IDENTIFIKASI KERUSAKAN KOMPONEN CHAINSAW SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS PENEBANGAN DI PT INHUTANI II PULAU LAUT KALIMANTAN SELATAN
AZWADRI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Kerusakan Komponen Chainsaw Serta Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Penebangan di PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2016 Azwadri NIM E14120068
ABSTRAK AZWADRI. Identifikasi Kerusakan Komponen Chainsaw Serta Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Penebangan di PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh JUANG R. MATANGARAN. Pengetahuan tentang pemakaian dan pemeliharaan chainsaw mutlak diperlukan bagi setiap operator. Penggunaan chainsaw yang tepat akan meningkatkan produktivitas dan penggunaan chainsaw yang tidak tepat akan menyebabkan kerugian berupa kecelakaan kerja, kerusakan alat serta penurunan produktivitas. Mengetahuai komponen-komponen chainsaw dan fungsi-fungsinya akan memudahkan operator dalam pemeliharaan chainsaw yang mereka miliki. Hasil analisis kerusakan komponen chainsaw menunjukkan bahwa komponen yang sering mengalami kerusakan adalah sprocket, busi, rantai, dan piston. Kerusakan dari komponen chainsaw dapat mempengaruhi besarnya waktu kerja tidak efektif sehingga akan membuat produktivitas yang dihasilkan menjadi kecil. Chainsaw merk Falcon tipe Pro 5800 memiliki produktivitas 2.45 m3/jam. Waktu efektif berkisar antara 0.2−0.4 jam dengan waktu rata-rata 0.3 jam dan waktu tidak efektif berkisar antara 0.18−0.24 jam dengan waktu rata-rata 0.21 jam. Kata kunci: chainsaw, kerusakan, komponen, pengaruh, produktivitas
ABSTRACT AZWADRI. Damage Identification on Chainsaw Components and its Effect on Wood-Cutting Productivity at PT Inhutani II Pulau Laut South Kalimantan. Supervised by JUANG R. MATANGARAN. The knowledge about how to use and maintenance of the chainsaw is absolutely necessary for every operator. Properly use on the chainsaw will increase productivity while improper use on the chainsaw will brings disadvantages such as work accidents, equipment damages and productivity decrease. Knowing the chainsaw components and functions will make its maintenance easier. Analysis results on the damages of chainsaw components shows that the components that are often damaged are sprocket, spark plugs, chains and pistons. Damage on chainsaw components can affect the amount of ineffective working time, so it will reduce productivity. The Chainsaw that used on research, Falcon Pro 5800 has the productivity of 2.45 m3/hours. The effective time is 0.3 hour and its ineffective time is 0.21 hour. Keywords: chainsaw, damage, component, influence, productivity
IDENTIFIKASI KERUSAKAN KOMPONEN CHAINSAW SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS PENEBANGAN DI PT INHUTANI II PULAU LAUT KALIMANTAN SELATAN
AZWADRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Skripsi : Identifikasi Kerusakan Komponen Chainsaw Serta Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Penebangan di PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Nama : Azwadri NIM : E14120068
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Juang R. Matangaran, MS Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat penyelesaian pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis kerusakan komponen chainsaw dan penyebab kerusakannya yang sering mengalami kerusakan serta identifikasi dan analisis sebab kerusakan komponen chainsaw terhadap produktivitas penebangan. Objek penelitian yang digunakan adalah chainsaw merk Falcon tipe Pro 5800 buatan Cina yang masih jarang digunakan di Hutan Tanaman di Indonesia, oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang kerusakan komponen chainsaw saat penebangan, produktivitas chainsaw serta pengaruh kerusakan komponen terhadap produktivitas chainsaw jenis ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Juang R. Matangaran, MS sebagai dosen pembimbing. Terima kasih kepada Bapak Muhammad Hasanudin, A.Md selaku laboran Laboratorium Pemanfaatan Sumber Daya Hutan yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran hingga skripsi ini selesai. Ucapan terima kasih kepada segenap pimpinan serta staf PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan yang telah membantu pengumpulan data selama penelitian. Ucapan terima kasih kepada Ayah, Ibu Kakak dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukunga baik moral maupun material kepada penulis. Serta kepada seluruh staf Departemen Manajemen Hutan serta rekan-rekan mahasiswa Departemen Manajemen Hutan angkatan 49 Fakultas Kehutanan IPB dan keluarga besar Rimbawan Pecinta Alam Fakultas Kehutanan IPB yang senantiasa memberikan motivasi dan doa hingga skripsi ini selesai. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk setiap pembacanya.
Bogor, November 2016
Azwadri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian Spesifikasi Chainsaw Kondisi Operator dan Peralatan Chainsaw Identifikasi Kerusakan Komponen Chainsaw Penanggulangan Kerusakan Komponen Chainsaw Produktivitas Penebangan Analisis Kerusakan Komponen Chainsaw Terhadap Produktivitas Penebangan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 2 2 2 2 2 3 4 5 6 6 6 7 8 11 13 15 16 16 17 17 19 27
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Spesifikasi chainsaw merk Falcon SL 5800 Deskripsi operator dan umur chainsaw Jumlah kerusakan komponen chainsaw masing-masing operator Produktivitas penebangan Waktu kerja penebangan Produktivitas dan jumlah kerusakan komponen chainsaw
7 8 9 13 14 15
DAFTAR GAMBAR 1 Skema penelitian
5
DAFTAR LAMPIRAN 1 Data kerusakan komponen chainsaw 2 Cara penanggulangan dan pola pemeliharaan kerusakan komponen chainsaw 3 Dokumentasi kerusakan komponen chainsaw 4 Data waktu kerja penebangan
19 20 22 26
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu program untuk meningkatkan potensi hutan produksi sebagai sumber penyediaan bahan baku bagi industri perkayuan dan perluasan lapangan kerja. Penyediaan bahan baku tersebut tidak terlepas dari kegiatan pemanenan hutan, salah satu di antaranya penebangan. Penebangan merupakan kegiatan merobohkan pohon yang kemudian dipotong menjadi bagian batang yang layak sarad dan sebagai langkah awal dalam proses pemanfaatan kayu secara komersial (Suhartana dan Yuniawati 2005). Peralatan pemanenan berperan penting terhadap kelangsungan kegiatan pemanenan karena dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan perusahaan serta turut memengaruhi nilai efisiensi pemanfaatan kayu. Berdasarkan peralatan yang digunakan dalam penebangan pohon, jenis alat tebang dapat dibedakan menjadi dua sistem yaitu sistem manual dan sistem mekanis. Kegiatan penebangan dengan sistem manual menggunakan kapak dan gergaji tangan, sedangkan penebangan dengan sistem mekanis menggunakan chainsaw (gergaji rantai). Penebangan kayu di hutan telah menggunakan alat tebang chainsaw yang dianggap paling praktis karena mudah dipindah-pindahkan (Suhartana et al. 2007). Chainsaw atau gergaji rantai digunakan untuk penebangan dan pembagian batang didalam tahapan pemanenan kayu (Matangaran 1998). Chainsaw telah banyak digunakan pada penebangan di HTI karena berbagai keuntungan yang didapat. Menurut Suhartana dan Yuniawati (2006), terdapat beberapa keuntungan penggunaan chainsaw, seperti mengurangi biaya penebangan dan pembagian batang, menciptakan tunggak yang lebih rendah, pekerjaan lebih cepat selesai, lebih efisien dan lebih mudah untuk penebangan dan pembagian batang serta mengurangi kecelakaan kerja. Hal ini dapat memengaruhi produktivitas penebangan yang dilakukan. Produktivitas setiap jenis dan merk chainsaw berbeda-beda. Chainsaw merk Husqvarna 340 buatan Swedia memiliki produktivitas sebesar 3,12 m3/jam (Sinaga 2005), sedangkan chainsaw merk Stihl 070 buatan Jerman memiliki produktivitas sebesar 1.34 m3/jam (Priyonggo 2014). Penelitian kali ini menggunakan chainsaw merk Falcon tipe Pro 5800 buatan Cina yang masih jarang digunakan di Hutan Tanaman di Indonesia. Penggunaan chainsaw yang tepat akan meningkatkan produktivitas penebangan. Sebaliknya, penggunaan chainsaw yang tidak tepat akan menyebabkan kerugian berupa penurunan produktivitas, kerusakan pada chainsaw serta dapat menyebabkan kecelakaan kerja bagi operator berupa kick back. Chainsaw sering mengalami kerusakan sehingga sangat berpengaruh besar terhadap penurunan produktivitas penebangan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan operator tentang teknik pemakaian dan pemeliharaan chainsaw yang baik dan benar sehingga dapat berakibat tidak tercapainya tujuan yang diharapkan dan dapat menyebabkan kerusakan pada alat.
2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis kerusakan komponen chainsaw. 2. Menganalisis penyebab kerusakan komponen chainsaw yang sering mengalami kerusakan. 3. Identifikasi dan analisis sebab kerusakan komponen chainsaw terhadap produktivitas penebangan. 4. Menganalisis produktivitas chainsaw.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi operator mengenai komponen chainsaw yang sering mengalami kerusakan dan penyebab kerusakannya supaya operator dapat melakukan perawatan dan pemeliharaan secara benar, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kerusakan pada chainsaw. Selain itu, diharapkan dapat memberikan informasi terkait pengaruh kerusakan komponen chainsaw terhadap produktivitas penebangan serta informasi mengenai prestasi kerja operator.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di arel kerja Unit Manajemen Blok Acacia mangium Tanjung Seloka PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan pada bulan April sampai Mei 2016.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah chainsaw merk Falcon dengan tipe Pro 5800, stopwatch, pita ukur, tally sheet, kamera, alat tulis, kalkulator, laptop dengan software Ms. Word 2007 dan software Ms. Excel 2007.
3 Pengumpulan Data
Objek penelitian kali ini adalah kegiatan penebangan pohon dengan menggunakan chainsaw yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan pemanenan hutan. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data, sebagai berikut: 1. Survey lokasi penelitian Survey lokasi penelitian pada petak areal kerja yang sedang melakukan kegiatan penebangan dalam PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan dengan menentukan lokasi yang sesuai untuk penelitian serta memudahkan dalam pengamatan dan pengambilan data. 2. Menentukan jumlah chainsaw Jumlah chainsaw yang ada di PT Inhutani II Pulaut yaitu sebanyak 16 unit. Jumlah chainsaw yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu 5 unit dengan 5 orang operator chainsaw. Alasan pengambilan data 5 unit chainsaw yaitu karena jumlah operator chainsaw yang bekerja pada saat penelitian hanya 5 orang dimana masing-masing operator mengoperasikan satu chainsaw. Data operator yang diambil antara lain; nama operator, umur operator, pengalaman kerja dan umur chainsaw yang digunakan. 3. Menghitung volume pohon Kayu yang ditebang pada penelitian ini adalah kayu Acacia mangium jenis kayu pertukangan yang berumur kurang lebih delapan tahun setelah masa tanam dengan diameter ≥ 20 cm. Cara menghitung volume pohon yaitu dengan melakukan pengukuran diameter dan panjang batang pohon yang telah dipotong oleh operator chainsaw. Jumlah pohon contoh yang diambil pada penelitian ini yaitu sebanyak 40 pohon, dimana masing-masing operator menebang sebanyak 8 pohon. 4. Identifikasi kerusakan komponen chainsaw Identifikasi kerusakan komponen chainsaw yaitu dilakukan dengan melihat komponen secara menyeluruh yang dimulai dari sistem pelumasan rantai, sistem penyaluran bahan bakar, sistem kelistrikan, komponen bilah dan rantai, komponen engine, sistem pemindah tenaga (transmisi) serta komponen body. Selain itu, dilakukan wawancara dengan operator untuk mengetahui kondisi pekerja, teknik pemeliharaan dan perawatan chainsaw. Selanjutnya, menentukan penyebab kerusakan yang terjadi dengan cara analisis komponen yang mengalami kerusakan tersebut. 5. Menghitung produktivitas penebangan Produktivitas penebangan masing-masing operator dihitung dengan cara membagi volume pohon yang ditebang dengan waktu yang dibutuhkan untuk menebang pohon sampai pembagian batang. Waktu kerja penebangan dibagi menjadi dua yaitu waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Pengukuran waktu kerja efektif dimulai dari operator berjalan menuju pohon yang akan ditebang, membersihkan tumbuhan bawah, membuat takik rebah dan takik balas, pohon rebah, hingga membagi batang. Sedangkan waktu tidak efektif antara lain
4 mengisi bahan bakar, memasang rantai dan bilah, mengasah mata rantai, memanaskan mesin, dan kendala saat penebangan. 6. Analisis penyebab kerusakan Menganalisis penyebab kerusakan dilakukan dengan cara melihat langsung komponen-komponen chainsaw yang mengalami kerusakan serta mencari tahu apa yang menyebabkan komponen tersebut jadi rusak. Selanjutnya dilakukan kegiatan penanggulangan kerusakan dan pemeliharaan kedepannya. 7. Menganalisis pengaruh kerusakan komponen chainsaw terhadap produktivitas penebangan Menganalisis pengaruh kerusakan komponen chainsaw terhadap produktivitas penebangan yaitu dengan melihat berapa banyak komponen chainsaw yang mengalami kerusakan dan berapa produktivitas yang dihasilkan oleh chainsaw tersebut. Kemudian dilihat apakah banyaknya komponen yang mengalami kerusakan berpengaruh terhadap produktivitas yang dihasilkan.
Pengelolaan Data
Pengolahan data yang dilakukan yaitu perhitungan volume kayu yang telah ditebang dengan menggunakan rumus Brereton, sebagai berikut: ⁄ Keterangan: V Du Dp L
(
)
= Volume kayu (m3) = Diameter ujung (m) = Diameter pangkal (m) = Panjang kayu (m)
Produktivitas alat penebangan merupakan rata-rata dari satu siklus kegiatan yang dihitung berdasarkan hasil pengukuran waktu kerja yang telah diolah dengan rumus berikut:
Keterangan: P V W
= Produktivitas alat (m3/jam) = Volume kayu yang ditebang (m³) = Waktu tebang (jam)
5 Analisis Data
Analisis data menjelaskan cara menganalisis atau teknik mengolah data yang digunakan untuk menarik simpulan dari hasil kajian dari topik yang diteliti. Analisis pengaruh kerusakan terhadap produktivitas penebangan dilakukan dengan melihat banyaknya komponen chainsaw yang mengalami kerusakan pada saat penebangan apakah berpengaruh terhadap produktivitas yang dihasilkan oleh chainsaw tersebut. Menentukan lokasi penelitian
Menentukan jumlah chainsaw 1. Spesifikasi chainsaw 2. Deskripsi operator
Penebangan
Identifikasi komponen chainsaw yang rusak
1. Mengukur diameter dan panjang kayu tebangan 2. Mengukur waktu kerja setiap unsur kegiatan
Analisis kerusakan
Produktivitas
Menganalisis pengaruh kerusakan chainsaw terhadap produktivitas penebangan Gambar 1 Skema penelitian
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Penelitian
Areal kerja IUPHHK-HT PT Inhutani II Unit Pulau Laut secara geografis terletak antara 116º 02’ 0” ─ 116° 17’ 0”BT dan 3º 41’ 0” ─ 3° 58’ 15” LS, yang mencakup tiga kecamatan yaitu Pulau Laut Barat, Pulau Laut Selatan dan Pulau laut Timur Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Keadaan topografinya yaitu 92 % areal berada pada topografi datar pada kelerengan 0–8%, 5 % pada daerah landai (kelerengan 8–15 %) dan daerah bergelombang 3% (kelerengan 15–25%). Areal PT Inhutani II Pulau Laut berada pada ketinggian 10–50 meter dari permukaan laut. Jenis tanah yaitu podsolik merah kuning, latosol dan alluvial. Tipe iklimnya yaitu tipe B dengan curah hujan sebesar 2 394 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 287 mm dan terendah pada bulan September yaitu 85 mm (PT Inhutani II 2007). Berdasarkan Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan SK IUPHHK-HTI No. 30/MENHUT-II/2006 tanggal 13 Febuari 2006, luas areal kerja IUPHHKHTI PT Inhutani II Unit Pulau Laut ± 48 720 Ha. Dimana luas hutan produksi tetap seluas 42 920 Ha dan hutan areal penggunaan lain (APL) seluas 5 800 Ha. Penelitian ini dilakukan di Unit Manajemen Blok Akasia yang berlokasi di Tanjung Seloka dengan luas area 16 220 Ha. Berdasarkan Rencana Kerja Tahunan 2016 luasan produksi/pemanenan kayu yang akan dilakukan adalah seluas 409.49 Ha dengan volume 27 548.80 m3 (PT Inhutani II 2016). Areal kerja penebangan pada penelitian ini adalah areal bekas kebakaran pada tahun 2015 yaitu pada Blok VIII petak115a dan 115d, seluas 50 Ha dengan masing-masing luas 25 Ha. Kegiatan penebangan dilakukan oleh seorang operator chainsaw tanpa adanya helper. Kegiatan penebangan dilakukan pada petak yang akan dilaksanakan land clearing.
Spesifikasi Chainsaw
Penebangan pohon merupakan salah satu bagian dari kegiatan penjarangan dan pemanenan hutan. Chainsaw adalah salah satu alat yang di gunakan dalam penebangan pohon yang dipakai juga untuk melakukan pembagian batang dan pemotongan cabang setelah pohon ditebang. Terdapat belasan macam chainsaw yang dapat digolongkan menjadi tiga kelas yaitu ringan, sedang, dan berat (Sukanda dan Endom 2008). Merk chainsaw yang digunakan oleh operator chainsaw di PT. Inhutani II Pulau Laut adalah Falcon dengan tipe Pro 5800, dengan spesifikasinya seperti yang disajikan pada Tabel 1.
7 Tabel 1 Spesifikasi chainsaw merk Falcon SL 5800 Elemen Mesin Kecepatan maksimum Kapasitas tangki bahan bakar Rasio campuran oli dan bahan bakar Kapasitas tangki oli Panjang bar Isi silinder Berat chainsaw Sumber: www.indoteknik.com
Keterangan 2 tak 5 500 rpm 0.55 liter 1:25 0.25 liter 20” (50 cm) 51 cc 5.50 kg
Seperti yang disajikan pada Tabel 1, terlihat bahwa chainsaw merk Falcon dengan tipe Pro 5800 termasuk kelas yang ringan, yaitu beratnya kurang dari 10 Kg (Soenarso 1972). Hal ini tentu berpengaruh terhadap prestasi kerja penebangan, yaitu pada saat operator menebang pobon yang berukuran besar akan menggunakan waktu cukup lama, karena ukuran bar nose yang kecil dan pendek. Berbeda apabila menggunakan chainsaw yang berukuran sedang maupun berukuran besar karena memiliki bar nose yang lebih besar dan panjang. Kapasitas tangki pelumas dan bahan bakar chainsaw tipe ini cukup kecil sehingga akan memberikan kerugian kepada operator yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengisi tangki-tangki tersebut menjadi besar karena pelumas dan bahan bakar akan cepat habis dan operator akan bolak-balik untuk mengisi tangki-tangki tersebut sehingga akan membuat waktu kerja tidak efek menjadi besar. Kecepatan putaran rantai sangat mempengaruhi waktu kerja penebangan dimana semakin besar kecepatan yang dihasilkan maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penebangan akan semakin sedikit dan produktivitas penebanan akan menjadi besar. Kecepatan maksimum putaran rantai yang dihasilkan oleh chainsaw merk ini masih sangat kecil dibandingkan chainsaw merk lain dengan berat dan ukuran yang sama. Alat untuk mengukur kecepatan putaran rantai adalah tachometer yaitu sebuah alat pengujian yang dirancang untuk mengukur kecepatan rotasi dari sebuah objek, seperti alat pengukur dalam sebuah mobil yang mengukur putaran per menit (rpm) dari poros engkol mesin.
Kondisi Operator dan Peralatan Chainsaw
Kegiatan penebangan di areal PT Inhutani II Pulau Laut dilaksanakan oleh kontraktor (pihak mitra) yang telah bekerja sama dengan PT Inhutani II Pulau Laut. Sistem pengupahan yang diterapkan di PT Inhutani II kepada operator chainsaw adalah dalam satuan rupiah per meter kubik (Rp/m3). Upah satu orang operator chainsaw sebesar Rp 19 322/m3 berdasarkan Surat Perjanjian Kerja antara PT Inhutani II dengan mitra CV Saputra Jaya Mandiri (SJM).
8 Semua chainsaw yang digunakan di PT. Inhutani II Pulau Laut adalah milik operator. Berdasarkan hasil wawancara dengan operator, mereka membeli satu chainsaw merk Falcon dengan tipe Pro 5800 yang baru seharga Rp 1 500 000 di toko chainsaw yang berasa di kota Pulau laut. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengalaman operator dan umur alat yang digunakan oleh masingmasing operator disajikan di Tabel 2. Tabel 2 Deskripsi operator dan umur chainsaw Operator Ke-
Umur Operator (tahun) 1. Wahyu 40 2. Yoyo 29 3. Sukardi 29 4. Yasbar 39 5. Jupri 42 Sumber: operator chainsaw
Umur chainsaw (bulan) 12 12 7 13 10
Pengalaman Kerja (tahun) 2 1 8 11 15
Umur dan pengalaman operator akan mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan, dimana dari segi tenaga orang yang masih muda pada umumnya memiliki tenaga yang lebih besar dibandingkan orang yang lebih tua, begitupun dengan pengalaman kerja dimana orang yang memiliki pengalaman kerja yang lebih lama akan memiliki produktivitas yang lebih besar dibandingkan yang pengalaman kerjanya lebih sedikit. Umur chainsaw yang digunakan juga akan mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan dimana chainsaw yang masih baru dengan chainsaw yang sudah lama digunakan akan berbeda baik dari segi tenaga yang dihasilkan maupun kemampuan tiap komponen untuk beropesasi. Chainsaw yang dimiliki oleh operator sudah mengalami banyak modifikasi yang dilakukan sendiri oleh operator, terutama untuk chainsaw yang sudah lama digunakan. Biaya untuk pemeliharaan komponen chainsaw yang mengalami kerusakan ditanggung sendiri oleh operator. Operator yang ingin membeli suku cadang dapat langsung membeli di toko chainsaw yang berasa di kota Pulau laut, atau dapat memesan komponen yang dibutuhkan ke bagian logistik perusahaan, sedangkan pembayarannya dapat dilakukan tiap akhir bulan dengan cara memotong gaji.
Identifikasi Kerusakan Komponen Chainsaw
Kurangnya perhatian dan keterampilan operator chainsaw maupun pemilik perusahaan terhadap pentingnya keterampilan serta pengetahuan tentang ketajaman dan penajaman gergaji rantai (chainsaw) menyebabkan hal ini seakan tidak dipedulikan. Produktivitas yang rendah dan kerusakan komponen chainsaw sering ditafsirkan sebagai jeleknya kinerja alat maupun merk chainsawnya (Matangaran 2004). Kecilnya produktivitas yang dihasilkan bisa disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada chainsaw sehingga membuat waktu kerja bertambah. Berikut pada Tabel 2 disajikan jumlah kerusakan komponen chainsaw pada masing-masing operator.
9 Tabel 3 Jumlah kerusakan komponen chainsaw masing-masing operator Operator ke1. 2. 3. 4. 5.
Wahyu Yoyo Sukardi Yasbar Jupri
Jumlah Kerusakan (komponen) 10 20 16 15 12
Setiap operator memiliki kemampuan yang berbeda beda dalam mengoperasikan maupun melakukan perawatan terhadap setiap komponen chainsaw, sehingga jumlah dan bagian chainsaw yang mengalami kerusakan juga berbeda-beda. Identifikasi kerusakan komponen chainsaw yaitu dilakukan dengan melihat komponen secara menyeluruh yang dimulai dari komponen rantai dan bilah, sistem pemindah tenaga (transmisi), sistem kelistikan, sistem penyaluran bahan bakar, komponen engine, sistem pelumasan rantai, serta komponen body. Komponen rantai Nagato (1992) menyatakan bahwa 90 % masalah yang dialami oleh gergaji rantai (chainsaw) disebabkan oleh rantainya, karena dengan rantai yang tumpul atau jelek maka penggunaan bahan bakar akan meningkat, rantai akan cepat panas dan komponen di dalamnya akan cepat aus, dengan demikian bila kondisi rantai baik, maka akan ada penghematan waktu dan bahan bakar. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di PT Inhutani II Pulau Laut, seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 1 terlihat bahwa empat dari lima chainsaw yang komponen rantainya sering terjadi kerusakan terdapat pada mata cutter. Jenis kerusakannya yaitu kesalahan sudut pengasahan, serta kesalahan pemotongan depth gauge yang tidak datar. Hal ini sama dengan hasil penelitian Priyongso (2014) yang menyatakan bahwa kerusakan yang sering terjadi terdapat pada kesalahan sudut pengasahan pada cutter dan bentuk ujung pisau tegak terlau cekung sehingga mengakibatkan gergaji bergetar keras dan operator tidak memperhatikan ketinggian depth gauge yang lebih tinggi dari ujung pisau. Namun berbeda dengan penelitian Prayoga (1997) yang menunjukan bahwa kerusakan yang sering terjadi pada rantai adalah tie strap yaitu berupa patah yang disebabkan oleh penggunaan pelumas bekas yang mengandung banyak kotoran sehingga kotoran dan serbuk gergaji halus melekat pada rantai. Komponen bilah Kerusakan yang terjadi pada bagian bilah yaitu bar nose bengkok yang disebabkan karena pengaturan ketegangan rantai yang tidak memadai. Selain itu bar nose juga aus yang disebabkan oleh kurangnya pelumasan rantai dan tidak dilakukannya pertukaran posisi bilah setiap abis pemakaian secara rutin. Selain itu salah satu sisi ujung bar bentuk berongga disebabkan oleh rantai yang kendur pada saat chainsaw beroperasi. Komponen transmisi Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Lampiran 1, sprocket merupakan komponen transmisi yang paling banyak mengalami kerusakan. Berdasarkan hasil
10 pengamatan di lapangan, kerusakan sprocket yang terlihat yaitu terkikisnya bagian tempat bertambatnya drive link dan bagian tersebut juga sering aus sehingga menyebabkan rantai tidak berjalan. Komponen rumah kopling dan sepatu kopling juga sering aus karena saling bergesekan yang disebabkan pemicu gas tidak ditekan sepenuhnya oleh operator pada saat berlangsungnya kegiatan penebangan. Komponen kelistrikan Sistem kelistrikan berfungsi untuk pengapian dalam proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder blok. Berdasarkan data yang didapat di lapangan, komponen kelistrikan yang sering mengalami kerusakan adalah busi. Kerusakan yang terjadi disebabkan oleh pengaturan langsung tidak sesuai standar sehingga asupan bensin yang masuk terlalu kaya, sehingga menyebabkan busi menghitam dan pengapian menjadi lemah dan mesin jadi susah hidup. Penyebab lain kerusakan yaitu busi yang digunakan sudah lama sehingga elektroda yang ada pada busi rentan terkikis. Kerusakan lainnya yaitu kabel busi sobek yang disebabkan oleh tidak stabilnya posisi kabel pada saat chainsaw beroperasi. Bagian dalam flywheel yang berhubungan dengan poros engkol retak karena berbenturan dengan poros engkol yang putarannya tidak stabil. Komponen penyaluran bahan bakar Sistem bahan bakar dalam teknik otomotif adalah suatu sistem yang berfungsi untuk menyimpan bahan bakar secara aman, menyalurkan bahan bakar ke mesin dan mengabutkan bahan bakar agar bercampur dengan udara. Karburator merupakan komponen yang sangat berperan dalam penyaluran bahan bakar. Pada karburator terdapat membran diafragma yang berfungsi untuk mengatur masuknya bahan bakar kedalam ruang pembakaran. Berdasarkan dari data yang diambil di lapangan, dua dari lima chainsaw mengalami kerusakan pada membran diafrakma yaitu membran tersebut sobek dan lapuk. Kerusakan lain yang terjadi yaitu tersumbatnya saringan bahan bakar yang disebabkan oleh menumpuknya kotoran yang berasal dari bahan bakar yg tidak disaring pada saat dimasukkan ketangki bahan bakar. Komponen engine Hasil dari identifikasi dilapang terlihat bahwa komponen engine yang sering mengalami kerusakan adalah piston. Kerusakannya yaitu terdapatnya goresangorean halus serta banyak menumpuknya kotoran hasil pembakaran. Hal yang sama juga terjadi pada dinding cylinder block yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dan campuran bahan bakar yang tidak tepat sehingga terdapat jelaga di dalam ruang pembakaran. Fungsi piston adalah untuk menerima tekanan hasil pembakaran campuran gas dan meneruskan tekanan untuk untuk memutar poros engkol (crank shaft) melalui batang piston. Kerusakan yang terjadi pada piston dan cylinder block dapat menimbulkan pembakaran yang kurang maksimal, tekanan kompresi dan tekanan gasnya menjadi rendah dan akan menurunkan kemampuan mesin sehingga akan mempengaruhi produktivitas penebangan. Bagian gasket yang menghubungkan cylinder block dengan crankcase juga banyak yang lapuk dan sobek karena kepanasan oleh mesin dan terendam pelumas.
11 Komponen pelumasan rantai Berdasarkan data yang diambil di lapangan, komponen pelumasan rantai yang mengalami kerusakan yaitu pada saringan tangki pelumas dan saluran pengeluaran terdapat penyumbatan yang disebabkan oleh menumpuknya jelaga dan kotoran dari pelumas yang digunakan. Selain itu pompa pelumas juga macet yang menyebabkan pelumas tidak keluar pada saat chainsaw beroperasi. Komponen body Chainsaw menghasilkan getaran mesin yang sangat kuat sehingga mengakibatkan beberapa bagian komponen menjadi rusak. Salah satunya yaitu pegangan depan menjadi goyang dan tidak stabil. Komponen lain yang rusak yaitu putusnya per starter (rewind spring) yang disebabkan oleh kesalahan operator pada saat menarik tali starter untuk menghidupkan chainsaw. Operator menarik tali starter dengan posisi start berdiri dangan menarik tali starter secara langsung tanpa adanya penarikan bertahap dan pengembalian tali starter dilepas sekaligus. Pada bagian body banyak komponen yang tidak dipasang antara lain penutup karburator, saringan udara, pelindung tangan depan dan muffler (knalpot).
Penanggulangan Kerusakan Komponen Chainsaw
Setelah data hasil identifikasi kerusakan komponen chainsaw didapatkan, selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui penanggulangan dan pemeliharaan yang harus dilakukan sehingga kerusakan yang sebelumnya tidak terjadi lagi. Kegiatan penanggulangan dan pemeliharaan harus dilakukan harian, mingguan dan bulanan. Komponen rantai yang rusak yaitu bagian cutter rantai kurang tajam. Penangulangannya yaitu bagian cutter yang tumpul perlu ditajamkan sebelum dipakai. Cutter terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan menggunakan sikat dan bensin, selanjutnya ditajamkan dengan kikir bulat dengan menentukan sudut asah yang tepat sehingga cekungan pada ujung pisau dapat diminimalisir. Jangan memaksakan kikir mata rantai karena dia dapat pecah jika mendapat terlau banyak tekanan. Sebuah kikir dengan ukuran yang benar akan menggosok bagian mata rantai dengan mudah. Produsen merekomendasikan untuk memeriksa dan menyesuaikan mata rantai sering-sering, khususnya menggunakan mata rantai yang baru. Rantai yang tidak digunakan harus direndam di dalam bensin supaya tidak berkarat. Jika telah dilakukan penajaman, kedalaman keratan harus diperhatikan. Ketajaman cutter pada rantai merupakan faktor utama yang harus diperhatikan pada saat akan melakukan penebangan, karena dengan cutter yang tajam penebangan akan jadi lebih mudah dan cepat selesai, apabila cutter yang digunakan tumpul penebangan akan susah dan lama dan itu akan mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan. Menurut Matangaran (1998), teknik penajaman yang salah menyebabkan tidak diperolehnya tingkat ketajaman yang maksimal sehingga produktivitas kerja tidak maksimal, boros bahan bakar, melelahkan operator, keausan komponen lain, dan hasil potongan miring. Bagian depan yang menonjol juga harus diturukan untuk mendapatkan ukuran yang tetap
12 25/1000 inchi dan sama untuk semua pengerat dalam rantai tersebut. Depth gauge yang terlalu lebar mengakibatkan rantai tidak dapat bergerak pada saat memotong (Matangaran 2004). Penanggulangan kerusakan pada bar nose supaya mendapatkan keausan yang merata yaitu setiap hari posisi pemakaian bilah harus dirubah. Sebelum dipakai, lubang pelumasan di bar harus diperiksa untuk memastikan tidak tersumbat. Alur dan lubang minyak pelumas pada bilah harus dibersihkan setiap selesai digunakan dan serbuk gergaji yang melekat harus dibersihkan dengan kuas dan bensin. Setiap minggunya bilah harus di periksa apakah pada sisi-sisi bar ada yang tidak rata atau bengkok. Kerusakan pada komponen kopling secara keseluruhan disebabkan oleh pemicu gas yang tidak ditekan sepenuhnya sehingga putaran kopling tidak maksimal. Untuk mengurangi kerusakan pada kopling maka kecepatan yang dipakai pada saat penebangan adalah kecepatan penuh. Per kopling setiap minggunya harus dilumasi dengan pelumas supaya tidak cepat aus pada saat pemakaian. Setiap bulannya ruah kopling, sepatu kopling dan per kopling harus diperiksa apakah masih layak untuk dipakai. Sprocket yang terkikis oleh drive link dan sering aus disebabkan oleh pelumasan rantai yang kurang maksimal. Sprocket setiap hari harus diperiksa dan perlu diganti apabila sudah tidak layak pakai. Menurut Matangaran (1998), sprocket yang cepat aus disebabkan pemicu gas terlalu sering dimainkan. Kotoran yang melekat pada kepala busi adakah akibat sisa pembakaran yang tidak sempurna perlu dibersihkan dengan kawat dan bensin serta renggang elektroda harus dipertahankan 0,6-0,7 mm (Echo 1998). Kondisi busi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pengaturan karburator yang salah, campuran bahan bakar yang salah, dan saringan udara yang kotor (Husqvarna 2002). Busi harus diganti dengan yang baru setelah sekitar 100 jam operasi (Stihl 2002). Pengatur gas harus disetel dengan baik supaya diperoleh campuran bahan bakar dan udara yang tepat. Membran diafrakma harus selalu di perhatikan apakah membran tersebur masih layak atau tidak untuk dipakai. Pada saat karburator dibuka, lubang yang menuju silinder harus ditutup untuk mencegah masuknya kotoran dan setiap minggunya karburator harus dibersihkan. Kerusakan pada per starter berupa putusnya per disebabkan karena penarikan tali starter secara langsung oleh operator, sehingga terjadi hentakan yang keras saat menarik. Tahap penyalaan mesin yang benar yaitu menarik tali starter dengan perlahan 3-5 kali tarikan agar masuk campuran bahan bakar dan udara, kemudian baru ditarik sekaligus sampai mesin hidup. Setelah menyala, tali starter dikembalikan dengan perlahan sampai menempati posisi semula (Sukanda dan Endom 2008). Chainsaw yang sebagai objek pada penelitian ini sudah banyak dimodifikasi oleh operator. Banyak ditemukan bagian-bagian komponen body chainsaw yang dibuang, diantaranya penutup karburator, saringan udara, pelindung tangan depan, dan muffler. Banyak dari operator kurang memahami fungsi dari bagian-bagian yang dibuang tersebut. Penutup karburator sendiri berfungsi untuk melindungi karburator supaya tidak ada kotoran yang masuk kedalam karburator. Saringan udara berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam karburator dan mencegah kotoran masuk kedalam karburator. Saringan udara harus dibersihkan
13 secara teratur dari debu dan kotoran untuk menghindari malfungsi karburator, pengurangan tenaga mesin dan konsumsi bahan bakar yang abnormal. Pelindung tangan depan berfunsi untuk melindungi tangan apabila rantai putus. Menurut Matangaran (1998), melepaskan saringan udara menyebabkan debu masuk bersama bensin keruang pembakaran yang kemudian mengerus dinding silinder pada akhirnya menyebabkan kurangnya tenaga motor. Muffler dirancang untuk mengurangi tingkat kebisingan dan untuk mengarahkan gas buang. Gas buang yang panas dan dapat berisi percikan api, yang dapat menyebabkan kebakaran jika diarahkan ke bahan kering dan mudah terbakar. Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada chainsaw sebagian besar disebabkan oleh kemampuan operator yang masih minim tentang pemahaman komponen chainsaw serta bagaimana pemakaian dan pemeliharaan yang tepat. Kesalahankesalahan yang sering dilakukan oleh operator dapat menyebabkan kerusakan pada komponen chainsaw dan akan berpangeraruh terhadap produktivitas yang dihasilkan.
Produktivitas Penebangan
Produktivitas kerja adalah hasil kerja dalam satuan tertentu dari seorang pekerja atau satu regu kerja selama satu hari (HOK) untuk selama tujuh jam kerja (Mujetahid 2008). Produktivitas pemanenan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; dimensi kayu, waktu kerja, jarak sarad, jenis alat yang digunakan, keterampilan kerja serta kondisi lapangan. Menurut Sinaga (2005) produktivitas penebangan dengan menggunakan chainsaw merk Husqvarna 340 adalah sebesar 3.12 m3/jam dan menurut Priyonggo (2014) produktivitas penebangan dengan menggunakan chainsaw merk Stihl 070 adalah sebesar 1.34 m3/jam. Chainsaw yang dipakai pada penelitian ini adalah chainsaw merk Falcon Pro 5800 dengan produktivitas penebangan seperti yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Produktivitas penebangan Operator Ke1. Wahyu 2. Yoyo 3. Sukardi 4. Yasbar 5. Jupri Rata-rata
Waktu Efektif (menit) 1.80 1.80 1.20 2.40 2.40 1.92
Waktu Tidak Efektif (menit) 11.40 14.40 12.60 12.60 10.80 12.36
Waktu Total (menit)
Volume (m3)
Produktivitas (m3/jam)
13.20 16.20 13.80 15.00 13.20 14.40
0.64 0.68 0.43 0.59 0.53 0.57
2.91 2.52 2.04 2.36 2.41 2.45
Pohon contoh yang diambil pada penelitian ini yaitu sebanyak 40 pohon dengan masing-masing operator chainsaw menebang 8 pohon per operator. Volume kayu yang ditebang berkisar antara 0.43−0.68 m3. Tabel 4 menunjukkan bahwa produktivitas chainsaw merk Falcon tipe Pro 5800 berkisar antara
14 2.04−2.91 m3/jam. Produktivitas rata-rata dari kelima operator adalah sebesar 2.45 m3/jam dengan waktu total rata-rata 14.40 menit atau 0.24 jam. Waktu efektif berkisar antara 1.20−2.40 menit dengan waktu rata-rata 1.92 menit dan waktu tidak efektif berkisar antara 0.18−0.24 jam dengan waktu rata-rata 12.36 menit. Waktu kerja merupakan waktu yang diperlukan seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi yang telah ditetapkan. Waktu kerja dibagi menjadi dua yaitu waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Waktu kerja efektif adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kegiatan inti yang sudah merupakan bagian tetap dari pekerjaan bersangkutan. Sedangkan waktu tidak efektif adalah waktu kerja yang seharusnya tidak diperlukan untuk suatu pekerjaan yang menyebabkan tidak efektifnya suatu proses produksi. Tabel 5 Waktu kerja penebangan No 1
2
Elemen Kerja Waktu efektif a Menuju pohon yang akan ditebang b Membersihkan tumbuhan bawah c Membuat takik rebah d Membuat takik balas e Pohon rebah f Membagi batang Total waktu efektif Waktu tidak efektif a Mengisi bahan bakar b Memasang rantai dan bilah c Mengasah mata rantai d Memanaskan mesin e Kendala saat penebangan Total waktu tidak efektif
Rata-rata Waktu Kerja (menit)
Persentase (%)
0.294 0.420 0.514 0.250 0.124 0.322 1.924
0.0201 0.0289 0.0349 0.0164 0.0076 0.0213 0.1294
0.992 2.468 8.608 0.136 0.160 12.364
0.0696 0.1722 0.5993 0.0109 0.0127 0.8649
Tabel 5 merupakan data hasil pengukuran waktu kerja penebangan kayu Acacia mangium dilapangan. Tabel tersebut menunjukkan pembagian elemen kerja waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif dalam siklus penebangan. Tabel 5 menunjukkan waktu tidak efektif lebih besar dibandingkan dengan waktu efektif, dimana dari keseluruhan waktu penebangan 88% merupakan waktu tidak efektif dan hanya 12% yang merupakan waktu efektif. Waktu kerja tidak efektif dapat dibedakan lagi menjadi waktu kerja tidak efektif yang dapat dihindarkan dan tidak dapat dihindarkan. Waktu kerja tidak efektif yang tidak dapat dihindarkan antara lain yaitu kegiatan mengisi bahan bakar, memasang rantai dan bilah, mengasah mata rantai, memanaskan mesin.Waktu kerja tersebut tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi. Sedangkan untuk waktu kerja tidak efektif yang dapat dihilangkan yaitu kegiatan mengobrol, mengambil bar yang terjepit dan kendala saat penebangan lainnya.
15 Siklus waktu tebang per pohon dan produktivitas penebangan dipengaruhi oleh dbh (diameter setinggi dada) pohon yang ditebang dan dipengaruhi oleh jarak antar kayu yang ditebang. Peningkatan jarak pohon yang ditebang akan meningkatkan waktu tebang pohon, demikian pula dengan dbh yang bertambah maka waktu penebangan juga bertambah (Behjou et al. 2009). Menurut Lortz et al. (1997) faktor yang paling penting dan berpengaruh dalam waktu penebangan yaitu diameter pohon, jarak antar pohon dan intensitas pemanenan. Karena penelitian dilakukan pada Hutan Tanaman Industri (HTI) maka diameter pohon dan jarak pohon yang akan ditebang tidak terlalu berpengaruh pada waktu penebangannya. Hal tersebut karena jarak tanam di HTI yang relatif sama dan umur tanaman yang sama sehingga diameter pohon juga relatif sama.
Analisis Kerusakan Komponen Chainsaw Terhadap Produktivitas Penebangan
Besarnya produktivitas ditentukan oleh dua komponen utama yaitu volume yang dihasilkan dan waktu kerja yang diperlukan. Kecilnya produktivitas yang dihasilkan disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada chainsaw sehingga membuat waktu kerja bertambah. Produktivitas dan jumlah kerusakan komponen chainsaw pada masing-masing operator dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Produktivitas dan jumlah kerusakan komponen chainsaw Operator ke-
1 2 3 4 5
Wahyu Yoyo Sukardi Yasbar Jupri
Waktu Total (jam)
Volume (m3)
Produktivitas (m3/jam)
0.22 0.27 0.23 0.25 0.22
0.64 0.68 0.43 0.59 0.53
2.91 2.52 2.04 2.36 2.41
Jumlah Kerusakan (komponen) 10 20 16 15 12
Kerusakan yang terjadi pada chainsaw sangat mempengaruhi hasil produktivitas, dimana semakin banyak komponen chainsaw mengalami kerusakan maka produktivitasnya akan semankin kecil. Hal tersebut karena apabila banyak komponen yang rusak, maka waktu kerja akan bertambah besar sehingga produktivitas yang dihasilkan menjadi kecil. Operator pertama dengan volume pohon yang ditebang sebesar 0.64 m3 dan waktu total penebangan 0.22 jam menghasilkan produktivitas sebesar 2.91 m3/jam. Waktu tidak efektifnya yaitu 0.19 jam. Jumlah komponen yang mengalami kerusakan pada saat kegiatan adalah 10 komponen. Operator kedua dengan waktu total sebesar 0.27 jam dan volume pohon yang ditebang sebesar 0.64 m3 menghasilkan produktivitas sebesar 2.52 m3/jam dengan waktu tidak efektif selama 0.24 jam karena terjadi kerusakan yaitu pelumas rantai tidak keluar yang membuat rantai tersangkut. Jumlah komponen yang mengalami kerusakan
16 pada saat kegiatan adalah 20 komponen. Operator ketiga waktu total 0.23 jam dan volume pohon yang ditebang sebesar 0.43 m3 menghasilkan produktivitas sebesar 2.04 m3/jam. Waktu tidak efektifnya cukup besar yaitu 0.21 jam. Jumlah komponen yang mengalami kerusakan pada saat kegiatan adalah 16 komponen. Salah satunya yaitu busi yang dipakai menghitam sehingga pengapiannya kurang sempurna sehingga pada saat kegiatan penebangan masin mati secara tiba-tiba. Operator keempat waktu total 0.25 jam dengan volume pohon yang ditebang 0.49 m3 menghasilkan produktivitas sebesar 2.36 m3/jam. Waktu tidak efektifnya cukup besar yaitu 0.21 jam. Jumlah komponen yang mengalami kerusakan pada saat kegiatan adalah 15 komponen. Salah satunya kerusakan pada piston yaitu bagian piston yang bergesekan dengan dinding silinder terdapat bekas goresan dan berjelaga sehingga daya kompes pada piston menjadi berkurang. Operator kelima waktu total sebesar 0.22 jam dengan volume 0.53 m3 menghasilkan produktivitas sebesar 2.41 m3/jam. Jumlah komponen yang mengalami kerusakan pada saat kegiatan adalah 12 komponen. Salah kerusakan yang terjadi yaitu mata rantai tumpul sehingga tarikan pada rantai berkuran. Salah satu upaya meningkatkan produktivitas kerja adalah dengan mengurangi waktu kerja tidak efektif. Pengurangan waktu kerja tidak efektif dapat dilakukan dengan penggunaan alat yang efisien dan melakukan pengawasan terhadap pekerja. Serta meningkatkan pengetahuan operator mengenai pemahaman cara pemeliharaan alat yang benar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rata-rata produktivitas penebangan dari lima orang operator yang dilakukan di PT. Inhutani II pulau laut menggunakan chainsaw merk Falcon tipe Pro 5800 yaitu sebesar 2.45 m3/jam. Kerusakan yang terjadi pada chainsaw sangat memengaruhi hasil produktivitas yang mana mengakibatkan waktu kerja bertambah sehingga produktivitas yang dihasilkan menjadi kecil. Hasil analisis kerusakan komponen chainsaw menunjukkan bahwa komponen yang sering mengalami kerusakan adalah sprocket, busi, rantai, dan piston. Secara umum dapat dikatakan bahwa operator kurang memperhatikan masalah perawatan dan pemeliharaan chainsaw. Hal ini terbukti tidak dilakukannnya kegiatan pembersihan rantai, penukaran posisi bilah serta pembersihan bagian chainsaw yang lainnya. Salah satu yang memengaruhi kerusakan chainsaw yang digunakan oleh operator adalah komponen-komponennya sudah banyak yang diganti dengan menggunakan komponen-komponen chainsaw yang lain, sehingga cepat mengalami kerusakan karena tidak sesuai dengan kemampuannya.
17 Saran
Perusahan yang bersangkutan harus memberikan pelatihan kepada operator chainsaw untuk meningkatkan pengetahuan operator mengenai cara pemeliharaan dan perawatan alat yang benar. Setiap operator perlu menyediakan rantai cadangan yang sudah tajam untuk mengganti rantai yang pertama apabila sudah tumpul supaya waktu tidak efektif berupa waktu pengasahan rantai dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA Behjou FK, Majnounian B, Dvořăk J, Namiranian M, Saeed A, Feghhi J. 2009.Productivity and cost of manual felling with a chainsaw in Caspian forests.Journal of Forest Science55(2):96–100. Echo. 1998. Operator’s Manual Echo Chainsaw CS-900EVL. Tokyo (JP): Kioritz Corporation. Husqvarna. 2002. Operator’s manual 61 268. Sweden (SE): Council’s Directives. Lortz D, Kluender R, McCoy W, Stokes B, Klepac J. 1997. Manual felling time and productivity in southern pine forests. Forest Products Journal 47(10):59–63. Matangaran JR. 1998. Identifikasi kerusakan komponen gergaji rantai. Jurnal Teknologi Hasil Hutan 11(1):47–50. Matangaran JR. 2004. Ketajaman dan penajaman mata gergaji rantai. Forum Komunikasi Teknologi dan Industri Kayu. 2(3):9−12. Mujetahid A. 2008. Produktivitas penebangan pada hutan jati (Tectona grandis) rakyat di Kabupaten Bone. Jurnal Perennial 5(1):53−58. Nagato T. 1992. Keterangan mengenai Penggunaan Gergaji Rantai. Sabah (MLY): Sabah Forestry Development Authority & Japan International Cooperation Agency. Prayoga Y. 1997. Identifikasi kerusakan dan produktivitas gergaji rantai di PT Inhutani V Jambi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Priyonggo P B. 2014. Analisis kerusakan komponen dan produktivitas gergaji rantai di perum perhutani divisi regional Jawa Timur dan KPH Madiun. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. [PT Inhutani II]. 2007. Buku Rencana KerjaUmum PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Pulau Laut (ID): PT Inhutani II. [PT Inhutani II]. 2016. Buku Rencana KerjaTahunan PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Pulau Laut (ID): PT Inhutani II. Sinaga M. 2005. Produktivitas dan biaya penebangan hutan tanaman industri di PT Inhutani II Pulau Laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 23(1):69−78. Soenarso R. 1972. Penuntun Pemeliharaan Gergaji Mesin. Publikasi Khusus No. 9. Bogor: (ID) Lembaga Penelitian Hasil Hutan Dirjen Kehutanan Departemen Pertanian.
18 Stihl A. 2002. STIHL MS 210, 230, 250. Waiblingen (DE). Group Product Manangement Engineering Services. Suhartana S, Yuniawati. 2005. Meningkatkan Produksi Kayu Pinus Melalui Penebangan Serendah Mungkin: Studi kasus di KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Info Hasil Hutan 11(2): 87−96. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. ______.2006. Efisiensi penggunaan chainsaw pada kegiatan penebangan : Studi kasus di PT Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24 (1) : 1−20. Suhartana S, Yuniawati, Rahmat. 2007. Penggunaan jumlah chainsaw yang tepat dan efisien pada penebangan: studi kasus di satu perusahaan hutan di Kalimantan Timur. Jurnal Rimba Kalimantan12(1):62–66. Sukanda, Endom W. 2008. Standarisasi gergaji rantai untuk penebangan pohon. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Standardisasi: 1−10. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
19 Lampiran 1 Data kerusakan komponen chainsaw Komponen A. Pelumasan Rantai Saringan tangki pelumas Pompa pelumas Saluran pengeluaran B. Kelistrikan Flywheel Kabel busi Busi
Macam Kerusakan Tersumbat Pompa macet Tersumbat Pecah bagian dalam Kabel busi sobek Kepala busi menghitam dan berjelaga Daya simpan listriknya kurang
Capacitor Discharge Ignition (CDI) C. Penyaluran Bahan Bakar Karburator Membran sobek dan lapuk Saringan bahan bakar Tersumbat D. Rantai Cutter Ujung pisau terlalu cekung dan Dept gauge terlalu tinggi E. Bilah Bar nose Bengkok dan aus F. Transmisi Rumah kopling Aus Sepatu kopling Aus Sprocket Aus G. Engine Cylinder Block Bagian dalam gores Gasket Lapuk dan sobek Piston Goresan halus dan kotoran menumpuk Ring compressi Patah H. Body Penutup karburator Dibuang Saringan udara Dibuang Per starter Putus Pelindung tangan depan Dibuang Pengunci pemicu gas Loss Pegangan depan Tidak stabil Muffler Dibuang Tombol stop switch Longgar *) Sumber 5 buah chainsaw
Chainsaw Ke- (*) 2 2 2, 4 3 2, 4 1, 2, 3, 4, 5 2
1, 3 2, 5 1, 2, 3, 5
2, 3 1, 4, 5 4,5 1, 2, 4, 5 1, 2, 3, 4 2, 3, 4 1, 2, 3, 4, 5 2 2, 3, 4, 5 2, 3, 4, 5 3 2, 3, 4, 5 1, 3, 4 1, 2, 3, 4, 5 1, 2, 3, 4, 5 2, 3, 5
20 Lampiran 2 Cara penanggulangan komponen chainsaw yang mengalami kerusakan Komponen
Macam Kerusakan A. Pelumasan Rantai Saringan tangki Tersumbat pelumas Pompa pelumas Pompa macet Saluran Tersumbat pengeluaran B. Kelistrikan Flywheel Pecah bagian dalam Kabel busi
Kabel busi meleleh Busi Kepala busi menghitam dan berjelaga Capacitor Daya simpan Discharge listriknya Ignition (CDI) kurang C. Penyaluran Bahan Bakar Karburator Membran sobek dan lapuk Saringan bahan Tersumbat bakar D. Rantai Cutter Ujung pisau terlalu cekung dan Dept gauge terlalu tinggi E. Bilah Bar nose Bengkok dan aus F.Transmisi Rumah kopling
Aus
Sepatu kopling
Aus
Sprocket G. Engine Cylinder Block
Aus
Penyebab
Penanggulangan
Menumpuknya kotoran
Dibersihkan
Per pompa memuai Menumpuknya jelaga
Diganti Dibersihkan
Berbenturan dengan poros engkol yang tidak stabil Tidak kuat panas yang dihasilkan Pengaturan langsung yang tidak sesuai
Diganti
Kena air hujan
Diganti
Karena kotoran bahan bakar dan oli
Diganti
Menumpuknya kotoran
Dibersihkan
Cara asahnya salah
Menggunakan alat bantu asah dan memperhatikan sudut asah
Ketegangan rantai tidak sesuai dan bilah tidak tukar posisi
Diganti
Begesekan dengan sepatu kopling Bergesekan dengan rumah kopling Terkikis oleh drive link
Diganti
Bagian dalam Bergesekan dengan gores piston
Diganti Pengaturan langsung karburator
Diganti Diganti Diganti
21 Lampira 2 Lanjutan Gasket
Lapuk dan sobek Goresan halus dan kotoran menumpuk Patah
Panas dan terendam pelumas Banyak jelaga pada ruang pembakaran
Diganti
Bergesekan dengan cylinder head
Diganti
H. Body Penutup karburator
Dibuang
Dibuang
Info kepada operator tentang pentingnya komponen ini
Saringan udara Per starter
Dibuang Putus
Pelindung tangan depan
Dibuang
Dibuang Penarikan tali starter secara langsung Dibuang
Pengunci pemicu gas Pegangan depan
Loss
Pecah di bagian dalam
Tidak stabil
Muffler
Dibuang
Getaran mesin yang kuat Dibuang
Tombol stop switch
Longgar
Piston
Ring compressi
Tidak adanya penambat
Diganti
Diganti Info kepada operator tentang pentingnya komponen ini Diganti Ditambah tali yang diikat ke body Info kepada operator tentang pentingnya komponen ini Diganti
22 Lampiran 3 Dokumentasi kerusakan komponen chainsaw
(a)
(b)
Kerusakan komponen transmisi pada komponen kopling (a) dan sprocket (b)
(a)
(b)
(c)
(d)
Kerusakan komponen kelistrikan pada komponen flywheel (a), kabel busi (b), Busi (c), dan CDA
23 Lampiran 3 Lanjutan
(a)
(b)
(c)
(d)
Kerusakan komponen mesin pada komponen cylinder head (a), gasket (b), piston (c), ring compressi (d)
(a)
(b)
Kerusakan komponen rantai dan bilah pada komponen cutter (a) dan bar nose (b)
24 Lampiran 3 Lanjutan
(a)
(b)
Kerusakan komponen penyaluran bahan bakar pada komponen karburator (a) dan saringan bahan bakar (b)
(a)
(b)
Penanggualangan kerusakan pada komponen pegangan depan dengan penambahan talin (a) dan penambahan karet (b)
25 Lampiran 3 Lanjutan
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Kerusakan komponen Body pada komponen pengunci pemicu gas (a), tombol on/off (b), per starter (c), muffler (d), pelindung tangan depan (e), dan saringan udara (f)
26 27 27 30 29
1 2 3 4 5
12 12 8.2 8.3 8
P (cm) 1 37 64 75 74 47
2 148 165 137 152 142
A 3 484 637 518 490 460
4 5 10 8 20 4 15 17 20 21 14
C D E F G H
42 16 12 31 24
9 15 7 7 33
6 8 5 8 6
F 5 15 7 20 8
G 18 17 9 28 20
H
Volume Waktu Produktivitas (m3) Total (m3/jam) (jam) 0.64 0.22 2.91 0.68 0.27 2.52 0.43 0.23 2.04 0.59 0.25 2.36 0.53 0.22 2.41
: Membersihkan tumbuhan bawah : Membuat takik rebah : Membuat takik balas : Pohon rebah : Kendala saat penebangan : Pembagian batang
21 20 17 56 37
Waktu Kerja (detik) B C D E
Keterangan : D : Diameter pohon P : Panjang Pohon A1 : Mengisi bahan bakar A2 : Memasang rantai dan bilah A3 : Mengasah mata rantai A4 : Memanaskan mesin B : Berjalan menuju pohon yang akan ditebang
D (cm)
No
Lampiran 4 Data waktu kerja penebangan
26
27
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pasaman, Sumatera Barat pada tanggal 1 Januari 1994. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Hanis dan Ibu Yurni. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SD Negeri 44 Lansad Kadap (Tahun 2000−2006), kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Rao Selatan (Tahun 2006−2009), selanjutnya penulis meneruskan pendidikan di SMA Negeri 1 Rao (Tahun 2009−2012). Jenjang pendidikan perguruan tinggi penulis tempuh di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012 melalui jalur undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama di perguruan tinggi, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Kegiatan dan organisasi yang diikuti diantaranya, penulis merupakan anggota FMSC (Forest Managemet Student Club) kelompok studi pemanfaatan hutan pada tahun 2013−2014, penulis merupakan anggota Rimbawan Pecinta Alam Fahutan IPB dari tahun 2013, ketua lomba RSC 2 (Rimpala SRT Competition 2) pada tahun 2015, ketua TCD (Tree Climbing Division) pada tahun 2016 dan kegiatan-kegiatan lainnya. Pada kegiata akademik, penulis pernah mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Gunung Papandayan dan Sancang Timur tahun 2014. Penulis juga pernah mengikuti Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) tahun 2015 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi dan KPH Perhutani Cianjur, dan pada tahun 2016 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) dan penelitian di PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Identifikasi Kerusakan Komponen Chainsaw Serta Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Penebangan di PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan dibawah bimbingan Prof Dr Ir Juang R. Matangaran MS.