IDENTIFIKASI HUBUNGAN PERILAKU VANDALISME TERHADAP SETTING PADA KEBUN RAYA CIBODAS, KABUPATEN CIANJUR
ANNISAA ELOK PERMATASARI A44060928
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ABSTRACT ANNISAA ELOK PERMATASARI. Identification of Relationship between Vandalism Behavior and Setting in The Botanical Garden at Cibodas, Cianjur. Under direction of ARIS MUNANDAR. The appropriate design of setting can create the comfort and the harmony between human and its surrounding. However, if there is inexpediency of that setting design, it will give a chance for the candidate of vandalism behavior agent to do vandalism behavior. This study aims to identify relationship between vandalism behavior and location setting, and also to learn about sustainable design system so that behavior can be made out and decreased. This research done toward two settings which contained in KRC, that is collection setting (which is representated by Sakura Garden) and recreation setting (representated by lawn), setting generated the existence of vandalism action done by KRC visitors. Data was also generated by questionnaire to vandalism agents. Field observation done in ten times repetition which is in one repetition there is observation in 30 minutes toward each settings. There are four vandalism actions which observed, that are writing or drawing at facilities, moving the facilities, broking or taking a part of plants, and throwing garbage carelessly. There are only three vandalism actions which observed in Sakura Garden setting, i.e. writing or drawing at facilities, broking or taking a part of plants, and throwing garbage carelessly. While in Lawn setting, all of the vandalism actions can be observed. Recommendation for landscape managements were elaborated through form, function and organization aspects. Keywords : vandalism, behavior, setting, and landscape management.
RINGKASAN ANNISAA ELOK PERMATASARI. Identifikasi Perilaku Vandalisme terhadap Setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR. Kebun Raya adalah suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan, baik untuk tujuan penelitian maupun sebagai tempat wisata (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Di Indonesia terdapat sebanyak 17 lokasi kebun raya yang salah satunya adalah Kebun Raya Cibodas. KRC dengan beragam fungsi yang dimiliki, sudah seharusnya memiliki setting yang dapat mewadahi setiap aktivitas yang dilakukan didalamnya. Perancangan setting yang tepat akan menciptakan kenyamanan dan keselerasan antara manusia dengan lingkungannya, namun apabila dalam perancangan setting lokasi tersebut terdapat ketidaksesuaian maka akan dapat memicu timbulkan aktivitas vandalisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan antara perilaku vandalisme dengan setting lingkungan, mempelajari faktor lingkungan yang mendorong pelaku vandalisme, dan mempelajari sistem pengelolaan yang dilakukan untuk mengurangi dan mengatasi perilaku vandalisme serta kerusakan yang disebabkannya. Penelitian yang dilaksanakan terbagi atas tiga tahapan utama. Tahap pertama adalah tahap pra survei untuk menentukan landasan penelitian. Pada tahap pra survei, penelitian pada kawasan KRC dibagi dalam dua zona yang pembagiannya didasarkan oleh penetapan zona yang telah ditentukan oleh pengelola, dimana zona tersebut adalah setting koleksi (diwakili setting taman sakura) dan setting rekreasi (diwakili setting lawn). Tahap kedua yakni tahap survei lapang untuk mengumpulkan data (data primer dan data sekunder) serta pengecekan di lapang. Data primer diperoleh dari pengecekan lapang melalui pengamatan langsung dan perekaman aktifitas pelaku vandalisme melalui video (30 menit untuk tiap setting), kuesioner, serta wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Dalam penelitian ini terdapat empat aktifitas vandalisme yang diamati, yaitu: menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, membuang sampah tidak pada tempatnya. Terdapat sepuluh obyek dari tindakan vandalisme yang diamati pada kedua setting tersebut, yaitu gazebo, bangku taman, media informasi, jembatan, tempat sampah, besi penyanggah tanaman, dan papan nama tanaman, pohon, semak, dan ground cover. Tahap yang terakhir adalah tahap pasca survei yaitu tahap untuk mengelola dan menganalis data yang telah dikompilasi. Setting lawn memiliki jumlah aksi vandalisme yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan setting taman sakura. Pada setting taman sakura ditemukan sebesar 114 perilaku vandalisme dan pada setting lawn ditemukan sebanyak 150 perilaku vandalisme. Jumlah kombinasi vandalisme yang dilakukan pada setting lawn juga lebih beragam dibandingkan dengan setting taman sakura yang cenderung stabil dengan kombinasi 2 aksi vandalisme. Aksi vandalisme pada setting taman sakura
yang terlihat dalam penelitian ini adalah menulis atau menggambar pada fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Sedangkan aksi vandalisme yang terlihat pada setting lawn adalah menulis atau menggambar pada fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Faktor yang mendorong pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas pada taman sakura adalah karena terdorong oleh adanya fasilitas yang terletak pada lokasi yang sepi dan karena sebelumnya sudah didapati adanya tulisan ataupun gambar pada fasilitas tersebut. Sedangkan faktor yang mendorong pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas pada lawn adalah karena sebelumnya sudah didapati adanya tulisan ataupun gambar pada fasilitas tersebut. Pelaku aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada setting lawn terdorong oleh terdorong oleh struktur dari fasilitas tersebut yang tidak permanen. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari penempatan dan ukuran tanaman yang mudah dijangkau oleh tangan serta karena terdapat beberapa tanaman yang memiliki bagian yang menarik untuk dimiliki. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting lawn, dilakukan atas dasar rasionalitas yang sama dengan rasionalitas pad setting taman sakura. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari minimnya ketersediaan tempat sampah pada setting ini. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari minimnya ketersediaan tempat sampah pada setting ini dan karena sudah terdapat sampah yang dibuang pada lokasi tersebut. Untuk mengatasi permasalahan vandalisme ini hendaknya dilakukan suatu sistem pengelollan kawasan yang memperhatikan function (fungsi), form (bentukan), dan organization (kelembagaan).
Kata kunci : vandalisme, perilaku, setting, dan pengelolaan lanskap
® Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
IDENTIFIKASI HUBUNGAN PERILAKU VANDALISME TERHADAP SETTING DI KEBUN RAYA CIBODAS, KABUPATEN CIANJUR
ANNISAA ELOK PERMATASARI A44060928
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul
: Identifikasi Hubungan Perilaku Vandalisme terhadap Setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur
Nama
: Annisaa Elok Permatasari
NRP
: A44060928
Departemen
: Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Aris Munandar, MS NIP. 19561228 198303 1 003
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal disetujui:
PRAKATA Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Identifikasi Hubungan Perilaku Vandalisme dengan Setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada pihak-pihak yang telah memberikan motivasi, saran, dan nasehat yang membantu penulis kepada: 1. Keluarga besar penulis; 2. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, masukan, dan arahannya selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini; 3. Prof. Dr. Ir. Wahyu Qamara Mugnisjah, M.Agr dan Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan hingga terbentuknya skripsi ini; 4. Peneliti dan staff Kebun Raya Cibodas; 5. Responden penelitian; 6. Dan seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan karya ilmiah selanjutnya. Penulis berharap semoga karya ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 6 Juli 1988. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Ayahanda Tenang Suripto, S.Sos dan Ibunda Ir. Suharsini. Tahun 2006 penulis lulus SMA Negeri 10 Surabaya dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Setahun setelah itu, yaitu tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjalankan studi di IPB, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan di luar akademik, seperti menjadi pengurus Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor divisi Media dan Informasi periode 2006/2007, pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor divisi Sosial dan Lingkungan periode 2007/2008, dan pengurus Himpunan Profesi Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) divisi HIMASKAP Coorporation periode 2008/2009.
Penulis juga pernah mengikuti
kegiatan magang di PERUM PERHUTANI pada tahun 2008. Pada tahun 2010 penulis menjadi asisten mahasiswa mata kuliah Dasar-dasar Arsitektur Lanskap. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan, sarasehan, dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Tujuan .................................................................................................... 2 1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................. 2 1.4 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4 2.1 Vandalisme............................................................................................. 4 2.2 Setting pada Suatu Lanskap ................................................................... 6 2.3 Kebun Raya ............................................................................................ 8 2.3.1 Tugas Pokok ................................................................................... 8 2.3.2 Fungsi ............................................................................................. 8 2.4 Pengelolaan Taman dan Kawasan Wisata.............................................. 9 III. METODOLOGI ....................................................................................... 13 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................ 13 3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 14 3.3 Tahapan Penelitian ................................................................................ 14 3.3.1 Pra Survei ...................................................................................... 14 3.3.2. Survei Lapang ............................................................................... 15 3.3.3. Pasca Survei .................................................................................. 19 3.4 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 21 IV. KONDISI UMUM..................................................................................... 23
4.1. Sejarah Kebun Raya Cibodas ................................................................ 23 4.2. Lokasi Kebun Raya Cibodas ................................................................. 24 4.3. Kedudukan............................................................................................. 24 4.4. Sarana dan Prasarana ............................................................................. 25 4.5. Daya Tarik Kebun Raya Cibodas .......................................................... 26 4.5.1 Koleksi Flora dan Fauna ............................................................... 26 4.5.2. Obyek Wisata ............................................................................... 27 4.6. Pengunjung Kebun Raya Cibodas ......................................................... 27 4.7. Pengelolaan Kebun Raya Cibodas ........................................................ 28 4.7.1 Pemeliharaan ................................................................................. 28 4.7.2 Pengelolaan Sampah ...................................................................... 30 4.7.3 Perlindungan dan Pengawasan Kawasan ....................................... 31 V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 32 5.1. Karakteristik Setting .............................................................................. 32 5.1.1 Taman Sakura ................................................................................ 33 5.1.2 Lawn .............................................................................................. 36 5.2. Karakteristik Pelaku Vandalisme .......................................................... 39 5.3. Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme ......... 41 5.3.1 Hubungan Setting Taman Sakura dengan Obyek Vandalisme ..... 42 5.3.2. Hubungan Setting Lawn dengan Frekuensi Vandalisme ............... 47 5.4. Hubungan Setting Taman dengan Aktivitas Vandalisme ...................... 50 5.4.1 Hubungan Setting Taman Sakura dengan Aktivitas Vandalisme . 53 5.4.2. Hubungan Setting Lawn dengan Aktivitas Vandalisme ................ 59 5.5. Implementasi Pengelolaan ..................................................................... 66 5.5.1 Fungsi ............................................................................................ 66 5.5.2. Bentuk ........................................................................................... 67
5.5.3. Kelembagaan ................................................................................. 68 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 69 6.1. Kesimpulan .......................................................................................... 69 6.2. Saran .................................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 71 LAMPIRAN .............................................................................................. 74
DAFTAR TABEL
1. Jumlah Responden Kuesioner ............................................................. 18 2. Sarana dan Prasarana KRC ................................................................ 25 3. Koleksi Flora KRC .............................................................................. 26 4. Tujuan dan Jumlah Pengunjung KRC ................................................. 28 5. Karakteristik Pelaku Vandalisme ........................................................ 39 6. Tata Urut Obyek Vandalisme pada Setting Taman Sakura ................. 44 7. Tata Urut Obyek Vandalisme pada Setting Lawn ............................... 48 8. Sikap Pelaku Vandalisme pada Setting Taman Sakura ....................... 55 9. Sikap Pelaku Vandalisme pada Setting Lawn ..................................... 61
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................... 3 2. Hubungan Integratif Manusia dengan Setting ..................................... 7 3. Lokasi Penelitian ............................................................................... 13 4. Bentuk Boxplot secara Horisontal ..................................................... 19 5. Setting Penelitian ............................................................................... 32 6. Lokasi Taman Sakura........................................................................ 33 7. Penyebaran pengunjung pada Setting Taman Sakura ....................... 34 8. Peta Taman Sakura............................................................................ 35 9. Lokasi Lawn ...................................................................................... 36 10. Peta Lawn .......................................................................................... 37 11. Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme......................................................................................... 41 12. Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura ..................... 43 13. Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn ................................... 47 14. Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme......................................................................................... 51 15. Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas Vandalisme ......................................................................... 53 16. Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura ................. 54 17. Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn ............................... 60
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Obyek Vandalisme Tiap Ulangan ...................................................... 75 2. Aktivitas Vandalisme Tiap Ulangan .................................................. 76 3. Uraian Deskriptif Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme ............................................................ 77 4. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme ....................... 79 5. Uraian Deskriptif Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura .............................................................................................. 80 6. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura ........................................................ 84 7. Uraian Deskriptif Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn ........ 86 8. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn ..................................................................... 90 9. Uraian Deskriptif dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme ............................................................... 92 10. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme .......................... 94 11. Uraian Deksritif dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas Vandalisme................................. 95 12. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas
Vandalisme........................................................................................ 97 13. Uraian Deksritif dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura.................................................................................... 98 14. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura ..................................................... 100 15. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn .................................................................. 101 16. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn .................................................. 104 17. Kuesioner Menggambar atau Menulis pada Fasilitas di Taman Sakura ............................................................................................ 106 18. Kuesioner Menggambar atau Menulis pada Fasilitas di Lawn ....... 107 19. Kuesioner Memindahkan Fasilitas di Taman Sakura...................... 108 20. Kuesioner Memindahkan Fasilitas di Lawn .................................... 109 21. Kuesioner Mematahkan atau Mengambil Bagian Tanaman di Taman Sakura.................................................................................. 110 22. Kuesioner Mematahkan atau Mengambil Bagian Tanaman di Lawn ............................................................................................ 111 23. Kuesioner Membuang Sampat Tidak pada Tempatnya pada Taman Sakura.................................................................................. 112 24. Kuesioner Membuang Sampat Tidak pada Tempatnya di Lawn………………………………………………………………………..113 25. Gambar Perilaku dan Obyek Vandalisme pada Taman Sakura ...... 114 26. Gambar Perilaku dan Obyek Vandalisme pada Lawn..................... 116
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kebun Raya didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai
jenis tumbuhan dengan dasar ilmiah, yang informasi ilmiah mengenai koleksinya terdokumentasi dengan baik (LIPI, 2010). Di Indonesia terdapat sebanyak 17 lokasi kebun raya yang salah satunya adalah Kebun Raya Cibodas. Sebagai salah satu dari enam cagar biosfer yang ada di Indonesia, Kebun Raya Cibodas (KRC) tidak hanya mengemban tugas sebagai kawasan konservasi ex-situ yang sangat ideal bagi pertumbuhan tanaman dataran tinggi basah, tetapi juga sebagai tempat penelitian, tempat pendidikan lingkungan, dan tempat wisata. Sebagai kawasan wisata, KRC telah dinobatkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata dan sebagai The Second Tourist Wonder of West Java dari The Seven Tourist Wonder of West Java oleh Kementerian Pariwisata dan Budaya. Hal ini menyebabkan jumlah wisatawan yang berkunjung di KRC tetap memiliki angka kunjungan yang tinggi dari tahun ke tahun. Namun di sisi lain, tingginya jumlah kunjungan wisatawan ini justru menyebabkan terganggunya tugas lain dari KRC. KRC dengan beragam fungsi yang dimiliki, sudah seharusnya memiliki setting yang dapat mewadahi setiap aktivitas yang dilakukan di dalamnya. Menurut Haryadi dan Setiawan (1995), setting adalah lokasi-lokasi pada tapak atau areal tertentu yang telah diplotkan sebelumnya. Perancangan setting yang tepat akan menciptakan kenyamanan dan keselarasan antara manusia dan lingkungannya, tetapi jika dalam perancangan setting lokasi tersebut terdapat ketidaksesuaian, akan dapat memicu timbulkan aktivitas vandalisme. Vandalisme menurut Canter (1984) adalah segala jenis perilaku yang menyebabkan kerusakan atau kehancuran benda pribadi dan publik. Studi ini menjadi penting untuk dilakukan karena minimnya studi mengenai perilaku vandalisme dan juga mengingat bahwa perilaku vandalisme tidak hanya menyebabkan penurunan kualitas estetika tapak, tetapi juga berdampak pada
penurunan kualitas lanskap kawasan ini. Perilaku vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung telah menjadi permasalahan kawasan yang harus ditangani. Kerusakan yang diakibatkan oleh perilaku vandalisme pengunjung juga menyebabkan meningkatnya pengeluaran biaya pemeliharaan yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan suatu sistem pengelolaan yang dapat mengurangi dan mengatasi permasalahan ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Laurens (2004) yang menyatakan bahwa perancangan dan pengelolaan kawasan yang kurang memperhatikan desain perilaku penggunanya dapat menyebabkan meningkatkan biaya pemeliharaan dan kerusakan fasilitas.
1.2
Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.
mengidentifikasi keterkaitan antara perilaku vandalisme dan setting lingkungan pada KRC;
2.
mempelajari faktor lingkungan yang mendorong pelaku vandalisme;
3.
mempelajari sistem pengelolaan yang dilakukan untuk mengurangi dan mengatasi perilaku vandalisme serta kerusakan yang disebabkannya.
1.3
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi
pengelola kawasan dalam menentukan setting lokasi yang sesuai serta sistem pengelola kawasan yang tepat agar dapat mengurangi atau bahkan mengatasi kerusakan yang ditimbulkan akibat dari perilaku vandalisme yang dilakukan pengunjung.
1.4
Kerangka Pikir KRC memiliki tugas sebagai kawasan konservasi ex-situ, kawasan penelitian,
kawasan pendidikan lingkungan, dan sebagai kawasan rekreasi. Sebagai kawasan wisata, KRC memiliki beberapa vantage point yang menjadi daya tarik kawasan ini. Terdapat dua tipe perancangan vantage point yang ada di KRC, yaitu kawasan
koleksi dan kawasan rekreasi. Vandalisme yang terdapat pada vantage point di KRC disebabkan oleh kekurangtepatan setting. Untuk mengurangi atau bahkan mengatasi permasalahan ini diperlukan suatu pengelolaan kawasan yang tepat, yang dapat diperoleh dengan mempertimbangkan faktor yang mendorong para pelaku untuk melakukan aksi vandalisme (Gambar 1).
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Vandalisme Definisi mengenai vandalisme diterapkan untuk segala macam perilaku yang
menyebabkan kerusakan atau penghancuran benda pribadi atau publik (Haryadi dan Setiawan, 1995). Canter (1984) menekankan tidak adanya definisi yang jelas tentang vandalisme secara khusus. Meskipun sebagian besar ahli melihat bahwa vandalisme pada dasarnya adalah perilaku yang membahayakan, para ahli tidak menemukan kesepakantan dalam mendefinisikan vandalisme secara spesifik. Istilah vandalisme tidak hanya mengacu mengacu pada perilaku pelaku, tetapi juga mencakup motivasi dari masing-masing pelaku. Beberapa ahli yang lainnya menyarankan klasifikasi yang berbeda dengan mempertimbangkan jenis vandalisme yang mengacu pada motivasi para pelaku dan tingkat kerusakan yang diperoleh oleh obyek vandalisme. Untuk itulah para ahli sepakat untuk melakukan pendefinisian vandalisme melalui tiga pendekatan, yaitu definisi vandalisme berdasarkan pelaku, nilai, dan kerusakan (Moser, 1987). Definisi vandalisme berdasarkan pelaku merupakan pendekatan yang berorientasi pada bidang psikologi (psikologi klinis). Definisi ini menekankan pada latar belakang pelaku untuk menghancurkan, dengan mengacu pada faktor kejiwaan yang mempengaruhi mereka dalam melakukan vandalisme. Dengan pendekatan ini, dapat diberikan pemahaman bahwa vandalisme merupakan suatu tindakan yang disengaja dengan tujuan untuk merusak atau menghancurkan suatu obyek. Definisi ini menegaskan bahwa suatu tindakan dapat dikatakan vandalisme apabila ada niat dari pelaku vandalisme untuk merusak. Pendekatan kedua untuk mendefinisikan vandalisme adalah dengan mendasarkan pada nilai sosial yang berlaku. Definisi ini melakukan pendekatan yang mengacu pada bidang sosiologi untuk mengetahui penyebab sosial dari vandalisme. Dalam penelitian Moser (1987) serta Bideaud dan Coslin (1984) telah dikemukakan bahwa perbuatan itu dapat memenuhi syarat sebagai vandalisme hanya melalui penilaian pengamat (masyarakat) yang
mengidentifikasi perilaku sebagai pelanggaran dari nilai dan atau norma. Dalam penelitian ini pendefinisian vandalisme mengacu pada pendekatan terakhir yang berorientasi pada bidang psikologi lingkungan.
Pendekatan ini mendefinisikan
vandalisme berdasarkan pada tingkat kerusakan yang terjadi pada sasaran vandalisme akibat pengaruh lingkungan. Levy dan Leboyer (1984) mengemukakan bahwa kerusakan yang dialami dalam suatu lingkungan tidak semuanya dapat dijelaskan dengan menggunakan kedua pendekatan sebelumnya sehingga dikemukannya pendekatan lainnya yang dapat menjelaskan tingkat kerusakan obyek vandalisme dengan memperhitungkan hubungan individu terhadap lingkungan. Definisi vandalisme berdasarkan pengaruh lingkungan mendalami lebih spesifik terhadap identifikasi obyek yang menjadi sasaran vandalisme, mengapa vandalisme dapat terjadi di lingkungan tersebut, dan apa yang mempengaruhi pelaku untuk melakukan vandalisme terhadap obyek tersebut. Pendekatan ini tidak dapat disamaratakan terhadap seluruh lingkungan tempat terjadinya vandalisme karena terkadang faktor lingkungan yang mempengaruhi di suatu tapak tidak mempengaruhi di tapak lainnya dan begitu pula sebaliknya. Pengorganisasian pengelolaan tapak tersebut turut menentukan hubungan antara pengguna dan lingkungan. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya beberapa lingkungan yang dirusak sedang yang lain tetap terjaga. Untuk menjelaskan fenomena keterkaitan kerusakan obyek vandalisme dengan faktor lingkungan ditetapkan tiga hipotesis yang dapat menjawab hal tersebut, yaitu terdapat ketidak sesuaian dalam perancangan setting dengan lingkungannya, lingkungan tidak dapat mengakomodir kebutuhan penggunanya, dan karena adanya akumulasi dari kerusakan (Christensen dan Harries, 1981, diacu dalam Levy dan Leboyer, 1984). 1. Tidak sesuainya perancangan setting dengan lingkungannya. Vandalisme yang terjadi karena didorong oleh ketidaksesuaian setting terhadap
lingkungannya
disebabkan
oleh
perancang
yang
kurang
memperhatikan faktor lingkungan dan penggunanya sehingga ditemukannya kerusakan terhadap fasilitas. Salah satu contoh perancangan setting yang kurang tepat adalah penggunaan material kaca pada fasilitas yang berada di
taman
bermain
anak-anak.
Hal
ini
dapat
menyebabkan
tingginya
kemungkinan kehancuran fasilitas tersebut akibat dari pemilihan material yang rentan untuk taman dengan pengunjung anak-anak. 2. Lingkungan tidak dapat mengakomodir kebutuhan penggunanya Vandalisme yang dilakukan karena lingkungan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dari penggunanya yang menyebabkan kelebihan kapasitas sehingga menimbulkan perilaku yang dilakukan secara sadar atau tidak dapat merusak obyek dan lingkungan sekitarnya. Salah satu contohnya adalah kerusakan yang dialami oleh boks tanaman akibat dari minimnya tempat duduk pada taman publik sehingga pengguna taman menggunakan boks tanaman sebagai tempat duduk. 3. Akumulasi kerusakan Vandalisme mengalami peningkatan pesat pada lingkungan yang tampaknya diabaikan. Lingkungan yang dirusak cenderung memberikan kesan ditinggalkan dan tidak terawat sehingga memberikan kesan diizinkan untuk dirusak (Lavrakas, 1982). Kerusakan tidak hanya dihasilkan oleh perilaku perusakan yang berat yang dapat menyebabkan degradasi kualitas lingkungan secara drastis, tetapi juga dapat dihasilkan oleh akumulasi perilaku-perilaku merusak ringan sehingga kemudian menarik pelaku vandalisme lainnya untuk melakukan perusakan dan pada akhirnya menyebabkan degradasi kualitas lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan perilaku perusakan yang berat.
2.2
Setting pada Suatu Lanskap Menurut Haryadi dan Setiawan (1995), setting adalah suatu lokasi pada tapak
atau areal tertentu yang telah diplotkan sebelumnya. Setting merupakan suatu satuan lingkungan spesifik yang menunjukkan makna lingkungan tersebut untuk suatu kegiatan. Setting sendiri meliputi bangunan dan lingkungan ruang luar yang dirancang serta organisasi yang akan menempati lingkungan binaan tersebut (Laurens, 2004). Gagasan, sasaran, kendala, dan kebiasaan organisasi harus dipertimbangkan seperti juga persyaratan fisik, seperti luas, penerangan, suara,
penataan ruang secara spesifik, dan dekorasi. Dalam perjalanannya, telah banyak penelitian dan pengembangan teori untuk menggambarkan hubungan manusia dengan setting, dan salah satu model tersebut adalah model seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3 (Gifford, 1987, diacu dalam Laurens, 2004).
Gambar 2. Hubungan Integratif Manusia dengan Setting
Karakteristik individu (M), kualitas setting (S), dan norma sosial budaya (SB) secara bersama-sama mempengaruhi rencana seseorang ketika memasuki setting dan juga apa yang akan terjadi di dalamnya. Dalam setting, seseorang berperilaku (misalnya menghayati atau berinteraksi), berpikir (misalnya mengenali, menghitung, atau mengumpulkan informasi), dan merasa (misalnya bahagia, gembira, atau sedih), dalam keadaan sehat atau sakit secara fisik. Hasil dari transaksi dalam setting dapat berlangsung ataupun tidak langsung terlihat. Seseorang dapat menjadi lebih baik (misalnya lebih gembira atau lebih terampil) atau dapat pula menjadi lebih buruk (misalnya menjadi sedih atau menjadi sakit). Perancangan setting yang kurang mewadahi aktivitas penggunanya seringkali menyebabkan kerusakan terhadap fasilitas, meningkatnya biaya pemeliharaan, atau bahkan mubazirnya fasilitas tersebut
karena tidak digunakan seperti yang diprediksikan oleh perancang dalam hasil rancangannya (Laurens, 2004).
2.3
Kebun Raya Kebun raya adalah suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan,
baik untuk tujuan penelitian maupun sebagai tempat wisata (Depdikbud 2008). Menurut LIPI (2010), Kebun raya didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan dengan dasar ilmiah, yang informasi ilmiah mengenai koleksinya terdokumentasi dengan baik. Kebun raya juga didefinisikan sebagai lembaga independen, badan pemerintah, atau suatu badan yang berkerja sama dengan institusi pendidikan atau universitas. Tujuan utamanya bukan hanya sebagai area wisata ataupun sebagai tempat untuk menanam spesimen koleksi tumbuhan, yang terpenting adalah perannya dalam menyebarkan pengetahuan botani dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap arti penting tumbuhan bagi kehidupan (Bailey et al., 1978).
Dalam Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (2002), kebun raya memiliki tugas pokok dan fungsinya sebagai berikut. 2.3.1.
Tugas Pokok Kebun raya mempunyai tugas pokok melakukan inventarisasi,
eksplorasi, koleksi, penanaman, dan pemeliharaan tumbuhan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk kebun botani serta melakukan pendataan, pendokumentasian, pengembangan, pelayanan jasa dan informasi, pemasyarakatan ilmu pengetahuan di bidang konservasi, introduksi dan reintroduksi tumbuhan. Adapun tugas-tugas kebun raya adalah sebagai kawasan konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, serta pariwisata dan pelayanan umum 2.3.2
Fungsi Dalam
melaksanakan
tugas
tersebut
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
di
atas,
kebun
raya
1. pelayanan, inventarisasi, eksplorasi, konservasi, dan reintroduksi jenis tumbuhan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi, pengembangan dan pendokumentasian biodata jenis tumbuhan koleksi yang berkaitan dengan konservasi ex-situ; 2. pemberian pelayanan jasa ilmiah, pemasyarakatan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi tumbuhan dan introduksi tumbuhan; 3. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Seperti yang telah dijabarkan di atas, kebun raya memiliki beragam tugas dan fungsi yang salah satunya adalah sebagai tempat konservasi ex-situ yang memiliki beragam tanaman koleksi di dalamnya. Tanaman koleksi yang akan ditanam di kebun raya mempunyai kriteria tertentu dengan melalui tahapan-tahapan pemilihan serta memiliki kelengkapan data sehingga mempunyai nilai di bidang ilmu pengetahuan. Selain sebagai kebun pengembangan tanaman berpotensi ekonomi, kebun raya juga berkembang menjadi sebuah lembaga ilmiah yang berperan penting dalam konservasi tumbuhan. Tanaman-tanaman koleksi ini ditanam dengan memperhatikan penataan berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmu pertamanan sehingga memberikan keindahan. Keindahan dan muatan ilmiah yang dimiliki oleh kebun raya menarik minat masyarakat luas untuk mengunjunginya dan menjadikannya sebagai tempat rekreasi dan tempat untuk mempelajari botani.
2.4
Pengelolaan Taman dan Kawasan Wisata Pengelolaan taman dan kawasan wisata dapat didefinisikan sebagai suatu
usaha untuk menjaga taman dan area rekreasi serta fasilitas yang berada di dalamnya atau di sekitarnya setepat mungkin (Sternloff dan Warren, 1984). Pengertian pengelolaan kawasan menurut Mackinnon (1990) dalam Murtiartini (1999) adalah suatu tindakan baik fisik maupun administrasi yang dilakukan guna mempertahankan, mengamankan, dan melestarikan lanskap suatu kawasan. Dalam Murtiartini (1999) sistem pengelolaan kawasan perlu dilakukan untuk mendukung keberadaan kawasan wisata agar dapat.
1. menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, nyaman, dan menyajikan kemudahan bagi para wisatawan. 2. menciptakan dan melindungi nilai estetika dari lanskap kawasan. 3. memelihara kelangsungan hidup tradisi dan seni budaya yang berada didalamnya maupun disekitarnya. 4. menciptakan suatu kondisi yang menghindari/melestarikan pengaruh negatif dari kegiatan wisata. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada obyek wisata alam dalam jumlah besar dan kontinyu akan mengganggu atau merusak ekosistem dan nilai estetika kawasan sehingga diperlukan suatu sistem pengelolaan yang dapat menangani hal ini (Mariana, 1992). Penetapan sistem pengelolaan taman dan kawasan wisata tidak dapat persis dilaksanakan sama pada setiap taman dan kawasan wisata yang lainnya. Pada setiap taman dan kawasan wisata terdapat suatu sistem pengelolaan yang tepat dan spesifik untuk dilaksanakan di kawasan tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan letak geografi, fasilitas yang akan dikelola, program wisata yang ditawarkan, dan karakteristik wisatawan yang berkuunjung (Sternloff dan Warren, 1984). Meskipun terdapat beberapa perbedaan yang mempengaruhi penetapan sistem pengelolaan masing-masing kawasan namun terdapat prinsip dasar yang menjadi landasan utama untuk menetapkan sistem pengelolaan yang efektif. Prinsip pengelolaan dan pemeliharaan kawasan wisata tersebut adalah sebagai berikut. 1. tujuan dan standar pengelolaan yang ditetapkan. 2. pemeliharaan harus memperhatikan pertimbangan ekonomi dalam hal waktu, tenaga kerja, peralatan, dan bahan. 3. pelaksanaan program pemeliharaan harus berdasarkan pada rencana pengelolaan. 4. penjadwalan rencana kerja pengelolaan harus berdasarkan pada prioritas dan memperhatikan kepentingan politik. 5. semua divisi yang terlibat dalam pengelolaan harus menempatkan perhatian lebih terhadap sistem pengelolaan pencegahan. 6. departemen pengelola harus terorganisir dengan baik.
7. departemen pengelola taman dan kawasan wisata harus didukung oleh sumber daya fiskal yang memadai untuk mendukung program pemeliharaan. 8. departemen pengelola taman dan kawasan wisata harus didukung oleh sumber daya manusia untuk melaksanakan program pemeliharaan. 9. program pengelolaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan. 10. departemen
pengelolaan
memiliki
tanggung
jawab
untuk
menjaga
keselamatan publik dan pekerjannya. 11. desain dan kostruksi dari fasilitas menjadi pertimbangan utama dalam pemeliharaan taman dan kawasan wisata. 12. para pegawai bertanggung jawab terhadap pencitraan taman dan kawasan wisata.
Prinsip-prinsip di atas dapat memberikan masukan untuk menetapkan garis besar dari program pengelolaan. Prinsip tersebut juga dapat digunakan sebagai standar ukuran keefektifan dari program pengelolaan yang telah berjalan. Jika salah satu dari prinsip pengelolaan tidak ditepati, akan menyebabkan timbulnya gangguan serius dalam menyediaan pelayanan yang berkualitas oleh pengelolaan taman dan kawasan wisata. Secara umum, program pengelolaan kawasan dapat direncanakan dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi fasilitas dan peralatan kawasan wisata, penyusunan perencanaan pemeliharaan rutin, penyusunan perencanaan peralatan untuk pemeliharaan intensif, dan penyusunan jadwal serta cara pemeliharaan preventif. Dilakukan tiga pendekatan untuk menetapkan masukan bagi pengelolaan yang berdasarkan pada Zahnd (1999), yaitu pendekatan bentuk, fungsi, dan kelembagaan atau organisasi. Pendekatan pertama adalah dalam hal bentuk (form), pendekatan ini mengarahkan pengelolaan untuk memelihara bentukan fisik dari desain kawasan agar tidak berubah dari perancangan awal. Pendekatan kedua adalah dalam hal fungsi (function) yang mengarahkan pengelolaan agar mengacu pada tujuan dari perencanaan kawasan. Pendekatan ini berusaha untuk menjaga dan memelihara agar tujuan dan fungsi dari kawasan ini tidak berubah. Pendekatan yang
terakhir adalah dalam hal kelembagaan (organization) dengan tujuan untuk mengarahkan pengelolaan agar pengelola kawasan dapat terorganisir dengan baik sehingga program pengelolaan ini dapat berjalan.
BAB III METODOLOGI
3.1
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Februari hingga
bulan Agustus 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas (KRC) yang secara administratif terletak di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Gambar 3).
Gambar 3. Lokasi Penelitian
3.2
Alat dan Bahan Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kertas pertanyaan
kuesioner, kamera digital, komputer, dan software pengelolaan data (Microsoft Excel dan SPSS). Bahan yang dibutuhkan untuk keperluan adalah data primer (umur pelaku vandalisme, tingkat pendidikan pelaku vandalisme, pekerjaan pelaku vandalisme, jumlah pelaku vandalisme, aktivitas vandalisme yang dilakukan, obyek yang dikenai vandalimse, peralatan yang digunakan untuk melakukan vandalisme, dan faktor yang mendorong untuk melakukan vandalisme) dan data yang dimiliki oleh pihak pengelola kawasan berupa data sekunder (kondisi umum kawasan dan setting penelitian, sistem pengelolaan kawasan, peta dasar, peta titik tanam, dan peta fasilitas).
3.3
Tahapan Penelitian Penelitian yang dilaksanakan terbagi atas tiga tahapan utama. Tahap pertama
adalah tahap prasurvei untuk menentukan landasan penelitian, dilanjutkan dengan tahap kedua, yakni tahap survei lapang untuk mengumpulkan data dan pengecekan di lapang. Tahap yang terakhir adalah tahap pascasurvei, yaitu tahap untuk mengelola dan menganalis data yang telah dikompilasi.
3.3.1 Prasurvei Tahap prasurvei bertujuan menentukan landasan utama penelitian yang mencakup penetapan tujuan penelitian, penyusunan rencana kerja, penentuan lokasi penelitian, penyusunan anggaran biaya, dan pengumpulan informasi yang diperlukan untuk memulai penelitian. Setelah menentukan landasan utama penelitian, dilakukan penyusunan proposal penelitian, dan pengurusan izin penelitian. Pada tahap prasurvei, penelitian pada kawasan KRC dibagi dalam dua setting yang pembagiannya didasarkan pada penetapan kawasan yang telah ditentukan oleh pengelola, yaitu kawasan koleksi dan kawasan rekreasi. Setting yang akan dipilih mewakili kriteria tersebut harus merupakan areal yang memiliki kemiripan obyek yang diamati dengan intensitas kunjungan tinggi dan berpotensi terhadap vandalisme
yang akan dilakukan oleh pengunjung. Berdasarkan kriteria tersebut, terpilihlah dua vak didalam KRC, yaitu : 1.
Setting Koleksi Setting ini merupakan lokasi yang peruntukan utamanya untuk koleksi
tanaman tertentu. Lokasi yang terpilih untuk mewakili setting ini adalah Taman Sakura. Lokasi setting ini berada pada vak XX.B, yaitu di sebelah selatan Taman Rhododendron, di sebelah timur Jalan Air, dan di sebelah barat laut Air Terjun Ciismun. 2.
Setting Rekreasi Setting ini merupakan lokasi yang peruntukkan utamanya sebagai area
rekreasi yang berada di dalam KRC. Setting yang terpilih untuk mewakili zona ini adalah setting lawn. Setting ini berada pada vak VI.B, yaitu di sebelah barat kolam besar.
3.3.2 Survei Lapang Tahap survei lapang merupakan tahap pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengecekan lapang melalui pengamatan langsung dan perekaman aktivitas pelaku vandalisme melalui video, kuesioner, serta wawancara. Survei lapang dilaksanakan selama 3,5 bulan mulai dari bulan Maret hingga Juni 2010. Pelaksanaannya dilakukan pada akhir pekan dan hari libur. Pemilihan waktu penelitian pada akhir pekan dan hari libur didasarkan karena tingginya intensitas pengunjung pada hari tersebut sehingga dapat diasumsikan bahwa peluang tindakan vandalisme akan lebih besar. Data sekunder yang dikumpulkan mengacu pada data yang dimiliki oleh pihak pengelola kawasan berupa data fisik (peta dasar, peta titik tanam, jenis dan jumlah vegetasi penyusun, serta peta fasilitas dan utilitas) dan data sosial (keadaan umum lokasi, jumlah pengunjung, dan sistem pengelolaan). Data sekunder juga diperoleh melalui studi pustaka untuk mendapatkan data yang dapat menunjang data primer.
1.
Pengamatan Lapang Pengamatan lapang dalam penelitian ini merupakan metode pengamatan
melalui pengambilan video dan turun lapang. Pengambilan video dilakukan dengan cara merekam aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjung melalui kamera digital pada spot tertentu yang dapat mencakup view ke arah obyek penelitian. Perekaman video dilakukan agar aktivitas vandalisme yang dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang cepat dapat terdata. Selain itu dengan melakukan pengamatan langsung akan diperolehnya data jumlah pelaku vandalisme, tindakan vandalisme yang dilakukan, dan obyek yang dikenai perilaku vandalisme meskipun subyek tidak mau berkomunikasi baik karena takut, tidak ada waktu, maupun enggan. Dalam penelitian ini terdapat empat aktivitas vandalisme yang diamati, yaitu: 1. menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, 2. memindahkan fasilitas, 3. mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan 4. membuang sampah tidak pada tempatnya. Terdapat sepuluh obyek dari tindakan vandalisme yang diamati pada kedua setting tersebut. Obyek yang diamati dalam penelitian ini adalah pohon, semak, ground cover, gazebo,
jembatan, media informasi, papan nama tanaman, besi
penyanggah, bangku taman, dan tempat sampah. Pada setting taman sakura tidak terdapat bangku taman yang dapat diamati pada setting ini. Sedangkan pada setting lawn tidak ditemukannya semak, gazebo, dan jembatan yang berada pada setting ini. Prosedur pengamatan lapang dilakukan selama 10 kali ulangan yang diambil pada akhir pekan dan hari libur, tepatnya pada tanggal 20, 21, 27, dan 28 Maret, 2, 3, 4, 17, dan 18 April, dan 1 Mei 2010. Pengamatan lapang dilakukan pada jam dengan tingkat kunjungan teramai, yaitu pada pukul 10.00-14.00 WIB. Pengambilan video dilakukan selama ± 30 menit pada tiap vak yang dibagi dalam tiga spot pengamatan dengan waktu pengambilan video di tiap spotnya dilakukan selama kurang lebih 10 menit. Untuk menunjang data yang diperoleh dalam pengamatan lapang, juga dilakukan pengamatan secara langsung yang dilakukan setelah pengambilan video.
Pengamatan langsung dilakukan selama 10 menit dengan berkeliling di dalam areal dan mengamati perilaku vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung. Pengamatan langsung dilakukan untuk mendata perilaku vandalisme yang dilakukan pada lokasi yang mungkin tidak terekam oleh kamera dan untuk mendata perilaku vandalisme yang dilakukan pada lokasi yang terekam, tetapi kurang begitu jelas terlihat dalam video. 2.
Kuesioner Penyebaran kuesioner dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui
faktor lingkungan yang mendorong para pengunjung dalam melakukan tindakan vandalisme. Pembagian kuesioner juga dilakukan untuk memperoleh data mengenai latar belakang pengunjung (umur, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir) dan faktor lingkungan yang mempengaruhi. Teknik sampling yang digunakan dalam pembagian kuesioner adalah nonprobability sampling, yaitu anggota dalam populasi tidak memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Teknik nonprobability sampling yang dipilih adalah sampling kuota, yaitu dengan menentukan jumlah sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2009). Pembagian kuesioner dilakukan di dua zona yang telah ditetapkan sebagai areal penelitian, yaitu Taman Sakura dan Lawn. Jumlah keseluruhan kuesioner yang dibagikan sebanyak 80 kuesioner yang pada masing-masing zona dibagikan sebanyak 40 kuesioner yang terdiri dari 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang memindahkan fasilitas, 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang mematahkan atau mengambil bagian tanaman, dan 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang membuang sampah tidak pada tempatnya (Tabel 1).
Tabel 1. Jumlah Responden Kuesioner No.
Aktifitas Vandalisme
1
Menulis atau menggambar pada
Taman Sakura (reponden)
Lawn
Jumlah
(responden) (responden)
10
10
fasilitas atau tanaman 2
Memindahkan fasilitas
10
10
3
Mematahkan atau mengambil
10
10
10
10
40
40
bagian dari tanaman 4
Membuang sampah tidak pada tempatnya Jumlah
80
Dalam pembagian kuesioner, terlebih dahulu dilakukan pengamatan lapang untuk mengetahui calon responden yang memenuhi kriteria untuk mengisi kuesioner. Kriteria responden yang dapat mengisi kuesioner adalah orang yang didapati sedang melakukan tindakan vandalisme dalam pengamatan lapang dengan batasan usia 10 tahun ke atas dan dapat menulis serta membaca. Setelah diketahui bahwa subjek tersebut melakukan tindakan vandalisme, kuesioner kemudian diserahkan kepada responden untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada setting taman sakura diambil responden yang berasal dari pelaku vandalisme pada setting lawn yang pernah berkunjung ke setting taman sakura. Pemilihan calon responden yang berbeda untuk aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada taman sakura disebabkan karena tidak ditemukannya pelaku vandalisme yang memindahkan fasilitas pada setting taman sakura selama kegiatan survei ini berlangsung. Untuk aksi vandalisme ini, ingin diketahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku vandalisme ini tidak melakukan aksi vandalisme di taman sakura.
3.3.3 Pascasurvei Dalam penelitian ini, dilakukan metode analisis dengan menggunakan analisis data eksploratif dari submenu statistik deskriptif. Analisis data eksploratif dilakukan untuk menganalisis data yang berasal dari pengamatan lapang dengan tujuan untuk memeriksa lebih teliti sekelompok data. Proses penyajian data dilakukan dengan pengidentifikasi perilaku dan obyek yang dikenai vandalisme dalam pengamatan langsung dan video ke dalam bentuk data kuantitatif. Data ini kemudian dimasukkan ke dalam Microsoft Excel untuk memperoleh keluaran berupa tabel jumlah dan ragam aktifitas vandalisme serta tabel jumlah dan ragam obyek yang dikenai vandalisme. Data juga diolah ke dalam SPSS untuk memperoleh keluaran berupa boxplot. Boxplot
merupakan
teknik penyajian
data
yang dapat
menyajikan
kesimetrikan penyebaran data dan keanehan data walaupun data aslinya tidak ditampilkan (Santoso, 2003). Boxplot memiliki sifat yang tahan terhadap gangguan beberapa data besar tanpa merusak nilai median, nilai kuartil, dan bentuk kotak dalam boxplot. Sifat ketahanan ini menyebabkan boxplot menarik untuk digunakan dalam analisis data eksplorasi. Tampilan dari beberapa boxplot secara bersamaan dapat mempermudah proses perbandingan beberapa kelompok data sehingga dapat langsung diketahui perbedaan dan persamaannya. Boxplot disajikan dalam lima buah batas, yaitu nilai terkecil (min), Kuartil 1, Kuartil 2 (median), Kuartil 3, dan nilai terbesar (maks) sebagai pada gambar dibawah ini (Gambar 4).
BB
Q1
Q2
Q3
BA
Gambar 4. Bentuk Boxplot secara Horizontal
Keterangan : Q1, Q2, Q3 adalah kuartil 1, 2, dan 3. BB = Batas Bawah (Q3- (Q3-Q1)).
BA = Batas Atas (Q3+ (Q3-Q1)).
Boxplot dapat memberikan informasi tentang lokasi pemusatan data, rentang penyebaran, kemiringan, atau kecondongan pola sebaran, kemenjuluran data atau panjang ekor, dan data pencilan (Emerson dan Strenio, 1983). Penciri numerik yang penting adalah ukuran pemusatan data yang berupa nilai tempat sebagian besar data mengumpul dan ukuran penyebaran data yang menunjukkan besarnya rentangan dari titik pusatnya. Lokasi pemusatan data diwakili oleh nilai median yang dapat dilihat dari nilai garis yang berada dalam kotak, sedangkan rentangan penyebaran dapat dilihat dari panjangnya kotak yang merupakan jarak antarkuartil. Pada umumnya kumpulan data yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap suatu peubah memiliki nilai yang tidak persis sama satu dengan lainnya. Variasi atau keberagaman nilai-nilai pengamatan dapat kita lihat melalui pola sebaran datanya (Aunuddin, 1989). Kemiringan atau kecondongan dari pola sebaran data dapat dilihat dari posisi median di dalam kotak. Apabila median terletak lebih dekat dengan Kuartil 1 (Q1), menunjukkan adanya suatu sebaran dengan kemiringan positif atau memanjang ke arah nilai-nilai yang besar dan kemiringan negatif terjadi bila posisi median lebih dekat dengan Kuartil 3 (Q3). Kemenjuluran data atau panjang ekor diwakili oleh panjang garis yang menjulur keluar dari kotak dan menjadi petunjuk adanya data yang agak jauh dari kumpulannya. Pencilan data merupakan data-data yang berada di luar batas dan dapat menunjukkan adanya nilai yang memencil. Pencilan data dapat dilihat dengan apakah terdapat melihat data yang terletak di batas bawah (BB), sedangkan nilai yang berada di luar batas atas (BA) merupakan nilai ekstrim. Apabila kotak dalam boxplot tersebut tidak terbentuk, terdapat dua kemungkinan, yaitu data tersebut terpusat pada nilai nol atau data tersebut menyebar berupa nilai pencilan. Langkah dilakukan untuk membuat boxplot dengan menggunakan program SPSS, sebagai berikut. 1.
buka lembaran kerja (worksheet) baru pada program SPSS.
2.
masukkan data ke dalam lembar kerja SPSS.
3.
pilih menu Analyze kemudian pilih submenu Descriptive Statistics dan pilih Explore.
4.
isikan variable yang akan dijadikan Dependent List dan Factor List.
5.
pilih Statistics kemudian pilih Descriptives, M-estimator dan Outliners, lalu pilih Continue.
6.
kemudian pilih Plot, pada Box-Plot pilih Factor Levels Together, lalu pilih Continue.
7.
3.4
pada Display, tandai pilihan Both lalu pilih OK.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup yang menjadi pembatasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut. 1.
setting yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas setting taman sakura dan setting lawn.
2.
aktivitas vandalisme yang diamati adalah menggambar atau menulis pada fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya.
3.
obyek vandalisme yang diamati terdiri dari 10 obyek, yaitu pohon, semak, ground cover, gazebo, jembatan, media informasi, papan nama tanaman, besi penyanggah, bangku taman, dan tempat sampah.
4.
responden yang dapat mengisi kuesioner adalah orang yang didapati sedang melakukan tindakan vandalisme dalam pengamatan dengan batasan usia 10 tahun ke atas dan dapat menulis serta membaca.
5.
faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme menggambar atau menulis pada fasilitas adalah setting berada pada lokasi yang sepi dan sudah didapati gambar atau tulisan yang berada pada setting tersebut.
6.
faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme memindahkan fasilitas adalah struktur yang tidak permanen dan material yang rentan.
7.
faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme mematahkan dan mengambil bagian dari tanaman adalah kemudahan untuk dijangkau dan keindahan atau keunikan dari bagian tanaman.
8.
faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalismemembuang sampah sembarangan adalah minimnya tempat sampah dan sampah yang telah dibuang sembarangan sebelumnya.
BAB IV KONDISI UMUM 4.1
Sejarah Kebun Raya Cibodas Pada awalnya Kebun Raya Cibodas dibuka sebagai areal percobaan
penanaman kina (Cinchona calisaya Wedd.) yang pertama di Indonesia, tepatnya pada tanggal 11 April 1852. Penanaman kina tersebut dilakukan oleh Johanes Ellias Teysmann, yang ketika itu menjabat sebagai Hortulanus (Direktur) Kebun Raya Bogor. Pada tanggal 4 Desember 1852, J.K. Hasskarl diperintahkan untuk mengeksplorasi kina yang terdapat di Amerika Selatan dan menjadikan kina tersebut sebagai koleksi untuk ditanam di Pegunungan Tjibodas. Dalam perjalanan tersebut, Hasskarl berhasil membawa 75 jenis tanaman kina yang kemudian diberi kepercayaan untuk mengurus budidaya kina tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Hasskarl diharuskan untuk bekerja terpisah dari organisasi induk lembaganya yaitu Kebun Raya Bogor. Sejak itulah dilakukan serah terima pemisahan Kebun Raya Cibodas dari Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1856, Dr. F. W. Junghuhn ditugaskan untuk mengelola budidaya kina yang ditanam di Pegunungan Tjibodas. Junghuhn berperdapat bahwa Tjibodas kurang sesuai untuk tanaman kina karena Pegunungan Tjibodas mengandung cadas dengan lapisan humus yang tipis sehingga perkebunan kina di dialihkan ke daerah Cinyiruan dan Cibeureum, yang terletak 50 km sebelah selatan Bandung. Pada tahun 1862, Johanes Ellias Teysmann melanjutkan penanaman di Kebun Raya Bogor dengan berbagai tanaman koleksi, baik tanaman asli dari Indonesia maupun tanamantanaman asli luar negeri. Penanaman tanaman introduksi yang berasal dari daerah subtropis menyebabkan Teysmann merasa kesulitan untuk mengatasi tanaman koleksi tersebut. Oleh karena itu, ia memindahkan tanaman koleksi ke Cibodas yang merupakan kawasan yang cocok untuk tanaman dataran tinggi basah dan tanaman dari negara subtropis. Kawasan ini dijadikan sebagai areal aklimatisasi (penyesuaian iklim) untuk jenis-jenis tanaman yang didatangkan dari luar negeri yang tidak dapat tumbuh baik di bogor (khususnya tanaman yang hidup di dataran tinggi
basah/subtropis). Areal aklimatisasi ini kemudian dikembangkan menjadi kebun botani yang diberi nama Bergtuin te Tjibodas atau Kebun Raya Cibodas.
4.2
Lokasi Kebun Raya Cibodas Kebun Raya Cibodas secara administratif terletak di Desa Cimacan,
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Kawasan ini berbatasan dengan beberapa wilayah, disebelah utara dan timur berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangranggo (TNGP), dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Kebun Raya Cibodas berada pada zona sub Montana (1.200 – 1.500 m dpl.) dalam satu kawasan insitu berdampingan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai a Core Zone of Woarld Biosphere Reserve. Posisi ini merupakan posisi yang sangat strategis dalam bidang konservasi tumbuhan, karena berpadunya dua bentuk konservasi ex-situ dan in-situ dalam satu kawasan. Posisi ini hanya satu-satunya yang dimiliki kebun raya di Indonesia. Kebun Raya Cibodas memilki luas area sebesar 125 ha yang terbagi menjadi luas area efektif 80 ha ditambah 13 ha kebun baru dan sisanya 32 ha masih dipertahankan sebagai kawasan hutan (forested area) dengan tujuan membuat kondisi ekosistem yang terpadu, harmonis dan sebagai stok bibit untuk reintroduksi. Suhu udara harian kawasan ini antara 14˚-21˚C dengan rata-rata suhu harian 18˚C. Kawasan ini termasuk dalam daerah basah dengan kelembaban berkisar antara 8090% dan curah hujan rata-rata sebesar 3380 mm per tahun.
4.3
Kedudukan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(1987), Kebun Raya Cibodas berkedudukan di bawah UPT Balai Pengembangan Kebun Raya – LIPI bersama dengan kebun raya lainnya, yaitu Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Pada Tahun 2001, status keempat kebun raya tersebut diubah. Kebun Raya Bogor dinaikkan statusnya menjadi
Pusat Konservasi Tumbuhan yang membawahi ketiga Kebun Raya lainnya, yaitu Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya “Eka Karya” Bali. 4.4
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya sebagai Lembaga Konservasi, Penelitian, Pendidikan dan Wisata yang ada di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas – LIPI adalah sebagai berikut: Tabel 2. Sarana dan Prasarana KRC No.
Uraian
Jumlah
1
Guest house (Sakura dan Medinilla)
2 buah
2
Gedung konservasi
1 buah
3
Gedung pengelola
1 buah
4
Kamar kaca pembibitan
1 buah
5
Kamar kaca sukulen
1 buah
6
Kamar kaca kaktus
2 buah
7
Kamar kaca anggrek
1 buah
8
Pos jaga
1 unit
9
Pos satpam gerbang baru
I buah
10
Pos satpam pintu belakang
2 unit
11
Pos satpam di gedung pengelola
1 unit
12
Gazebo
16 buah
13
Toilet
12 buah
14
Kolam
11 buah
15
Jalan aspal
35.375 m²
16
Jalan Gico
18.000 m²
17
Galeri tanaman hias
1 buah
18
Persemaian tanaman
1 buah
19
Galeri tanaman langka
1 buah
20
Plasa parker
36 m²
21
Tempat sampah
17 buah
22
Area parkir Taman Sakura
1.200 m² (Sumber : LIPI, 2010)
4.5
Daya Tarik Kebun Raya Cibodas Tanaman-tanaman koleksi yang terdapat di KRC ditanaman dengan
memperhatikan penataan yang berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmu pertamanan sehingga memberikan keindahan. Keindahan yang dimiliki oleh kebun raya ini menyebabkan tingginya minat masyarakat luas untuk mengunjunginya dan menjadikannya sebagai tempat rekreasi. Kebun Raya Cibodas memiliki beberapa daya tarik yang ditawarkan kepada para pengunjung Kebun Raya Cibodas yang mencakup kekayaan flora dan keindahan lanskap alami dan buatannya.
4.5.1 Koleksi Flora dan Fauna Koleksi flora yang terdapat di Kebun Raya Cibodas – LIPI mengalami penambahan dan pengurangan selama beberapa periode dan jumlah koleksi terakhir yang tercatat pada akhir tahun 2009 adalah 183 suku (famili) yang terdiri dari 656 marga (genus) atas 1.270 jenis (spesies).
Tabel 3. Koleksi Flora KRC No.
Nama
Jumlah Awal 2009
Penambahan Pengurangan
Jumlah Akhir 2009
1
Suku
180
4
1
183
2
Marga
645
23
12
656
3
Jenis
1237
65
32
1270
4
Sp./No.
613
109
81
641
5
Spesimen
6444
686
385
6745 (Sumber: LIPI, 2010)
Kebun Raya Cibodas – LIPI memiliki 10.792 koleksi tanaman, 700 jenis koleksi biji, 4.852 koleksi herbarius. Koleksi tanaman di Kebun Raya Cibodas – LIPI terbagi dalam dua koleksi yaitu koleksi di kebun dan koleksi di rumah kaca. Koleksi tanaman di rumah kaca terdiri dari anggrek (320 jenis), kaktus (289 jenis), dan sukulen (169 jenis), dan terdapat juga tanaman-tanaman yang tumbuh liar didalam kebun. Koleksi tanaman di kebun berjumlah 1.014 jenis, diantaranya terdapat tanaman khas dan menarik, seperti pohon kina (Cinchona pubescens Vahl) yang merupakan tanaman obat untuk mengobati penyakit malaria, pohon bunya-bunya (Araucaria bidwillii Hook.) yang merupakan tanaman tua dan mempunyai pokok batang yang besar, cemara (Cupressus spp.) memiliki daun yang menarik, bunga raksasa atau bunga bangkai (Amorphophallus titanium Becc.) yang dapat menarik perhatian serangga, saninten (Castanopsis argentea) yang biji pohonnya enak dimakan. Rasamala (Altingia excels) memiliki kayu dengan kualitas baik, anggrek kiaksara (Macodes petola Lindl.) merupakan anggrek dengan garis-garis putih pada tiap daunnya. Rhododendron javanicum (Blume) Benn. adalah bunga orange khas daerah tropika. Kaktus tong emas atau kaktus kursi mertua (Echinocactus grussoni Hildm.) merupakan salah satu koleksi menarik di Rumah Kaca Kaktus.
4.5.2 Obyek Wisata Kebun Raya Cibodas memiliki beberapa obyek wisata yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung di kawasan ini, antara lain: Galeri Tanaman Hias, Taman Sakura, Taman Rhododendron, Jalan Air, Taman Mawar, Air Terjun Cibogo, Kolam Besar, Jalan Araucaria, Koleksi Paku-Pakuan, Tin dan Zaitun, Rumah Kaca, Air Terjun Ciismun, Taman Lumut dan Bunga Bangkai.
4.6
Pengunjung Kebun Raya Cibodas Jumlah pengunjung UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas –
LIPI yang tercatat tiket yang terjual pada tahun 2009 berjumlah 482.011 orang pengunjung yang terdiri atas wisatawan nusantara (domestik) dan wisatawan
mancanegara. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 2008) dengan jumlah kunjungan 435.743 orang dalam satu tahun. Tujuan
pengunjung
yang
datang
ke
Kebun
Raya
cibodas
cukup
beranekaragam, antara lain: rekreasi, karya wisata atau outbound, kuliah lapang, kunjungan tamu negara atau dinas, film dan pemotretan. Jika di lihat dalam Tabel 5, maka akan didapati bahwa jumlah pengunjung dengan tujuan rekreasi memiliki jumlah yang paling besar jika dibandingkan dengan pengunjung tujuan yang lain. Sementara pengunjung dengan tujuan kunjungan terendah ditempati oleh pengunjung dengan tujuan kunjungan untuk kuliah lapang. Tabel 4. Tujuan dan Jumlah Pengunjung KRC No
Tujuan Pengunjung
Jumlah
1
Rekreasi
473.555
2
Karya Wisata atau outbound
5.846
3
Film dan pemotretan
2.036
4
Kunjungan tamu negara atau dinas
524
5
Kuliah lapang
50 Jumlah
482.011 (Sumber : LIPI, 2010)
4.7
Pengelolaan Kebun Raya Cibodas Pengelolaan pada Kebun Raya Cibodas dilakukan untuk menjaga dan
merawat kawasan dengan segala fasilitasnya agar tetap sesuai dengan desain dan fungsinya yang semula. Pengelolaan kawasan dilakukan dengan melaksanakan pemeliharaan fisik, pengelolaan sampah, serta perlindungan dan pengawasan kawasan.
4.7.1 Pemeliharaan Pemeliharaan pada kawasan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah kerusakan, mempertahankan atau mengendalikan, dan memperbaiki atau mengobati kerusakan. Pemeliharaan yang dilakukan pada KRC tidak berada dibawah satu unit khusus yang menangani pemeliharaan kawasan, kegiatan pemeliharaan dilakukan oleh dua unit yang berbeda. Yang pertama adanya sub-unit pemeliharaan kebun dan tanaman yang berada di bawah unit koleksi yang merupakan bagian dari seksi konservasi ex-situ. Sub-unit kedua adalah pemeliharaan bengkel yang merupakan bagian dari unit umum dibawah seksi tata usaha (LIPI, 2010). 1.
Pemeliharaan unit kebun dan tanaman Pemeliharaan pada unit ini lebih ditekankan terhadap pemeliharaan elemen
lunak (softscape) yang berada di Kebun Raya Cibodas. Kegiatan ini rutin dilakukan pada Koleksi Taman Tematik, Unit Pembibitan, serta Unit Pertamanan dan Rekreasi. Pemeliharaan tersebut meliputi: a. Kegiatan Pemupukan Kegiatan pemupukan dilakukan terhadap delapan lokasi koleksi kebun, koleksi angggrek, koleksi kaktus, koleksi sukulen, koleksi lumut, koleksi tanaman obat, koleksi paku-pakuan, dan pembibitan. Terdapat dua macam pupuk yang digunakan pada kedelapan lokasi diatas, yaitu pupuk organik (sebanyak 15.367,5 kg) dan pupuk anorganik (NPK sebanyak 207,8 kg dan 252 cc). b. Kegiatan pengendalian hama dan gulma Kegiatan pengendalian hama dilakukan pada empat lokasi di KRC, yaitu pada koleksi kebun, koleksi anggrek, koleksi kaktus, koleksi sukulen, dan pembibitan. Pemberian insektisida sebanyak 1.521 cc dilakukan pada koleksi kebun, koleksi anggrek, koleksi sukulen, dan pembibitan, sedangkan untuk tanaman di lokasi koleksi kaktus pemberian insektisida disertai dengan pemberian fungisida sebanyak 3.348 cc. Pengendalian gulma dilakukan dengan membuang gulma pada 113 spesimen tanaman koleksi.
c. Kegiatan penyiangan Kegiatan penyiangan dilakukan terhadap tanaman koleksi dan non koleksi, border dan koleksi tanaman herba serta pada koleksi anggrek, koleksi kaktus, koleksi sukulen, koleksi lumut, koleksi paku-pakuan, dan pembibitan. Kegiatan penyiangan dilakukan terhadap 22.211 spesimen dengan volume sebesar 74.083 m² petakan. d. Kegiatan pemangkasan dan pemotongan rumput Pemangkasan dilakukan pada tanaman non koleksi berupa tanaman ornament atau tanaman pagar. Kegiatan ini dilakukan pada lokasi seluas 13.734 m². Pemotongan rumput dengan menggunakan mesin rover, beaver dan babadan dilakukan pada lahan seluar 3.537.970 m². e. Kegiatan penyiraman Penyiraman pada tanaman di koleksi kebun dilakukan utamanya pada musim kemarau. Pada tanaman di koleksi rumah kaca dan lainnya penyiraman dilakukan secara rutin. 2.
Pemeliharaan unit bengkel Pemeliharaan pada unit ini lebih ditekankan terhadap pemeliharaan elemen
keras (hardscape) yang berada di Kebun Raya Cibodas. Pekerjaan yang dilakukan oleh unit ini antara lain: a. Pemeliharaan fisik (bangunan) b. Pemeliharaan jalan, jembatan, dan lahan c. Pemeliharaan instalasi saluran air dan pagar d. Pemeliharaan instalasi listrik e. Perawatan terhadap mesin pemotong rumput dan rover 4.7.2 Pengelolaan Sampah Sampah yang dihasilkan di Kebun Raya Cibodas terdiri atas sampah organik dan sampah inorganik. Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan karena eksistensi kebun raya yang umumnya terdiri dari tumbuhan. Sedangkan sampah inorganik adalah sampah yang timbul karena kehadiran pengunjung selama berada
dalam kawasan kebun raya, yang umumnya terdiri dari kemasan pembungkus makanan dan miniman serta sisa-sisa makanan. Jenis-jenis sampah inorganik yang ada di kebun raya cibodas dikelompokkan menjadi sampah plastik, sampah kertas, sampah logam. Sampah plastik meliputi sampah pembungkus makan dan minuman, kantong plastik dan botol plastik. Sampah organik yang ada di Kebun Raya Cibodas dikelompokkan menjadi sampah dedaunan, ranting atau dahan, sampah rumput dari kegiatan pemotongan rumput, dan batangbatang yang sudah lapuk karena sudah tua atau terserang penyakit. Sampah kertas meliputi kertas koran, kertas pembungkus makan atau karton kotak makanan dan minuman serta kardus. Sampah logam meliputi kaleng minuman dari alumunium, tutup botol, dan kaleng minuman lainnya. Penanganan kebersihan di Kebun Raya Cibodas berada di bawah sub-unit koleksi, yang dikepalai pengawas dan pengamat kebersihan dan kompos yang bertugas menggerakkan pegawai bawahannya untuk melakukan penangan kebersihan seperti pembersihan, pengangkutan sampah, dan pengolahan lebih lanjut. Kegiatan pembersihan dilakukan setiap hari dengan penyapuan lapangan, jalan aspal, dan jalan gico. Untuk sampah organik yang biasanya diperoleh dari hasil penyapuan lapangan, jalan aspal, atau jalan gico dikumpulkan disepanjang tempat tersebut. Sedangkan sampah inorganik diperoleh dari pengumpulan sampah yang berada di tempat sampah yang sudah tersedia, kemudian dilakukan pengangkutan sehari sekali dengan menggunakan kendaraan ke tempat pembuangan akhir. Pengolahan lebih lanjut terhadap sampah organic di Kebun Raya Cibodas yaitu dengan pengomposan.
4.7.3 Perlindungan dan Pengawasan Kawasan Kegiatan perlindungan dan pengawasan ini bertujuan untuk melindungi sumberdaya dalam kawasan dari berbagai macam gangguan serta memberikan membantu jika terdapat kesulitan yang dialami oleh para pengunjung yang melakukan aktivitas rekreasi. Perlindungan dan pengawasan lingkungan di Kebun Raya Cibodas dilakukan dengan cara patroli oleh satuan pengamanan (SATPAM)
yang menjalankan tugas rutin mengawasi dan menjaga kenyamanan, keamanan dan ketertiban dilingkungan KRC selama 1x24 jam. Satuan pengamanan ini terdiri dari 22 orang yang lima diantaranya merupakan tenaga harian lepas yang khusus dipekerjakan malam hari. Untuk mempermudah pelaksanaan tugas mereka, satuan ini dibagi dalam empat regu dengan pembagian waktu bertugas yang berbeda. Regu pertama terdiri dari lima orang yang bertugas pagi hari, dimulai dari pukul 06.30 hingga 14.00 WIB. Regu kedua juga terdiri dari lima orang dan bertugas di siang hari pada pukul 13.00 hingga 20.00 WIB. Regu ketiga terdiri dari enam orang yang bertugas di sore hari diantara pukul 19.00 hingga 06.30 WIB. Regu yang terakhir terdiri dari lima orang yang bertugas di hari libur (hari Sabtu dan Minggu) dan bertugas pagi dimulai dari pukul 06.30 hingga pukul 20.00 WIB. Dalam menjalankan tugasnya untuk mengawasi dan menjaga kenyamanan, keamanan dan ketertiban dilingkungan KRC, satuan pengamanan ini tidak difasilitasi kendaraan kendaraan patroli yang memadahi. Kendaraan yang tersedia hanya berupa tiga motor roda dua yang digunakan secara bergiliran oleh para petugas keamanan. Pos penjagaan juga sangat minim ditemukan dikawasan ini dan jikapun ada namun tidak ditemui adanya SATPAM yang menunggu pos tersebut.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Karakteristik Setting Pengamatan dilakukan terdapat dua setting yang terdapat di KRC. Kedua
setting tersebut berada pada dua kawasan yang berbeda. Setting pertama merupakan setting yang berada di kawasan koleksi yaitu Taman Sakura dan setting berikutnya berada di kawasan rekreasi yaitu Lawn. Lokasi kedua setting dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Gambar 5).
Gambar 5. Setting Penelitian
5.1.1 Taman Sakura Taman Sakura memiliki luas areal sebesar ± 7.000 m² dan berada di vak XX.B yang berdekatan dengan obyek wisata lainnya, yaitu Taman Rhododendron, Jalan Air, dan Air Terjun Cibogo (Gambar 6). Keunikan jenis koleksi serta lokasi Taman Sakura yang berdekatan dengan obyek wisata lainnya menyebabkan setting ini ramai dikunjungi oleh para wisatawan.
Gambar 6. Lokasi Taman Sakura
Aktivitas yang mendominasi setting ini adalah kegiatan rekreasi dan kegiatan piknik yang dilakukan oleh perorangan maupun berkelompok. Kegiatan rekreasi yang biasa dilakukan adalah bermain air, berenang, maupun mengabadikan gambar di setting ini. Perancangan yang kurang tepat pada setting ini menyebabkan terdapatnya pemusatan lokasi beraktivitas, sehingga terdapat bagian yang kelebihan daya dukung dan bagian yang jarang dikunjungi. Lokasi yang sering dimanfaatkan oleh para wisatawan berada di daerah timur hingga selatan setting dan lokasi yang jarang dikunjungi berada di sebelah utara setting (Gambar 7).
Gambar 7. Penyebaran Pengunjung pada Setting Taman Sakura
Koleksi sakura merupakan hal utama yang menjadi daya tarik setting dan merupakan tanaman utama penyusun yang menyusun lanskapnya. Terdapat sebanyak 250 pohon sakura pada setting ini. Setting Taman Sakura memiliki 5 spesies sakura, yaitu Prunus Cerasoides (121 pohon), Prunus Campulata (124 pohon), Prunus Yamasakura (1 pohon), Prunus spp. (3 pohon), dan Prunus Xydoensis (1 pohon). Prunus Yamasakura, Prunus spp., dan Prunus Xydoensis merupakan spesies sakura berasal dari Jepang dan dua jenis lainnya merupakan spesies lokal yang berasal dari Indonesia. Sakura memiliki bunga dengan warna merah muda yang menarik, namun pada saat penelitian ini berlangsung pohon sakura tidak pada musim berbunga. Pohon sakura pada setting ini, didominasi oleh tanaman muda yang tingginya dibawah 2 meter dengan tinggi rata-rata percabangan pertama pohon sakura dari tanah adalah 0,3 meter, sehingga ranting, daun, dan bunga berada pada ketinggian rata-rata antara 0,3 meter hingga 2 meter. Ketinggian ini merupakan ketinggian yang berada pada daerah jangkauan tangan manusia. Pohon sakura dengan ketinggian diatas 2 meter memiliki ketinggian rata-rata 3 meter dengan tinggi rata-rata percabangan pertama pohon sakura dari tanah adalah 0,7 meter, dan ketinggian ranting, daun, dan bunga juga berada pada daerah jangkauan tangan manusia.
Gambar 8. Peta Taman Sakura
Selain pohon sakura, juga didapati tanaman lain yang menjadi penyusun utama lanskap areal ini seperti pohon kecrutan (1 pohon), palem merah (14 pohon), pakis monyet (5 pohon), pangkas kuning (12 semak), cemara kipas (8 pohon), dan rumput paetan. Pohon kecrutan memiliki bunga berwarna jingga dengan ketinggian 8 meter. Palem merah yang berada di setting ini terdapat di tiga titik yang berbeda dimana disetiap lokasinya terdiri dari 4-6 pohon palem merah dengan ketinggian ratarata 3 meter. Semak pangkas kuning yang berada di setting ini, hanya dapat ditemui pada ulangan pertama dan kedua kemudian dalam pengamatan diulangan selanjutnya obyek ini dipangkas habis oleh pihak pengelola kawasan, sehingga tidak didapati adanya aksi vandalisme yang menjadikan obyek ini sebagai sasaran pada ulangan selanjutnya. Pemangkasan ini dilakukan karena tanaman tersebut dalam kondisi yang tidak sehat sehingga nampak berupa ranting kering. Hal lain yang menunjang daya tarik areal ini adalah sungai buatan yang aliran airnya berasal dari jalan air. Setting ini dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang
disediakan untuk menunjang kenyamana para pengunjung, seperti gazebo, jembatan, media informasi, papan nama tanaman, besi untuk berjualan, tempat sampah, dan jalan setapak. Pada pengamatan lapang tidak ditemui tersedianya bangku taman yang diletakkan didalam setting. Taman Sakura memiliki media informasi yang terbuat dari material seng dan dilapisin dengan cat besi dengan jumlah coretan sebanyak 5% dari keseluruhan permukaannya. Fasilitas lainnya adalah dua buah gazebo yang berada pada lokasi yang berbeda. Gazebo pertama berada didekat akses utama untuk masuk ke taman sakura, sedangkan gazebo yang lainnya berada jauh lebih dalam. Gazebo pertama terbuat dari material beton dan beratap genteng dengan tempat duduk yang terbuat dari material kayu. Gazebo ini memiliki coretan sebanyak 15% dari luas keseluruhan gazebo (37,50 m²). Material yang menyusun gazebo kedua seluruhnya terbuat dari beton dan beratap genteng dengan jumlah coretan sebesar 80% dari luas permukaan keseluruhan. 5.1.2
Lawn Lawn terletak pada vak VI.B yang berseberangan dengan kolam besar dan
berada sekitar setengah kilometer dari guest house (Gambar 9). Luas areal sebesar ± 12.000 m² yang sebagian besar arealnya berupa padang rumput.
Gambar 9. Lokasi Lawn
Areal ini merupakan areal yang sering digunakan untuk melaksanakan social gathering dengan intensitas kunjungan yang tinggi banyak pengunjung yang memanfaatkan areal ini sebagai areal piknik, maupun sebagai tempat untuk mengadakan acara-acara berkelompok, seperti acara tahunan kantor, acara perpisahan sekolah, dan lain-lain. Tingginya intensitas kunjungan disebabkan karena areal ini memiliki topografi yang sesuai untuk melakukan piknik dengan topografi yang relatif datar serta areal yang cukup terbuka dan luas.
Gambar 10. Peta Lawn
Pada Gambar 8 dapat terlihat bahwa kategori tanaman yang menyusun Setting Lawn adalah pohon dan ground cover dan tidak didapati adanya kategori tanaman semak. Tanaman yang yang terdapat pada areal ini adalah pohon bunya-bunya (19 pohon), pinus (6 pohon), cemara angin (11 pohon), cemara jupiter (2 pohon), pohon sakura (2 pohon), ki perak (8 pohon), rumput paetan, dan lantana. Ki perak
(Rhaphiolepis championi) yang terdapat pada setting ini merupakan tanaman muda yang belum mengalami pertumbuhan masksimal dengan tinggi rata-rata sebesar 0,6 meter sehingga tinggi tanaman masih berada dalam ketinggian yang mudah untuk dijangkau oleh tangan manusia. Sedangkan pohon sakura pada setting lawn memiliki tinggi rata-rata sebesar 5 meter dengan tinggi rata-rata percabangan pertama sebesar 0,8 meter. Seperti halnya pada setting taman sakura, pohon sakura pada setting lawn tidak mengeluarkan bunga karena saat pengamatan dilakukan pohon sakura tidak dalam masa berbunga. Tanaman lain yang menyusun setting ini adalah lantara. Lantana memiliki bunga dengan warna yang mencolok dan berwarna-warni (merah, merah muda, dan kuning) sehingga dapat menarik calon pelaku aksi vandalisme tipe 3 untuk melakukan aksi mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman tersebut. Selain itu, tanaman groundcover ini memiliki tinggi rata-rata 0,6 meter sehingga mudah untuk dijangkau oleh tangan manusia. Fasilitas yang mendukung areal ini adalah besi berjualan, papan nama tanaman, bangku taman dan tempat sampah, namun jika para pengunjung membutuhkan dapat menyewa tenda dan panggung. Besi untuk berjualan ini hanya berupa kerangka besi yang tidak menempel pada tanah dan hanya diletakkan begitu saja pada lokasi tempat mereka biasa berjualan sehingga saat hari-hari tertentu dimana para penjaja makanan ini tidak berjualan, besi-besi ini digunakan sebagai sasaran dari aksi vandalisme. Pada setting ini terdapat 11 buah papan nama tanaman dengan dua jenis yang berbeda dimana jenis pertama berupa lempengan seng yang bertuliskan identitas tanaman yang peletakkannya dengan menempelkan papan nama tersebut pada tanaman dengan menggunakan paku, sedangkan jenis yang lainnya berupa papan seng yang peletakkan papan tersebut terpisah dari tanaman dan tergabung dengan tabung seng yang menempel pada tanah. Terdapat pula tiga buah bangku taman yang letaknya menyebar di tiga lokasi berbeda. Ketiga bangku taman ini terbuat dari material yang sama yaitu beton. Dua diantaranya ditemukan adanya tulisan yang dibubuhkan pada fasilitas ini dan satu fasilitas yang lainnya bersih dari coretan. Besarnya coretan yang terdapat pada kedua fasilitas tersebut adalah 5% dari keseluruhan permukaan untuk tiap fasilitas. Setting lawn memiliki 5 tempat sampah,
dimana satu diantaranya sudah rusak namun masih difungsikan sebagai tempat sampah. Vandalisme pada obyek ini masih dianggap ada namun dalam jumlah yang sangat kecil, hanya ditemukan satu tempat sampah yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini dengan banyak coretan sebesar 5% dari keseluruhan luas permukaan bangku taman. 5.2
Karakteristik Pelaku Vandalisme Karakteristik pelaku vandalisme secara keseluruhan didominasi oleh pelaku
dengan jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan pada tingkat usia, pelaku vandalisme merupakan remaja dengan kisaran usia 14-20 tahun. Peran pendidikan dalam perilaku vandalisme didominasi oleh pelaku dengan jenjnang pendidikan SMP (Tabel 5).
Tabel 5. Karakteristik Pelaku Vandalisme Taman Sakura Karakteristik
No.
1
2
3
Lawn
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
(orang)
(%)
(orang)
(%)
a. Laki-laki
26
65
28
70
b. Perempuan
14
35
12
30
a. 7-13 tahun
0
0
7
17,5
b. 14-20 tahun
31
77,5
28
70
c. >20 tahun
9
22,5
5
12,5
a. SD
0
0
3
7,5
b. SMP
21
52,5
27
67,5
c. SMA
19
47,5
9
22,5
d. Akademi/
0
0
0
0
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Perguruan Tinggi
Pelaku vandalisme didominasi oleh laki-laki dengan presentase lebih besar dari 50% (Tabel 5). Hal serupa juga ditemukan dalam Hindelang (1976); Mawby (1980); Murtiartini (1999); Smith (2003) yang menemukan bahwa tingkat partisipasi laki-laki dalam aksi vandalisme lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat partisipasi perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena sifat dasar perempuan yang lebih menyukai keindahan sehingga menyebabkan minimnya tingkat partisipasi wanita dalam aksi pengrusakan. Sementara laki-laki yang lebih menyukai kegiatan rekreasi yang bersifat menantang atau berpetualang (Murtiartini, 1999) sehingga memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk melakukan aksi perusakan. Dari Tabel yang sama juga diperoleh bahwa pelaku vandalisme berusia 14 hingga 20 tahun dengan presentase diatas 25% (Tabel 5). Usia ini merupakan kategori remaja dimana tingkat keterlibatan mereka merupakan bagian dari perkembangan alami mereka untuk menunjukkan identitas, mengeksplorasi, dan memanipulasi lingkungan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemarwoto (2004) yang menyatakan bahwa vandalisme banyak dilakukan oleh remaja. Tingkah laku yang ditunjukkan oleh remaja sangat dipengaruhi emosi, sedangkan kebanyakan emosi remaja masih sangat labil sehingga bentuk-bentuk emosi mereka sering tampak sebagai tindakan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan dampaknya (Mappiare, 1982). Dalam hal peran pendidikan terhadap vandalisme, menurut Wijaya (1973) semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesadaran akan lingkungan juga akan semakin besar karena cakrawala pengetahuannya akan semakin luas. Pernyataan ini juga berlaku dalam sikap yang ditunjukkan oleh seseorang dalam melakukan aksi vandalisme. Dalam penelitian ini, dapat dilihat adanya bukti yang mendukung pernyataan di atas dimana untuk keseluruhan setting dapat terlihat bahwa jenjang pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama) merupakan pelaku vandalisme tertinggi pada kedua setting dengan tingkat presentase diatas 20%. Jenjang pendidikan pelaku vandalisme selanjutnya diikuti oleh jenjang SMA (Sekolah Menengah Akhir) dan Akademi atau Perguruan Tinggi.
5.3
Hubungan Setting dengan Frekuensi Obyek Vandalisme Penempatan site furniture pada seluruh setting bertujuan untuk mendapatkan
kenyamanan, kemudahan, informasi, kontrol sirkulasi, dan perlindungan bagi penggunanya. Desain dan penempatan site furniture dalam tapak memerlukan yang pertimbangan cermat agar tercipta kesesuaian antara site furniture, manusia, dan lingkungan binaanya (Harris & Dines 1998). Dalam penelitian ini dapat dilihat site furniture dan tanaman yang menjadi sasaran aksi vandalisme merupakan akibat dari pertimbangan yang kurang cermat dalam pemilihan desain dan penempatannya.
Gambar 11. Boxplot Hubungan Setting dengan Frekuensi Obyek Vandalisme
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa frekuensi obyek yang dikenai perilaku vandalisme pada setting lawn lebih banyak dibandingkan dengan frekuensi obyek yang dikenai perilaku vandalisme pada setting taman sakura. Pada keseluruhan setting terdapat kesamaan tiga besar obyek yang paling banyak dijadikan sasaran aksi vandalisme pada setting ini. Obyek yang menjadi sasaran aksi vandalisme tertinggi adalah groundcover, kemudian pohon dan semak.
Dengan melihat nilai median lawn yang bernilai tiga obyek vandalisme tiap ulangannya dapat terlihat bahwa frekuensi dilakukannya perilaku vandalisme terhadap obyek lebih tinggi dibandingkan dengan median data pada taman sakura yang bernilai dua obyek vandalisme tiap ulangannya. Tingginya obyek vandalisme pada setting lawn didominasi oleh aksi vandalisme membuang sampah sembarangan. Akumulasi sampah pada suatu tapak dapat memberikan gambaran akan penggunaanya dan dapat dihubungkan dengan ukuran pengguna (Gold, 1980). Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya dapat dikaitan dengan aktivitas yang dilakukan pengunjung yang dilakukan pada setting lawn. Obyek vandalisme yang mendominasi adalah groundcover dimana obyek ini merupakan sasaran aksi vandalisme yang disebabkan oleh kegiatan social gathering yang sering dilakukan pada setting ini. 5.3.1 Hubungan Setting Taman Sakura dengan Obyek Vandalisme Penelitian ini menunjukkan bahwa vandalisme pada Setting Taman Sakura hanya dilakukan terhadap enam dari sembilan obyek yang diamati dalam penelitian ini. Obyek yang menjadi sasaran perilaku vandalisme pada setting ini adalah pohon, semak, groundcover, gazebo, jembatan, dan media informasi. Selama penelitian ini tidak ditemukan pelaku vandalisme yang menjadikan papan nama tanaman, besi untuk berjualan, dan tempat sampah sebagai sasaran dari aksi vandalisme mereka dalam Setting Taman Sakura. Pada setting ini tidak ditemukan adanya bangku taman yang diletakkan didalam tapak. Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa hanya terdapat tiga obyek yang nilai datanya dapat membentuk kotak, obyek tersebut adalah groundcover, pohon, dan jembatan. Kotak tersebut memberikan gambaran bahwa ketiga obyek tersebut sering menjadi sasaran vandalisme. Apabila pemusatan data berada pada nilai nol obyek maka akan terlihat boxplot berbentuk garis dengan beberapa nilai ekstrim seperti pada data obyek semak, gazebo, dan media informasi. Hal ini memberikan gambaran bahwa obyek-obyek tersebut hanya sesekali menjadi sasaran aksi vandalisme.
Gambar 12. Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura Keterangan Gambar: 1.
Pohon
2.
Semak
3.
Groundcover
4.
Gazebo
5.
Jembatan
6.
Media informasi
7.
Papan nama tanaman
8.
Besi untuk berjualan
9.
Bangku taman (N/A)
10. Tempat sampah
Tidak ditemukannya vandalisme pada papan nama tanaman, besi untuk berjualan, dan bangku taman menyebabkan boxplot yang terbentuk pada ketiga obyek ini hanya berbentuk garis yang seluruh datanya menyebar dan memusat pada nilai nol obyek. Data ini menunjukkan adanya ketepatan dalam pemilihan material dan penempatan obyek tersebut sehingga tidak menarik calon pelaku untuk melakukan aksi vandalisme. Keluaran serupa juga terlihat pada obyek bangku taman. Namun
nilai nol pada obyek ini disebabkan karena tidak terdapat faslitas tersebut pada setting taman sakura.
Tabel 6. Tata Urut Obyek Vandalisme pada Setting Taman Sakura Tata Urutan
Obyek
Rata-rata
Tinggi
Ground cover
6,50
Pohon
2,90
Gazebo
0,80
Jembatan
0,80
Semak
0,30
Media Informasi
0,10
Papan Nama Tanaman
0,00
Besi untuk Berjualan
0,00
Tempat Sampah
0,00
Bangku Taman
N/A
Rendah
Groundcover yang menutupi tapak pada setting taman sakura adalah rumput paetan (Axonopus compressus). Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa obyek tersebut merupakan obyek vandalisme yang paling banyak dikenai perilaku vandalisme dalam setting ini. Meskipun obyek ini merupakan obyek yang dalam segi jumlah paling banyak dikenai perilaku vandalisme namun obyek vandalisme ini hanya dikenai satu aktivitas vandalisme yaitu membuang sampah tidak pada tempatnya. Berdasarkan boxplot di atas (Gambar 12), pemusatan data terlihat asimetris dengan nilai tengah data sebesar 6,5 obyek vandalisme, namun karena obyek yang diamati satuannya adalah fasilitas dan tanaman maka angka tersebut dibulatkan ke atas menjadi 7 obyek vandalisme. Penyebaran data untuk obyek ini simetris dengan range yang cukup jauh sebesar 12 obyek vandalisme. Berdasarkan pada data dalam tabel di atas (Tabel 6) diketahui bahwa pohon merupakan obyek vandalisme yang menempati urutan kedua terbanyak setelah
groundcover. Pohon yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme adalah pohon sakura (Prunus sp.). Dalam pengamatan lapang, obyek pohon dikenai beberapa macam perilaku vandalisme antara lain mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman (aktivitas vandalisme 3) dan membuang sampah tidak pada tempatnya (aktivitas vandalisme 4). Bagian tanaman yang dipatahkan atau diambil oleh pelaku vandalisme tipe 3 adalah daun dan ranting. Sedangkan, aktivitas vandalisme membuang sampah pada bagian pohon dilakukan dengan meletakkan sampah pada bagian dari ranting pohon. Meskipun pohon sakura (Prunus sp.) memiliki bunga yang menarik dan dapat mengundang calon pelaku aksi vandalisme tipe 3 sehingga aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari pohon sakura karena tanaman tersebut memiliki bagian yang menarik memiliki kemungkinan yang kecil sebab saat pohon sakura tidak berbunga dan tanaman tersebut tampak seperti tanaman yang kering dengan daun yang minim dan didominasi oleh ranting saja. Jika melihat pada boxplot di atas (Gambar 12), obyek ini memiliki pemusatan data yang tidak simetris dengan pemusatan data yang cenderung kearah nilai-nilai rendah sehingga berlawanan dengan penyebaran datanya yang cenderung mengarah pada data yang bernilai besar. Pemusatan data berada pada data yang bernilai antara satu obyek vandalisme hingga empat obyek vandalisme. Pada tabel diatas (Tabel 6) dapat dilihat bahwa gazebo merupakan yang menempati urutan ketiga terbanyak sebagai sasaran vandalisme. Dalam pengamatan lapang, obyek gazebo dikenai beberapa aksi vandalisme yaitu menulis atau menggambar pada fasilitas (aktivitas vandalisme 1) dan membuang sampah tidak pada tempatnya (aktivitas vandalisme 4). Pada boxplot di atas (Gambar 6), data terpusat pada nilai 0 (nol) obyek vandalisme dengan dua data pencilan pada ulangan keempat dan kedelapan. Pada ulangan keempat, data pencilan ini bernilai tujuh aksi vandalisme yang menjadikan gazebo sebagai obyek perilaku vandalisme. Sedangkan pada ulangan ke sembilan, data pencilan bernilai satu aksi vandalisme yang menjadikan gazebo sebagai sasaran aksi vandalisme. Berdasarkan tabel di atas (Tabel 6) dapat dilihat bahwa obyek yang menempati urutan keempat terbanyak sebagai sasaran vandalisme adalah jembatan.
Dalam penelitian ini, obyek vandalisme jembatan hanya bisa ditemukan
dalam
setting taman sakura dan tidak ditemukan pada setting lawn. Aktivitas vandalisme yang menjadikan obyek ini sebagai sasaran dari aksi vandalisme adalah aktivitas vandalisme 4 (membuang sampah tidak pada tempatnya). Pada penyajian data di boxplot dapat terlihat bahwa pemusatan data pada obyek ini terpusat pada data dengan nilai kecil, yaitu pada data bernilai 0 (nol) obyek vandalisme hingga satu obyek yang dijadikan sasaran vandalisme. Terdapat satu nilai pencilan yang terlihat pada boxplot obyek vandalisme 5 ini, yaitu data dengan nilai enam obyek yang diperoleh pada ulangan kesepuluh. Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa obyek yang menempati urutan kelima terbanyak sebagai sasaran vandalisme adalah obyek 2. Obyek yang menjadi sasaran aksi vandalisme dengan label 2 adalah semak. Semak yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme adalah pangkas kuning (Duranta sp.). Obyek vandalisme ini merupakan sasaran dari aksi vandalisme mengambil atau mengambil bagian dari tanaman (aktivitas vandalisme 3). Bagian dari tanaman ini yang menjadi sasaran aksi vandalisme 3 adalah daunnya. Berdasarkan pada data yang tersaji dalam boxplot (Gambar 12), data untuk obyek vandalisme ini jarang ditemukan dalam setting taman sakura sehingga data terpusat pada nilai 0 (nol) obyek vandalisme dan hanya terdapat satu data pencilan yang bernilai enam aksi vandalisme yang menjadikan obyek ini sebagai sasaran aksi vandalisme. Data pencilan ini dapat dilihat pada ulangan pertama. Hal ini berarti bahwa obyek vandalisme ini tidak selalu dikenai perilaku vandalisme dan hanya sesekali menjadi sasaran perilaku vandalisme pada setting ini. Berdasarkan pada data dalam tabel di atas (Tabel 6) diketahui bahwa obyek vandalisme ini merupakan obyek vandalisme yang menempati urutan kedua terendah pada setting ini. Obyek ini menjadi sasaran dari aksi vandalisme menulis dan menggambar pada fasilitas (aktivitas vandalisme 1). Media informasi merupakan obyek yang tidak selalu dijadikan sebagai sasaran vandalisme dan hanya sesekali saja menjadi sasaran aksi vandalisme. Hal ini dapat terlihat pada penyajian data pada boxplot (Gambar 12) dimana kesembilan data bernilai nol aktivitas vandalisme yang mengenai obyek ini dan hanya terdapat satu data pencilan yang bernilai satu aksi
vandalisme. Aksi vandalisme 1 yang dilakukan pada obyek ini dilakukan dengan menggunakan spidol yang dapat dihilangkan karena adanya lapisan cat besi sehingga tidak meninggalkan bekas pada fasilitas ini. Berdasarkan pada tabel tata urut obyek yang menjadi sasaran aksi vandalisme di atas (Tabel 6), diketahui bahwa terdapat tiga obyek yang memiliki nilai terendah dalam setting ini. Ketiga obyek tersebut adalah obyek 7 (besi penjual), obyek 8 (besi penyangga), dan obyek 10 (tempat sampah). Pada setting taman sakura tidak didapati adanya aksi vandalisme yang menjadikan ketiga obyek ini sebagai sasaran aksi para pelaku vandalisme, hal ini menyebabkan data yang disajikan pada boxplot di atas (Gambar 12) hanya berupa garis dengan pemusatan pada nilai nol tanpa adanya nilai ekstrim. 5.3.2 Hubungan Setting Lawn dengan Frekuensi Vandalisme Pada Setting Lawn, tidak didapati beberapa jenis site furniture yang diamati dalam penelitian ini. Site furniture yang tidak didapati pada setting lawn namun terdapat pada setting taman sakura adalah gazebo dan jembatan. Selain site furniture terdapat juga kategori tanaman yang tidak didapati pada setting lawn, yaitu semak.
Gambar 13. Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn
Keterangan Gambar: 1.
Pohon
2.
Semak (N/A)
3.
Groundcover
4.
Gazebo (N/A)
5.
Jembatan (N/A)
6.
Media informasi
7.
Papan nama tanaman
8.
Besi untuk berjualan
9.
Bangku taman
10. Tempat sampah
Dengan melihat boxplot diatas (Gambar 13) dapat diketahui bahwa aktivitas vandalisme yang dilakukan pada setting lawn mengenai enam obyek yang diamati dalam penelitian ini. Obyek yang menjadi sasaran perilaku vandalisme pada setting ini adalah pohon, groundcover, papan nama tanaman, besi penjual, bangku taman, dan tempat sampah. Selama penelitian berlangsung, tidak ditemukan pelaku vandalisme yang menjadikan media informasi sebagai sasaran dari aksi vandalisme mereka dalam setting ini. Berikut ini adalah tata urutan rata-rata jumlah obyek yang menjadi sasaran aksi vandalisme pada setting lawn.
Tabel 7. Tata Urut Obyek Vandalisme pada Setting Lawn Tata Urutan
Obyek
Rata-rata
Tinggi
Ground cover
11,90
Pohon
2,50
Besi untuk Berjualan
0,30
Papan Nama Tanaman
0,10
Bangku Taman
0,10
Tempat Sampah
0,10
Media Informasi
0,00
Semak
N/A
Rendah
Gazebo
N/A
Jembatan
N/A
Berdasarkan tabel di atas (Tabel 7) dapat dilihat bahwa obyek terbanyak yang menjadi sasaran aksi vandalisme pada setting lawn adalah groundcover. Seperti pada setting taman sakura, groundcover yang mendominasi penutupan tapak pada setting ini adalah rumput paetan (Axonopus compressus). Aksi vandalisme pada groundcover ditemukan pada tanaman rumput paetan (Axonopus compressus) dan lantana (Lantana camara). Obyek rumput paetan menjadi sasaran dari aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya sedangkan lantana merupakan obyek dari aksi vandalisme mengambil bagian dari tanaman. Pada boxplot diatas (Gambar 13), penyebaran data terlihat asimetris dan condong pada data bernilai besar dengan jangkauan. Penyebaran data untuk obyek ini simetris dengan range yang cukup jauh sebesar 12 obyek vandalisme. Berdasarkan pada data dalam tabel di atas (Tabel 7) diketahui bahwa pohon merupakan obyek vandalisme yang menempati urutan kedua terbanyak setelah groundcover. Dengan melihat pada boxplot di atas (Gambar 13) diketahui bahwa obyek ini memiliki pemusatan data yang tidak simetris dengan pemusatan data yang cenderung kearah nilai-nilai kecil. Pemusatan data berada pada data yang bernilai antara satu aksi vandalisme hingga tiga aksi vandalisme yang mengenai obyek vandalisme pohon. Pohon yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme adalah ki perak (Rhaphiolepis championi) dan sakura (Prunus sp.). Dalam pengamatan lapang diketahui bahwa pohon dikenai aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman (Aktivitas vandalisme 3). Bagian tanaman yang dipatahkan atau diambil oleh pelaku vandalisme tipe 3 adalah daun dan ranting. Berdasarkan pada data dalam tabel di atas (Tabel 7) diketahui bahwa obyek vandalisme ini merupakan obyek vandalisme yang menempati urutan ketiga tertinggi pada setting ini. Besi untuk berjualan menjadi salah satu sasaran dari aksi vandalisme memindahkan fasilitas (aktivitas vandalisme 2). Sebagian besar pelaku vandalisme tipe 2 berada dalam
kategori usia anak-anak dan remaja sehingga seringkali besi ini dipindahkan sebagai alat untuk bermain. Dengan melihat pada boxplot di atas (Gambar 13) diketahui bahwa obyek ini memiliki pemusatan data yang tidak simetris dengan pemusatan data yang cenderung kearah nilai-nilai besar. Pemusatan data berada pada data yang bernilai antara 0 (nol) aksi vandalisme hingga satu aksi vandalisme yang mengenai besi untuk berjualan. Berdasarkan pada tabel tata urut obyek yang menjadi sasaran aksi vandalisme diatas (Tabel 7) diketahui bahwa terdapat tiga obyek yang memiliki nilai kedua terendah dalam setting ini. Ketiga obyek tersebut adalah obyek 7 (papan nama tanaman), obyek 9 (bangku taman), dan obyek 10 (tempat sampah). Obyek vandalisme ini merupakan obyek vandalisme yang tidak selalu menjadi sasaran dari aksi vandalisme dan merupakan obyek yang jarang menjadi sasaran vandalisme. Obyek papan nama tanaman merupakan sasaran dari aksi vandalisme memindahkan fasilitas di setting lawn. Dalam pengamatan lapang hanya terdapat satu dari 11 papan nama tanaman yang dapat dipindahkan karena sudah tidak menempel dengan baik pada tanaman. Hal ini dapat menggambarkan bahwa struktur papan tanaman yang terdapat pada setting lawn cukup kokoh sehingga dapat meminimalkan kemungkinan timbulnya aksi vandalisme memindahkan fasilitas. Aksi vandalisme pada obyek ini hanya terjadi satu kali dalam sepuluh kali ulangan yaitu pada ulangan ketiga dengan nilai satu aktifitas yang mengenai fasilitas papan nama tanaman. Obyek bangku taman merupakan sasaran dari aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas. Aksi vandalisme pada obyek ini hanya terjadi satu kali dalam sepuluh kali ulangan yaitu pada ulangan kesepuluh dengan nilai satu aktifitas yang mengenai fasilitas bangku taman. Tempat sampah menjadi sasaran dari aksi vandalisme yang menjadikan obyek ini sebagai sasarannya adalah aksi vandalisme menulis dan menggambar pada fasilitas. Aksi vandalisme pada obyek ini hanya terjadi satu kali dalam sepuluh kali ulangan yaitu pada ulangan kedelapan dengan nilai satu aktifitas yang mengenai fasilitas tempat sampah.
5.4
Hubungan Setting Taman dengan Aktivitas Vandalisme Perancangan pada setting lawn mengintroduksi lebih banyak tindak
vandalisme dibandingkan dengan perancangan pada setting taman sakura. Pada setting lawn terdapat sebanyak 150 orang yang melakukan tindakan vandalisme sedangkan pada setting taman sakura terdapat sebanyak 114 orang yang melakukan tindak vandalisme. Perbedaan ini dipengaruhi oleh aktivitas pengunjung yang dilakukan pada kedua setting ini, dimana pada setting lawn aktivitas utama yang dilakukan adalah kegiatan social gathering dan piknik sedangkan pada setting taman sakura, kegiatan utama yang dilakukan adalah piknik dan bermain air. Meskipun salah satu kegiatan utama yang dilakukan pada kedua setting ini sama, yaitu piknik namun terdapat perbedaan dalam segi kuantitas orang yang melakukannya dimana rata-rata untuk tiap rombongan piknik pad setting lawn berisi 8-6 orang sedangkan pada setting taman sakura hanya berisikan 6-4 orang.
Gambar 14. Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme
Setting taman yang berbeda akan menghasilkan kebutuhan penggunaan yang berbeda menurut perilaku yang dihasilkan oleh setting tersebut (Wahyuni, 2004). Setting yang kurang sesuai dapat menyebabkan terjadinya kesalahan penggunaan yang dapat memicu pada tindakan vandalisme terhadap setting tersebut. Dalam hasil pengamatan lapang didapatkan bahwa terdapat perbedaan jumlah pelaku vandalisme pada setting taman sakura dengan setting pada areal lawn. Berdasarkan boxplot di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan dalam pemusatan data dan penyebaran data. Setting lawn memiliki pemusatan data yang lebih tinggi dibandingkan dengan setting taman sakura, hal ini dapat menjelaskan bahwa rata-rata jumlah aktivitas vandalisme yang dilakukan pada setting rekreasi (lawn) lebih banyak dibandingkan dengan setting koleksi (taman sakura). Pemusatan data pada setting taman sakura bersifat asimetrik yang ditandai oleh adanya kecondongan data pada nilai-nilai besar dimana median berada lebih dekat dengan Q1. Pemusatan data pelaku vandalisme pada setting taman sakura berada pada jumlah perilaku vandalisme 11 orang, dengan satu nilai ekstrim pada ulangan ke-10 yang bernilai 23. Nilai ekstrim ini terdiri atas 3 aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman dan 20 aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya. Pada saat data ulangan ke-10 diambil, sedang dilaksanakan kegiatan social gathering suatu perusahaan yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengunjung pada setting ini dan diikuti oleh peningkatan jumlah aksi vandalisme, korelasi ini sejalan dengan penelitian Clarke et al. (1978) yang menyatakan bahwa ukuran kerapatan manusia dalam suatu kawasan merupakan variable yang paling pengaruh dengan kerusakan yang dialami oleh kawasan tersebut. Ketidaksimetrisan pemusatan data juga ditemukan dalam setting lawn, hal disebabkan karena setting lawn memiliki kecondongan data pada nilai kecil dimana median data berada lebih dekat dengan Q3. Pemusatan data jumlah orang yang melakukan vandalisme pada setting taman sakura berada pada jumlah perilaku vandalisme 14 orang. Tidak hanya pemusatan data pada kedua setting yang bersifat asimetris namun penyebaran data dikedua setting ini juga bersifat asimetrik dengan penyebaran yang lebih banyak di nilai-nilai rendah pada setting taman sakura dan
penyebaran yang lebih banyak di nilai-nilai rendah pada setting lawn. Perbedaan pemusatan dan penyebaran data ini disebabkan oleh rasionalitas pelaku vandalisme yang dalam melakukan aksi vandalisme terkait dengan perancangan dan pengelolaan kawasan yang kurang memperhatikan desain perilaku penggunanya sehingga meningkatkan biaya pemeliharaan dan kerusakan fasilitas (Laurens, 2004).
Gambar 15. Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas Vandalisme
Berdasarkan pada penyajian boxplot di atas (Gambar 15) diketahui bahwa frekuensi obyek yang menjadi sasaran vandalisme pada kedua setting adalah dua hingga tiga obyek. Meskipun penyebaran frekuensi obyek vandalisme di kedua setting ini sama, namun setting lawn memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan setting taman sakura. Pada setting lawn ditemukan penyebaran kearah nilai rendah dengan satu obyek vandalisme yang menjadi sasaran vandalisme pada ulangan ke sembilan.
5.4.1 Hubungan Setting Taman Sakura dengan Aktivitas Vandalisme Perancangan yang diterapkan pada setting taman sakura mendorong timbulnya tiga macam aktivitas vandalisme dari empat aktivitas vandalisme yang diamati. Ketiga aktivitas vandalisme tersebut adalah Aktivitas 1 (menulis atau menggambar/grafiti pada fasilitas), Aktivitas 3 (mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman), dan Aktivitas 4 (membuang sampah sembarangan). Pada setting ini tidak ditemui adanya aktivitas vandalisme 2 (memindahkan fasilitas).
Gambar 16. Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura
Aktivitas vandalisme 1 memiliki nilai pemusatan data pada nilai 0 (nol) untuk aksi vandalisme ini, namun selama penelitian ini berlangsung terdapat nilai ekstrim yang muncul dalam dua kali ulangan yaitu pada ulangan kedelapan dan ketiga yang pada masing-masing ulangan ditemukan satu aktivitas vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas. Dalam pengamatan ini, tidak ditemukan Aktivitas vandalisme 2 pada taman sakura sehingga ukuran pemusatan data untuk
Aktivitas vandalisme 2 terdapat pada nilai 0 (nol) aktivitas vandalisme. Aktivitas vandalisme 3 memiliki pemusatan dan penyebaran data yang asimetris namun tidak terdapat pencilan nilai dari data yang diperoleh. Nilai aktivitas vandalisme 3 memusat pada nilai rata-rata 3 aktivitas per ulangan dengan pemusatan data yang condong kearah nilai-nilai kecil. Aktivitas vandalisme 4 merupakan aksi vandalisme dengan ukuran pemusatan data yang tertinggi dibandingkan dengan aksi vandalisme yang lainnya. Seperti halnya aktivitas vandalisme 3, aktivitas vandalisme 4 memiliki pemusatan dan penyebaran data yang asimetris. Nilai tengah untuk aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya sebesar 7 aktivitas vandalisme, dengan pemusatan data yang lebih condong pada data bernilai besar. Dalam boxplot dapat diketahui bahwa pada Aktivitas vandalisme 4 terdapat satu nilai ekstrim yang ditemukan pada ulangan ke-10 yang bernilai 20 aksi vandalisme. Nilai ekstrim ini disebabkan karena adanya kegiatan yang dilaksanakan diluar kebiasaan dari aktivitas yang biasa dilakukan pada setting ini.
Tabel 8. Sikap Pelaku Vandalisme pada Setting Taman Sakura Sangat
Tipe
Cukup
Tidak
Faktor Lingkungan Menunjang Menunjang Menunjang
Vandalisme Aktivitas 1
a. Berada pada lokasi yang
30%
40%
40%
70%
20%
10%
20%
30%
50%
40%
40%
20%
sepi
b. Keberadaan grafiti yang sebelumnya
Aktivitas 2
a. Struktur fasilitas yang tidak permanen
b. Material fasilitas yang rentan
Aktivitas 3
a. Dalam jangkauan tangan
70%
20%
10%
b. Keindahan/keunikan
30%
20%
50%
50%
40%
20%
40%
60%
0%
bagian dari tanaman
Aktivitas 4
a. Minimnya ketersediaan tempat sampah
b. Keberadaan sampah sebelumnya
Keterangan: Aktivitas1 : Menulis atau menggambar/grafiti pada fasilitas Aktivitas 2 : Memindahkan fasilitas Aktivitas 3: Mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman Aktivitas 4 : Membuang sampah tidak pada tempatnya
Aktivitas vandalisme 4 merupakan aksi vandalisme yang paling banyak dilakukan selama pengamatan lapang berlangsung. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya di setting taman sakura dilakukan karena pengaruh dari perancangan setting yang kurang memenuhi kebutuhan pengguna setting ini. Salah satu ketidaksesuaian rancangan setting tersebut adalah minimnya ketersediaan tempat sampah pada kawasan ini (Tabel 8). Tingginya aktivitas pada setting ini, utamanya didominasi oleh kegiatan piknik keluarga atau kegiatan piknik berkelompok sehingga menyebabkan jumlah sampah yang dihasilkan dalam setting ini cukup tinggi. Namun tingginya produksi sampah dalam setting ini tidak ditunjang oleh ketersediaanya tempat sampah yang memadahi. Untuk faktor lingkungan yang kedua, dapat diketahui bahwa sikap terbanyak yang dinyatakan oleh pelaku vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya di Taman Sakura bahwa keberadaan sampah yang sudah ada lebih dulu pada setting ini cukup mendorong mereka untuk membuang sampah sembarangan (Tabel 8). Sikap yang ditunjukkan oleh pelaku vandalisme di
kedua setting ini disebabkan karena terlalu tingginya jumlah sampah yang dihasilkan namun tidak berhasil diikuti oleh penanganan yang jauh lebih cepat terhadap pembersihan sampah sehingga jumlah sampah yang menumpuk pada tempat sampah melebihi kapasitasnya dan menyebabkan para pengunjung membuang sampah tidak pada tempatnya. Salah satu hal yang menarik pada Kebun Raya Cibodas adalah terdapatnya orang yang menyewakan alas duduk yang dinilai cukup membantu dalam penanganan cepat terhadap sampah yang dibuang sembarangan dalam setting ini. Orang yang menyewakan alas duduk ini tidak hanya menyewakan alas duduk yang mereka jajakan namun juga disertai oleh jasa membersihkan sampah yang berada di lokasi yang akan ditempati oleh para penyewa alas duduk, baik sampah yang terdapat sebelum para penyewa menempati lokasi tersebut maupun sampah yang dihasilkan oleh penyewa alas duduk tersebut. Vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman dilakukan pada obyek sakura (Prunus sp.) dan pangkas kuning (Duranta sp.). Berdasarkan pada pengamatan lapang yang dilakukan, diketahui bahwa aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting taman sakura didukung oleh peletakan tanaman yang terlalu rapat dan berada di dalam jangkauan tangan manusia sehingga memudahkan para pelaku untuk melakukan aksi vandalisme ini. Selain itu, penggunaan spesies tanaman yang memiliki bagian yang menarik turut mengundang para pelaku vandalisme untuk mengambil atau mematahkan bagian dari tanaman tersebut (Tabel 8). Pelaku vandalisme menunjukkan sikap bahwa faktor lingkungan yang mendorong mereka untuk mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman adalah bahwa penempatan tanaman pada setting ini sangat menunjang mereka untuk melakukan aksi mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman (Tabel 8). Tanaman yang sebagai sasaran dari aksi vandalisme merupakan tanaman yang memiliki ketinggian cabang, daun, dan bunga yang berada pada daerah yang mudah dijangkau oleh manusia. Kondisi ini makin didukung oleh tingginya jumlah tanaman dan peletakannya yang berdekatan sehingga semakin meningkatkan interaksi antara manusia dengan tanaman yang menjadi pemicu terjadinya tindakan vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting ini. Berdasarkan pada
tabel di atas (Tabel 8), sikap yang dikemukakan oleh pelaku vandalisme untuk faktor lingkungan kedua bahwa bagian yang menarik dari suatu tanaman tidak mendorong mereka untuk melakukan tindak vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman tersebut. Pernyataan sikap yang ditunjukkan oleh pelaku vandalisme pada setting ini didukung oleh kenyataan dilapang dimana yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini adalah bagian tanaman yang kurang menarik dan tidak unik. Bagian tanaman yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini adalah ranting dan daun. Hal ini dapat menggambarkan bahwa aksi vandalisme 3 yang dilakukan pada setting ini bukan karena keindahan atau keunikan dari morfologi tanaman yang terdapat di setting ini. Aktivitas vandalisme 1 (menulis dan menggambar/grafiti pada fasilitas) merupakan aktivitas ketiga terbanyak yang dilakukan pada setting ini. Aksi vandalisme ini dilakukan terhadap obyek sasaran vandalisme yang berbeda, yaitu : gazebo dan media informasi. Berdasarkan pada pengamatan lapang yang dilakukan, rasionalitas yang mendukung para pelaku vandalisme untuk melakukan aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas di setting taman sakura karena fasilitas yang berada di taman sakura terletak pada lokasi yang sepi dan dipicu oleh tulisan atau gambar terdahulu yang ada pada fasilitas atau tanaman sehingga mendorong pelaku vandalisme untuk melakukan hal serupa (Tabel 8). Dalam wawancara diketahui bahwa sikap yang dinyatakan oleh para pelaku vandalisme pada setting taman sakura adalah bahwa kondisi sepi pada setting ini cukup mendukung dan tidak mendukung mereka untuk melakukan aksi vandalisme. Pernyataan para pelaku ini sesuai dengan kondisi lapang dimana setting ini merupakan salah satu vantage point Kebun Raya Cibodas yang selalu ramai oleh pengunjung sehingga dapat diketahui bahwa aksi vandalisme yang dilakukan pada kedua setting tersebut tidak dipengaruhi oleh keberadaan setting yang terletak pada lokasi yang sepi. Menariknya meskipun taman sakura merupakan area yang selalu ramai dikunjungi namun pada area ini terdapat fasilitas yang letaknya tersembunyi dan jarang diakses oleh pengunjung kebanyakan. Fasilitas tersebut adalah gazebo dimana coretan yang terdapat di areal yang sepi lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan coretan
yang berada di area ramai, hal ini disebabkan karena para pelaku vandalisme merasa jauh lebih mudah untuk melakukan perusakan obyek jika kurangnya pengawasan dari pihak lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jacobs (1961) bahwa jalanan, taman, dan tempat umum lainnya yang berada pada lokasi yang sepi akan lebih banyak memicu para pelaku vandalisme untuk melakukan aksi vandalisme. Faktor lingkungan kedua yang ditanyakan kepada pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas di Taman Sakura bahwa keberadaan coretan terdahulu yang terdapat pada setting ini sangat mendorong mereka untuk melakukan vandalisme menulis atau menggambar yang serupa pada obyek tersebut. Tingginya persentase para pelaku yang berpendapat bahwa tulisan dan gambar yang sudah ada mempengaruhi mereka dalam melakukan tindakan vandalisme sejalan dengan banyaknya jumlah tulisan yang dapat ditemui di Taman Sakura, dimana semakin banyaknya coretan akan memicu lebih banyak lagi coretan pada obyek ini. Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh dalam studi kerusakan mencoret-coret pada meja taman oleh Christensen dan Samdahl (1985) bahwa kehadiran kerusakan akan memicu kerusakan coretan yang lebih banyak pada obyek tersebut. Aktivitas vandalisme 2 (memindahkan fasilitas) merupakan aktivitas vandalisme yang tidak didapati pada setting ini. Berdasarkan pada pengamatan lapang yang dilakukan terhadap para pelaku vandalisme di setting ini, diketahui bahwa tidak didapatinya aktivitas vandalisme 2. Tidak didapatinya aktivitas vandalisme tersebut ditunjang oleh struktur fasilitas yang kokoh dan kekuatan material site furniture yang digunakan pada setting ini sehingga menyulitkan para pelaku vandalisme untuk memindahkan fasilitas yang ada di dalam setting (Tabel 8). Pada tabel di atas (Tabel 8) dapat diketahui bahwa sikap yang dinyatakan oleh para pelaku vandalisme pada setting taman sakura adalah bahwa fasilitas dengan struktur tidak permanen pada setting ini kurang mendukung mereka untuk melakukan aksi vandalisme. Meskipun terdapat satu obyek yang tidak permanen (besi untuk berjualan) namun terdapat usaha dari pihak pengelola yang dapat mengurangi aksi vandalisme ini yaitu dengan cara menahan obyek tersebut dengan batu pada pondasi besi tersebut. Sikap yang ditunjukkan pelaku vandalisme memindahkan fasilitas terhadap faktor lingkungan
kedua untuk adalah bahwa mereka memindahkan fasilitas dikarenakan kerentanan material dari obyek vandalisme tersebut tidak menunjang sikap mereka untuk melakukan aksi vandalisme ini. Hal ini dapat dijelaskan karena materi yang digunakan pada setting ini memiliki sifat material fasilitas yang kokoh dan tahan lama, sehingga menunjang ikut menunjang pencegahan terhadap aktivitas vandalisme memindahkan fasilitas. Kesesuaian material yang dipilih dalam penggunaan fasilitas umum menyebabkan ditemukannya lebih sedikit kerusakan pada fasilitas tersebut (Mayhew et al. 1979).
5.4.2 Hubungan Setting Lawn dengan Aktivitas Vandalisme Keseluruhan aktivitas yang diamati dalam penelitian ini dapat ditemukan pada setting ini. Aktivitas yang dapat ditemui adalah aktivitas 1 (menulis atau menggambar pada fasilitas), aktivitas 2 (memindahkan fasilitas), aktivitas 3 (mengambil atau mematahkan bagian dari tanaman), dan aktivitas 4 (membuang sampah tidak pada tempatnya). Hal ini dapat menggambarkan bahwa setting ini memiliki jumlah vandalisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan setting taman sakura.
Gambar 17. Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn
Aktivitas vandalisme tipe 1 (menulis atau menggambar pada fasilitas atau tanaman) memiliki nilai tengah yang bernilai 0 (nol) aktivitas vandalisme dengan dua frekuensi nilai ekstrim yang masing-masing bernilai satu aktivitas vandalisme. Nilai ekstrim ini merupakan aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas bangku taman dan tempat sampah. Dalam penelitian ini, aktivitas vandalisme 2 merupakan aktivitas vandalisme yang hanya ditemukan pada setting lawn. Aksi vandalisme ini hanya terlihat dalam empat kali ulangan yang masing-masing ulangan terdapat satu aktivitas memindahkan fasilitas yang berada pada setting ini, hal ini menyebabkan pemusatan data berada pada nilai perilaku vandalisme sebesar 0 (nol) aktivitas vandalisme hingga satu aktvitas vandalisme. Pemusatan data yang terlihat dalam boxplot aktivitas vandalisme 3 tidak simetris karena terdapat pemusatan data yang lebih besar pada nilai-nilai kecil dengan nilai tengah data yang bernilai tiga aktivitas vandalisme. Aktivitas vandalisme 3 memiliki pemusatan data antara data yang bernilai satu aktivitas vandalisme hingga empat aktivitas vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman. Aktivitas vandalisme 4 memiliki penyebaran data kearah data yang bernilai besar dengan pemusatan data pada besaran jumlah perlaku vandalisme antara enam hingga 16 pelaku vandalisme tiap ulangan.
Tabel 9. Sikap Pelaku Vandalisme pada Setting Lawn Tipe Vandalisme Aktivitas 1
Faktor Lingkungan a. Berada pada lokasi yang
Sangat
Cukup
Tidak
Menunjang Menunjang Menunjang 30%
20%
50%
20%
50%
30%
50%
30%
20%
sepi
b. Keberadaan grafiti yang sebelumnya
Aktivitas 2
a. Struktur fasilitas yang tidak permanen
b. Material fasilitas yang
30%
20%
50%
a. Dalam jangkauan tangan
20%
70%
10%
b. Keindahan/keunikan
40%
30%
30%
50%
40%
20%
60%
30%
10%
rentan
Aktivitas 3
bagian dari tanaman
Aktivitas 4
a. Minimnya ketersediaan tempat sampah
b. Keberadaan sampah sebelumnya Keterangan:
Aktivitas1 : Menulis atau menggambar/grafiti pada fasilitas Aktivitas 2 : Memindahkan fasilitas Aktivitas 3: Mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman Aktivitas 4 : Membuang sampah tidak pada tempatnya
Aktivitas vandalisme 4 (membuang sampah tidak pada tempatnya) merupakan aktivitas yang paling banyak dilakukan dalam setting ini. Tingginya aktivitas piknik dan social gathering yang dilakukan pada setting ini menyebabkan tingginya jumlah sampah yang dihasilkan dalam setting ini. Tingginya produksi sampah dalam setting ini serta minimnya ketersediaan tempat sampah dan juga keberadaan sampah yang sudah dibuang sembarangan pada setting ini, mendorong pelaku vandalisme untuk membuang sampah tidak pada tempatnya dalam setting lawn (Tabel 9). Pada setting ini, sikap yang ditunjukkan oleh pelaku vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya adalah kurangnya ketersediaan tempat sampah sangat menunjang pelaku vandalisme untuk membuang sampah tidak pada tempatnya. Jumlah sikap yang ditunjukkan oleh pelaku vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya ini dapat memberikan gambaran bahwa menurut para pelaku vandalisme, setting ini tidak memiliki jumlah tempat sampah yang dapat menampung jumlah sampah yang dihasilkan dari aktivitas pada kedua setting ini. Tingginya produksi sampah dalam setting ini tidak ditunjang oleh ketersediaanya tempat sampah yang memadahi karena
ketersediaan tempat sampah pada setting ini hanya berjumlah 3 buah tempat sampah. Berdasarkan pada tabel diatas (Tabel 9) dapat diketahui bahwa sikap terbanyak yang dinyatakan oleh pelaku aksi vandalisme adalah bahwa keberadaan sampah yang sudah ada lebih dulu pada setting ini sangat mendorong mereka untuk melakukan aksi vandalisme serupa pada setting ini. Tingginya aksi vandalisme tipe ini, salah satunya dipacu oleh kurangnya penanganan cepat atas keberadaan sampah. Menurut Wiesenthal dan Stehlin (1988) bahwa suatu tindak vandalisme akan menjadi pemicu dari aksi vandalisme yang selanjutnya. Tidak seperti taman sakura, wisatawan pada setting lawn tidak banyak menggunakan jasa penyewa alas duduk karena lawn yang berada pada setting ini cukup kering sehingga para pengunjung dapat duduk dengan nyaman dibawah tanpa menggunakan alas duduk. Hal ini menyebabkan dampak tidak langsung bagi jumlah sampah di setting ini. Dengan sedikitnya jumlah pengguna jasa penyewa alas duduk maka akan penanganan sampah pada setting ini hanya bergantung pada penanganan dari pihak pengelola kawasan saja. Aktivitas vandalisme 3 dalam penelitian ini adalah aksi vandalisme mengambil atau mematahkan bagian tanaman. Aktivitas vandalisme ini merupakan aktivitas terbanyak kedua pada setting lawn setelah aktivitas vandalisme membuang sampah sembarangan. Tanaman yang menjadi obyek dari aksi vandalisme ini adalah tanaman sakura (Prunus sp.), ki perak (Rhaphiolepis championi), dan lantana (Lantana camara). Faktor lingkungan yang mendorong para pelaku vandalisme untuk melakukan aktivitas vandalisme mengambil atau mematahkan bagian dari tanaman pada setting ini adalah ada beberapa tanaman dalam setting ini yang berada dalam jangkauan tangan (Tabel 9). Sikap terbanyak yang dinyatakan oleh pelaku aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman bahwa penempatan tanaman pada setting ini cukup mempengaruhi mereka dalam melakukan aksi vandalisme. Dalam pengamatan lapang diketahui bahwa terdapat tanaman yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini merupakan tanaman yang berada dalam jangkauan tangan manusia. Jumlah tanaman yang tidak banyak dan penempatan tanaman yang tidak padat serta berada pada perbatasan setting menyebabkan tersedianya ruang yang cukup bagi wisatawan untuk beraktifitas sehingga dapat
meminimalkan interaksi antara manusia dengan tanaman. Meskipun dalam penempatan tanaman pada setting ini memungkinkan untuk memberi ruang beraktifitas yang cukup bagi wisatawan namun tingginya kunjungan wisatwan pada setting ini menyebabkan terjadinya aksi vandalisme tipe ini memiliki jumlah yang tidak jauh berbeda dengan aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting lawn. Berdasarkan pada tabel diatas (Tabel 9), sikap yang dikemukakan oleh pelaku vandalisme mengenai faktor lingkungan yang kedua adalah bahwa bagian yang menarik dari suatu tanaman sangat mendorong mereka untuk melakukan tindak vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman tersebut. Pernyataan sikap yang ditunjukkan oleh pelaku vandalisme pada setting ini didukung oleh kenyataan dilapang dimana yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini adalah ranting, daun, dan bunga. Bunga yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini merupakan bunga yang memiliki warna yang mencolok sehingga menimbulkan keinginan bagi pelaku vandalisme untuk memiliki bunga tersebut. Aktivitas vandalisme tertinggi ketiga yang dilakukan dalam setting ini adalah aktivitas vandalisme 2, yaitu memindahkan fasilitas. Faktor lingkungan yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas vandalisme memindahkan fasilitas yang dilakukan pada setting ini adalah struktur dari beberapa fasilitas yang berada di setting lawn kurang kokoh sehingga mudah untuk dipindahkan (Tabel 9). Pada setting lawn, aksi vandalisme memindahkan fasilitas dilakukan terhadap dua obyek, yaitu besi tempat berjualan dan papan nama tanaman, dimana besi tempat berjualan merupakan obyek yang paling sering dikenakan tindakan vandalisme memindahkan fasilitas. Tingginya tingkat vandalisme pada fasilitas taman terkait dengan kerentanan fasilitas yang berasal dari pemilihan konstruksi fasilitas tersebut (Chalingger 1992, diacu dalam Clarke 1997). Pernyataan tersebut mendukung sikap yang ditunjukkan oleh pelaku vandalisme ini dimana obyek yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini merupakan fasilitas yang memiliki struktur tidak permanen sehingga aksi vandalisme ini dapat terjadi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 9. dimana sikap yang dinyatakan oleh para pelaku vandalisme pada setting lawn adalah bahwa fasilitas dengan struktur tidak permanen pada setting ini sangat mendukung mereka
untuk melakukan aksi vandalisme. Meskipun secara umum fasilitas yang terdapat pada setting ini memiliki struktur fasilitas yang permanen namun terdapat dua obyek yang tidak permanen, yaitu besi untuk berjualan dan papan nama tanaman. Besi untuk berjualan merupakan obyek vandalisme yang dominan menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini. Meskipun ditemukan aksi vandalisme pada fasilitas papan nama tanaman namun nilai aksi tersebut sangat kecil nilainya hanya 1% dari keseluruhan aksi vandalisme pada setting lawn. Sikap yang dikemukakan oleh pelaku vandalisme terhadap faktor lingkungan kedua untuk aktivitas vandalisme memindahkan fasilitas adalah bahwa mereka memindahkan fasilitas dikarenakan kerentanan material dari obyek vandalisme tersebut tidak menunjang sikap mereka untuk melakukan aksi vandalisme ini. Hal tersebut disebabkan karena fasilitas materi yang digunakan pada setting ini memiliki sifat material yang kokoh dan tahan lama, sehingga mengurangi peluang kerusakan yang terjadi pada fasilitas tersebut dan mengakibatkan rendahnya aksi vandalisme pada setting ini. Penemuan ini sejalan dengan penelitian Clarke et al. (1978) yang menemukan bahwa kerentanan dari suatu obyek pengrusakan dapat mengintroduksi berbagai perilaku yang berujung pada kehancuran dari obyek tersebut. Aktivitas vandalisme 1 merupakan aktivitas vandalisme yang paling jarang dilakukan dalam setting ini dan seperti yang terlihat dalam boxplot dapat terlihat bahwa kegiatan vandalisme ini tidak sering dilakukan dan hanya sesekali saja dilakukan pada setting ini. Data ini sesuai dengan kenyataan dilapang dimana hanya sedikit ditemukan tulisan maupun gambar yang terdapat pada setting maupun fasilitas yang berada di setting lawn. Dalam penelitian ini, kondisi tersebut dipengaruhi oleh penggunaan elemen penyusun setting dan penataan setting yang sesuai sehingga dapat meminimalkan aksi vandalisme menulis atau menggambar pada setting lawn, antara lain penggunaan fasilitas dan tanaman yang memiliki penampang yang tidak luas dan cukup keras untuk dicoret-coret sehingga meminimalkan aktivitas vandalisme 1. Pada Tabel 9 diketahui bahwa sikap yang dinyatakan oleh para pelaku vandalisme pada setting lawn adalah bahwa kondisi sepi pada setting ini cukup mendukung dan tidak mendukung mereka untuk melakukan aksi vandalisme. Seperti
pada taman sakura, setting ini merupakan salah satu vantage point Kebun Raya Cibodas yang selalu ramai oleh pengunjung sehingga dapat diketahui bahwa aksi vandalisme yang dilakukan pada setting ini tidak dipengaruhi oleh keberadaan setting yang terletak pada lokasi yang sepi. Tapak ini memiliki perancangan setting yang terbuka sehingga tidak ditemukan lokasi terpencil yang sulit umtuk diakses. Hal ini turut mendukung minimnya aksi vandalisme 1 yang dilakukan pada setting lawn. Tingginya jumlah kunjungan serta perancangan setting yang terbuka menyebabkan mempermudah dan meningkatkan pengawasan dari berbagai pihak. Aksi vandalisme lebih banyak dilakukan pada lokasi dengan pengawasan yang minim karena dapat meminimalkan rasa malu yang diperoleh pelaku vandalisme apabila terkena teguran akibat perilaku vandalisme mereka serta mengurangi kekhawatiran mereka untuk dilaporkan ke pihak yang berwenang. Sikap lainnya yang dinyatakan oleh pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas di setting lawn bahwa keberadaan coretan terdahulu yang terdapat pada setting ini cukup mendorong mereka untuk melakukan vandalisme menulis atau menggambar yang serupa pada obyek tersebut. Data ini merupakan gambaran bahwa pada setting lawn tidak banyak terdapat tulisan dan gambar terdahulu yang akan memicu calon pelaku vandalisme mencoret-coret lainnya, dan dapat menjelaskan bahwa faktor ini bukan faktor utama yang menjadi pendorong para pelaku vandalisme di setting ini untuk melakukan tindakan menulis atau menggambar pada fasilitas. Pernyataan sikap para pelaku vandalisme ini didukung oleh kenyataan dilapang dimana tidak didapatinya banyak coretan yang ditemukan pada fasilitas di setting ini, sehingga dapat meminimalisasi aksi vandalisme tipe 1 yang selanjutnya. Dalam pengambilan video diketahui bahwa jumlah aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas di setting Taman Sakura dan lawn sama besarnya, padahal berdasarkan kondisi dilapang diketahui bahwa vandalisme tulisan dan atau gambaran yang berada pada fasilitas di Taman Sakura lebih banyak dibandingkan dengan vandalisme tulisan dan atau gambaran yang berada pada fasilitas di Lawn. Perbedaan ini disebabkan oleh keterbatasan waktu penelitian sehingga didapatkan data vandalisme yang kurang menunjang.
5.5
Implementasi Pengelolaan Dalam penelitian ini dapat diketahui perancangan setting yang kurang tepat
pada taman sakura dan lawn yang mendorong para pelaku vandalisme untuk melakukan aksi vandalisme terhadap suatu setting. Untuk mengurangi jumlah aksi vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung akibat kurang tepatnya setting dari kawasan ini maka hendaknya dilakukan suatu pengelolaan kawasan yang tepat. Dalam penanganan aksi vandalisme pada kedua setting ini dapat dilakukan pendekatan melalui aspek fungsi (function), bentuk (form) dan organisasi (organization) (Zahnd, 1999).
5.5.1 Fungsi Penanganan aksi vandalisme melalui pendekatan dari aspek fungsi (function) dapat dilakukan dengan mengembalikan fungsi dari suatu peruntukan, baik itu peruntukan tapak maupun elemen taman yang menyusunnya. Dalam penelitian ini dapat dilakukan beberapa penangan vandalisme melalui pendekatan fungsi yaitu dengan cara: 1. Untuk aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas yang melakukan aksi karena terdorong oleh adanya fasilitas yang terletak pada lokasi yang sepi dapat di atasi dengan mendistribusikan tingginya kepadatan. Pada setting taman sakura, mendistribusikan kepadatan dapat dilakukan dengan mengarahkan pengunjung dari tingkat kepadatan yang tinggi dibagian barat dan utara setting ke bagian timur setting. Sedangkan pada setting lawn tidak perlu dilakukan pendistribusian kepadatan pengunjung karena kepadatan pengunjung pada setting ini sudah terdistribusi dengan baik. 2. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman yang dilakukan karena dorongan dari penempatan dan ukuran tanaman yang mudah dijangkau oleh tangan serta karena terdapat beberapa tanaman yang memiliki bagian yang menarik untuk dimiliki dapat di atasi dengan memberikan ruang pembatas antara tanaman dengan ruang aktivitas manusia. Ruang tersebut dapat menjadi “tanda” bahwa area tersebut tidak untuk didekati.
5.5.2 Bentuk Aksi vandalisme dapat dikurangi bahkan diatasi dengan melalui pendekatan dari aspek bentuk (form) yaitu: 1. Untuk aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas yang aksi karena terdorong oleh adanya fasilitas yang terletak pada lokasi yang sepi dapat di atasi dengan menciptakan suatu obyek wisata ataupun elemen taman pada lokasi yang sepi yang dapat menarik minat pengunjung sehingga terjadi distribusi pengunjung yang merata pada seluruh bagian setting. 2. Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas yang disebabkan karena fasilitas berada pada lokasi yang sepi adalah mengakomodir pergerakan pengunjung dengan menyediakan jalur sirkulasi agar tidak ditemukan adanya lokasi yang sepi yang menunjang aksi vandalisme ini. 3. Untuk mencegahan aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas yang serupa pada setting ini, dapat disediakan suatu media yang diletakkan dalam setting ini untuk menulis atau menggambar. 4. Untuk aksi vandalisme memindahkan fasilitas yang dilakukan karena terdorong oleh struktur dari fasilitas tersebut yang tidak permanen dengan cara menanam pondasi fasilitas besi penyanggah dalam tanah atau memberi perkerasan pada dasar dari fasilitas ini. 5. Penanganan aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pembatas tanaman yang terbuat dari material yang kokoh, tahan lama, dan memerlukan pemeliharaan yang rendah. 6. Penangan terhadap aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada kedua setting dilakukan dengan cara menambah ketersediaan tempat sampah di dalam setting. Tempat sampah tersebut hendaknya tersebar merata diseluruh bagian setting dan menempatkannya pada jarak yang tidak terlalu jauh sehingga mudah dijangkau.
5.5.3 Kelembagaan Penanganan aksi vandalisme yang dapat dilakukan melalui pendekatan dari aspek kelembagaan (organization) adalah: 1. Menerapkan dan mensosialisasikan peraturan yang berkenaan dengan aksi vandalisme yang berlaku pada kawasan. 2. Menindak tegas pelaku vandalisme dengan sanksi atau hukuman yang telah ditetapkan. 3. Melakukan pengawasan kawasan yang dilakukan oleh pihak pengelola. 4. Melibatkan pengawasan langsung dari pengunjung agar mencegah perilaku vandalisme yang akan terjadi. 5. Melakukan pendidikan terhadap pengunjung yang bersifat penyuluhan terusmenerus yang dilakukan agar adanya kesadaran untuk sama-sama menjaga keberlangsungan kawasan ini dari ancaman vandalisme. Sasaran utama dari pendidikan ini adalah laki-laki dengan usia remaja (14-20 tahun). Penentuan sasaran utama ini tidak berarti bahwa pendidikan hanya ditetapkan bagi kategori tersebut namun juga perlu ditetapkan kepada pengunjung dari kategori yang lain. 6. Melakukan penganan cepat terhadap aksi vandalisme yang terjadi. Untuk aksi vandalisme menulis atau menggambar hendaknya segera diatasi dengan suatu perbaikan atau penanganan cepat atas aksi pengrusakan ini. Pada kedua setting dapat dilakukan perbaikan segera dengan cara penghapus atau menghilangkan tulisan atau gambar pada fasilitas yang menjadi sasaran aksi vandalisme ini. 7. Melakukan pengangkutan sampah secara teratur dan lebih intensif terutama pada hari-hari dimana tingkat kunjungan lebih tinggi.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan Setting lawn memiliki jumlah aksi vandalisme yang jauh lebih banyak
dibandingkan dengan setting taman sakura. Pada setting taman sakura ditemukan sebesar 114 perilaku vandalisme dan pada setting lawn ditemukan sebanyak 150 perilaku vandalisme. Jumlah kombinasi vandalisme yang dilakukan pada setting lawn juga lebih beragam dibandingkan dengan setting taman sakura yang cenderung stabil dengan kombinasi 2 aksi vandalisme. Aksi vandalisme pada setting taman sakura yang terlihat dalam penelitian ini adalah menulis atau menggambar pada fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Sedangkan aksi vandalisme yang terlihat pada setting lawn adalah menulis atau menggambar pada fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Faktor yang mendorong pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas pada taman sakura adalah karena terdorong oleh adanya fasilitas yang terletak pada lokasi yang sepi dan karena sebelumnya sudah didapati adanya tulisan ataupun gambar pada fasilitas tersebut. Sedangkan faktor yang mendorong pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas pada lawn adalah karena sebelumnya sudah didapati adanya tulisan ataupun gambar pada fasilitas tersebut. Pelaku aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada setting lawn terdorong oleh terdorong oleh struktur dari fasilitas tersebut yang tidak permanen. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari penempatan dan ukuran tanaman yang mudah dijangkau oleh tangan serta karena terdapat beberapa tanaman yang memiliki bagian yang menarik untuk dimiliki. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting lawn, dilakukan atas dasar rasionalitas yang sama dengan rasionalitas pad setting taman sakura. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari minimnya
ketersediaan tempat sampah pada setting ini. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari minimnya ketersediaan tempat sampah pada setting ini dan karena sudah terdapat sampah yang dibuang pada lokasi tersebut. Untuk mengatasi permasalahan vandalisme ini hendaknya dilakukan suatu sistem pengelollan kawasan yang memperhatikan function (fungsi), form (bentukan), dan organization (kelembagaan).
6.2
Saran Hendaknya dilakukan suatu perbaikan dan peningkatan sistem pengelolaan
kawasan dalam KRC. Untuk mengatasi aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas dilakukan dengan mendistribusikan kepadatan pengunjung dan keramaian serta melakukan penangana cepat apabila ditemukan suatu coretan. Untuk mengatasi aksi vandalisme memindahkan fasilitas hendaknya dilakukan suatu perbaikan terhadap struktur faslitas tersebut. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman diatasi dengan cara memberikan ruang pembatas antara tanaman tersebut dengan ruang disekitarnya. Vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya dapat diatasi dengan menambah ketersedian tempat sampah dan dengan kesegeraan untuk membersihkan dan mengangkut sampah yang telah menumpuk.
DAFTAR PUSTAKA Aunuddin. 1989. Analisis Data dengan Pendekatan Eksploratif [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bailey, Ethel Z, Liberty Hyde. 1978. Hortus. Volume ke-3. New York: Macmillan. Bideaud J, PG Coslin. 1984. Moral Judgement and Attitudes Towards Vandalism. Amsterdam: Elsevier Science. Canter, D. 1984. Vandalism, Overview and Prospect. Amsterdam: Elsevier Science. Chalingger, D. 1992. Less Telephone Vandalism; How Did It Happen. New York: Harrow and Heston. Christensen, HH. 1981. Vandalism: an Expioratory Assesment of Perceived Impacts and Potential Solutions. Amsterdam: Elsevier Science. , Samdahl DM. 1985. Environment Cues and Vandalism: An Exploratory Study of Picnic Table Carving [catatan penelitian]. Environment and Behavior 17: 445. Clarke, RV. 1997. Situational Crime Prevention: Successful Case Studies. New York: Harrow and Heston. Clarke RVG, FJ Gladstone, Sturman A, Wilson S. 1978. Tackling Vandalism. London: Her Majesty’s Stationery Office. Emerson JD, J Strenio. 1983. Boxplots and Batch Comparison. Manila: Addison Wesley Publishing Company. [Depdikbud] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed ke-4. Jakarta: Balai Pustaka Gifford, Robert. 1987. Environment Psychology, Principles and Practice. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Gold, SM. 1980. Recreation Planning and Desain. New York: McGraw-Hill Book Company.
Haryadi, B. Setiawan. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku: Suatu Pengantar ke Teori, Metodologi dan Aplikasi. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Harris CW, NT Dines. 1998. Time-Saver Standards for Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill Publishing Company. Herlina, Lina. 2002. Studi Behavior Setting pada Taman Skala Perumahan: Studi Kasus Perum Duta Kencana 2 Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hindelang, MJ. 1976. With a Little Help From Their Friends: Group Participation in Reported Delinquent Behavior [ulasan]. British Journal of Criminology 16: 109-125. Jacobs, J. 1961. The Death and Life of Great American Cities. New York: Penguin Books Ltd. Laurens, JM. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT. Grasindo. Lavrakas, PJ. 1982. Fear of Crime and Behavior Restrictions in Urban and Suburban Neighborhoods. Population and Environment 5: 242. Levy, Leboyer C. 1984. Vandalism and The Social Sciences. Amsterdam: Elsevier Science. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1987. Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomer 25/KEP/D.5/1987 tentang Status Kebun Raya. Jakarta: LIPI . 2002. Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomer 1017/M/2002 tentang Tugas dan Fungsi Kebun Raya. Jakarta: LIPI , UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas. 2010. Laporan Tahunan 2009 UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas. Bogor: LIPI. Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Suarabaya: Usaha Nasional Mawby, R. 1980. Sex and Crime: The Result of a Self Report Study [catatan penelitian]. British Journal of Sociology 31: 542-543.
Mayhew, RVG Clarke, A Sturman, JM Hought. 1976. Crime as Opportunity. London: Her Majesty’s Stationery Office. Moser, Gabriel. 1987. What Is Vandalism? Toward a Psycho-Social Definition and Its Implications. Paris: Rene Descartes University. Murtiartini, Nyoman. 1999. Studi Perilaku Vandalisme pada Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Santoso, S. 2003. Statistik Diskriptif: Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Smith, Martha J.2003. Exploring Target Attractiveness in Vandalism: an Experimental Approach. Wichita: Wichita State University. Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan. Sternloff RE, Roger Warren. 1984. Park and Recreation Maintenance Management. Canada: John Wiley and Sons. Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Wahyuni, DS. 2004. Studi Behavior Setting dan Behavior Mapping pada Taman Kota: Studi Kasus Taman Situ Lembang, Kecamtan Meneng, Jakarta Pusat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota secara Terpadu. Yogyakarta: Kanisius.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Obyek Vandalisme Tiap Ulangan Lokasi
Taman Sakura
Lawn
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
1 1 2
2 3
4 4 6 4 3 5 29 3 3 5 3 1 2 3 1 4 25
Keterangan : 1 Pohon 2 Semak 3 Groundcover 4 Gazebo 5 Jembatan 6 Media Informasi 7 Papan Nama Tanaman 8 Besi Penyanggah 9 Bangku Taman 10 Tempat Sampah
3 9 7 4
4
Obyek 5 6
1
7
8
9
10
1
7
3
0
7 10 5 1 8 12 63 26 6 10 6 12 18 5 16 9 11 119
1
8
1 6 8
2 1
0
0 1
2
0
1 1 1 1
0
0
0
1
3
1 1
1
Jumlah 13 9 6 11 11 16 9 2 14 23 114 30 9 15 10 14 21 8 18 9 16 150
Lampiran 2. Aktivitas Vandalisme Tiap Ulangan Lokasi
Taman Sakura
Lawn
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2
Aktivitas 2 3 0 7 0 1 0 0 0 3 0 3 0 6 0 4 0 0 0 3 0 3 0 30 1 3 0 3 0 5 1 4 1 1 1 3 0 3 0 1 0 1 0 4 4 28
Keterangan : 1 Menulis atau menggambar pada fasilitas 2 Memindahkan fasilitas 3 Mengambil atau mematahkan bagian dari tanaman 4 Membuang sampah tidak pada tempatnya
4 6 8 5 8 8 10 5 1 11 20 82 26 6 10 5 12 17 5 16 8 11 116
Jumlah 13 9 6 11 11 16 9 2 14 23 114 30 9 15 10 14 21 8 18 9 16 150
Lampiran 3. Uraian Deskriptif Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme
Lokasi Frekuensi Obyek
Taman Sakura
Lawn
Statistic Std. Error Mean 95% Confidence Interval for Mean
2.50 Lower Bound
1.99
Upper Bound
3.01
5% Trimmed Mean
2.44
Median
2.00
Variance
.500
Std. Deviation
.707
Minimum
2
Maximum
4
Range
2
Interquartile Range
1
.224
Skewness
1.179
.687
Kurtosis
.571
1.334
Mean
2.50
.224
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
1.99
Upper Bound
3.01
5% Trimmed Mean
2.56
Median
3.00
Variance
.500
Std. Deviation
.707
Minimum
1
Maximum
3
Range
2
Interquartile Range
1
Skewness Kurtosis
-1.179
.687
.571
1.334
Lampiran 4. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme Plot Batang dan Daun untuk Taman Sakura Frequency 6.00 .00 3.00 .00 1.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 2 2 3 3 4
. . . . .
Leaf 000000 000 0
1 1 case(s)
Plot Batang dan Daun untuk Lawn Frequency 1.00 .00 3.00 .00 6.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 1 1 2 2 3
. . . . .
Leaf 0 000 000000
1 1 case(s)
Lampiran 5. Uraian Deskriptif Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura
Obyek Vandalisme Jumlah Obyek Vandalisme
1
Mean 95% Confidence Interval for Mean
2
Statistic Std. Error 2.90 Lower Bound
1.41
Upper Bound
4.39
5% Trimmed Mean
2.89
Median
3.50
Variance
4.322
Std. Deviation
2.079
Minimum
0
Maximum
6
Range
6
Interquartile Range
4
.657
Skewness
-.206
.687
Kurtosis
-1.169
1.334
.30
.300
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
-.38
Upper Bound
.98
5% Trimmed Mean
.17
Median
.00
Variance
.900
Std. Deviation
.949
Minimum
0
Maximum
3
Range
3
Interquartile Range
0
Skewness
3.162
.687
Kurtosis 3 Mean 95% Confidence Interval for Mean
10.000
1.334
6.50
1.128
Lower Bound
3.95
Upper Bound
9.05
5% Trimmed Mean
6.56
Median
7.00
Variance
12.722
Std. Deviation
3.567
Minimum
0
Maximum
12
Range
12
Interquartile Range
6
Skewness
-.331
.687
Kurtosis
-.174
1.334
.80
.696
4 Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
-.77
Upper Bound
2.37
5% Trimmed Mean
.50
Median
.00
Variance
4.844
Std. Deviation
2.201
Minimum
0
Maximum
7
Range
7
Interquartile Range
0
Skewness
3.051
.687
Kurtosis
9.433
1.334
.80
.593
5 Mean 95% Confidence
Lower Bound
-.54
Interval for Mean
Upper Bound
2.14
5% Trimmed Mean
.56
Median
.00
Variance
3.511
Std. Deviation
1.874
Minimum
0
Maximum
6
Range
6
Interquartile Range
1
Skewness
2.893
.687
Kurtosis
8.656
1.334
.10
.100
6 Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
-.13
Upper Bound
.33
5% Trimmed Mean
.06
Median
.00
Variance
.100
Std. Deviation
.316
Minimum
0
Maximum
1
Range
1
Interquartile Range
0
Skewness
3.162
.687
Kurtosis
10.000
1.334
Obyek Vandalisme 7, 8, 9 dan 10 memiliki nilai konstan sehingga tidak ditampilkan
Keterangan : 1. Pohon 2. Semak 3. Groundcover 4. Gazebo 5. Jembatan 6. Media Informasi 7. Papan Nama Tanaman 8. Besi Penyanggah 9. Bangku Taman 10. Tempat Sampah
Lampiran 6. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura Plot Batang dan Daun untuk Obyek Pohon Frequency 3.00 2.00 4.00 1.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 0 0 0 0
. . . .
Leaf 001 23 4445 6
10 1 case(s)
Plot Batang dan Daun untuk Obyek Semak Frequency
Stem &
9.00 0 . 1.00 Extremes Stem width: Each leaf:
Leaf 000000000 (>=3)
10 1 case(s)
Plot Batang dan Daun untuk Obyek Groundcover Frequency 3.00 5.00 2.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 0 . 0 . 1 .
Leaf 034 57789 02
10 1 case(s)
Lampiran 6 (lanjutan). Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura
Plot Batang dan Daun untuk Obyek Gazebo Frequency
Stem &
8.00 0 . 2.00 Extremes Stem width: Each leaf:
Leaf 00000000 (>=1)
10 1 case(s)
Plot Batang dan Daun untuk Obyek Jembatan Frequency
Stem &
7.00 0 . .00 0 . 2.00 1 . 1.00 Extremes Stem width: Each leaf:
Leaf 0000000 00 (>=6.0)
1 1 case(s)
Plot Batang dan Daun untuk Obyek Media Informasi Frequency
Stem &
9.00 0 . 1.00 Extremes Stem width: Each leaf:
Leaf 000000000 (>=1)
10 1 case(s)
Lampiran 7. Uraian Deskriptif Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn
Obyek Vandalisme Jumlah Obyek Vandalisme
Statistic Std. Error
1 Mean 95% Confidence Interval for Mean
2.50 Lower Bound
1.42
Upper Bound
3.58
5% Trimmed Mean
2.50
Median
3.00
Variance
2.278
Std. Deviation
1.509
Minimum
0
Maximum
5
Range
5
Interquartile Range
2
.477
Skewness
-.121
.687
Kurtosis
-.401
1.334
11.90
2.063
3 Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
7.23
Upper Bound
16.57
5% Trimmed Mean
11.50
Median
10.50
Variance
42.544
Std. Deviation
6.523
Minimum
5
Maximum
26
Range
21
Interquartile Range
11
Skewness
1.165
.687
Kurtosis 7 Mean 95% Confidence Interval for Mean
1.203
1.334
.10
.100
Lower Bound
-.13
Upper Bound
.33
5% Trimmed Mean
.06
Median
.00
Variance
.100
Std. Deviation
.316
Minimum
0
Maximum
1
Range
1
Interquartile Range
0
Skewness
3.162
.687
Kurtosis
10.000
1.334
.30
.153
8 Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
-.05
Upper Bound
.65
5% Trimmed Mean
.28
Median
.00
Variance
.233
Std. Deviation
.483
Minimum
0
Maximum
1
Range
1
Interquartile Range
1
Skewness
1.035
.687
Kurtosis
-1.224
1.334
.10
.100
9 Mean 95% Confidence
Lower Bound
-.13
Interval for Mean
Upper Bound
.33
5% Trimmed Mean
.06
Median
.00
Variance
.100
Std. Deviation
.316
Minimum
0
Maximum
1
Range
1
Interquartile Range
0
Skewness
3.162
.687
Kurtosis
10.000
1.334
.10
.100
10 Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
-.13
Upper Bound
.33
5% Trimmed Mean
.06
Median
.00
Variance
.100
Std. Deviation
.316
Minimum
0
Maximum
1
Range
1
Interquartile Range
0
Skewness
3.162
.687
Kurtosis
10.000
1.334
Obyek Vandalisme 2, 4, 5 dan 6 memiliki nilai konstan sehingga tidak ditampilkan
Keterangan : 1. Pohon 2. Semak 3. Groundcover 4. Gazebo 5. Jembatan 6. Media Informasi 7. Papan Nama Tanaman 8. Besi Penyanggah 9. Bangku Taman 10. Tempat Sampah
Lampiran 8. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn Plot Batang dan Daun untuk Obyek Pohon Frequency 1.00 2.00 1.00 4.00 1.00 1.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 0 1 2 3 4 5
. . . . . .
Leaf 0 00 0 0000 0 0
1 1 case(s)
Plot Batang dan Daun untuk Obyek Groundcover Frequency .00 4.00 3.00 2.00 .00 1.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 0 0 1 1 2 2
. . . . . .
Leaf
5669 012 68 6
10 1 case(s)
Plot Batang dan Daun untuk Obyek Papan Nama Tanaman Frequency
Stem &
9.00 0 . 1.00 Extremes Stem width: Each leaf:
Leaf 000000000 (>=1)
10 1 case(s)
Lampiran 8 (lanjutan). Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn
Plot Batang dan Daun untuk Obyek Besi untuk Berjualan Frequency 7.00 .00 3.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 0 . 0 . 1 .
Leaf 0000000 000
1 1 case(s)
Plot Batang dan Daun untuk Obyek Bangku Taman Frequency
Stem &
9.00 0 . 1.00 Extremes Stem width: Each leaf:
Leaf 000000000 (>=1)
10 1 case(s)
Plot Batang dan Daun untuk Obyek Tempat Sampah
Frequency
Stem &
9.00 0 . 1.00 Extremes Stem width: Each leaf:
Leaf 000000000 (>=1)
10 1 case(s)
Lampiran 9. Uraian Deskriptif dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme
Lokasi
Statistic Std. Error
Jumlah
Taman
Mean
Pelaku
Sakura
95% Confidence
Lower Bound
7.31
Interval for Mean
Upper Bound
15.49
Vandalisme
11.40
5% Trimmed Mean
11.28
Median
11.00
Variance
32.711
Std. Deviation
5.719
Minimum
2
Maximum
23
Range
21
Interquartile Range
Lawn
1.809
6
Skewness
.493
.687
Kurtosis
1.235
1.334
Mean
15.00
2.155
95% Confidence
Lower Bound
10.12
Interval for Mean
Upper Bound
19.88
5% Trimmed Mean
14.56
Median
14.50
Variance
46.444
Std. Deviation
6.815
Minimum
8
Maximum
30
Range
22
Interquartile Range
10
Skewness
1.193
.687
Kurtosis
1.491
1.334
Lampiran 10. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme Plot Batang dan Daun pada Taman Sakura Frequency
Stem &
1.00 0 3.00 0 4.00 1 1.00 1 1.00 Extremes Stem width: Each leaf:
. . . .
Leaf 2 699 1134 6 (>=23)
10 1 case(s)
Plot Batang dan Daun pada Lawn Frequency 3.00 5.00 1.00 1.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 0 1 2 3
. . . .
Leaf 899 04568 1 0
10 1 case(s)
Lampiran 11. Uraian Deksritif dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas Vandalisme
Lokasi
Statistic Std. Error
Frekuensi
Taman
Mean
2.40
Obyek
Sakura
95% Confidence
Lower Bound
2.03
Interval for Mean
Upper Bound
2.77
5% Trimmed Mean
2.39
Median
2.00
Variance
.267
Std. Deviation
.516
Minimum
2
Maximum
3
Range
1
Interquartile Range
1
Skewness Kurtosis Lawn
Mean
.163
.484
.687
-2.277
1.334
2.50
.224
95% Confidence
Lower Bound
1.99
Interval for Mean
Upper Bound
3.01
5% Trimmed Mean
2.56
Median
3.00
Variance
.500
Std. Deviation
.707
Minimum
1
Maximum
3
Range
2
Interquartile Range
1
Skewness Kurtosis
-1.179
.687
.571
1.334
Lampiran 12. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas Vandalisme Plot Batang dan Daun pada Taman Sakura Frequency 6.00 .00 4.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 2 . 2 . 3 .
Leaf 000000 0000
1 1 case(s)
Plot Batang dan Daun pada Lawn Frequency 1.00 .00 3.00 .00 6.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 1 1 2 2 3
. . . . .
Leaf 0 000 000000
1 1 case(s)
Lampiran 13. Uraian Deskriptif dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura
Aktivitas Jenis Aktivitas Aktivitas 1
Aktivitas3
Statistic Std. Error Mean 95% Confidence Interval for Mean
.20 Lower Bound
-.10
Upper Bound
.50
5% Trimmed Mean
.17
Median
.00
Variance
.178
Std. Deviation
.422
Minimum
0
Maximum
1
Range
1
Interquartile Range
0
.133
Skewness
1.779
.687
Kurtosis
1.406
1.334
3.00
.730
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
1.35
Upper Bound
4.65
5% Trimmed Mean
2.94
Median
3.00
Variance
5.333
Std. Deviation
2.309
Minimum
0
Maximum
7
Range
7
Interquartile Range
4
Aktivitas4
Skewness
.338
.687
Kurtosis
-.380
1.334
7.90
1.622
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
4.23
Upper Bound
11.57
5% Trimmed Mean
7.61
Median
7.00
Variance
26.322
Std. Deviation
5.131
Minimum
1
Maximum
20
Range
19
Interquartile Range
5
Skewness
1.442
.687
Kurtosis
3.233
1.334
Aktivitas 2 memiliki nilai yang konstan sehingga tidak ditampilkan Keterangan : 1 Menulis atau menggambar pada fasilitas 2 Memindahkan fasilitas 3 Mengambil atau mematahkan bagian dari tanaman 4 Membuang sampah tidak pada tempatnya
Lampiran 14. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura Plot Batang dan Daun pada Aktivitas Menggambar atau Menulis pada Fasilitas Frequency
Stem &
8.00 0 . 2.00 Extremes Stem width: Each leaf:
Leaf 00000000 (>=1)
10 1 case(s)
Plot Batang dan Daun pada Aktivitas Mematahkan atau Mengambil Bagian dari Tanaman Frequency 3.00 4.00 1.00 2.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 0 0 0 0
. . . .
Leaf 001 3333 4 67
10 1 case(s)
Plot Batang dan Daun pada Aktivitas Membuang Sampah Tidak Pada Tempatnya Frequency
Stem &
1.00 0 . 6.00 0 . 2.00 1 . 1.00 Extremes Stem width: Each leaf:
Leaf 1 555688 01 (>=20)
10 1 case(s)
Lampiran 15. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn
Aktivitas Jenis Aktivitas
Statistic Std. Error
Aktivitas Mean 1 95% Confidence Interval for Mean
.20 Lower Bound
-.10
Upper Bound
.50
5% Trimmed Mean
.17
Median
.00
Variance
.178
Std. Deviation
.422
Minimum
0
Maximum
1
Range
1
Interquartile Range
0
.133
Skewness
1.779
.687
Kurtosis
1.406
1.334
.40
.163
Aktivitas2 Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
.03
Upper Bound
.77
5% Trimmed Mean
.39
Median
.00
Variance
.267
Std. Deviation
.516
Minimum
0
Maximum
1
Range
1
Interquartile Range
1
Skewness Kurtosis Aktivitas3 Mean 95% Confidence Interval for Mean
.484
.687
-2.277
1.334
2.80
.442
Lower Bound
1.80
Upper Bound
3.80
5% Trimmed Mean
2.78
Median
3.00
Variance
1.956
Std. Deviation
1.398
Minimum
1
Maximum
5
Range
4
Interquartile Range
3
Skewness
-.171
.687
Kurtosis
-.968
1.334
11.60
2.083
Aktivitas4 Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
6.89
Upper Bound
16.31
5% Trimmed Mean
11.17
Median
10.50
Variance
43.378
Std. Deviation
6.586
Minimum
5
Maximum
26
Range
21
Interquartile Range
11
Skewness
1.180
.687
Kurtosis
1.365
1.334
Keterangan : 1 Menulis atau menggambar pada fasilitas 2 Memindahkan fasilitas 3 Mengambil atau mematahkan bagian dari tanaman 4 Membuang sampah tidak pada tempatnya
Lampiran 16. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn Plot Batang dan Daun pada Aktivitas Menggambar atau Menulis pada Fasilitas Frequency
Stem &
8.00 0 . 2.00 Extremes Stem width: Each leaf:
Leaf 00000000 (>=1)
10 1 case(s)
Plot Batang dan Daun pada Aktivitas Memindahkan Fasilitas Frequency 6.00 .00 4.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 0 . 0 . 1 .
Leaf 000000 0000
1 1 case(s)
Plot Batang dan Daun pada Aktivitas Mematahkan atau Mengambil Bagian dari Tanaman Frequency 3.00 .00 4.00 2.00 1.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 1 2 3 4 5
. . . . .
Leaf 000 0000 00 0
1 1 case(s)
Lampiran 16 (lanjutan). Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn
Plot Batang dan Daun pada Aktivitas Membuang Sampah Tidak Pada Tempatnya Frequency .00 4.00 3.00 2.00 .00 1.00 Stem width: Each leaf:
Stem & 0 0 1 1 2 2
. . . . . .
Leaf
5568 012 67 6
10 1 case(s)
Lampiran 17. Kuesioner Menggambar atau Menulis pada Fasilitas di Taman Sakura KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI HUBUNGAN SETTING DENGAN PERILAKU VANDALISME PADA KEBUN RAYA CIBODAS (KRC), KABUPATEN CIANJUR Kuesioner ini merupakan salah satu alat untuk menunjang penelitian saya mengenai keterkaitan antara perilaku vandalisme (merusak) dengan kondisi pada areal yang telah ditetapkan. Informasi yang anda berikan akan menjadi data bagi penelitian saya. Partisipasi anda sangat saya harapkan. Sebelum dan sesudah saya ucapkan terimakasih. Bogor, April 2010 Annisaa Elok Permatasari Mahasiswa Arsitektur Lanskap, IPB
Petunjuk: Beri tanda [x] pada jawaban yang anda anggap sesuai. A
Identitas Responden A.1 Umur
:
A.2
:
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
A.3
Pendidikan terakhir
:
SD SMP SMA Akademi/ Perguruan Tinggi
B
Perancangan (Desain) Setting Menurut anda faktor apakah yang menunjang seseorang untuk menulis atau menggambar pada fasilitas di Taman Sakura ini? a. Lokasi sedang sepi atau berada pada zona yang sepi b. Sudah didapati tulisan atau gambar pada fasilitas tersebut
Lampiran 18. Kuesioner Menggambar atau Menulis pada Fasilitas di Lawn KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI HUBUNGAN SETTING DENGAN PERILAKU VANDALISME PADA KEBUN RAYA CIBODAS (KRC), KABUPATEN CIANJUR Kuesioner ini merupakan salah satu alat untuk menunjang penelitian saya mengenai keterkaitan antara perilaku vandalisme (merusak) dengan kondisi pada areal yang telah ditetapkan. Informasi yang anda berikan akan menjadi data bagi penelitian saya. Partisipasi anda sangat saya harapkan. Sebelum dan sesudah saya ucapkan terimakasih. Bogor, April 2010 Annisaa Elok Permatasari Mahasiswa Arsitektur Lanskap, IPB
Petunjuk: Beri tanda [x] pada jawaban yang anda anggap sesuai. A
Identitas Responden A.1 Umur
:
A.2
:
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
A.3
Pendidikan terakhir
:
SD SMP SMA Akademi/ Perguruan Tinggi
B
Perancangan (Desain) Setting Menurut anda faktor apakah yang menunjang seseorang untuk menulis atau menggambar pada fasilitas di Lawn (Lapangan Danau) ini? c. Lokasi sedang sepi atau berada pada zona yang sepi d. Sudah didapati tulisan atau gambar pada fasilitas tersebut
Lampiran 19. Kuesioner Memindahkan Fasilitas di Taman Sakura KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI HUBUNGAN SETTING DENGAN PERILAKU VANDALISME PADA KEBUN RAYA CIBODAS (KRC), KABUPATEN CIANJUR Kuesioner ini merupakan salah satu alat untuk menunjang penelitian saya mengenai keterkaitan antara perilaku vandalisme (merusak) dengan kondisi pada areal yang telah ditetapkan. Informasi yang anda berikan akan menjadi data bagi penelitian saya. Partisipasi anda sangat saya harapkan. Sebelum dan sesudah saya ucapkan terimakasih. Bogor, April 2010 Annisaa Elok Permatasari Mahasiswa Arsitektur Lanskap, IPB Petunjuk: Beri tanda [x] pada jawaban yang anda anggap sesuai. A
Identitas Responden A.1 Umur
:
A.2
:
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
A.3
Pendidikan terakhir
:
SD SMP SMA Akademi/ Perguruan Tinggi
B
Perancangan (Desain) Setting Menurut anda faktor apakah yang menunjang seseorang untuk memindahkan fasilitas di Taman Sakura ini? a. Fasilitas tersebut memiliki struktur yang tidak permanen b. Fasilitas terbuat dari material yang tidak kokoh
Lampiran 20. Kuesioner Memindahkan Fasilitas di Lawn KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI HUBUNGAN SETTING DENGAN PERILAKU VANDALISME PADA KEBUN RAYA CIBODAS (KRC), KABUPATEN CIANJUR Kuesioner ini merupakan salah satu alat untuk menunjang penelitian saya mengenai keterkaitan antara perilaku vandalisme (merusak) dengan kondisi pada areal yang telah ditetapkan. Informasi yang anda berikan akan menjadi data bagi penelitian saya. Partisipasi anda sangat saya harapkan. Sebelum dan sesudah saya ucapkan terimakasih. Bogor, April 2010 Annisaa Elok Permatasari Mahasiswa Arsitektur Lanskap, IPB Petunjuk: Beri tanda [x] pada jawaban yang anda anggap sesuai. A
Identitas Responden A.1 Umur
:
A.2
:
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
A.3
Pendidikan terakhir
:
SD SMP SMA Akademi/ Perguruan Tinggi
B
Perancangan (Desain) Setting Menurut anda faktor apakah yang menunjang seseorang untuk memindahkan fasilitas di Lawn (Lapangan Danau) ini? a.
Fasilitas tersebut memiliki struktur yang tidak permanen
b.
Fasilitas terbuat dari material yang tidak kokoh
Lampiran 21. Kuesioner Mematahkan atau Mengambil Bagian Tanaman di Taman Sakura KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI HUBUNGAN SETTING DENGAN PERILAKU VANDALISME PADA KEBUN RAYA CIBODAS (KRC), KABUPATEN CIANJUR Kuesioner ini merupakan salah satu alat untuk menunjang penelitian saya mengenai keterkaitan antara perilaku vandalisme (merusak) dengan kondisi pada areal yang telah ditetapkan. Informasi yang anda berikan akan menjadi data bagi penelitian saya. Partisipasi anda sangat saya harapkan. Sebelum dan sesudah saya ucapkan terimakasih. Bogor, April 2010 Annisaa Elok Permatasari Mahasiswa Arsitektur Lanskap, IPB Petunjuk: Beri tanda [x] pada jawaban yang anda anggap sesuai. A
Identitas Responden A.1 Umur
:
A.2
:
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
A.3
Pendidikan terakhir
:
SD SMP SMA Akademi/ Perguruan Tinggi
B
Perancangan (Desain) Setting Menurut anda faktor apakah yang menunjang seseorang untuk mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman di Taman Sakura ini? a.
Tanaman tersebut berada pada tempat yang mudah dijangkau tangan
b.
Tanaman tersebut memiliki keindahan atau keunikan yang ingin dimiliki
Lampiran 22. Kuesioner Mematahkan atau Mengambil Bagian Tanaman di Lawn
KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI HUBUNGAN SETTING DENGAN PERILAKU VANDALISME PADA KEBUN RAYA CIBODAS (KRC), KABUPATEN CIANJUR Kuesioner ini merupakan salah satu alat untuk menunjang penelitian saya mengenai keterkaitan antara perilaku vandalisme (merusak) dengan kondisi pada areal yang telah ditetapkan. Informasi yang anda berikan akan menjadi data bagi penelitian saya. Partisipasi anda sangat saya harapkan. Sebelum dan sesudah saya ucapkan terimakasih. Bogor, April 2010 Annisaa Elok Permatasari Mahasiswa Arsitektur Lanskap, IPB Petunjuk: Beri tanda [x] pada jawaban yang anda anggap sesuai. A
Identitas Responden A.1 Umur
:
A.2
:
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
A.3
Pendidikan terakhir
:
SD SMP SMA Akademi/ Perguruan Tinggi
B
Perancangan (Desain) Setting Menurut anda faktor apakah yang menunjang seseorang untuk mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman di Lawn (Lapangan Danau) ini? a. Tanaman tersebut berada pada tempat yang mudah dijangkau tangan b. Tanaman tersebut memiliki keindahan atau keunikan yang ingin dimiliki
Lampiran 23. Kuesioner Membuang Sampat Tidak pada Tempatnya pada Taman Sakura KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI HUBUNGAN SETTING DENGAN PERILAKU VANDALISME PADA KEBUN RAYA CIBODAS (KRC), KABUPATEN CIANJUR Kuesioner ini merupakan salah satu alat untuk menunjang penelitian saya mengenai keterkaitan antara perilaku vandalisme (merusak) dengan kondisi pada areal yang telah ditetapkan. Informasi yang anda berikan akan menjadi data bagi penelitian saya. Partisipasi anda sangat saya harapkan. Sebelum dan sesudah saya ucapkan terimakasih. Bogor, April 2010 Annisaa Elok Permatasari Mahasiswa Arsitektur Lanskap, IPB Petunjuk: Beri tanda [x] pada jawaban yang anda anggap sesuai. A
Identitas Responden A.1 Umur
:
A.2
:
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
A.3
Pendidikan terakhir
:
SD SMP SMA Akademi/ Perguruan Tinggi
B
Perancangan (Desain) Setting Menurut anda faktor apakah yang menunjang seseorang untuk membuang sampah tidak pada tempatnya di Taman Sakura ini? a.
Minimnya ketersediaan tempat sampah
b.
Sudah didapati sampah yang dibuang pada lokasi tersebut sebelumnya
Lampiran 24. Kuesioner Membuang Sampat Tidak pada Tempatnya pada Lawn KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI HUBUNGAN SETTING DENGAN PERILAKU VANDALISME PADA KEBUN RAYA CIBODAS (KRC), KABUPATEN CIANJUR Kuesioner ini merupakan salah satu alat untuk menunjang penelitian saya mengenai keterkaitan antara perilaku vandalisme (merusak) dengan kondisi pada areal yang telah ditetapkan. Informasi yang anda berikan akan menjadi data bagi penelitian saya. Partisipasi anda sangat saya harapkan. Sebelum dan sesudah saya ucapkan terimakasih. Bogor, April 2010 Annisaa Elok Permatasari Mahasiswa Arsitektur Lanskap, IPB Petunjuk: Beri tanda [x] pada jawaban yang anda anggap sesuai. A
Identitas Responden A.1 Umur
:
A.2
:
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
A.3
Pendidikan terakhir
:
SD SMP SMA Akademi/ Perguruan Tinggi
B
Perancangan (Desain) Setting Menurut anda faktor apakah yang menunjang seseorang untuk membuang sampah tidak pada tempatnya di Lawn (Lapangan Danau) ini? a. Minimnya ketersediaan tempat sampah
b. Sudah didapati sampah yang
dibuang pada lokasi tersebut sebelumnya
Lampiran 25. Gambar Perilaku dan Obyek Vandalisme pada Taman Sakura
Aksi Vandalisme pada Taman Sakura
Obyek Vandalisme Membuang Sampah Tidak pada Tempatnya
Obyek Vandalisme Menulis atau Menggambar pada Fasilitas (Gazebo Pertama)
Lampiran 25 (lanjutan). Gambar Perilaku dan Obyek Vandalisme pada Taman Sakura
Obyek Vandalisme Menulis atau Menggambar pada Fasilitas (Gazebo Kedua)
Obyek Aksi Vandalisme
Lampiran 26. Gambar Perilaku dan Obyek Vandalisme pada Lawn
Aksi Vandalisme pada Lawn
Obyek Vandalisme pada Lawn