif yang berasal dari sekitar kebun. Hal ini tampak dari hasil sampling yang dilakukan terhadap pekerja sistem budidaya tembakau deli. Sebanyak 57,14 % pekerja yang menjadi responden adalah pekerja yang berumur 41-50 tahun yang artinya adalah kebanyakan dari jumlah pekerja merupakan sudah hampir memasuki usia yang tidak produktif lagi.
< 20 THN 51-60 THN 0% 0% 21-30 THN >60 THN 6% 0%
41-50 THN 57%
31-40 THN 37%
Gambar 6. Frekuensi umur para pekerja sistem budidaya tembakau deli
Minimnya ketetarikan tenaga kerja usia produktif, selain disebabkan akibat berkembangnya daerah sekitar Helvetia. Juga karena minimnya upah bekerja di perkebunan tembakau. Hal ini tampak dari 45,71% responden pekerja yang Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
mengatakan bahwa upah bekerja mereka minim, dan 42,86 % mengatakan bahwa upah tersebut hanya dapat mencukupi memenuhi kebutuhan selama 10 hari sampai 1 bulan.
BESAR 0% CUKUP BESAR SANGAT KURANG 0% 3% CUKUP 31% KURANG 46%
AGAK KURANG 20%
Gambar 7. Frekuensi pendapat pekerja tentang gaji yang diberikan
Pola kerja di sistem budidaya tembakau deli ini tak banyak berbeda dengan pekerjaan di luar sistem. Para pekerja melakukan pekerjaan selama 8 jam, dengan kondisi perkerjaan sedang. Kondisi pekerjaan yang cukup berat tampak pada bagian pengolahan tanah karena terkadang pekerjaan harus dilakukan secara lembur untuk mengejar target dan juga pada pengolahan pasca panen yang membutuhkan ketelitian tinggi untuk dapat menghasilkan daun tembakau dengan mutu terbaik. Lebih dari itu hasil survey yang dilakukan juga menunjukkan bahwa ada ketidakkonsistenan kebijakan manajemen yang diungkapkan oleh 88,57 % responden yang terkadang menggangu kerja mereka. Selain itu, perbaikan kondisi fisik merupakan adalah hal yang mendesak untuk dilakukan karena sebanyak 62,86 % responden mengatakan perbaikan peralatan dan bahan produksi seperti
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
penggantian traktor yang sudah tua dan menurun prestasi kerjanya sangat penting untuk meningkatkan produktifitas pekerjaan.
Penyusunan Diagram Kotak Hitam (Blackbox Diagram) Perancangan diagram kotak hitam akan dibagi menjadi beberapa variabel yaitu input, parameter rancangan sistem, dan output Input merupakan masukan yang diberikan pada sistem budidaya tembakau deli untuk mengubah sumber daya dan menambah kegunaan. Variabel input ini sendiri terbagi atas tiga jenis yaitu input terkendali, input tidak terkendali dan input lingkungan. Menurut Eryatno (2003), input yang terkendali dapat divariasikan selama operasi untuk menghasilkan prilaku sistem yang sesuai dengan yang diharapkan. Begitu juga halnya dengan input tak terkendali, perwujudan input dapat meliputi barang, tenaga, modal, dan informasi. Input yang terkendali terdiri atas luas lahan yang akan diolah, bibit yang digunakan, jumlah dan konsentrasi pupuk / pestisida, teknologi proses, jumlah tenaga kerja, perencanaan dan biaya produksi, sarana transportasi. Input yang tak terkendali terdiri atas jenis dan jumlah serangan hama dan penyakit tanaman, debit sumber air, jumlah daun panen, pemukimam penduduk dan penggarapan liar. Input lingkungan merupakan input yang berasal dari luar sistem. Keberadaan input ini dapat mempengaruhi sistem akan tetapi sistem itu sendiri tidak dapat mempengaruhinya. Input ini dikenali sebagai peraturan pemerintah yang terdiri atas PP no 12 tahun 1997 tentang usaha pelestarian tembakau deli, UU ketenagakerjaan, UU tentang lingkungan hidup. Faktor lingkungan yaitu Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
mikroklimat juga mempengaruhi sistem selain itu rencana pengembangan kota adalah input lingkungan yang paling banyak memberikan dampak kepada sistem. Variabel penyusun diagram kotak hitam selanjutnya adalah parameter rancangan sistem. Seperti yang diungkapkan oleh Eryatno (2003) bahwa parameter rancangan sistem adalah parameter-parameter yang mempengaruhi input sampai menjadi (transformasi) output. Tiap-tiap sistem mempunyai parameter rancangan tersendiri yang dapat berupa lokasi fisik, ukuran dari sistem dan komponennya, ukuran fisik dari sistem, serta jumlah dan tipe tiap komponen dan sistem. Parameter ini cenderung konstan karena tidak dapat diubah tanpa adanya penggantian sumber daya. Parameter rancangan yang paling utama adalah daya dukung tanah. Secara umum, kondisi tanah yang baik atau mendukung untuk terciptanya perakaran serta tersedianya hara yang optimal, adalah jika struktur tanah atau keseimbangan antara tanah, air, dan udara dalam volume suatu tanah juga dalam keadaan optimal yaitu, kurang lebih 30% tanah, 25% air dan 45% udara. Kualitas pengolahan tanah dikatakan baik jika agregat tanah pada lapisan atas setebal minimal 20 cm dalam keadaan cukup gembur sedangkan kedalaman pengolahan yang baik jika kedalaman olah paling tidak mencapai kedalaman 40 cm karena pada kedalaman tersebut akar bibit dan tunas dapat tumbuh dengan baik dan mampu mengabsorbsi air dengan optimal. Parameter selanjutnya adalah teknik budidaya yang merupakan proses transformasi utama. Contoh parameter yang penting dalam teknik budidaya ini misalnya kriteria daun, kematangan daun dan waktu panen. Hal ini sangat penting ditetapkan agar daun yang dipanen tidak terlalu muda ataupun sudah terlalu Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
matang sehingga warna daun menjadi marak sehingga akan mengganggu proses perombakkan fisiologi dan kimiawinya. Dalam laporan penelitian BPTTD (2003) tentang
penentuan
kematangan
daun
berdasarkan
jumlah
klorofilnya
mengungkapkan bahwa kematangan daun tembakau sangat penting untuk menentukan ketepatan panen. Kematangan daun tembakau dapat dilihat dari jumlah klorofil yang ada. Selama ini penentuan kematangan daun tembakau ditentukan secara visual dan berdasarkan pengamatan individu, oleh karenanya muncul kriteria daun yang tidak seragam. Jumlah klorofil dipengaruhi oleh curah hujan, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah klorofil daun tembakau (party Z) lebih tinggi dengan curah hujan yang rendah dibandingkan bila curah hujan tinggi hal ini kemungkinan disebabkan olah klorofil yang lebih rapat persatuan luas ukuran pada daun yang kurang curah hujan Standar pendirian bangsal sangat penting untuk disiapkan. bangsal-bangsal PTPN-II selama ini terbuat dari bahan-bahan antara lain kayu jati, kayu laut, dan atap nipah dengan ukuran panjang bangsal 71,2 m, lebar 25,3 m, dan tinggi 15 m. Sekarang ini PTPN-II mulai mengalami kesulitan untuk pengadaan bahan-bahan bangsal terutama tiang 1 yang mempunyai panjang tambah kurang 15 m. Akan tetapi penelitian yang dilakukan untuk mendesain bangsal baru yang berukuran lebih kecil seperti yang diungkapkan dalam laporan penelitian BPTTD (1999) guna mengantipasi kelangkaan bahan-bahan pembangun bangsal menunjukkan hasil turunan tembakau yang kurang baik dibandingkan dengan tembakau turunan yang berasal dari bangsal konvensional. Daun tembakau hijau yang baru dipanen belum mempunyai nilai jual yang tinggi karena belum dapat dikategorikan sebagai daun tembakau yang berkualitas Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
untuk pembuatan cerutu. Untuk memperoleh hasil dengan mutu yang baik, dipengaruhi oleh proses pengeringan disamping pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pengolahan di gudang pemeraman. pengeringan tembakau cerutu pada dasarnya berlangsung secara alamiah, yang lazim disebut pengeringan dengan udara (air curing).sedangkan proses fermentasi berlangsung selama 81 hari dengan prosedur kerja tertentu. Hal yang paling utama dilakukan penjagaan suhu fermentasi, dan pembongkaran dan pembalikkan stapel .
Klasifikasi mutu tembakau merupakan parameter rancangan sistem
selanjutnya. Ketepatan sortasi dan saring daun tembakau akan menambah nilai jual dan tembakau. Sortasi daun tembakau dibedakan atas party daun yaitu daun pasir (party Z), daun kaki satu (VA) dan daun kaki dua (VB). Ketepatan sortasi warna juga menjadi penentu, daun tembakau dipisahkan berdasarkan 45 warna tembakau dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Daun tembakau yang telah diolah kemudian akan di bal untuk dikirimkan ke Bremen, standarisasi pengebalan akan menjaga daun tembakau tidak rusak dan menjamin kualitasnya tidak akan berubah hingga tiba ditujuan. Penggangkutan yang digunakan adalah penggangkutan dengan kapal dengan menggunakan kontainer. Proses transformasi input dengan parameter rancangan sistem akan menghasilkan output. Output ataupun keluaran proses akan dibagi menjadi dua yaitu output yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. Output yang dihendaki diidentifikasi sebagai efektifitas penggunaan lahan yang diharapkan akan meningkatkan produktifitas dan kualitas tembakau deli. Optimalisasi biaya produksi, ketepatan pengiriman bal tembakau ke Bremen, pemenuhan kebutuhan Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
pengusaha cerutu Eropa, penyediaan lapangan kerja dan perolehan laba yang sebesar-besarnya bagi perusahaan, laba yang diperoleh dapat digunakan untuk pinjaman pengembangan usaha mitra kerja yang terangkum dalam program mitra kerja dan bina lingkungan. Ouput yang tidak dikehendaki adalah hasil sampingan atau beberapa karakteristik yang dapat diukur. Output tak dikehendaki adalah semakin maraknya penggarapan liar, semakin meningkatnya produksi daun tembakau non reguler yang akan mengakibatnya naiknya biaya produksi sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan dan juga penutupan perkebunan tembakau deli yang akan terganti dengan jenis tembakau cerutu lainnya. Pengendalian hasil keluaran agar tetap seperti yang telah direncanakan memerlukan satu manajemen pengendalian dan pengawasan produksi yang berfungsi sebagai umpan balik. Konsep umpan balik menurut Kast dan Rosenzweig (1995) adalah penting untuk memahami cara suatu sistem mempertahankan suatu keadaan yang mantap. Umpan balik dapat positif ataupun negatif. Umpan balik negatif akan menunjukkan bahwa sistem itu telah menyimpang dari jalan yang telah ditentukan.
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
OUTPUT YANG DIKEHENDAKI INPUT TAK TERKENDALI 1. Pemukiman penduduk dan penggarapan liar. 2. Jenis dan jumlah serangan hama penyakit tanaman. 3. Debit sumber air untuk pengairan 4. Kadar unsur hara 5. Jumlah panen daun tembakau hijau
INPUT LINGKUNGAN 1. Peraturan pemerintah 2. Mikroklimat 3. Rencana pengembangan kota
SISTEM BUDIDAYA TEMBAKAU DELI
INPUT TERKENDALI 1. Perencanaan dan biaya produksi 2. Luas lahan yang akan diolah 3. Jumlah bibit yang digunakan 4. Jumlah tenaga kerja 5. Jumlah dan konsentrasi pupuk dan pestisida 6. Teknologi proses dan peralatan kerja 7. Jumlah sarana transportasi
PARAMETER RANCANGAN SISTEM 1. Daya dukung tanah, terdiri atas jenis tanah yang sesuai, kesanggupan tanah menyimpan air, ambang batas kebutuhan unsur hara, 2. Klutur teknis budidaya tembakau deli 3. Standar pendirian bangsal 4. Metode pengeringan dan fermentasi 5. Klasifikasi mutu tembakau ( panjang, ketepatan sortasi dan saring warna sesuai party dan merek, aroma dan rasa. 6. Standar pengebalan dan pengangkutan
1. Efektifitas pengelolaan lahan 2. Produktifitas tinggi 3. Optimalisasi biaya poduksi 4. Ketepatan waktu pengiriman bal daun tembakau ke Bremen 5. Pemenuhan kebutuhan daun tembakau bagi pengusaha cerutu. 6. Penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar 7. keuntungan bagi perusahaan 8. Pembinaan mitra kerja dan bina lingkungan
OUPUT TAK DIKEHENDAKI 1. Semakin maraknya penggarapan liar 2. Peningkatan polusi tanah dan air 3. Kenaikan biaya produksi 4. Kerugian bagi perusahaan 5. Penutupan perkebunan tembakau deli 6. Subtitusi tembakau deli dengan jenis tembakau lain
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Stakeholder yang diikutkan dalam analisis kebutuhan terdiri atas pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara II-Helvetia dan masyarakat sekitar perkebunan. 2. Ruang
lingkup permasalahan sistem budidaya tembakau deli yang
diidentifikasikan terdiri atas adanya pengembangan kota yang terus mengurangi ketersediaan faktor produksi di kawasan Helvetia, faktor iklim yang semakin sulit diprediksi, penurunan kesuburan tanah dan pengolahan tanah yang tidak sempurna. 3. Kebutuhan daun tembakau deli untuk bahan baku industri cerutu masih tinggi akan tetapi pasokan tembakau deli semakin tidak memenuhi jumlah permintaan tembakau deli untuk bahan baku industri cerutu. 4. Sungai Bederak telah mengalami pencemaran sehingga tidak sesuai lagi digunakan sebagai sumber air irigasi karena tingginya kadar Cl (khlor) sebesar 37,45 ppm, faktor lingkungan lainnya yang mengalami penurunan kualitas adalah tanah, tanah Helvetia menunjukkan adanya degradasi dengan kandungan bahan organik dibawah 2%. 5. Pertumbuhan industri baru di sekitar kawasan perkebunan Helvetia dengan penggunaan teknologi modren menjadi salah satu faktor penarik bagi tenaga kerja usia produktif untuk bekerja diluar sistem budidaya tembakau deli. 6. Diagram kotak hitam disusun dengan 3 variabel yaitu input, parameter rancangan sistem dan output. Input yang diubah diantaranya terdiri atas bahan, Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
tenaga kerja, alat, biaya dan perencanaan. Sedangkan parameter rancangan sistemnya adalah daya dukung tanah, teknik budidaya tembakau deli, standar pendirian bangsal, metode pengolahan, klasifikasi mutu dan standar pengebalan dan pengangkutan. Untuk ouput yang diinginkan adalah produktifitas dan kualitas yang terjaga, laba, lapangan kerja bagi masyarakat dan optimalisasi biaya produksi, pemenuhan kebutuhan dan ketepatan pengiriman dan ouput yang tidak diinginkan adalah hal-hal yang berhubungan dengan berhentinya proses produksi. Saran 1. kondisi lingkungan sangat berpengaruh bagi kelangsungan produksi tembakau deli. Perbaikan kondisi lingkungan sangat dianjurkan, hal ini dapat didukung dengan penelitian-penelitian baru dengan penemuan yang dapat diterapkan guna mengantisipasi kerusakan lingkungan di Helvetia. 2. Tenaga kerja adalah faktor produksi yang sangat penting untuk diperhatikan, perbaikan sistem pengupahan dan pengangkatan tenaga kerja honorer menjadi tenaga kerja tetap diharapkan mampu menarik tenaga kerja baru untuk bekerja di sistem budidaya tembakau deli. Selain itu, pelatihan mengenai mata rantai produksi juga harus dilakukan untuk seluruh pekerja di dalam sistem budidaya tembakau deli.
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
LAMPIRAN ANALISA BEBERAPA UNSUR HARA PENTING LAHAN HELVETIA UNTUK SETIAP TAHUNNYA (1997-2006)
Analisa unsur N 0,35 0,3 0,25 N sedang max
0,2
N sedang min 0,15
Kadar N / tahun
0,1 0,05 0 1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Analisa unsur hara P2O5 90 80 70 60
P2O5 tinggi
50
P2O5 sedang max
40
P2O5 sedang min
30
Kadar P2O5 lahan / tahun
20 10 0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Analisa unsur hara K2O 1,2 1 0,8
kadar K2O tinggi kadar k2O max
0,6
kadar k2O min Kadar k2O lahan / tahun
0,4 0,2 0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
LAMPIRAN DOKUMENTASI SISTEM BUDIDAYA TEMBAKAU DELI
Gambar 9. Pekerja yang sedang melakukan sortasi
Gambar 10. Daun tembakau yang sudah disortasi
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Gambar 11. Blocking sistem tembakau deli
Gambar 12. Pengelompokan kualitas daun
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Gambar 13. Tembakau yang berada di bangsal pengembunan
Gambar 14 . Stapel daun tembakau di gudang fermentasi
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Gambar 15. Para pekerja yang sedang menyusun stapel
Gambar 16. Bangsal pengeringan tembakau deli
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Gambar 17. Daun tembakau yang telah dibal
Gambar 18. Daun tembakau yang sudah dibal ditutupi agar tidak diserang hama
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009
Nofria Maulidiana : Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia, 2008. USU Repository © 2009