Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9
Identifikasi Kerentanan Lahan dengan Tipologi DAS: Studi kasus DAS Musi Identification of Land Susceptibility using Watershed Typology: A Case study Musi Watershed Irfan Budi Pramono1*) 1 Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS *) Corresponding author:
[email protected] ABSTRACT Vulnerability of land is one indicator of critical watershed. Vulnerability issue is an initial problem that raises other problems such as flooding, reduced land productivity, erosion, and sedimentation. The purpose of this study was to identify the level of vulnerability of land in the watershed Musi quickly, easily, and inexpensively. The method used is the analysis of "typology watershed" as a formula to identify vulnerabilities land based on factors such as the land system and land cover. The level of vulnerability of land divided into five categories: very low, low, medium, high, and very high. Musi watershed is divided into 14 sub-watersheds. Each of these sub-watersheds are identified vulnerability level of the land. The analysis showed that the sub-watersheds that have a high degree of vulnerability of land which includes Musi Hulu, Kelingi, and Kikim, while the sub-basins which have a low level of vulnerability of land includes the sub watershed Deras, Baung, and Semangus. Based on the results of the analysis of the land in the watershed rehabilitation program can be focused to a sub Musi Musi Hulu, River, and Kikim. Kata kunci: Land vulnerability, Musi watershed, Watershed tipology
ABSTRAK Kerentanan lahan merupakan salah satu indikator kerusakan DAS (daerah aliran sungai). Masalah kerentanan di dalam suatu DAS merupakan masalah awal yang menimbulkan masalah lainnya seperti banjir, penurunan produktivitas lahan, erosi, dan sedimentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan lahan di DAS Musi secara cepat, mudah, dan murah. Metode yang digunakan adalah analisis “tipologi DAS” sebagai formula untuk mengidentifikasi kerentanan lahan berdasarkan faktor-faktor seperti sistem lahan dan penutupan lahan. Tingkat kerentanan lahan dibedakan menjadi lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. DAS Musi dibagi menjadi 14 Sub DAS. Masing-masing sub DAS diidentifikasi tingkat kerentanan lahannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa sub DAS yang mempunyai tingkat kerentanan lahan yang tinggi meliputi sub DAS Musi Hulu, Kelingi, dan Kikim, sedangkan sub DAS yang mempunyai tingkat kerentanan lahan yang rendah meliputi sub DAS Deras, Baung, dan Semangus. Berdasarkan hasil analisis maka program rehabilitasi lahan di DAS Musi dapat difokuskan ke sub Musi Hulu, Keling, dan Kikim. Kata kunci: DAS Musi, kerentanan lahan, tipologi DAS 1
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9
PENDAHULUAN Permasalahan lingkungan khususnya lahan kritis akan berdampak pada berbagai macam bencana seperti banjir, kekeringan, dan penurunan produktivitas lahan. Hubungan antara lahan kritis dengan bencana-bencana yang ditimbulkan dapat dilihat dengan satuan analisi Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan (PP 37 tahun 2012). Disadari bahwa DAS merupakan areal produksi berbagai macam tanaman, selain itu DAS juga dipandang sebagai cadangan dan pasokan air yang sangat dibutuhkan untuk irigasi, pertanian, industri, dan konsumsi rumah tangga. Disamping itu DAS merupakan pengendali air hujan terhadap banjir, kekeringan, dan sedimentasi hasil erosi tanah. Kenyataan yang ada, DAS di Indonesia menunjukkan penurunan daya dukungnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya lahan kritis serta banjir yang makin luas dan intensitasnya makin tinggi dan bencana kekeringan yang mudah terjadi. Penurunan fungsi DAS tersebut sebagai akibat pengelolaan sumberdaya alam di dalamnya yang cukup agresif, eksploitatif, dan ekspansif yang melampaui daya dukung dan kemampuannya. Pola pengelolaan yang demikian karena pemahaman pengelola DAS masih lemah tentang sifat rentan, dan kapasitas yang dapat ditenggang dari sumberdaya alam atas intervensi manusia dalam menerapkan suatu sistem pengelolaan. Sifat rentan dan potensi sumberdaya alam merupakan ciri khas atau karakteristik dari sumberdaya alam tersebut. Dengan demikian karakteristik sumberdaya dalam DAS (biofisik dan sosial ekonomi) merupakan tumpuan dasar dari sistem pengelolaan yang harus diterapkan. Kerentanan lahan merupakan salah satu faktor yang harus diidentifikasi dalam penyusunan rencana pengelolaan DAS. Namun dalam melakukan identifikasi kerentanan lahan tersebut dibutuhkan banyak data seperti penutupan lahan, jenis tanah, kelerengan, curah hujan. Untuk mengumpulkan data tersebut membutuhkan dana yang cukup besar, apalagi untuk DAS yang sangat luas seperti DAS Musi yang luasnya mencapai 5,3 juta hektar. Pengembangan identifikasi kerentanan lahan dengan biaya murah dan dengan cara mudah atau sederhana adalah sangat penting untuk perencanaan pemantauan dan strategi intervensi (Lanfredi et al, 2015). Analisis Tipologi DAS memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu cukup dengan data bentuk/sistem lahan dan penutupan lahan dapat diperoleh kerentanan lahan yang terdistrubusi secara spatial. Peta sistem lahan dapat diperoleh dari proyek RePPPorT (Regional Physical Palnning Programme for Transmigration). Peta RePPProT tersebut membagi seluruh wilayah Indonesia dalam sistem lahan yang mempunyai informasi mengenai batuan, iklim, hidrologi, topografi dan tanah (Poniman et al. 2004). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kerentanan lahan di DAS Musi dengan metode Tipologi DAS.
2
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9
BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian. Lokasi kegiatan kajian dilakukan di DAS Musi yang secara administrasi berada pada wilayah Propinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, dan Lampung. Bahan dan Peralatan. Bahan yang diperlukan dalam kajian ini antara lain: 1. Peta-peta (hard copy dan digital) skala sekitar 1: 250.000 antara lain peta Rupabumi Indonesia, tanah, geologi, penutupan/penggunaan lahan, RePPProT, 2. Bahan GIS untuk pencetakan peta dan prosesing data dan Peralatan yang diperlukan meliputi, ialah 1.GPS, meteran, abney level, 2.Unit perangkat GIS. Rancangan Penelitian. Penelitian atau kajian yang dilakukan merupakan aplikasi formulasi Sistem Karakterisasi DAS yang disusun dalam formula Tipologi DAS seperti pada buku Sistem Perencanaan Pengelolaan DAS (Paimin, et al., 2012). Formula yang tersusun perlu dievaluasi keandalannya melalui aplikasi lapangan. Karakterisasi DAS dengan formula “Tipologi DAS” secara skematis seperti pada diagram alir Gambar 1 dan formula rinci disajikan pada Lampiran 1. Formula Tipologi DAS yang menunjukkan kerentanan lahan atau tipologi lahan merupakan interaksi antara bentuk lahan dan penutupan lahan. Daerah Kebanjiran Hujan
Tipologi Banjir
Potensi Banjir
Sistem Lahan
Tipologi DAS
Tipologi Lahan Penutupan Lahan Kepadatan Penduduk
Struktur Ekonomi Pendapatan Pertumbuhan Ekonomi
Tipologi DTA Kerentanan Penduduk
Tipologi Sosial Ekonomi Kerentanan Ekonomi
Tipologi Pengelolaan DAS
Luas DAS Tipologi Wilayah Wilayah DAS Gambar 1. Diagram alir analisis tipologi DAS (Sumber Paimin et al. 2012)
Prosedur Kerja. Berdasarkan formula Sistem Karakterisasi DAS yang dituangkan dalam formula Tipologi DAS (Paimin, et al., 2012) seperti diagram Gambar 1 dan Lampiran 1, data yang diperlukan meliputi bentuk lahan dan penutupan lahan Dengan menggunakan peta RBI dilakukan deliniasi wilayah DAS, bagian DAS (Sub DAS), wilayah provinsi, dan kabupaten, sehingga teridentifikasi hubungan perwilayahan 3
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9
alami DAS dengan wilayah administrasi. Dalam wilayah DAS tersebut diidentifikasi parameter penyusun lainnya. Sistem lahan atau bentuk lahan didekati dari peta RePPProT dengan dikoreksi melalui pengamatan lapangan. Data penutupan lahan diperoleh dari peta RBI yang dikoreksi dengan pengematan lapangan.serta dibantu dengan penginderaan jauh. Analisis Data. Analisis data diarahkan sesuai dengan diagram Tipologi DAS namun khusus hanya sampai tipologi lahan. Penilaian masing-masing faktor baik bentuk lahan dan penutupan lahan seperti pada Lampiran 1. Prosesing data biofisik dibantu dengan perangkat Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System=GIS) dengan sortware Arc.GIS. Kategori tingkat karakter (kerentanan) masing-masing komponen/aspek dinyatakan berdasarkan hasil perhitungan nilai akhir seluruh parameter, dengan menggunakan klasifikasi peringkat sebagai berikut : (1) Sangat Tinggi/Sangat Rentan/Sangat terdegradasi (nilai >4,3), (2) Tinggi/ Rentan/ Terdegradasi (3,5 – 4,3), (3) Sedang/Agak Rentan/Agak terdegradasi (2,6 – 3,4), (4) Rendah/ Sedikit Rentan/Sedikit terdegradasi (1,7 - 2,5), dan (5) Sangat Rendah/Tidak Rentan/Tidak terdegradasi (< 1,7). HASIL Tipologi Kewilayahan Wilayah DAS Musi mencakup luasan sekitar 5.348.641 ha, membentang di wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, dan Lampung. Walaupun DAS Musi masuk dalam empat propinsi namun didominasi oleh Propinsi Sumatera Selatan (95 %), sedangkan Propinsi Bengkulu, Jambi, dan Lampung masing-masing adalah 4 %; 0,6 %; dan 0,4 %. DAS Musi mencakup wilayah 21 Kabupaten dan Kota serta terdiri dari 14 Sub DAS. Perincian luas masing-masing propinsi dan kabupaten serta luas masing-masing sub DAS dapat dilihat pada Tabel 1 sedangkan penyebarannya dapat di lihat pada Gambar 2.
4
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9
Gambar 2. Peta Administrasi DAS Musi Tipologi Lahan/Kerentanan Lahan Tipologi lahan dicirikan oleh sistem lahan dan penutupan lahan yang nilai interaksi kedua faktor tersebut diformulasikan seperti pada Lampiran 1.a. Sistem lahan di DAS Musi didominasi oleh bentuk lahan dataran sedimen yang berombak sampai bergelombang dengan bahan induk shale, batu lanau, dan aluvium. Kelerengan 9-15 % dengan curah hujan 1500 – 4100 mm/th. Selain itu bentuk lahan di daerah hulu berupa pegunungan dengan punggung-punggung gunung tak teratur di atas batuan vulkanik dengan kelerengan 41 – 60 % serta curah hujan tahunan berkisar dari 1700 – 5500 mm. a. Sistem lahan Penyebaran sistem lahan di DAS Musi pada setiap Sub DAS dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 3.
5
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9
Tabel. 2. Luas Sistem Lahan Setiap Sub DAS di DAS Musi Sistem Lahan No
Sub DAS
Rawarawa
Jalur Kelokan
Dataran Dataran aluvial
Lembah aluvial
Terasteras
1
Batang Peledas
3.267
20.396
152
60.641
2
Batangharileko
4.443
39.806
824
354.980
3
Baung
4
Deras
5
Kelingi
6
Kikim
7
Komering
56.978
8
Lakitan
16.116
9
Lematang
51.956
54.319
10
Medak
11.828
11.024
23 11.933
213
51.608
17.805
119.961
Musi Hulu
12
Ogan
60.242
27.115
13
Rawas
51.212
24.015
14
Semangus
263
Perbukit an
Pegun ungan
84.455 408
400.461
68.992
69.014
56.610
36
86.597
4.197
29.538
25.014
172.520
1.498
87.492
210
21.682
151.326
4.380
459.163
7.775
82.467
40.444 127.11 3
298.175
80.557
67.556 139.21 4
55.326
151.33 0
5.931
180.427 9.490
526.679
13.050 6.094
8.709
129.892
319
Jumlah
Kipas Dan Lahar
113.771
21.026
11
Jumlah
915.377
877.281 152.745
4.192
73.140
60.856
85.138
5.250
665.643
388
6.167
304.409
47.286
2.175
20
269.226
424
241
40.334
52.885 153.35 6
345.164 936.848 586.834 271.845 5.348.641
Sistem lahan Dataran terdiri dari Dataran Aeknabontair (ANB), Bukit Tinggi (BGI), Batuapung (BTG), Barong Tomgkok (BTK), Dolokparlajan (DKP), Muara Beliti (MBI), Pakasi (PKS), Sungai Aur (SAR), Sukaraja (SKA), Sungai Madang (SMD), Tebingtinggi (TTG), dan Teweh (TWH). Sistem lahan Dataran Aluvial dipilah menjadi Dataran Aluvial Kahayan (KHY), Solo; (SLK), dan Tanjung (TNJ). Sistem Lahan Jalur Kelokan hanya Sebangau (SBG), demikian juga untuk Lembah Aluvial hanya Bakunan (BKN). Sistem Lahan Kipas dan Lahar terdiri dari Gajo (GJO), Kuranji (KRJ), dan Talamau (TLU). Sistem Lahan Pegunungan berupa Pegunungan Bukit Pandan (BPD), Batu Ajan (BTA), Gunung Gadang (GGD), Pandreh (PDH), Tambera (TBA), Tanggamus (TGM), dan Telawi (TWI). Sistem Lahan Perbukitan terdiri dari Perbukitan Air Hitam Kanan (AHK), Bukit Baringin (BBR), Bukit Masung (BMS), Gunung Samang (GSM), Kalung (KLG), Maput (MPT), Mantalat (MTL), dan Ulubandar (UBD). Sistem Lahan Rawa-Rawa terdiri dari Rawa-Rawa Beliti (BLI), Gambut (GBT), Klaru (KLR), dan Mendawai (MDW), sedangkan sistem lahan Teras-Teras berupa Teras-Teras Sungai Mimpi (SMI) dan Sungai Manau (SMN). Dari Tabel 2 terlihat bahwa sistem lahan yang dominan di DAS Musi adalah dataran yang menempati luas sebesar 62,7 % dari luas DAS. Bentuk lahan pegunungan dan perbukitan menempati porsi masing-masing sebesar 14,2 % dan 6,5 %. Sistem lahan rawa dan jalur kelokan menempati luas 5 % dan 4,3 %.
6
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9
Gambar 3. Peta Sebaran Sistem LahanDAS Musi b. Penutupan lahan Penutupan lahan di DAS Musi terdiri dari hutan di daerah hulu, perkebunan dan pertanian lahan kering di daerah tengah dan semak belukar rawa di daerah hilir. Penutupan lahan sawah terletak di Sub DAS Komering. Luas pentupan lahan di setiap Sub DAS di DAS Musi sebarannya dapat dilihat pada Gambar 4.
Sumber: Balai Pengelolaan DAS Musi (2012) Gambar 4. Peta Penutupan Lahan DAS Musi Dari Gambar 4 terlihat bahwa penutupan lahan di DAS Musi didominasi oleh Pertanian lahan kering sebesar 48 % dari luas DAS. Perkebunan dan semak belukar menempati porsi masing-masing seluas 12 % dan 8 %. Sedangkan hutan kering primer dan hutan kering sekunder hanya menutupi DAS Musi seluas masing-masing 7 % dan 5%. Parsa et al. (2003) menyebutkan bahwa penutupan lahan memberikan pengaruh paling 7
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9
besar (50%) terhadap terjadinya lahan kritis, sedangkan lereng dan runoff curve number masing-masing memberikan pengaruh 40 % dan 10 % Kerentanan lahan Kerentanan lahan di DAS Musi tersebar di beberapa Sub DAS, namun yang tingkat kerentanannya tinggi dan dominan terjadi di Sub Kelingi dan Sub DAS Musi Hulu yang masuk dalam Propinsi Bengkulu serta Sub DAS Lematang dan Sub DAS Komering yang masuk di Propinsi Sumatera Selatan dan Lampung. Penyebaran tingkat kerentanan lahan dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil interaksi system lahan dan penutupan lahan menghasilkan tingkat kerentanan lahan potensial terhadap erosi. Besarnya tingkat kerentanan lahan setiap Sub DAS seperti disajikan pada Tabel 3 dan sebarannya seperti pada Gambar 5. Tabel 3. Luas Daerah Rentan Lahan di Tiap-tiap Sub DAS di DAS Musi No
Sub DAS
Luas Kerentanan Lahan 1
2
Jumlah
3
4
Skor
5
1
Batang Peledas
3806
22801
57313
535
84455
2,65
2
Batangharileko
6648
102034
290779
999
400461
2,71
3
Baung
33609
35136
269
69014
2,52
4
Deras
16641
25925
44025
6
86597
2,32
5
Kelingi
1167
9930
126348
34836
238
172520
3,13
6
Kikim
1844
25628
86732
36882
241
151326
3,05
7
Komering
90386
235579
338551
222142
28719
915377
2,85
8
Lakitan
18335
77355
175967
26518
298175
2,71
9
Lematang
52982
154945
488064
174753
877281
2,92
10
Medak
12796
25686
114119
144
152745
2,67
11
Musi Hulu
2162
13136
170189
152873
6804
345164
3,43
12
Ogan
83554
243441
545910
60908
3035
936848
2,63
13
Rawas
52351
76618
430996
26868
586834
2,74
14
Semangus
1454
113505
146993
9893
271845
2,61
DAS Musi
344126
1160192
3051122
747626
5348641
2,81
6536
45573
Dari Tabel 3 terlihat bahwa hampir semua Sub DAS di DAS Musi mempunyai tingkat kerentanan lahan sedang dengan skor dari 2,61 (Sub DAS Semagus) sampai 3,43 (Sub DAS Musi Hulu). Sedangkan sub DAS Deras dan Baung termasuk kategori agak rentan 8
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9
dengan skor masing-masing 2,32 dan 2,52.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis kerentanan lahan DAS Musi, maka yang paling rentan terhadap lahan adalah sub DAS Musi Hulu dengan skor kerentanan 3,43 diikuti sub DAS Kelingi dengan skor 3,13 dan sub DAS Kikim dengan skor 3,05. Sub DAS lainnya mempunyai skor kerentanan lahan dibawah 3, seperti sub DAS Deras hanya mempunyai skor kerentanan lahan 2,32. Sub DAS Musi Hulu mempunyai skor kerentanan lahan tertinggi karena bentuk lahannya adalah pegunungan (44%) dan perbukitan (10%) dengan vegetasi penutup pertanian lahan kering dan semak sebesar 72% dari luas sub DAS. Walaupun bentuk lahan pegunungan hanya menempati porsi 14 % dan perbukitan hanya menempati porsi 17%, namun Sub DAS Kelingi dan Sub DAS Kikim juga mempunyai skor kerentanan lahan yang agak tinggi. Hal ini disebabkan karena luas penutupan lahan yang berupa pertanian lahan kering dan semak menempati porsi 77 % dan 59 % masingmasing untuk sub DAS Kelingi dan sub DAS Kikim. Sub DAS Deras mempunyai skor kerentanan lahan yang rendah karena adanya penutupan lahan berupa perkebunan seluas 21 % dari luas sub DAS, demikian juga kondisi sub DAS Baung yang mempunyai luas penutupan lahan perkebunan sebesar 48 % dari luas sub DAS mempunyai kerentana lahan yang rendah. Dengan menggunakan dua jenis data yaitu data bentuk lahan dan penutupan lahan sudah dapat diidentifikasi kerentanan lahan dalam suatu DAS. Hasil analisis kerentanan lahan di dalam DAS ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk menentukan sub DAS kritis yang perlu mendapatkan penanganan segera. Data bentuk lahan sudah tersedia di Proyek Rpreport sedangkan data penutupan lahan dapat diperoleh dari down load landsat secara gratis. Dengan demikian identifikasi kerenatanan lahan dalam suatu DAS dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan murah.
9
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9
KESIMPULAN Penarikan kesimpulan didasari hasil yang diperoleh, dengan memerhatikan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Kesimpulan dapat ditulis sebagai satu alinea atau disenaraikan. 1. Kerentanan lahan dengan tingkat rentan sampai sangat rentan terjadi di Sub DAS Musi Hulu, Kelingi, dan Kikim. Kerentanan di ketiga sub DAS tersebut disebabkan karena bentuk lahannya yang berupa pegunungan dan perbukitan serta penutupan lahannya berupa pertanian lahan kering dan semak. 2. Kerentanan lahan yang rendah terjadi di sub DAS Deras, Baung, dan Semagus. Hal ini terjadi karena di ketiga sub DAS tersebut bentuk lahannya didominasi oleh dataran yang bervariasi dari 65 % sampai 99,9 % dengan penutupan lahan perkebunan dan hutan tanaman. 3. Identifikasi kerentanan lahan dengan metode Tipologi ini dapat dilakukan secara mudah dan cepat karena hanya mengoverlaykan dua peta, peta-peta yang dibutuhkan juga tersedia secara gratis di internet. DAFTAR PUSTAKA . Balai Pengelolaan DAS Musi. 2012. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu Musi. Landfredi, M, Coppila R., Simoniello, T., Colluzzi, R., D’Emilio, M., Imbrenda, V., Macchiato, M, 2015. Early Identification of Land Degaradation Hotspots in Complex Bio-Geographic Regions. J. Remote Sensing 7: 8159-8179; doi: 10.3390/rs70608154. Paimin, Pramono I.B, Purwanto, dan Indrawati, D.R. 2012. Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi. Badan Litbang Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Parsa, I.M., Wiradisastra U.S., Pawitan H. 2003. Identifikasi dan pemetaan lahan kritis menggunakan tehnik penginderaan jauh dan system informasi geografi. J. Management Hutan Tropika IX (2): 63-77 Peraturan Pemerintah No. 37. 2012. Tentang Pengelolaan DAS. Poniman, A., Nurwajedi, P. Lumban Tobing. 2004. Developing the National Land Resources Database for Supporting Spatial Land Use Planning. In 3rd FIG Regional Conference, 11. Jakarta Sheng, T.C. 1986. Watershed Management Planning : Practical Aproaches. Hlm. 124-146. Dalam. Strategies, approaches, and systems in integrated watershed management. FAO Conservation Guide 14. FAO,UN. Rome
10
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9
Lampiran 1. Skala kerentanan/sensitivitas lahan terhadap erosi Penutupan Lahan* Bentuk/Sistem Lahan*
Sawah, Rumput, PemuAir Payau, Hutan lindung, Hut Prod/ Tawar, Hutan Perkebunan Semak/ Belukar kiman Gedung (1) Konserv (1) (2) (3) (4)
Tegal, Tanah berbatu (5)
Rawa-rawa, Pantai (1)
1
1
1
1
1
1
Dataran Aluvial, Lembah alluvial (2)
1
1,5
1,5
2
2
2,5
Dataran (3)
1
2
2,5
3
3,5
4
Kipas dan Lahar, Terasteras (4)
1
2,5
3
3,5
4
4,5
Pegunungan & Perbukitan (5)
1
3
3,5
4
4,5
5
11