PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK STAD ( STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION ) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.MIPA.1. SMA NEGERI 1 BLAHBATUH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 IDA BAGUS PUTU WISNU , S.PD SMA Negeri 1 Blahbatuh ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas XI.MIPA.1 SMA Negeri 1 Blahbatuh Tahun Pelajaran 2015/2016. Sampel diambil berdasarkan pada masalah hasil belajar PPKn yang terjadi di kelas XI.MIPA.1 dengan jumlah 39 siswa. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan rata-rata pemahaman konsep dari 71,76 pada siklus I menjadi 76,46 pada siklus II. Juga peningkatan hasil belajar PPKn pada materi Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiaban dari rata-rata 60,88 pada siklus I menjadi rata-rata 79,84 pada siklus II, dan ketuntasan belajar dari 62,50% pada siklus I menjadi 78,12% pada siklus II. Respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning dengan Teknik STAD pada pembelajaran PPKn dengan materi Pelanggran Hak dan Pengingkaran Kewajiban berkatagori sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan guru dapat menggunakan model dan Teknik pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang dipelajari sehingga hasil belajar siswa meningkat. Kata kunci: Cooperative Learning Teknik STAD, PPKn, Hak Asasi Manusia. ABSTRACT
This action Based Research aims at finding out the use of Cooperative Learning model by STAD ( Student Teams Achievement Division ) method to omprove the achievement on the lesson og Probability of students of grade XI of Civics Education and Sience 1 Programme of SMA Negeri 1 Blahbatuh in the academic year 2015/2016. Sampling was taken based on the draw backs of the learning achievement of the students in this class with the total number of 39 students. The result of this showed an increase in recognizing the concept of 71,76 in the first cycle into 76,46 in the second cycle. Also an increase in the learning achievement of math on the lesson of probability which is shown by the mean of 60,88 in the first cycle into 79,84 in the second cycle, and the students’ learning mastery from 62,50% in the first cycle into 78,12% in the second cycle. The students’ responses on the use of Cooperative Learning model by STAD method on Civics Education in the Human Rights very good. Based on this research’s result, it is required that teachers will use an appropriate learning method and model to the lesson to improve students’ learning achievement. Key words: Cooperative Learning model , STAD, Civics Education, the Human Rights 1
PENDAHULUAN
PPKn merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari sekolah dasar sampai ke pendidikan tinggi. Hal ini diharapkan menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan daya nalar siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengaplikasikan proses pembelajaran dan dalam pemecahan masalah. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa mempelajari PPKn, antara lain: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi dan rasa ingin tahu, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan (4) mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, melatih kedisiplnan dan pembentukan karakter dan kepribadian siswa sehingga dapat menjadikan warga negara yang baik. Secara singkat, peran mata pelajaran PPKn adalah untuk pengembangan intelektual, sikap sosial , kepribadian , dan emosional siswa serta berperan sebagai kunci penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Dengan banyaknya manfaat yang diperoleh dari pembelajaran PPKn seyogyanya PPKn merupakan salah satu mata pelajaran yang digemari oleh siswa. Namun kenyataannya, keluhan dan kekecewaan terhadap hasil belajar PPKn siswa hingga kini masih sering dilontarkan. Pada umumnya, siswa mengatakan PPKn merupakan pelajaran yang sulit, perlu kekuatan menganalisa, membosankan, penuh misteri, tetapi dianggap ada pengaruh atau ada kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Banyak yang tidak mengetahui manfaat PPKn. Dengan demikian, banyak siswa yang tidak menyenangi pelajaran PPKn bahkan ada pula yang membencinya. Dampak dari keadaan ini menyebabkan hasil belajar PPKn siswa belum optimal. Keadaan seperti ini juga terjadi di kelas X.MIPA.1 SMA Negeri 1 Blahbatuh yang ditunjukkan oleh nilai raport hasil belajar PPKn siswa di semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 baru mencapai nilai rata-rata 3.00. Bahkan nilai rata-rata hasil belajar PPKn di kelas ini pada tengah semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 hanya 2,92 Belum optimalnya hasil belajar PPKn siswa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya karena kualitas dalam proses pembelajaran yang harus terus ditingkatkan yaitu 2
dengan penerapan model pembelajaran inovatif. Guru belum sepenuhnya memahami peran, fungsi dan kegunaan mata pelajaran yang diajarnya. Masih sering dijumpai kebiasaan pembelajaran dengan dengan urutan: (1) guru menyampaikan pokok materi yang akan diajarkan, (2) guru menjelaskan teori atau definisi atau teorema, (3) guru memberikan contoh-contoh soal dan penyelesaiannya, (4) siswa diberikan latihan soal untuk dikerjakan, dan (5) pembahasan soal-soal. Urutan belajar seperti ini menyebabkan guru dalam pembelajaran di kelas kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan mengkonstruksi sendiri ide PPKn yang dimilikinya. Akibatnya, siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami PPKn tanpa penalaran serta cenderung menggunakan permasalahannya yang ada dan memperhatikan konteks masalahnya. Pembelajaran di kelas lebih sering berorientasi pada kuantitas materi pembelajaran. Guru berpandangan bahwa tugas utamanya adalah menyelesaikan bahan pembelajaran yang termuat dalam buku ajar tanpa melihat pemahaman siswa terhadap materi yang diterimanya. Berkaitan dengan kondisi ini, Arends yang dikutip oleh Trianto mengatakan bahwa “dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang cara siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan siswa tentang cara menyelesaikan masalah.” Untuk itu, sangatlah penting untuk mengadakan inovasi dalam pembelajaran agar proses pembelajaran lebih bermakna, sehingga siswa lebih mampu memecahkan masalah yang dibebankan padanya. Guru juga harus memahami bahwa keefektifan pembelajaran ditentukan oleh kemampuan guru untuk mengubah model pengajaran menjadi model pembelajaran sesuai yang diharapkan oleh Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Apabila guru betul-betul menguasai dan mengerti tentang hal-hal tersebut, memberikan keyakinan yang besar bahwa hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika tidak akan rendah. Seperti misalnya pada Materi Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiaban, yang merupakan salah satu materi pada pelajaran PPKn di kelas XI semester 1 pada Kurikulum 2013, yang berisikan materi tentang Hak Asasi Manusia, hak-hak warga negara dalam UUD NRI Tahun 1945, dan kewajiban-kewajiban warga negara yang diatur dalam konstitusi. Siswa mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep , karena materi ini masih 3
bersifat abstrak. Tanpa bantuan benda media yang memadai , nyata yang bisa dilihat secara konkrit, siswa belum mampu memahami materi tersebut dengan baik. Permasalahan pada materi Hak Asasi Manusia , dimana siswa belum sepunuhnya menyadari sering sekali terjadinya contoh kasus pelanggaran hak Asasi Manusia , yang merupakan permasalahan otentik yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang dapat dilihat atau dapat dipraktekkan. Dengan demikian, pemahaman konsep dalam menentukan Hak warga negara dan kewajiban kita sebagai warga negara dapat diperdalam pemahaman siswa dengan diskusi kelompok dan Tanya jawab. Misalnya, Guru dapat menerapkan strategi / model lainnya yang dipandang lebih efektif misalnya : model pembelajaran Student Teams Achievement Division ( STAD ) . STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan sistem diskusi kelompok . Pembelajaran kooperatif learning tipe STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu : penyajian kelas , belajar kelompok , kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu, STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur. Berkaitan dengan materi contoh Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia , guru dapat menginstruksikan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan / permasalahan yang telah dipersiapkan oleh guru secara berkelompok . kegiatan berkelompok ini dapat membantu peserta didik saling bertukar pikiran dan pendapat terkait kegiatan yang sedang dikerjakan . model pembelajaran ini mempunyai peran penting dalam perkembangan ilmuilmu lainnya, dengan demikian sangatlah penting agar guru mampu memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan agar tercapai tujuan yang diharapkan. Seiring dengan pengembangan filsafat konstruktivisme dalam pendidikan, muncullah ide kritis untuk melaksanakan inovasi pembelajaran sehingga tumbuhlah pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Aktif, adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif, adalah pembelajaran bermakna yang hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang memberi kesempatan kepada siswa menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dilakoninya. Kreatif, adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan pemikiran kritis, 4
karena dengan pemikiran seperti itulah kreativitas bisa dikembangkan. Efektif, merujuk pada pembelajaran yang berdaya dan berhasil guna bagi seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menyenangkan, merupakan sebuah proses pembelajaran yang mampu membuat siswa merasa tidak menderita saat menjalaninya, melainkan merasakan berkah yang harus disyukurinya. Pembelajaran menyenangkan
membuat
siswa
iklas
menjalani
prosesnya.
Selanjutnya,
proses
pembelajaran ini sering disingkat sebagai sebuah proses pembelajaran yang bernuansa PAIKEM, yaitu pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Inti pembelajaran bernuansa PAIKEM adalah pembelajaran yang berbasis kompetensi, yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan berorientasi pada pencapaian kompetensi peserta didik. Muara dari proses pembelajaran ini adalah meningkatkan kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. Pembelajaran bernuansa PAIKEM yang dipadukan dengan metode STAD ( Student Teams Achievement Division ) merupakan pembelajaran yang penting untuk diterapkan. Dalam konteks perbaikan kualitas hasil belajar Hak Asasi Manusia, pembelajaran bernuansa PAIKEM dengan metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar dengan materi Hak Asasi Manusia. Melalui model PAIKEM dengan metode STAD, siswa juga akan belajar menggunakan suatu proses interaktif dalam mengevaluasi permasalahan yang mereka ketahui, mengidentifikasi masalah yang perlu mereka ketahui, mengumpulkan informasi, dan berkolaborasi dalam mengevaluasi suatu hipotesis berdasarkan data yang telah mereka kumpulkan. Dengan demikian, siswa akan terlatih untuk menggunakan kemampuan berpikirnya untuk memecahkan masalah secara ilmiah sehingga pembelajaran akan terasa lebih bermakna. Kebermaknaan dalam belajar akan berdampak juga pada daya ingat dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang lebih kuat sehingga akan tersimpan dalam memori jangka panjang yang tentunya ini akan berdampak positif terhadap hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan model Cooperative Learnig dengan Teknik STAD pada pembelajaran PPKn untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI P.MIPA.1. Semester 1 SMA Negeri 1 Blahbatuh Tahun Pelajaran 2015/2016 5
METODE Penelitian ini dilakukan di kelas XI .MIPA.1 semester 1 SMA Negeri 1 Blahbatuh Tahun Pelajaran 2015/2016 selama 6 bulan, yaitu dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2015 mulai dari tahapan pembuatan proposal sampai dengan tahapan pelaporan hasil penelitian. Subjek Penelitian adalah siswa kelas XI.MIPA.1 semester 1 SMA Negeri 1 Blahbatuh Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 39 orang, yang terdiri dari 21 orang siswa lakl-laki dan 18 orang siswa perempuan, dengan obyek penelitian adalah peningkatan hasil belajar PPKn pada materi Hak Asasi Manusia pada siswa kelas XI.MIPA.1 SMA Negeri 1 Blahbatuh tahun pelajaran 2015/2016 menggunakan model Cooperative Learning dengan Teknik STAD dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas karena masalah ini bersifat kasus yang spesifik dalam seting yang alamiah yang terjadi pada siswa kelas XI.MIPA.1 semester 1 SMA Negeri 1 Blahbatuh, dengan prosedur tindakan mengambil rancangan penelitian yang diadopsi dari rancangan Kemmis dan Tanggart (Suarsana, 2010) seperti terlihat pada gambar beriku
Refleksi Awal
Perencanaan Tindakan I
Refleksi I Observasi/Evalua si I
Pelaksanaan Tindakan I Perencanaan Tindakan II
Refleksi II Observasi/Evaluas i II
Pelaksanaan Tindakan II Laporan
Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
6
Data diperoleh menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar PPKn yang disesuaikan dengan data yang diperlukan, seperti dijabarkan pada tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Metode Pengumpulan Data Penelitian No Jenis Data Metode Instrumen 1 Pemahaman Tes Tes tertulis dalam Konsep bentuk uraian 2 Hasil Belajar Tes Tes tertulis dalam Matematika bentuk uraian 3 Nilai Afektif/ Observasi Check List Sikap 4 Respon Siswa Koesioner Angket
Pelaksanaan Setelah kegiatan berlangsung Setelah kegiatan berlangsung Selama kegiatan berlangsung Setelah kegiatan berlangsung
Sebagai ukuran keberhasilan penelitian digunakan patokan sebagai berikut: 1) pemahaman konsep dianggap berhasil jika siswa mencapai rata-rata 75 dan ketuntasan klasikal 75%, 2) hasil belajar PPKn dianggap berhasil jika siswa mencapai rata-rata 75 dan ketuntasan klasikal 75%, dan 3) respon siswa terhadap pembelajaran materi Hak Asasi Manusia dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Teknik STAD minimal Baik.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini mengambil Materi tentang HAM yang dibagi menjadi sub topik Contoh kasus pelanggaran HAM pada siklus I, dan sub topik Upaya pencegahan pelanggaran HAM pada siklus II. Data pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1) data hasil pelaksanaan pembelajaran dan hasil refleksi dalam siklus I, dan 2) data hasil pelaksanaan pembelajaran dan hasil refleksi dalam siklus II. Hasil pemahaman konsep dan hasil belajar PPKn siswa yang dicapai pada siklus I dan siklus II disajikan pada tabel 2 sebagai berikut. Tabel 2. Data Perkembangan Tingkat Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar PPKn Data
Siklus I
Pemahaman Konsep Hasil Belajar PPKn
RataRata 71,76 60,88
78,13%
Siklus II RataKetuntasan Rata 76,46 78,13%
RataRata 4,7
62,50%
79,84
18,96
Ketuntasan
78,12%
Selisih Ketuntasan 0% 15,62%
Setelah pelaksanaan siklus II selesai, siswa diberikan angket yang berisi pertanyaan tentang respon siswa terhadap penggunaan model Pembelajaran Cooperative Learning dengan Teknik STAD pada pembelajaran PPKn untuk materi Hak Asasi Manusia . Dari sebaran angket diperoleh hasil seperti pada tabel 3 sebagai berikut. Tabel 3. Respon Siswa terhadap Penggunaan Model Cooperative Learning dengan Teknik STAD dalam Pembelajaran PPKn pada materi tentang HAM No Pertanyaan Pilihan Kuantitas (orang) 1 Menurut saya, pembelajaran a. Baik Sekali 26 materi peluang menggunakan b. Baik 13 model Cooperative Learning c. Cukup 0 dengan Teknik STAD d. Kurang 0 e. Kurang Sekali 0 2
Menurut saya, pembelajaran materi HAM menggunakan model Cooperative Learning dengan Teknik STAD untuk membantu pemahaman konsep tentang Contoh kasus
a. b. c. d. e.
Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali
19 17 3 0 0 8
No
Pertanyaan pelanggaran HAM, Upaya pencegahan pelanggaran HAM
3
Menurut saya, pembelajaran materi HAM menggunakan model Cooperative Learning dengan Teknik STAD untuk membantu meningkatkan hasil belajar PPKn tentang Contoh kasus pelanggaran HAM, Upaya pencegahan pelanggaran HAM
4
Menurut saya, interaksi tukar pikiran dan penyampaian pendapat dari setiap peserta didik yang dilakukan dalam diskusi kelompok
Pilihan
Kuantitas (orang)
a. b. c. d. e.
Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali
20 16 3 0 0
a. b. c. d. e.
Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali
14 16 9 0 0
Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar PPKn siswa pada Hak Asasi Manusia . Pada siklus I, penggunaan model Cooperative Learning dengan Teknik Student Teams Achievement ( STAD ) dalam pembelajaran materi Contoh kasus Pelanggaran HAM menunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang dipelajari mencapai hasil dengan rata-rata 71,76 dan ketuntasan 78,13%, dan ini termasuk katagori baik. Sedangkan pada Siklus II, pemahaman konsep mencapai rata-rata 76,46 dan ketuntasan 78,13% Dengan demikian terjadi peningkatan rata-rata pemahaman konsep pada materi tentang : Hak Asasi Manusia Berdasarkan temuan di atas, pada siklus I diperoleh gambaran bahwa siswa pada awalnya agak sulit mengikuti pembelajaran dengan model Cooperative Learning dengan Teknik STAD Hal ini disebabkan oleh karena mereka sudah terbiasa mengikuti pembelajaran dengan hanya menerima penjelasan dari guru, sedangkan model Cooperative Learning / PAIKEM dengan Teknik STAD mengharuskan mereka belajar dengan aktif dan kreatif. Sebelumnya mereka hanya menggunakan satu sumber belajar, belum mau mencoba 9
mencari sumber belajar lain untuk memecahkan masalah yang diberikan. Mereka juga hanya fokus pada tugas yang dibebankan pada kelompok mereka tanpa mau memperhatikan tugas yang dijelaskan kelompok lain. Mereka mengira bahwa begitu mereka selesai diskusi kelompok, tugas mereka sudah dianggap selesai. Beberapa siswa juga kurang memperhatikan dalam berdiskusi yang dilakukan oleh kelompok lain, sehingga pengetahuan yang diperolehnya hanya sebatas tugas yang dibebankan pada kelompoknya saja, padahal jika mereka memperhatikan juga hasil dari kelompok lain, pengetahuan mereka akan lebih maksimal. Melihat kelemahan yamg terjadi pada siklus I tersebut, pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dilakukan beberapa perbaikan. Ditekankan pada saat diskusi kelompok agar menyampaikan masalah yang akan didiskusikan, cara kerja dalam diskusi, dan hasil dari diskusi, sehingga siswa lain yang belum mendapat giliran presentasi betul-betul memahami konsep materi yang sedang dipelajari lewat diskusi kelompok tersebut. Kepada siswa lain yang belum melakukan presentasi agar memperhatikan dengan sebaik-baiknya materi yang akan dipresentasikan dan duduk pada tempat duduk dalam masing-masing kelompoknya, dengan maksud dapat menilai secara jelas kelemahan dan keunggulan dari masing-masing kelompok baik pada saat diskusi kelompok maupun pada saat presentasi. Kekurangan pada Siklus I diperbaiki pada Siklus II. Perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mengakibatkan terjadi peningkatan rata-rata pemahaman konsep pada materi tentan HAM. Peningkatan rata-rata pemahaman konsep ini disebabkan karena perhatian siswa lebih baik dari sebelumnya dan permasalahan yang ditugaskan dapat diselesaikan dengan cara melihat secara langsung demonstrasi yang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok, karena dengan demonstrasi ini dapat memberikan gambaran konkrit dari masalah yang ditugaskan. Hal ini diperkuat oleh Syaiful Bahri Djamarah, yang menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Dengan demikian, siswa bisa melihat bentuk konkrit dari masalah abstrak yang akan diselesaikan. Peningkatan pemahaman konsep tentang HAM diikuti dengan peningkatan hasil belajar PPKn. Rata-rata hasil belajar PPKn siswa pada siklus I adalah 60,88 dengan ketuntasan belajar 62,50%, sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar PPKNnya adalah 10
79,84 dan ketuntasannya 78,12%. Dari data tersebut terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil belajar PPKn sebesar 18,96 dan peningkatan ketuntasan belajar sebesar 15,62%. Jika dilihat dari ketuntasan individu siswa terlihat bahwa pada siklus I, siswa yang belum tuntas dengan Indikator Keberhasilan 75 sebanyak 12 orang, sedangkan pada siklus II sebanyak 6 orang. Peningkatan ini disebabkan oleh karena model Pembelajaran Cooperative Learning dengan Teknik Student Teams Achievement Division ( STAD )
tampak lebih
menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Keterlibatan aktif siswa ini menyebabkan pemahaman siswa pada materi yang dipelajari menjadi lebih baik yang tentunya berdampak pada pencapaian hasil belajar PPKn yang optimal. Hal ini sesuai dengan tuntutan / panduan kurikulum yang menyatakan bahwa pengalaman belajar siswa menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Disamping aspek pengetahuan, dalam proses pembelajaran sudah tentu juga memperhatikan sikap yang ditunjukkan dalam selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran pada aspek sikap siswa, diperoleh hasil sebagai berikut. Sikap siswa, baik yang melakukan demonstrasi maupun yang memperhatikan demonstrasi sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai afektif siswa pada siklus I meliputi: nilai Tinggi (T) sebanyak 20 orang, nilai Sedang (S) sebanyak 19 orang, dan tidak ada siswa bernilai Rendah. Sedangkan pada siklus II, diperoleh: nilai Tinggi (T) sebanyak 36 orang, nilai Sedang (S) sebanyak 3 orang, dan tidak ada siswa memiliki nilai Rendah (R). Terjadinya peningkatan ini disebabkan karena hasil refleksi siklus I yang tadinya banyak siswa tidak memperhatikan demonstrasi karena asyik ngobrol dengan kelompoknya, dan belum kompaknya kerjasama antar kelompok, sudah diperbaiki pada pembelajaran di siklus II. Pada siklus II perhatian siswa pada kegiatan diskusi menjadi lebih baik, karena: 1) pembelajaran diawali dengan penjelasan dari guru tentang tujuan dilaksanakan diskusi kelompok dan materi yang akan didiskusikan, 2) kelompok penyaji lebih jelas memberikan informasi tentang masalah, langkah kerja / persiapan dari diskusi kelompok, dan hasil dari diskusi, dan 3) siswa yang lain diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas dan belum dipahami saat penyajian materi presentasi dar hasil diskusii. 11
Respon siswa terhadap pembelajaran model Pembelajaran Cooperative Learning dengan metode STAD juga sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh hasil angket yang disebar diperoleh hasil: (1) untuk soal nomor 1, sebanyak 26 orang siswa menyatakan Sangat Baik (SB) dan sebanyak 11 orang siswa menyatakan Baik (B), (2) untuk soal nomor 2, sebanyak 19 orang menyatakan Sangat Baik (SB), sebanyak 17 orang siswa menyatakan Baik (B), dan sebanyak 3 orang menyatakan Cukup (C), (3) untuk soal nomor 4, sebanyak 20 orang menyatakan Sangat Baik (SB), sebanyak 16 orang siswa menyatakan Baik (B), dan sebanyak 3 orang siswa menyatakan Cukup (C), dan (4) untuk soal nomor 4, sebanyak 14 orang siswa menyatakan Sangat Baik (SB), sebanyak 17 orang siswa menyatakan Baik (B), dan sebanyak 8 orang siswa menyatakan Cukup (C).. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dapat dengan baik mengikuti pembelajaran PPKn pada materi Kasus pelanggaran HAM dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning dengan dengan Teknik Student Teams Achievement Division. Pembelajaran menggunakan model PAIKEM dengan Teknik STAD memberikan susasana yang menyenangkan bagi siswa karena dilakukan dengan cara bermain sehingga siswa merasa bebas untuk bereksplorasi untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Hal ini senantiasa menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan memposisikan guru sebagai fasilitator, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif, inovatif, kreatif, dan efektif sehingga pembelajaran bisa berjalan dengan menyenangkan. Dengan suasana belajar seperti itu, siswa tidak terbebani secara perseorangan tetapi mereka saling bertanya dan berdiskusi dengan satu sama lain sehingga akan tumbuh dan berkembang segala potensi yang dimiliki siswa, dan pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) mereka.
12
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan dari hasil data penelitian yang diperoleh dengan instrumen ukur yang disusun oleh peneliti dan hasil analisisnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penggunaan model Pembelajaran Cooperative Learning dengan Teknik Student Teams Achievement Division ( STAD ) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI.MIPA.1. SMA Negeri 1 Blahbatuh Tahun Pelajaran 2015 / 2016 2. Penggunaan model Cooperative Learning Teknik STAD dapat meningkatkan hasil belajar PPKn yang kreatif , inovatif dan meningkatkan pola pikir dan keberanian peserta didik dalam berpendapat. 3. Adanya Respon sangat baik dari peserta didik kelas XI.MIPA.1 SMA Negeri 1 Blahbatuh Tahun Pelajaran 2015 / 2016 terhadap penggunaan model Pembelajaran Cooperative Learning dengan Teknik Student Teams Achievement Division ( STAD ) dalam pembelajaran PPKn tentang materi Hak Asasi Manusia.
Saran Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa penggunaan model Pembelajaran Cooperative Learning dengan Teknik Student Teams Achievement Division ( STAD ) dapat meningkatkan hasil belajar Pendidkan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn ) pada materi Hak Asasi Manusia siswa kelas XI.MIPA.1 Semester 1 SMA Negeri 1 Blahbatuh Tahun Pelajaran 2015/2016. Keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut sangat tergantung pada kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Mengingat hasil belajar PPKn siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran, untuk itu disarankan kepada guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan dipelajari agar model yang dipilih bisa diikuti oleh seluruh siswa.
13
Daftar Pustaka Syaiful Bahri Djamarah. http://www.academia.edu/5374249/Metode_ demonstrasi_dalam_ belajar_Metode_Demonstrasi (diunduh, 13 April 2015) Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 t e n t a n g Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Suprijono, Agus. 2011 Coperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM ) cet.II . Jakarta
14