Identifikasi Sifat................................................................Aditya Paramarta Putrayansyah IDENTIFIKASI SIFAT KUANTITATIF DAN KUALITATIF PADA KERBAU BELANG JANTAN DEWASA JENIS Bubalus bubalis DI PASAR BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA Aditya Paramarta Putrayansyah*, M. Fatah Wiyatna, dan Dedi Rahmat. Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 E-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian mengenai “Identifikasi Sifat Kuantitatif dan Kualitatif pada Kerbau Belang Jantan Dewasa Jenis Bubalus bubalis di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara”, telah dilaksanakan di pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara pada tanggal 9 Maret 2015 sampai dengan 9 april 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari ukuran-ukuran tubuh serta karakteristik sifat kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Ternak yang diamati adalah kerbau belang jantan dewasa yang berumur ≥ 4 tahun sebanyak 50 ekor. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif analitik dengan menggunakan program excel. Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan populasi panjang badan 149,06 ± 1,99 cm, tinggi pundak 128,39 ± 1,99 cm, lingkar dada 199,38 ± 2,00 cm, lebar dada 47,76 ± 2,05 cm dan dalam dada 71,29 ± 2,03 cm, karakteristik kerbau belang jantan dewasa sebagai berikut : warna kulit pola belang bonga (46 %), bentuk tanduk melingkar ke belakang (50 %), garis punggung melengkung (98 %), unyeng-unyeng pada kepala 2 buah (82 %), pada telinga tidak ada (66 %), pada pundak 2 buah (96 %), pada pinggul 2 buah (90 %), garis kalung putih tunggal (44 %), warna kelopak mata putih (82 %). Kata Kunci : Sifat Kuantitatif, Sifat Kualitatif, Kerbau Belang Jantan Dewasa THE IDENTIFICATION of QUANTITATIVE AND QUALITATIVE SPOTTED MATURE MALE BUFFALO TYPE of Bubalus bubalis at NORTH TORAJA REGENCY BOLU ANIMAL MARKET ABSTRACT Female The research about “ The identification of Quantitave and Qualitative Spotted Mature Male Buffalo Type of Bubalus bubalis at North Toraja Regency Bolu Animal Market”, was conducted in North Toraja Regency Bolu Animal Market in March , 2015 until April , 2015. The aims of this research was to identify and study the amount of body measurements, and characteristics of qualitative. The research method used is survey method with sampling by purposive sampling. The amount data confirmed of ≥ 4 years old Male Buffalo as many as 50 tail. The data obtained was analyzed using computers excel program. The result showed that the mean population body length 149.06 ± 1.99 cm, height of withers 128.39 ± 1.99 cm, circumference chest 199.38 ± 2.00 cm, chest width 47.76 ± 2.05 cm, depth of chest 71.29 ± 2.03 cm, characteristic spotted mature male buffalo as follows: skin color striped spotted bonga (46 %), back to the form of a circular horn (50 %), curved back line (98 %), two whorl hair on head (82 %), nothing on ear (62 %), two on front (96 %), two on behind (90 %), single chevron (44 %) and white eyelid (82 %). Keywords : Kuantitative, Qualitative Traits, Spotted Mature Male Buffalo.
Identifikasi Sifat................................................................Aditya Paramarta Putrayansyah 1.
PENDAHULUAN Kerbau merupakan hewan yang mempunyai peran penting bagi kehidupan masyarakat Toraja, karena peran kerbau dikaitkan dengan berbagai upacara adat seperti upacara kematian (rambu solo), acara yang berbentuk kebahagiaan acara pernikahan, syukuran (rambu tuka), dan masyarakat Toraja beranggapan bahwa kerbau merupakan harta pokok atau penentu status sosial masyarakat Toraja maupun harta warisan (Tedong Garonto Eanan).. Toraja memiliki beberapa macam jenis kerbau seperti kerbau belang, kerbau abu/hitam dan kerbau putih (albino), tetapi yang merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang berasal dari Toraja adalah kerbau belang yang kulitnya berwarna putih hitam. Kerbau belang jantan dewasa merupakan kerbau yang sangat berpotensi di Toraja ditunjukan dengan harganya yang mahal karena menurut masyarakat Toraja kerbau belang jantan dewasa memiliki strata kerbau yang paling tinggi,. Dalam upaya menggali dan mengetahui potensi sumberdaya kerbau belang jantan dewasa, langkah awal yang perlu dilakukan antara lain dengan menghimpun informasi yang berkaitan dengan sejumlah sifat ekonomis penting seperti ukuran-ukuran tubuh yang meliputi panjang badan, tinggi badan, lingkar dada, dalam dada dan lebar dada. Dan menghimpun informasi tentang identifikasi sifat kualitatif yang meliputi (bentuk tanduk, warna kulit, garis punggung, serta tanda-tanda yang terdapat di badan).
2.
OBJEK DAN PENELITIAN
Objek Penelitian
METODE
Objek penelitian yang digunakan adalah kerbau belang jantan dewasa yaitu berumur ≥ 4 tahun. Kerbau yang diteliti adalah milik peternak yang terdapat di pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan dan jumlah ternak yang diteliti sebanyak 50 ekor kerbau belang jantan dewasa. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey secara Purposive Sampling (Sudjana, 2005). Analisis Data Data sifat kualitatif yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Frekuensi relatif sifat A = ∑ Sifat A X 100%
n Keterangan : A = Salah satu sifat kualitatif pada kerbau yang diamati. n = Total sampel kerbau yang diamati. Pengukuran Bagian Tubuh 1. Panjang Badan (PB), jarak garis lurus dari tepi tulang procesus spinocus sampai dengan benjolan tulang tapis (os ischium), diukur menggumakan tongkat ukur, satuan dalam cm. 2. Tinggi Pundak (TP), diukur dari permukaan tanah sampai titik tertinggi pundak dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm. 3. Lingkar Dada (LD), diukur dengan melingkarkan pita ukur pada rongga dada dibelakang sendi bahu (os scapula) dalam satuan cm. 4. Dalam Dada (DD), diukur dari pundak tertinggi sampai tulang dada dengan menggunakan caliper dalam satuan cm. 5. Lebar dada (LD), jarak antara penonjolan sendi bahu (os scapula) kiri dan kanan, diukur mengunakan caliper, satuan dalam cm.
Identifikasi Sifat................................................................Aditya Paramarta Putrayansyah 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Kuantitatif. Peubah yang diamati pada sifat kuantitatif adalah ukuran-ukuran tubuh (panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, lebar dada dan dalam dada) kerbau jantan dewasa. Data hasil penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Ukuran Tubuh Kerbau Belang Jantan Dewasa. No Nilai PB TP LiD LD 1. Nilai minimum 140,00 119,00 184,00 40,00 2. Nilai maksimum 161,00 134,50 219,00 55,00 3. Rata – rata 149,06 128,39 199,38 47,76 4. Ragam 21,50 11,45 46,73 11,33 5. Simpangan baku 4,64 3,38 6,83 3,36 6. Koefesien variasi 3,10 2,60 3,40 7,00 7. Standar error 1,99 1,99 2,00 2,05 Panjang Badan Ukuran panjang badan merupakan ukuran yang sangat penting untuk menentukan atau menaksir bobot badan seekor ternak. Ini sesuai dengan pendapat Sugeng (2003) bahwa ukuran panjang badan dan lingkar dada dapat digunakan untuk memperkirakan bobot badan dan karkas. Hasil analisis statistik deskrif yang meliputi nilai rata-rata, simpangan baku, koevesien variasi, dan standar error, maka rata-rata panjang badan pada selang kepercayaan 95% kerbau belang jantan dewasa di pasar Bolu kabupaten Toraja Utara adalah 149,06 ± 1,99 cm. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Satriyo Ardi (2011) di Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Toraja Utara, ukuran panjang badan dari kerbau belang jantan dewasa umur > 5 tahun mempunyai rataan panjang badan 152,2 cm dan umur 3-5 tahun rata-rata panjang badannya adalah 139,6 cm. Tinggi Pundak Tinggi pundak perlu diketahui untuk memberikan informasi tentang pertumbuhan ternak dan dapat digunakan untuk memperkirakan bobot badan, dan juga tinggi pundak berpengaruh terhadap daya tarik yang dihasilkan oleh ternak tersebut (Murti,
DD 63,00 78,00 71,28 15,16 3,89 5,40 2,30
Satuan cm cm cm % cm
2002). Nilai rata - rata tinggi pundak kerbau belang jantan dewasa di pasar Bolu kabupaten Toraja Utara adalah sebesar 128,39 ± 1,99 cm. Dari hasil penelitian Triwulaningsih (2004) kerbau jantan dewasa diberbagai wilayah di Indonesia seperti di daerah Siborongborong 114,50 ± 4,50 cm, Brebes 113,22 ± 8,20 cm dan di Bogor 113,17 ± 6,97 cm. Hal ini menunjukan rataan tinggi pundak kerbau belang jantan dewasa di Pasar Bolu lebih tinggi. Lingkar Dada Bertambahnya bobot hewan menyebabkan bertambah kuatnya otototot penggantung tersebut sehingga bertambah besar pula lingkar dada (Putra, 1985), diperkuat dengan pernyataan Sasimowski (1987) yang menyatakan, ukuran dada yang besar menunjukan organ respirasi dan sirkulasi yang besar manifestasinya untuk metabolisme energi sehingga dapat mempengaruhi oragan lain terutama oragan pertumbuhan otot. Nilai rata – rata 199,38 cm, dengan ragam 46,73, nilai simpangan baku 6,83 nilai koevesien variasi 3,4 %. Rata - rata lingkar dada pada selang kepercayaan 95 % kerbau belang jantan dewasa di pasar Bolu kabupaten Toraja Utara 199,38 ± 2,00 cm. Tidak jauh berbeda
Identifikasi Sifat................................................................Aditya Paramarta Putrayansyah dengan hasil penelitian Satriyo Ardi (2011) di Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Toraja Utara, ukuran lingkar dada dari kerbau belang jantan dewasa umur > 5 tahun mempunyai rataan lingkar dada 205,55 cm dan umur 3-5 tahun rata - rata panjang badannya adalah 196,52 cm atau ukurannya lebih besar dibandingkan dengan ukuran kerbau rawa di daerah lainnya.
dalam dada pada selang kepercayaan 95 % kerbau belang jantan dewasa di pasar Bolu kabupaten Toraja Utara adalah 71,29 ± 2,03 cm. menurut penelitian Dudi (2011), pada kerbau lokal di Kabupaten Serang 66,87 ± 3,70, Kabupaten Pandeglang 62,56 ± 3,54 dan Kabupaten Lebak 65,97 ± 4,67. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Dudi (2011).
Lebar Dada Pengukuran lebar dada sangat penting karena untuk memberikan informasi tentang kapasitas tubuh dalam memanfaatkan pakan dan secara efesien mengkonversikan pakan menjadi daging dan otot (Newhan, 1994). Lebar dada dapat digunakan sebagai petunjuk dalam penentuan bibit ternak potong (Sugeng, 2003). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui nilai terendah (nilai minimum) lebar dada kerbau belang jantan dewasa adalah 40 cm, nilai tertinggi (nilai maksimum) adalah 55 cm, nilai rata – rata 47,76 cm, dengan ragam 11,33, nilai simpangan baku 3,36, nilai koevesien variasi 7 %. Rata - rata lebar dada pada selang kepercayaan 95 % kerbau belang jantan dewasa di pasar Bolu kabupaten Toraja Utara adalah 47,76 ± 2,05 cm. Menurut hasil penelitian Dudi (2011), pada kerbau lokal di Kabupaten Serang 41,78 ± 2,06, Kabupaten Pandeglang 40,95 ± 1,56 dan Kabupaten Lebak 41,80 ± 2,41. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan ukuran yang begitu signifikan di Pasar Bolu dengan daerah lainnya, hal ini menunjukan rataan lebar dada kerbau belang jantan dewasa di Pasar Bolu lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Dudi (2011). Dalam Dada dalam dada juga sangat penting dalam memberikan informasi tentang kapasitas tubuh dalam memanfaatkan pakan dan secara efesien mengkonersikannya menjadi daging dan otot (Newham, 1994). Nilai rata – rata 71,29 cm, dengan nilai ragam 15,16, nilai simpangan baku 3,89, nilai koevesien variasi 5,4 %. Rata - rata
Sifat Kualitatif Sifat kualitatif dapat menunjukkan spesifikasi dari bangsa ternak yang menggambarkan komponen khusus yang berkontribusi dalam menampilkan ciri khas suatu bangsa. Adapun sifat kualitatif yang diamati pada penelitian ini diantaranya ada tidaknya tanduk, bentuk tanduk, warna kulit, warna kaki, garis kalung, letak unyeng-unyeng dan jenis teracak. Jenis Belang dan Warna Kulit Menurut Bodo (2009), kerbau belang saleko warna kulitnya bewarna putih mendominasi dan kerbau belang lotong boko terdapat hanya warna hitam di punggung, sedangkan bonga warna putih hanya terdapat kepala bewarna putih, sori warna putih hanya kepala bagian mata, todi warna putihnya hanya terdapat diantara tanduk sebagian besar kulitnya didominasi oleh warna hitam. Berdasarkan hasil penelitian kerbau belang jantan dewasa di Pasar Bolu warna kulit didominasi oleh warna hitam (tedong bonga, tedong todi dan tedong sori) sebanyak 28 ekor dengan frekuensi relatif 56%, selanjutnya warna kulit yang mendominasi adalah warna kulit putih kemerahan (tedong saleko dan tedong lotong boko) yaitu sebanyak 21 ekor dengan frekuensi relatif 42% dan yang terakhir kerbau belang dengan warna kulit putih kecoklatan (tedong saleko bulan) yaitu sebanyak 1 ekor dengan frekuensi relatif 2%. Bentuk Tanduk
Identifikasi Sifat................................................................Aditya Paramarta Putrayansyah Hasinah dan Handiwirawan (2006) menyatakan, kerbau rawa atau kerbau lumpur memiliki tanduk melengkung keatas, lurus kesamping dan melengkung kebawah. Berdasarkan hasil penelitian kerbau belang jantan dewasa di pasar Bolu dari 50 ekor bentuk tanduk didominasi oleh bentuk tanduk lurus melengkung kebelakang yaitu sebanyak 25 ekor dengan frekuensi relatif 50%, selanjutnya bentuk tanduk yang mendominasi adalah bentuk tanduk kebelakang tapi melengkung keatas yaitu sebanyak 19 ekor dengan frekuensi relatif 38% dan yang terakhir kerbau belang dengan bentuk tanduk bentuk kebelakang tapi melengkung kebawah yaitu sebanyak 6 ekor dengan frekuensi relatif 12%.
Berdasarkan hasil penelitian kerbau belang jantan dewasa dari 50 ekor warna garis kalung (chevron) didominasi jenis garis kalung (chevron) Tunggal yaitu sebanyak 25 ekor atau presentase relatifnya 50%, selanjutnya yang mendominasi adalah kerbau belang yang tidak terdapat garis kalung (chevron) sebanyak 22 ekor dengan presentase relatifnya 44% dan terakhir garis kalung double/ganda (chevron) sebanyak 3 ekor atau presentase relatifnya 6%. kerbau belang dengan jenis saleko dan lotong boko tidak memiliki chevron karena kerbau belang jenis ini warna kulit didominasi warna putih di seluruh tubuhnya kecuali bagian punggung dan badan berwarna totol hitam.
Warna Kelopak Mata Salah satu penciri kerbau belang di Toraja adalah kelopak mata berwarna putih atau masyarakat Toraja menyebut dengan mata bule. Menurut pendapat Ikrar dan Aslina (2013), bahwa kerbau belang yang memiliki warna mata putih (mata bule’) akan memiliki harga jual yang tinggi. Bagi masyarakat Tana Toraja, jenis kerbau Belang ini dikenal dengan sebutan mata gara’. Berdasarkan hasil penelitian kerbau belang jantan dewasa dari 50 ekor warna kelopak mata didominasi oleh warna putih (warna bule) yaitu sebanyak 47 ekor atau presentase relatifnya 86%, selanjutnya warna kelopak mata yang mendominasi adalah warna hitam sebanyak 6 ekor dengan presentase relatifnya 12% dan terakhir warna kelopak mata berwarna timpang (Hitam/putih) sebanyak 1 ekor atau presentase relatifnya 2%. Kelopak mata bewarna putih hanya terdapat pada kerbau belang jenis lotong boko, saleko dan bonga.
Bercak Hitam Mata dan Bercak Hitam Mulut Bagian Bawah Berdasarkan hasil penelitian kerbau belang jantan dewasa di pasa Bolu, yang terdapat bercak hitam di mata maupun bawah mulut yaitu sebanyak 33 ekor atau presentase relatifnya 66%, selanjutnya yang mendominasi adalah kerbau belang yang tidak terdapat bercak hitam di mata maupun bawah mulut yaitu sebanyak 17 ekor dengan presentase relatifnya 34%.
Garis Kalung (Chevron) Garis kalung (chevron) di temukan pada seluruh kerbau rawa dengan jenis chevron tunggal dan chevron double. Hal ini sama dengan penelitian Erdiansyah (2008) yaitu kerbau rawa memiliki garis kalung double dan garis kalung tunggal.
Garis Punggung Garis punggung ada kaitannya dengan bentuk karkas, kerbau yang mempunyai garis punggung datar mempunyai kualitas karkas yang lebih baik daripada yang bergaris punggung melengkung ke dalam. Namun untuk melihat garis punggung akan lebih terlihat jelas pada ternak yang kurus dan sudah tua (Dudi, 2011). Berdasarkan hasil penelitian kerbau belang jantan dewasa di pasa Bolu, garis punggung didominasi dengan garis punggung melengkung yaitu sebanyak 49 ekor atau presentase relatifnya 98%, selanjutnya hanya terdapat 1 kerbau belang dengan garis punggung lurus dengan presentase relatifnya 2%. Jumlah Unyeng-Unyeng (Whorls)
Identifikasi Sifat................................................................Aditya Paramarta Putrayansyah Erdiansyah (2008), Unyengperut. Kerbau umumnya memiliki unyeng merupakan salah satu sifat yang unyeng-unyeng lebih dari satu dan paling menonjol pada ternak kerbau. biasanya sepasang, yaitu sebelah kiri Pada kerbau lumpur mempunyai dan kanan tubuhnya (Ari Haryadi, keseragaman untuk letaknya diseluruh 2010). tubuh namun jumlahnya spesifik untuk Berdasarkan hasil penelitian letak setiap individu. Unyeng–unyeng unyeng-unyeng (whorls) pada kerbau merupakan garis tanda pada rambut belang terletak pada kepala, telinga, kerbau yang umumnya berbentuk pundak kiri-kanan dan pinggil kirimelingkar-lingkar dan semakin terpusat kanan. Berikut ini merupakan hasil di suatu titik pada bagian tubuh kerbau. penelitian berupa sifat kualitatif tentang Unyeng-unyeng dapat ditemukan pada unyeng-unyeng (whorls) kerbau belang bagian kepala, dada, pinggang, dan jantan dewasa, tersaji pada Tabel 12. Tabel 2. Presentase Letak dan Jumlah Unyeng-Unyeng Kerbau Jantan Dewasa Jumlah Tidak ada 1 buah 2 buah Total
Kepala 0 9 41 50
FR(%) 0 18 82 100
Telinga 33 6 11
FR(%) 66 12 22
Punggung 0 2 48
FR(%) 0 4 96
Pinggul 0 5 45
FR (%) 0 10 90
50
100
50
100
50
100
4. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil identifikasi sifat kuantitatif, ukuran-ukuran tubuh kerbau belang jantan dewasa di pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara termasuk kategori seragam. Berdasarkan nilai koefesien variasinya disimpulkan : Panjang badan adalah 3,10 % Tinggi pundak adalah 2,60 % Lingkar dada adalah 3,40 % Lebar dada adalah 7,00 % Dalam dada adalah 5,40 % 2. Berdasarkan hasil identifikasi sifat kualitatif, disimpulkan : Dari tiga kategori warna kulit (putih kemerahan, hitam dan putih kecoklatan) Warna kulit didominasi warna hitam dengan pola belang jenis bonga (46 %). Dari tiga kategori bentuk tanduk (keatas ±120o, kebelakang ±90o dan kebawah ±60o) bentuk tanduk didominasi melengkung kebalakang (50 %). Dari dua kategori garis punggung (melengkung dan lurus) didominasi garis punggung lurus (98 %). Jumlah unyeng-unyeng satu buah pada kepala dengan frekuensi relatif 82%, telinga tidak ada unyeng-unyeng frekuensi relatifnya 62%, pada pundak sebanyak dua buah
dengan frekuensi relatif 96%, dan pada pundak sebanyak dua buah dengan frekuensi relatif 90%. Dari tiga kategori jumlah garis kalung putih (ganda, tunggal dan tidak ada) didominasi garis kalung putih tunggal (46 %). Dari dua kategori warna kelopak mata (putih dan hitam) didominasi warna kelopak mata putih (85 %). Bercak mata dengan frekuensi relatif 66 % Bercak mulut dengan frekuensi relatif 66 %, pada kerbau belang bercak mata dan bawah mulut tidak terdapat pada kerbau belang jenis todi, sori dan saleko bulan. DAFTAR PUSTAKA Ari, H. 2010. Studi Karakteristik Morfologi Kerbau Rawa di Kabupaten Pasaman. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Bo’do’, S. 2008. Kerbau Dalam Tradisi Orang Toraja. Pusat Kajian Indonesia Timur. Universitas Hasanuddin. Dudi dkk, 2010. Sifat kualitatif dan kuantitatif kerbau lokal di Propinsi Banten. Jurnal ilmu ternak , Desember 2011, vol 11, No. 2., 61-67. Erdiansyah. E. 2008. Studi keragaman fenotipe dan pendugaan jarak
Identifikasi Sifat................................................................Aditya Paramarta Putrayansyah genetik antara kerbau lokal di Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hasinah dan Hadiwirawan. 2001. Keragaman genetik ternak kerbau di Indonesia. Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Ikrar. M. dan A. Aslina. 2013. Penentuan harga jual kerbau belang berdasarkan karakteristiknya di pasar hewan bolu kabupaten toraja utara. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanudin. Murti, T.W. 2002. Ilmu Ternak Kerbau. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Putra, I. G. 1985. Pendugaan bobot hidup kerbau lumpur berdasarkan pengukuran morfologi. Tesis. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sasimowski, E. 1987. Animal Breeding and Production An Outline. Elsevier. PWN-Polish Scientific Publishers. Amsterdam. Netherland. Satriyo, A. 2011. Ukuran-ukuran Tubuh Kerbau Belang Toraja pada Jenis Kelamin dan Umur yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. Sugeng, B. Y. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Triwulanningsih, E., Subandriyo, P.Situmorang, T.Sugiarti, R.G. Sianturi, D.A., Kusumaningrum, I Gede Putu, P. Sitepu, T. Panggabean, P. Mahyudin, Zulbardi, S.B. Siregar, U.Kusnadi, C. Thalib dan A. R. Siregar. 2004. Data base kerbau di Indonesia. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Ciawi. Bogor.