IDENTIFIKASI PELUANG INVESTASI SEKTOR AGRIBISNIS STRATEGIS DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2013 Badan Koordinasi Penanaman Modal bekerja sama dengan PT. Primakelola Agribisnis Agroindustri
LATAR BELAKANG Kenaikan Harga Komoditas di tingkat Internasional mempengaruhi perekonomian nasional namun tidak mendorong pertumbuhan produksi hilir
Perlu dilakukan hilirisasi untuk memberikan nilai tambah dan menstabilkan harga
Identifikasi Peluang Investasi Sektor Agribisnis Strategis
2
MakSUD DAN TUJUAN Maksud kegiatan adalah Menyediakan informasi tentang peluang-peluang usaha industri hilir komoditas unggulan agribisnis strategis (kelapa sawit, karet, dan kakao) Indonesia Menyediakan rekomendasi kebijakan untuk mendukung pengembangan investasi di industri hilir dari komoditas unggulan agribisnis strategis Indonesia Tujuan kegiatan adalah menyediakan data dan informasi peluang usaha dalam pengembangan investasi industri hilir komoditas unggulan agribisnis strategis (kelapa sawit, karet, dan kakao), yang meliputi :
Identifikasi cabang pohon industri yang berpotensi untuk dikembangkan, Lokasi yang potensial, dari perspektif penyediaan bahan baku dan pasar, Teknologi yang dapat dikembangkan dan penyediaanya Pra study kelayakan investasi industri, dan Rekomendasi kebijakan yang mendukung pengembangan investasi industri 3
KELUARAN Pengetahuan peluang penanaman modal pada bidang usaha industri hilir komoditas unggulan strategis (kelapa sawit, karet dan kakao), yang meliputi Cabang pohon industri yang potensial untuk dikembangkan Lokasi potensial Teknologi yang dapat dikembangkan dan penyediaanya Pra study kelayakan investasi industri Rekomendasi kebijakan untuk perbaikan iklim penanaman modal pada bidang usaha industri hilir pada pohon industri komoditas unggulan agribisnis strategis (kelapa sawit, karet, dan kakao).
4
METODE PENGUMPULAN DATA Metode
Jenis Data dan Informasi
Studi pustaka
Dokumen publikasi statistik Dokumen laporan penelitian yang relevan Dokumen kebijakan dan peraturan yang terkait Referensi lainnya
Survei lapang
Pengambilan data primer dan sekunder, serta verifikasi langsung di lapangan. Survei dilaksanakan di Jawa Timur Sumatera Selatan Jawa Barat
Focus group discussion
FGD I untuk menggali data dan informasi FGD II untuk mengkonfirmasi hasil kajian
5
METODE ANALISA DATA No Tujuan Output . Jenis dan profil 1 Mengidentifikasi cabang pohon industri industri strategis hilir potensial kelapa sawit, karet dan kakao
2 Mengidentifikasi lokasi potensial pengembangan industri
Lokasi pengembanga n industri yang potensial
3 Mengidentifikasi teknologi pengembangan industri
Teknologi yang disarankan
Metoda dan analisis
Sumber data
• Studi Pustaka • Survey dan Indepth review • Analisis rantai nilai • Analisis nilai tambah • AHP • Analisis SWOT
• Data primer dan sekunder • Data industri • Data Asosiasi • Data Rujukan tertentu
• Analisis SWOT
• Data primer dan sekunder • Data Industri dan Asosiasi • Data primer dan sekunder • Data Industri dan Asosiasi 6
METODE DAN ANALISA DATA No.
Tujuan
Metoda dan analisis
4
Mengidentifikasi peluang investasi industri agro
Pre feasibility analisis
5
Merumuskan rekomendasi kebijakan investasi industri agro
Analisis SWOT
Sumber data Data industri dan asosiasi Data primer dan sekunder Data primer dan sekunder Data industri dan asosiasi
Output/Keluar an Profil peluang investasi sektor hilir agribisnis Rekomendasi kebijakan
7
Kerangka pemikiran
8
Alur pelaksanaan kegiatan
9
Pemilihan produk prioritas yang perlu dikembangkan lebih lanjut dari Industri Sawit Di Indonesia Kriteria Kelayakan Ekonomi Prioritas Daerah Investasi
Produk
Bobot 0.6752 0.1700 0.1547
CPO Minyak Goreng Margarin dan Shortening Sabun Fatty Acid, Fatty Alcohol dan Turunannya Coco Butter Substitute Biodiesel
Rangking 1 2 3
Bobot 0.0458 0.1931 0.1771 0.1167 0.1897 0.1738 0.0000
Rangking 6 1 3 5 2 4 7
10
Pemilihan produk prioritas yang perlu dikembangkan lebih lanjut dari Industri Karet Di Indonesia Kriteria Kelayakan Ekonomi Prioritas Daerah Investasi
Produk Crumb Ban Otoparts M/kasur lateks Sarung tangan Kesehatan Alas Kaki
Bobot 0.6752 0.1700 0.1547
Bobot 0.0449 0.1760 0.2624 0.1632 0.1406 0.1136 0.0000
Rangking 1 2 3
Rangking 6 2 1 3 4 5 7 11
Pemilihan produk prioritas yang perlu dikembangkan lebih lanjut dari Industri Kakao Di Indonesia Kriteria Kelayakan Ekonomi Prioritas Daerah Investasi
Produk Hilir NIB Bubuk Confectionery Minuman Personal Care Pektin
Bobot 0.6752 0.1700 0.1547
Bobot 0.0494 0.1913 0.3537 0.2236 0.1206 0.0614
Rangking 1 2 3
Rangking 6 3 1 2 4 5
12
Penetapan Produksi Agroindustri Potensial untuk Investasi Sektor Hilir Kelapa Sawit Prioritas
Hasil AHP
Kebijakan Pemerintah
Expert Judgement
1
Minyak Goreng
Minyak Goreng
Minyak goreng terintegrasi dengan Margarin serta shorthening
2
Fatty Acid, fatty alcohol dan turunannya
Fatty Acid, fatty alcohol dan turunannya
Fatty Acid, fatty alcohol dan turunannya
3
Margarin dan Shorthening
Biodiesel
Biodiesel 13
Penetapan Produksi Agroindustri Potensial untuk Investasi Sektor Hilir Karet Prioritas
Hasil AHP
Kebijakan Pemerintah Expert Judgement
1
Otoparts
Ban
Ban dan Vulkanisir
2
Ban
Otoparts
Otoparts
3
Matras/kasur lateks
Conveyor, Garbarata, Chute, roll.
Conveyor, Garbarata, Chute, roll.
14
Penetapan Produksi Agroindustri Potensial untuk Investasi Sektor Hilir Kakao Prioritas
Hasil AHP
Kebijakan Pemerintah Expert Judgement
1
Confectionery Confectionery
Confectionery
2
Minuman
Minuman
Minuman
3
Bubuk
Lemak dan Bubuk
Lemak dan Bubuk
15
MASALAH MAKRO AGRIBISNIS PERKEBUNAN • Sumberdaya Hutan dan Lahan Gambut: Degradasi Hutan dan Emisi Karbon • Aspek Kesuburan Lahan/Irigasi/Erosi dll • Aspek Alat dan Mesin Pertanian (impor) • Aspek Pupuk dan Pestisida (anorganik) • Aspek Pembiayaan dan Penyaluran Kredit – Skim Kredit (belum optimal) • Tingkat Pendidikan Petani rendah Vs prinsip 5C • Usaha perkebunan → beresiko tinggi • * Pasar internasional: sarat dengan persaingan yang ketat dan kampanye negatif.
16
PERKEMBANGAN EKSPOR NON-MIGAS SAMPAI TW I TAHUN 2012 (Nilai US$ Juta) Jan-Mar No
URAIAN
2007
2008
2009
2010
2011 2011
2012
Perubahan (%)
1
Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit
5,419.2
6,407.3
10,476.8
17,253.8
23,179.2
4,295.1
6,126.2
42.63
2
Tekstil
8,584.9
9,422.8
9,790.1
11,205.5
13,234.1
3,339.2
3,155.0
-5.52
3
Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif 5,949.7
7,712.7
9,606.9
10,840.0
13,194.4
3,531.1
3,313.2
-6.17
4
Pengolahan Karet
3,545.8
5,465.2
6,179.9
9,522.6
14,540.4
3,698.2
2,701.9
-26.94
5
Elektronika
7,853.0
7,200.2
6,359.7
9,254.6
9,536.3
2,203.4
2,414.1
9.56
6 7
Pengolahan Tembaga, Timah dll. Pulp dan Kertas
3,133.5
4,134.0
6,156.0
6,506.0
7,501.0
2,100.9
1,507.9
-28.22
3,257.5
3,983.3
4,440.5
5,708.2
5,769.0
1,379.5
1,399.6
1.45
8
Kimia Dasar
2,750.2
3,521.4
4,492.5
4,577.7
6,119.8
1,513.0
1,239.8
-18.06
9
Pengolahan Kayu
4,476.3
4,757.6
4,485.1
4,280.3
4,474.7
1,001.1
1,185.4
18.41
10
Makanan dan Minuman
1,647.9
1,866.0
2,374.8
3,219.6
4,504.0
939.4
1,220.8
29.96
11
Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki
1,683.7
1,913.2
2,006.6
2,665.6
3,450.9
786.5
823.9
4.76
12
Alat-alat Listrik
1,456.0
1,770.9
2,148.9
2,657.9
2,995.2
695.3
769.0
10.59
Total 12 Besar Industri
49.757,7
58.154,6
68.517,8
87,691.8
108,498.9
25,482.9
25,856.7
1.47
Total Industri
55,567.0
64,990.3
76,429.6
98,015.1
122,189.2
28,345.1
29,120.9
2.74
Total ekspor cabang industri yang merupakan kelompok basis industri manufaktur pada Triwulan I tahun 2012 sebesar US$ 11,917.8 juta atau sebesar 46,09% dari ekspor total 12 besar industri. Sumber : BPS, diolah Kemenperin (2012) 17
Kelapa sawit Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan lahan terluas. Luas Lahan dan Produksi Kelapa Sawit Indonesia
Estimasi Produksi CPO Lima Produsen Utama Dunia
25 20
Indonesia
Malaysia
Thailand
Kolombia
Nigeria
Negara lainnya
1% 15
Luas lahan (juta Ha) Produksi (juta ton)
10 5
16% 3%
6% 43%
31%
0 2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : Oil World (2010), USDA (2011), Komisi ISPO (2012)
Produksi CPO Indonesia 58,66% untuk ekspor, sedangkan untuk kebutuhan domestik 40,44% 18
Potensi Produksi dan Luas Lahan Sumatera Utara Produksi : 4.142.085 ton Luas : 1.183.278 ha
Kalimantan Barat Produksi : 1.459.835 ton Luas : 689.060 ha
Kalimantan Timur
Riau Produksi : 5.840.880 ton Luas : 1.926.859 ha
Produksi : 819.881 ton Luas : 685.647 ha
Papua Sumatera Barat Produksi 953.937 ton Luas : 377.124 ha
Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Produksi : 2.179.572 ton Luas : 1.015.321 ha
Produksi : 75.3025 ton Luas : 35.849 ha
Produksi : 1.060.919 ton Luas : 424.754 ha
Jambi Produksi : 1.714.684 ton Luas : 630.614 ha
Sumatera Selatan Produksi : 12.242.649 ton Luas : 828.114ha Sumber : Kementerian Pertanian (2013) 19
Potensi Kapasitas Pengembangan Industri Hilir Perbandingan Persentase Volume Ekspor (%) 70 60
Produk hulu (CPO dan PKO)
50 40
Produk turunan CPO (oleofood dan oleochemical)
30 20 10 0 2007
2008
2009
2010
2011
2012
20
Pohon Industri Kelapa Sawit
21
Cabang Industri Hilir Potensial Kelapa Sawit Minyak goreng Produk turunan fatty acid Biodiesel
Perkembangan Produksi Oleokimia di Indonesia Berdasarkan Jenisnya (ton) 900000 800000 700000 600000 500000
Fatty Acid
400000
Fatty Alcohol
300000
Glyserin
200000 100000 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : CIC, 2012
Perkembangan industri oleokimia di Indonesia belum banyak berkembang dibanding industri refinery, salah satu penyebabnya memerlukan teknologi dan investasi yang cukup besar serta infrastruktur yang belum mendukung Pengembangan investasi industri hilir cukup besar karena minyak kelapa sawit cukup aplikatif untuk berbagai bidang 22
Tabel Peningkatan Nilai Tambah Produk Hilir Kelapa Sawit No
Produk
Harga USD/ton
Nilai Tambah (CPO/CPKO)
1
CPO
1.168
0 % (basis)
2
CPKO
1.322
14%
3
Minyak Goreng Sawit (kemasan/curah)
1.575
35%
4
Margarine/Shortening
1.732
48%
5
Confectionaries *)
1.850
39%
6
Metil Ester
2.123
82%
7
Fatty Acids
2.820
141%
8
Fatty Alcohol *)
4.200
217%
9
Surfaktan
5.450
366%
10
Kosmetik **)
8.230
522%
Harga per April 2012. Perhitungan menggunakan basis massa (%massa) dengan faktor konversi *)
berbasis CPKO.
**)
bahan dasar kosmetika (Kemenperin, 2012)
23
Sumatera Utara
Industri Pengolahan Eksisting
PKS Pabrik minyak goreng Industri oleokimia Industri biodiesel
Kalimantan Barat PKS Pabrik minyak goreng
Kalimantan Timur PKS Pabrik minyak goreng
Riau PKS Pabrik minyak goreng Industri biodiesel
Kalimantan Tengah PKS
Papua PKS
Sumatera Selatan PKS Pabrik minyak goreng
Jawa Barat Pabrik minyak goreng Industri oleokimia Industri biodiesel
Jawa Timur Pabrik minyak goreng Industri oleokimia
25
Perbandingan pertumbuhan industri hilir No 1 2
Uraian Produk Hulu (CPO dan PKO) Produk Turunan CPO (Oleofood dan Olelchemical) Total
2007 51,54 48,46 100
Potensi Kapasitas Pengembangan Persentase Volume Ekspor (%) 2008 2009 2010 2011 57,80 59,54 60,35 53,28 42,20 40,46 39,65 46,72 100
100
100
100
2012 37,93 62,07 100
Sumber : Kementerian Perindustrian (2013)
26
MATRIKS EVALUASI KESIAPAN LOKASI INVESTASI INDUSTRI HILIR KELAPA SAWIT No 1.
INDONESIA
Fasilitas Klaster Industri Pendukung
Sei Mangkei Waster Water Treatment Plant (250 m3/jam) Palm Oil Mill (75 ton FFB/jam), Pabrik PKO 400 ton/hari, UKM/Small & Medium Industries Cluster Biodiesel terintegrasi dengan MES dan βcarotene (600.000 ton/ tahun) Dried Waste Processing Polluted Industries Cluster. Oleokimia –fatty alcohol (90.000 ton/th), Refinery – minyak goreng (600.000 ton/ tahun).
Dumai Cooking oil, PKE CPKO, Refinery, Biodiesel, Glycerine Refining , PFAD Biodiesel, ME Distillation, Fuel Trading, Distributor utama & impor bahan kimia, Palm Oil Mill, Instalasi Gas Metan, Pupuk, Metanol Trading, Asap Cair. Minyak nabati, Karbonasi Cangkang, Etanol, Peningkatan Kapasitas Dermaga, Peningkatan kapasitas IPAL, Dermaga Batubara, Fraksinasi, Faty Acid ME, Biodiesel, Oleokimia, Peningkatan Kapasitas Pabrik Minyak Sawit, Peningkatan Kapasitas Pabrik Minyak Nabati, Pabrik Ekstraksi Spent Earth Perusahan Indonesai dan Impor Kemungkinan meluas ke Lubuk Gaung dll
Maloy a) 12 Industri CPO*, b) Bakri Power, d) Zona Industri Makanan: Produk Perawatan, Surfaktan, Sabun, Kosmetika, Briket Arang, Makanan Ternak, Kompos, Karbon Aktif, Particle Board. e) Zona Industri Oleokimia Dasar: Biodiesel, Fatty Acids, Pemurnian Gliceryn., f) Zona Industri Makanan II: Minyak Goreng, Margarin Dan Shortening, Minyak Sawit Merah, Palmega, Frying Shortening, Ghe, Beta Karoten.
2. 3.
Penyedia Teknologi Pengembangan Komersial
4.
Penggudangan
Palm Kernel Meal Storage Storage tank (2x5000 ton)
Tanki Timbun Minyak Bumi (PT Petro Andalan Nusantara Indonesia), Tanki Timbun Minyak Sawit (PT Wilmar Nabati)
Dalam perencanaan
5.
Pelabuhan Lembaga Keuangan
Pelabuhan Dumai, Pelintung/Wilmar, Pelabuhan Udara Dumai. Bank Indonesia dan BRI
Kuala Enok, Bandara Udara, Maloy Port.
6.
Kuala Tanjung, Bandara Udara Kuala Namu, Dry Port dalam kawasan industri Bank Indonesia dan BRI
Hotel, Shopping Arcade, Convention and Exhibition Center, Church, Medical Center, Pusat rekreasi, Olahraga, Golf , Club House, Islamic Center, Media Center.
Gumbira – Sa’id et al, (2012)
Hotel, Rumah Sakit, Sarana Ibadah dll
Bank Kaltim, BI, BNI dan BRI.
27
MATRIKS EVALUASI PEMILIHAN LOKASI INVESTASI INDUSTRI HILIR KELAPA SAWIT No 6. 7. 8.
Lembaga Keuangan Pemerintah dan Lembaga Terkait Pemasok Energi
9.
Institusi Penelitian
10. 11 12. 13. 14.
INDONESIA
Fasilitas Klaster Sei Mangkei Tersedia Cukup Tersedia
Dumai Tersedia Tersedia
Pembangkit tenaga listrik tenaga biomassa sawit (PLTBS) kapasitas (2x3,5) MW, Fuel Station
PPKS (Medan), Pusat Inovasi Kelapa Sawit Univ Sumatera Utara Institusi Pendidikan dan Univ Sumatra Utara Universitas Residential Tersedia Bulkers Oil Storage Tank Palm Kerenel Meal Storage Industri Transportasi PT Pelindo, PU Industri Mesin dan PT Super Andalas Steel dll Peralatan
Maloy Tersedia Belum Tersedia
PT PLN (Tenaga Listrik 2x150 MW), dan beberapa Belum Tersedia dalam tahap pembangunan dan pengembangan.
LPPM Univ Riau UNRI, UIR, UIN, ULK, SMK Tersedia Tersedia dalam kawasan idnsutri dan tersedia di kawasan pelabuhan Dumai PT Pelindo PT Super Andalas Steel
LPPM Universitas Mulawarman BLH dan LSM, Unmul, Polnes , Untag Dalam perencanaan Dalam perencanaan PT Pelindo Pabrik Mesin Tenera
Gumbira – Sa’id et al, (2012) 28
BOBOT PENILAIAAN KESIAPAN WILAYAH SEBAGAI KAWASAN INVESTASI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Eelemen-elemen Sei Mangkei Dumai Industri Pendukung 3 4 Penyedia Teknologi 3 4 Pengembangan Komersial 3 5 Penggudangan 3 3 Pelabuhan 2 5 Lembaga Keuangan 3 4 Pemerintah dan Lembaga Terkait 4 4 Pemasok Energi 4 5 Institusi Penelitian 3 2 Institusi Pendidikan dan Universitas 3 2 Residensial (Perumahan) 3 2 Bulkers 2 4 Industri Transportasi 3 3 Industri Mesin dan Peralatan 3 3 Total 42 50 Persentase 60% 71%
Maloy 1 1 2 1 2 2 3 1 1 1 2 1 1 1 20 29%
Harapan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70 100%
Keterangan: 1: Tidak Ada
2: Kurang
3: Cukup
4: Baik
Gumbira – Sa’id et al, (2012) 5: Sangat Baik
29
BOBOT PENILAIAAN KESIAPAN WILAYAH SEBAGAI KAWASAN INVESTASI 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Sei Mangkei
Dumai
Maloy
Gumbira – Sa’id et al, (2012) 30
Lokasi Potensial Hilirisasi Kelapa Sawit Indikator
Wilayah
Infrastruktur -Pelabuhan
Sumatera Utara Kuala Tanjung
Riau
Tanjung Api-apiBanyuasin
PelintungDumai
Kalimantan Barat Pontianak
Sudah ada Belum ada, Sudah ada Sudah ada milik dangkal milik milik perusahaan perusahaan perusahaan
-Jalan darat
Sudah ada
-Kawasan industri Utilitas*) -Listrik -Gas -Air
Sumatera Selatan
Rusak
Sudah ada industri
Ruas propinsi rusak Baru lahan Sudah ada industri
Ruas propinsi rusak Sudah ada industri
Kurang Kurang Cukup
Kurang Kurang Cukup
Cukup Cukup Kurang
Kurang Kurang Kurang
Jawa Barat
Jawa Timur
Sulawesi Selatan & Barat Makasar, Mamasa
Bekasi
Gresik
Tanjung Priok, sangat padat Bagus
Draft pendek, ada pipa gas Bagus
Dibangun sendiri oleh perusahaan Bagus
Sudah ada industri
Sudah ada industri
Perencanaa n industri
Baik Baik Baik
Baik Baik Cukup, Desalinasi
Kurang Kurang Kurang31
Lokasi Potensial Indikator Lahan Sumberdaya manusia**) Potensi Pengembangan
Keterkaitan industri hulu Keterkaitan industri hilir Keterkaitan industri pendukung
Sumatera Sumatera Riau Utara Selatan Tersedia Tersedia Tersedia Tidak stabil Stabil Stabil
Kalimanta Jawa Barat Jawa Sulawesi n Barat Timur Barat Tersedia Terbatas Tersedia Tersedia Stabil Tidak stabil Tidak stabil Stabil
Produk antara dan hilir (biodiesel, olein, fatty acid, sabun, margarine, personal care) Terintegras Terintegras Terintegras Terintegras Terputus i i i i Tidak Terputus Terputus Terputus Terintegras langsung i Tidak Terputus Terputus Terputus Terintegras langsung i Produk antara dan hilir (biodiesel, fatty acid, olein, margarine)
Produk antara dan hilir (biodiesel, olein, margarine)
Produk antara dan hilir (biodiesel, olein, fatty acid, margarine)
Produk antara (oleinstearin)
Produk antara dan hilir (biodiesel, olein, fatty acid, sabun, margarine, personal care) Terputus
Produk antara (oleinstearin)
Terintegras i Terintegras Terputus i Terintegras Terputus i 32
Peta Kekuatan Kelapa Sawit Ina vs Mal
# Kelapa sawit memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Sumatera # Pemenuhan permintaan kelapa sawit(CPO) dunia didominasi oleh produksi Indonesia # Industri Hilir Kelapa Sawit Indonesia Cukup Tertinggal Dari Malaysia 33
Teknologi Pengolahan Industri Hilir Potensial
Diagram Alir Pengolahan CPO 34
Diagram Alir Proses Produksi Minyak Goreng
Flow Chart Pemurnian Minyak Goreng 35
KeteranganGambar:
1, 2.
Neturalizer
3.
Bleacher
4.
Deodourizer
5.
Cooler
6.
Thermic Fluid Boiler
7.
Filter Press
8.
Filter Press
9.
Raw Oil Tank
10.
Bleach Oil Tank
11.
Soap Pan
12.
Soap Pan
Contoh Paket Teknologi Pengolahan Minyak Goreng 36
Proses Produksi Methyl Ester (Biodiesel) Minyak Sawit
Contoh Desain Pabrik Biodiesel Kapasitas 5.000 ton/tahun Sumber : IEA Bioenergy2004
37
INDUSTRI LOKASI PERFORMA Kapasitas Area Produk INVESTASI PARAMETER PRA FS Payback Periods Net Present Value IRR FASILITASI
Margarin Kuala Tanjung-Medan INDUSTRI LOKASI PERFORMA Kapasitas Area Produk
30 Ton/jam 25 000 m2 Margarin US$.2,000.000 5 Tahun 10 Bulan US$ 84,707 17,29%
Dibangun di kawasan ekonomi khusus, fasilitas infrastruktrur dipersiapkan pemerintah
INDUSTRI LOKASI PERFORMA Kapasitas Area Produk INVESTASI PARAMETER PRA FS Payback Periods Net Present Value IRR FASILITASI
Biodiesel Pelintung- Dumai 110 000 KL/Tahun 4 ha Metil Ester US$.65,000,000
INVESTASI PARAMETER PRA FS Payback Periods Net Present Value IRR FASILITASI
Minyak Goreng KEK Maloy- Kaltim 700-1000 Ton CPO/hari 4-6 Hektar Minyak Goreng 72,4% Stearin 23,1% US$. 31.397.972 7 Tahun 10 Bulan US$.26.717.950 98,17% Dibangun di kawasan ekonomi khusus, fasilitas infrastruktrur dipersiapkan pemerintah
5 Tahun 4 Bulan US$.147.290 32,50%
Dibangun di kawasan ekonomi khusus, fasilitas infrastruktrur dipersiapkan pemerintah
38
karet Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alami di dunia setelah Thailand. Luas Lahan dan Produksi Karet 3,500,000 3,000,000
Produksi Karet Dunia Thailand
Indonesia
Malaysia
India
Vietnam
China
Negara lainnya
2,500,000 2,000,000
Luas Lahan (Ha)
1,500,000
Produksi (ton)
1,000,000
7%
11%
8% 9%
500,000
31%
7%
27%
2008
2009
2010
2011
2012
85% produksi karet alami Indonesia merupakan komoditas ekpor dan hanya 15% hasil produksi yang digunakan oleh industri hilir di Indonesia
39
Potensi Produksi dan Luas Lahan Aceh Produksi : 108.827 ton Luas : 121.183 ha
Kalimantan Barat
Sumatera Utara Produksi : 501.484 ton Luas : 470.202 ha
Produksi : 272.256 ton Luas : 390.615 ha
Kalimantan Tengah Produksi : 202.682 ton Luas : 267.357 ha
Riau
Kalimantan Selatan
Produksi : 409.044 ton Luas : 393.643 ha
Produksi : 114.532 ton Luas : 135.862 ha
Sumatera Barat Produksi : 105.836 ton Luas : 136.337 ha
Jambi Produksi : 339.566 ton Luas : 446.525 ha
Sumatera Selatan Produksi : 608.243 ton Luas : 670.489 ha
40
Porsi penggunaan karet alami di Indonesia
Hasil industri hilir dari karet antara lain : Aneka ban kendaraan Conveyor belt Penggerak mesin Sepatu karet Sabuk Pipa karet Isolator kabel Shock absorbers
Sumber : Kementerian Perekonomian, 2011 Permasalahan yang dihadapi produk berbasis karet, antara lain : Kurangnya informasi distribusi dan kebutuhan karet alami Masih adanya diskriminasi pembebasan PPN 10% Masih kurangnya dukungan penelitian dan pengembangan Sulitnya pasokan gas untuk industri pengolahan karet Masih dikenakannya BMAD carbon black sebesar 10-17% Ketatnya persaingan (dengan produk impor) Masih tingginya volume impor sebagian barang-barang karet 41
Pohon Industri Karet
42
Roadmap Kementerian Perindustrian Sumatera Utara
Produk yang dikembangkan : Ban Komponen otomotif Barang-barang dari karet, selang gas, selang radiator Karet untuk industri
Sumatera Selatan Jawa Barat
Sumber : Kementerian Perindustrian, 2009 43
Industri Pengolahan Eksisting Sumatera Utara Industri sarung tangan Industri conveyor belt
Kalimantan Selatan Industri sarung tangan
Jawa Barat & Banten
Jawa Timur
Industri sarung tangan Industri ban
Industri sarung tangan Industri ban
44
karet Potensi Produksi dan Luas Lahan
Aceh Produksi : 108.827 ton Luas : 121.183 ha
Kalimantan Barat
Sumatera Utara Produksi : 501.484 ton Luas : 470.202 ha
Produksi : 272.256 ton Luas : 390.615 ha
Kalimantan Tengah Produksi : 202.682 ton Luas : 267.357 ha
Riau
Kalimantan Selatan
Produksi : 409.044 ton Luas : 393.643 ha
Produksi : 114.532 ton Luas : 135.862 ha
Sumatera Barat Produksi : 105.836 ton Luas : 136.337 ha
Jambi Produksi : 339.566 ton Luas : 446.525 ha
Sumatera Selatan Produksi : 608.243 ton Luas : 670.489 ha
45
karet
Industri Pengolahan Sumatera Utara Industri sarung tangan Industri conveyor belt
Kalimantan Selatan Industri sarung tangan
Jawa Barat
Jawa Timur
Industri sarung tangan Industri ban
Industri sarung tangan Industri ban
46
Faktor Pendukung
karet
Industri hilir potensial Karet Ban
Sumatera Utara
Karet untuk industri dan otomotif
Kawasan industri Sei Bamban Potensi bahan baku Pelabuhan Belawan
Busa/spon/matras (rumah tangga)
Kalimantan Selatan Pelabuhan Trisakti Potensi bahan baku
Sumatera Selatan Kawasan Industri Tanjung Siapi-api Pelabuhan Sei Lais
Jawa Barat
Jawa Timur
Kawasan Industri Jabodetabek Pelabuhan Tanjung Priok
Kawasan Industri Surabaya dan Gresik Pelabuhan Tanjung Perak
47
Eleman Industri
Beberapa Industri pendukung
Penyedia teknologi Pengembangan komersial Penggudangan Pelabuhan Lembaga Keuangan Pemerintah dan lembaga yang terkait (Pelayanan satu kawasan) Penyedia
Sumatera Selatan Tanjung Api-apiBanyuasin PT. Pancasamudra Simpati PT. Sunan Rubber PT. Hok Tong PTPN VII dll Kurang
Wilayah Kalimantan Barat Jawa Barat Pontianak Bekasi, Bandung, Tangerang PT. Compo Crecf • PT. Cabot Indonesia, • PT. Dow Chemical, • PT. Miysubishi Chemical, • PT. Nalco Indonesia, dll Kurang Baik
Jawa Timur Surabaya PT. Corah Mas Keputren Estates
Baik
Kurang
Cukup
Baik
Baik
Kurang Kurang Memadai Baik
Cukup Kurang Memadai Baik
Baik Tidak ada Baik
Baik Baik Baik
Belum tersedia
Belum tersedia
Tersedia
PT PLN
PT PLN
PT PLN
Tersedia
PT PLN 48
Eleman Industri
Lembaga Riset Institusi Pendidikan dan Perguruan Tinggi Areal Pemukiman Industri Transportasi Industri Mesin dan Peralatan
Sumatera Selatan Tanjung Api-apiBanyuasin Puslit Karet Sembawa (on farm) Kurang
Wilayah Kalimantan Barat Jawa Barat Pontianak Bekasi, Bandung, Tangerang Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor Cukup Baik
Jawa Timur Surabaya Baik
Ada
Ada
Ada
Ada
Kurang
Kurang
Tersedia dengan baik
Tersedia dengan baik
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
49
BOBOT PENILAIAAN KESIAPAN WILAYAH SEBAGAI KAWASAN INVESTASI No
Eelemen-elemen 1Industri Pendukung 2Penyedia Teknologi 3Pengembangan Komersial 4Penggudangan 5Pelabuhan 6Lembaga Keuangan Pemerintah dan Lembaga 7 Terkait 8Pemasok Energi 9Institusi Penelitian Institusi Pendidikan dan 10 Universitas 11Residensial (Perumahan) 12Bulkers 13Industri Transportasi 14Industri Mesin dan Peralatan Total Persentase
Tanjung Api-Api Banyuasin 3 2 2 2 2 3
Pontianak Bekasi
Surabay Harapa a n 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5
3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 2 3
3
3
3
4
5
2 2
3 3
4 3
4 4
5 5
2
3
3
4
5
2 2 2 2 31 44%
3 2 3 3 41 59%
4 2 3 3 46 66%
4 2 3 3 52 74%
5 5 5 5 70 50 100%
80% 74%
70% 66%
60% 59%
50% 40%
44%
30% 20% 10% 0%
Tanjung Api-Api Banyuasin
Pontianak
Bekasi
Surabaya
51
Lokasi Potensial Indikator Wilayah Infrastruktur - Pelabuhan - Jalan darat - Kawasan industri Utilitas*) - Listrik - Gas - Air Lahan Sumberdaya manusia**) Potensi Pengembangan
Keterkaitan industri hulu Keterkaitan industri hilir Keterkaitan industri pendukung
Sumatera Selatan Tanjung Api-apiBanyuasin
Kalimantan Barat Pontianak
Belum ada, dangkal Rusak
Belum ada
Baru lahan Kurang Kurang Cukup Tersedia Stabil Hilir (Otoparts, Bantal lateks pekat) Terintegrasi Terputus Terputus
Ruas propinsi rusak Belum ada lokasi Cukup Cukup Kurang Tersedia Stabil Hilir (Bantal/Kasur Lateks pekat, Sarung Tngan) Terintegrasi Terputus Terputus
Jawa Barat Bekasi, Bandung
Tanjung Priok, sangat padat Bagus Sudah ada industri Baik Baik Baik Terbatas Tidak stabil Antara dan hilir (Ban, Otoparts, Alas kaki, Karet Kesehatan) Terputus Terintegrasi Terintegrasi
Jawa Timur Surabaya
Tanjung Perak Bagus Sudah ada industri Baik Baik Cukup Tersedia Tidak stabil Hilir (Alas kaki)
Terputus Terintegrasi Terputus
52
Cabang Industri Hilir Potensial Karet Ban Otoparts
Proses Produksi Ban 53
Peralatan Produksi Ban Callender
Alat rotary vulcanization Alat cutting
Alat memberikan nomor ban 54
OTOPARTS Raw Material Processing
Cord processing
Extruding
Belt wrapping
Belt assembly
Pemilihan bahan baku dan pencampuran bahan
Proses belt assembly 55
INDUSTRI LOKASI PERFORMA Kapasitas Area Produk INVESTASI PARAMETER PRA FS Payback Periods Net Present Value IRR
Vulkanisir Ban Sumatera Selatan 30.000 unit/tahun 12 000 m2 Ban Vulkanisir Rp. 15,200,000,000 6 Tahun 6 Bulan Rp. 2.839.300.691 26,17% INDUSTRI LOKASI PERFORMA Kapasitas Area Produk INVESTASI PARAMETER PRA FS Payback Periods Net Present Value IRR
Ban Jawa Barat 15.000.000 unit/tahun 15 000 m2 Ban Mobil Rp 6.227.233.278.874 1 Tahun 3 Bulan Rp 93.762.329.156 33,92% 56
kakao
(000 ton)
Produksi Kakao Dunia 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
Pantai Gading Ghana Indonesia Nigeria Kamerun
Permintaan kakao olahan Indonesia juga datang dari beberapa negara penghasil cokelat seperti Amerika Serikat, Prancis, Belanda, Belgia, Australia, dan lain sebagainya.
Brazil Ekuador 2010
2011
2012
Malaysia
Konsumsi Kakao Dunia
(000 ton)
Indonesia merupakan negara ketiga penghasil kakao dunia setelah Pantai Gading dan Gahana
600
Belanda
500
Jerman
400
Amerika Serikat
300
Pantai Gading
200
Malaysia
100
Brazil Ghana
0 2010
2011
2012
Indonesia
Produk utama buah kakao untuk bisnis adalah cocoa bean, cocoa liquor, cocoa powder, dan cocoa butter, sedangkan hasil samping (by product) nya dapat berupa asam lemak; oleokimia; pektin; alkohol; esssence; dan sebagainya. Di Indonesia, industri pengolahan produk kakao setengah jadi dalam bentuk pasta, lemak dan bubuk kakao relatif berkembang. Hal ini dikarenakan produk antara atau produk setengah jadi banyak dikonsumsi sebagai bahan baku industri hilir seperti industri makanan dan minuman, kosmetik, obatobatan, industri kimia dan lain-lain. 57
Potensi Produksi dan Luas Lahan
Sumatera Utara Produksi : 63.597 ton Luas : 92.946 ha
Sumatera Barat Produksi : 58.812 ton Luas : 116.461 ha
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Produksi : 101.319 ton Luas : 192.111 ha
Produksi : 168.401 ton Luas : 224.282 ha
Sulawesi Tenggara
Lampung
Sulawesi Selatan
Produksi : 26.364 ton Luas : 51.150 ha
Jawa Timur
Produksi : 154.229 ton Luas : 250.176 ha
Produksi : 198.682 ton Luas : 280.349 ha
Produksi : 27.391 ton Luas : 61.229 ha
58
Pohon Industri Kakao
59
Roadmap Kementerian Perindustrian
Produk yang dikembangkan : Ban Komponen otomotif Barang-barang dari karet, selang gas, selang radiator Karet untuk industri
Sumatera Barat Sulawesi Lampung
Sumber : Kementerian Perindustrian, 2009 60
Industri Pengolahan Eksisting Sumatera Utara Cap : 14.000 ton
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Banten
Cap : 32.000 ton
Cap : 91.000 ton
Jawa Barat Cap : 80.000 ton
Jawa Timur Cap : 8.000 ton
61
MATRIKS EVALUASI KESIAPAN LOKASI INVESTASI INDUSTRI HILIR KELAPA SAWIT Eleman Industri
Beberapa Industri pendukung
Sumatera Utara Medan
Buana Estate, PT Wintranac o Indotama,P T COCOA VENTUR ES INDONES IA,PT
Penyedia teknologi Pengembang an komersial Penggudang an
Banten
Jawa Tengah
Tangerang
Semarang
DAVOMAS ABADI, PT KAKAO MAS GEMILANG, PT MAS GANDA ,PT TORA NUSANTAR A, PT JAYA MAKMUR HASTA, PT JAYA MAKMUR HASTA, PT CACAO WANGI MURNI,PT
Wilayah Jawa Barat
JawaTimur
Bandung
PERK. NUSANTAR A IX/PESERO, PT
MILK CARAMELS, TK CERES,PT COKLAT HENDRIK FAJAR MATARAM SEDAYU, PT GIZITATAPANG AN SEJAHTERA GIZITATAPANG AN SEJAHTERA
Sulawesi Selatan Makassar
Surabaya
TEJA SEKAWAN COCOA INDUSTRIES, PT SOPONYONO COKLAT CARGIL INDO COCOA, PT JB COCOA
CARGIL INDO COCOA, PT CARGIL INDONESIA, PT COMEXTRA MAYORA, PT EFFEM INDONESIA,P T UNICOM MAKMUR
Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
62
Eleman Industri
Pelabuhan
Sumatera Utara Medan Sudah ada
Baik Lembaga Keuangan Tersedia Pemerintah dan lembaga yang terkait. PT PLN Penyedia Energi Lembaga UPTD. Riset Perbengkela n dan Pelatihan Alsintan, Dinas Pertanian SUMUT
Wilayah Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
JawaTimur
Sulawesi Selatan Tangerang Semarang Bandung Surabaya Makassar Belumada, Sudahada, MenggunakanTan MenggunakanTan PelabuhanMaka masihmenggu TanjungEmas jungPriok, jung Perak ssar nakanTanjung namunkondisinya Priok sangatpadat Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Tersedia
Belum Tersedia
Tersedia
Tersedia
PT PLN
PT PLN
PT PLN
PT PLN
PT PLN
BBP Mektan
-
Riset Perkebunan Indonesia
Puslitkoka (Jember)
BPTP
Tersedia
63
Eleman Industri
Institusi Pendidikan dan Perguruan Tinggi Areal Pemukiman Industri Transportasi Industri Mesin dan Peralatan
Sumatera Utara Medan Baik
Wilayah Jawa Barat
JawaTimur
Banten
Jawa Tengah
Tangerang ITI dsb (Sangat Baik)
Semarang Baik
Bandung Sangat Baik
Surabaya Sangat Baik
Sulawesi Selatan Makassar Unhas
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tersedia dengan baik Tersedia
Tersedia dengan baik Tersedia
Tersedia dengan baik Tersedia
Tersedia dengan baik Tersedia
Tersedia dengan cukup baik Tersedia
Tersedia dengan baik Tersedia
64
BOBOT PENILAIAN KESIAPAN WILAYAH SEBAGAI KAWASAN INVESTASI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Eelemen-elemen Industri Pendukung Penyedia Teknologi Pengembangan Komersial Penggudangan Pelabuhan Lembaga Keuangan Pemerintah dan Lembaga Terkait Pemasok Energi Institusi Penelitian Institusi Pendidikan dan Universitas Residensial (Perumahan) Bulkers Industri Transportasi Industri Mesin dan Peralatan Total Persentase
Bandun Semara Surabay Makasar Harapan g ng a 3 3 4 2 5 3 3 3 2 5 4 3 4 3 5 3 4 3 2 5 3 3 1 3 5 4 3 4 3 5
Medan
Banten
3 3 4 3 3 4
4 4 4 4 2 3
4
3
4
3
3
3
5
3 3
4 2
3 3
3 2
3 4
3 3
5 5
4
2
4
3
4
4
5
4 2 3 3 46 66%
4 2 3 4 45 64%
4 2 4 4 48 69%
3 2 3 3 41 59%
3 2 3 3 44 63%
3 2 3 2 38 54%
5 5 5 5 70 65 100%
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Medan
Banten
Surabaya
Makasar
Bandung
Semarang
66
Lokasi Potensial Indikator Wilayah Infrastruktur Pelabuhan
Sumatera Utara
Banten
Medan
Tangerang
Sudah ada
Jalan darat Kawasan industri Utilitas*) Listrik Gas Air Lahan Sumberdaya manusia**) Potensi Pengembangan
Keterkaitan industri hulu Keterkaitan industri hilir Potensi Pasar
-
Jawa Tengah Semarang
Jawa Barat
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Bandung
Surabaya
Makassar
Belum ada, masih Sudah ada, menggunakan Tanjung Emas Tanjung Priok
Menggunakan Tanjung Priok, namun kondisinya sangat padat
Menggunakan Tangjung Perak
Pelabuhan Makasssar
Sudah ada Sudah ada industri
Cukup baik Sudah Banyak
Baik Sudah ada
Baik Sudah banyak
Baik Sudah banyak
Baik Sudah ada
Kurang Kurang Cukup Tersedia Tidak stabil
Cukup Cukup Cukup Tersedia Tidak stabil
Cukup Cukup Baik Tersedia Stabil
Baik Baik Baik Terbatas Tidak stabil
Baik Baik Cukup Tersedia Tidak stabil
Kurang Kurang Kurang Tersedia Relatif stabil
Antara dan hilir Antara dan hilir (pasta, lemak, (pasta, bubuk, bubuk, makanan) lemak, makanan dan minuman)
Antara dan hilir (pasta, bubuk, lemak, makanan dan minuman)
Antara dan hilir (pasta, bubuk, lemak, makanan dan minuman)
Antara dan hilir (pasta, bubuk, lemak, makanan dan minuman)
Antara (pasta, bubuk, lemak)
Terintegrasi
Terputus
Terintegrasi
Terputus
Terintegrasi
Terintegrai
Terintegrasi Sebagian Besar, kawasan barat Indonesia
Terintegrasi
Terintegrasi
Terintegrasi
Terintegrasi
Terputus
Sangat besar
Besar
Sangat besar, dukungan pariwisata
Sangat besar
Ekspor / antar pulau 67
Cabang Industri Hilir Potensial Kakao Industri makanan Coklat pasta dan bubuk
Diagram Alir Proses Produksi Kakao
Sumber : Mulato dan Widyotomo, 2008
68
INDUSTRI LOKASI PERFORMA Kapasitas Area Produk INVESTASI PARAMETER PRA FS Payback Periods Net Present Value IRR
Confectionery Tangerang-Jabar 80 000 Ton/tahun 18 000 m2 Chocolate Candy $235,671,410 1 Tahun 3 Bulan $249,191,081 16,86%
INDUSTRI LOKASI PERFORMA Kapasitas Area Produk INVESTASI PARAMETER PRA FS Payback Periods Net Present Value IRR FASILITASI
69
KAKAO Butter & Powder Sulawesi Selatan 5.000 Ton NIB/tahun 3000 m2 Cocoa Butter (32,5%) Cocoa Powder (42,5%) Rp. 21,800,000,000 1 Tahun 1 Bulan Rp. 7.439.600.000 29,91% Dibangun di kawasan ekonomi khusus, fasilitas infrastruktrur dipersiapkan pemerintah
KESIMPULAN Pengembangan Investasi di bidang Agroindustri hilir potensial sejalan dengan program pemerintah untuk Hilirisasi industri. Agroindustri potensial di antaranya adalah Kelapa Sawit, Karet, dan Kakao. Industri Kelapa Sawit, Karet dan Kakao telah tumbuh di Indonesia dan menjadi salah satu andalan devisa, namun perkembangan sektor hilirnya masih lamban. Hal tersebut menyebabkan Indonesia belum secara optimal memanfaatkan secara optimal nilai tambah ketiga produk tersebut. Hasil identifikasi terhadap ketiga komoditas, disimpulkan bahwa cabang industri yang potensial dikembangkan investasinya adalah : •Kelapa Sawit : Industri Minyak goreng terintegrasi; Fatty Acid-Fatty alcohol dan turunannya; Biodiesel; •Karet : Industri Ban; Industri Otoparts; dan Industrial Rubber; •Kakao : Industri Lemak-Bubuk Kakao; dan Industri Confectionery 70
Secara umum teknologi industri untuk produk hilir ketiga komoditas tersebut telah dapat dikuasai dengan baik di Indonesia; Berdasarkan pertimbangan sejumlah faktor di antaranya seperti dukungan industri, infrastruktur, sumberdaya manusia, lembaga riset, pasar, bahan baku, dan lain-lain maka dilakukan pemilihan lokasi yang potensial untuk penanaman modal adalah : •Kelapa Sawit : Sumatera Utara, Riau, Kaltim, Jabar-Banten dan Jatim •Karet : Sumatera Selatan, Kalbar, Jabar-Banten •Kakao : Jabar-Banten, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan-Barat. Telah disusun Pra FS untuk investasi beberapa industri pada areal yang sesuai yakni : •Kelapa Sawit : Minyak Goreng (Sumatera Utara, Kaltim), Biodiesel (Riau), Fatty Acid-Fatty alcohot di Jabar-Banten dan Jatim •Karet : Vulkanisir Ban (Sumatera Selatan dan Kalbar), Ban Mobil (JabarBanten), Otoparts (Jatim, Jabar) •Kakao : Confectionery (Jabar-Banten, Jawa Timur) dan Bubuk-Lemak Kakao ( Sulawesi Selatan-Barat.) 71
Rekomendasi kebijakan terhadap investasi di bidang Agroindustri hilir di Indonesia setidaknya menyangkut : a. Perwujudan kebijakan terkait dengan klaster industri serta pembangunan terarah pada koridor di dalam MP3EI; b. Strategi pengembangan produk untuk stabilisasi konsumsi dalam negeri (seperti minyak goreng, biodiesel, confectionery, ban, dan otoparts) c. Optimalisasi pengambilan nilai tambah produk (bubuk dan lemak kakao dan fatty acid-fatty alcohol) d. Penguatan atas dukungan infra dan suprastruktur pendukung investasi industri melalui peran pemerintah. e. Pengembangan strategi investasi berdasarkan posisi kekinian perkembangan masing-masing agroindustri strategis.
72
TERIMA KASIH
73