PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES PADA SISWA KELAS V DI SD JUARA GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA
ARTIKEL JURNAL
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Mila Dwi Candra NIM. 11108244014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JUNI 2015
i
ii
Penerapan Pembelajaran Berbasis ... (Mila Dwi Candra) 1
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES PADA SISWA KELAS V DI SD JUARA GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA IMPLEMENTATION OF MULTIPLE INTELLIGENCES BASED LEARNING IN FIFTH GRADE STUDENT AT SD JUARA GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA Oleh: Mila Dwi Candra, Universitas Negeri Yogyakarta, e-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persiapan, pelaksanaan, penilaian dan hambatan dalam menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences pada siswa kelas V di SD Juara Gondokusuman Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah guru kelas V, Kepala Sekolah dan siswa kelas V. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman dengan langkah: reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persiapan pembelajaran terdiri dari 2 tahapan, yaitu mengenali inteligensi siswa dengan menggunakan TIMI (Test Interest Multiple Intelligences) dan menyusun rencana pembelajaran/ lesson plan. Pada tahap pelaksanaan guru sudah melakukan kegiatan untuk memberikan apersepsi dan motivasi serta melakukan kegiatan-kegiatan berbasis multiple intelligence untuk mengembangkan kesembilan jenis kecerdasan, antara lain: linguistik-verbal, matematis-logis, visualspasial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan eksistensialis. Penilaian pembelajaran dilakukan secara autentik dengan menggunakan 3 ranah yaitu; 1) kognitif dengan tes lisan, tertulis dan penugasan, 2) afektif dengan observasi, target bulanan dan penilaian diri, 3) Psikomotorik dengan tugas proyek dan praktek. Hambatan yang dialami dalam penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences salah satunya adalah TIMI yang digunakan untuk mengenali kecenderungan inteligensi siswa tidak sedetail MIR (Multiple Intelligences Research) yang dibuat oleh Munif Chatib (Konsultan Pendidikan yang membuat MIR). Kata kunci: Penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences Abstract This research aimed to describe the preparation, implementation, assessment and obstacles in implementation the multiple intelligences based learning in fifth grade students at Juara elementary school. This research is a qualitative descriptive. The subjects of this research is the fifth grade teacher, principal and students of class V. Data collection techniques in this research is observation, interview and documentation. Data analysis techniques in this research using an interactive model by Miles and Huberman with step: data reduction, data display and conclusion. The results showed that the learning preparation consists of two phases, namely the intelligence to recognize the students by using the TIMI (Test Interest Multiple Intelligences) and prepare the lesson plan. During the implementation phase the teachers have done gived apersepsi and motivation activities and also gived activities based multiple intelligence to develop nine types of intelligence, among others: verbal-linguistic, logical-mathematical, visual-spatial, kinesthetic, musical, interpersonal, intrapersonal, naturalist and existentialist. Authentic learning assessment conducted by using three domains, namely; 1) cognitive tests verbal, written and assignments, 2) affective observation, monthly targets and self-assessment, 3) Psychomotor with project tasks and practice. Constraints experienced in the application of multiple intelligences based learning TIMI one of them is used to recognize the tendency of intelligence students are not as detailed as MIR (Multiple Intelligences Research) made by Munif Chatib (Education Consultant makes MIR). Keywords: Implementation of multiple intelligences based learning
2
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 12 Tahun ke IV Agustus 2015
menekankan pada logika matematika untuk
PENDAHULUAN Manusia
Tuhan
memecahkan suatu masalah, sehingga tidak
tersebut
jarang bahwa selama ini kecerdasan diukur
dikarenakan manusia memiliki akal pikiran
melalui kemampuan menjawab soal-soal tes
yang
lain
standar di ruang kelas yang notabene hanya
mempengaruhi
mengukur pada kecerdasan linguistik verbal
sebagai
hidup
makhluk
tidak
(berakal).
tertinggi.
dimiliki Akal
diciptakan
oleh
manusia
Hal
makhluk
terhadap tingkah laku manusia itu sendiri.
dan logika-matematika (kognitif).
Sehingga apa yang terlihat dari tingkah laku
Berdasarkan kondisi yang terlihat di
seseorang itulah dapat dilihat sejauh mana akal
dunia pendidikan saat ini, nilai Ujian Nasional
tersebut digunakan.
(UN) masih menjadi salah satu patokan untuk
Akal tersebut menurut Kamus Besar
meluluskan siswa. Aspek kognitif diujiankan
Bahasa Indonesia (2008: 6) berarti cerdik atau
untuk mengevaluasi materi ajar yang sudah
pandai. Dengan kata lain, akal juga merupakan
diajarkan selama satu semester. Guru dapat
suatu kecerdasan yang melekat pada diri
menilai kemampuan siswa pada suatu mata
manusia, dimana kecerdasan atau intelligences
pelajaran, sehingga dalam aspek ini pula guru
merupakan salah satu aspek yang tidak
bisa menentukan rangking kecerdasan siswa
terlepas kaitannya dengan manusia. Saat ini
dalam suatu mata pelajaran. Jika di sekolah
kecerdasan dinilai menjadi hal yang utama
aspek kognitif menjadi bagian terpenting
dalam menentukan keberhasilan seseorang.
dalam meluluskan siswa sesuai KKM, lain
Kecerdasan yang dimaksudkan ialah dengan
halnya dengan Ujian Nasional. Siswa harus
menilai
Intellingences
lulus dan mau tidak mau harus lulus sesuai
Quotient (IQ) seseorang, karena semakin
dengan nilai yang ditetapkan. Penetapan nilai
tinggi IQ seseorang akan dinilai bahwa
inilah yang menjadi masalah besar karena
seseorang itu memiliki kecerdasan yang tinggi
tidak
pula.
ketuntasan itu. Siswa
seberapa
tinggi
Setiap manusia memang diciptakan
semua
siswa
mampu
yang dianggap hebat
adalah siswa yang mampu mencapai standar
dengan memiliki berbagai macam karakteristik
yang
yang
tersebut (www.kompasiana.com).
salah
satunya
adalah
kecerdasan.
Kecerdasan selama ini sering diartikan sebagai
mencapai
sudah
ditetapkan
untuk
kelulusan
Pernyataan di atas tidaklah sependapat
dan
dengan Howard Gardner sebagaimana telah
semakin cerdas
dituliskan dalam bukunya yang berjudul
seseorang maka semakin cepat ia memahami
“Frames Of Mind” terkait kecerdasan yang
suatu permasalahan dan semakin cepat pula ia
hanya dinilai dari sebuah tes akademik atau
mengambil langkah penyelesaian terhadap
hanya dilihat dari hasil tes IQ saja. Menurut
masalah tersebut (Mustaqim, 2004 : 104).
Gardner ( 2003 : 34), yaitu:
kemampuan
memahami
kemampuan berpendapat,
Kecerdasan kemampuan
yang
sesuatu
dimaksudkan
intelektual
yang
adalah
“kecerdasan itu tidak hanya diartikan
lebih
sebagai IQ saja seperti yang berlaku selama
Penerapan Pembelajaran Berbasis ... (Mila Dwi Candra) 3
ini,
namun
kecerdasan
itu
menyangkut
kemampuan seseorang untuk memecahkan
seseorang atau potensi mana yang biasa diasah dari lingkungan sekitarnya. Kenyataan
atau menyelesaikan masalah dan menghasilkan
yang
ada
pada
dunia
produk mode yang merupakan konsekuensi
pendidikan saat ini, banyak sekolah-sekolah
dalam
yang kurang memperhatikan karakteristik atau
suasana
budaya
atau
masyarakat
kemampuan yang terdapat pada masing-
tertentu”. Sekalipun tes IQ dapat diandalkan dan
masing individu (siswa). Tidaklah sedikit
dapat memberikan skor yang sama atau hampir
jumlah pendidik di tanah air ini yang masih
sama sepanjang tahun, namun sebenarnya
memandang bahwa keberhasilan seorang siswa
hanya mengukur kecerdasan secara sempit
terlihat ketika mereka berhasil mengerjakan
karena hanya menekankan pada kecerdasan
soal tes matematika atau IPA yang diberikan
linguistik dan matematis - logis ( akademik)
oleh
(Thomas
Padahal
Berdasarkan sumber tersebut, terlihat bahwa
kenyataan yang ada seseorang itu mempunyai
hasil tes kognitif masih saja menjadi patokan
berbagai macam kecerdasan lain selain dua
utama dalam menentukan keberhasilan siswa
kecerdasan diatas yang kemudian disebut
untuk mengikuti pembelajaran di sekolah.
dengan kecerdasan majemuk atau multiple
Siswa yang mendapatkan nilai tinggi dalam
intelligences.
menjawab soal-soal seperti soal matematika
R
Hoerr,
2007:
10).
Gardner, setidaknya telah membagi
atau
guru
IPA
(www.kompasiana.com).
dianggap
siswa
yang
cerdas
kecerdasan menjadi sembilan jenis kecerdasan.
sedangkan siswa yang mendapatkan nilai
Adapun kecerdasan tersebuat antara lain:
dibawah rata-rata untuk mengerjakan soal-soal
kecerdasan linguistik kecerdasan matematis
tersebut dianggap siswa yang tidak cerdas.
logis, kecerdasan ruang visual (spasial),
Anggapan seperti itulah yang menjadikan
kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal,
siswa dengan nilai rendah menganggap dirinya
kecerdasan antar pribadi, kecerdasan intra
murid yang bodoh. Padahal hal tersebut
pribadi, kecerdasan naturalis dan kecerdasan
bukanlah salah para siswa, Siswa hanya
eksistensial.
menjadi korban dari keadaan lingkungan yang
Dari
jenis
kecerdasan
tidak mendukung kecerdasan yang dimiliki,
pendidik
haruslah
hingga akhirnya malah membunuh potensi
memperhatikan
masing-masing
kecerdasan
yang
oleh
tersebut
seorang
dimiliki
kecerdasan secara
kesembilan
mereka
maksimal,
yang sebenarnya ada pada dalam diri siswa.
siswa
agar
potensi
Sebagai contoh nyata seseorang dengan
dapat
dikembangkan
beberapa kecerdasannya yang tidak hanya
dasarnya
cerdas dalam bidang kognitif, sebut saja Agnes
manusia memiliki semua kecerdasan itu
Monica. Seorang aktris multitalenta dari
namun hanya beberapa kecerdasan saja yang
Indonesia. Selain piawai dalam menyanyi,
menonjol
dapat
memainkan alat musik dan menari, Agnes juga
disebabkan dari potensi bawaan yang dimiliki
berbakat dalam memandu sebuah acara sejak
dari
karena
dirinya.
pada
Hal
ini
4
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 12 Tahun ke IV Agustus 2015
usianya di bangku Sekolah Dasar. Selain itu ia
yang menjadikan setiap siswa adalah manusia,
juga sempat masuk pada dunia seni peran.
manusia
Hingga akhirnya menginjak usia dewasa ia
kecerdasan. Proses pembelajaran yang baik
mampu melaksanakan go international dengan
tersebut yang dapat mengembangkan berbagai
bakat musikalnya. Sementara itu, saat duduk
potensi dan kecerdasan yang ada dalam diri
pada bangku kuliah di Amerika ia ditunjuk
siswa (Munif Chatib, 2013 : 21). Selanjutnya,
oleh DEA (Drug Eforcement Administration)
Munif Chatib dalam bukunya yang berjudul
sebagai duta anti narkoba se-Asia tahun 2007.
“Sekolahnya Manusia” menjelaskan bahwa ia
(www.tokohindonesia.com).
telah
Melihat
biografi
tokoh
di
atas,
yang
memiliki
bersama-sama
potensi
mendirikan
atau
sebuah
sekolah “YIMI Full Day School” yang
kecerdasan kognitif saja tidaklah menjadi tolak
menerapkan
ukur terhadap kecerdasan dan keberhasilan
System), sekolah yang menghargai masing-
seseorang. Guru sebagai pendidik di sekolah
masing kecerdasan atau karakteristik individu.
dan orang tua sebagai pendidik di rumah
Dijelaskannya bahwa sekolah tersebut awalnya
berperan penting untuk dapat mengembangkan
menempati
potensi kecerdasan yang dimiliki oleh anak.
keyakinan masyarakat untuk menyekolahkan
Potensi dasar dan lingkunganlah yang sangat
anak-anaknya ke sekolah tersebut. Namun,
berperan
mengasah
seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
kecerdasannya, baik di lingkungan rumah
membuktikan keyakinan meski input yang
yaitu peran orang tua dan di lingkungan
diterima bukan yang terbaik, namun dengan
sekolah yaitu pendidik yang harus siap
MIS yang diterapkan sekolah tersebut mampu
menyiapkan pembelajaran yang tepat.
meluluskan siswanya dengan nilai yang sangat
penting
untuk
Proses pembelajaran dengan pemilihan
MIS
urutan
(Multiple
Intelligences
terbawah
dalam
hal
baik (Munif Chatib, 2013: 11). Berdasarkan
sangat
pengalaman yang telah diuraikan di atas,
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar
terlihat bahwa dengan menerapkan sistem
siswa. Thomas R. Hoer (2007: 21) menyatakan
multiple
bahwa
mendongkrak
metode
mengajar
jenis
yang
kecerdasan
tepat
yang
berbeda
intelligences
siswa
kekurangannya
dapat melalui
berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar.
kelebihan yang ia miliki, dalam artian dengan
Setiap kecerdasan memiliki gaya belajar atau
mengoptimalkan karakteristik atau suatu jenis
learning style yang berbeda pula. Oleh karena
kecerdasan
itu, sistem klasikal tidak sesuai dengan konsep
Meskipun
perbedaan individual, karena sistem klasikal
multiple
memandang semua siswa yang satu dengan
diterapkan disekolah-sekolah pada umumnya
lainnya di kelas itu sama (homogen).
karena belum banyak yang mengetahui terkait
Pembelajaran yang baik juga bukan proses pembelajaran yang menjadikan setiap siswa seperti robot. Namun, pembelajaran
yang
dimiliki
demikian, intelligences
oleh
siswa.
penerapan
sistem
ini
belum
banyak
sistem ini. Pembelajaran
berbasis
multiple
intelligences tersebut antara lain mencakup
Penerapan Pembelajaran Berbasis ... (Mila Dwi Candra) 5
persiapan/
perencanaan
pembelajaran,
organisasi sosial “Rumah Zakat”.
Sehingga
pelaksanaan pembelajaran, dan juga evaluasi
dalam pelaksanaannya siswa dibebaskan dari
pembelajaran yang sangat memperhatikan
berbagai
potensi
Sebelum
mendapatkan sejumlah fasilitas SPP dan uang
merumuskan perencanaan pembelajaran, guru
pembangunan gratis. Meskipun demikian,
melaksanakan MIR (Multiple Intelligences
mereka tetap mendapatkan pendidikan dasar
Research) untuk mengetahui kecenderungan
yang layak seperti pada umumnya.
dan
minat
siswa.
iuran,
Pada
berpengaruh sehingga guru bisa merumuskan
wawancara kepada
perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan
tanggal 30 Oktober 2014, Kepala Sekolah SD
karakteristik
Selanjutnya,
Juara mengatakan bahwa sebenarnya dalam
MIR maka guru
penerapan multiple intelligences ada persiapan
merumuskan perencanaan pembelajaran yang
khusus yang perlu dilakukan oleh pihak
disebut lesson plan. “Lesson plan merupakan
sekolah.
siklus pertama sebuah pembelajaran yang
melakukan sebuah tes khusus yang digunakan
profesional dan perencanaan yang dibuat guru
untuk mengukur kecenderungan kecerdasan
sebelum mengajar. Lesson plan mengikuti
siswa
kandungan isi (content) silabus“ (Munif
Intelligences Reserch). Namun, di SD Juara
Chatib, 2012: 139).
yang dibantu oleh psikolog sekaligus guru BK
siswa.
setelah diketahui hasil
peneliti
mereka
kecerdasan siswa yang paling menonjol dan
belajar
saat
sebaliknya
melakukan
kepala sekolah pada
Persiapan tersebuat adalah dengan
yang
disebut
MIR
(Multiple
di
di SD Juara mengganti tes tersebut dengan
Yogyakarta yaitu Sekolah Dasar Juara yang
TIMI (Tes Interesting Multiple Intellegences).
kemudian disebut
Meskipun demikian, tujuan dari TIMI sama
Salah
satu
sekolah
SD
swasta
Juara juga telah
menerapkan sistem multiple intelligences pada
dengan
tujuan
dari
MIR,
yaitu
untuk
siswanya. Sekolah Dasar Juara terletak di Jln.
mengukur kecenderungan kecerdasan siswa.
Gayam No. 9 kompleks Masjid Al-Hidayah
Hasil dari TIMI itulah yang digunakan
Baciro Gondokusuman Yogyakarta. SD Juara
oleh guru untuk menjadi pegangan dalam
sendiri berdiri pada tahun 2009, sejak awal
pelaksanaan pembelajaran yang diberikan
berdirinya
sekolah
mulai
untuk siswa. Diketahui oleh peneliti saat
menerapkan
sistem
intelligences
observasi pada tanggal 30 Oktober 2014,
ini
sudah
multiple
sebagai strategi pembelajaran bagi siswa,
ketika
disamping sekolah
dikelas V, terlihat guru sedang melakukan
kurikulum
yang
ini sudah
juga
menerapkan
ditetapkan
oleh
proses
pendekatan
pembelajaran
dengan
kecerdasan
multiple musikal.
berlangsung
intelligences
pemerintah (Sumber: hasil wawancara dengan
untuk
Pada
awal
Kepala Sekolah, 28 Oktober 2014).
pembelajaran siswa diajak menyanyikan lagu
Sekolah Dasar Juara merupakan ladang
tentang proses daur air yang sudah diajarkan
pendidikan yang ditujukan untuk kalangan
oleh guru pada pertemuan sebelumnya. Lagu
kurang mampu yang didirikan oleh sebuah
tersebut sengaja dibuat oleh guru karena
6
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 12 Tahun ke IV Agustus 2015
yang
terbukti dari banyaknya piala yang tertata rapi
menonjol pada kecerdasan musikal. Selain itu
di ruang kepala sekolah, mulai dari menjadi
guru
media
juara harapan, juara 3, juara 2 dan bahkan
pembelajaran tentang arah, dimana dalam
menjadi juara 1. Sebut saja Rahma Elfritasari
pelaksanaannya siswa yang kesulitan dalam
siswa
memahami perpindahan arah difasilitasi guru
visual-spasial
untuk mencoba berdiri pada media yang sudah
melukis dengan predikat juara pertama tingkat
disediakan oleh guru kemudian berpindah-
kota. Kemudian Radja dengan kecenderungan
pindah sesuai dengan instruksi. Media tersebut
kecerdasan
mempermudah siswa yang sulit memahami
memenangi lomba Pildacil dengan predikat
arah hanya dengan membaca, dalam hal ini
juara pertama, dan masih banyak lagi predikat
guru
juara yang diraih oleh peserta didik lain.
didalam
kelas
juga
itu
terdapat
menyajikan
memfasilitasi
siswa
sebuah
peserta
didik
yang
menonjol pada kecerdasan kinestetik.
dengan
kecenderungan mampu
kecerdasan
memenangi
Linguistik
lomba
verbal
mampu
Meskipun siswa yang berada di SD Juara
Selain itu juga diketahui oleh peneliti
berasal dari kalangan keluarga kurang mampu,
saat observasi dikelas IV pada tanggal 31
namun hal tersebut tidaklah menjadi kendala
Oktober 2014, dalam proses pembelajaran
untuk mereka mendapatkan sebuah prestasi.
terlihat guru menerapkan pendekatan multiple
Berangkat dari hal tersebut, peneliti
intelligences untuk kcerdasan musikal. Pada
tertarik untuk melihat seperti apa penerapan
proses pembelajaran tersebut para siswa
sistem multiple intelligences yang diterapkan
terlihat
di SD Juara Yogyakarta. Penelitian ini
antusias
pembelajaran,
dalam
sebagai
contoh
menerima saat
guru
dilakukan
di
SD
Juara
Yogyakarta
meminta salah satu siswa untuk kedepan kelas
dikarenakan belum ada satu pun penelitian
memimpin siswa lain menyanyikan sebuah
yang menjabarkan penerapan sistem multiple
lagu yang dibuat oleh guru yang didalamnya
intelligences di SD Juara Yogyakarta.
memuat materi pelajaran, beberapa siswa yang
Untuk itu, peneliti mengangkat judul
senang bernyanyi langsung bersedia untuk
“Penerapan
maju didepan kelas. Mereka begitu percaya
intelligences pada Siswa Kelas V di SD Juara
diri menyanyikan lagu didepan yang kemudian
Gondokusuman Yogyakarta”. Harapannya hasil
diikuti oleh semua siswa. Selanjutnya guru
penelitian ini dapat digunakan sekolah sebagai
memberikan pertanyaan terkait materi yang
umpan
terdapat dalam lagu yang dinyanyikan, dan
penerapan sistem multiple intelligences di sekolah
dengan cepat dijawablah pertanyaan tersebut
tersebut.
oleh hampir semua siswa.
balik
Tujuan
Peneliti juga mendapati sebuah fakta
Pembelajaran
untuk
menilai
penelitian
mendeskripsikan
Berbasis
ini
persiapan,
multiple
sejauh
adalah
mana
untuk
pelaksanaan,
bahwasannya banyak prestasi yang diraih oleh
penilaian dan hambatan dalam menerapkan
siswa
pembelajaran berbasis multiple intelligences pada
di
SD
Juara
dalam
mengikuti
perlombaan-perlombaan diluar. Hal tersebut
Penerapan Pembelajaran Berbasis ... (Mila Dwi Candra) 7
siswa kelas V di SD Juara Gondokusuman
menginterpretasikan data dengan dibimbing oleh
Yogyakarta.
pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi.
METODE PENELITIAN
Teknik analisis data Langkah-langkah
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
analisis
data
dalam
penelitian ini, adalah reduksi data, display data, dan kesimpulan.
deskriptif. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah orang yang
terlibat
dalam
pembelajaran
berbasis
multiple intelligences di kelas V yang meliputi, guru kelas V, siswa kelas V, dan kepala sekolah. Gambar 1. Komponen dalam analisis data model
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Juara yang terletak di Jln. Gayam No. 9 kompleks Masjid
Al-Hidayah
Yogyakarta.
Baciro
Sedangkan,
Gondokusuman
waktu
penelitian
dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2015 sampai
interaktif Miles Matthew B. dan A. Michael Huberman (1992: 20). Keabsahan Data Untuk mengecek keabsahan data, dalam penelitian ini menggunakan kredibilitas dengan teknik ketekunan pengamatan, triangulasi, dan
dengan 17 April 2015.
membercheck.
Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari pengamatan dan wawancara kepada
guru,
siswa
dan
kepala
sekolah.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil dokumen-dokumen
yang
berupa
program
sekolah, rencana pembelajaran, data siswa,
multiple intelligences di SD juara, pihak sekolah memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan. Langkah
tersebut
mulai
dari
persiapan,
pelaksanaan dan penilaian.
Persiapan yang dilakukan mencakup 2
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi,
Dalam menerapkan pembelajaran berbasis
a. Persiapan
fasilitas, foto, serta penilaian.
mencakup
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
wawancara
dan
dokumentasi. Adapun observasi dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Instrumen penelitian Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan data dan
tahapan, yakni mengenali inteligensi siswa dan menyusun rencana pembelajaran/ lesson plan. Proses mengenali inteligensi siswa dilakukan dengan menggunakan sebuah tes, adapun tes yang digunakan adalah TIMI (Tes Interest Multiple Intelligences). Hal tersebut sependapat dengan yang diungkapkan oleh Paul Suparno (2004: 79)
8
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 12 Tahun ke IV Agustus 2015
bahwa terdapat beberapa langkah yang perlu
salah satu Alfa zona dilakukan adalah dengan
diperhatikan dalam mempersiapkan pembelajaran
memberikan gerakan refleksi tubuh. Sedangkan
berbasis
berdasarkan
multiple
intelligences,
yang
salah
hasil
wawancara
dengan
guru
satunya adalah mengenal intelegensi ganda pada
kegiatan lain yang sring dilakukan adalah dengan
siswa. Selain itu, Paul Suparno juga mengatakan
bernyanyi, sakelar otak, meneriakkan jargon,
bahwa untuk dapat meneliti kecerdasan siswa,
bercerita dan ice breaking. Temuan tersebut
antara lain dapat melalui tes, observasi dan
sesuai
mengumpulkan dokumen-dokumen siswa.
bahwasanya cara untuk mengarahkan siswa pada
Selanjutnya,
penyusunan
rencana
pembelajaran/ lesson plan dibuat guru dengan
dengan
Munif
Chatib
(2013:
92)
kondisi zona gelombang alfa antara lain melalui fun story, ice breaking, musik, dan brain gym.
membuat sebuah coret-coretan dalam buku
Kegiatan warmer diberikan guru dengan
khusus. Menurut Munif Chatib (2012: 57)
mengulang
struktur atau aspek yang terdapat pada lesson
sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan Munif
plan meliputi: 1) header, yang meliputi identitas
Chatib (2013: 109) yang menyatakan bahwa
sekolah dan keterangan silabus, 2) content atau
warmer sering disebut review dan feedback.
isi, yang meliputi apersepsi dan motivasi,
Warmer atau pemanasan merupakan kegiatan
prosedure
mengulang
activities/
kegiatan
pembelajaran,
peralatan dan evaluasi, 3) footer atau penutup. Berdasarkan hasil temuan penelitian, guru
materi
materi
yang
yang
telah
disampaikan
sebelumnya
telah
dipelajari. Namun, kegiatan tersebut tidak muncul sebanyak 4 kali selama penelitian dilaksanakan.
telah membuat lesson plan yang hampir sama
Kegiatan pre-teach yang biasa dilakukan
dengan yang dibuat oleh Munif Chatib. Namun,
guru
masih banyak aspek yang tidak dituliskan guru
kegiatan yang akan dilakukan selama proses
seperti pada bagian header dan footer. Pada
pembelajaran. Hal tersebut hampir sama dengan
bagian header guru hanya mencantumkan tema,
apa yang disampaikan oleh Munif Chatib (2013:
KD dan indikator. Sebagian besar aspek pada isi
118)
sudah dituliskan oleh guru yang meliputi alfa
sebelum aktivitas inti pembelajaran. Contoh pre-
zona, scenee setting, kegiatan pembelajaran, dan
teach salah satunya berupa penjelasan awal
peralatan. Sedangkan pada bagian footer/ penutup
tentang alur diskusi.
tidak dituliskan oleh guru. b. Pelaksanaan
adalah
bahwa
dengan
menyampaikan
kegiatan
pre-teach
terkait
dilakukan
Kegiatan scene setting dilakukan guru dengan memberikan pemahaman konsep kepada
Pelaksanaan pembelajaran ini mengacu
siswa, salah satunya yaitu memberikan konsep
pada kegiatan yang mencerminkan apersepsi dan
tentang kepahlawan dengan memberikan cerita
motivasi serta kegiatan-kegiatan pembelajaran
tentang kepahlawanan seekor penyu. Temuai
berbasis multiple intelligences.
tersebut sesuai dengan Munif Chatib (2013: 125)
Kegiatan apersepsi dan motivasi dilakukan dengan kegiatan alfa zona, warmer, pre-teach, dan scene setting. Berdasarkan hasil observasi
yang
menyebutkan
bahwa
sceene
setting
merupakan kegiatan yang dilakukan guru atau
Penerapan Pembelajaran Berbasis...(Mila Dwi Candra) 9
siswa
untuk
membangun
konsep
awal
memberi mereka materi konkret yang bisa
pembelajaran. Selanjutnya, pelaksanaan untuk kegiatan pembelajaran
dimana belajar cara logis-matematis dengan
berbasis
bahan
percobaan,
beri
mereka
intelligences
permainan yang melibatkan daya logis dan ajak
terdiri dari pengembangan untuk kesembilan jenis
mereka ke tempat-tempat yang mendorong
kecerdasan.
pemikiran ilmiah misalnya museum, pameran
Kegiatan
multiple
dijadikan
linguistik-verbal
yang
sering guru berikan untuk siswa adalah dengan
komputer dan elektronik. Selebihnya,
meminta siswa membacakan cerita di depan
kegiatan pembelajaran guru memberikan kegiatan
kelas,
memberi
pengembangan kecerdasa matematis-logis saat
mengemukakan
pelajaran matematika yang berkaitan dengan
pendapat atau kesempatan siswa untuk berbicara
angka atau berhitung. Pada kegiatan berhitung hal
dan
ini sesuai dengan pernyataan Linda Campbell,
melakukan
kesempatan
presentasi,
siswa
memberikan
untuk
kesempatan
siswa
untuk
dalam
menulis. Melakukan presentasi lisan tersebut
dkk
sesuai dengan Thomas R. Hoer (2007: 119)
matematis
bahwa untuk kecerdasan bahasa hal yang
menyediakan kode untuk materi pembelajaran,
dilakukan
mendorong
membuat
penggunaan kata-kata lazim, dan palindrom,
geometri.
guru
dikelas
adalah
(2006: 39) bahwa proses belajar logis dapat
grafik,
dilakukan
perhitungan,
guru
dengan
peluang
dan
melibatkan siswa dalam debat dan presentasi
Thomas R. Hoer (2007: 13) menyatakan
lisan. Sedangakan, memberi kesempatan menulis
bahwa untuk kecerdasan spasial, hal yang dapat
sesuai dengan Thomas Amstrong (2002: 20)
dilakukan guru di dalam kelas adalah dengan
bahwa cara terbaik memotivasi anak linguistik
mengajarkan pemetaan pikiran dan menyediakan
adalah
mereka,
kesempatan untuk memperlihatkan pemahaman
menyediakan banyak buku, rekaman dan kaset
melalui gambar. Berdasarkan hasil observasi pada
kata-kata yang diucapkan, serta menciptakan
pembelajaran ke-7 guru mengajarkan siswa
peluang untuk menulis.
membuat mind maping/ pemetaan pikir untuk
dengan
berbicara
dengan
Kegiatan matematis-logis yang diberikan
meringkas suatu materi tentang macam-macam
guru adalah dengan memfasilitasi siswa untuk
ekosistem. Kemudian guru juga memperlihatkan
melakukan sebuah percobaan membuat bel listrik
beberapa gambar tentang ekosistem darat air dan
pada pembelajaran ke-3 dan vertical garden pada
laut melalui LCD. Sedangkan, Thomas Amstrong
pembelajaran ke-10. Selanjutnya, permainan logis
(2002: 20) menyatakan bahwa belajar dengan
dan mengajak ke tempat pemikiran ilmiah seperti
visual-spasial cara terbaik untuk memotivasi anak
museum serta mengajak siswa untuk melakukan
melalui media seperti film, slide, video, diagram,
beberapa permainan yang memerlukan logika
peta dan grafik, serta memberi mereka peluang
berfikir diberikan guru ketika siswa diajak
untuk menggambar dan melukis. Hal tersebut
melakukan fieldtrip ke museum Dirgantara.
sesuai dengan temuan peneliti saat melakukukan
Temuan
yang
observasi, bahwasanya guru sudah memutarkan
diungkapkan oleh Thomas Amstrong (2002: 20)
sebuah video untuk membantu siswa dalam
tersebut
sependapat
dengan
10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 12 Tahun ke IV Agustus 2015
pemahamantentang ekosistem darat dan laut pada
Meskipun dalam kegiatan tersebut bukanlah tugas
pembelajaran ke-5.
drama yang diberikan oleh guru.
Kegiatan kinestetis yang diberikan guru
Kegiatan
untuk
mengembangkan
antara lain dengan melakukan sebuah permainan
kecerdasan interpersonal yang diberikan guru
kelompok dengan melakukan gerak fisik, serta
antara lain dengan diskusi, proyek kelompok,
memberi keleluasaan siswa yang cerdas kinestetik
berlatih wawancara, mengajari teman yang belum
untuk berjalan-jalan saat pembelajaran asalkan
paham dan melakukan permainan kelompok.
tidak mengganggu temanya. Namun, kegiatan
Kegiatan mengajari teman yang belum dan
tersebut tidak dimunculkan oleh guru satu kali
melakukan permainan kelompok tersebut sesuai
yaitu pada saat pembelajaran terkahir selama
dengan pendapat Thomas Amstrong (2002:20)
peneliti melakukan observasi, yaitu pada tanggal
bahwa belajar dengan cara interpersonal adalah
14 April 2015. Memberikan kesempatan untuk
dengan memberi mereka kesempatan untuk
melakukan
memberi
mengajari anak-anak lain serta sediakan berbagai
keleluasaan siswa yang cerdas kinestetik untuk
jenis permainan yang bisa mereka lakukan
berjalan-jalan saat pembelajaran itu sesuai dengan
bersama
Thomas R. Hoer (2007: 119) bahwasanya untuk
diskusi
kecerdasan kinestetik hal yang dapat dilakukan
sependapat dengan Muhammad Yaumi (2013:47)
guru di kelas adalah dengan menyediakan
bahwa
kegiatan untuk tangan dan bergerak, menawarkan
mengontruksikan kecerdasan interpersonal yang
kesempatan berakting, serta membiarkan murid
dimiliki
bergerak selama bekerja.
pembelajaran yang sesuai adalah sebagai berikut:
gerakan
fisik
serta
teman-teman kelompok
untuk
peserta
mereka.
dan
dapat
Sedangkan,
berlatih
wawancara
mengembangkan
didik,
berbagai
dan
aktivitas
Kegiatan musikal yang diberikan oleh guru
dengan cara jigsaw, mengajar teman sebaya,
adalah dengan mengajak siswa bernyanyi ketika
bekerja tim, diskusi kelompok, membuat dan
proses pembelajaran, memutarkan iringan musik
melakukan wawancara, menebak karakter orang
saat
lain.
pembelajaran
berlangsung
serta
memfasilitasi siswa untuk memainkan alat musik.
Kegiatan
untuk
mengembangkan
Terlihat pada pembelajaran ke-5, siswa diminta
kecerdasan intrapersonal untuk siswa diberikan
untuk menampilkan proyek membuat sebuah
guru antara lain melalui meminta siswa untuk
gerakan dengan menyanyikan salah satu lagu
menyebutkan salah satu kelebihan yang dimiliki,
peninggalan sejarah islam dan boleh diiringi
memberikan tugas individu, memberi kesempatan
dengan memainkan alat musik. Temuan tersebuat
siswa untuk belajar sendiri, serta meminta siswa
selaras
dengan
untuk mencoba menilai pekerjaannya sendiri.
pendapat Thomas R. Hoer (2007: 119) bahwa
Terlihat pada pembelajaran ke-5 guru meminta
untuk kecerdasan musikal hal yang dapat
siswa untuk menyebutkan salah satu kemampuan
dilakukan oleh guru adalah dengan mendorong
yang dimiliki. Hal tersebut sesuai dengan Linda
siswa untuk menambahkan musik dalam drama.
Campbell, dkk (2006: 206) menyatakan bahwa
dengan
Selanjutnya,
sesuai
strategi
yang
dapat
dilakukan
untuk
Penerapan Pembelajaran Berbasis...(Mila Dwi Candra) 11
mengembangkan kecerdasan intrapersonal salah
penilaian untuk penilaian kognitif diantaranya tes
satunya dengan menciptakan situasi agar siswa
lisan dan tes tertulis. Tes lisan guru lakukan
mampu mengakui diriya sendiri atas kekurangan
dengan memberikan pertanyan kepada siswa
dan kelebihannya.
terkait bilangan pangkat 3 dan siswa yang bisa
Kegiatan naturalis yang biasa guru berikan untuk
siswa
adalah
observasi
lingkungan,
menjawab akan mendapatkan nilai. Sedangkan untuk tes tertulis tidak dilakukan oleh guru.
serta
Selain itu guru juga mengadakan penugasan,
menampilkan gambar dan video tentang alam.
penugasan yang diberikan guru adalah membuat
Observasi lingkungan dilakukan guru ketika
sebuah
siswa diajak untuk ke museum dirgantara, siswa
pengalaman interaksi dengan orang lain.
membawakan
hewan
sungguhan
cerita
tentang
untuk melihat benda biotik dan abiotik. Hal
dengan
tersebut
pengamatan/observasi
dengan
Thomas
Amstrong
dan
Selanjutnya penilaian afektif dilakukan
diminta untuk mengobservasi lingkungan taman
sesuai
kepahlawanan
melakukan
syiar dan
bulanan,
penilaian
diri.
(2002:20) mengungkapkan bahwa belajar dengan
Pelaksanaan pengamatan/ observasi dan penilaian
cara naturalis akan lebih bersemangat ketika
diri
terlibat dalam pengalaman di alam terbuka.
Kemendikbud (2014: 35-36) bahwa penilaian
Selanjutnya
yang
terakhir
sesuai
dengan
yang
dijelaskan
oleh
kecerdasan
sikap dapat dinilai dengan menggunakan teknik
eksistensialis, kecerdasan ini SD Juara lebih
observasi, penilaian diri, penilaian antar teman,
diartikan sebagai kecerdasan spiritual, dimana
dan jurnal catatan guru. Syiar bulanan diketahui
maksud dari dua kecerdasan tersebut sama-sama
telah dilakukan saat syiar bulan Maret dan
berkaitan dengan Tuhan. Hal tersebut sesuai
dikumpulkan d akhir bulan, yaitu pada 30 Maret
dengan Munif Chatib dan Alamsyah (2012:82)
2015.
bahwasanya kecerdasan eksistensialis merupakan
Penilaian psikomotorik dilakukan guru
jenis kecerdasan dimana seseorang menyiapkan
dengan memfasilitasi ssiwa melakukan tugas
dirinya dalam menghadapi kematian, sehingga
proyek dan praktek. Hal tersebut sesuai dengan
lebih
Tuhan.
yang dijelaskan oleh Kemendikbud (2014: 36-37)
Adapun kegiatan yang diberikan guru antara lain
bahwa penilaian keterampilan (psikomotorik)
berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran,
dapat menggunakan penilaian unjuk kerja atau
belajar baca tulis Al-Qur’an, sholat dhuha dan
praktik, projek, dan portofolio. Berdasarkan hasil
dzuhur berjama’ah serta mengaitkan materi
observasi
pembelajaran dengan apa yang ada pada ayat suci
memberikan tugas proyek kepada siswa untuk
Al-Qur’an.
membuat sebuah diorama. Proyek diorama
c. Penilaian
dipresentasikan dan dikumpulkan pada hari
mendekatkan
dirinya
kepada
Penilaian yang digunakan oleh guru adalah
pada
pembelajaran
ke-6
guru
setelahnya, kemudian dikumpulkan untuk dinilai
penilaian autentik dengan mengacu pada 3 ranah,
oleh
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Munif
psikomotorik siswa saat siswa sedang melakukan
Chatib (2013: 168) menjelaskan bahwa alat
guru.
Selain
itu
guru
juga
menilai
12 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 12 Tahun ke IV Agustus 2015
praktek membuat bel listrik pada pembelajaran
harus berusaha bagaimana caranya agar anak
ke-2.
yang tidak mencapai KKM dapat mencapai KKM
d. Hambatan
Penerapan
Pembelajaran
tersebut sesuai dengan kemampuannya. Untuk penilaian afektif hambatannya terdapat pada
Berbasis Multiple Intelligences Hambatan yang dialami guru dan kepala
lamannya guru dalam menentukan nilai afektif,
sekolah dalam menerapkan pembelajaran berbasis
karena dalam menilai sikap siswa guru tidak bisa
multiple intelligences ini salah satunya terkait
hanya menilai pada saat itu, namun dengan
persiapannya.
bertahap.
Dalam
mempersiapkan
Sedangkan,
untuk
penilaian
pembelajaran guru kelas V dan Kepala Sekolah
psikomotorik hambatannya adalah ketika anak
mengakui bahwa mempunyai hambatan terkait
sulit diajak untuk bekerja secara maksimal ketika
mengenali inteligensi siswa dan merencanakan
hal itu tidak sesuai dengan bidangnya.
pembelajaran. Pada proses mengenali inteligensi TIMI (Tes Interest Multiple Intelligences) yang digunakan untuk mengenali inteligensi siswa tidak
se-valid
MIR
(Multiple
Intelligences
Research) yang dibuat oleh Munif Chatib
SIMPULAN Berdasarkan
paparan
diatas,
peneliti
menyimpulkan bahwa: 1. Persiapan dilakukan dengan 2 tahap, yaitu
(Konsultan Pendidikan yang membuat MIR).
mengenali
Selain
menggunakan TIMI (Tes Interest Multiple
itu,
hambatan
lain
terdapat
pada
inteligensi
Intelligencs)
Kepala
bahwa
pembelajaran/ lesson plan berupa coret-
ketidak
coretan yang dituliskan pada buku khusus
hambatan
yang
mengungkapkan dirasakan
adalah
konsistenan guru dan Kepala Sekolah sendiri
menyusun
dengan
penyusunan rencana pembelajaran/ lesson plan. Sekolah
dan
siswa
rencana
milik guru.
pembelajaran,
2. Pelaksanaan pembelajaran sudah melakukan
sehingga Kepala Sekolah mengambil jalan tengah
apersepsi dan motivasi untuk siswa dengan
dengan membuat coret-coretan, dalam artian
memberikan kegiatan alfa zona, warmer, pre-
rencana pembelajaran dituliskan secara sederhana
tech dan scene setting. Selain itu, guru juga
pada buku khusus milik guru.
sudah memfasilitasi siswa untuk belajar
dalam
menyususun
Pada
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
guru
melalui
kesembilan
jenis
kecerdasan.
mengaku tidak mengalami hambatan yang berat.
Meskipun dalam pembelajaran kesembilan
Disampaikan oleh guru bahwa
untuk masing-
jenis kecerdasan itu tidak dilakukan guru
masing jenis kecerdasan memang memiliki
dalam satu waktu. Sembilan jenis kecerdasan
hambatan sendiri-sendiri dalam pelaksanaannya,
yang dimaksud adalah a) linguistik-verbal, b)
namun hal tersebut masih bisa diberikan solusi.
matematis-logis,
Pada tahap penilaian ini hambatan yang
c)
visual-spasial,
d)
kinestetis, e) musikal, f) interpersonal, g)
dialami guru terdapat pada masing-maisng aspek
intrapersonal,
penilain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
eksistensialis. Meskipun kesembilan jenis
Pada penilaian kognitif hambatannya ialah guru
h)
naturalistik
dan
i)
Penerapan Pembelajaran Berbasis ... (Mila Dwi Candra) 13
kecerdasan itu tidak diberikan dalam satu waktu. 3. Penilaian
yang
digunakan
guru
dalam
pembelajaran berbasis multiple intelligences
Lea Mutia. (2014). Agnes Monica Penyanyi dan Pemain Sinetron . Diakses dari http//:www.tokohindonesia.com/tokoh/artic el/351-selebriti/2354-agnes-monica, diakses pada tanggal 30 Mei 2015
adalah penilaian autentik dengan mencakup 3 ranah, yaitu; a) kognitif dengan tes lisan, tes tertulis dan penugasan, b) afektif observasi terkait sikap siswa saat pembelajaran dan di luar
pembelajaran,
melakukan
syiar/
penilaian target
diri bulanan,
serta c)
psikomotorik dengan melakukan tugas proyek dan praktek yang diberikan untuk siswa. 4. Hambatan dalam penerapan pembelajaran
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.(1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Muhammad Yaumi. (2012) Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Jakarta: Dian Rakyat Munif Chatib. (2012). Bandung: Kaifa
Gurunya
Manusia.
Munif Chatib. (2013). Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa
berbasis multiple intelligences Munif Chatib dan Alamsyah. (2012). Sekolah Para Juara. Bandung: Kaifa DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas. (2002). Sekolah Para Juara. Bandung: Kaifa Bai Ruindra. (2013). Kemana Nilai Afektif dan Psikomotor. Diakses dari http://www.kompasiana.com/bairuindra/refl eksi-un-ke-mana-nilai-afektif-danpsikomotor_5528d2ed6ea8343a698b459a, pada tanggal 26 Juni 2015 Campbell, Linda dkk. (2012). Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intellignces. Depok: Inisiasi Press Gardner, Howard. (2003). Multiple Intelligences: Kecerdasan Majemuk Teori dan Praktek. penerjemah Alexander Sindoru, Batam: Interaksara Gita Prast. (2015). Hardiknas: Bukan sekedar “mengajar” tetapi “Mendidik. Diakses dari http://www.kompasiana.com/gprst/hardikna s-bukan-sekedar-mengajar-tetapimendidik_555481a66523bdd91d4aefaa, diakses pada tanggal 15 Juni 2015 Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SD Tahun 2014 SD Kelas V. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mustaqim. (2004). Psikologi Semarang: Walisongo
Pendidikan.
Paul Suparno. (2004). Teori Intelligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa (Indonesia). (2008). Kamus Besar Bahas Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama R. Hoer , Thomas. (2007). Buku Kerja Multiple Intelligences. Bandung: Mizan Pustaka