IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEMBOLOS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 PURBALINGGA KIDUL
ARTIKEL JURNAL
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Fathah Nur Aryati NIM 11108241123
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JULI 2015
PERSETUJUAN
! !
ii !
Identifikasi Faktor Penyebab .... (Fathah Nur Aryati) 1
IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEMBOLOS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 PURBALINGGA KIDUL THE IDENTIFICATION OF FACTORS CAUSES OF TRUANT BEHAVIOR AND ALTERNATIVE PROBLEM SOLUTIONS AT FOURTH GRADE STUDENTS IN SD NEGERI 1 PURBALINGGA KIDUL Oleh:
Fathah Nur Aryati, pgsd/ppsd/fip, universitas negeri yogyakarta
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perilaku membolos dan alternatif pemecahannya pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Purbalingga Kidul. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa kelas IV yang melakukan perilaku membolos. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini yaitu pedoman wawancara dan observasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Data dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi perilaku membolos yang dilakukan oleh DR adalah lambat dalam belajar (slow learner) yang menyebabkan kurang dorongan untuk berprestasi dan kurang kemampuan dalam penyesuaian diri. Faktor eksternalnya yaitu teman yang sering nakal, guru yang kurang mampu memahami perbedaan individu dan penyampaian pembelajaran yang kurang tepat sehingga mata pelajaran itu dianggap sulit. Alternatif pemecahannya yaitu merekomendasikan kepada orang tua DR untuk memindahkannya ke sekolah inklusi. Metode dalam pelaksanaan pengajaran remedial. Memberikan dorongan dengan perlahan-lahan, karena kegagalan dalam usahanya dan sifat malu dapat mendorong dia lebih mundur. Guru mendalami perbedaan siswa secara individu, merencanakan pengajaran klasikal dan individual. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa. Memberikan tugas yang lebih sederhana atau lebih sedikit kepada DR dibanding temantemannya. Kata kunci: perilaku membolos, faktor penyebab, alternatif pemecahan masalah.
ABSTRACT This research to identify the factors cause the behavior of truant and alternative solution at grade IV in SD Negeri 1 Purbalingga Kidul. This research method is a descriptive qualitative. Subject in this study was grade IV who did the behavior of truant. Data collection methods used are interviews, observation and study documentation. Test the validity of the data using triangulasion techniques and resources. Data were analyzed using the step by step reduction of data, display data and conclusions. The results showed that internal factors that affect the behavior of the truant performed by DR is a slow learner that causes less encouragement to excel and lacking skills in adaptability. While external factors are friends frequently naughty, teachers are less able to understand individual differences and in appropriate learning delivery so that it’s considered difficult subjects. An alternative solution that is recommended to parents DR to move it to school, due to a failure in its businessand the nature of shame can push him further down. Teachers deepen differences students individually planes teaching of classical and individually. Teachers in demand a mastery of the material should be in accordance with the capabilities of each student. Give the task simpler of fewer to DR than his friends. Keywords: truant behavior, causes, alternative solutions
PENDAHULUAN
Sejak lahir seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan. Pihak-
2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015
!
pihak yang bertanggung jawab atas masalah
sepulang sekolah. Banyak anak yang langsung
kependidikan tersebut adalah keluarga, sekolah,
menuju ke kios play station setelah pulang
masyarakat, negara serta peserta didik itu sendiri
sekolah. Anak lebih mudah menghafal password
(Suparlan Suhartono, 2008: 70). Mendidik
dalam permaianan, daripada mengingat pelajaran
seorang anak merupakan tanggung jawab orang
yang telah diajarkan di sekolah.
tua, sebab orang tua merupakan guru pertama
Sekolah merupakan arena yang penting bagi
dan utama sebelum anak masuk ke pendidikan
perkembangan anak. Namun, ada anak yang
formal di sekolah. Namun memasuki pendidikan
merasa
formal, orang tua cenderung menyerahkan
menyesuaikan diri dengan kehidupan bersekolah
urusan mendidik anak kepada guru secara total.
yang pada akhirnya berdampak pada perubahan
Orang
memperhatikan
perilakunya sehari-hari. Melihat kondisi anak
pendidikan anaknya, tidak punya waktu untuk
didik yang lesu, karena pikiran anak tersebut
menemani dan mengikuti perkembangan belajar
kurang terkondisikan sejak dari rumah, akan
anak. Di rumah, orang tua tidak menerapkan
membuat
aturan jam belajar dan jam bermain anak. Waktu
memotivasi anak. Kondisi seperti ini juga
untuk bermain lebih banyak dibandingkan waktu
dirasakan oleh guru di SD Negeri 1 Purbalingga
untuk belajar.
Kidul, ada beberapa anak yang sering terlambat
tua
siswa
kurang
Marjohan (2014: 7) berpendapat bahwa
tidak
guru
nyaman
dan
kehilangan
tidak
strategi
dapat
dalam
datang ke sekolah dengan berbagai alasan. Orang
sangat
tua siswa kurang mengkondisikan kebutuhan
dipengaruhi oleh latar belakang keluarga anak
sekolah siswa. Sampai di sekolah, ada buku
didik dan keadaan masyarakat di sekeliling
pelajaran yang tertinggal. Bahkan sering kali
sekolah. Lebih lanjut, Marjohan menjelaskan
pekerjaan rumah belum diselesaikan oleh siswa.
bahwa lingkungan rumah juga cukup dominan
Dampaknya motivasi siswa dalam mengikuti
dalam menentukan kemandirian belajar anak.
pelajaran di sekolah juga berkurang.
keefektifan
pendidikan
formal
Sebagian masyarakat di lingkungan SD Negeri 1
Pentingnya pendidikan di sekolah membuat
Purbalingga Kidul bermatapencaharian sebagai
personil sekolah menyadari arti pentingnya tata
seorang karyawan pabrik, pedagang dan penarik
tertib yang harus dipatuhi oleh seluruh warga
becak. Anak terbiasa mempersiapkan sendiri
sekolah. Meskipun di sekolah telah ada tata tertib
kebutuhan sekolahnya setiap pagi, karena orang
yang mengajarkan untuk berdisiplin, tetapi masih
tua sibuk dengan persiapannya bekerja dan
saja ada siswa yang melanggarnya. Salah satu
pulang hingga larut malam. Di lingkungan
permasalahan
sekitar SD Negeri 1 Purbalingga Kidul, terdapat
kedisiplinan
banyak kios play station. Karena orang tua siswa
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa
sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak bisa
yang tidak masuk ke sekolah dengan alasan yang
mengontrol kegiatan yang dilakukan oleh anak
tidak tepat bahkan seringkali tanpa alasan.
yang di
sekolah
berkaitan yaitu
dengan membolos.
Identifikasi Faktor Penyebab .... (Fathah Nur Aryati) 3
Perilaku membolos bukan merupakan hal yang
secara purposive (dipilih dengan tujuan dan
baru bagi pelajar dan bahkan sering dilakukan.
kriteria tertentu). Subjek dalam penelitian ini
Seperti halnya yang terjadi di SD Negeri 1
yaitu 1 siswa kelas IV yang melakukan perilaku
Purbalingga Kidul. Berdasarkan daftar presensi
membolos. Informan lain-lain yaitu orang tua
kehadiran siswa, hampir di setiap kelas terdapat
siswa yang melakukan perilaku membolos, guru
siswa yang mengalami perilaku membolos. Ada
kelas IV, dan perwakilan teman siswa yang
siswa yang sudah 2 bulan tidak berangkat
melakukan perilaku membolos.
sekolah dengan alasan sakit atau izin, siswa yang
Teknik Pengumpulan Data
sering kabur saat jam istirahat, bahkan ada siswa
Teknik pengumpulan data yang digunakan
yang sudah 10 bulan tidak berangkat sekolah
dalam
dengan berbagai alasan.
observasi, dan dokumentasi.
Adanya siswa yang membolos di SD Negeri
penelitian
ini
adalah
wawancara,
Instrumen Penelitian
1 Purbalingga Kidul mendorong peneliti untuk
Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah
meneliti lebih dekat dan rinci tentang faktor
peneliti itu sendiri, namun peneliti membutuhkan
penyebab perilaku membolos dan alternatif
alat bantu untuk mendukung pengambilan data
pemecahannya. membolos
Karena
memiliki
siswa
yang
dalam penelitian ini, yaitu lembar observasi,
belakang
yang
pedoman wawancara dan studi dokumentasi.
setiap
latar
berbeda-beda maka perlu adanya penelitian yang rinci dan intensif tentang faktor-faktor penyebab
Teknik Analisis Data Data
dianalisis
dengan
menggunakan
perilaku membolos dan alternatif pemecahannya
langkah-langkah reduksi data, display data dan
pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Purbalingga
penarikan kesimpulan.
Kidul.
Keabsahan Data Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian
ini
yang adalah
menggunakan triangulasi teknik dan sumber. digunakan pendekatan
dalam kualitatif
deskriptif. Tempat dan Waktu Penelitian
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Faktor Internal Penyebab Perilaku Membolos Dari hasil analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh informasi bahwa
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1
sebenarnya faktor utama yang menyebabkan DR
Purbalingga Kidul. Penelitian ini dilaksanakan
melakukan perilaku membolos adalah lambat
pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015.
dalam belajar atau bisa dikatakan bahwa DR
Subjek Penelitian
termasuk anak yang slow learner. Pengertian
Subjek adalah orang yang memberikan
slow learner menurut Sugihartono, dkk (2007:
informasi-informasi utama yang dibutuhkan
151), adalah kesulitan belajar yang disebabkan
dalam penelitian. Penentuan subjek dilakukan
anak sangat lambat dalam proses belajarnya,
4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015
!
sehingga setiap melakukan kegiatan belajar
Akibatnya
membutuhkan
lama
hingga DR duduk di bangku kelas IV sekarang.
dibandingkan dengan anak lain yang memiliki
DR tidak mendapatkan layanan pendidikan yang
potensi intelektual yang sama.
tepat sehingga menimbulkan masalah baru pada
waktu
yang
lebih
semakin
menimbulkan
masalah
Sedangkan karakteristik anak lambat belajar
perkembangan pribadi dan sosialnya. Sedangkan
menurut Nani Triani & Amir (2013: 10-12) yaitu
pendapat Slameto (2013: 39), mengatakan bahwa
biasanya
guru
mengalami
masalah
pada
mata
harus
menyelidiki
dan
mendalami
pelajaran terutama yang berkenaan dengan
perbedaan siswa (secara individu), agar dapat
hafalan dan pemahaman. Mengalami masalah
melayani
dalam berkomunikasi. Mengalami kesulitan baik
perbedaannya itu. DR tidak bisa mencapai
dalam bahasa ekspresif atau menyampaikan ide
perkembangan pribadi dan sosialnya secara
atau gagasan. Emosinya kurang stabil, mereka
matang karena pengaruh bimbingan orang tua,
cepat marah, meledak-ledak serta sensitif, jika
guru dan lingkungan sekolahnya yang kurang
ada
memperhatikan
hal
yang
membuatnya
tertekan
atau
melakukan kesalahan biasanya anak ini cepat
pendidikan
yang
sesuai
kebutuhannya.
dengan
Akibatnya
membuat DR melakukan perilaku membolos.
patah semangat. Dalam bersosialisasi kurang
Syamsu Yusuf LN dan A. Juntika Nurihsan
baik, mereka sering memilih jadi pasif atau
(2005: 198) mengatakan bahwa salah satu tugas
penonton saat bermain atau bahkan menarik diri.
perkembangan usia sekolah dasar yaitu belajar
Tahu aturan yang berlaku namun mereka tidak
bergaul dengan teman sebaya, yakni belajar
paham untuk apa aturan tersebut dibuat. Mereka
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi
nampak tidak patuh dan melanggar aturan.
yang baru serta teman-teman sebayanya. Dari
Karakteristik yang disebutkan di atas juga
hasil penelitian diketahui bahwa DR cenderung
nampak pada diri DR. DR sering tidak masuk
menarik diri dari teman-teman di kelas dan
sekolah ketika ada pelajaran matematika, hafalan
kegiatan
di
sekolah,
surat-surat pendek, dan bahasa jawa. Nilai hasil
ekstrakurikuler
untuk
belajarnya juga rendah dibandingkan dengan
potensinya. DR merasa malu untuk mengikuti
teman-temannya. Dia juga jarang berkomunikasi
kegiatan tersebut karena tidak ada teman yang
dengan teman-temannya, ketika istirahat sekolah
mengajaknya. Temuan tersebut sesuai dengan
tidak bermain bersama teman-temannya, lebih
pendapat Nani Triani & Amir (2013: 13) yaitu
sering duduk sendirian dan cenderung menarik
masalah yang dihadapi anak lambat belajar atau
diri.
slow learner adalah anak mengalami perasaan
Hal tersebut juga sudah diketahui oleh kedua
bersikap
bangku kelas I. Namun orang tua dan gurunya
lingkungan sosialnya.
menindaklanjuti
masalah
tersebut.
kegiatan
mengembangkan
minder terhadap teman-temannya, cenderung
orang tua dan gurunya sejak DR duduk di tidak
yaitu
pemalu
dan
menarik
diri
dari
Identifikasi Faktor Penyebab .... (Fathah Nur Aryati) 5
DR mengalami kegagalan dalam mencapai tugas perkembangannya sehingga menimbulkan
Guru yang terlalu keras dan menuntut terlalu banyak.
perilaku menyimpang yaitu perilaku membolos.
Sebab-sebab tersebut nampak pada diri DR,
Temuan ini sesuai dengan pendapat Syamsu
dia sering merasa kesulitan dalam memahami
Yusuf LN dan A. Juntika Nurihsan (2005: 200)
pelajaran di sekolah dan tidak mampu menyamai
yang mengatakan bahwa kegagalan mencapai
teman-teman sekelasnya. Dia juga sering merasa
tugas-tugas perkembangan akan melahirkan
gagal
perilaku
situasi
matematika yang diberikan oleh guru dan sering
kehidupan yang tidak bahagia, penyimpangan
menangis ketika sudah tidak bisa mengerjakan.
perilaku yang dialami anak yang berusia sekolah
Hal tersebutlah yang membuat dia menjadi anak
dasar diantaranya adalah suka membolos sekolah
yang
dan malas belajar.
membolos sekolah karena merasa tertekan dan
yang
menyimpang
atau
DR merupakan anak yang asosial. Umumnya
dalam
pemalu
mengerjakan
dan
sering
tugas-tugas
memilih
untuk
tidak nyaman berada di sekolah.
anak-anak seusianya bergaul bersama namun DR
DR sering menghabiskan waktu luangnya
cenderung menyendiri. Ketika jam istirahat dia
dengan bermain sepak bola bersama teman-
lebih
tempat
teman di lingkungan rumahnya. Namun dia tidak
duduknya. Padahal menurut pendapat Desmita
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
(2005:
sering
duduk
sendirian
di
penelitian
telah
untuk mengembangkan potensinya. Hal tersebut
hubungan
sosial
dikarenakan tidak ada teman yang mengajaknya
dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat
dan dia merasa malu untuk mengikutinya.
penting bagi perkembangan pribadi anak. Berkat
Temuan ini sesuai dengan pendapat Kartini
hubungan sosial, anak mampu menyesuaikan
Kartono (1985: 4) yang mengatakan bahwa tidak
dirinya dengan teman sebayanya maupun dengan
memiliki
lingkungan masyarakat sekitar. Namun DR
yang dapat menarik penghargaan teman-teman
kurang
sebayanya menyebabkan anak menjadi pemalu
145),
sejumlah
merekomendasikan
mampu
betapa
menyesuaikan
dirinya
di
keterampilan-keterampilan
tertentu
dan menyendiri.
lingkungan sekolahnya. Kartini Kartono (1985: 4) menyebutkan
Dorongan untuk berprestasi bagi siswa
beberapa kemungkinan sebab-sebab anak pemalu
sangat dibutuhkan untuk bisa menimbulkan
dan
dan
semangat dalam mencapai target prestasi (Eka
keterampilan kecerdasan ketinggalan atau tidak
Rahil Nur Inayah, 2013: 644). Faktor internal
dapat
sekelasnya.
yang juga mempengaruhi perilaku membolos
Kegagalan yang terus menerus, tidak disertai
yang dilakukan oleh DR adalah kurangnya
dengan
memiliki
dorongan untuk berprestasi. DR terlihat pasif
keterampilan-keterampilan tertentu yang dapat
saat mengikuti pelajaran, diam saja ketika
menarik penghargaan teman-teman sebayanya.
menghadapi kesulitan dalam mengerjakan soal-
menyendiri menyamai
yaitu
kemampuan
teman-teman
keberhasilan.
Tidak
6 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015
!
soal khususnya mata pelajaran matematika dan
pendapat Syamsu Yusuf LN dan A. Juantika
sering menangis meskipun guru sudah berusaha
Nurihsan (2005: 200) bahwa salah satu faktor
mengajarinya lagi materi yang belum dia
yang menyebabkan anak mengalami kegagalan
pahami. Perilaku tersebut sudah DR lakukan
dalam mencapai tugas perkembangan adalah
sejak dia duduk di bangku kelas I. Hal tersebut
iklim lingkungan yang kurang baik. Lebih lanjut
mendukung pendapat Syamsu Yusuf LN (2005:
dijelaskan bahwa kegagalan dalam mencapai
213) bahwa penyesuaian diri yang menyimpang
tugas perkembangan akan melahirkan perilaku
dapat menimbulkan gejala-gejala sikap dan
yang menyimpang misalnya suka membolos dari
perilaku seperti merasa tidak senang dengan
sekolah atau situasi kehidupan yang tidak
kritikan orang lain, kurang senang untuk
bahagia. Menurut peneliti teman yang nakal
berkompetisi, dan cenderung senang menyendiri,
yang
pemalu dan penakut.
hanyalah alasan DR saja untuk menghindari dari
Faktor
Eksternal
Penyebab
Perilaku
membolos
sebenarnya
masalahnya dalam pembelajaran di sekolah. Ketika jam istirahat di sekolah dia lebih
Membolos Faktor
membuatnya
eksternal
yang
mempengaruhi
sering duduk sendiri di tempat duduknya.
perilaku membolos yang dilakukan oleh DR
Teman-temannya
antara lain teman yang sering nakal, guru yang
mengajaknya untuk ke kantin atau bermain
kurang mampu memahami perbedaan individu
bersama.
dan penyampaian materi pembelajaran yang
pendapat Desmita (2005: 187) bahwa anak yang
tidak
diabaikan adalah anak yang menerima sedikit
memperhatikan
perbedaan
individu
sehingga mata pelajaran tertentu dianggap sulit.
juga
Temuan
tidak
tersebut
ada
sesuai
yang dengan
perhatian dari teman-teman sebaya mereka,
Ada beberapa teman di kelas DR yang sering
tetapi bukan berarti mereka tidak disenangi oleh
nakal. Dia pernah dipukul dan diminta uangnya
teman-teman sebayanya. Pendapat lain dari
secara paksa. Temuan tersebut sesuai dengan
Santrock (dalam Desmita, 2005: 187) bahwa 10
pendapat Syamsu Yusuf LN (2007: 69) bahwa
hingga 20% anak-anak yang ditolak adalah anak
pergaulan anak di sekolah mungkin diwarnai
yang pemalu.
oleh perasaan tidak senang karena teman
Faktor eksternal yang juga mempengaruhi
sepermainannya suka mengganggu atau nakal.
perilaku membolos yang dilakukan oleh DR
Orang
adalah
tua
DR
menganggap
hal
tersebut
guru
yang
kurang
memperhatikan
merupakan hal yang wajar dilakukan oleh anak-
perbedaan individu yang ada diantara siswa.
anak. Namun berbeda dengan DR, hal tersebut
Slameto (2013: 39) mengatakan bahwa guru
semakin membuat DR menjauh dari teman-
harus menyelidiki dan mendalami perbedaan
teman di kelasnya, sering membolos sekolah,
siswa secara individual, agar dapat melayani
bahkan dia meminta kepada orang tuanya untuk
pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya
pindah sekolah. Temuan tersebut sesuai dengan
Identifikasi Faktor Penyebab .... (Fathah Nur Aryati) 7
itu. Namun hal tersebut ternyata belum nampak
Guru terlalu mengharuskan siswanya dapat memahami semua materi yang diajarkannya
pada ibu IR selaku guru kelas IV. Beliau mengetahui bahwa DR berbeda
pada hari itu juga dan hal itu membuat DR
dengan teman-teman di kelasnya, dia lambat
semakin tertekan, merasa kurang mampu dan
dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh
takut dengan gurunya sehingga menganggap
guru. Sedangkan guru mengelompokkan kelas
gurunya sebagai orang yang galak. Temuan
secara
tingkat
tersebut tidak sesuai dengan pendapat Slameto
pemahaman siswa. Namun guru memberikan
(2013: 69) yang mengatakan bahwa guru dalam
tugas dengan tingkat kesulitan dan porsi yang
menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan
sama kepada seluruh siswa. Temuan tersebut
kemampuan siswa masing-masing, yang penting
tidak sesuai dengan pendapat Nani Triani dan
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
Amir (2013: 29) mengenai salah satu strategi
dapat tercapai.
heterogen
sesuai
dengan
dalam
Ibu IR selaku guru kelas IV merupakan orang
membantu anak lambat belajar atau slow learner
yang mempunyai komitmen yang cukup tinggi
yaitu memberikan tugas yang lebih sederhana
dalam membentuk siswanya supaya mereka bisa,
atau lebih sedikit dibanding teman-temannya
bukan hanya mempunyai nilai yang bagus tapi
untuk menghindari frustasi.
mereka harus bersikap jujur dan mempunyai
pengajaran
yang
dapat
dilakukan
Ibu IR selaku guru kelas IV juga selalu
kemandirian. Selain itu beliau juga merupakan
mengadakan les tambahan pada hari Senin-
orang yang sangat disiplin dan terkesan galak.
Kamis. Les tambahan tersebut diharapkan bisa
Hal tersebut yang membuat DR merasa takut
membantu siswa yang belum paham tentang
untuk bersekolah dan menimbulkan perilaku
materi yang diajarkan pada pagi hari. Sehingga
membolos. Temuan tersebut berbeda dengan
ketidakpahaman siswa tidak menumpuk dari hari
pendapat Utami Munandar (dalam Desmita,
ke hari. Namun menurut ayah DR, awal mula
2005: 178) bahwa salah satu falsafah mengajar
yang membuat DR jenuh dan tidak mau sekolah
yang perlu dikembangkan guru yaitu anak perlu
adalah ketika dia pulang hingga sore hari karena
merasa nyaman dan dirangsang di dalam kelas
guru belum membolehkan siswanya pulang
tanpa adanya tekanan dan ketegangan.
menjawab
Ibu IR selaku guru kelas IV sering memarahi
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Menurut
DR ketika DR tidak bisa mengerjakan soal-soal
Slameto
sebelum
siswa
tersebut
bisa
sekolah
juga
yang diberikan oleh guru. DR akan lebih takut
Jika
siswa
jika dimarahi daripada dipukul. Hal ini sesuai
bersekolah pada kondisi badannya sudah lelah
dengan pendapat Nani Triani & Amir (2013: 11)
akan mengalami kesulitan dalam menerima
yaitu anak yang lambat dalam belajar atau slow
pelajaran.
learner memiliki emosi yang kurang stabil dan
(2013:
mempengaruhi
68), belajar
waktu siswa.
cepat sensitif. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jika
8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015
!
atau
matematika dan agama yaitu hafalan surat
melakukan kesalahan biasanya anak tersebut
pendek. DR belum memahami dengan benar
akan patah semangat. Sehingga DR akan diam
tentang operasi hitung bilangan. Dia mengalami
saja hingga akhirnya menangis ketika sudah
kesulitan dalam kemampuan yang berkaitan
tidak bisa mengerjakan soal-soal. Temuan ini
dengan perhitungan (angka) seperti menambah,
sesuai dengan pendapat Syamsu Yusuf LN dan
mengurangi, mengalikan dan membagi. Padahal
A. Juntika Nurihsan (2007: 31) yang mengatakan
perkembangan intelektual fase anak usia sekolah
bahwa kelas yang iklim emosinya sehat (guru
dasar ditandai dengan tiga kemampuan yaitu
bersikap ramah dan respek terhadap siswa)
mengklasifikasikan
memberikan
bagi
menyusun, dan mengasosiasikan (menghitung)
perkembangan psikis anak, seperti merasa
angka-angka atau bilangan (Syamsu Yusuf LN,
nyaman, bahagia, mau bekerja sama, termotivasi
2007: 178).
ada
hal
yang
membuatnya
dampak
yang
tertekan
positif
(mengelompokkan),
untuk belajar dan mau menaati peraturan. Lebih
Berdasarkan daftar presensi kehadiran siswa,
lanjut Syamsu Yusuf LN mengatakan bahwa
DR sering tidak masuk sekolah pada hari Senin,
kelas
sehat
Selasa, dan Rabu karena pada hari tersebut ada
berdampak kurang baik bagi anak, seperti
pelajaran matematika, agama dan bahasa jawa.
merasa tegang, malas belajar, dan berperilaku
DR
yang mengganggu ketertiban.
memahami pelajaran dan sering merasa lelah jika
yang
iklim
emosinya
tidak
termasuk
anak
yang
lambat
dalam
Faktor lain yang mempengaruhi adalah mata
diberikan soal-soal yang terlalu banyak, berbeda
pelajaran matematika yang menurutnya sulit.
dengan teman-teman lainnya. Temuan ini sesuai
Dalam mengikuti pembelajaran di kelas dia
dengan pendapat Syamsu Yusuf LN dan A.
termasuk
selalu
Juantika Nurihsan (2005: 201) bahwa di sekolah
memperhatikan penjelasan guru dengan baik.
sering kali tampak masalah perbedaan individu
Namun dia tidak pernah ikut berebut seperti
misalnya ada siswa yang sangat cepat dan ada
teman-temannya yang lain, dalam menjawab
yang lambat belajar.
anak
yang
pertanyaan-pertanyaan
pasif.
yang
Dia
guru
ajukan.
Dapat dikatakan bahwa DR mengalami
Temuan tersebut berbeda dengan pendapat
kegagalan
Utami Munandar (dalam Desmita, 2005: 178)
perkembangannya, seharusnya pada usia DR
yang
sudah mempunyai kemampuan dalam berhitung
mengatakan
bahwa
anak
hendaknya
dalam
mencapai
tugas
lanjut
dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
dijelaskan bahwa mereka perlu didorong oleh
Syamsu Yusuf LN (2007: 69) yang mengatakan
guru untuk membawa pengalaman, gagasan,
bahwa salah satu tugas perkembangan pada masa
minat dan bahan mereka ke kelas.
sekolah yaitu belajar keterampilan dasar dalam
menjadi
pelajar
yang
aktif.
Lebih
DR termasuk anak yang lambat dalam memahami
pelajaran
khusunya
pelajaran
membaca, menulis serta berhitung. Lebih lanjut Syamsu Yusuf LN mengungkapkan bahwa pada
Identifikasi Faktor Penyebab .... (Fathah Nur Aryati) 9
dan
belajar agar peserta didik mampu mengikuti
perkembangan rohaninya sudah cukup matang
pelajaran secara klasikal sehingga mencapai
untuk menerima pengajaran.
hasil belajar secara optimal. Lebih lanjut
masa
sekolah
Alternatif
pertumbuhan
Pemecahan
jasmani
Masalah
Perilaku
Sugihartono, dkk menjelaskan metode yang digunakan
Membolos
dalam
pelaksanaan
pengajaran
Setelah melakukan penelitian maka diperoleh
remedial yaitu: 1) metode pemberian tugas, jenis
informasi mengenai faktor penyebab perilaku
dan sifat tugas yang diberikan harus disesuaikan
membolos yang dilakukan oleh DR. Kemudian
dengan jenis, sifat dan latar belakang kesulitan
dapat diterapkan alternatif pemecahan masalah
belajar yang dihadapi siswa. 2) metode diskusi,
yang tepat. Dari hasil analisis data hasil
dengan memanfaatkan interaksi antar individu
penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh
dalam kelompok, peserta didik saling membantu
informasi bahwa sebenarnya faktor utama yang
dalam mengenal dirinya, kesulitan yang dialami,
menyebabkan DR melakukan perilaku membolos
memecahkan
adalah lambat dalam belajar atau bisa dikatakan
kerjasama, menumbuhkan kepercayaah diri dan
bahwa DR termasuk anak yang slow learner. Hal
memupuk rasa tanggung jawab. 3) metode tanya
tersebut juga sudah diketahui oleh kedua orang
jawab,
tua dan gurunya sejak DR duduk di bangku kelas
diusahakan agar menyenangkan, terbuka dan
I. Guru sudah sering berkonsultasi dengan guru
penuh pemahaman sehingga tercipta hubungan
lain mengenai masalah yang dialami oleh DR
yang akrab antara guru dan peserta didik,
namun
menindaklanjutinya.
meningkatkan pemahaman diri, meningkatkan
Pemecahnnya yaitu DR seharusnya dipindahkan
motivasi dan menumbuhkan harga diri pada
ke sekolah inklusi agar mendapatkan layanan
anak. 4) metode kerja kelompok, kelompokk
pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan
sebaiknya heterogen dan dapat meningkatkan
kebutuhannya.
pemahaman
guru
tidak
Selain
itu
sebaiknya
guru
masalah,
suasana
tanya
mengembangkan
jawab
masing-masing
hendaknya
anggota,
minat
menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa
belajar, dan rasa tanggung jawab. 5) metode
(secara
tutor sebaya, peserta didik yang ditunjuk menjadi
individu),
agar
dapat
melayani
pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya
tutor
sebaya
harus
memiliki
kemampuan
itu.
akademik atau penguasaan materi pelajaran dan Bantuan yang dapat diberikan kepada siswa
memiliki keterampilan untuk membantu orang
slow learner yaitu melalui program remedial
lain. 6) metode pengajaran individual, metode ini
atau pengajaran perbaikan. Sugihartono, dkk
sangat intensif karena pelayanan yang diberikan
(2007: 171) berpendapat bahwa pengajaran
disesuaikan dengan kesulitan dan kemampuan
remedial merupakan pelaksanaan pengajaran
anak.
khusus yang bersifat individual, yang diberikan
DR cenderung menarik diri dari teman-teman
kepada peserta didik yang mengalami kesulitan
di kelas dan kegiatan di sekolah, yaitu kegiatan
10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015
!
mengembangkan
dikarenakan sekolah yang DR inginkan tidak
potensinya. DR merasa malu untuk mengikuti
menerima siswa pindahan. Akhirnya DR kembali
kegiatan tersebut karena tidak ada teman yang
lagi ke sekolahnya namun dia minta pindah dari
mengajaknya. Masalah yang dihadapi anak
kelas IVA ke kelas IVB. Menurut peneliti jika
lambat belajar atau slow learner adalah anak
DR meminta pindah sekolah, seharusnya pihak
mengalami perasaan minder terhadap teman-
sekolah merekomendasikan kepada orang tua
temannya, cenderung bersikap pemalu dan
DR untuk memindahkannya ke sekolah inklusi.
menarik diri dari lingkungan sosialnya. Hal yang
Di sekolah inklusi DR bisa mendapatkan layanan
seharusnya dilakukan guru yaitu memberikan
pendidikan sesuai dengan kebutuhannya.
ekstrakurikuler
untuk
Jangan
Namun akhirnya guru memindahkan DR dari
memaksa anak untuk berpindah di depan kelas
kelas IVA ke kelas IVB. Padahal hal tersebut
kalau dia belum siap. Karena kegagalan-
akan menimbulkan masalah baru karena DR
kegagalan dalam usahanya dan sifat malu dapat
mengalami
mendorong dia lebih mundur.
menyesuaikan diri. Pemecahan masalah yang
dorongan
dengan
perlahan-lahan.
masalah
dalam
kemampuan
Ada beberapa teman di kelas DR yang sering
dapat dilakukan yaitu guru dapat memulai
nakal. Dia pernah dipukul dan diminta uangnya
dengan proses usaha menjadikan sekolah sebagai
secara paksa. Orang tua DR menganggap hal
tempat
tersebut merupakan hal yang wajar dilakukan
menjadikan sekolah sebagai tempat di mana anak
oleh anak-anak. Namun berbeda dengan DR, hal
merasa nyaman. Selanjutnya guru dapat mulai
tersebut semakin membuat DR menjauh dari
berusaha agar prestasi anak sesuai dengan
teman-teman di kelasnya, sering membolos
kemampuan
sekolah, bahkan dia meminta kepada orang
dijelaskan oleh Sugihartono, dkk (2007: 164)
tuanya untuk pindah sekolah. Menurut peneliti
yaitu
teman yang nakal yang membuatnya membolos
menghadapi peserta didik yang beraneka ragam
sebenarnya hanyalah alasan DR saja untuk
karakteristiknya dan diantara mereka banyak
menghindari
persamaan dan perbedaannya. Sehingga guru
dari
masalahnya
dalam
pembelajaran di sekolah.
yang
menarik
dan
guru
minatnya.
dalam
diinginkan,
Seperti
proses
yang
pembelajaran
tidak cukup merencanakan pengajaran klasikal
Pemecahan masalah yang dilakukan oleh
namun guru perlu untuk membuat perencanaan
kedua orang tua DR yaitu sering menanyakan
individual
kepada DR sebab perilaku membolos yang
kemampuan-kemampuan
dilakukan
individual.
olehnya.
dan
Orang
tuanya
juga
menanyakan apa keinginan DR agar dia bisa
Guru
agar
dapat
mengelompokkan
mengembangkan siswa kelas
secara secara
lebih rajin lagi dalam sekolah. Menurut kedua
heterogen sesuai dengan tingkat kemampuan
orang tuanya, DR meminta pindah sekolah.
siswa dalam memahami pelajaran. Namun guru
Namun
memberikan tugas dengan tingkat kesulitan dan
DR
tidak
bisa
pindah
sekolah
Identifikasi Faktor Penyebab .... (Fathah Nur Aryati) 11
siswa.
takut dengan gurunya sehingga menganggap
tugas-tugas
gurunya sebagai orang yang galak. Temuan
kepada siswa sesuai dengan kemampuannya agar
tersebut tidak sesuai dengan pendapat Slameto
DR tidak semakin tertinggal dari teman-
(2013: 69) yang mengatakan bahwa guru dalam
temannya di kelas. Seperti pendapat Nani Triani
menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan
dan Amir (2013: 29) mengenai salah satu strategi
kemampuan siswa masing-masing, yang penting
pengajaran
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
porsi
yang
Seharusnya
sama guru
yang
kepada
seluruh
memberikan
dapat
dilakukan
dalam
membantu anak lambat belajar atau slow learner
dapat tercapai.
yaitu memberikan tugas yang lebih sederhana
KESIMPULAN
atau lebih sedikit dibanding teman-temannya untuk menghindari frustasi.
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan,
Ibu IR selaku guru kelas IV sering memarahi
sebagai berikut:
DR ketika DR tidak bisa mengerjakan soal-soal
1. Faktor internal penyebab perilaku membolos
yang diberikan oleh guru. DR akan lebih takut
yang dilakukan oleh DR adalah lambat dalam
jika dimarahi daripada dipukul. Hal ini sesuai
belajar atau bisa dikatakan bahwa DR
dengan pendapat Nani Triani & Amir (2013: 11)
termasuk anak yang slow learner yang
yaitu anak yang lambat dalam belajar atau slow
akhirnya
learner memiliki emosi yang kurang stabil dan
kemampuan dalam penyesuaian diri dan
cepat sensitif. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jika
kurang
ada
berprestasi.
hal
yang
membuatnya
tertekan
atau
menyebabkan mempunyai
dia
kurang
dorongan
untuk
melakukan kesalahan biasanya anak tersebut
2. Faktor eksternal penyebab perilaku membolos
akan patah semangat. Sehingga DR akan diam
yang dilakukan oleh DR adalah antara lain
saja hingga akhirnya menangis ketika sudah
teman yang sering nakal, guru yang kurang
tidak bisa mengerjakan soal-soal. Pemecahannya
mampu memahami perbedaan individu dan
yaitu guru mengusahakan untuk menciptakan
penyampaian materi pembelajaran yang tidak
kelas yang iklim emosinya sehat (guru bersikap
memperhatikan perbedaan individu sehingga
ramah dan respek terhadap siswa). Iklim yang
mata pelajaran tertentu dianggap sulit.
emosinya
sehat
berdampak
positif
bagi
3. Berdasarkan faktor-faktor penyebab perilaku
perkembangan psikis anak, seperti merasa
membolos
yang
telah
diketahui
maka
nyaman, bahagia, mau bekerja sama, termotivasi
alternatif pemecahan masalah yang dilakukan
untuk belajar dan mau menaati peraturan.
yaitu a) Pihak sekolah merekomendasikan
Guru terlalu mengharuskan siswanya dapat
kepada orang tua DR untuk memindahkannya
memahami semua materi yang diajarkannya
ke sekolah inklusi agar mendapatkan layanan
pada hari itu juga dan hal itu membuat DR
pendidikan sesuai dengan kebutuhannya. b)
semakin tertekan, merasa kurang mampu dan
Metode
dalam
pelaksanaan
pengajaran
12 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015 !
remedial yaitu, metode pemberian tugas, metode diskusi, metode tanya jawab, metode kerja kelompok, metode tutor sebaya dan metode pengajaran individual. c) Memberikan dorongan dengan perlahan-lahan. Karena kegagalan-kegagalan dalam usahanya dan
Eka
Rahil Nur Inayah. (2013). Motivasi Berprestasi dan Self Regulated Learning. Jurnal Online Psikologi. Vol. 01 No. 02, Hlm. 642-656.
Kartini Kartono. (1985). Bimbingan bagi Anak Remaja yang Bermasalah. Jakarta: CV Rajawali.
sifat malu dapat mendorong dia lebih mundur. d)
Guru
seharusnya
menyelidiki
dan
mendalami perbedaan siswa (secara individu), agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Guru tidak cukup merencanakan pengajaran klasikal namun
Marjohan. (2014). School Healing Menyembuhkan Problem Sekolah. Yogyakarta: PT Pustaka Intan Madani. Nani Triani & Amir. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar Slow Learner. Jakarta: PT. Luxima Metro Media.
perlu membuat perencanaan individual agar dapat
mengembangkan
kemampuan-
Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
kemampuan siswa secara individual. e) Guru mengelompokkan kelas secara heterogen sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dalam memahami pelajaran. Selanjutnya guru memberikan tugas yang lebih sederhana atau lebih sedikit kepada DR dibanding temantemannya untuk menghindari frustasi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masingmasing, yang penting tujuan pembelajaran
Sugihartono, dkk. (1982). Pokok-pokok Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: untuk kalangan sendiri. Suparlan Suhartono. (2008). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Syamsu Yusuf. (2007). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Syamsu Yusuf & A Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
yang telah dirumuskan dapat tercapai. DAFTAR PUSTAKA Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
------------------------------------------------. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.