PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
P1O-03
IDENTIFIKASI KERUSAKAN DAS LUK ULO DAN UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (STUDI KASUS : KARANGSAMBUNG, KABUPATEN KEBUMEN) Eko Puswanto1*, Puguh Dwi Raharjo1, Kristiawan Widiyanto1 1
UPT BIKK Karangsambung –LIPI, Jl. Karangsambung Km 19. Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia, *Email:
[email protected] Diterima 20 Oktober 2014
Abstrak Karangsambung dengan geodiversity yang unik dan langka menjadi dasar ditetapkannya wilayah ini menjadi Kawasan Cagar Alam Geologi. Namun, tampaknya keanekaragaman non-hayati ini baik berupa bentang alam dan batuan bernilai tinggi belum sepenuhnya disadari oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh tingkat kerusakan DAS Luk Ulo terutama erosi dan peran masyarakat meminimalisir tingkat kerusakan dalam usaha konservasi geodiversity. Hasil penelitian menunjukkan intensitas erosi pada segmen DAS Luk Ulo Karangsambung sangat intensif. Salah satu indikator untuk monitoring tingkat erosi DAS Luk Ulo dapat diamati dari peta NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) hasil transformasi citra satelit Landsat TM untuk mengetahui tutupan kerapatan vegetasi. Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat Karangsambung dan sekitarnya yang telah ditempuh adalah pembentukan Forum Peduli Konservasi Lahan dan Batuan (FPKLB) yang diinisiasi dan difasilitasi oleh UPT BIKK Karangsambung –LIPI. Kata Kunci: Karangsambung, Erosi
Pendahuluan Setiap warga memiliki kenangan tersendiri dengan tempat tinggalnya. Kenangan itu selanjutnya menjadi cerita berantai yang dituturkan kepada anak cucu mereka. Bentang alam indah dan lahan pertanian subur di sekitar sungai pada masa lalu kini telah tergantikan oleh aktivitas penambangan pasir yang memprihatinkan. Hal ini tampak kontras dan jauh berbeda jika dibandingkan dengan kondisi sekarang; dimana lubanglubang bekas penambangan pasir berada dimana-mana, lahan pertanian semakin sempit dan air tanah menjadi barang langka. Hal ini yang kini dirasakan masyarakat Karangsambung yang kehidupannya berinteraksi dan berhubungan secara langsung dengan kawasan DAS (Daerah Aliran Sungai) Luk Ulo. DAS Luk Ulo dalam benak masyarakat Karangsambung beberapa waktu yang lalu memberikan kesan elok, indah dan mampu memenuhi kehidupan warga yang bergantung hidup di sekitarnya. Ketersediaan air tanah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari namun mampu juga untuk mencukupi irigasi lahan-lahan pertanian. Namun kini permasalahan dan tantangan menjadi semakin berat seiring dengan meningkatnya degradasi lingkungan yang ditandai dengan besarnya fluktuasi debit sungai antara musim hujan dan kemarau memicu banjir dan erosi, perubahan tata guna lahan dan vegetasi, menipisnya permukaan tanah, serta ketersediaan air tanah (Raharjo, 2010; Widiyanto dkk., 2013). Masyarakat Karangsambung belum sepenuhnya menyadari bahwa kawasan ini memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah yakni keanekaragaman non hayati yang berupa fenomena alam unik dan langka (geodiversity) bernilai tinggi. Fenomena alam ini dapat berupa bentang alam (landscape) yang menyerupai amfiteater dengan kenampakan 25
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
lembah Karangsambung yang dikelilingi oleh rangkaian perbukitan membentuk setengah lingkaran atau kompleks singkapan batuan mélange Luk Ulo yang tersusun oleh campuran bancuh (chaotic) batuan dasar Pulau Jawa berasal dari kerak samudera, mantel atas, sedimen laut dalam, sedimen lereng benua, serta batuan metamorf yang terbentuk di palung subduksi (Asikin S, 1974; Suparka, M.E., 1986; Harsolumakso A.H., 1996; Prasetyadi C., 2008, Satyana A.H, 2014). Keberadaan geodiversity ini menjadi dasar ditetapkannya wilayah Karangsambung dan sekitarnya menjadi Kawasan Cagar Alam Geologi melalui SK ESDM No 2817 K/40/MEM/2006.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh tingkat kerusakan/degradasi DAS Luk Ulo terutama erosi yang secara tidak langsung dapat mengancam usaha konservasi geodiversity di kawasan CAGK. Salah satu indikator yang dapat dilakukan untuk monitoring tingkat erosi DAS Luk Ulo dengan melihat tingkat tutupan kerapatan vegetasi. Langkah pemberdayaan masyarakat Karangsambung dan sekitarnya dilakukan untuk mendukung upaya konservasi sumber daya alam non hayati.
Lokasi Penelitian Wilayah kajian penelitian ini mencakup DAS Luk Ulo, khususnya Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen. DAS Luk Ulo mempunyai 7 sub-DAS; yaitu sub DAS Luk Ulo, sub DAS Lokidang, sub DAS Loning, sub DAS Mondo, sub DAS Maetan, sub DAS Cacaban dan sub DAS Gebang..
Metodologi Metode penelitian yang digunakan dengan melakukan pengambilan data sekunder dan hasil pengamatan di lapangan. Data sekunder diperoleh dari hasil penelitian pendahulu sebelumnya. Pengolahan data citra dilakukan untuk menghitung indeks vegetasi NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) yang diperoleh dari transformasi citra satelit landsat TM yang memiliki tiga indeks, yaitu indeks kecerahan (brightness), indeks kehijauan (greenness) dan indeks kebasahan (wetness). Penghitungan nilai kerapatan vegetasi mengutamakan indeks kehijauan dengan tingkat pantulan yang lebih rendah. Tutupan kerapan vegetasi sangat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap laju aliran permukaan (Raharjo P.D., 2010). Laju aliran permukaan yang tinggi memperbesar potensi erosi. Sosialisasi akan pentingnya upaya konservasi keanekaragaman non-hayati baik berupa bentang alam dan batuan bernilai tinggi dilakukan kepada berbagai elemen masyarakat, termasuk pelaku tambang. Karangsambung dengan geodiversity yang unik dan langka layak untuk dipertahankan dan dikembangkan.
Hasil Penelitian & Diskusi Identifikasi Kerusakan DAS Luk Ulo Dinamika DAS Luk Ulo dan cabang anak sungainya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap masyarakat yang berinteraksi di sekitarnya. Hasil dari penghitungan indeks vegetasi NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) diperoleh nilai kerapatan vegetasi sebagaimana tampak pada Gambar 2. Persebaran Peta NDVI DAS Luk Ulo menunjukkan warna merah lebih banyak terkonsentrasi pada segmen sub-DAS Gebang, Karangsambung. Hal ini menunjukkan 26
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
bahwa pada segmen ini memiliki tutupan vegetasi yang sangat jarang. Sub-DAS Gebang merupakan salah satu sub-DAS Luk Ulo yang paling kecil berhulu di daerah Pagebangan, Clapar dan Logandu dan memanjang barat-timur memotong struktur antiklin Gunung Paras. Morfologi sub-DAS Luk Ulo pada segmen ini lebih berkelok dan menghasilkan dataran banjir yang lebih luas daripada segmen lainnya. Sub-DAS ini hampir sebagian besar menggerus matrik lempung anggota Formasi Karangsambung yang merupakan olitostrom hasil proses sedimentasi yang dipengaruhi oleh gejala pelengseran gaya berat (Harsolumakso et al., 1996). Matrik lempung ini memiliki karakteristik bersisik (scaly) dan tergerus (sheared) akibat deformasi oleh aktivitas tektonik. Hasil penghitungan nilai sinuosity (rasio panjang alur sungai terhadap jarak sumbu) pada segmen ini menunjukkan nilai konstanta sinuosity 1.87 dan 1.92 (Puswanto dkk., 2013). Menurut Dury (1969) sungai dengan nilai sinuosity > 1.5 mengindikasikan stadia sungai tua dengan karakteristik bermeander. Laju aliran permukaan pada sungai bermeander dan DAS dengan tutupan vegetasi yang sangat jarang lebih berpotensi memicu limpasan dan menorah permukaan lahan. Laju aliran permukaan pada sub-DAS ini cenderung mengerosi intensif ke arah lateral menggerus tebing sungai-yang sekaligus berperan sebagai tanggul alam yang sudah terbentuk sebelumnya, memperluas dataran banjir terutama pada daerah yang relatif datar dan menyisakan bukit-bukit terisolir yang memanjang mulai dari igir Wagir Sambeng hingga igir Watulawang. Kecepatan laju aliran permukaan dapat berkurang dengan keberadaan tutupan vegetasi yang rapat. Tutupan vegetasi merupakan faktor yang penting; air hujan yang jatuh ke permukaan dapat tertahan oleh tajuk-tajuk vegetasi sehingga tenaga kinetik air tidak langsung mengenai permukaan tanah oleh karena itu dapat menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya, dan mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air (Raharjo, 2010). Periode musim penghujan pada Juli 2013, aliran banjir telah menggerus dan mengerosi tebing sungai pada segmen sub-DAS Gebang, Karangsambung, dan merusak Jembatan Gebang sehingga memutus akses warga Desa Wonotirto dan Desa Kebakalan (Gambar 3). Hal ini menyebabkan aksesibilitas dan konektivitas guna mendukung pertumbuhan ekonomi antar wilayah sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No 13 tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun 1985 terhambat. Permasalahan kerusakan DAS Luk Ulo tidak hanya terjadi pada periode musim penghujan, ancaman kelangkaan air tanah semakin parah pada musim kemarau serta keberadaan aktivitas penambang pasir dengan mesin sedot yang tidak terkendali. Aktivitas penambang pasir dengan mesin sedot memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketersediana air tanah, khususnya daerah Pesanggrahan (Widiyanto dkk., 2013). Sungai Luk Ulo yang bertipe influent memberikan pengaruh yang signifikan antara kestabilan air sungai terhadap ketersediana air tanah pada sumur warga Pesanggrahan, Karangsambung, sebagaimana dijunjukkan pada Gambar 4; peta kontur pola aliran airtanah daerah Pesanggrahan. Aktivitas penambang pasir dengan mesin sedot telah merubah morfologi sungai dan menyebabkan kondisi DAS Luk Ulo semakin kritis, baik ekologi maupun kuantitas air tanah. Sungai yang berbentuk alur air permukaan sangat berkaitan dengan ekologi, morfologi dan aktivitas hidroulik yang harus dikelola secara menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan hidup sebagaimana diamanatkan dalam UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Hal inilah yang mendasari perlunya upaya pemberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya ini secara berkelanjutan, dengan cara meningkatkan fungsinya dan mengendalikan dampak negatifnya terhadap lingkungan.
27
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Upaya Pemberdayaan Masyarakat Keanekaragaman non-hayati baik berupa bentang alam dan batuan bernilai tinggi telah memperkaya geodiversity kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung. Namun, keistimewaan kawasan ini belum sepenuhnya disadari oleh masyarakat. Berbagai media cetak dan elektronik telah mengangkat permasalahan ini, salah satunya Televisi Transformasi Indonesia (Trans 7) telah menayangkan hasil liputannya dengan judul Kotak Hitam Pulau Jawa yang Terancam pada tanggal 15 September 2014. Fenomena alam berupa bentang alam yang menyerupai amfiteater dengan kenampakan lembah yang dikelilingi oleh rangkaian perbukitan membentuk setengah lingkaran menyuguhkan keindahan tersendiri. Kompleks singkapan batuan mélange Luk Ulo yang tersusun oleh campuran bancuh (chaotic) batuan dasar Pulau Jawa berasal dari kerak samudera, mantel atas, sedimen laut dalam, sedimen lereng benua, serta batuan metamorf yang terbentuk di palung subduksi merupakan salah satu situs yang perlu dijaga karena bernilai ilmiah tinggi. Hal inilah yang menginisiasi upaya pemberdayaan masyarakat untuk menjaga keanekaragaman non-hayati yang secara tidak langsung berhubungan dengan degradasi DAS Luk Ulo. Perlu kesepakatan pendapat antara elemen masyarakat dan penambang untuk menjaga keanekaragaman non-hayati ini. Upaya pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam, termasuk di dalamnya bahan tambang batuan tetap harus mempertimbakan kelestarian alam. Masyarakat dan aparat yang berwenang harus ikut mengawasi aktivitas penambangan batuan dan pasir yang akhir-akhir telah mengancam dan bahkan berpotensi merusak DAS Luk Ulo. Penambangan pasir di DAS Luk Ulo yang sudah dilakukan bertahun-tahun, dirasakan tidak separah saat ini. Hal inilah yang menginisiasi pembentukan Forum Peduli Konservasi Lahan dan Batuan (FPKLB). FPKLB bersama masyarakat berupaya memperjuangkan agar tidak terjadi perubahan tata guna lahan dengan berbagai cara, khususnya melakukan pendekatan kepada pemilik lahan pertanian. Lahan-lahan pertanian di sekitar dataran banjir cukup produktif untuk tanaman padi, jagung, tembakau, pepaya kalifornia dan tebu. Lahan-lahan pertanian yang memanfaatkan daerah sempadan sungai ini kini mulai terancam oleh ekspansi penambangan pasir. Maryono A., 2009 menekankan pentingnya mengkonservasi daerah sempadan sungai selebar 3 – 90 m dari tepi sungai. Lebar sempadan sungai ini memberikan pengaruh yang sigifikan terhadap konservasi sungai baik ekologi aquatik dan terestrial, morfologi serta hidraulik sungai. Lebar sempadan sungai yang tidak terganggu memberikan ruang untuk meandering dan perlindungan banjir. Daerah sempadan DAS Sungai Luk Ulo Karangsambung secara umum dapat dipisahkan menjadi bantaran banjir (flood plain), bantaran longsor (sliding plain), bantaran ekologi penyangga dan bantaran keamanan, sebagaimana tampak pada Gambar 5. FPKLB bersama masyarakat berusaha menyelamatkan lahan-lahan kritis di sepanjang daerah sempadan Sungai Luk Ulo, terutama pada bantaran banjir dan bantaran longsor. Tanaman tebu dipilih dikembangkan di sepanjang bantaran banjir yang berbatasan langsung dengan alur sungai. Tanaman keras, misalnya pohon akasia ditanam pada bantaran banjir/tebing-tebing sungai dengan kemiringan >45o yang rawan longsor. FPKLB bersama masyarakat mendukung program Pemerintah Daerah Kebumen untuk mengembangkan potensi wisata Kabupaten Kebumen. Pengembangan kawasan agrowisata di daerah Sadang akan disinergikan dengan geodiversity kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung (CAGK). Tanaman kelengkeng Itoh telah dibudidayakan melalui program Sentra Pemberdayaan Tani (SPT) binaan Yayasan Obor Tani sejak tahun 2011 di Embung Seboro. Program ini didukung dengan dibangunnya beberapa embung untuk menampung air hujan yaitu Embung Seboro, Embung Wonosari dan Embung Cangkring (Gambar 7). Pemberdayaan masyarakat di kawasan CAGK diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya alam tanpa merusak 28
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
keanekaragaman hayati dan non-hayati baik berupa bentang alam dan batuan bernilai ilmiah tinggi. Program ini diharapkan meningkatkan kepedulian masyarakat untuk melindungi dan menjaga kelestarian sungai, terutama daerah sempadan sungai. Mampu meningkatkan fungsi dan manfaat sungai serta mengendalikan dampak negatif terhadap lingkungannya.
Kesimpulan 1.
2.
3.
Daerah dengan kerapatan vegetasi yang rendah memiliki potensi yang lebih besar untuk tererosi. Intensitas erosi berhubungan dengan laju aliran permukaan dan potensi kerusakan DAS, sebagaimana ditunjukkan dalam Peta NDVI. Aktivitas penambangan batuan dan pasir terutama dengan mesin sedot telah merubah morfologi sungai dan menyebabkan kondisi DAS Luk Ulo semakin kritis, baik ekologi maupun kuantitas air tanah. Forum Peduli Konservasi Lahan dan Batuan (FPKLB) bersama masyarakat telah berupaya melindungi dan menjaga kelestarian DAS Luk Ulo, yang secara tidak langsung turut andil dalam konservasi geodiversity kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung.
Daftar Pustaka Asikin S. 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya Ditinjau dari Segi Teori Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung, tidak dipublikasikan, 103 hal. Asikin S., Handoyo A., Busono H., danGafoer S, 1992, Geologic Map of Kebumen Quadrangle, Java, scale 1 : 100.000. Geological Research and Development Center, Bandung. Dury, G.H., 1969. Relation of Morphology to Run Off Frequency, in Chorley, R.H., Water Earth and Man, Metheu & Co. Ltd., London Harsolumakso, A. H., 1996, Status Olistostrom di Daerah Luk Ulo, Jawa Tengah; suatu tinjauan stratigrafi, umur dan deformasi, Kumpulan Makalah Seminar Nasional Maryono, A., 2009, Kajian Lebar Sempadan Sungai (Studi Kasus Sungai-Sungai di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) – A Study of Stream Buffer Width – Case Study of Rivers in Daerah Istimewa Yogyakarta Province, Dinamika Teknik Sipil, Volume 9, No 1, h. 56 - 66 Prasetyadi, 2008, ”Formasi Bulukuning” dan ”Komplek Larangan” Usulan Formasi Baru Berdasarkan Penemuan Baru Batuan Eosen di Daerah Karangsambung Utara, Majalah Geologi Indonesia, Volume 23 No 1 dan 2, April dan Agustus, 2008 Raharjo, P.D., 2010. Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Untuk Identifikasi Potensi Kekeringan. Makara, Teknologi, Vol 14, No 2, h. 97 - 105 Suparka, M.E., 1986, Studi Petrologi dan Pola Kimia Komplek Ofiolit Karangsambung Utara, Luh Ulo, Jawa Tengah, Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung, tidak dipublikasikan, 181 hal. Satyana, A.H., 2014, New Consideration on The Cretaceous Subduction Zone of CiletuhLuk Ulo-Bayat-Meratus: Implications for Southeast Sundaland Petroleum Geology, Proceeding IPA, Thirty-Eighth Annual Convention & Exhibition, p.129. Widiyanto, K., Puswanto, E., Raharjo, P.D., Winduhutomo, S., 2013, Dampak Aktivitas Penambangan Pasir di Sungai Luk Ulo Terhadap Air Tanah Dangkal di Pesanggrahan Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi-LIPI, 406, h. 307-336. 29
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Tabel 1. Alur transformasi NDVI Citra Multispektral
Transformasi NDVI
Intepretasi Visual Cek lapangan
Kelas Kerapatan Vegetasi
*
*
*
*
*
*
Satuan Bentuklahan
Gambar 1. Lokasi penelitian DAS Luk Ulo, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen.
30
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Gambar 2. Peta NDVI yang menunjukkan Sub DAS Luk Ulo dengan kerapatan vegetasi yang kurang
Gambar 3. DAS Luk Ulo dengan tutupan vegetasi yang sangat jarang telah menggerus pondasi Jembatan Gebang
31
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Gambar 4. Peta pola airan airtanah dangkal Pesanggrahan Karangsambung (Widiyanto dkk., 2013). Tepi Sungai Muka Air Normal
Bantaran Keamanan Bantaran Ekologi
Bantaran Longsor
Bantaran Bantaran Longsor Banjir
Bantaran Banjir
Bantaran Keamanan Bantaran Ekologi
Gambar 5. Ilustrasi potongan melintang DAS Luk Ulo Karangsambung dengan bantaran banjir dan bantaran longsornya
A
B
Gambar 6. Pengembangan tebu pada bantaran banjir dan bantaran longsor untuk mencegah ekspansi penambangan pasir di DAS Luk Ulo
32
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Gambar 7. Embung Seboro, Embung Wonosari dan Embung Cangkring di kawasan DAS Luk Ulo.
A
B
Gambar 8. Upaya pengembangan kawasan agrowisata di daerah Sadang dengan pembuatan embung. A. Embung Seboro. B. Embung Cangkring.
33