IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES SYSTEM DI SD YIMA ISLAMIC SCHOOL BONDOWOSO Sakinah (Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember, E_mail :
[email protected])
Abstract: Research on inclusive education on Multiple Intelligences System has the aim to develop skills and form the character of civilization in a dignified nation in the context of intellectual life. This research focuses on the curriculum development, learning management, and teacher development based on Multiple Intelligences System in Inclusive Education at Islamic Elementary School Bondowoso of YIMA. Moreover, this research uses a qualitative approach with the descriptive method analysis. Data collection is done by using participant observation, interviews and documentation. The results of the study are first, the curriculum development includes: a) planning, b) implementing, and c) evaluating of inclusive education; second, learning management includes: a) ABK learning in Regular Classes, b) Individual Education Program in the source room and third, teacher development includes: a) internal training that consist of Lesson Plan training for regular students and private plan for ABK, b) tausiah activities. Keywords: Inclusion Education, Multiple Intelligences System
Pendahuluan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dan pendidikan nasional memiliki fungsi dan tujuan sebagaimana yang termaktub dalam UU SISDIKNAS No.
Sakinah 20 TAHUN 2003 yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1) yang berbunyi: “ Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” dan ayat (2): “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Namun sayangnya sistem pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan agama, etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dalam masyarakat. Upaya pemerataan pendidikan dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang berkualitas bagi semua anak di Indonesia mempunyai arti yang sangat strategis untuk mencerdaskan bangsa dan selaras dengan pesan dari Pendidikan Untuk Semua (PUS). Nilai –nilai luhur yang terkandung dalam Pendidikan Untuk Semua sesuai dengan isi pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan pemerintah Republik Indonesia adalah mencerdaskan bangsa dan untuk itu setiap Warga Negara berhak memperoleh pendidikan yang merata dan bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status 1
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 27
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System sosial, etnis, gender. Pemerataan dan mutu penddidikan akan membuat Warga Negara Indonesia memiliki keterampilan hidup (Life Skill) sehingga memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai pancasila.2 Secara filosofis, pendidikan nasional memandang manusia Indonesia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya, makhluk individu dengan segala hak dan kewajibannya dan makhluk sosial dengan segala tanggung jawabnya yang hidup di tengah-tengah masyarakat global dengan segala tantangannya. Dengan demikian, manusia dianugerahkan berbagai kelebihan, dan kelebihan-kelebihan tersebut tidak diberikan Allah kepada makhluk lain selain manusia dan telah pula menyebabkan mereka memperoleh kemuliaan-Nya. Sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.)3 Dari filosofi pendidikan nasional itulah pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4
Dedy Kustawan. 2012 . Pendidikan Inklusif&Upaya Implenetasinya . Jakarta: Luxima.1 3 al – Qur’a>n, 17: 70 4 Depdiknas. 2004. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3. Jakarta: Pusat Data dan Informasi, Balitbang, 4. 2
28 |
Sakinah Untuk mewujudkan cita-cita mulia pendidikan, diperlukan sistem pembelajaran yang representatif, yaitu sistem yang mampu mengelola peserta didik mulai dari input, proses, dan output berbasis pemenuhan kebutuhan dan pengembangan potensi setiap unsur yang terdapat di dalam diri manusia. Apabila kebutuhan-kebutuhan manusia dapat terpenuhi, baik kebutuhan jasmani, akal, ruh, maupun kebutuhan berinteraksi, maka akan tercipta keseimbangan yang akan berdampak pada kebahagiaan dan kedamaian. Menurut ‘Izz al-Din al Tamimy, keseimbangan yang sempurna merupakan tujuan hakiki pendididikan Islam.5 Kenyataannya, pendidikan terutama di Indonesia belum mampu melakukan penyeimbangan dan pengembangan terhadap potensi-potensi yang terdapat dalam diri anak didik. Memang aturan-aturan penyelenggaraan pendidikan sudah mulai tertata terutama setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan bahwa: Penyelenggaraan pembelajaran haruslah dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Namun demikian sistem penyelenggaraan pendidikan yang digunakan belum ada perubahan yang signifikan sehingga masih banyak sekolah/madrasah yang beberapa elemen sistem pendidikannya masih kurang sejalan dengan "sistem pendidikan yang proporsional". Proporsional, tidak hanya sekadar seimbang, tetapi juga manusiawi, yakni mampu mengembangkan potensi-potensi fitrah manusia. Secara teoritis, sistem pendidikan yang tidak proporsional tersebut terdapat pada alur pendidikan, mulai dari input, proses, dan output. Pola umum sekolah/madrasah di Indonesia yang membuka pendaftaran sebanyak-banyaknya, kemudian mengadakan tes seleksi
5
‘Izz al-Di>n al Tami>my. 1991. Kitab al-Kara>m wa al-Ju>d wa al-Sakha> al-Nufu>s. Beirut: Da>r ibn Hazm. 37
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 29
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System misalnya dari 350 pendaftar, yang diterima hanya 100 siswa-siswi mereka yaitu yang menduduki peringkat 1 sampai 100 dari 350 calon siswa-siswi atau mungkin yang mampu menyumbang dana dalam jumlah besar Kepada Sekolah/Madrasah. Sedangkan nasib 250 siswasiswi yang tidak lolos belum menentu. Apalagi stigma sebagai anak yang gagal masuk sekolah favorit akan terus melekat seumur hidup dan membayang dalam pikiran selamanya. Tentu yang berani mendaftar di sekolah favorit adalah anakanak yang IQ-nya normal dan secara fisik juga normal, padahal anakanak Indonesia masih banyak Anak yang Berkebutuhan Khusus (ABK). Berdasarkan data di Media Kompas pencapaian rata-rata angka partisipasi kasar di jenjang SMP/MTs secara nasional 2009/2010 mencapai 98,11 persen atau di atas target 95 persen. Artinya, masih ada sekitar 1,89 persen penduduk usia SMP yang tidak sekolah. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Nasional, jumlah siswa SMP sederajat sekitar 12 juta siswa.6 Sebagaimana diketahui Sekolah/Madrasah secara umum tidak mau menerima ABK, sedangkan SLB belum tentu ada di setiap kabupaten/kecamatan. Padahal mereka yang ABK adalah anak-anak Indonesia yang berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 70 tahun 2009, tidak diperbolehkan adanya diskriminasi bagi ABK terkait masalah pendidikan Tentang pendidikan ABK, Direktur Pembinaan Pendidikan Luar Biasa Kementrian Pendidikan Nasional, Ekodjatmiko Sukarso mengeluhkan terkait perhatian pemerintah terhadap anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia yang masih minim. Dari 324.000 ABK, baru 75.000 anak yang sudah tersentuh, sedangkan sisanya sebanyak 249.000 belum tersentuh pendidikan.7 Kenyataannya di negeri ini masih sedikit sekali sekolah/madrasah yang bersedia mendidik mereka, sehingga mayoritas ABK masih belum mendapatkan pendidikan yang layak.
6 7
Kementerian Pendidikan Nasional, 4 Pebruari 2011, Kompas. 2. Eko Djatmiko Sukarso, wawancara di Harian Joglo Semar, Suara Pasoepati, 3 Februari 2011
30 |
Sakinah Pendidikan Inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia sebagai wadah bagi ABK umumnya. Menurut Stainback dalam ” Modul Pelatihan Pendidikan Inklusi” mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa dikelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan kebutuhan setiap siswa. Lebih dari itu sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut dan saling membantu dengan Guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan dapat terpenuhi.8 Pendidikan inklusi didefinisikan sebagai sistem penyelenggara pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik berkelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Pendidikan inklusi memberikan kesempatan seluasluanya kepada anak berkebutuhan khsusus dan mewujudkan penyelenggara pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak deskriminatif kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.9 Surat Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.380/C.C6/MN/2003 20 Januari 2003: “ Setiap kabupaten/kota diwajibkan menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan inklusif di sekurang-kurangnya 4 (empat) sekolah yang terdiri dari SD, SMP, SMK”.10
Stainback, W & Stainback. 1995. S Support Network for Inclusive Schooling Independent Integrated Education. Baltimore: Paul H Brookes. 44 9 Depdiknas, Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :Permendiknas no 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.( Jakarta:Depdiknas, 2003) 10 Kemendiknas. 2009. Modul Pelatihan Inklusi. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. 7 8
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 31
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System Melalui pendidikan inklusi ini diharapkan sekolah–sekolah reguler dapat melayani semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus. Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah penyelenggaraan pendidikan inklusif yang melayani Penuntasan Wajib Belajar bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus. Pendidikan terpadu yang ada pada saat ini diarahkan untuk menuju pendidikan inklusif sebagai wadah yang ideal yang diharapkan dapat mengakomodasikan pendidikan bagi semua, terutama anak-anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus yang selama ini masih belum terpenuhi haknya untuk memperoleh pendidikan layaknya seperti anak-anak lain. Sebagai wadah yang ideal, pendidikan inklusif memiliki empat karakteristik makna yaitu: (1) Pendidikan Inklusif adalah proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara-cara merespon keragaman individu anak, (2) Pendidikan inklusif berarti memperoleh cara-cara untuk mengatasi hambatan-hambatan anak dalam belajar, (3) Pendidikan inklusif membawa makna bahwa anak mendapat kesempatan utuk hadir (di sekolah), berpartisipasi dan mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya, dan (4) Pendidikan inklusif diperuntukkan bagi anak-anak yang tergolong marginal, esklusif dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar.11 Namun dari fenomena yang ada masih banyak sekolah/madrasah yang membagi kelas mereka berdasarkan kemampuan kognitifnya, biasanya kelas A untuk anak yang paling pintar, kelas B untuk anak yang dibawahnya, dan demikian seterusnya, hingga kelas terakhir adalah untuk anak bodoh. Disadari atau tidak pembagian kelas yang demikian berarti sekolah/madrasah telah memberi label kepada anak didik “kelompok anak pandai dan kelompok anak bodoh” yang sangat berpengaruh kepada psikologis mereka, terutama 11
Kemendiknas. 2007. Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Mandikdasmen Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 4
32 |
Sakinah pada kelompok anak bodoh. Konsekuensinya, semangat anak didik di kelas ini untuk maju dan berhasil relatif kecil sebab sejak awal mereka sudah dicap sebagai siswa yang "bodoh" oleh sekolah, temanteman, masyarakat, bahkan sering kali oleh orangtua mereka sendiri. Sekolah/madrasah seperti ini menurut Thomas Amstrong adalah sekolah yang telah terkena virus tracking. Tracking adalah pengelompokan siswa ke dalam beberapa kelas berdasarkan kemampuan kognitifnya. Output tracking adalah pembagian kelas menjadi kelas untuk anak pintar dan kelas untuk anak bodoh. Virus ini merupakan virus yang terdapat di hampir semua sekolah, terutama sekolah favorit.12 Dalam pelaksanaan pembelajaran, mayoritas guru masih cenderung mendominasi waktu belajar siswa dengan kegiatankegiatan yang sifatnya penjelasan dengan ceramah. Guru-guru yang sudah lulus sertifikasi pada menolak untuk mengikuti diklat/workshop/seminar, karena merasa hal tersebut tidak diperlukan lagi. Ini sungguh sangat ironis, ketika para guru sudah tidak mau belajar lagi, dan merasa bahwa ilmunya sudah cukup untuk menjadi guru karena sudah lulus sertifikasi. Padahal sekolah/madrasah dapat berhasil apabila didukung oleh kualitas guru yang profesional. Menjadi guru profesional berarti menjadi guru yang tidak pernah berhenti belajar.13 Pendidikan inklusi diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi anak bersekolah atau dalam upaya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan dalam waktu yang bersamaan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan inklusi juga diharapkan dapat menjawab kesenjangan yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan pemenuhan hak-hak semua warga Negara dalam bidang pendidikan.14 Thomas Amstrong. 1994. Awakening Genius in The Classroom. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development. 175 13 Thomas Amstrong. Amstrong, Thomas. 1994. Awakening Genius in The Classroom. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development. 177 14 Dedy Kustawan. 2012. Pendidikan Inklusif&Upaya Implenetasinya. Jakarta: Luxima.2 12
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 33
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System Dengan diselenggarakannya pendidikan khusus secara inklusif di sekolah umum dan sekolah kejuruan, hal ini akan berpengaruh pada manajemen sekolah sehingga di sekolah perlu adanya kesamaan konsep dan cara pandang serta penyesuaian-penyesuaian dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi. Para pendidik dan tenaga kependidikan dan stakeholder lainnya harus memiliki kesadaran bahwa pendidikan inklusi adalah sebuah “visi” bukan “ ilusi”. Seperti kita ketahui bahwa lahirnya pendidikan inklusi sarat dengan muatan kemanusiaan dan penegakan hak azasi manusia. Inti dari pendidikan inklusi yaitu sistem pemberian layanan pendidikan dalam keberagamaan, dan falsafahnya adalah menghargai perbedaan. Secara legalitas formal perundang-undangan dan peraturan yang dapat dijadikan landasan implementasi pendidikan inkusi telah ada dan kuat. Namun jika belum ada rencana aksi dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi secara menyeluruh dari pihak-pihak yang memiliki kewenangan yaitu pemerintah kabupaten/kota, sekolah umum dan sekolah kejuruan tentunya hasilnya tidak akan optimal. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan mengatur kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota dalam menyelenggarakan pendidikan khusus yang intinya bahwa pendidikan khusus melalui satuan pendidikan khusus diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dan pendidikan khusus melalui satuan pendidikan umum dan satuan pendidikan kejuruan diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah upaya nyata dari Pemerintah dalam bentuk regulasi untuk menjadi acuan semua pihak yang terkait dalam meyelenggarakan pendidikan inklusi. Pada peraturan tersebut dijelaskan mekanisme dan tugas-tugas pemerintah kabupaten/kota dan sekolah yang mempunyai kewenangan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi. Kemudian dijelaskan pula tugas fasilitasi dari pemerintah dan peme-
34 |
Sakinah rintah provinsi, pengelolaan dan teknis penyelenggaraan serta sistem dukungan dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi. Aset terbesar dan paling bernilai di sebuah sekolah/madrasah adalah guru yang berkualitas. “Sebaik apapun kurikulumnya, sulit berhasil apabila tidak dijalankan dengan strategi pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan mampu menginspirasi anak didiknya".15 Kendala bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah prestasi anak didik hanya diukur dari kemampuan kecerdasan intelektual yang menekankan pada kemampuan matematika dan bahasa. Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut di atas, tetapi juga harus dilihat dari aspek kinestis, musikal, visual-spasial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Pada tahun 1983 Gardner memperkenalkan 8 jenis kecerdasan, yaitu: matematika logika, bahasa, kinestetik, musik, visual-spasial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Pada tahun 1999 dengan perkembangan pemikirannya, Gardner menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan eksistensial.16 Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan jamak (Multiple Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983. Gardner mengatakan bahwa kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, entrepreneurs, dan lain-lain.17 Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang memiliki talenta (gift), kurang bahkan tidak mendapatkan penghargaan di sekolah/madrasahnya. Banyak sekali anak yang pada kenyataannya dianggap sebagai anak yang “Learning Disabled” atau ADD Munif Chatib. 2009. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: PT Mizan Pustak. 69 16 Howard Gardner. 2003. Multiple Intelligences Kecerdasan Majemuk. Batam:: Interaksara. 23. 17 Gardner. 2003. Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk). Batam: Interaksara. 25 15
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 35
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System (Attention Deficit Disorder), atau Underachiever, atau yang disebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada saat pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah/madrasah. Pihak sekolah/madrasah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Untuk memperbaiki pendidikan di negeri ini, maka berbagai potensi dan kecerdasan yang dimiliki anak wajib digali, dikembangkan, dan diarahkan dengan baik oleh orang tua, keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat, pemerintah dan negara untuk mencetak generasi unggul dan ”sukses hidup” di tengah persaingan global. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyelenggarakan pendidikan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan kecerdasannya yang berbeda-beda. Dalam menyelenggarakan pendidikan yang memanusiakan anak, memperlakukan anak dengan ramah dan dapat mempersiapkan dan mengembangkan potensi (fitrah) manusia sebagai hamba Allah di dunia yang merupakan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu mendidik manusia ciptaan Allah, sebagaimana yang dikehendaki Allah sesuai dengan firman-Nya:
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.18 Dengan demikian melihat fenomena yang ada kenyataannya masih banyak penyelenggara pendidikan yang kurang memperhatikan pendidikan inklusi. Namun tidak berarti tidak ada sekolah yang mengabaikan pendidikan inklusi. Menyadari akan berbagai peristiwa di atas terdapat beberapa lembaga pendidikan Islam yang telah berusaha untuk membenahi sistem pendidikannya melalui penerapan Multiple Intelligences, yaitu merupakan suatu strategi pendidikan mu18
al-Qur’a>n, 51: 56
36 |
Sakinah lai dari yang sangat menghargai setiap potensi anak didik. Dalam Multiple Intelligences sistem guru dipantik menjadi inspirator bagi anak didik yang siap menghantarkan mereka untuk menemukan kompetensi terbaik lebih awal dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral kemanusiaan. Fokus penelitian pada Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intelligences System ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1) Pengembangan Kurikulum yang meliputi ; perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kurikulum yang digunakan di YIMA menggunakan kurikulum KTSP, kurikulum reguler yang berlaku di sekolah umum. Namun demikian karena ragam hambatan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat bervariasi, mulai dari yang sifatnya ringan, sedang sampai yang berat, maka dalam implementasinya, kurikulum reguler perlu dilakukan model pengembangan untuk meyelaraskan komponen utama dalam kurikulum. Penyesuaian komponen utama kurikulum yang meliputi tujuan, isi, proses dan evaluasi, dalam pengembangan kurikulum inklusi yang ditetapkan oleh Kemendiknas menggunakan model duplikasi, modifikasi, subtititusi dan omisi 2) Pengelolaan Pembelajaran yaitu Sistem Pembelajaran untuk anak inklusi (ABK) di YIMA adalah menggunakan system pull out, yaitu pada jam tertentu siswa ditarik ke ruang sumber untuk menerima materi khusus. Pengelolaan pembelajaran pada inklusi YIMA mencakup pemebelajaran dikelas beserta siswa reguler dan Private Plan. 3) Pengembangan Guru di YIMA tidak hanya sebatas internal saja tetapi juga external, namun sebelum mendapatkan bentuk pengembangan dari luar maka Guru YIMA wajib hukumnya mendapatkan pelatihan dari dalam yakni dari lingkungan YIMA itu sendiri. Pertama, guru reguler dituntut untuk mengkonsep Lesson plan sedangkan shadow techer mengkonsep private plan sebagai acuan untuk mengajar. Lesson plan sebagai bukti profesionalitas guru. Lesson plan sebagai siklus pertama sebuah pembelajaran, sebelum guru menerapkan dari isi Lesson plan maka sebaiknya dikonsultasikan kepada GA (Guardian Angel) selaku konsultan pendidikan atau supervisor yang dapat memberikan arahan, saran dari
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 37
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System isi Lesson plan. Adapun untuk Shadow Teacher mengkonsultasikan private plan pada koodinator inklusi, tidak cukup itu GA pun mengobservasi setiap guru yang mengajar siswa sebagai tindak lanjut berupa feed back (umpan balik) dari Lesson plan sehingga guru mendapat berbagai comment dari hasil pembelajaran tersebut. Bentuk pelatihan internal lainnya seperti Tausiah , bedah buku/film, Quality Time, sedangkan pengembangan Guru dari luar/external yaitu mengikutisertakan Guru dalam seminar-seminar pendidikan diluar YIMA seperti workshop , studi banding guna menambah informasi dan wawasan, namun tidak terlepas untuk meningkatkan Caracter Building. Di Jawa Timur, terdapat beberapa lembaga pendidikan yang telah menggunakan Multiple Intelligences System dalam proses pendidikannya. Lembaga pendidikan di Jawa Timur yang telah menggunakan Multiple Intelligences System diantaranya: YIMI Gresik, YIMA Bondowoso, yayasan al-Abror Bangil, yayasan Mutiara Ilmu Bangil, yayasan al-Kautsar Malang, TK Bina Bangsa Sidoarjo, yayasan alKhairiyah Surabaya, SD Islam Sabilillah Sidoarjo dan masih banyak sekolah lain yang tergabung dalam sistem pembelajaran Multiple Intelligences.19 Diantara beberapa lembaga pendidikan tersebut YIMA adalah yang merupakan lembaga pendidikan di kabupaten Bondowoso yang menerapkan Multiple Intelligences System sejak tahun 2006 yang dikonsultani oleh Munif Chatib selaku pakar Multiple Intelligences dan aktif menjadi praktisi pendidikan diberbagai lembaga pendidikan di Indonesia. SD YIMA juga merupakan salah satu sekolah di Bondowoso yang tidak hanya menerima siswa yang sehat fisik dan mental saja, akan tetapi melayani berbagai siswa yang memiliki kebutuhan khusus atau lebih dikenal dengan istilah ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) hal ini dapat diamati dari alur penerimaan siswa baru yang tidak hanya menekankan sisi kognitif tetapi melayani siswa dengan berbagai kondisi dengan menggunakan tes Multiple Intelligence Research yang merupakan instrument riset yang dapat memberikan deskripsi 19
Munif Chatib, Wawancara, Bondowoso, 3 Juli 2012
38 |
Sakinah tentang kecenderungan kecerdasan seseorang. Dari analisis terhadap kecenderungan kecerdasan tersebut dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi seseorang.20 Metode Penelitian Penelitian tentang “Pendidikan Inklusi berbasis Multiple Intellegences System” ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif sering digunakan oleh para peneliti dalam penyusunan teori dari dasar (Grounded Theory) yang termasuk dalam kajian grounded research.21 Pendekatan yang dilakukan berdasarkan pada sumber teori yaitu teori Multiple Intelligence dan pendidikan inklusi dan data yang diperoleh di lokasi penelitian dengan mengembangkan konsep-konsep di lapangan. Pada umumnya seorang peneliti terlibat secara penuh dalam penelitiannya dari awal sampai akhir. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang memerlukan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh berhubungan dengan obyek yang diteliti bagi menjawab permasalahan untuk mendapat data-data kemudian dianalisis dan mendapat kesimpulan penelitian dalam situasi dan kondisi yang tertentu.22 Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai di balik yang tidak nampak.23 Berdasarkan jenisnya, penelitian ini adalah studi kasus (case studies). Menurut Bogdan dan Biklen studi kasus yaitu merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu subjek atau satu Munif Chatib. 2009. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: PT Mizan Pustaka. 101 21 Bogdan, R.C., & Biklen, S.K. 1995. Qualitative Research For Education: An Introduction to Theory and Methodes. Needham Heights, MA: Allyn Bacon. 6 22 Iskandar, 2009. Metodologi Penelititan Pendidikan dan Sosial (Kuantitaif dan Kualitatif). Gaung Persada Press Jakart. 17. 23 Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta, Bandung.15 20
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 39
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System peristiwa tertentu yang berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan status subjek 24 penelitian. Prosedur Pengumpulan Data menggunakan teknik sebagai berikut: (1) Observasi (pengamatan). Metode yang akan digunakan yaitu pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau perilaku.25 Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi aktif . (2) Wawancara (Interview) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan terwawancara (interview). Estenberg mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dibedakan menjadi tiga, yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur.26 Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara Semi terstruktur (Semi Structur Interview) yaitu wawancara yang dilaksanakan lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari teknik wawancara ini adalah informasi yang lebih mendalam untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, sehingga berorientasi kepada perolehan data dan keterangan dari beberapa sumber data untuk keperluan informasi, perolehan sikap, pendapat dan ide-idenya dalam Implementasi Pendidikan Inklusi berbasis Multiple Intelligences Sistem Di SD YIMA Islamic School Bondowoso. (3) Dokumentasi Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan cara menelaah dokumen-dokumen resmi, arsip, dan literatur penting yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis Multiple Intelligences pada pendidikan inklusi khususnya anak berkeBogdan, R.C., & Biklen, S.K. 1995. Qualitative Research For Education: An Introduction to Theory and Methodes. Needham Heights. MA: Allyn Bacon. 8 25 Sanapiah Faisal , Format- format Penelitian Sosial, Dasar- dasar dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafind. 52. 26 Kristin G. Esterberg. 2005. Qualitative Methods in Social Research (New York : Mc Graw Hill, 2002). Dalam Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif………72-73 24
40 |
Sakinah butuhan khusus yang disesuaikan kemampuan untuk mengembangan potensi anak didik tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif model Interaktif Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terusmenerus sampai tuntas, sehingga data jenuh. Ada tiga hal utama yang menjadi keyword dalam analisis kualitatif model Interaktif Miles dan Huberman ini yaitu Pertama Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data” kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.27 Reduksi data ini dilakukan sejak awal pengumpulan data sampai penyusunan laporan. Reduksi data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu data yang sudah dikumpulkan baik dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dianalisa secara keseluruhan, kemudian informasi difokuskan pada hal-hal yang berhubungan pendidikan inklusi berbasis multiple intelligences system. Dari hasil reduksi data tersebut akan memberikan kontribusi dalam pencarian data, pengkodean, dan memberi gambaran yang lebih matang dari hasil penelitian. Kedua Sajian Data (Data display) Kegiatan dalam sajian data ini adalah membuat tata hubungan antar data yang telah dikumpulkan dalam bentuk bagan, matriks atau tabel sehingga data diperoleh dengan mudah dapat dibaca dan di pahami dengan jelas. Dalam penelitian ini akan dicari hubungan antara pendidikan inklusi dengan multiple intelligences system dapat dimunculkan dari kegiatan tersebut. Dengan adanya display data ini maka akan memudahkan untuk menarik kesimpulan yang lebih efisien, hal ini senada dengan penjelasan Milles dan Hubberman tentang penyajian data sebagai
27
Matthew B. Miles dan A. Michael Hubberman, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogja: Teras, 16
Miles & Huberman. 1994.
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 41
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.28 Ketiga Verifikasi Data (Conclusion Drawing) Kesimpulan atau verifikasi data merupakan unsur penting yang harus dilakukan sebagai langkah untuk memperoleh makna dari berbagai data dan informasi- informasi hasil penelitian. Kesimpulan ini meliputi pencarian makna data dan penjelasannya, makna data-data tersebut diuji kebenaran, kekokohan dan kecocokannya dari data yang diperoleh dilapangan untuk menarik kesimpulan yang tepat dan benar. Kesimpulan dilakukan setelah berbagai data dan informasi terungkap melalui reduksi (analisa secara keseluruhan) kemudian data disajikan dalam bentuk bagan atau matriks. Kesimpulan yang masih bersifat tentative (percobaan) tersebut diperkuat, dilengkapi dan dikonfirmasikan melalui verifikasi sehingga dipandang memiliki kompetensi dalam pelaksanaan pendidikan inklusi berbasis multiple intelligences system dengan demikian maka kesimpulan tersebut dapat dikatakan akurat karena ditunjang oleh kekuatan confirmability. Kajian Pustaka 1. Pendidikan Inklusi Pendidian inklusi pada hakikatnya adalah sebuah filosofi pendidikan dan sosial yang menghargai keberagaman menghormati bahwa semua orang merupakan bagian yang berharga dari masyarakat dengan tanpa memandang perbedaan. Sopiah mengemukakan pendapatnya tentang pendidikan inklusi itu bahwa manusia sebagai makhluk yang sama sederajat walaupun berbeda-beda, manusia sebagai individu diciptakan untuk satu masyarakat sehingga masyarakat yang normal ditandai dengan adanya keberagaman individu. Stainback and Stainback define an inclusive school as one that educates all students in the mainstream providing them with appropriate educa-
28
Matthew B. Miles dan A. Michael Hubberman. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif . Jogja: Teras. 17
42 |
Sakinah tional programs that are challenging yet geared to their capabilities and needs as well as any support and assistance they and/or their teachers may need to be successful in the mainstream. But an inclusive school also goes beyond this. An inclusive school is a place where everyone belongs, is accepted, supports, and is supported by his or her peers and other members of the school community in the course of having his or her educational needs met.29 Inklusi adalah sebuah sistem ideologi yang dilandasi wawasan kebersamaan. Artinya setiap warga sekolah, meliputi masyarakat, kepala sekolah, guru, pengurus yayasan, petugas administrasi sekolah, para siswa dan orang tua menyadari tanggung jawab bersama dalam mendidik semua siswa untuk mengoptimalkan potensi agar mereka dapat berkembang secara optimal. Pendidikan inklusi tidak hanya sekedar menempatakan siswa yang berkelainan secara fisik dengan siswa normal (regular), lebih dari itu inklusi juga berkaitan dengan cara orang dewasa dan teman sekelas yang normal menyambut semua siswa dalam kelas dan mengenali bahwa keanekaragaman siswa tidak mengharuskan penggunaan pendekatan tunggal untuk seluruh siswa. Oleh karena itu keberagaman yang terjadi disuatu masyarakat adalah sesuatu yang lumrah atau normal, keberagaman individu yang terjadi di masyarkat dapat berupa perbedaan, sosial kultural, sosio- emosional, kelainan fungsi anggota tubuh, kelainan fungsi mental dan sebagainya.30
Stainback, W & Stainback S. 1995. Support Network for Inclusive Schooling Independent Integrated Education. Baltimore : Paul H Brookes. 40 30 Sofiah, N.S. 2006. Pelaksanaan Pendidikan Inklusi. Tesis Pendidikan Khusus, Bandung: Pasca Sarjana UPI. 29 29
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 43
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System Pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar disekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya.31 Pendidikan inklusi adalah sebuah paradigm pendidikan yang humanis. Pendidikan inklusi adalah sebuah falsafah pendidikan yang dapat mengakomodasi semua anak sesuai dengan kebutuhannya. Pada tataran operasional layanan pendidikannya menggeser pola segregasi menuju pola inklusi, hal ini mengandung konsekuensi logis terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah umum dan sekolah kejuruan, antara lain sekolah harus lebih terbuka, ramah terhadap anak, dan tidak diskriminatif.32 Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para Guru agar anak-anak berhasil.33 Berdasarkan batasan tersebut pendidikan inklusi dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah regular yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Semangat penyelenggaraan pendidikan inklusi adalah memberikan kesempatan atau akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa diskriminasi. (Direktorat pembinaan SLB). Menurut Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Me-
31
Sapon – Shevin. 1999. M, Because we can change the world A Practical Guide to Building Cooperative,Inclusive Classroom Communities. Boston : Allym and Bacon. 37
Dedy Kustawan. 2012. Pendidikan Inklusif&Upaya Implenetasinya. Jakarta: Luxima. 7 33 Stainback, W & Stainback S. 1995. Support Network for Inclusive Schooling Independent Integrated Education. Baltimore : Paul H Brookes. 45 32
44 |
Sakinah miliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, Pasal 1 bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.34 2. Multiple Intelligences System Multiple Intelligences sebuah teori kecerdasan dimunculkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog dari Project Zero Harvard University pada 1983. Hal yang menarik pada teori kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk melakukan redefinisi kecerdasan. Sebelum muncul teori Multiple Intelligences, teori kecerdasan lebih cenderung diartikan secara sempit. Kecerdasan sesorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya menyelesaikan serangkaian tes psikologis, kemudian hasil tes itu diubah menjadi standar angka kecerdasan.35. Daniel Muijis dan David Reynolds dalam bukunya berjudul Effective Teaching mengatakan bahwa Gardner berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang sejak 1905 banyak digunakan oleh para psikolog diseluruh dunia.36 The theory of Multiple Intelligences, “MI”, is one of ideas, or tools, that many educators use in their work…” 37. Dalam Pendidikan, teori MI adalah salah satu dari sekian banyak teori yang digunakan sebagai alat atau strategi dalam kegiatan pembelajaran oleh para pengajar atau Guru. Howard Gardner mengatakan bahwa setiap anak mempunyai kecerdasan yang majemuk (Multiple Intelligences) dan setiap kecerdasan tersebut bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks.
Dedy Kustawan. 2012 Pendidikan Inklusif&Upaya Implenetasinya. Jakarta: Luxima. 8 35 Linda Campbell et al. 2002. Multiple Intelligences Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok : Inisiasi Pres. 1 36 Munif chatib. 2012. Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara . Bandung: PT Mizan Pustak. 132 37 Mindy L. Kornhaber et . al. 2004. Multiple Intelligences Best Ideas from Research and Practice. Boston: Chestnut Hill Enterprises,Inc. 3 34
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 45
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System Sehingga kita tidak boleh terburu-buru memberi label ADHD ( Attention Deficit Hypperaktif Disorder ), ADD ( Attention Deficit Disorder Adanya manusia savant dan genius, membuktikan hal tersebut.38 Konsep Multiple Intelegensi Kecerdasan (intelegensi ) adalah kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru. Kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang dimiliki seseorang disebut dengan kecerdasan. Dalam kamus, Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.39 Istilah Multiple Intelligences dipakai untuk mengetahu gaya belajar seseorang itu bersumber pada kecerdasannya, yang saat ini diistilahkan Multiple Intelligences. Yang sering kurang dipahami, adalah pada saat Guru memberikan tes kepada siswanya dalam bentuk apapun, tes formatif, sumatif, atau ujian akhir, sebenarnya aktivitas tersebut adalah sebuah strategi. Kami menamakan strategi ‘exercise. Menurut Gardner kecerdasan atau intelegensi ada 8 macam yaitu:40 1) Kecerdasan linguistic (Linguistik intelligence) adalah kemampuan untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekpresikan dan menghargai makna yang komplek, yang meliputi kemampuan membaca, mendengar, menulis, dan berbicara. 2) Intelegensi logis-matematis (Logical matematich) adalah kemampuan dalam menghitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis serta menyelesaikan operasi-operasi matematika, 3) Intelegensi Musik (Musical Intelligences) Intelegensi musik adalah kecerdasan seseorang yang berhubungan dengan sensitivitas pada pola titik nada, melodi, ritme, dan nada. Musik adalah bahasa pendengaran yang menggunakan tiga komponen dasar yaitu intonasi suara, irama dan warna nada yang memakai sistem symbol yang unik. 4) Intelegensi kinestetik. (kinesthetic Intelligences) belajar melalui tindaHoward Gardner. 2003. Multiple Intelligences. Batam : Interaksar. 5 Kamus Inggris-Indonesia, 2003 :107 40 Howard Gardner. 2003. Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk). Batam: Interaksara. 36 38 39
46 |
Sakinah kan dan pengalaman melalui panca indera.Intelegensi kinestetik adalah kemampuan untuk menyatukan tubuh atau pikiran untuk menyempurnakan pementasan fisik. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati pada actor,atlet atau penari, penemu, tukang emas, mekanik. 5) Intelegensi Visual-Spasial ntelegensi visual-spasial merupakan kemampuan yang memungkinkan memvisualisasikan infoomasi dan mensintesis data-data dan konsep-konsep ke dalam metavor visual. 6) Intelegensi Interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain dilihat dari perbedaan, temperamen, motivasi, dan kemampuan. 7) Intelegensi Intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dari keinginan, tujuan dan sistem emosional yang muncul secara nyata pada pekerjaannya. 8) Intelegensi Naturalis adalah kemampuan untuk mengenal flora dan fauna melakukan pemilahan-pemilahan utuh dalam dunia kealaman dan menggunakan kemampuan ini secara produktif Multiple Intelligences System-nya untuk berburu, bertani, atau melakukan penelitian biologi. 3. Hubungan Pendidikan Inklusi dengan Multiple Intelligences System Pendidikan inklusi adalah pendidikan berkeadilan yang dilindungi undang-undang karena pada dasarnya hakikat manusia adalah berfikir. Tentang berfikir ini telah diilustrasikan oleh Aguste Rodin (1840-1917) melalui karya patung termasyhurnya di prancis. Rodin mengilustrasikan patung tersebut sebagai homo sapiens, manusia yang berfikir.41 Setiap saat hidup sejak lahir hingga liang lahat, manusia tidak pernah berhenti berfikir. Pendidikan berkeadilan adalah pendidikan yang mengakomodasi serba ada kecerdasan pada setiap manusia, dengan beraneka ragamnya kecerdasan dan kemampuan belajar, kemampuannya masing-masing anak dapat digali dengan pendekatan gaya belajar yang tepat. Oleh karena itu sangat penting bagi guru mengenali gaya bela41
Jujun S. Suriasumantri. 1984. Ilmu Dalam Persepektif. Gramedia. 1
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 47
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System jar siswanya karena guru sebagai fasilitator dan katalisator, mengajar dengan menyesuaikan gaya belajar siswa dan selalu memantik rasa ingin tahu siswa. Jika ditelusuri, penyebab seorang anak dianggap bermasalah adalah saat anak gagal mencerna informasi ketika belajar. Pendidikan inklusi memiliki korelasi dengan Multiple Intelligences, karena sistem ini lebih menekankan pada proses pengajaran berkualitas daripada penerimaan murid baru yang memenuhi kuota saat seleksi dan kelulusan murid yang “tidak adil “. Proses pengajaran berkualitas akan berorientasi pada “ bukan sebesar apa kecerdasan anda, melainkan bagaimana anda menjadi cerdas”42 Pendidikan inklusi berarti menyiapkan dan mendorong guru untuk belajar interaktif. Perubahan dalam kurikulum berkaitan erat dengan perubahan metode pembelajaran. Model kelas tradisional, dimana seorang Guru secara sendirian berjuang untuk dapat memenuhi kebutuhan semua anak di kelas harus diganti dengan model pembelajaran dimana murid-murid bekerja sama , saling mengajar dan secara aktif berpartisipasi dalam pendidikannya sendiri dan pendidikan teman-temannya berkaitan dengan pembelajaran kooperatif. Kooperatif dan kelas inklusi sekarang jelas, semua anak berada dalam satu kelas bukan untuk berkompetensi, tetapi untuk bekerja sama dan saling belajar dari yang lain. Konsep multiple intelligences sangat tepat dalam implikasinya di kelas inkusi. Sesorang yang kuat disatu dimensi mungkin lemah pada dimensi yang lain.43 Hasil Penelitian 1. Pengembangan Kurikulum pada Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intelligences System di SD YIMA Islamic School Bondowoso Kegiatan pengembangan kurikulum pada implementasi pendidikan inklusi berbasis Multiple Intelligences di SD YIMA 1) Dila-
Munif chatib, Alamsyah Said. 2012. Sekolah anak-anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan .Bandung : PT Mizan Pustaka. 51 43 Hargio Santoso, Cara Memahami&Mendidik Anak Berkebutuhan Khsusus, ( Yogyakarta, Gosyen Publishing: 2012) 29 42
48 |
Sakinah kukan perencanaan yang didalamnya terdapat identifikasi dan assement 2) tahap Pelaksanaaan yang meliputi interview, obeservasi siswa, dokumentasi, quisioner 3) Dan Tahapan evaluasi. Dalam pengembangan kurikulum inklusi di YIMA disesuaikan dengan kurikulum Diknas namun perlu adanaya penyesuaian, Penyesuaian komponen utama kurikulum yang meliputi tujuan, isi, proses dan evaluasi, dalam pengembangan kurikulum inklusi menggunakan model duplikasi, modifikasi, subtititusi dan omisi,dalam pengembangan kurikulum ada 3 tahapan antara lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pertama, dalam tahap perencanaan kurikulum sangat baik hal ini terlihat karena sebelum menetukan bentuk model penyesuaian dengan kurikulum yaitu duplikasi, modifikasi, subtitusi dan omisi perlu diadakan yang namanya identifikasi dan assessment yang bertujuan untuk melihat sejauh mana hambatan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khsusus. Kedua, pada tahap pelaksanaan kurikulum baik sekali terbukti dengan dilakukan adalah interview, observasi siswa, dokumentasi, quisioner Dari hasil assesment tersebut kemudian ditentukan materi yang bisa digunakan dan dikembangkan oleh anak selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Hasil assessment dan penyesuaian materi kurikulum tersebut kemudian disosialisasikan kepada wali murid yang bersangkutan dalam bentuk kontrak Nota kesepakatan Layanan, dimana diddalamnya dijelaskan juga bahwa anak akan mendapat pendampingan dari Shadow Teacher secara penuh ( dari jam masuk hingga jam pulang). Ketiga, tahapan evaluasi dilakukan oleh Shadow Teacher dan coordinator inklusi cukup baik karena hal ini berdasarkan daftar yang sudah ditentukan awal semester . layanan pada awal semester masing-masing anak sudah dibuatkan daftar layanan kompensatoris (daftar perolehan tingkatan sesuai kebutuha mereka) bentuk evaluasi mengacu pada daftar kebutuhan ABK, apakah sudah tercapai atau tidak. Evaluasi dari wali kelas dilaksanakan setiap tiga bulan yaitu pada tengah semester dan akhir semester. Setiap bulan yang dikon-
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 49
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System sultasikan kepada coordinator inklusi untuk mengetahui perkembangan-perkembangan ABK. Dari hasil evaluasi tersebut, kemudian menjadi solusi tentang cara yang akan digunakan untuk memperoleh perkembangan siswa yang maksimal. Evaluasi pelaksanaan private plan tersebut kemudian menjadi bahan dasar laporan kepada wali murid, yang disertakan setiap tiga bulan dengan mengetahui koordinator inklui dan Kepala Sekolah. 2. Pengelolaan Pembelajaran pada Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intelligences System di SD YIMA Islamic School Bondowoso Kegiatan pembelajaran ABK menggunakan system pull out, pada jam tertentu siswa ditarik ke ruang sumber yakni ruang khusus untuk menrima materi yang dikemas dalam private plan oleh Shadow Teacher hal ini berlangsung hanya 45 menit, namun sebelumnya siswa ABK belangsung cluster yakni sama-sama menerima pembelajaran yang sama dikelas regular dengan didampingi Shadow Teacher yang berfungsi sebagai transletter namun dalam menerima pmebelajaran yang sama dalam Lesson plan yang dikemas oleh guru bidang studi siswa ABK lebih ditekankan pada sisi interpersonalnya yaitu kemampuan bersosialisasi dengan teman-temannya sedangkan pada private plan pada 3 ranah yaitu, make produk, fokus dan interpersonalnya maka didalamnya ada beberapa model yang digunakan bisa jadi ada modifikasi, subtitusi, bahkan omisi. 3. Pengembangan Guru pada Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intelligences System di SD YIMA Islamic School Bondowoso Kegiatan pengembangan Guru di YIMA tidak hanya sebatas internal saja tetapi juga external, namun sebelum mendapatkan bentuk pengembangan dari luar maka Guru YIMA wajib hukumnya mendapatkan pelatihan dari dalam yakni dari lingkungan YIMA itu sendiri. Pertama, Guru reguler dituntut untuk mengkonsep Lesson plan sedangkan shadow techer mengkonsep private plan sebagai acuan untuk mengajar. Lesson plan sebagai bukti profesionalitas Guru. Les-
50 |
Sakinah son plan sebagai siklus pertama sebuah pembelajaran, sebelum guru menerapkan dari isi Lesson plan maka sebaiknya dikonsultasikan kepada GA (Guardian Angel) selaku konsultan pendidikan atau supervisor yang dapat memberikan arahan, saran dari isi Lesson plan. Adapun untuk Shadow Teacher mengkonsultasikan private plan pada koodinator inklusi, tidak cukup itu GA pun mengobservasi setiap Guru yang mengajar siswa sebagai tindak lanjut berupa feed back (umpan balik) dari Lesson plan sehingga guru mendapat berbagai comment dari hasil pembelajaran tersebut. Bentuk pengembangan Guru yang dilakukan adalah kegiatan tausyiah yang bertujuan meningkatkan spiritual intelegent sehingga kegiatan yang dilakukan Guru di YIMA tidak hanya mengajar tapi dituntut untuk belajar. Karena di YIMA bentuk pembelajaran tidak hanya terpaku pada buku maka selain bedah buku guru rutin melakukan bedah film, guna membahas movie learning yang akan di tayangkan kepada siswa guna menemukan manfaat dan tujuan dari movie tersebut yang pada intinya sesuai dengan materi yang diajarkan kepada siswa. Adapun bentuk pengembangan Guru yang rutin dilakuan setiap satu bulan sekali adalah quality time hal ini melibatkan seluruh keluarga besar YIMA tidak terkecuali wali murid. Sedangan bentuk pengembangan Guru dari luar yakni mengikutsertakan guru dalam seminar/workshop pendidikan guna mendapat wawasan dan informasi lebih luas serta melakukan study banding ke sekolah-sekolah yang memiliki kelebihan dan keunikan tertentu. Kesimpulan Pertama , Kegiatan Pengembangan Kurikulum pada Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intelligences System di SD YIMA Islamic School Bondowoso, meliputi ; a) Perencanaan yaitu menetukan keempat model duplikasi, subtitusi, modifikasi dan omisi dilakakukan identifikasi dan assessment, upaya pengembangan diri sesuai dengan potensi yang dimiikinya sesuai dengan tujuan pembe-
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 51
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System lajaran. b) Pelaksanaan : Dalam tahap ini kurikulum inklusi meliputi identifikasi dan assesment dengan menggunakan 4 cara yaitu : 1) Teknik wawancara yang digunakan untuk menggali informasi melalui Tanya jawab 2) Observasi siswa yaitu strategi pengukuran dengan cara melakukan pengamatan langsung pada prilaku khusus ABK, termasuk didalamnya keterampilan social dan akademik, kebiasaan beajar, maupun keterampilan menolong diri sendiri (interpersonal, fokus, dan pemahaman konsep). 3) Dokumentasi berupa pengambilan gambar, daftar riwayat lahir, sebagai acuan validasi data. 4) Quisioner berisi pertanyaan-pertanyaan seputar identifikasi siswa yang harus dijawab oleh wali murid dan siswa. Hasil assessment dan penyesuaian materi kurikulum tersebut kemudian disosialisasikan kepada wali murid yang bersangkutan dalam bentuk kontrak Nota kesepakatan Layanan berisi penjelasan model-model kurikulum yang akan digunakan. c) Evaluasi dalam pendidikan inklusi yang dilakukan di adalah melalui evaluasi kemampuan diri dari guru regular dan Koordinator inklusi juga shadow teacher. Evaluasi kemampuan dari Guru regular adalah dengan ujian tengah semester dan akhir semester oleh wali kelas yang diperoleh dari materi yang sudah diajarkan sebelumnya. Sedangkan evaluasi dari shadow teacher berupa private plan yang dilakukan selama 4 hari dalam seminggu, yang kemudian dinilai adalah perkembangan diri dari anak berkebutuhan khusus. Kedua , Pengelolaan Pembelajaran pada Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intelligences System di SD YIMA Islamic School Bondowoso meliputi : a ) Kelas Reguler yakni ABK mengikuti pembelajaran bersama siswa regular setiap hari efektif di dalam kelas dengan mengikuti peraturan kelas yang sama. Pembelajaran kelas regular oleh Guru dikemas dalam Lesson Plan yaitu perencanaan pembelajaran yang dibuat sebelum guru mengajar. b) Program Pendidikan Individual (Private Plan) ABK di YIMA mengikuti Private Plan selama 4 hari dalam seminggu yaitu dari hari senin sampai kamis selama 45 menit diruang sumber yang dihandle oleh beberapa shadow teacher yang telah ditentukan. Shadow teacher mengemas rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam private plan yang sebe-
52 |
Sakinah lumnya dikonsultasikan kepada Koordinator inklusi untuk mengetahui kesesuaian target belajar ABK yaitu interpersonal, fokus, dan make product. Ketiga, Pengembangan Guru pada Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intelligences System di SD YIMA Islamic School Bondowoso meliputi : a) Pelatihan, b) Tausiah ,c ) Bedah buku/film, d ) Quality Time, e) Seminar/Workshop f ) Studi banding Penutup Pada Implementasi pendidikan inklusi berbasis Multiple Intelligences System sangat tergantung pada sikap, pengetahuan, fleksibilitas, dan kemampuan kreatif untuk memecahkan masalah dan mendesentralisasikan pengambilan keputusan hingga kepada individu, orang tua dan peserta didik kebutuhan khusus. Karena Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak belajar bersama-sama di sekolah umum dengan memperhatikan keragaman dan kebutuhan individual, sehingga potensi anak dapat berkembang secara optimal.
Daftar Pustaka Amstrong, Thomas. 1994. Awakening Genius in The Classroom. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development. al Tami>my ‘Izz al-Di>n.1991 Kitab al-Kara>m wa al-Ju>d wa al-Sakha> al-Nufu>s. Beirut: Da>r ibn Hazm. Bogdan, R.C., & Biklen, S.K. 1995. Qualitative Research For Education: An Introduction to Theory and Methodes. Needham Heights, MA: Allyn Bacon Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: PT Mizan Pustaka. Chatib, Munif, 2012. Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 53
Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Multiple Intellegences System Chatib Munif, Alamsyah Said.2012. Sekolah anak-anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan .Bandung : PT Mizan Pustaka Depdiknas. 2004. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3. Jakarta: Pusat Data dan Informasi, Balitbang. Depdiknas. 2003. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :Permendiknas no 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Jakarta:Depdiknas. Esterberg, Kristin G. 2002. Qualitative Methods in Sosial Research. New York : Mc Graw Hill. Faisal, Sanapiah. 2005. Format- format Penelitian Sosial, Dasar- dasar dan Aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo. Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk). Batam: Interaksara. Hargio Santoso. 2012 Cara Memahami&Mendidik Anak Berkebutuhan Khsusus. Yogyakarta, Gosyen Publishing Iskandar, 2009. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif Dan Kualitatif). Jakarta: GaungPersada Press Kemendiknas. 2009. Modul Pelatihan Inklusi, (Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Kemendiknas. 2007. Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Mandikdasmen Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Kornhaber, Mindy L. et . al. 2004 Multiple Intelligences Best Ideas from Research and Practice.Boston: Chestnut Hill Enterprises.Inc Kustawan, Dedy. 2012 Pendidikan Inklusif&Upaya Implenetasinya Jakarta : Luxima Miles & Huberman. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif . Jogja: Teras. Sapon Shevin, M, 1999. Because we can change the world A Practical Guide to Building Cooperative,Inclusive Classroom Communities. Boston : Allym and Bacon. Stainback, W & Stainback, S. 1995. Support Network for Inclusive Schooling Independent Integrated Education. Baltimore : Paul H Brookes.
54 |
Sakinah Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Suriasumantri, Jujun S. 1984. Ilmu Dalam Persepektif :Gramedia Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 55