PENYADAPAN KOPAL DI PT. INHUTANI II UNIT MALINAU KALIMANTAN UTARA
WIDHY SATRIO
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyadapan Kopal di PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 Widhy Satrio E14090102
ABSTRAK WIDHY SATRIO. Penyadapan Kopal Di PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara. Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA. Kopal merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan dari pohon jenis Agathis sp. yang dalam pemanfaatannya kopal digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam beberapa proses industri seperti cat dan vernis. Malinau sebagai salah satu kabupaten di Kalimantan Utara memiliki potensi tegakan Agathis sp. yang belum termanfaatkan. Kondisi tersebut melatarbelakangi penelitian ini, yang memiliki tujuan untuk mengetahui jenis pohon agathis yang berada di wilayah Malinau, mengukur produktivitas kopal yang dihasilkan dari tegakan agathis tersebut serta menentukan potensi agathis yang memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan di Pusat Penelitian Biologi, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Bogor diketahui bahwa jenis agathis yang ada di wilayah Malinau Kalimantan Utara adalah Agathis borneensis warb. Tingkat produktivitas rata-rata kopal yang dihasilkan sebesar 10.23 gram/quarre/hari pada perlakuan dengan stimulan dan 6.07 gram/quarre/hari pada perlakuan tanpa stimulan. Akan tetapi jumlah agathis yang sedikit dan lokasi tumbuh yang berjauhan satu sama lain menyebabkan rendahnya potensi kopal sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu yang akan dimanfaatkan, sehingga upaya untuk mengembangkan usaha kopal dapat dikatakan tidak memungkinkan. Kata kunci: agathis, identifikasi, kopal, produktvitas
ABSTRACT WIDHY SATRIO. Copal Tapping in PT. Inhutani II Unit Malinau North Borneo. Supervised by GUNAWAN SANTOSA Kopal is one of the non-timber forest products are produced from Agathis sp. which the utilization of copal is used as one of the raw materials in several industrial processes such as paint and varnish. Malinau as one of the districts in northern Borneo has a potential stand of Agathis sp. The condition was underlying for this research, which has the purpose to determine of agathis species, measuring productivity of copal and determine the potential agathis which allows it to be utilized. Based on the results identification at Research Centre For Biology, Indonesian Institute of Sciences Bogor known that type of agathis in North Borneo Malinau region is Agathis borneensis warb. Average productivity level copal generated at 10.23 g/quarre/day on treatment with stimulants and 6.07 g/quarre/day on treatment without stimulants. However, the lack of a little amount and location agathis grow far apart from each other that causes copal has a low potential to be one of non-timber forest products that will be used, so that the effort to develop a business copal is not possible. Keywords: agathis, identification, copal, productivity
PENYADAPAN KOPAL DI PT. INHUTANI II UNIT MALINAU KALIMANTANUTARA
WIDHY SATRIO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Penyadapan Kopal di PT. Inhutani II Unit Malinau, Kalimantan Utara : Widhy Satrio Nama : E14090102 NIM
Disetujui oleh
~~
/ .-/'--
C -Dr Ir Gunawan Santosa, MS Pembimbing
~
Tanggal Lulus:
0 2 DEC 2013
----
fB ''" U d"laman~M .S - c. F .T ro
i
Judul Skripsi : Penyadapan Kopal di PT. Inhutani II Unit Malinau, Kalimantan Utara Nama : Widhy Satrio NIM : E14090102
Disetujui oleh
Dr Ir Gunawan Santosa, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, M.Sc.F.Trop Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Mei 2013 ini ialah Hasil Hutan Bukan Kayu, dengan judul Penyadapan Kopal Di PT. Inhutani II Unit Malinau, Kalimantan Utara. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Gunawan Santosa MS selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Iwan Hilwan MS yang telah banyak memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Muhlising dan Hajar Dewanto, S.Hut selaku pihak dari PT.Inhutani II, Bapak Matius Irang dan Ferry Ishak yang telah membantu selama proses pengumpulan data serta dalam memberikan fasilitas penunjang untuk pelaksanaan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada eyang Siti Chususiah, ayah (Johan Effendi), ibu (Winnianti), Adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2013 Widhy Satrio
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian METODE Waktu dan Tempat Bahan Alat Metode Pengumpulan Data Rancangan Percobaan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lokasi Penelitian Penentuan Jenis Agathis Pendugaan Potensi Pohon Agathis sp. Produktivitas Penyadapan Kopal SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii vii vii 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 4 4 5 5 6 7 9 13 13 13 13 15
DAFTAR TABEL 1 Bagan rancangan percobaan 2 Analisis of variance (ANOVA) 3 Potensi penyebaran Agathis sp. di PT.Inhutani II Unit Malinau 4 Produktivitas penyadapan kopal 5 Analisis ragam pengaruh stimulan terhadap produktivitas kopal
4 5 8 9 11
DAFTAR GAMBAR 1 Kondisi hutan desa lokasi penyadapan getah agathis 2 Kondisi batang dan daun Agathis borneensis di lokasi penelitian. 3 Produktivitas penyadapan kopal ■ tanpa stimulan ▲ dengan stimulan 4 Getah kopal yang dihasilkan
6 7 10 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Produktivitas kopal tanpa stimulan 2 Produktivitas kopal dengan stimulan 3 Produksi hasil hutan bukan kayu 4 Surat keterangan hasil identifikasi 5 Dokumentasi penelitian 6 Alat penelitian 7 Perhitungan
15 16 17 17 19 20 21
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kopal merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan oleh pohon jenis agathis dan mempunyai manfaat sebagai bahan baku pada industri pembuat cat, lilin, vernis dan sebagai bahan pelapis khususnya pada kertas. Produksi kopal dalam beberapa tahun terakhir cenderung menurun, berdasarkan data Kemenhut (2009) pada Lampiran 3 produksi kopal dalam kurun waktu 8 tahun terakhir berada pada kedua penghasil terendah sebelum hasil hutan bukan kayu lainnya berupa benang sutera yaitu sekitar 2 695 ton dan cenderung menurun dibandingkan 9 tahun sebelumnya sekitar 6 163 ton (Dephut 2001). Kopal menjadi salah satu hasil hutan bukan kayu yang cukup diminati dipasaran pada skala industri. Hal ini tentu saja terkait fungsi kopal yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam industri, namun menurunnya produksi kopal yang dihasilkan menjadi masalah tersendiri dalam memenuhi permintaan tersebut. Penurunan produksi kopal itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya terkait mengenai keberadaan pohon agathis sebagai penghasil kopal. Pohon Agathis memiliki penyebaran yang berbeda. Diketahui bahwa agathis memiliki berbagai macam jenis yang sering dijumpai, diantaranya Agathis loranthifolia, Agathis borneensis, Agathis celebica dan Agathis labillardieri yang khususnya berada di Indonesia terutama di wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Produksi kopal yang dihasilkan sebagian besar berasal dari Pulau Jawa dan Indonesia bagian Timur, sedangkan untuk jenis lain yang terdapat di wilayah berbeda seperti Kalimantan masih belum diketahui tingkat produksi yang dihasilkan. Malinau sebagai salah satu kabupaten di Kalimantan Utara memiliki potensi agathis yang dapat dimanfaatkan, terutama dalam hal hasil hutan bukan kayu yaitu kopal. Jenis agathis yang berada di wilayah Malinau umumnya disebut dengan nama lokal sebagai agathis bambu oleh masyarakat, namun belum adanya kegiatan pemanfaatan kopal di daerah tersebut menjadi penyebab tersendiri tidak dimanfaatkannya kopal sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu. Selain itu jenis agathis yang berada di Malinau juga belum diketahui nama ilmiah dari spesies tersebut, sehingga diperlukan adanya penelitian untuk dapat memberikan gambaran atau informasi mengenai jenis agathis yang berada di wilayah tersebut dan tingkat produktivitas kopal yang dapat dihasilkan serta pada tahap lebih lanjut dapat dikembangkan secara intensif mengenai pemanfaatan kopal pada skala usaha tertentu bila memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan.
Perumusan Masalah Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu di wilayah Malinau terutama dalam hal kopal belum pernah dilakukan. Hal ini terkait minimnya informasi mengenai manfaat ataupun penggunaan kopal itu sendiri. Data mengenai
2 produktivitas kopal yang dapat dihasilkan menjadi sangat penting guna mengetahui potensi yang akan didapatkan, sehingga dalam skala tertentu jika dapat dimanfaatkan secara intensif dapat memenuhi kebutuhan permintaan pasar. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukannya penelitian agar dapat mengetahui tingkat produktivitas kopal yang dapat dihasilkan di wilayah tersebut. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menentukan jenis pohon agathis di areal PT. Inhutani II, Unit Malinau, Kalimantan Utara. 2. Menentukan potensi pohon agathis yang memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan. 3. Mengukur produktivitas penyadapan kopal
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi, khususnya kepada pihak PT. Inhutani II mengenai produktivitas penyadapan kopal sebagai salah satu potensi hasil hutan bukan kayu yang dapat dimanfaatkan.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2013. Lokasi penelitian yaitu di desa kawasan hutan PT. Inhutani II, Desa Long Lore, Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa pohon agathis berjumlah 30 pohon dengan diameter berukuran ≥ 30cm, serta stimulan jenis ETRAT 1240 sebanyak 1.5 liter. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa golok, kudikoni, paku, palu, talang penampung kopal, plastik berukuran 0.5 kg, sendok pengambil getah, sprayer, timbangan, pita ukur, oven, label, kamera digital, trashbag, laptop dan alat tulis.
3 Metode Pengumpulan Data Penentuan Jenis Agathis Penetuan jenis agathis dilakukan dengan cara pembuatan herbarium berupa herbarium basah dengan mengambil beberapa bagian tumbuhan, berupa daun dan buah untuk diawetkan yang selanjutnya dikeringkan untuk dapat diidentifikasi di Pusat Penelitian Biologi, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Bogor. Pengambilan gambar atau foto berupa bentuk pohon, batang pohon juga dilakukan untuk mendukung kegiatan identifikasi. Pendugaan Potensi Pohon Agathis sp. Potensi pohon agathis diduga melalui pengambilan data sekunder yang berasal dari laporan kegiatan perusahaan yaitu, Laporan Hasil Cruising mengenai potensi (jumlah dan lokasi pohon agathis). Pengukuran Produktivitas Penyadapan Kopal Penentuan produktivitas kopal dilakukan dengan cara penyadapan terhadap pohon agathis, dimana periode pemanenan hasil penyadapan dilakukan setiap 5 hari dengan menggunakan metode quarre. Adapun langkah-langkah penyadapan yang dilakukan dengan metode quarre sebagai berikut : a. Pembersihan kulit bagian batang yang akan disadap setebal 3 mm, lebar 20 cm, tinggi 70 cm dan ketinggian dari permukaan tanah 50 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan golok. b. Pembuatan mal sadap untuk membuat rencana sadapan, dengan cara meletakan mal sadap tersebut pada bagian kulit yang telah dibersihkan dan diberi batas. Mal sadap ini dibuat pada ukuran (10 x 60) cm c. Pembuatan bidang atau luka sadapan pertama pada bagian tengah pohon yang telah dibersihkan pada ketinggian 50 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan kudikoni. Ukuran bidang sadap (10 x 10) cm. d. Pemberian stimulan ETRAT 1240 dengan cara menyemprotkan dibagian luka sadapan pertama pada 15 pohon agathis. Sedangkan 15 pohon agathis berikutnya tidak diberikan stimulan atau sebagai control. Penyemprotan dilakukan sebanyak 1 cc/koakan e. Melakukan pemanenan getah tiap 5 hari sekali desertai pembaharuan luka sadap. Pembaharuan dilakukan kearah atas dengan lebar 10 cm dan tinggi 2 cm dari luka sadapan pertama. f. Menimbang hasil panen getah g. Mencatat hasil timbangan Pengumpulan Data Sekuder Data sekunder lain yang digunakan dalam penelitian ini berupa kondisi umum lokasi penelitian, letak dan luas areal, topografi, iklim, tanah, vegetasi dan penduduk. Data ini diperoleh melalui informasi yang berasal dari dokumendokumen perusahaan seperti Rencana Kerja Tahunan (RKT), IHMB (Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala) dan laporan perusahaan lainnya.
4 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (completely randomize design) dimana respon diperoleh dari 2 perlakuan, yang terdiri dari : Perlakuan 1 (τ1) = perlakuan tanpa menggunakan stimulan Perlakuan 2 (τ2) = perlakuan dengan menggunakan stimulan jenis ETRAT 1240 Jumlah pohon contoh untuk setiap perlakuan sebanyak 15 pohon, sehingga total pohon contoh yang digunakan sebanyak 30 pohon. Persyaratan pohon contoh yang dipilih yaitu memiliki diameter ≥ 30 cm serta kondisi pohon sehat. Model umum percobaan rancangan acak lengkap yang digunakan adalah sebagai berikut : Yijk = µ + αi + βj + εilk Keterangan : Yijk = respon karena pengaruh pemberian perlakuan ke-i pada pohon ke-j yang terdapat pada ulangan ke-k µ = nilai rataan umum αi = pengaruh pemberian perlakuan dan penyadapan kopal ke-i βj = pengaruh pohon ke-j εijk = pengaruh banyaknya ulangan yang dilakukan i = perlakuan 1 : tanpa stimulan 2 : menggunakan stimulan
Tabel 1 Bagan rancangan percobaan No pohon 1 2 3 ..... 15 Rata-rata
Tanpa stimulan Y11k Y12k Y13k ..... Y115k Y1
Perlakuan Dengan stimulan Y21k Y22k Y23k ..... Y215k Y2
Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh faktor pemberian stimulan terhadap peningkatan produktivitas kopal, maka digunakan analisis ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) \
5 Tabel 2 Analisis of variance (ANOVA) Sumber Derajat bebas keragaman Perlakuan t-1 Sisa n-t Total n-1
Jumlah kuadrat JKP JKS JKT
Kuadrat tengah KTP KTS
F-hitung KTP/KTS
Keterangan : t = jumlah perlakuan n = jumlah pohon contoh Hipotesis: Pengujian terhadap pengaruh perlakuan H0 : τ1 = τ2 = …….τi = 0 H1 : sekurangnya ada satu τi ≠ 0 Terima H0 : perbedaan perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 99% (α=0,01). Terima H1 : sekurangnya ada perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 99% (α=0,01). Hasil uji F-hitung yang diperoleh dari ANOVA dibandingkan dengan F-tabel pada selang kepercayaan 99% (α = 0,01) dengan kaidah: 1. Jika F-hitung < F-tabel maka H0 diterima, H1 ditolak sehingga perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas kopal pada selang kepercayaan 99% (α = 0,01). 2. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima sehingga perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas kopal pada selang kepercayaan 99% (α = 0,01).
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lokasi Penelitian Kegiatan penyadapan kopal dalam penelitian ini dilakukan di hutan Desa Long Lore Kecamatan Malinau Selatan, Kalimantan Utara yang berada dalam kawasan desa binaan PT. Inhutani II Unit Malinau. Sulitnya akses menuju areal kerja PT. Inhutani II serta sedikitnya jumlah agathis dan letak pohon yang berjauhan satu sama lain menyebabkan pengambilan contoh tidak dilakukan secara langsung di areal kerja PT. Inhutani II, namun kegiatan penyadapan kopal di hutan desa ini diduga memiliki jenis yang sama sebab terdapat pada kondisi areal dan tempat tumbuh yang sama sehingga pengambilan contoh cukup mewakili dari jenis agathis yang ada di areal kerja PT. Inhutani II.
6 Sekitar tahun 2007 kawasan desa Long Lore ini sudah tidak masuk kedalam areal kerja PT. Inhutani II begitu pula dengan hutan desa yang ada, hal ini disebabkan penurunan luas kawasan PT. Inhutani II yang tadinya seluas 90 000 ha menjadi 29 040 ha akibat adanya perusahaan tambang batubara yang masuk menempati sebagian wiayah kerja PT. Inhutani II. Namun desa Long Lore tersebut masih tergolong dalam kawasan desa binaan PT. Inhutani II, hal ini dapat dilihat dari adanya aktivitas kerjasama yang dilakukan kedua belah pihak dalam hal membentuk usaha koperasi berbasis pertanian & kehutanan. Hutan desa Long Lore memiliki luas sekitar 1 200 ha dengan kondisi topografi datar berbukit dan tingkat kelerengan 10 - 70%. Hutan ini merupakan hutan alam yang didominasi oleh jenis meranti, keruing dan nyatoh. Keadaan pohon yang ada pada hutan desa ini memiliki kondisi sehat, akan tetapi ada beberapa pohon yang rusak akibat serangan hama maupun gangguan lainnya.
Gambar 1 Kondisi hutan desa lokasi penyadapan getah agathis Penentuan Jenis Agathis Agathis sp. merupakan tanaman yang berasal dari suku araucariaceae. Umumnya jenis agathis mempunyai ciri-ciri tajuk berbentuk kerucut dan berwarna hijau dengan percabangan mendatar melingkari batang, kulit luar berwarna kelabu sampai coklat tua, mengelupas kecil-kecil berbentuk bundar, pohon tidak berbanir, mengeluarkan damar yang lazim disebut kopal (Martawijaya et al. 2005). Jenis agathis yang berada di wilayah PT. Inhutani II unit Malinau cenderung berbeda, dimana agathis yang berada di wilayah tersebut umumya tumbuh pada areal yang berbukit dengan kondisi tanah yang kering berbatu. Bentuk daun yang dimiliki agathis jenis ini berukuran lebih kecil dibandingkan jenis lainnya. Dalam hal lain, ukuran diameter dan tinggi pohon agathis yang ada cenderung besar dan sangat tinggi. yaitu diameter tertinggi yang ditemukan dalam penelitian ini sebesar 119.43 cm, hal ini juga dikarenakan kondisi hutan yang ada dalam lokasi penelitian merupakan hutan alam yang dalam kawasan tertentu masih didapatkan jenis yang tumbuh alami dan belum pernah dilakukan permudaan.
7
Gambar 2 Kondisi batang dan daun Agathis borneensis di lokasi penelitian. Kondisi batang dan kulit yang ditemukan umumnya berbeda pula dengan kondisi yang pernah dijumpai di daerah Pulau Jawa khususnya Hutan Pendidikan Gunung Walat IPB, batang yang ada cenderung memiliki sisik yang tebal dan berwarna kelabu sampai cokelat tua serta kulit luar megelupas dan mengeluarkan banyak getah dari ujung tajuk pohon. Agathis jenis ini juga tidak memiliki banir dan bentuk batang silindris. Nama ilmiah jenis agathis tersebut didapatkan setelah dilakukannya pembuatan herbarium dengan membawa sample daun dan buah yang didapatkan disekitar tumbuh pohon agathis. Jumlah spesimen yang dibawa sebanyak 4 spesimen, jumlah ini didasarkan dengan pertimbangan 2 buah sebagai spesimen cadangan dan 2 buah spesimen lainnya untuk dilakukan identifikasi yang dilakukan di pusat Hebarium Bogoriense, LIPI Bogor. Herbarium awal dibuat dengan cara herbarium basah, yaitu dengan menggunakan alkohol 70% yang diberikan kedalam trashbag yang telah terisi spesimen dan dilapisi terlebih dahulu oleh koran. Setelah itu dilakukan pengeringan untuk menjadikan spesimen tersebut sebagai herbarium kering yang dilakukan di Laboratorium Ekologi, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor untuk dapat diidentifikasi lebih lanjut. Berdasarkan surat keterangan hasil identifikasi pada Lampiran 3 dapat diketahui bahwa agathis yang berada di hutan Desa Long Lore, Malinau Kalimantan Utara termasuk kedalam jenis Agathis bornensis warb. Dimana hal ini juga dapat terlihat sebelumnya dengan memperhatikan ciri-ciri yang ada cenderung berbeda dengan agathis yang berada di Hutan Pendikan Gunung Walat. Perbedaan jenis ini juga sebagai bahan pertimbangan mengenai tingkat produksi kopal yang dapat dihasilkan dari pohon tersebut terhadap jenis agathis yang berada di Hutan Pendidikan Gunung Walat dengan cara melakukan perbandingan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pendugaan Potensi Pohon Agathis sp. Data mengenai pendugaan potensi agathis merupakan data sekunder yang didasarkan pada laporan perusahaan berupa Laporan Hasil Cruising pada blok RKT 2012. Pendugaan potensi ini tidak dapat dilakukan secara langsung pada
8 lokasi penelitian hutan Desa Long Lore, hal ini disebabkan terbatasnya jumlah agathis yang ada serta areal pada hutan desa yang memiliki aksesibilitas rendah sehingga menyulitkan untuk melakukan pendugaan potensi secara langsung. Potensi dan penyebaran jenis Agathis sp. yang berada di PT. Inhutani II unit Malinau dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Potensi penyebaran Agathis sp. di PT. Inhutani II Unit Malinau Lokasi Petak 131 (Blok RKT 2012) Petak 132 (Blok RKT 2012) Petak 133 (Blok RKT 2012) Petak 134 (Blok RKT 2012) Petak 135 (Blok RKT 2012) Total
Jumlah (pohon) 3 11 17 22 53 106
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa potensi agathis yang ada di wilayah PT. Inhutani II Unit Malinau sangat terbatas. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jumlah agathis yang ada pada tabel tersebut, yaitu hanya 106 pohon dari total keseluruhan pohon yang ada di Blok RKT 2012 berjumlah 49 092 terdiri dari 10 petak atau hanya sekitar 0.22%. Hal ini dikarenakan jenis meranti, keruing, kapur dan rimba campuran yang mendominasi sebagian areal kerja PT. Inhutani II. Disisi lain jika melihat penyebaran pohon agathis yang terdapat dalam blok kerja PT. Inhutani II Unit Malinau, agathis yang ada dapat dikatakan tidak terlalu luas penyebarannya, dimana jenis agathis hanya ada pada kelima petak tersebut. Selanjutnya pada blok RKT 2013 maupun 2014 yang didasarkan pada hasil kegiatan ITSP, tegakan jenis agathis sangat jarang ditemukan bahkan tidak ada pada blok RKT 2014. Jenis agathis memiliki penyebaran yang luas dan banyak berada pada plot penelitiaan CIFOR (Centre for International Forestry Research) di tahun 2007, namun saat ini plot penelitian tersebut telah berubah menjadi areal tambang karena terjadi pengurangan luas areal kerja PT. Inhutani II Unit Malinau. Jenis agathis juga banyak ditemukan namun berada di luar areal kerja Inhutani atau berada dalam wilayah konsesi perusahaan lain seperti PT. Meranti Sakti Indonesia dan areal pertambangan yang khususnya berada di hulu puncak gunung. Terkait mengenai minimnya potensi agathis yang ada, pemanfaatan kopal sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu akan sulit untuk dilakukan. Selain itu masyarakat desa yang diharapkan sebagai pelaksana dalam pemanfaatan kopal memiliki akses yang rendah untuk menuju areal kerja PT. Inhutani II, dimana Desa terdekat dengan areal kerja PT. Inhutani II adalah Desa Punan Gong Solok, yang memerlukan waktu sekitar 2 jam perjalanan untuk menuju areal kerja PT. Inhutani II. Masyarakat Desa Punan Gong Solok memiliki mata pencaharian berupa berladang, wiraswasta dan sebagian pemuda sebagai pekerja tambang batubara. Dengan kondisi seperti ini yaitu masyarakat desa memiliki lokasi yang sangat jauh dari blok kerja PT. Inhutani II serta sangat terbatasnya potensi agathis yang ada menjadi sebab tersendiri sulitnya untuk mengembangkan kopal sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu yang dapat dimanfaatkan.
9
Produktivitas Penyadapan Kopal Tingkat produktivitas kopal yang dapat dihasilkan pada kawasan PT. Inhutani II Unit Malinau khususnya hutan Desa Long Lore dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Produktivitas penyadapan kopal Panen ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total Rata-Rata
Perlakuan Tanpa stimulan Dengan stimulan (gram/quarre/hari) (gram/quarre/hari) 3.97 7.17 2.77 5.75 4.12 9.40 4.25 9.89 6.85 12.32 6.56 11.69 7.84 12.84 9.17 11.19 9.08 11.80 54.61 92.05 6.07 10.23
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa rata-rata produktivitas kopal yang dihasilkan cenderung lebih tinggi pada perlakuan menggunakan stimulan yaitu sebesar 10.23 gram/quarre/hari dibanding pada perlakuan tanpa stimulan sebesar 6.07 gram/quarre/hari. Nilai perhitungan tersebut didapatkan setelah melakukan pemanenan getah sebanyak 9 kali dengan periode panen setiap 5 hari sekali pada masing-masing pohon dengan jumlah 30 pohon contoh, dimana sebanyak 15 pohon dengan perlakuan tanpa stimulan dan 15 pohon lainnya menggunakan stimulan. Pohon contoh yang dipilih merupakan pohon sehat yang memiliki diameter ≥ 30 cm. Penentuan diameter pohon contoh ≥ 30 cm disesuaikan dengan penelitian Lempang (1997) menyatakan bahwa, kelas ukuran diameter batang memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Semakin besar diameter batang semakin besar kopal yang dihasilkan, namun dalam penelitian ini pembahasan mengenai kelas diameter terhadap produktivitas kopal yang dihasilkan sangat dibatasi sebab dalam tujuan penelitian hanya ingin mengetahui produktivitas dan pengaruh pemberian stimulan terhadap kopal yang dihasilkan. Pada Tabel 4 diketahui bahwa nilai produktivitas kopal tertinggi yang dapat dihasilkan sebesar 12.84 gram/quarre/hari pada periode panen ke-7 sedangkan produktivitas kopal terendah terjadi pada periode panen ke-2 yaitu hanya sebesar 2.77 gram/quarre/hari. Produktivitas kopal tertinggi dan terendah tersebut terlihat pula perbedaannya dalam hal perlakuan yang diberikan, dimana penggunaan stimulan secara tidak langsung mampu mempengaruhi produktivitas kopal yang dihasilkan dari suatu pohon. Fluktuasi produktivitas kopal yang dihasilkan pada saat panen ke-1 sampai panen ke-9 sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.
10
14 12.32
Produktivitas (gram/quarre/hari)
12
10
12.84
11.69
9.89
9.4
11.8
9.17 9.08
8
7.84
7.17 6
11.19
6.85 6.56 5.75
4
4.12 4.25
3.97 2.77
2 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
(Periode panen)
Gambar 3 Produktivitas penyadapan kopal ■ tanpa stimulan ▲ dengan stimulan Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa produktivitas kopal pada panen ke-1 cenderung tinggi dan kemudian menurun pada panen ke-2 baik dengan perlakuan stimulan maupun tidak menggunakan stimulan. Pada saat panen ke-1 getah yang keluar merupakan deposit yang ada pada pohon yang belum pernah dilakukan penyadapan. Sedangkan untuk panen ke-2 terjadi penurunan yang disebabkan oleh kondisi pohon yang belum stabil sehingga akumulasi getah yang keluar pada panen ke-1 belum dapat terisi kembali. Pada panen ke-3 terjadi peningkatan akibat kondisi pohon yang telah stabil dan getah telah terisi kembali. Kondisi lingkungan juga ikut mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan, dimana pada saat panen ke-6 terjadi hujan saat kegiatan panen berlangsung sehingga terjadi penurunan produktivitas. Pada panen ke-8 khususnya dengan perlakuan stimulan, produktivitas yang dihasilkan juga menurun meskipun tidak terlalu jauh dengan panen sebelumnya, penurunan ini lebih disebabkan suhu udara tinggi pada saat melakukan panen sehingga getah yang dihasilkan rendah akibat cepatnya proses pembekuan dan kemudian meningkat kembali pada panen ke-9. Secara umum, produktivitas kopal yang dihasilkan dengan menggunakan stimulan lebih tinggi dibandingkan tanpa stimulan. Hal ini terkait mengenai kandungan zat yang terdapat dalam stimulan itu sendiri, dimana jenis stimulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ETRAT 1240. ETRAT 1240 merupakan produk yang diimplementasikan pada hutan dengan komposisi 100 ppm ethylene dan 150 ppm asam sitrat. Ethylene sangat mempengaruhi banyaknya getah yang keluar pada waktu penyadapan karena etilen akan menunda penyumbatan pembuluh getah dan memperlama aliran getah. Etilen dapat merangsang eksudasi atau pengeluaran getah (Wattimena 1988). Sedangkan Asam sitrat bekerja di luka sadapan untuk membuka saluran getah sehingga getah dapat keluar dengan lancar (Putri 2011). Bahan kimia yang terkandung dalam ETRAT 1240 tidak berbahaya baik bagi kesehatan para penyadap, kondisi pohon yang
11 disadap dan lingkungan sekitar. Tentu saja hal ini yang menjadi pertimbangan tersendiri digunakannya stimulan berupa ETRAT 1240 dalam penelitian ini. Pengaruh pemberian stimulan terhadap produktivitas penyadapan kopal dilakukan juga melalui uji statistik, yaitu dengan menggunakan analisis ragam pada tingkat kepercayaan 99% yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Analisis ragam pengaruh stimulan terhadap produktivitas kopal Sumber keragaman Perlakuan Sisa Total
Derajat bebas 1 28 29
Jumlah kuadrat 3 022.242 5 519.926 8 542.368
Kuadrat tengah 3 022.242 197.140
Fhitung
Ftabel
15.331
7.636
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui nilai F-hitung sebesar 15.331 yang selanjutnya dibandingkan dengan nilai F-tabel pada tingkt kepercayaan 99%. Sesuai dengan hipotesis yang digunakan bahwa perbandingan nilai F-hitung dan F-tabel akan menentukan pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap produktivitas kopal yang dihasilkan, dimana pada kriteria uji jika F-hitung > Ftabel maka terima H1 dan jika F-hitung < F-tabel maka H1 ditolak. Dalam hal ini nilai F-hitung yang didapatkan lebih besar dibandingkan dengan F-tabel yaitu 15.331 > 7.636, sehingga hipotesa H1 diterima, yang berarti bahwa perlakuan stimulan yang diberikan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kopal pada selang kepercayaan 99%. Sementara itu dalam penelitian ini dilakukan pula perbandingan hasil penelitian terhadap penelitian Awalia (2011). Perbandingan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat produktivitas yang dihasilkan dari kedua hasil penelitian dengan menggunakan perlakuan jenis sama yaitu stimulan jenis ETRAT 1240, sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan kegiatan selanjutnya terkait hasil penelitian yang didapatkan. Diketahui bahwa nilai rata-rata produktivitas kopal pada penelitian Awalia (2011) yaitu sebesar 7.22 gram/quarre/hari dengan menggunakan stimulan dan 4.32 gram/quarre/hari tanpa menggunakan stimulan sedangkan pada hasil penelitian didapatkan sebesar 10.23 gram/quarre/hari dengan stimulan dan 6.07 gram/quarre/hari. Perbedaan produktivitas kopal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan tempat tumbuh, ketinggian tempat, cuaca, jumlah perlakuan, diameter dan jenis agathis yang disadap. Perbedaan jenis menjadi faktor utama penyebab perbedaan produktivitas kopal yang dihasilkan. Pada Awalia (2011) jenis agathis yang digunakan merupakan jenis A.loranthifolia sedangkan dalam penelitian ini berupa A.borneensis warb. Dimana telah diketahui bahwa A.borneensis memiliki ciri atau ketebalan kulit yang berbeda dengan A.loranthifolia yang umumnya lebih tipis. Perbedaan kulit ini dinyatakan dalam Soesilotomo (1992) perbedaan ketebalan kulit tersebut menunjukan perbedaan produktivitas penyadapan kopal secara nyata; pada agathis berkulit tipis menghasilkan rata-rata 4.004 gram/pohon sedangkan yang tebal mencapai 35.542 gram/pohon. Ketebalan kulit ini erat hubungannya dengan kelas diameter suatu pohon, biasanya semakin tebal kulit yang ada maka ukuran diameternya pun akan semakin besar. Serta adanya
12 perbedaan perlakuan yang diberikan dalam penetuan produktivitas kopal pada penelitian Awalia (2011), yaitu dalam setiap pohon terdapat 5 buah perlakuan untuk masing-masing diketahui pengaruhnya terhadap produksi kopal yang dihasilkan. Kondisi tempat tumbuh dan faktor cuaca juga menjadi salah satu faktor yang menentukan. A.borneensis tumbuh pada lokasi yang umumnya berbukit dengan kondisi tanah berpasir dan berbatu dan cuaca yang ada cenderung panas, hal ini tentu saja berbeda dengan A.lorantifolia yang tumbuh di daerah dataran tinggi dan tanah yang tidak berbatu.
Gambar 4 Getah kopal yang dihasilkan Sementara itu dalam hal pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, produktivitas kopal yang dihasilkan mengindikasikan bahwa hasil tersebut sangat mungkin untuk dapat dimafaatkan jika dilihat dari segi hasil produktivitas yang didapatkan. Dimana jika di asumsikan seluruh pohon agathis yang ada di PT. Inhutani II Unit Malinau dilakukan penyadapan, maka produksi kopal yang dihasilkan sebesar 214.84 gr/petak/hari dengan menggunakan stimulan dan 127.47 gr/petak/hari tanpa menggunakan stimulan. Hal ini berdasarkan data produktivitas yang didapatkan serta jumlah pohon agathis yang ada dalam areal kerja PT. Inhutani II. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui pula potensi pendapatan yang akan diterima PT. Inhutani II dengan asumsi seluruh getah hasil sadapan dijual, yaitu sebesar Rp. 3 007/hari/petak dengan menggunakan stimulan dan Rp. 1 784.58 /hari/petak tanpa stimulan pada kisaran harga jual kopal per kg Rp. 14 000,Namun untuk memanfaatkan atau mengembangkan kopal sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu pada skala tertentu sangat tidak memungkinkan. Hal ini terkait mengenai potensi pohon agathis yang ada, aksesibilitas, pemasaran dan tenaga kerja. Aksesibilitas dan potensi pohon yang ada menjadi penyebab sulitnya untuk memanfaatkan kopal tersebut. Dalam hal aksesibilitas pohon agathis yang ada memiliki lokasi yang sangat sulit untuk dijangkau. Pada hasil pendugaan potensi pohon agathis, jumlah jenis agathis yang ada sangat terbatas dan hanya berada pada petak tertentu yang di golongkan sebagai hutan produksi terbatas akibat areal yang sulit untuk dijangkau. Penyebaran agathis lainnya sangat tidak menentu dalam kawasan desa penelitian, agathis cenderung berada pada puncak gunung yang memiliki aksesibilitas sulit untuk mencapainya. Namun di lokasi tersebut jumlahnya pun sangat terbatas. Faktor lain seperti pemasaran dan tenaga kerja umumnya juga sulit untuk dilakukan. Pemasaran mengenai kopal di daerah Malinau belum pernah dilakukan,
13 hal ini tentu terkait belum diketahuinya kopal sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu yang dapat dimanfaatkan. Di sisi tenaga kerja, jauhnya lokasi yang ditempuh dan sulitnya akses menuju lokasi tentu saja membuat pekerja kesulitan jika hanya melakukan penyadapan kopal di areal tersebut sebab telah diketahui bahwa jarak desa terdekat yang warganya dapat diharapkan sebagai penyadap kopal memiliki lokasi sangat jauh yaitu memerlukan waktu sekitar 2 sampai 3 jam untuk menuju blok kerja PT. Inhutani Unit Malinau. pemanfaatan kopal sebagai salah satu hasi hutan bukan kayu tentu saja dapat dilakukan dengan cara terlebih dahulu melakukan budidaya jenis agathis tersebut mengingat potensi yang dihasilkan cukup tinggi, namun hal ini memerlukan waktu yang lama.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Jenis agathis yang berada di wilayah PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara adalah Agathis borneensis warb. Hal ini didapatkan setelah dilakukannya pembuatan herbarium dengan cara pengambilan spesimen berupa daun dan buah yang diidentifikasi lebih lanjut di Pusat Penelitian Biologi, LIPI Bogor. Potensi pohon agathis yang berada di PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara sangat terbatas, dimana pohon jenis agathis yang ada hanya didapatkan pada petak-petak tertentu yang umumnya sulit dijangkau. Tingkat produktivitas kopal yang dihasilkan selama 9 periode panen ummnya berfluktuatif. Rata-rata produktivitas kopal yang dihasilkan sebesar 10.23 gram/quarre/hari pada perlakuan menggunakan stimulan dan 6.07 gram/quarre/hari pada perlakuan tanpa stimulan, sehingga dalam hal ini pengaruh pemberian stimulan sangat nyata terhadap produktivitas kopal yang dihasilkan. Saran 1. Rendahnya potensi pohon agathis yang berada di wilayah Malinau membuat pemanfaatan kopal sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu sulit untuk dilakukan. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kualitas getah yang dihasilkan oleh jenis Agathis borneensis sehingga dapat memberikan gambaran atau informasi mengenai hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Awalia RR. 2011. Pengaruh penggunaan stimulansia organik dan zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap produktivitas penyadapan kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2001. Statistik Kehutanan Indonesia 2001. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan.
14 [Kemenhut] Kementrian Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia 2009. Jakarta (ID): Kementrian Kehutanan. Lempang L. 1997. Uji beberapa pola sadap untuk menduga produksi kopal dari pohon Agathis spp. Buletin Penelitian Hasil Hutan 2(1) : 15-52. Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA. 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Perum Perhutani. 2007. Statistik Tahun 2002-2006. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. Putri IOA. 2011. Pengaruh cara pemberian ETRAT 1240 terhadap produktivitas penyadapan kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soesilotomo. 1992. Pemuliaan pohon damar (Agathis loranthifolia salisb) di KPH Probolinggo (ID). Duta Rimba 18(163-164): 43 Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor (ID): IPB Pr.
15 Lampiran 1 Produktivitas kopal tanpa stimulan Berat Kopal (gram/panen)
Pohon Contoh
Diameter (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
55.10
10
3
10
5
19
10
18
30
25
2
63.70
5
5
18
32
38
30
32
30
28
3
64.65
78
40
23
41
65
60
62
62
58
4
65.92
15
15
18
18
30
35
25
40
30
5
100.32
5
9
20
18
38
45
39
45
68
6
114.65
15
5
15
18
22
15
19
10
25
7
57.96
35
15
5
17
35
30
60
58
25
8
101.91
12
15
45
45
55
48
58
50
50
9
108.28
4
18
73
22
80
62
85
88
85
10
63.69
2
4
5
10
11
18
25
50
55
11
109.87
30
15
5
17
15
62
70
78
95
12
73.57
30
18
10
10
55
22
25
45
52
13
43.31
18
13
12
15
25
15
22
42
25
14
68.79
9
22
8
10
11
5
10
15
15
15
108.28
30
28
42
41
55
35
38
45
45
19.87
13.87
20.60
21.27
34.27
32.80
39.20
45.87
45.40
Rata-Rata
16 Lampiran 2 Produktivitas kopal dengan stimulan Berat Kopal (gram/panen)
Pohon Contoh
Diameter (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
117.83
20
17
62
72
65
105
88
68
90
2
119.43
8
21
35
45
53
50
48
40
40
3
140.10
15
11
41
58
62
63
62
48
65
4
94.90
59
33
55
50
62
50
55
25
52
5
101.27
40
10
11
12
60
52
50
52
52
6
101.91
63
90
90
49
62
82
80
90
80
7
35.03
3
9
18
40
42
11
35
45
30
8
113.69
50
13
13
25
62
28
65
58
48
9
60.51
35
25
70
50
65
70
82
68
72
10
89.81
100
60
80
50
68
55
75
58
58
11
100.00
28
35
42
82
63
67
75
65
58
12
100.31
8
10
18
42
15
52
58
40
60
13
78.98
11
25
95
72
82
68
78
72
55
14
69.75
69
52
60
40
48
52
42
42
60
15
93.83
29
20
15
55
75
72
70
68
65
35.87
28.73
47.00
49.47
61.60
58.47
64.20
55.93
59.00
Rata-Rata
17 Lampiran 3 Produksi hasil hutan bukan kayu
18 Lampiran 4 Surat keterangan hasil identifikasi
19 Lampiran 5 Dokumentasi penelitian
Getah Agathis sp.
Hutan desa Long Lore
Buah Agathis sp.
Penyadapan pohon Agathis sp.
Pohon Agathis sp.
Pemberian stimulan pada Agathis sp.
20 Lampiran 6 Alat penelitian
Kudikoni
Gunting seng
Pengambil getah
Sprayer
Oven
Sasak
21
Lampiran 7 Perhitungan 1. Tanpa stimulan Total produksi 9x panen (5 hari) = 298.05 + 208.5 + 309 + 319.5 + 514.05 + 492 + 588 + 688.05 + 681 = 4097.7 gram Produksi tiap panen (5 hari) = 4097.7 gram : 9 = 455.3 gram Produksi tiap pohon = 455.3 gram : 15 = 30.353 gram/pohon = 6.07 gram/pohon/hari Produksi dengan asumsi seluruh pohon agathis disadap = produksi tiap pohon × rata-rata jumlah pohon tiap petak = 6.07 gram/pohon/hari × 21 pohon = 127.47 gram/petak/hari Potensi pendapatan yang dihasilkan (harga kopal Rp. 14 000/kg) = 0.12747 kg/petak/hari × Rp. 14 000/kg = Rp. 1 785/hari/petak
2. Dengan Stimulan Total produksi 9x panen (5 hari) = 538.05 + 430.95 + 705 + 742.05 + 924 + 877.05 + 963 + 838.95 + 885 = 6903.15 gram Produksi tiap panen (5 hari) = 6903.15 gram : 9 = 767.01 gram
22 Produksi tiap pohon = 767.01 gram : 15 = 51.134 gram/pohon = 10.23 gram/pohon/hari Produksi dengan asumsi seluruh pohon agathis disadap = produksi tiap pohon × rata-rata jumlah pohon tiap petak = 10.23 gram/pohon/hari × 21 pohon = 214.84 gram/petak/hari Potensi pendapatan yang dihasilkan (harga kopal Rp.14 000/kg) = 0.21484 kg/petak/hari × 14 000/kg = Rp. 3 007/hari/petak
23
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 10 November 1991 dari ayah Johan Effendi dan ibu Winnianti. Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Bhakti Idhata Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI) dan diterima pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi anggota koperasi mahasiswa IPB pada tahun 2009, anggota Islamic Student Centre 2010, anggota dan pengurus Forest Management Student Club pada tahun 2011-2012 divisi Infokom,. Selain itu penulis juga pernah melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Pangandaran-Gunung Sawal, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB penulis menyelesaikan studi dengan membuat karya ilmiah atau skripsi berjudul Penyadapan Kopal di PT. Inhutani II Unit Malinau, Kalimantan Utara.