FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK SIKAP INGIN TAHU SISWA KELAS IV SDN PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA
ARTIKEL JURNAL
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Zidni Khasna Trimaulani NIM 11108241150
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015
ii
Faktor-faktor yang .... (Zidni Khasna Trimaulani ) 1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK SIKAP INGIN TAHU SISWA KELAS IV SDN PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA THE FACTORS WHICH BUILD THE STUDENTS’ CURIOUSITY OF GRADE IV IN SDN PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA Oleh : zidni khasna trimaulani, ppsd/pgsd,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang membentuk sikap ingin tahu siswa kelas IV SDN Pujokusuman 1 Yogyakarta. Fokus penelitian adalah faktor-faktor yang membentuk sikap ingin tahu siswa kelas IV. Penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan subjek siswa kelas IV dan guru. Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif yang terdiri atas reduksi data, display, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membentuk sikap ingin tahu siswa terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas: karakteristik pribadi, perilaku eksplorasi, sikap dalam menanggapi rangsang, minat khusus terhadap materi tertentu, dan fokus terhadap hal-hal baru. Sementara faktor eksternal terdiri atas: adanya respon, harapan, dan pengaruh guru, pengaruh lingkungan sekolah, sistem pendidikan, dan pengalaman sebelumnya dalam melakukan eksplorasi. Kata kunci: sikap ingin tahu, eksplorasi Abstract This research is aimed to describe the factors which build the students’ curiousity grade IV in SDN Pujokusuman 1 Yogyakarta. The focus are factors which build up the students’ curiousity. The type of research is descriptive qualitative study which the subject are students grade IV and teachers. Data were collected by doing observation, interview, and documentary. This research applied descriptive qualitative method as the technique data analysis which includes data reduction, display, and conclusion. The validity is achieved by doing data triangulation. This study shows that the factors which build the students’ curiousity consist of internal and external factors. The internal factors are: personal characteristics, exploration, response to stimulation, special interest against the particular lesson, and focus or interest in new things. Meanwhile, the external factors include: the response, wishes, and influence from teachers, the educational system, school environment, and the previous experience in exploration. Keywords: curiousity, exploration
Model pembelajaran dalam pendidikan
PENDAHULUAN telah
abad 21 disesuaikan dengan keempat aspek
mengalami pergeseran paradigma yang berbeda
tersebut. Pertama adalah perubahan yang dilihat
dari sebelumnya. Pergeseran tersebut merupakan
dari ciri aspek informasi. Informasi pada abad 21
konsekuensi dari perkembangan jaman yang terus
kini tersedia di mana saja dan kapan saja. Model
terjadi.
Perubahan paradigma belajar dapat
pembelajaran yang diterapkan diarahkan untuk
dilihat dari ciri abad 21 yang dikategorikan dalam
mendorong siswa mencari tahu berbagai sumber
4 aspek utama antara lain informasi, komputasi,
observasi, bukan diberitahu. Kedua, ciri dari
otomasi, dan komunikasi (Mundilarto, 2013:
aspek
155).
memakai mesin untuk mempercepat proses
Pendidikan
di
abad
21
kini
komputasi.
Sistem
komputasi
telah
sehingga untuk model pembelajaran diarahkan
2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 17 Tahun ke IV September 2015
untuk mampu merumuskan masalah (menanya),
sesuai dengan
bukan hanya menjawab. Ketiga, aspek otomasi
Selanjutnya
yang telah menjangkau segala pekerjaan rutin.
Dimensi ini bertujuan agar siswa memiliki
Model pembelajaran diarahkan untuk melatih
pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu
berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan
berpikir mekanistis (rutin). Aspek komunikasi
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
pada abad ini dapat berasal dari mana saja dan ke
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di
mana
lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.
saja
menekankan
sehingga
pembelajaran
pengetahuan.
kolaborasi dalam penyelesaian masalah. Ciri-ciri
yang harus dimiliki siswa untuk mengembangkan
Abad
potensi yang dimiliki. Pengembangan sikap
menyebabkan
semakin
rumusan
sama
dimensi
Sikap ilmiah merupakan salah satu sikap
yang
bekerja
adalah
dan
21
pentingnya
harus
yang ditugaskan kepadanya.
berkembang,
kurikulum
pun
ilmiah sangat penting dilakukan agar siswa
menyesuaikan agar siswa dapat mengembangkan
memiliki sikap positif di dalam dirinya. Sikap
potensi yang diharapkan.
ilmiah adalah suatu kemampuan seseorang untuk
Standar Kompetensi Lulusan merupakan
melakukan sesuatu yang dilandasi atas fakta
salah satu dari 8 standar nasional pendidikan yang
ataupun teori secara ilmiah. Sikap ilmiah meliputi
telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor
hasrat ingin tahu, menghargai kenyataan, ingin
20 Tahun 2003. Standar Kompetensi Lulusan
menerima ketidakpastian, kritis dan hari-hati,
(SKL) SD/MI/SDLB/Paket A Kurikulum 2013
tekun,
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013)
terhadap lingkungan sekitar, dan bekerja sama
meliputi 3 dimensi, yakni dimensi sikap, dimensi
(National Curriculum Council
keterampilan, dan dimensi pengetahuan.
Bundu, 2006: 39). Sikap ilmiah dapat dibentuk
kreatif,
berpikiran
terbuka,
sensitif
dalam Patta
Dimensi sikap merupakan dimensi yang
melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh
paling penting. Dimensi sikap ini bertujuan agar
siswa sehari-hari karena sikap ini bukan berasal
siswa memiliki perilaku yang mencerminkan
dari faktor genetik. Sikap ilmiah dapat terbentuk
sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya
jika siswa dibiasakan untuk berproses sehingga
diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi
nantinya akan terbentuk karakter manusia yang
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
cakap, unggul, dan berbudi luhur.
di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain.
Usia sekolah dasar dirasa menjadi usia
Dimensi ini memandang bahwa sikap merupakan
yang efektif dalam penanaman sikap ilmiah
dasar-dasar yang harus ditanamkan kepada siswa
terutama sikap ingin tahu. Tahap usia sekolah
sekolah dasar yang penting bagi kehidupannya
dasar merupakan pondasi yang penting dalam
mendatang. Setelah dimensi sikap, dimensi yang
kehidupan seseorang di masa depan. Hurlock
kedua adalah dimensi keterampilan. Dimensi
(1980: 146) menyatakan bahwa pada usia tersebut
keterampilan ini bertujuan agar siswa memiliki
anak
kemampuan berpikir dan tindakan yang efektif
pengetahuan
serta kreatif dalam ranah abstrak dan konkret
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan
diharapkan yang
memperoleh dianggap
dasar-dasar
penting
untuk
Faktor-faktor yang .... (Zidni Khasna Trimaulani ) 3
dewasa dan mempelajari pelbagai keterampilan
memori anak didik jika ia dapat menemukan
penting tertentu, baik keterampilan kurikuler
sendiri pengetahuan dari pengalaman pribadi yang
maupun
kurikuler.
dialaminya tersebut. “Students who learn to teach
Penanaman sikap ingin tahu sebagai salah satu
themselves something new are better prepared for
sikap
lifelong learning than those who simply learn well
keterampilan
ilmiah
ekstra
adalah
untuk
menghindari
munculnya sikap negatif dalam diri siswa. Oleh
from others”(Engel, 2013: 38).
karenanya, penanaman sikap ingin tahu tepat
Pada siswa Sekolah Dasar, sikap ingin
dilakukan agar membentuk sikap positif dan
tahu
semangat mencari tahu walaupun gagal.
pertanyaan yang dikemukakan dan cenderung
Pada tingkat Sekolah Dasar, sikap ilmiah
akan
diwujudkan
dengan
banyaknya
tidak akan puas dengan jawaban yang diberikan.
yang ditamankan adalah sikap yang mendasar dan
Keingintahuan
dilakukan
American
keingintahuan yang belum matang, bersifat
Association for Advancement of Science dalam
spontan akan tetapi mudah dipadamkan. Bagi
Patta Bundu (2006: 40) mengemukakan bahwa
anak yang mulai matang dalam berpikir, maka
pada tingkat sekolah dasar, sikap ilmiah yang
pertanyaan yang diajukan cenderung lebih terarah
ditanamkan
(honesty),
dan memiliki alasan. Hal ini sesuai dengan tahap
keingintahuan (curiousity), keterbukaan (open
perkembangan kognitif menurut Piaget yakni
minded),
tahap operasional konkret.
melalui
pembiasaan.
adalah
dan
kejujuran
ketidakpercayaan
(skepticism).
Sikap-sikap tersebut merupakan sikap yang primer
untuk
sebagai
Pemilihan strategi pembelajaran memiliki peran penting pula dalam pengembangan sikap
mengenai
ingin tahu siswa. Guru harus dapat menentukan
pengetahuan, sikap, belajar, dan aspek di dalam
strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi
kehidupan.
dan kondisi siswa di kelasnya. Pernyataan
pandangan
karena
dikategorikan
akan
membentuk
ditanamkan
anak
siswa
Sikap ingin tahu menjadi salah satu sikap
tersebut diperkuat oleh Arnone dalam Chak
ilmiah yang paling mendasar dan dapat mencakup
(2007: 142) yang berpendapat bahwa “various
sikap ilmiah yang lain. Keingintahuan merupakan
instructional
sikap mendasar yang dimiliki oleh manusia
introducing conceptual conflict and creating an
termasuk siswa. Aunurrahman (2010: 119)
atmosphere for questions, to foster children’s
mengemukakan
merupakan
curiousity.” Pendapat di atas kurang lebih
manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu.
mengemukakan bahwa banyak terdapat macam
Manusia akan selalu memiliki hasrat ingin tahu
strategi
terhadap
masalah dan memancing pertanyaan siswa untuk
bahwa
fenomena
individu
ataupun
masalah
yang
ditemuinya.
design
pembelajaran
strategies,
seperti
such
as
mengenalkan
memunculkan sikap ingin tahu. Guru harus
Sikap ingin tahu menjadi motivasi kunci
menggunakan berbagai strategi yang tepat dalam
yang mendorong siswa mencari tahu sendiri
pembelajaran. Guru harus menggunakan berbagai
sesuatu yang dianggapnya menarik dan baru.
strategi yang tepat untuk anak didiknya dalam
Pengetahuan akan tertanam lebih lama di dalam
pembelajaran.
4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 17 Tahun ke IV September 2015
Pembelajaran
pada
mengedepankan kemajuan kognitif dan kurang
inquiry (pencarian) dan discovery (penemuan)
memberikan penilaian sikap ilmiah siswa di
biasanya
dalam proses pembelajaran secara optimal.
lebih
yang
banyak
berorientasi
digunakan
untuk
meningkatkan keterlibatan siswa di dalam proses
Dalam kegiatan pre-research, peneliti
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang bersifat
melakukan pengamatan proses pembelajaran di
inkuiri umumnya memberikan rangsangan belajar
SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta di kelas IV
yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi
pada 11 Februari 2015 dengan masing-masing
yang bersifat ekspositori. Pembelajaran bersifat
kelas berjumlah 31 anak. Guru masih mendesain
inkuiri mendorong siswa untuk belajar sebagian
pembelajaran hanya untuk meningkatkan kognitif
besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dan untuk sikap, pengembangannya masih kurang
dengan konsep dan prinsip-prinsip, dan guru
optimal. Untuk sikap ingin tahu (curiousity)
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman
sendiri,
dan melakukan percobaan yang memungkinkan
membentuk sikap tersebut. Siswa yang aktif
mereka menemukan “prinsip” untuk diri mereka
dalam pembelajaran adalah siswa-siswa tertentu
sendiri (Hamzah B. Uno & Nurdin Muhamad,
yang
2014: 30). Pembelajaran bersifat inkuiri akan
pembelajaran, sedangkan yang lain belum terlihat
memacu keinginan siswa untuk melanjutkan
aktif. Siswa yang mengajukan pertanyaan atau
pekerjaan hingga menemukan jawaban atas
berpendapat belum merata, hanya siswa-siswa
persoalan yang ditemui. Siswa pun belajar untuk
tertentu saja yang berani melakukannya.
memecahkan masalah secara mandiri. Realita
pendidikan
guru
fokus
kurang
dalam
menyeluruh
mengikuti
dalam
proses
Fakta lain yang ditemui oleh peneliti Indonesia,
adalah guru masih mendikte dan memberitahu
implementasi proses pembelajaran di beberapa
siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Hal
sekolah
ini dilakukan karena waktu yang digunakan dapat
masih
pengembangan
di
belum sikap
siswa.
dipercepat. Hal lainnya adalah siswa masih
Pembelajaran dilakukan sesuai dengan buku yang
diminta untuk membaca sendiri dan mengerjakan
telah diterbitkan dan mengikuti prosedur yang
tugas, sementara guru duduk di meja untuk
berlaku. Proses pembelajaran kurang menarik
mengerjakan tugas yang lain. Siswa kurang
karena kebanyakan siswa hanya dijejali materi-
didorong untuk mencari tahu sendiri tentang
materi di buku. Keterampilan proses seperti
pengetahuan atau materi yang akan dipelajari.
melakukan percobaan dan mengidentifikasi objek
Sumber belajar yang digunakan pun kurang
maupun
kurang
bervariasi. Guru masih terpaku terhadap materi
dikarenakan
yang ada di buku guru atau buku siswa sehingga
keterbatasan sekolah ataupun kondisi lingkungan
pengetahuan yang diperoleh siswa kurang luas.
dan waktu belajar. Keterbatasan waktu membuat
Siswa terkadang kurang dapat mengeksplor
guru kurang memperdulikan pengembangan sikap
pengetahuan yang ada di sekitarnya karena hanya
ilmiah yang seharusnya penting untuk siswa.
berdasarkan buku saja. Berdasarkan uraian
fenomena
diprioritaskan.
Hal
ingin
memperhatikan tahu
terkadang tersebut
Buktinya, beberapa sekolah dan guru masih
Faktor-faktor yang .... (Zidni Khasna Trimaulani ) 5
tersebut, penelitian diarahkan pada faktor-faktor
dengan menggunakan lembar observasi dan
yang membentuk sikap ingin tahu siswa.
lembar
wawancara.
Dokumentasi
dilakukan
selama kegiatan penelitian berlangsung sebagai
METODE PENELITIAN
pendukung
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
untuk
memperkuat
data
yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara.
Instrumen penelitian Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan data dan
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta yang beralamat di Jalan Kolonel Sugiyono No. 9 Mergangsan, Yogyakarta pada bulan Februari-Juni 2015. Dalam kurun waktu tersebut digunakan untuk melakukan validasi instrumen dan dilanjutkan dengan kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi di lapangan, serta pengolahan dan analisis data.
menginterpretasikan data dan didukung dengan pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi. Sumber Data Sumber data penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer didapatkan dari hasil wawancara dan observasi. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari dokumentasi. Teknik Analisis Data
Subjek Penelitian
Langkah-langkah analisis data dalam
Subjek utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1
penelitian ini, adalah reduksi data, display data, dan kesimpulan.
Yogyakarta dan ditambah subjek pendukung yakni teman sebaya dan guru. Subjek penelitian diperoleh menggunakan snowball sampling untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Penentuan sampel tidak menggunakan perhitungan statistik dan berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum,
bukan
untuk
digeneralisasikan
Gambar 1. Komponen dalam analisis data model interaktif Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 338)
(Sugiyono, 2010: 301). Keabsahan Data
Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
dalam
penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
Observasi
dan
wawancara
dilakukan untuk memperoleh data tentang faktor-
Untuk mengecek keabsahan data, dalam penelitian ini menggunakan kredibilitas dengan teknik triangulasi teknik dan sumber. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
faktor yang membentuk sikap ingin tahu siswa
Sikap ingin tahu merupakan sikap yang
kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta
memberikan dorongan kepada seseorang untuk
6 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 17 Tahun ke IV September 2015
mendapatkan pengetahuan baru dengan cara
terhadap perkembangan diri siswa. Karakter
penyelidikan atau percobaan terhadap fakta atau
menjadi dasar pembentukan sikap ingin tahu dari
fenomena yang terjadi di sekitarnya. Sikap ingin
dalam diri siswa. Siswa yang memiliki benih-
tahu yang menjadi salah satu sikap ilmiah sangat
benih karakter ingin tahu, maka dirinya akan
penting dimiliki oleh seseorang terutama siswa
mudah dibentuk dan dikembangkan karakternya
sekolah dasar. Sikap ingin tahu adalah sikap yang
menjadi
menjadi dasar dari sikap-sikap lain untuk
berpendapat
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
digambarkan sebagai karakteristik alami dan
siswa.
dengan
penting dari anak-anak”. Karakter siswa yang
pendapat Binson (2009: 16) memandang bahwa
dapat menjadi dasar misalnya berani untuk
pembelajaran
keingintahuan
mengemukakan pendapat atau menjawab soal
(curiousity) merupakan pondasi bagi siswa untuk
tanpa adanya rasa malu jika jawaban atau
dapat mengembangkan kemampuannya dasarnya
pendapat yang diajukan kurang tepat.
di sekolah.
kelas IV belum seluruhnya memiliki sikap ingin
Pernyataan
tersebut
yang
sejalan
berbasis
lebih optimal. bahwa
Chak (2007:
“keingintahuan
141) sering
Siswa
Berdasarkan hasil penelitian dari tanggal
tahu yang tinggi. Beberapa siswa yang telah
24 April sampai 15 Mei 2015, faktor pembentuk
memiliki karakter ingin tahu yang tinggi, sikap
sikap ingin tahu berasal dari dalam diri siswa dan
ingin
dari luar diri siswa. Faktor pembentuk sikap ingin
dikembangkan. Sementara siswa yang kurang
tahu yang berasal dari dalam diri siswa/ faktor
aktif harus diberikan rangsangan lebih daripada
internal yaitu; 1) perilaku eksplorasi, 2) sikap
yang lainnya. Guru dan orang tua harus
dalam menanggapi rangsangan/ stimulus, 3)
membentuknya untuk lebih maksimal dan siswa
fokus/ berminat terhadap hal-hal baru, dan 4)
dapat mengaplikasikan dalam bentuk sikap.
tahunya
akan
mudah
dibentuk
dan
karakteristik pribadi. Faktor dari luar diri siswa/
Faktor yang memberikan pengaruh kuat
faktor eksternal yaitu; 1) respon, harapan dan
kedua adalah perilakuk eksplorasi. Perilaku
pengaruh orang dewasa, 2) sistem pendidikan, 3)
eksplorasi dapat ditunjukkan dengan siswa
pengaruh lingkungan sekolah, dan 4) pengalaman
melakukan suatu percobaan atau penyelidikan.
sebelumnya dalam melakukan eksplorasi.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Samani
Berdasarkan data hasil penelitian, terdapat
dalam Tia Wulandari (2013: 56) bahwa karakter
faktor-faktor yang memberikan pengaruh kuat
ingin tahu (curiousity) adalah keinginan untuk
dan lemah dalam pembentukan sikap ingin tahu
menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap
siswa. Faktor yang berpengaruh kuat akan
rahasia alam atau peristiwa sosial yang sedang
mendukung secara positif pembentukan sikap
terjadi. Sesuai dengan perkembangannya, siswa
ingin tahu yang didapatkan dari penelitian yang
mula-mula
dilakukan selama proses pembelajaran. Dari
mengetahui sesuatu, namun seiring dengan
faktor
kuat
bertambahnya usia dan respon dari orang lain
pribadi.
akan membuat dirinya dapat merealisasikan
internal,
membentuk
faktor
adalah
yang
paling
karakteristik
Karakteristik pribadi dapat memberikan pengaruh
hanya
memiliki
hasrat
untuk
Faktor-faktor yang .... (Zidni Khasna Trimaulani ) 7
hasrat
ingin
tahunya
menjadi
suatu
sikap
eksplorasi untuk mendapatkan informasi. Siswa
yang
memiliki
melalui
kegemaran
membaca buku akan memiliki pengalaman dan pengetahuan
dirinya akan memiliki kesadaran untuk bertindak penyelidikan/
percobaan
sebagai
pencerminan sikap untuk menanggapi rangsang yang diberikan oleh lingkungan.
yang lebih. Kegemaran siswa
Faktor yang memiliki pengaruh kuat
membaca buku dapat memberikan pengalaman
selanjutnya adalah minat khusus terhadap materi/
baru
dapat
mata pelajaran tertentu. Minat yang dimiliki oleh
memberikan rangsangan untuk mengetahui lebih
siswa terhadap materi atau mata pelajaran tertentu
banyak informasi baru yang ingin diketahuinya
akan memberikan pengaruh terhadap sikap ingin
lebih lanjut. Seperti yang disampaikan Garner,
tahu siswa. Minat siswa akan mendorongnya
Brown, Sanders, & Menke dalam Engel (2013:
untuk mengetahui lebih materi
37)
dapat
pelajaran yang digemarinya. Siswa akan lebih
membangkitkan minat siswa untuk mengetahui
tertarik untuk menggali lebih dalam materi atau
lebih lanjut tentang apa yang dibacanya. Hal
materi pelajaran yang disukainya. Hal tersebut
tersebut
sejalan dengan karakteristik siswa kelas tinggi
untuk
siswa.
bahwa
dapat
Membaca
dengan
buku
membaca
membuat
siswa
untuk
membangkitkan sikap ingin tahunya. Selain membaca buku, pembentukan sikap ingin tahu siswa melalui eksplorasi dapat
atau mata
menurut Rita Eka Izzati, dkk (2008: 116) bahwa pada masa ini anak akan memiliki minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
dilakukan dengan diskusi teman sebaya. Teman
Faktor internal yang memiliki pengaruh
sebaya yang dimaksudkan khusus mengarah pada
lemah dalam membentuk sikap ingin tahu di kelas
teman yang memiliki usia dan pengalaman yang
IV adalah fokus terhdapa hal-hal baru. Fokus
hampir sama. Melakukan diskusi dengan teman
siswa terhadap suatu hal baru dapat pula
sebaya dapat memperkaya informasi mengenai
memberikan pengaruh terhadap pembentukan
sesuatu hal yang ingin diketahui karena berasal
sikap ingin tahu siswa. Apabila siswa memiliki
dari sudut pandang yang berbeda.
minat terhadap suatu objek, maka dirinya akan
Faktor yang memberikan pengaruh kuat
fokus untuk mengetahuinya lebih lanjut melalui
ketiga adalah sikap siswa dalam menanggapi
kegiatan eksplorasi. Litman dan Spielberger
stimulus/ rangsangan. Siswa yang menanggapi
dalam Reio, Petroko, Wishwell and Juthamas
suatu stimulus dari sumber rangsangan berarti
(2006: 1) mendefinisikan secara luas bahwa sikap
dirinya tanggap dan tertarik untuk mengetahui
ingin tahu dapat
lebih lanjut. Sikap dalam menanggapi rangsang
mendapatkan
termasuk dalam salah satu karakteristik sikap
pengetahuan) melalui pengalaman indrawi baru
ingin tahu menurut Chak (2007: 146). Dalam
yang dapat merangsang perilaku eksplorasi.
menanggapi suatu rangsangan, siswa dapat
Misalnya siswa mendapatkan tugas dari guru,
memberikan umpan balik berupa perkataan
maka ia akan berusaha untuk menyelesaikannya
maupun perbuatan. Siswa yang telah memiliki
untuk mendapatkan pengetahuan baru. Siswa
sikap ingin tahu sebagai bagian dari sikap ilmiah,
akan memanfaatkan beberapa alat indrawinya
memotivasi siswa untuk
hal-hal
baru
(informasi
dan
8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 17 Tahun ke IV September 2015
dengan baik untuk menyelesaikan tugas. Dengan
mereka
bangga
dan
merangsangnya
untuk
begitu, sikap ingin tahu sebagai suatu motivasi
memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan
akan muncul dan terbentuk serta direalisasikan
yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan.
dengan menyelesaikan tugas.
Berdasarkan pembahasan di atas, guru kelas IV
Siswa kelas IV banyak yang belum fokus
telah menerapkan pembelajaran yang membentuk
di dalam proses pembelajaran di kelas. Beberapa
sikap ingin tahu siswa. Selain itu, guru pun
siswa masih bermain-main ataupun berbicara
memberikan respon dan penghargaan bagi siswa
dengan teman sebangkunya. Siswa masih ingin
yang aktif di kelas agar mereka memiliki
bermain-main
kebanggaan tersendiri serta memotivasi teman-
dan
selalu
bersenang-senang
dengan teman sepermainannya di kelas. Hal
teman lainnya.
tersebut membuat siswa menjadi kurang memiliki
Faktor eksternal kedua yang memberikan
keingintahuan untuk menggali lebih materi yang
pengaruh kuat adalah pengaruh lingkungan
dipelajari, selain itu penyelesaian tugas pun
sekolah. Lingkungan sekolah memiliki pengaruh
menjadi tertunda bahkan kadang tidak selesai
pula dalam pembentukan sikap ingin tahu siswa.
mengerjakan. Hal tersebut dipengaruhi pula
Hal
dengan perkembangan siswa yang masih ingin
Gottschling dalam Willingham (2014:35) yang
bermain-main dengan teman kelompoknya dan
kurang lebih menyatakan bahwa lingkungan
telah memberikan minat pada pelajaran-pelajaran
rumah
khusus yang disukainya (Rita Eka Izzati, dkk.,
terhadap pribadi siswa. Lingkungan sekolah
2008: 116).
merupakan rumah kedua bagi siswa dan tempat
Selain faktor-faktor yang berasal dari
tersebut
dan
sejalan
sekolah
dengan
pemikiran
memberikan
pengaruh
belajar yang kondusif bagi siswa. Di sekolah,
dalam siswa, ada pula faktor-faktor yang berasal
siswa
dari luar diri siswa. Faktor eksternal yang
sebayanya, guru dan lingkungan sekolah yang
memberikan
mendukung pembentukan sikap ingin tahunya.
pengaruh
kuat
berdasarkan
dapat
berinteraksi
dengan
teman
penelitian adalah pemberian respon, harapan dan
Fasilitas sekolah
pengaruh guru terhadap siswa. Guru merupakan
mendukung eksplorasi siswa untuk memahami
tokoh
materi yang dipelajari serta pengetahuan lain
sentral
dan
sangat
berperan
dalam
pembentukan dan pengembangan sikap ingin tahu siswa. Chak (2007: 143) berpendapat bahwa guru memainkan
peran
sangat
penting
yang lengkap pun dapat
yang terkait. Faktor yang memberikan pengaruh kuat
dalam
ketiga adalah sistem pendidikan yang diterapkan
meningkatkan atau menghalangi sikap ingin tahu
oleh sekolah. Sistem pendidikan yang diterapkan
dan perilaku eksplorasi.
dapat berupa peraturan, kurikulum, serta budaya
Strategi pembelajaran yang diterapkan
sekolah. Peraturan membuat siswa bersikap dan
selama proses pembelajaran akan membangun
bertingkah laku sesuai dengan pola aturan yang
karakter siswa seperti yang diharapkan. Selain
telah ditetapkan. Selain itu, kurikulum yang
strategi, guru juga harus memberikan respon dan
diterapkan
pemberian penghargaan kepada siswa agar
membentuk siswa untuk lebih berproses melalui
yakni
kurikulum
2013
lebih
Faktor-faktor yang .... (Zidni Khasna Trimaulani ) 9
pendekatan saintifik yang diterapkan dalam
eksplorasi dengan tangan sendiri, mereka masih
pembelajaran.
tergantung
Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
sekali
sebelumnya
dengan
yang
guru.
diterapkan
Kurikulum pun
belum
budaya sekolah di SD Negeri Pujokusuman 1
mendukung kegiatan eksplorasi secara penuh.
Yogyakarta
mendukung
Guru kelas IV mengaku harus membimbing
pelaksanaan kurikulum 2013 secara penuh.
secara penuh dalam kegiatan eksplorasi siswa
Sekolah membudayakan siswa untuk melakukan
dalam pembelajaran yang dilakukan.
eksplorasi,
difokuskan
membaca
dan
untuk
berdiskusi.
Guru
Faktor internal dan eksternal di atas sama-
membiasakan siswa agar dapat merumuskan
sama
pertanyaan dalam setiap pembelajaran. Hamzah
pembentukan sikap ingin tahu siswa di sekolah.
B. Uno (2010: 170) mengemukakan bahwa
Dari hasil analisis data yang dilakukan, faktor
“Mengajukan pertanyaan merupakan dengan baik
eksternal
merupakan mengajar yang baik.” Hal tersebut
terhadap perkembangan faktor internal. Hal
dikarenakan bertanya merupakan suatu stimulus
tersebut sejalan dengan pendapat Abu Ahmadi
efektif yang mendorong kemampuan berpikir
(2002: 170-171) yang mengemukakan bahwa
siswa.
faktor dari dalam diri siswa merupakan daya pilih Faktor
eksternal
yang
memberikan
memberikan
pengaruh
memberikan
seseorang
untuk
pengaruh
menerima
terhadap
yang
dan
kuat
mengolah
pengaruh lemah pada siswa kelas IV adalah
pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Sesuai
adanya pengalaman siswa sebelumnya dalam
dengan
bereksplorasi. Pengalaman yang dimiliki oleh
hanya memiliki hasrat untuk mengetahui sesuatu,
siswa akan menjadi dasar dan acuan guru untuk
namun seiring dengan bertambahnya usia dan
memberikan pemahaman kepada siswa. Siswa
respon dari orang lain akan membuat dirinya
harus dibiasakan untuk dapat bekerjasama dengan
dapat
teman sebaya dan lingkungan agar dirinya
menjadi
memiliki banyak pengalaman. Djaali (2012: 59)
mendapatkan informasi.
perkembangannya,
merealisasikan suatu
siswa
hasrat
sikap
mula-mula
ingin
eksplorasi
tahunya untuk
berpendapat bahwa sejak berumur 9-12 tahun
Faktor internal yang memiliki peran lebih
anak harus dibimbing atau dibantu untuk ikut
kuat adalah karakteristik pribadi yang dimiliki
serta mengambil bagian dalam kerja kelompok
oleh setiap siswa. Siswa yang telah memiliki
agar dapat bekerja sama dengan teman-temannya
karakter selalu ingin tahu akan mudah terbuka
dengan baik. Melalui pengalaman-pengalaman
dan akan selalu bersikap yang mengintepretasikan
yang diperolehnya, maka rasa ingin tahu siswa
rasa ingin tahunya. Hal tersebut menjadi pondasi
akan bertambah.
yang kuat dalam membentyuk sikap ingin tahu
Berdasarkan data penelitian, siswa kelas
siswa.
Faktor
eksternal
yang
memberikan
IV belum memiliki pengalaman yang banyak
pengaruh lebih kuat dalam pembentukan sikap
dalam melakukan eksplorasi khususnya untuk
ingin tahu siswa di sekolah yakni adanya respon,
kegiatan percobaan/ penyelidikan. Di kelas
harapan dan pengaruh dari orang dewasa yakni
sebelumnya, siswa jarang melakukan kegiatan
guru dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 17 Tahun ke IV September 2015
terbukti dari hasil pengamatan dan wawancara
Saran
terhadap siswa, teman sebaya dan guru bahwa
Berdasarkan analisis dan kesimpulan di atas,
proses pembelajaran di sekolah sangat tergantung
maka saran yang diberikan:
dari peran guru dalam membimbing siswa
1.
termasuk sikap ingin tahu.
Untuk membentuk sikap ingin tahu siswa, sekolah
dapat
meningkatkan
program-
program yang bertujuan untuk membentuk
SIMPULAN DAN SARAN
dan mengembangkan sikap ingin tahu siswa
Simpulan
misalnya program science club. Selain itu,
Berdasarkan
penelitian
yang
telah
sekolah
sebaiknya
membuat
peraturan
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
sekolah yang lebih konkrit dan tertulis bagi
1.
Faktor-fakor yang membentuk sikap ingin
seluruh warga sekolah. Fasilitas perpustakaan
tahu siswa kelas IV SD Negeri Pujokusuman
pun dikembangkan lebih baik lagi agar
1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015
mendukung pembelajaran bagi seluruh siswa.
adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Untuk membentuk sikap ingin tahu siswa,
Faktor internal yang membentuk sikap ingin
sebaiknya guru dapat menambah sumber
tahu siswa terdiri atas karakteristik pribadi,
belajar
perilaku eksplorasi, sikap dalam menanggapi
pembelajaran yang lebih variatif dan menarik
rangsang, minat khusus terhadap materi
untuk
tertentu, dan fokus terhadap hal-hal baru.
khususnya sikap ingin tahu kepada siswa.
Faktor eksternal yang membentuk sikap ingin
Guru pun sebaiknya menjadi teladan untuk
tahu siswa terdiri atas pemberian respon,
siswa agar pengembangan sikap menjadi
harapan
dewasa,
lebih baik. Selain itu, manajemen waktu
sistem
dalam kegiatan belajar mengajar lebih diatur
dan pengalaman sebelumnya
lagi agar tidak banyak waktu terbuang dalam
dan
pengaruh
pengaruh
lingkungan
pendidikan,
orang sekolah,
dalam melakukan eksplorasi. 2.
2.
dan
menggunakan
membangkitkan
sikap
media
ilmiah
proses pembelajaran.
Faktor ekternal memiliki pengaruh yang lebih kuat karena faktor tersebut pun memberikan pengaruh terhadap faktor dari dalam diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa yang
memiliki
pembentukan
sikap
peran ingin
kuat tahu
dalam adalah
karakteristik pribadi, sementara faktor dari luar diri siswa yang berperan kuat dalam pembentukan sikap ingin tahu siswa di sekolah adalah adanya respon, harapan dan pengaruh dari orang dewasa yakni guru dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Chak, A. (2007). Teachers’ and Parents’ Conceptions of Children’s Curiousity and Exploration. Hong Kong Institute of Education. International Journal of Early Years Education. Diakses melalui http://web.b.ebscohost.com/ehost/deta il pada 14 Januari 2015 pukul 15.00 WIB. Engel, S. (2013). The Case for Curousity. Educational Leadership. Page 36-40. Diakses dari http://web.b.ebscohost.com/ehost/deta
Faktor-faktor yang ... (Zidni Khasna Trimaulani ) 11
il/detail pada 14 Januari 2015 pukul 15.01 WIB. Goodwin, B. (2014). Curiousity is Fleting, but Teachable. Educational Leadership. Page 73-74. Diakses melalui http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdf viewer/pdfviewer pada 26 Januari 2015 pukul 09.50 WIB. Hamzah B. Uno. (2010). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah B. Uno & Nurdin Muhamad. (2014). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara. Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Mundilarto. (2013). Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan Karakter vol III nomor 2. Diakses melalui http://journal.uny.ac.id/index.php/jpk a/article/view pada 25 Februari 2015 pukul 11.46 WIB.
Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Reio, Petroko, Wishwell and Juthamas. (2006). The Measurement and Conceptualization of Curiousity. The Journal of Genetic Psychology, 167(2), 117-35. Diakses dari http://search.proquest.com/docview pada 16 Maret 2015 pukul 10.47 WIB. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung. Tia Wulandari. (2013). Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Karakter Rasa Ingin Tahu (Curiousity) Siswa. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses dari http://repository.upi.edu/672/ pada 26 Februari 2015 pukul 14.35 WIB.