KONDISI FUNDAMENTAL PERUSAHAAN YANG BERIMPLIKASI TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2011 Wayan Arya Paramarta STIMI “Handayani” Denpasar
[email protected]
dan I.B. Swaputra STIMI “Handayani” Denpasar ABSTRACT The aims of this study are to analyze the effect of company fundamentals condition as measured by: Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER) and Stock Price of the go public telecommunication in Indonesia Stock Exchange. This study was taken because there are still differences between the research studies with each other. This research was conducted using secondary data. Variables used in this study were, Stock Price as the dependent variable and the Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) and Price Earning Ratio (PER) as an independent variable. The analysis method used is multiple linear regression analysis, previously performed classical assumptions test that included normality test, multicollinearity test, heteroscedasticity test, and autocorrelation test. And then the latter using multiple correlation analysis, determination analysis, t-test and F-test for hypothesis testing. The results of this study showed that, partially Return on Assets (ROA) has significant effect on Stock Price. While, partially Debt to Equity Ratio (DER) and Price Earning Ratio (PER) haven’t significant effect on Stock Price. Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) and Price Earning Ratio (PER) simultaneously had significant effect on stock price. Prediction capability from these three variables toward Stock Price is 58.40%, where the balance 41.60% is affected to other factor which was not to be entered to research model. Keywords: Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER) and Stock Price.
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit. Dalam pelaksanaannya diarahkan untuk berlandaskan kepada kemampuan sendiri, di samping memanfaatkan dari sumber lainnya sebagai pendukung. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif (Anoraga dan Pakarti, 2006). Analisis fundamental sering kali digunakan untuk melihat hal-hal yang akan terjadi di depan dan lebih menekankan prediksi perilaku pasar berdasarkan indikator-indikator yang berorientasi pada masa depan. Kondisi fundamental perusahaan adalah faktor yang langsung berkaitan dengan kinerja perusahaan. Semakin baik kinerja perusahaan, maka harga sahamnya akan semakin meningkat. Sebaliknya semakin buruk kinerja perusahaan maka harga sahamnya akan semakin menurun. (Tan, 2009). Saham yang baik untuk dibeli adalah saham yang perusahaannya mempunyai keuntungan dan yang lebih baik lagi bahwa keuntungan itu diperoleh dari inti bisnis perusahaan tersebut. Selain kemampuan perusahaan dalam mencetak laba, kemampuan perusahaan tersebut untuk mempertahankan hidup, kemampuan membayar hutang, membagi deviden juga perlu menjadi pertimbangan. Ada beberapa analisis yang dapat digunakan untuk dapat memastikan seberapa baik kondisi perusahaan,
11
salah satu diantaranya adalah menggunakan analisis rasio. Analisis rasio digunakan untuk memahami angkaangka yang tercantum dalam laporan keuangan, baik dalam neraca, laporan rugi-laba ataupun laporan arus kas. (Tan, 2009). Jenis analisis rasio untuk mengukur kondisi fundamental perusahaan adalah sebagai berikut (Tan, 2009) : a.
Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan mampu mencetak laba, dalam hal ini akan dihitung mempergunakan rasio ROA (Return on Assets).
b.
Rasio Likuiditas, adalah rasio yang dipergunakan untuk menganalisis seberapa jauh perusahaan mampu bertahan hidup, dalam hal ini akan dihitung mempergunakan rasio DER (Debt to Equity Ratio).
c.
Rasio Investasi, investasi dikatakan berhasil bila dapat dihasilkan sejumlah keuntungan melalui investasi tersebut, dalam hal ini mempergunakan rasio PER (Price Earning Ratio). Dipilihnya perusahaan telekomunikasi sebagai objek penelitian adalah karena perkembangan industri
telekomunikasi yang sangat pesat saat ini, sehingga memberikan peluang bagi investor melakukan investasi di bidang telekomunikasi.
1.2 Pokok Masalah Pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a.
Apakah Return on Assets (ROA), DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price Earning Ratio) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2011 ?
b.
Apakah Return on Assets (ROA), DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price Earning Ratio) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2011 ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a.
Untuk menjelaskan pengaruh Return on Assets (ROA), DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price Earning Ratio) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2011.
b.
Untuk menjelaskan pengaruh Return on Assets (ROA), DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price Earning Ratio) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2011.
1.4 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H1 : Return on Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. H2 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. H3 : Price Earning Ratio (PER) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. H4 : Return On Assets (ROA), DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price Earning Ratio) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
12
2. METODE 2.1 Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan populasi berupa perusahaan pada sub sektor telekomunikasi yang sudah ter listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011 yaitu sebanyak 6 perusahaan. Penelitian ini tidak akan mengambil sampel dikarenakan keseluruhan perusahaan sub sektor telekomunikasi memenuhi kriteria sebagai berikut. a.
Terdaftar di BEI tahun 2009-2011 dan berupa perusahaan pada sub sektor telekomunikasi.
b.
Perusahaan harus sudah listing pada awal periode pengamatan (2009) dan tidak delisting hingga akhir periode pengamatan (2011).
c.
Perusahaan
tersebut
secara
periodik
mengeluarkan
laporan
keuangan
tiap
tahunnya
dan
memiliki kelengkapan data selama periode pengamatan. d.
Tahun buku pelaporan adalah 31 Desember.
Berdasarkan kriteria di atas, maka keseluruhan perusahaan sub sektor telekomunikasi yang sudah ter-listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011dijadikan objek penelitian, dengan perincian sebagai berikut. Tabel 1 Sampel Penelitian No 1 2 3 4 5 6
Kode BTEL EXCL FREN INVS ISAT TLKM
Nama Perusahaan Bakrie Telecom Tbk XL Axiata Tbk Smartfren Telecom Tbk Inovisi Infracom Tbk Indosat Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk
Sumber: http://www.idx.co.id
2.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif yaitu data yang berupa angka angka yang terdiri dari : a.
Data laporan keuangan perusahaan sub sektor telekomunikasi periode tahun 2009 - 2011 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
b.
Data harga saham penutupan tahunan periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
Dilihat dari sumber datanya, penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti.
2.3. Teknik Analisa Data Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 20. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. a.
Pengujian asumsi klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji
13
normalitas,
multikolinieritas,
heteroskedastisitas
dan
autokorelasi.
Adapun
masing-masing
pengujianvtersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2011). Cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogram, maka
menunjukkan pola distribusi yang normal. (Ghozali, 2011).
2.
Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar variabel independennya sama dengan nol (Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2011), dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu variance inflaction factor (VIF) Batasan umum yang digunakan untuk mengukur multikolinearitas adalah tolerance < 0.1 dan nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas.
3.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dalam penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson Test. Yang diinterpretasikan sebagai berikut: < 1,10 adalah ada autokorelasi 1,10 – 1,54 adalah tidak ada kesimpulan 1,55 – 2,46 adalah tidak ada autokorelasi 2,46 – 2,90 adalah tidak ada kesimpulan > 2,91 adalah ada autokorelasi
4.
Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain sama maka disebut sebagai homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang bersifat homokedastisitas (Ghozali, 2011). Menurut Ghozali (2011) ada beberapa cara untuk mendeteksi heterokedastisitas. Salah satunya adalah melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
14
b.
Analisis Regresi Linier Berganda Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda yang persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut: Y = a + b1 X1+ b2 X2 + b3 X3 +e keterangan: Y = Harga Saham X1 = Return on Assets X2 = Debt to Equity Ratio X3 = Price Earning Ratio b 1….. b2 = Koefisien regresi a = konstanta e = error term
c.
Analisis Korelasi Berganda Triton PB. (2006) menyatakan bahwa, koefisien korelasi adalah besaran yang dapat menunjukkan kekuatan hubungan antara dua variabel dan dapat diketahui berdasarkan nilai r hasil analisis korelasi, selanjutnya, besar nilai r dapat diintepretasi untuk memperkirakan kekuatan hubungan korelasi, seperti ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 2 Intepretasi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi Interval Nilai r
Intepretasi
0,001 – 0,200
Korelasi sangat lemah
0,201 – 0,400
Korelasi lemah
0,401 – 0,600
Korelasi cukup kuat
0,601 – 0,800
Korelasi kuat
0,801 – 1,000
Korelasi sangat kuat
Sumber: Triton P.B. (2006) d.
Koefisien Determinasi (D) Koefisien determinasi pada intinya menyatakan seberapa baik suatu model untuk menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Nilai R2 tinggi menjelaskan bahwa semakin cocok variabel independen menjelaskan variabel dependen. Semakin kecil nilai R2 berarti semakin sedikit kemampuan variabelvariabel independen untuk menjelaskan variabel dependen.
e.
Uji Hipotesis Menurut Ghozali (2011), ketepatan fungsi regresi dalam mengestimasi nilai aktual dapat diukur dari Goodness of Fit-nya. Secara statistik dapat diukur melalui pengujian secara parsial (Uji-t) dan pengujian secara simultan (Uji-F).
15
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian 3.1.1 Uji Asumsi Klasik 1.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2011). Hasil uji normalitas secara grafik Probability Plot pada lampiran 1, terlihat bahwa plot PP terletak di sekitar diagonal Plot PP, nilai PP Plot tidak menyimpang jauh dari garis diagonal, sehingga bisa diartikan bahwa distribusi data adalah normal.
2.
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dengan menggunakan nilai VIF
(variance
inflation
factor).
Batasan
umum
yang
digunakan
untuk
mengukur
multikolinieritas adalah tolerance < 0.1 dan nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas. Hasil uji pada lampiran 1, melalui Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel independent memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan tolerance tidak kurang dari 0,1 maka dapat dinyatakan model regresi linier berganda di atas terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas. 3.
Autokorelasi Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (Uji DW) dan dari hasil uji Durbin-Watson, terhadap model regresi dalam lampiran 1, menunjukkan nilai DW adalah 1,298. Oleh karena nilai DW berkisar diantara 1,10 – 1,54 maka, dapat dinyatakan bahwa model regresi tidak ada kesimpulan.
4.
Uji Heteroskedasidatisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bersifat homokedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas antar variabel independen dapat dilihat dari grafik plot pada lampiran 1, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi harga saham
berdasarkan masukan dari variabel independen Return on Assets (ROA), DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price Earning Ratio).
3.1.2 Regresi Linier Berganda Berdasarkan lampiran 1, menunjukkan bahwa model persamaan regresi linier berganda yang diperoleh yaitu : Y = 3051,615 + 167,609 X1 – 60,029 X2 – 4,206 X3 + e Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Konstanta sebesar 3051,615, artinya jika X1, X2 dan X3 nilainya = 0 maka harga saham (Y) nilainya sebesar Rp. 3051,615.
16
2) Koefisien regresi variabel X1 sebesar 167,609 artinya apabila X1 dinaikkan 1%, maka nilai Y mengalami kenaikan sebesar Rp.167,609 dengan asumsi bahwa variabel independen lain nilainya tetap. 3) Koefisien regresi variabel X2 sebesar -60,029 artinya apabila X2 dinaikkan 1 kali, maka nilai Y akan mengalami penurunan sebesar Rp. 60,029 dengan asumsi variabel independen nilainya konstan. 4) Koefisien regresi variabel X3 sebesar -4,206 artinya apabila X3 dinaikkan 1 kali, maka nilai Y akan mengalami penurunan sebesar Rp. -4,206 dengan asumsi variabel independen nilainya konstan.
3.1.3 Korelasi Linier Berganda Dari hasil analisis yang telah dilakukan, seperti yang ditunjukkan dalam lampiran 1, maka koefisien korelasi antara variabel ROA (X1), DER (X2) dan PER (X3) terhadap Harga Saham (Y) adalah sebesar 0,764 itu artinya antara variabel ROA (X1), DER (X2) dan PER (X3) secara bersama-sama memiliki korelasi yang kuat terhadap Harga Saham (Y).
3.1.4 Koefisien Determinasi Dari hasil uji koefisien determinasi pada model regresi (lampiran 1), dapat dilihat bahwa nilai R Square adalah sebesar 0,584 atau sebesar 58,40%. Hal ini menunjukkan bahwa variabilitas dari variabel dependen (Harga Saham) yang dapat dijelaskan oleh variabilitas dari variabel independen adalah sebesar 58,40%, sedangkan sisanya 41,60% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan kedalam model regresi dalam penelitian ini.
3.1.5 Pengujian Hipotesis Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh masing-masing variable bebas yaitu: ROA (X1) , DER (X2) dan PER (X3) terhadap variabel terikat yaitu Harga Saham (Y). Dalam uji hipotesis ini akan memberikan tanggapan ataupun jawaban atas pengajuan hipotesis 1-3, dengan mempergunakan uji secara individual (Uji-t) sedangkan hipotesis 4 dengan mempergunakan uji secara simultan (Uji-F). Hasil pengujian seperti yang ditunjukkan dalam lampiran 1, menunjukkan bahwa probabilitas signifikansi t nilainya sebesar 0,001 yang lebih kecil dibandingkan taraf signifikansi 0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa variabel ROA berpengaruh terhadap harga saham. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) diterima. Hasil pengujian seperti yang ditunjukkan dalam lampiran 1, menunjukkan bahwa probabilitas signifikansi t nilainya sebesar 0,374 yang lebih besar dibandingkan taraf signifikansi 0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa variabel DER tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Dengan demikian hipotesis kedua (H2) ditolak. Hasil pengujian seperti yang ditunjukkan dalam lampiran 1, menunjukkan bahwa probabilitas signifikansi t nilainya sebesar 0,243 yang lebih besar dibandingkan taraf signifikansi 0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa variabel PER tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) ditolak. Hasil pengujian seperti yang ditunjukkan dalam lampiran 1, menunjukkan bahwa probabilitas signifikansi F nilainya sebesar 0,005 yang lebih kecil dibandingkan taraf signifikansi 0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa variabel ROA, DER dan PER secara simultan memiliki pengaruh terhadap Harga Saham. Dengan demikian hipotesis keempat (H4) diterima.
17
3.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, tingkat signifikansi Return on Asset (ROA), menunjukkan angka
sebesar 0,001 jauh lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang telah ditentukan (0,05). Dengan demikian variabel Return on asset (ROA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Dengan signifikannya variabel Return on Asset (ROA), ini membuktikan pula bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anastasia (2003) yang menyatakan bahwa, perubahan harga saham dipengaruhi secara parsial (individual) oleh inflasi, Price Earning Ratio, Return on Asset, Debt Ratio, Current Ratio, Tingkat Suku Bunga dan Volume Perdagangan Saham. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Turyanto (2011) yang menyatakan bahwa, EPS (Earning per Share), NPM (Net Profit Margin), ROA (Return on Asset) dan ROE (Return on Equity) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan DER (Debt to Equity Ratio) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Signifikansi DER (Debt to Equity Ratio) menunjukkan angka sebesar 0,374 jauh lebih besar daripada tingkat signifikansi yang telah ditentukan (0,05). Dengan demikian variabel DER (Debt to Equity Ratio) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Octavia (2010) yang menyatakan bahwa, DER (Debt to Equity Ratio) tidak berpengaruh
terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia tahun 20032007. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stella (2009), Susilowati dan Turyanto (2011) dan Anastasia (2003) yang menyatakan bahwa, Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga pasar saham. Tingkat signifikansi PER (Price Earning Ratio) menunjukkan angka sebesar 0,243 jauh lebih besar daripada tingkat signifikansi yang telah ditentukan (0,05). Dengan demikian variabel PER (Price Earning Ratio) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Octavia (2010) yang menyatakan bahwa, ROE, DER, dan PER tidak berpengaruh
terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia tahun 20032007. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stella (2009), Anastasia (2003) yang menyatakan bahwa, Price to Earning Ratio (PER) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Signifikansi Return on Assets (ROA), DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price Earning Ratio)
menunjukkan angka sebesar 0,005 jauh lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang telah ditentukan (0,05). Dengan demikian variabel Return on Assets (ROA), DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price Earning Ratio) secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham
pada perusahaan sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Dengan signifikannya variabel Return on Assets (ROA), DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price 18
Earning Ratio), ini membuktikan pula bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anastasia (2003) menyatakan bahwa, perubahan harga saham industri manufaktur dipengaruhi secara
simultan (bersama-sama) oleh price earning ratio, return on asset, debt ratio, current ratio, earning per share, tingkat suku bunga, inflasi, nilai transaksi saham dan volume perdagangan saham. Sementara itu, perubahan harga saham dipengaruhi secara parsial (individual) oleh inflasi, Price Earning Ratio, Return on Asset, Debt Ratio, Current Ratio, Tingkat Suku Bunga, dan Volume Perdagangan Saham.
4. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
a. Return on Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011, sedangkan DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price Earning Ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011.
b. Return on Assets (ROA), DER (Debt to Equity Ratio) dan PER (Price Earning Ratio) secara bersamasama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap harga saham sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011.
5. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan wara nugrahanya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Selanjutnya kepada Ketua STIMI “Handayani” Denpasar yang telah memfasilitasi penyelesaian penelitian ini. Seluruh keluarga tercinta beserta para sahabat yang tanpa lelah selalu memberikan semangat hingga penelitian ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. DAFTAR PUSTAKA Anastasia, Njo, Gunawan, Yanny Widiastuty dan Wijiyanti Imelda. (2003). Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 5. No. 2. Hal. 123 – 132. Anoraga, Pandji & Pakarti, Piji. (2006). Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hanafi, M Mahmud & Halim, Abdul. (2009). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta: AMP YKPN. Hermuningsih, Sri. (2012). Pengantar Pasar Modal Indonesia. Edisi 1. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Husnan, Suad. (2005). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yoyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Indrayono, Yohanes. (2011). Disposition Effect Terhadap hubungan Antara Nilai Fundamental dan Harga Saham pada Periode Krisis Finansial. Jurnal Keuangan dan perbankan, Vol. 15. No. 3. Hal. 315-326. Jogiyanto. (2013). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: BPFE. Kasmir. (2009). Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada. Mariana, Hana & Wahidahwati. (2008). Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP). Vol. 5. No. 1, Hal. 105 – 118. Noor, Akhmad Syafrudin. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Vol. 12, No. 1, Hlm. 13-24. Octavia, Evi. (2010). Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Sektor Makanan dan Minuman di
19
Bursa Efek Indonesia 2003 – 2007. Jurnal Akuntansi. Vol. 10. No. 2. Hal. 181-212. Purnama, I Gusti Agung Kresna. Surya, Wiksuana, I G B. & Mustanda, I Ketut. Pengaruh Kinerja Makro Ekonomi terhadap Kinerja Industri dan Kinerja keuangan Perusahaan serta Return Saham Perusahaan Perbankan. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 7, No. 1, Februari 2013, Hal. 918. Pratiwi, Ni Made Wirasyanti & Bagiada, I Made. (2012). Faktor-Faktor Internal yang mempengaruhi Tingkat Pengembalian Investasi Perusahaan Agribisnis di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2003-2008. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan, Vol. 8, No. 3, Hal. 203-213. Prihadi, Toto. (2008). 7 Analisis Rasio Keuangan. Jakarta: PPM Manajemen. Sartono, Agus. (2008). Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE. Stella. (2009). Pengaruh Price to Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Price to Book Value Terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11. No. 2. Hlm. 97-106. Susilowati, Yeye dan Turyanto, Tri, Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan, Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol. 3. No. 1. Hal: 17 – 37. Syamsudin, Lukman. (2007). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tan, Inggrid. (2009). Mengenal Peluang di Balik Permainan Saham Derivatif. Yogyakarta: Andi. Tandelilin, Eduardus. (2010). Portofolio dan Investasi (Teori dan Aplikasi), Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius. Triton PB. (2006). SPSS 13.0. Yogyakarta: Andi. http://www.idx.co.id
20