1.968 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES PADA SISWA KELAS III DI SD JOGJA GREEN SCHOOL IMPLEMENTATION OF MULTIPLE INTELLIGENCES BASED LEARNING ON 3rd GRADE STUDENTS Oleh: Sarah Pradini Dzilhijjah, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakutas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan implementasi pembelajaran berbasis multiple intelligences pada siswa kelas III di Sekolah Dasar Jogja Green School Trihanggo Gamping Sleman Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas III, kepala sekolah dan 3 siswa kelas III. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan langkah-langkah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat dua hal pokok yang dilakukan guru dalam melakukan perencanaan pembelajaran, yaitu: a) mengenali multiple intelligences siswa, dan b) menyusun Daily Lesson Plan (DLP). (2) Pada tahap pelaksanaan, guru sudah memfasilitasi siswa melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran berbasis multiple intelligences yang dilakukan secara integratif melalui kedelapan jenis kecerdasan, yaitu: linguistik, logikamatematika, spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. (3) Penilaian pembelajaran dilakukan secara autentik dengan menggunakan tiga ranah yaitu: a) kognitif, b) psikomotorik, dan c) afektif. Kata kunci: implementasi, pembelajaran, multiple intelligences Abstract This research aims at describing the implementation of multiple intelligences based learning on 3rd grade students at SD Jogja Green School Yogyakarta. This research’s type was descriptive qualitative. Subjects of this research were 3rd grade teacher, headmaster, and three students of 3rd grade. Data collection techniques used interview, observation, and documentation. Data anaylisis techniques used data reduction, data display, and conclusion drawing/verification. The results shows that: (1) two main things that teacher do in planning the lessons are; a) recognize students multiple intelligences, and b) prepare Daily Lesson Plans (DLP). (2) Implementing step already facilitated students through the integrated learning activities based on multiple intelegences that are; linguistic intelligence, logical mathematical intelligence, spatial intelligence, musical intelligence, bodilykinesthetic intelligence, interpersonal intelligence, intrapersonal intelligence, and naturalist intelligence. The assesment is already done by the authentic assesment with three domains; a) cognitive, b) psychomotor, and c) affective. Keywords: implementation, learning, multiple intelligences
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses yang ditempuh untuk mengembangkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Amanah undang-undang di atas dengan jelas menunjukkan bahwa pendidikan pada hakikatnya tidak hanya membentuk peserta didik menjadi insan yang cerdas secara intelektual
Implementasi Pembelajaran Berbasis .... (Sarah Pradini Dzilhijjah) 1.969
namun juga membentuknya sebagai manusia yang terampil dan berkarakter. Di
Indonesia,
“pendidikan
Salah satu sekolah swasta di Yogyakarta yang menerapkan sistem multiple intelligences
hanya
pada siswanya yaitu Sekolah Dasar Jogja Green
dimaknai sebagai teknik manajerial persekolahan
School. Pada saat peneliti melakukan wawancara
yang hanya menitikberatkan pada kemampuan
dengan kepala sekolah pada tanggal 12 Januari
kognitif...” (http://www.ugm.ac.id). Berdasarkan
2016, Kepala Sekolah SD Jogja Green School
sumber tersebut, terlihat bahwa pendidikan di
mengatakan
Indonesia belum memerhatikan keseimbangan
persiapan khusus yang dilakukan oleh pihak
antara ketiga ranah pendidikan menurut Bloom.
sekolah dalam menerapkan pembelajaran berbasis
Penitikberatan
seakan
multiple intelligences. Namun, pada prinsipnya,
dan
setiap pendidik di SD Jogja Green School percaya
kemampuan
„menganaktirikan‟
jati
kognitif
diri,
potensi,
kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik.
bahwa
sebenarnya
tidak
ada
bahwa setiap anak memiliki kecerdasan yang
Pada dasarnya, setiap anak yang terlahir
bermacam-macam, tidak hanya satu. Dari fakta
ke dunia ini merupakan anak-anak cerdas dengan
tersebut, SD Jogja Green School memiliki
berbagai
keunikan
potensi
dan
keunikan.
Gardner,
dimana
setidaknya telah mengelompokkan kecerdasan
memberikan
menjadi
siswanya
delapan jenis
kedelapan
kecerdasan
kecerdasan. tersebut
Adapun
antara
kecerdasan
linguistik,
kecerdasan
matematika,
kecerdasan
spasial,
lain:
logika-
sekolah
kesempatan untuk
tersebut
dan
selalu
peluang bagi
mengembangkan
potensi
kecerdasan mereka melalui sistem pembelajaran yang sesuai.
kecerdasan
Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara
musikal, kecerdasan, kecerdasan interpersonal,
dengan guru kelas III pada tanggal 14 Januari
kecerdasan naturalis.
intrapersonal, Dari
kedelapan
dan
kecerdasan
2016, diketahui bahwa dalam pembelajaran yang
jenis
kecerdasan
dilaksanakan, guru menerapkan beberapa metode
tersebut, pendidik berperan penting dalam mengembangkan
potensi
kecerdasan
kreatif sebagai upaya dalam mengoptimalkan yang
dimiliki peserta didik.
potensi-potensi
multiple
intelligences
yang
dimiliki siswanya.
Perbedaan potensi kecerdasan dalam diri
Hasil observasi menunjukkan bahwa SD
peserta didik menuntut guru untuk kreatif dan
Jogja
inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan
pembelajaran berbasis multiple intelligences.
mengajar dengan gaya belajar dan karakteristik
Implementasi
belajar siswa. Hoerr (2007: 21) menyatakan
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
bahwa
jenis
kecerdasan
yang
Green
School
yang
dimaksud
terdiri
atas:
berbeda
berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar.
METODE PENELITIAN
Setiap kecerdasan memiliki gaya belajar atau
Jenis Penelitian
learning style yang berbeda pula.
mengimplementasikan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskripstif.
1.970 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016
pada siswa kelas III di SD Jogja Green School
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Maret sampai dengan 1 April tahun 2016 di kelas III SD Jogja Green School, Trihanggo, Gamping,
yang diperoleh dari hasil observasi, hasil wawancara, dan catatan-catatan lapangan. 2. Penyajian Data
Sleman, Yogyakarta.
Peneliti menyajikan data mengenai implementasi pembelajaran berbasis multiple
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini yaitu guru
intelligences pada siswa kelas III di SD Jogja
kelas III, kepala sekolah, dan tiga siswa kelas III.
Green School. Dalam penelitian ini, data
Pemilihan informan dilakukan secara purposif.
tersebut disajikan secara deskriptif.
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Data-data
Data
mengenai
implementasi
Sumber data dalam penelitian ini terdiri
pembelajaran berbasis multiple intelligences
dari data primer dan data sekunder. Data primer
pada siswa kelas III di SD Jogja Green School
didapatkan dari hasil wawancara dan observasi
yang telah dikemukakan pada penyajian data
pada informan/subjek penelitian sementara data
diinterpretasikan kemudian dianalisis untuk
sekunder didapatkan melalui dengan melakukan
memperoleh kesimpulan.
analisis
dokumen-dokumen
dengan
implementasi
yang
pembelajaran
berkaitan berbasis
multiple intelligences pada siswa kelas III di Sekolah Dasar Jogja Green School Trihanggo
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Perencanaan
Dua hal pokok yang dilakukan guru
Peneliti menggunakan teknik observasi wawancara
dengan
Berbasis
Multiple Intelligences (Planning)
Gamping Sleman Yogyakarta.
dan
Pembelajaran
instrumen
berupa
dalam merencanakan pembelajaran berbasis multiple
intelligences,
yaitu:
mengenali
pedoman observasi dan pedoman wawancara
multiple intelligences siswa dan membuat
dalam mengumpulkan data primer. Sementara,
rencana
untuk mengumpulkan data sekunder, peneliti
tersebut sesuai dengan apa yang dituliskan
menggunakan teknik analisis dokumen sekolah,
oleh Paul Suparno (2004: 79) bahwa terdapat
berupa jaringan tema, Daily Lesson Plan (DLP)
beberapa langkah yang perlu diperhatikan
dan Daily Evaluation Form (DEF).
dalam mempersiapkan pembelajaran berbasis
Teknik Analisis Data
multiple intelligences, antara lain: mengenal
Teknik
analisis
data
menggunakan
pembelajaran/lesson
intelegensi
ganda
langkah-langkah sebagai berikut:
pengajaran,
1. Reduksi Data
menentukan evaluasi.
siswa,
strategi
plan.
Hal
mempersiapkan
pengajaran,
dan
data dilakukan dengan
Guru telah melakukan observasi
memilah-milah data mengenai implementasi
harian atau daily observation dan kegiatan
pembelajaran berbasis multiple intelligences
sharing sesama guru. Observasi dilakukan
Reduksi
Implementasi Pembelajaran Berbasis .... (Sarah Pradini Dzilhijjah) 1971
oleh guru setiap hari untuk mengetahui
telah
potensi kecerdasan yang dimiliki masing-
kegiatan pembelajaran dan penilaian.
masing siswa. Sementara, kegiatan sharing sesama guru dilakukan secara kondisional. Hal
tersebut
dikemukakan
sesuai
dengan
Armstrong
apa
(2002:
2. Pelaksanaan
khususnya
Pembelajaran
pada
Berbasis
Multiple Intelligences (Implementing) Berdasarkan hasil penelitian yang
yang 43-59)
dikembangkan,
diperoleh
oleh
peneliti,
guru
membagi
bahwa terdapat beberapa cara untuk meneliti
kegiatan pembelajaran menjadi tiga bagian,
kecerdasan majemuk siswa, antara lain:
yaitu:
melalui
chechklist,
pembelajaran dan pemberian apersepsi, b)
mengumpulkan dokumentasi, melihat data
kegiatan inti, meliputi kegiatan pembelajaran
sekolah,
berbasis
pengamatan,
berdiskusi
dengan
dengan
guru
lain,
berbicara dengan orang tua, bertanya kepada siswa,
dan
menyelenggarakan
kegiatan
a)
kegiatan
multiple
awal,
meliputi
intelligences,
pra-
serta
c)
kegiatan akhir. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru saat hendak memulai pembelajaran,
khusus. Pelaksanaan
antara lain: berkumpul/melingkar, berdo‟a
Pembelajaran (RPP) atau lesson plan yang
bersama, memberikan kesempatan kepada
diterapkan pada siswa kelas III di SD Jogja
siswa untuk bercerita, me-review hasil bacaan
Green School disebut dengan Daily Lesson
siswa saat reading time, mengulas kembali
Plan (DLP). Berdasarkan temuan penelitian,
kegiatan atau materi pembelajaran pada
aspek-aspek yang terdapat dalam Daily
pertemuan sebelumnya, dan menanyakan
Lesson Plan (DLP) setidaknya terdiri dari:
kesiapan belajar siswa. Adapun kegiatan
identitas, kompetensi dasar, teaching aids,
apersepsi yang biasa dilakukan oleh guru
prosedur aktivitas, dan evaluasi. Hal tersebut
kelas III dalam proses pembelajaran dibagi
sesuai dengan yang digariskan oleh Peraturan
menjadi 4 tahap, yaitu: zona alfa (alpha
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab IV
zone), warmer, pre-teach, dan scene setting.
Adapun,
Rencana
Pasal 20 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pertama, zona alfa (alpha zone).
yang menyatakan bahwa perencanaan proses
Berdasarkan hasil penelitian, zona alfa (alpha
pembelajaran meliputi silabus dan rencana
zone) dilakukan melalui kegiatan bernyanyi,
pelaksanaan
memuat
menceritakan cerita-cerita lucu, mengajak
pembelajaran,
siswa untuk melakukan ice-breaking, dan
materi ajar, metode pengajaran, sumber
bermain games untuk membangun suasana
belajar dan penilaian hasil belajar. Namun,
awal yang menyenangkan. Temuan penelitian
masih
dalam
tersebut sesuai dengan pendapat Munif Chatib
penyusunan Daily Lesson Plan (DLP). Guru
(2014: 92-108) yang mengemukakan bahwa
belum menganalisis kecerdasan apa saja yang
cara yang dapat dilakukan guru untuk
pembelajaran
sekurang-kurangnya
ada
sedikit
tujuan
yang
kekurangan
membawa siswa ke dalam kondisi zona
1.972 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016
gelombang alfa yakni melalui: ice breaking,
dapat berupa bercerita, visualisasi, simulasi,
fun story (dapat berupa cerita lucu, gambar
pantomim,
lucu, atau teka-teki yang diperoleh dari
Berdasarkan hasil penelitian, guru telah
pengalaman pribadi, cerita/pengalaman orang
melakukan beberapa kegiatan yang sama
lain, buku-buku humor, internet, dll), musik,
dengan pernyataan di atas untuk memberikan
dan brain gym atau senam otak yang terdiri
pemahaman
atas serangkaian latihan berbasis gerakan
mengajak siswa untuk melakukan tanya
tubuh sederhana.
jawab,
Kedua, warmer. Berdasarkan hasil penelitian,
warmer
dilakukan
dengan
dan
mendatangkan
konsep,
misalnya
menyiapkan
dibutuhkan,
tokoh.
dengan
peralatan
memberikan
yang
misteri/teka-teki,
berpantomim, games, dan bercerita mengenai
mengulang materi atau kegiatan pembelajaran
kehidupan
yang pernah dilakukan untuk memasukkan
dikaitkan guru untuk mengantarkan siswa
informasi ke dalam memori jangka panjang
menuju suatu materi pembelajaran.
siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
sehari-hari
yang
kemudian
Munif Chatib (2015: 98) mengatakan
Munif Chatib (2014: 108) yang mengatakan
bahwa
bahwa
adalah
merupakan teori kecerdasan dalam ranah
mengulang materi yang sebelumnya diajarkan
psikologi. Ketika ditarik ke dunia edukasi,
oleh guru.
multiple intelligences menjadi sebuah strategi
warmer
Ketiga,
atau
pemanasan
pre-teach.
Pre-teach
multiple
intelligences
awalnya
pembelajaran untuk materi apapun dalam
dilakukan melalui penjelasan awal sebelum
semua bidang studi.
siswa melakukan aktivitas inti pembelajaran.
observasi
Hal tersebut sependapat dengan Munif Chatib
menemukan bahwa pembelajaran berbasis
(2014: 115) yang mengatakan bahwa pre-
multiple intelligences pada siswa kelas III di
teach adalah aktivitas yang harus dilakukan
SD Jogja Green School dilakukan secara
sebelum aktivitas inti pembelajaran. Pre-
integratif.
Pengintegrasian
teach tidak harus selalu ada dalam setiap kali
berbasis
multiple
pertemuan karena sangat bergantung pada
pembelajaran di kelas III SD Jogja Green
kebutuhan yang berkaitan dengan materi dan
School dilakukan dalam kegiatan inti sesuai
strategi pembelajaran.
dengan tema dan judul pembelajaran pada
Keempat,
scene
setting.
proses
Berdasarkan hasil
pembelajaran,
peneliti
strategi-strategi
intelligences
dalam
Munif
hari tersebut dengan mempertimbangkan
Chatib (2014: 115-119) menyebutkan bahwa
kecenderungan multiple intelligences siswa.
scene setting adalah aktivitas yang paling
Temuan penelitian tersebut sesuai dengan
dekat dengan strategi pembelajaran. Dengan
pendapat Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat
kata lain, scene setting adalah aktivitas yang
(2009: 129) yang mengemukakan bahwa
dilakukan guru atau siswa untuk membangun
strategi-strategi yang dapat digunakan dalam
konsep awal pembelajaran. Scene setting
pembelajaran berbasis multiple intelligences
Implementasi Pembelajaran Berbasis .... (Sarah Pradini Dzilhijjah) 1.973
berdasarkan kecerdasan peserta didik yang
Dalam
dominan.
logika-matematika,
a. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan
penelitian, guru telah memfasilitasi siswa
Linguistik (Linguistic Intelligence)
mengembangkan
kecerdasan
berdasarkan
hasil
dengan melakukan kegiatan berhitung
Kecerdasan linguistik (linguistic
(counting) dan mengajak siswa untuk
intelligence) merupakan kecerdasan yang
berpikir secara ilmiah. Temuan penelitian
berkaitan dengan kemampuan seseorang
tersebut sesuai dengan salah satu strategi
dalam mengolah kata-kata secara efektif,
pengajaran
untuk
baik secara lisan maupun tertulis. Dalam
matematika
yang
mengembangkan kecerdasan linguistik,
Armstrong
(2013:
berdasarkan hasil penelitian, guru telah
perhitungan dan kuantifikasi, klasifikasi
memfasilitasi
dan kategorisasi, membuat pertanyaan
siswa
dengan
kegiatan
kecerdasan diungkapkan
oleh
83-86)
yaitu:
seperti mendongeng/bercerita. Temuan
model
penelitian tersebut sesuai dengan salah
pemikiran/berpikir ilmiah.
satu strategi pengajaran untuk kecerdasan linguistik Armstrong
yang
diungkapkan
(2013:
80-83)
bercerita/mendongeng,
oleh yaitu:
logika-
socrates,
heuristik,
dan
Selain itu, guru dan sekolah juga memfasilitasi siswa dengan menanamkan konsep-konsep
dasar
melalui
games,
bertukar
mengajak siswa melakukan eksperimen
pikiran/brainstorming, rekaman, jurnal
sederhana, dan memainkan permainan
penulisan, dan penerbitan.
strategi.
Selain
itu,
guru
juga
c. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan
memfasilitasi siswa dengan memberikan
Spasial (Spatial Intelligence)
kesempatan kepada siswa untuk menulis,
Kecerdasan
membuat
karangan,
memberikan
spasial
(spatial
intelligence) merupakan kecerdasan yang
kesempatan kepada siswa untuk berbicara
melibatkan
atau mengemukakan pendapat, melakukan
memvisualisasikan
gambar
presentasi, memainkan permainan kata-
kepala
untuk
kata, dan menyediakaan buku-buku cerita.
menciptakannya dalam bentuk dua atau
b. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan
tiga dimensi. Dalam mengembangkan
Logika-Matematika
(Logical
Mathematical Intelligence) Kecerdasan (logical
didalam kemudian
kecerdasan spasial, berdasarkan hasil penelitian, guru telah memfasilitasi siswa
logika-matematika
mathematical
seseorang
kemampuan
dengan menunjukkan gambar/video/slide.
intelligence)
Temuan penelitian tersebut sesuai dengan
merupakan kecerdasan yang berkaitan
pendapat Jasmine (2007: 126) yang
dengan keterampilan mengolah angka
memaparkan bahwa metode mengajar
dan/atau kemahiran menggunakan logika.
multiple intelligences untuk kecerdasan
1.974 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016
spasial, dapat didiskusikan dan kemudian
penelitian tersebut sesuai dengan strategi
digambarkan dengan aktivitas-aktivitas
pengajaran untuk kecerdasan musikal
yang melibatkan hal-hal berikut: film,
yang diungkapkan oleh Armstrong (2013:
video, gambar, lukisan, dan peragaan,
92-94) yaitu: irama, lagu, rap (ketukan),
menggunakan
dan
melukis,
model
dan
mengecat,
prototipe,
mengukir,
peta,
senandung,
diskografi/studi
pengumpulan
daftar
diagram, puzel jigsaw dan permainan
musik
memori,
jalan simpang siur..., berimajinasi dan
musik, dan musik suasana.
super
berperan (permainan pura-pura)..., dan rekayasa model mental. Guru
memfasilitasi
juga
kesempatan
Selain
memberikan
kepada
siswa
untuk
album
rekaman,
konsep-konsep
itu, siswa
dan
guru melalui
juga kegiatan
bernyanyi bersama kegiatan bernyanyi bersama,
mengenalkan
siswa
pada
menggambar dan mewarnai, mengajak
beraneka lagu, membuat musik dari
siswa
alam/lingkungan sekitar, membuat lagu,
menciptakan
(prakarya/craft),
dan
sesuatu memasukkan
berbagai macam warna ke dalam kelas sebagai sarana pembelajaran misalnya dengan
menggunakan
kertas/kapur
tulis/spidol berwarna-warni. Selain itu,
mendengarkan
musik,
dan
mengajak
siswa menciptakan musik. e. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Kinestetik
(Bodily-Kinesthetic
Intelligence) Kecerdasan kinestetik (bodily-
guru juga memberikan kesempatan berupa diferensiasi penugasan melalui gambar
kinesthetic
apabila
kecerdasan yang berkaitan dengan kerja
siswa
kesulitan
menuangkan
intelligence)
merupakan
fisik sebagian atau seluruh anggota tubuh
pikirannya ke dalam bentuk tulisan. d. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
akibat koordinasi antara otak dengan tubuh.
Dalam
mengembangkan
(musical
kecerdasan kinestetik, berdasarkan hasil
merupakan
penelitian, guru telah memfasilitasi siswa
kecerdasan yang melibatkan kepekaan
dengan kegiatan menciptakan sesuatu
seseorang terhadap bunyi, musik atau
yang memerlukan keterampilan motorik
irama.
mengembangkan
halus seperti membuat kerajinan atau
kecerdasan musikal, berdasarkan hasil
prakarya. Temuan penelitian tersebut
penelitian, guru telah memfasilitasi siswa
sesuai
dengan memutarkan musik yang sesuai
pengajaran untuk kecerdasan kinestetik
dengan
dan
yang diungkapkan oleh Hoerr (2007: 18)
untuk
yaitu: menyediakan kegiatan untuk tangan
Temuan
dan bergerak, menawarkan kesempatan
Kecerdasan intelligence)
musikal
merupakan
Dalam
kegiatan
pembelajaran
memutarkan
musik
instrumen
mengiringi
pembelajaran.
dengan
salah
satu
strategi
Implementasi Pembelajaran Berbasis .... (Sarah Pradini Dzilhijjah) 1.975
berakting, membiarkan murid bergerak
kehidupan berteman dan sosial, serta
selama bekerja, memanfaatkan kegiatan
empati.
menjahit, membuat model dan lain-lain
Fasilitas lain diberikan guru dan
yang memerlukan keterampilan motorik
sekolah yaitu melalui games, melakukan
halus.
wawancara, melalui kegiatan bersama Selain
itu,
guru
juga
memfasilitasi
siswa
melalui
permainan/games
yang
melibatkan
semua kelas, memberikan kesempatan bagi
siswa
untuk
menanggapi/memberikan pendapat atau
aktivitas fisik, memberikan kesempatan
saran
kepada siswa untuk bergerak dan menari,
mengapresiasi hasil karya siswa.
dan berolahraga.
kepada
siswa
lain,
dan
g. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan
f. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan
Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Interpersonal (Interpersonal Intelligence) Kecerdasan
interpersonal
Kecerdasan
intrapersonal
(intrapersonal intelligence) merupakan
(interpersonal intelligence) merupakan
kecerdasan
kecerdasan
dengan
kemampuan seseorang dalam mengenal
kemampuan seseorang dalam berinteraksi
dan memahami diri sendiri dengan baik.
dengan
Dalam
yang
berkaitan
orang
lain.
Dalam
mengembangkan
kecerdasan
yang
berkaitan
mengembangkan
intrapersonal,
dengan
kecerdasan
berdasarkan
hasil
hasil
penelitian, guru telah memfasilitasi siswa
penelitian, guru telah memfasilitasi siswa
dengan memberikan kesempatan kepada
dengan
yang
siswa untuk
belajar
menekankan adanya kerja sama seperti
menyediakan
kesempatan
berdiskusi dan proyek bersama. Temuan
untuk memberi dan menerima masukan,
penelitian tersebut sependapat dengan
serta memberikan kesempatan kepada
Jasmine
yang
siswa untuk mengerjakan tugas-tugas
memaparkan bahwa metode mengajar
individu. Temuan tersebut senada dengan
multiple intelligences untuk kecerdasan
pendapat
interpersonal, dapat didiskusikan dan
menjelaskan bahwa untuk membantu
kemudian digambarkan dengan aktivitas-
siswa
aktivitas yang melibatkan hal-hal berikut:
intrapersonal, guru dapat: membiarkan
kelompok
(belajar
siswa bekerja dengan iramanya sendiri,
bersama), proyek kelompok, penyelesaian
menciptakan sudut tenang di kelas atau
konflik,
kesepakatan
membolehkan siswa keluar untuk bekerja
jawab
sendiri, membantu siswa menyusun dan
siswa,
memonitor
interpersonal,
berdasarkan
kegiatan-kegiatan
(2007:
belajar
129-130)
kooperatif
mencapai
(konsensus),
tanggung
badan/organisasi
sekolah
dan
Hoerr
secara mandiri,
(2007:
mengembangkan
target-target
bagi
19)
siswa
yang
kecerdasan
pribadi,
1.976 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016
menyediakan
kesempatan
bagi
siswa
untuk memberi dan menerima masukan,
kepada siswa untuk mengeksplorasi alam atau lingkungan sekitar.
serta melibatkan siswa dalam menulis jurnal.
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang diperoleh oleh peneliti, kegiatanFasilitas lain diberikan guru
kegiatan yang dilakukan guru saat hendak
yaitu dengan membantu siswa untuk
mengakhiri pembelajaran, antara lain:
mengenali diri sendiri, mendorong siswa
melakukan review harian, melakukan
untuk
refleksi
mengungkapkan
perasaan, dan
mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat.
diri,
kegiatan
mendongeng,
bersyukur dan berdo‟a bersama. 3. Penilaian Pembelajaran Berbasis Multiple
h. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan
Intelligences (Assessment)
Naturalis (Naturalist Intelligence)
Penilaian
Kecerdasan naturalis (naturalist
pembelajaran
berbasis
multiple intelligences di SD Jogja Green
intelligence) merupakan kecerdasan yang
School
berkaitan
terhadap
Temuan tersebut sesuai dengan pendapat
lingkungan, khususnya alam dan makhluk
Munif Chatib. Menurut Munif Chatib (2015:
hidup.
140),
dengan
kecintaan
Dalam
mengembangkan
menggunakan
teori
penilaian
multiple
autentik.
intelligences
kecerdasan naturalis, berdasarkan hasil
menganjurkan sistem yang tidak bergantung
penelitian, guru telah memfasilitasi siswa
pada tes standar atau tes yang didasarkan
melalui
Temuan
pada nilai formal, tetapi lebih banyak
penelitian tersebut sesuai dengan salah
didasarkan pada penilaian autentik yang
satu strategi pengajaran untuk kecerdasan
mengacu
linguistik
Green
Armstrong
Education.
yang
pada
kriteria
khusus
dengan
diungkapkan
oleh
menggunakan tes yang memiliki titik acuan
100-104)
yaitu
spesifik
(2013:
dan
ipsative/tes
berjalan-jalan di alam terbuka, jendela
membandingkan prestasi
pembelajaran/windows
dengan prestasinya yang lalu.
onto
learning,
siswa saat
yang ini
tanaman sebagai alat peraga, binatang
Penilaian autentik yang diterapkan
peliharaan di dalam kelas, dan studi
pada siswa kelas III SD Jogja Green School
lingkungan/eco-study.
mencakup keseimbangan tiga ranah, yaitu juga
penilaian kognitif, penilaian psikomotorik dan
memfasilitasi siswa dengan mengasah
penilaian afektif. Pertama, penilaian kognitif.
kepekaan siswa melalui kegiatan cinta
Penilaian kognitif yang dilakukan guru kelas
lingkungan, melakukan konsep green
III adalah dengan menggunakan tes lisan, tes
setiap hari, mengajak siswa untuk belajar
tertulis dan penugasan. Tes lisan dilakukan
di
sekitar
melalui kegiatan tanya jawab dengan siswa.
kesempatan
Tes tertulis dilakukan dengan memberikan
Selain
luar
sekolah,
itu,
guru
ruangan/lingkungan serta
memberi
Implementasi Pembelajaran Berbasis .... (Sarah Pradini Dzilhijjah) 1.977
soal-soal latihan secara individu kepada
melakukan pengamatan untuk menilai sikap
siswa.
siswa
Sedangkan,
penugasan
dilakukan
selama
pembelajaran.
Temuan
dengan memberikan pekerjaan kelompok
penelitan tersebut sesuai dengan pendapat
ataupun pekerjaan rumah. Temuan penelitian
Munif Chatib (2015: 157) yang menyatakan
tersebut sesuai dengan pernyataan Munif
bahwa kompetensi ranah afektif meliputi
Chatib. Adapun jenis penilaian kognitif
peningkatan
menurut Munif Chatib (2015: 151-152)
apresiasi, penilaian, minat, dan internalisasi.
meliputi tes dan tugas. Untuk penilaian tes,
Namun, guru belum menuliskan indikator
terdapat dua bentuk, yaitu: a) tes lisan, berupa
penilaian afektif secara khusus, seperti yang
pertanyaan lisan yang digunakan untuk
dilakukan guru untuk penilaian kognitif dan
mengetahui
penilaian psikomotorik.
daya
serap
siswa
terhadap
pemberian
respons,
sikap,
masalah yang berkaitan dengan kognitif, dan b)
tes
tertulis,
berupa
isian
singkat,
menjodohkan, pilihan ganda, uraian objektif,
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Implementasi
uraian non-objektif, hubungan sebab akibat, hubungan konteks, klasifikasi, atau kombinasi yang
dilakukan
untuk
mengungkap
penguasaan siswa dalam aspek kognitif mulai dari
jenjang
pengetahuan,
pemahaman,
kognitif berupa tes yang biasanya dikerjakan secara kelompok atau menjadi pekerjaan
Jogja Green School dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Pada perencanaan, guru telah melakukan perencanaan
pembelajaran
intelligences
melalui
kecenderungan
berbasis
pengenalan
multiple
multiple terhadap
intelligences
yang
dimiliki oleh setiap siswa kelas III dengan
rumah. Kedua,
penilaian
psikomotorik.
Penilaian psikomotorik yang dilakukan guru kelas III adalah dengan kegiatan presentasi, diskusi kelompok, portofolio atau hasil karya siswa,
berbasis
multiple intelligences pada siswa kelas III di SD
penerapan, analisis, sintesis, sampai evaluasi. Sementara itu, tugas adalah jenis penilaian
pembelajaran
dan
penilaian
proyek.
Penilaian
psikomotorik tersebut sesuai dengan jenis penilaian psikomotorik yang disampaikan oleh Munif Chatib (2015: 152) yaitu: a) unjuk kerja atau kinerja, b) penilaian proyek, dan c) penilaian portofolio. Ketiga, penilaian afektif. Penilaian afektif yang dilakukan guru adalah dengan
melakukan observasi harian dan sharing sesama guru. Pada setiap pembelajaran, guru telah menyiapkan perencanaan berupa Daily Lesson Plan (DLP), namun guru belum mencantumkan komponen
kecerdasan
apa
yang
akan
dikembangkan. Penyusunan Daily Lesson Plan (DLP) dibuat oleh guru sebelum pembelajaran dilaksanakan. Daily Lesson Plan (DLP) yang dibuat
mengacu
pada
format
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/lesson plan dalam
pembelajaran
pada
umumnya
yang
setidaknya meliputi: identitas, kompetensi dasar, teaching aids, prosedur aktivitas, dan penilaian.
1.978 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016
Pada menerapkan intelligences
pelaksanaan, pembelajaran melalui
guru
telah
berbasis
kegiatan
multiple
multiple intelligences yang dimiliki siswa kelas III.
pemberian
apersepsi kepada siswa serta sudah memfasilitasi
Saran Saran yang dapat diberikan untuk guru,
siswa dengan berbagai kegiatan berbasis multiple intelligences.
Pemberian
apersepsi
berupa
kegiatan zona alfa, warmer, pre-teach dan scene setting. Kegiatan dalam pemberian apersepsi tidak selalu dilakukan guru di awal pembelajaran, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pada kegiatan inti, guru sudah memfasilitasi siswa untuk belajar melalui kedelapan jenis kecerdasan yang dilaksanakan secara terintegrasi. Meskipun dalam pembelajaran kedelapan jenis kecerdasan itu tidak selalu dilakukan guru dalam
penilaian,
penilaian
yang
digunakan guru dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences adalah penilaian autentik yang mencakup tiga ranah, yaitu: kognitif, psikomotorik,
hendaknya
guru
mencantumkan
kecenderungan jenis kecerdasan yang dilakukan melalui kegiatan inti pembelajaran pada rencana pembelajaran untuk memudahkan guru dalam menganalisis jenis kecerdasan apa saja yang sudah diterapkan dan yang belum diterapkan sehingga guru dapat mengembangkan kedelapan jenis
kecerdasan
pada
setiap
pertemuan
pembelajaran atau setidaknya menyeimbangkan jenis kecerdasan yang akan dikembangkan di setiap pertemuannya. Selanjutnya, kepala sekolah
satu waktu. Pada
yaitu
dan
afektif.
Pada
penilaian
kognitif, guru menggunakan alat penilaian tes lisan, tes tertulis dan penugasan. Penilaian psikomotorik dilakukan melalui unjuk kerja, melakukan tugas proyek, serta portofolio hasil
dapat berdiskusi bersama guru dan konselor SD Jogja Green School dalam membuat kebijakan baru untuk mengenali multiple intelligences siswa selain melalui daily observation dan sharing sesama guru, misalnya dengan menggunakan tes multiple intelligences yang lebih detail sehingga guru mengetahui modalitas siswa. Tes tersebut dapat dilakukan sekala berkala, misalnya pada tahun ajaran baru dan setiap awal semester.
karya siswa. Sementara, pada penilaian afektif, guru melakukan pengamatan/observasi terkait sikap siswa. Guru juga memberikan diferensiasi tugas sesuai dengan kecenderungan kecerdasan
DAFTAR PUSTAKA Armstrong, Thomas. (2002). Sekolah Para Juara (Penerjemah: Yudhi Murtanto). Bandung: Kaifa.
yang dimiliki masing-masing siswa. Berdasarkan
uraian
di
atas,
dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran di kelas III SD Jogja Green School sudah berbasis multiple intelligences karena pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian yang dilakukan oleh guru
telah
didasarkan
pada
kecenderungan
_______. (2013). Kecerdasan Multipel di dalam Kelas Edisi Ketiga (Penerjemah: Dyah Widya Prabaningrum). Jakarta: PT Indeks. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat. (2009). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara.
Implementasi Pembelajaran Berbasis .... (Sarah Pradini Dzilhijjah) 1.979
Humas
UGM. (2012). Konsep Pendidikan Nasional belum sesuai Karakter Bangsa. Diakses tanggal 8 Januari 2016 dari http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id= 4624.
Hoerr, Thomas R. (2007). Buku Kerja Multiple Intelligences (Penerjemah: Ary Nilandari). Bandung: Mizan Pustaka. Jasmine,
Munif
Julia. (2007). Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences (Alih Bahasa: Christine Sujana). Bandung: Nuansa. Chatib. (2014). Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. Bandung: Kaifa.
_______. (2015). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: Kaifa. Paul Suparno. (2004). Teori Intelligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.