ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Perlindungan Hak ODHA (Orang dengan HIV AIDS) ditinjau dari Prespektif HAM (Hak Asasi Manusia). Selain itu, untuk mendeskripsikan hambatan apa yang di dapatkan oleh ODHA (Orang dengan HIV AIDS) dalam hal mendapatkan hak-haknya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian hukum empiris yang menggunakan data primer sebagai sumber data utamanya yaitu dengan melakukan wawancara langsung kepada ODHA (Orang dengan HIV AIDS). Sedangkan untuk menganalisis datanya digunakan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa Perlindungan hak ODHA ditinjau dari prespektif HAM belum sepenuhnya memenuhi nilai dari hak asasi manusia. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya Stigma dan Diskriminasi yang didapatkan oleh ODHA baik dari masyarakat maupun dari aparat pelaksana yang terkait dengan perlindungan pengidap HIV/AIDS. Salah satu bentuk intervensi untuk mengatasi stigma dan diskriminasi tersebut ialah melalui penegakan HAM. Selain itu hambatan lainnya yang didapatkan oleh ODHA yakni kurangnya Dukungan Sosial yang diberikan oleh lingkungan sekitar seperti keluarga, teman maupun dari masyarakat luas. Kata kunci: ODHA (Orang Dengan HIV AIDS), Hak Asasi Manusia, Stigma, Diskriminasi dan Dukungan Sosial.
Latar Belakang Epidemi AIDS di Indonesia sudah berlangsung hampir 20 tahun namun diperkirakan masih akan berlangsung terus dan memberikan dampak yang tidak mudah diatasi. Menurut estimasi Nasional tahun 2006 di Indonesia terdapat 169.000 sampai 216.000 orang yang tertular HIV, dan akan menjadi satu juta orang dalam 10 tahun jika tidak melakukan upaya penanggulangan yang serius serta didukung oleh semua pihak (Komisi Penanggulan AIDS, 2006). Pada provinsi gorontalo jumlah penderita berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo sudah berjumlah 150 penderita HIV/ AIDS yang tersebar di Kab/ Kota, namun untuk populasi terbanyak terdapat pada wilayah Kota Gorontalo sebanyak 74 Kasus HIV/ AIDS, sehingganya perlu penelitian yang menfokuskan pada penanganan penderita HIV/ AIDS atau orang dengan HIV-AIDS (ODHA) yang banyak mengalami stigma dan diskriminasi akibat kurangnya informasi tentang hiv-aids dan akhirnya bermuara pada pelanggaran HAM. Salah satu cara untuk membantu pengelolaan masalah yang membuat perasaan tertekan atau stres agar tidak membawa pengaruh negatif terhadap kesehatan adalah adanya dukungan sosial. Dukungan ini bisa berasal dari pihak manapun yang merupakan significant others bagi orang yang menghadapi masalah atau situasi stres, seperti orang tua, pasangan, sahabat, rekan kerja ataupun dokter dan komunitas organisasi. Dengan adanya dukungan sosial yang besar, stresor yang tinggi tidak akan menimbulkan atau memperburuk penyakit. Dengan rendahnya dukungan sosial terhadap seseorang yang mengalami stress (tinggi maupun rendah) dapat mengarah pada timbulnya penyakit. Selain itu permasalahan stigma dan diskriminasi yang banyak menjadi permasalahan bagi orang yang terinfeksi virus HIV AIDS tentunya hal ini membuat para ODHA sulit mendapatkan haknya. Salah satu bentuk intervensi untuk mengatasi stigma dan diskriminasi adalah melalui penegakkan HAM yang nantinya dapat menciptakan lingkungan individu yang sehat. Yang dimaksud dengan penegakan HAM adalah secara universal ham adalah hak dasar yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir sampai mati sebagai anugerah Tuhan YME. Hak asasi ini sangat wajib untuk dihormati, dijunjung tinggi serta dilindungi oleh Negara, hukum dan Pemerintah. Setiap orang sebagai harkat
dan martabat manusia yang sama antara satu orang dengan lainnya yang benar benar wajib untuk dilindungi dan tidak ada pembembeda hak antara orang satu dengan yang lainnya. Berkenaan dengan permasalahan yang diuraikan diatas penulis tertarik meneliti hal tersebut untuk melakukan penelitian dengan judul “Perlindungan Hak ODHA ditinjau dari prespektif HAM”.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Odha dan Gambaran Tentang HIV/ AIDS ODHA adalah singkatan dari orang dengan HIV/AIDS, sebagai pengganti istilah penderita yang mengarah pada pengertian bahwa orang tersebut sudah secara positif didiagnosa terinfeksi HIV. HIV adalah kepanjangan dari human immunodeficiency virus, suatu virus yang menyerang kekebalan tubuh, yaitu suatu sistem tubuh yang secara alamiah berfungsi melawan penyakit dan infeksi. Virus HIV yang menyebabkan AIDS ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Yang dimaksud dengan sistem kekebalan adalah suatu sistem dalam tubuh yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari masuknya bakteri atau virus yang bertujuan menyerang sel, menyerang pertahan tubuh. Organ dimana sistem kekebalan tubuh berada disebut lymphoid, memiliki peran utama dalam mengembangkan lymphocytes (sel darah putih) yang secara spesifik berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan virus. 2. Proses Perkembangan dan Reaksi Terhadap Kondisi HIV/ AIDS Proses perkembangan virus HIV dalam tubuh. Proses tersebut menurut Kaplan (1993); Sarafino (2006) adalah sebagai berikut: 1.
Munculnya tanda-tanda infeksi primer HIV akut (acut HIV infection).
2.
Seroconversion
3.
Penurunan sistem kekebalan
4.
Gejala yang lebih berat Kubler-Ross (dalam Sarafino, 2006) melakukan wawancara terhadap 2000
individu yang mengalami teminal illnes dan mengatakan bahwa penyesuaian individu biasanya mengikuti pola-pola yang dapat diprediksi dalam 5 tahapan yang tersusun secara hirarkhi. Tahapan tersebut adalah: 1. Denial Reaksi pertama untuk prognasa yang mengarah ke kematian melibatkan perasaan menolak mempercayainya sebagai suatu kebenaran. 2. Anger Penolakan akan segera menghilang dan muncul perasaan marah, dengan reaksi kemarahan yang tertuju pada orang-orang yang ada disekitarnya saat itu.
3. Bargaining Pada tahapan ini, orang tersebut berusaha mengubah kondisinya dengan melakukan tawar-menawar atau berusaha untuk bernegosiasi dengan tuhan, misalnya. 4. Depression Perasaan depresi muncul ketika upaya negosiasi tidak menolong dan orang tersebut merasa sudah tidak ada waktu untuk peluang lagi serta tidak berdaya. 5. Acceptance Orang dengan kesempatan hidup yang tidak banyak lagi akan mencapai penerimaan ini setelah tidak lagi mengalami depresi, teapi lebih merasa tenang dan siap menghadapi kematian. 3. Pengobatan Terhadap HIV/AIDS Menurut Sarafino (2006), sebagaian besar orang dengan HIV/AIDS yang mengalami lemahnya sistem kekebalan tubuh dan opportunistic infection, dapat ditangani efektif secara medis. Tetapi kadang kala orang yang terkena HIV/AIDS menjadi hipersensitif atau alergi terhadap pengobatan, dan hingga saat ini tidak ada terapi yang memungkinkan tubuhnya akan mampu mentolerir virus tersebut. Jika tidak ditangani, opportunistic infection ini dapat menyebabkan kematian kira-kira 3 tahun setelah didiagnosa mengalami AIDS. Penanganan utama terhadap AIDS melalui pengobatan yang disebut sebagai antiretroviral agents. Di pertengahan tahun 1980-an, obat utama bagi AIDS adalah AZT (azidothymidine) yang berfungsi untuk memperlambat reproduksi HIV pada tahapan awal. Selanjutnya di pertengahan tahun 1990-an berkembang obat antiretroviral baru yang disebut sebagai protease inhibitors, yang juga berfungsi untuk menangani reproduksi HIV dan secara dramatis mengurangi jumlah virus tersebut dalam banyak inveksi HIV yang dialami, tetapi tidak semuanya. (Sarafino, 2006). Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa anti-retroviral adalah suatu obat yang adapat digunakan untuk mencegah reproduksi retrovirus, yaitu virus yang terdapat pada HIV. Obat ini tidak untuk mencegah penyebaran HIV dari orang yang terinfeksi ke orang lain, tidak untuk menyembuhkan infeksi HIV dan juga tidak berfungsi untuk membunuh virus (agar tidak berkembang menjadi AIDS karena jika hal ini terjadi maka akan membuat kerusakan pada sel tubuh yang terkena infeksi virus tersebut).
Antiretroviral digunakan untuk memblokir atau menghambat proses reproduksi virus, membantu mempertahankan jumlah minimal virus di dalam tubuh dan memperlambat kerusakan sistem kekebalan sehingga orang yang terinfeksi HIV dapat merasa lebih baik/nyaman dan bisa menjalani kehidupan normal. 4. Konsep Stigma dan Diskriminasi Stigma adalah suatu proses dinamis yang terbangun dari suatu persepsi yang telah ada sebelumnya yang menimbulkan suatu pelanggaran terhadap sikap, kepercayaan dan nilai. Diskriminasi mengandung arti perlakuan tidak seimbang terhadap sekelompok orang, yang pada hakekatnya adalah sama dengan kelompok pelaku diskriminasi. Menurut Baron & Donn (2003) diskriminasi dapat berakar dari sikap implisit yang terpicu secara otomatis dan stereotip (sikap di mana individu tidak menyadarinya). Diskriminasi terhadap ODHA sering terjadi, khususnya dalam hal mendapatkan fasilitas kesehatan, di samping itu diskriminasi juga terjadi di lapangan pekerjaan dan pendidikan. ODHA seringkali diperlakukan tidak adil karena adanya ketakutan dari masyarakat untuk tertular penyakit tersebut, tidak semua RS (Rumah Sakit) mau menerima pasien yang terjangkit HIV DAN AIDS. Bentuk diskriminasi dari RS dan tenaga kesehatan adalah penolakan untuk merawat serta diskriminasi dalam pemberian perawatan sampai penolakan untuk memandikan jenazah. Perlakuan diskriminasi bisa terjadi di dalam keluarganya sendiri atau dalam masyarakat umum. 5. Konsep Dukungan Sosial Menurut Jacobson (dalam Orford, 1992), dukungan sosial adalah suatu bentuk tingkah laku yang menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa individu dihormati, dihargai, dicintai dan bahwa orang lain bersedia memberikan perhatian dan keamanan. Dukungan sosial dapat diperoleh seseorang dari berbagai sumber dalam suatu jaringan sosial yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan. Kaplan (1993) mengatakan dukungan sosial dapat diperoleh melalui individu-individu yang diketahui dapat diandalkan, menghargai, memperhatikan serta mencintai kita dalam suatu jaringan sosial.
Berdasarkan pendapat-pendapat di muka dapat dikatakan bahwa dukungan sosial tidak hanya berasal dari orang-orang terdekat yang selama ini telah dikenal oleh penderita seperti keluarga, teman, dan kerabat lainnya. Tetapi dukungan sosial juga dapat berasal dari orang lain seperti pekerja sosial yang berada di LSM, pendeta atau ulama, dan anggota komunitas tertentu yang selama ini tidak pernah dikenal oleh penderita. 6. Konsep HAM (Hak Asasi Manusia) Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat, bukan berdasarkan hukum positif yang berlaku, melainkan berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Manusia memilikinya karena ia manusia, dalam memahami hak asasi manusia termasuk bahwa hak itu tidak dapat dihilangkan atau dinyatakan tidak berlaku oleh negara. Negara dapat saja tidak mengakui hak-hak itu. Dengan demikian hak-hak asasi tidak dapat dituntut di depan hakim. Tetapi itulah yang menentukan hak-hak itu tetap dimiliki. Dan karena itu hak asasi harus tetap diakui. Tidak mengakui hak-hak yang dimiliki oleh manusia sebagai manusia itu menunjukkan bahwa dalam negara itu martabat manusia belum diakui sepenuhnya, itulah paham tentang hak asasi manusia. Secara umum, subtansi hukum memiliki potensi untuk berfungsi melindungi terhadap hak pengidap HIV/AIDS. Namun demikian, potensi perlindungan tersebut masih bersifat umum dan parsial. Seharusnya, perlindungan HAM bersifat komprehensif, partisipatif dan non diskriminasi. Prinsip ini sesuai dengan kedudukan setiap individu yang sederajat sebagai umat manusia dan memiliki kebaikan yang melekat (inherent) di dalam harkat dan martabatnya masing-masing, mengingat substansi hukum yang terkait dengan perlindungan hak pengidap HIV/AIDS masih parsial dan kadangkala terjadi perlakuan-perlakuan diskriminatif, maka pada masa yang akan datang perlu dibentuk undang-undang khusus yang mengatur tentang perlindungan hak pengidap HIV/AIDS.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris yang menggunakan data primer sebagai sumber data utamanya. Jenis Penelitian hukum empiris ini merupakan sebuah metode penelitian hukum yang berupaya untuk melihat hukum dalam artian yang nyata dan untuk meneliti bagaimana hukum bekerja di masyarakat. Penelitian hukum empiris sebagai penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data primer, yaitu data yang diperoleh peneliti dengan melakukan wawancara langsung kepada ODHA (Orang dengan HIV AIDS). Dalam penelitian hukum empiris ini, sumber data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden yakni subjek yang memberikan jawaban atas pertanyaan peneliti dalam wawancara yang berkait langsung dengan permasalahan hukum yang diteliti. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan melakukan teknik dokumentasi yakni dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia untuk menemukan data masa lalu yang berkaitan dan dapat mendukung objek yang akan diteliti, antara lain : (1) Peraturan Daerah, (2) Data pengidap HIV AIDS di Provinsi Gorontalo, (3) lain-lain yang dianggap perlu. Dalam penelitian ini penulis mengklasifikasikan teknik pengumpulan data kedalam tiga bagian, yakni Dokumentasi, Wawancara dan Observasi. Penulis mengidentifikasi
sejumlah dokumen/ arsip-arsip
yang dimiliki
oleh Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Gorontalo, Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Gorontalo serta Dinas Kesehatan Kota Gorontalo dan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo yang terkait dengan penelitian. Sedangkan untuk wawancara, peneliti menyusun suatu pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terkait permasalahan penelitian yakni wawancara (interview) dengan ODHA. Dan untuk Observasi, peneliti memilih Observasi dengan partisipasi terbatas, yakni peneliti terlibat hanya terbatas pada aktivitas objek yang mendukung data penelitian. Adapun Analisis data yang digunakan dalam penelitian empiris ini adalah dengan pendekatan kualitatif.
HASIL PENELITIAN 1. Perlindungan Hak ODHA ditinjau dari Perspektif HAM Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS tidak dapat dipisahkan dari aspek hukum dan hak Asasi manusia (HAM). Permasalahan pokok yang menyangkut hukum berkaitan dengan maraknya kasus HIV/ AIDS adalah bagaimana menyeimbangkan antara perlindungan kepentingan masyarakat dan
kepentingan
individu pengidap HIV dan penderita AIDS. Terdapat dua hak asasi fundamental yang berkaitan dengan epidemi HIV/ AIDS yaitu : hak terhadap kesehatan dan hak untuk bebas dari diskriminasi. Dibandingkan dengan hak terhadap kesehatan, jalan keluar dari masalah diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS ini jauh lebih kompleks dan sulit. Pada banyak kasus, penderita akhirnya bisa berdamai dengan kenyataan bahwa mereka memang mengidap HIV dan mungkin akan meninggal dengan dan karena AIDS. Akan tetapi penderitaan yang lebih parah justru dialami karena adanya stereotype yang dikenakan kepada mereka. Orang terinfeksi acap kali dihubungkan dengan orang terkutuk (amoral) karena perilakunya yang menyimpang dan memang harus menanggung penderitaan sebagai karma atas dosa-dosanya. Tidak hanya dalam bentuk stereotip tetapi di banyak tempat ditemukan pula berbagai pelanggaran HAM berupa stigmatisasi dan diskriminasi, bahkan juga penganiayaan dan penyiksaan. Berbagai pelanggaran HAM dan hukum sebagai yang tergambar di atas pada akhirnya merupakan fakta sosial yang menjadi bagian dari penderitaan orang terinfeksi bahkan merupakan penyebab sekunder/non medis bagi kematian mereka. 2. Hambatan yang didapatkan ODHA Dalam Mendapatkan Hak-haknya a. Stigma dan Diskriminasi Kepada ODHA Stigma berhubungan dengan kekuasaan dan dominasi di masyarakat. Pada puncaknya, stigma akan menciptakan ketidaksetaraan sosial. Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil yang didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang. Stigma dan diskriminasi terhadap orang-orang yang sudah terdeteksi mengidap HIV/AIDS yang menjadi penghalang bagi sebagian orang untuk menjalani tes HIV.
Stigma dan diskriminasi justru terjadi karena informasi HIV/AIDS yang disebarluaskan selama ini tidak akurat karena dibumbui dengan moral. Yang perlu dilakukan adalah memupus stigma dan diskriminasi terhadap orang-orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS dengan cara memberikan informasi yang akurat tentang cara-cara penularan HIV. Selain informasi HIV/AIDS yang tidak akurat karena dibalut dengan moral, dalam peraturan daerah (perda) pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pun pencegahan selalu dikatikan dengan moral serta ’iman dan taqwa’. Pengaitan itulah yang mendorong stigma dan diskriminasi karena dikesankan orang-orang yang mengidap HIV/AIDS adalah orang-orang yang tidak bermoral dan tidak mempunyai ’iman dan taqwa’. b. Dukungan Sosial Masalah yang timbul pada Orang Dengan HIV&AIDS bukan hanya dari infeksi virus, ada juga dampak-dampak sosial yang terjadi misalnya dijauhi teman, keluarga, maupun dari masyarakat luas. Hal yang sangat dibutuhkan oleh ODHA adalah dukungan sosial, sumber dukungan sosial dapat berasal dari keluarga, teman, dan petugas kesehatan. Dukungan sosial yang diberikan dapat berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informasi, dan jaringan sosial. Dukungan yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA menjadi lebih baik. Berdasarkan pengamatan peneliti, sebenarnya subjek penelitian telah menerima dukungan sosial dari banyak sumber seperti keluarga, pasangan, teman, konselor, dan dokter. Subjek peelitian juga menerima dukungan sosial seperti dukungan perhatian, dukungan informasi, dukungan instrumental, dan penilaian diri. Namun demikian masih banyak juga pihak-pihak yang belum bisa menerima keberadaan Odha. Masih banyak masyarakat yang memperlakukan Odha dengan kurang baik, seperti adanya perlakuan diskriminasi dan stigmatisasi negatif serta cenderung menghindari kontak sosial dengan Odha karena takut tertular HIV/AIDS. Bahkan tenaga medis ada juga yang masih melakukan deskriminasi, seperti ketika Odha masuk rumah sakit, Odha ditempatkan jauh dari pasien-pasien lainnya, serta Odha kurang mendapat perawatan yang baik seperti pasien-pasien yang lainnya. Namun demikian masih terdapat banyak tenaga medis yang dapat menerima dan memberi dukungan pada Odha.
PEMBAHASAN Setelah melakukan penelitian di Kota Gorontalo tepatnya di 9 Kecamatan yaitu Kota Barat, Kota Tengah, Kota Utara, Kota Selatan, Kota Timur, Kec Dungingi, Kec Hulodalangi, Kec Sipatana, Kec Dumbo Raya, dengan mengambil sebanyak 2 responden (penderita positif HIV-AIDS) pada masing-masing kecamatan yang ada di wilayah Kota Gorontalo dengan fokus quesioner pada hak hidup penderita HIV-AIDS serta stigma dan diskriminasi yang timbul atau dirasakan ketika hidup berdampingan bersama dengan masyarakat umum yang sebagian besar belum terlalu paham terhadap informasi HIV-AIDS. Berdasarkan hasil quesioner yang diedarkan, dapat disimpulkan bahwa masih banyak stigma dan diskriminasi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat terhadap ODHA. Hal ini membuktikan bahwa belum semua ODHA mendapatkan hak yang sama dengan masyarakat lain. Hal ini terjadi pada semua kecamatan yang menjadi lokasi dari penelitian saya, bahwa ditemukan masih banyak penderita positif HIV-AIDS tidak mendapatkan pelayanan yang sama dengan orang yang berstatus normal atau tidak mengidap HIV-AIDS, hal ini dapat dilihat melalui apabila ODHA pergi berobat ke dokter-dokter yang membuka praktek tidak semuanya bisa menerima atau melayani pasien positif HIV-AIDS dengan bawaan sakit diluar penyakit HIV-AIDS, begitupun pada lingkungan masyrakat yang ada di seluruh kecamatan yang ada di Kota Gorontalo belum bisa menerima secara terbuka penderita HIV-AIDS pada lingkungan mereka. Sekarang telah banyak orang dengan HIV yang mau terbuka dan mendampingi sesamanya, berbagi pengalaman dan saling membantu untuk mencegah. Justru sekarang yang diperlukan adalah sikap masyarakat umum yang harus mau berubah untuk melihat HIV-AIDS ini sebagai masalah serius dan masalah bersama. Hingga saat ini sikap dan pandangan masyarakat terhadap ODHA sangat buruk sehingga melahirkan permasalahan serta tindakan yang melukai fisik maupun mental bagi ODHA bahkan keluarga dan orang-orang terdekatnya. Sesungguhnya hak ODHA sama seperti manusia lain, tetapi karena ketakutan dan kekurangpahaman masyarakat, hak ODHA sering dilanggar. Salah satu bentuk intervensi untuk mengatasi perasaan tertekan/ stress yang dialami Odha ialah melalui dukungan sosial. Semakin tinggi tingkat dukungan sosial
yang diterima Odha, maka semakin tinggi kebermaknaan hidup yang dirasakan Odha. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang diterima Odha, maka semakin rendah pula kebermaknaan hidupnya. Menyadari bahwa permasalahan HIV/AIDS memiliki dampak ikutan luas di bidang hak asasi manusia maka diperlukan upaya perlindungan yang mampu menjamin tidak adanya diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS. Pemahaman permasalahan HIV/AIDS dari perspektif hak asasi manusia diharapkan akan menimbulkan suatu keseimbangan secara proporsional mengenai hak asasi manusia pengidap HIV/AIDS dan individu lainnya. Titik tumpunya pada batas hak dan kebebasan seseorang adalah hak dan kebebasan orang lain. Sehingga, titik persinggungan ini menciptakan suatu pemahaman atas pengakuan hak asasi manusia seseorang dalam segala bidang kehidupan. Pengidap HIV/AIDS adalah insan manusia seperti lainnya, sehingga ia pun mempunyai hak yang sama dengan yang lainnya.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dalam pembahasan sebagaimana pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan berkenaan dengan penelitian yang dikemas dalam judul “Perlindungan Hak ODHA ditinjau dari Perspektif HAM” sebagai berikut : 1. Perlindungan hak ODHA ditinjau dari prespektif HAM pada kenyataannya belum sepenuhnya memenuhi nilai-nilai hak asasi kemanusiaan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh perilaku aparat pelaksana yang terkait dengan perlindungan pengidap HIV/AIDS, misalnya di Rumah Sakit dan Lembaga Pemasyarakatan. Aparat pelaksana di dua lembaga tersebut cenderung bersifat diskriminatif. Selain itu pemahaman permasalahan HIV/AIDS dari perspektif hak asasi manusia diharapkan akan menimbulkan suatu keseimbangan secara proporsional mengenai hak asasi manusia pengidap HIV/AIDS dan individu lainnya. Titik tumpunya pada batas hak dan kebebasan seseorang adalah hak dan kebebasan orang lain. Sehingga, titik persinggungan ini menciptakan suatu pemahaman atas pengakuan hak asasi manusia seseorang dalam segala bidang kehidupan. 2. Hambatan yang di dapatkan ODHA dalam hal mendapatkan hak-haknya yakni adanya stigma dan diskriminasi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat terhadap ODHA. Hal ini membuktikan bahwa belum semua ODHA mendapatkan hak yang sama dengan masyarakat lain. Hal ini terjadi pada semua kecamatan yang menjadi lokasi dari penelitian saya, bahwa ditemukan masih banyak penderita positif HIVAIDS tidak mendapatkan pelayanan yang sama dengan orang yang berstatus normal atau tidak mengidap HIV-AIDS. Selain itu hambatan lainnya yang didapatkan ODHA ialah kurangnya Dukungan Sosial seperti dijauhi teman, keluarga, maupun dari masyarakat luas. Berdasarkan pengamatan peneliti, sebenarnya subjek penelitian telah menerima dukungan sosial dari banyak sumber seperti keluarga, pasangan, teman, konselor, dan dokter. Subjek peelitian juga menerima dukungan sosial seperti dukungan perhatian, dukungan informasi, dukungan instrumental, dan penilaian diri. Namun demikian masih banyak juga pihak-pihak yang belum bisa menerima keberadaan Odha. Masih banyak masyarakat yang memperlakukan Odha dengan kurang baik.
SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka di bawah ini peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu: 1. Menyadari bahwa permasalahan HIV/AIDS memiliki dampak ikutan luas di bidang hak asasi manusia maka diperlukan adanya upaya Pemerintah Pusat dalam menerbitkan Undang-undang atau Peraturan yang mampu menjamin aspek perlindungan dan penegakan hak asasi manusia terhadap ODHA dan bagi Pemerintah Daerah diharapkan perlu adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang perlindungan Hak Asasi Manusia terhadap ODHA. 2. Perlu adanya informasi yang lengkap dan benar kepada masyarakat agar supaya dapat menerima keberadaan ODHA dengan wajar dan tidak menghakimi mereka. Selain itu perlu adanya dukungan sosial dari masyarakat melalui komunitas peduli HIV/AIDS yang bisa merangkul para ODHA. Demikian juga pihak LSM dan pihakpihak lain yang terkait yang perhatian terhadap kesejahteraan Odha hendaknya lebih ditingkatkan lagi pemberian dukungan sosial kepada Odha, baik dukungan yang berupa dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan instrumental maupun dukungan penilaian/penghargaan. Karena dukungan sosial memberikan sumbangan cukup besar terhadap variabel kebermaknaan hidup. Selain itu, dukungan sosial dan kebermaknaan hidup juga masih berada dalam taraf sedang sehingga masih perlu ditingkatkan. 3. Bagi ODHA diharapkan dapat mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat khususnya kegiatan-kegitan yang ada di LSM, menambah wawasan tentang HIV/AIDS dengan cara mengikuti seminar, mengikuti penyuluhan, membaca dan lain-lain, sehingga nantinya dapat menjadikan persepsi ODHA terhadap HIV/AIDS menjadi positif, menjalani hidup lebih optimis, mampu mengembangkan diri dan mampu meningkatkan kualitas hidup. 4. Untuk peneliti selanjutnya, dianjurkan untuk menambah jumlah sampel yang lebih variatif dan dapat melibatkan lebih banyak variabel lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Aini, Nurul. 2011. Sosiologi dan Politik. Jakarta: Rajawali Pers Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Baron, R.A & Byrne. 1991. Sosial Psychology: Understanding Human Interaction. 6th USA: Allyn & Bacon Emery, R.E., Oltmanns, T.F. 2000. Essentials of Abnormal Psychology. New Jersey: Prentice Hall, Inc Kaplan, H.I., Sadock, B.I., Grebb, J.A. 1993. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri. Jilid dua, edisi ke tujuh. Jakarta: Binarupa Aksara Komisi Penanggulangan AIDS. 2006. Stop AIDS. Jakarta Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, ed. Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Murni, S., Green, W., Djauzi, S., Setiyanto, A., Okta, S. (2006). Hidup dengan HIV/AIDS. Jakarta: penerbit Yayasan Spiritia Murni, S., Green, W., Okta, S., Setyowati, S. 2006. Pasien Berdaya. Jakarta: penerbit Yayasan Spiritia Mulyana, D. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Narbuko, C & Achmadi, A. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara Nasir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Nasution, S. 1996. Metode Research (1 st ed). Jakarta: Bumi Aksara Nawawi, H. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press Muladi. 2004. Hak Asasi Manusia (Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat). Semarang: Rafika Aditama Orford, J. 1992. Community Psychology: Theory and practiceI. New York: John Wiley and Sons, Ltd Poerwandari, E. Kristi. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Prilaku Manusia Jakarta: Lembaga Pengembangan dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia
Prabowo, H. 1998. Pengantar Psikologi Lingkungan. Jakarta: Penerbit Universitas Gunadarma Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. 5th . New York: John Wiley & Sons, Inc Sheridan & Radmacher. 1992. Health Psychology: Challenging The Biomedical Model, Singapore: John Wiley & Sons, Inc Singarimbun, Masri. Efendi, Sofyan. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Ilmu Sosiologi. Jakarta : Lembaga penerbit Taylor, S.E. 2006. Health Psychology. 6 th. Boston: Mc Graw Hill Tjiptono, Fandy. 2004. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi UNAIDS. 2004. Hidup Bersama HIV/AIDS. Jakarta Yayasan Spiritia, 2006. Lembar Informasi tentang HIV/AIDS untuk ODHA. Jakarta: Yayasan Spiritia Internet http: // Wikipedia.org/HIV-AIDS/ http: // id.shvoong.com/society-and-news/fungsi-lembaga-KPA/ http: // jaringnews.com/stigma_dan_diskriminasi_ODHA/