JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF VOLUME 02, NOMOR 01
IBM MENGATASI KONFLIK HORIZONTAL DI DESA LABUAN SALUMBONE DAN DESA DALAKA Heru Wardoyo1), Syamsul Haling2) Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palu Email:
[email protected]
ABSTRAK Melalui program IbM ini akan dikembangkan program yang berbasis Life Skill yang dapat membuka langan kerja untuk mengantisipasi pengangguran dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Program ini berbasais pada potensi lokal yang belum banyak dikembangkan. Ketidakberdayaan masyarakat ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan dan kurang mampu mengakses teknologi khususnya Teknologi Tepat Guna (TTG). Untuk memberdayakan masyakat, maka program ini dilakukan dengan metode penyuluhan dan pelatihan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan learning by doing artinya belajar sambil kerja atau berusaha. Adapun pelatihan yang dikembangkan adalah pelatihan teknis yang meliputi: a. Pelatihan pembuatan aneka kerajinan lidi dari kelapa, b. Pelatihan pembuatan abon ikan, dan bakso ikan. Diharapkan melalui kegiatan ini masyarakat lebih berdaya dalam bidang ekonomi sehingga tidak lagi terjadi konflik di antara mereka. Adapun kelompok mitra yang terlibat dalam program IbM ini adalah sebanyak 2 kelompok, yaitu kelompok Life Skill kreatif dan kelompok Life Skill berdaya dengan jumlah masing– masing kelompok beranggotakan 10 orang. Diharapkan 20 orang ini dapat menyebarkan teknologi yang diperoleh dalam program IbM ini. A. PENDAHULUAN Kabupaten Donggala memiliki frekuensi bentrok antar warga atau lebih dikenal konflik horizontal. Di Kabupaten Donggala Kecamatan Labuan dan Kecamatan Sindue, dikategorikan sebagai kecamatan rawan konflik. Dari dua kecamatan tersebut selalu terjadi konflik yaitu Desa Dalaka di Kecamatan. Sindue dan Desa Labuan Salumbone di Kecamatan Labuan dikenal dengan konflik horizontal yang cukup tinggi. Ada dua desa yang sering konflik yaitu Desa Labuan Induk dengan Desa Salumbone. Konflik yang terjadi secara horizontal tersebut, berdasarkan hasil penelitian dan yang dilakukan tim pengabdi, disebabkan oleh faktor sosial dan ekonomi warga masyarakat setempat. Faktor tersebut meliputi unsurunsur, berikut ini; l) kebanggaan warga masyarakat dengan gelar jawara pada bentrok antar warga; 2) keyakinan terhadap adat-
istiadat yang kuat sehingga tidak loyal pada hukum positif; 3) tingkat pengangguran yang cukup tinggi, dan 4) tingkat kesejahteraan yang masih rendah. Upaya pencegahan dan penanggulangan konflik di wilayah Kabupaten . Donggala khususnya di daerah rawan konflik makin intensif dilakukan. Harmonisasi kehidupan bermasyarakat sedang digalakkan dengan pendekatan berbagai program. Program primadona yang sedang dilakukan pemerintah adalah menjalin komunikasi interaktif di masyarakat melalui program di bidang olah raga dan bidang keagamaan (harian mercusuar, edisi 5 Desember 2013). Melalui pertandingan dan perlombaan di bidang olahraga diharapkan masyarakat lebih sportif dan menghargai masyarakat lainnya. Sementara, dibidang keagamaan sering diadakan perayaan-perayaan hari besar agama dengan melibatkan masyarakat lintas dusun dan desa. 1
JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF VOLUME 02, NOMOR 01
Karakter masyarakat yang sangat menjunjung nilai-nilai kekeluargaan dan kekerabatan di Kabupaten. Donggala mempermudah terjadinya konflik. Ketika ada pertandingan dibidang olah raga yang menyinggung salah satu anggota kelompok warga dengan anggota kelompok warga lainnya, maka keluarga dan kerabat secara keseluruhan ikut dalam masalah tersebut. Kekerabatan dan kekeluargaan yang sangat bernilai seharusnya dapat menjadi hal positif untuk penanganan masalah konflik di Daerah Tanantovea, khususnya di Desa Labuan dengan Salumbone. Menurut Muliadi (2011) masalah pencegahan dan penanggulangan konflik antar kelompok masyarakat lebih banyak dilihat dari konteks kebijakan pembangunan dan sosial. Daerah pada saat ini menjadi fokus penanggulangan konflik antar kelompok masyarakat dalam peningkatan sumber daya manusia. Salah satu indikator peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mencapai pembangunan daerah adalah tingkat kejahatan yang rendah (Muliadi, 2012). Berdasarkan masalah sosial-ekonomi tersebut, maka ada dua hal yang mendapat perhatian khusus dalam hal ini, yaitu tingkat kesejahteraan dan karifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Labuan dan Desa Salumbone. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Desa Labuan dan Desa Salumbone adalah petani dengan tingkat kesejahteraan yang relatif rendah. Hal tersebut bertolak-belakang dengan potensi ekonomi wilayah tersebut. Lahan pertanian yang mereka punya masih luas dengan ketersediaan pengairan yang melimpah. Begitu pula dengan peternakan, lahan penggembalaan masih luas dengan tingkat kesuburan yang tinggi. Dengan demikian, dibutuhkan motivasi dan pengetahuan untuk pengelolaan hasil bumi yang mereka miliki, sehingga memberi manfaat ekonomis secara berkelanjutan. Sementara, kearifan lokal yang selayaknya dapat di arahkan ke perilaku membangun, sehingga ada rangsangan agar masyarakat tidak melakukan tindakan tercela
atau rnelakukan tindakan yang tidak terpuji (Muliadi, 2006). Dengan demikian, kekeluargaan dan kekerabatan dapat menjadi koorporasi yang memberi manfaat untuk peningkatan kesejahteraan secara simultan di masyarakat. Susanto (1979) mengatakan bahwa integrasi sosial atau kerukunan sosial tidak pernah terjadi secara sempurna dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu di dalam kehidupan masyarakat selalu terdapat benih - benih konflik yang sewaktu- waktu dapat meletus menjadi konflik sosial. Seiring dengan uraian di atas maka konflik itu tidak akan bisa dihindari, yang disebabkan berbagai faktor penyebab, namun konflik yang terjadi di Desa Labuan dengan Desa Salumbone dilatarbelakangi faktor pengangguran yang berdampak pada ekonomi. Oleh karena itu, melalui program IbM, akan dikembangkan program yang berbasis Life Skill yang dapat membuka langan kerja mengantisipasi pengangguran dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Berdasarkan data bahwa Desa Labuan Induk dan Desa Salumbone memiliki potensi yang hampir sama, yakni masing memiliki potensi di bidang kelautan dan potensi dibidang pertanian. Dalam program IbM ini kelompok sasaran adalah kelompok mitra yang dapat mewakili semua lapisan masyarakat. Kelompk mitra ini diberin nama kelompok life skill kreatif Desa Labuan Salumbone, sedangkan kelompok mitra dari D e s a Dalaka diberi nama kelompok life skill berdaya. Adapun jumlah anggota mitra sebanyak 20 orang yang dan masing kelompok mitra beranggotakan 10 orang. Adapun kegiatan life skill yang akan dikembangkan dalam program IbM yakni dibidang kelautan meliputi pembuatan abon ikan, bakso ikan, dan aneka kerajinan dari lidi kelapa, Ketidakberdayaan masyarakat untuk mengakses potensi lokal yang bernilai ekonomis tinggi ini, disebabkan oleh bebera faktor yakni faktor pengetahuan yang relatif rendah, faktor keterampilan yang terbatas,
2
JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF VOLUME 02, NOMOR 01
serta penguasaan teknologi yang masih rendah. Melalui sentuhan program IbM ini diharapakan kelompok mitra melalui kelompok sebagai sasaran pembinaan dapat berdaya melalui metode penyuluhana dan pelatihan. Pelatihan teknis pembuatan produk dan pelatihan non teknis yang meliputi manajemen kewirausahaan, penguatan kelompok sasaran dan strategi pemasaran. Pada tahap pasca pelatihan dilakukan pendampingan terhadap kelompok mitra untuk merintis usaha. Dengan sentuhan program IbM ini maka terjadi transfer pengetahuan, keterampilan serta penguasaan teknolgi kususnya Teknologi Tepat Guna (TTG). Diharapkan kelompok mitra akan berdaya sehingga mampu mengembangkan usaha yang menciptakan lapangan kerja, pada akhirnya pendapatan kelompok mitra akan bertambah. Kelompok mitra dalam program IbM ini yang diwakili oleh 2 kelompok dalam pengembangan usahanya karena semua alat pelatihan akan disimpan di kelompok mitra untuk pengembangan usaha. Selain alat akan diberikan pula biaya stimulan sebagai biaya operasional untuk memulai usaha yang dirintis. Dengan kondisi seperti ini kelompok mitra akan berdaya karena masih didampingi oleh penyelenggara sampai kegiatan usaha berjalan dan akan dilepas secara berlahanlahan. Ada beberapa permasalahan yang mendasar yang dialami kelompok mitra yaitu: kurang berdayanya kelompok mitra karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki dalam hal pengolahan ikan yaitu pembuatan abon ikan dan bakso ikan; kurang berdayanya kelompok mitra karena kurang memilki keterampilan dan penguasaan teknologi khususnya teknologi tepat guna dalam hal pembuatan abon ikan dan bakso ikan; serta sampah lidi kelapa belum dapat diolah memenjadi produk yang bernilai ekonomis. B. METODE Metode yang
dikembangkan
dalam
program IbM ada dua hal yaitu: a. Metode Penyuluhan Metode penyuluhan merupakan salah satu metode yang akan dikembangkan dalam program IbM. Metode penyuluhan ini sangat penting pada anggota kelompok mitra untuk menambah pengetahuan sehingga terjadi perubahan kognitif. Artinya pola pikir yang dirubah terlebih dahulu untuk memudahkan proses kegiatan IbM selajutnya. Bentuk penyuluhan dapat dilakukan melalui antarpersonal secara tatap muka. Selain itu bisa dilakukan secara kelompok, atau melalui media. Metode ini juga sebagai ajang sosialisasi program. b. Metode Pelatihan Metode pelatihan yang dikembangkan dalam program IbM ini meliputi dua bentuk pelatihan yaitu: 1) Pelatihan teknis Pelatihan teknis pembuatan pengolahan ikan yang meliputi pembuatan abon ikan dan bakso ikan. Kegiatan ini sangat tepat dilakukan karena desa ini penghasil ikan, tetapi keterampilan yang dimiliki masyarakat khususnya bagi perempuan dalam pengolahan ikan masih sangat rendah. Bahan yang digunakan untuk pembuatan bakso dan abon ikan antara lain : daging ikan, daun sereh, tapioka, lengkuas, bawang putih, jahe, bawang merah , minyak kelapa, merica bubuk, es batu, garam, royco, STTP, gula merah, ketumbar. Alat yang digunakan dalam pembuatan abon ikan dan bakso ikan adalah : kompor gas siller, ember dan baskom, kukusan dan wajan, gelas ukur, timbangan, plastik alumunium foil. 2) Pelatihan Non Teknis Pelatihan non teknis ini, yang akan dikembangkan adalah berhubungan dengan permasalahan kelompok mitra. Sehubungan dengan itu maka materi kegiatan yang akan dibahas dalam pelatihan non teknis yaitu yaitu sebagai
3
JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF VOLUME 02, NOMOR 01
berikut: a. Prospek bakso ikan dan abon ikan serta strategi permasaran dalam pengembangan usaha b. Penguatan kelembagaan kelompok mitra c.Pengembangan kewirausahaan berbasis Islam PENDEKATAN Untuk mengembangkan program IbM bagi pembuat minyak kelapa yang berkelanjutan maka dalam program IbM maka dikembangkan pendekatan yang dinamakan Learning by doing artinya belajar sambil bekerja/berusaha. Pendekatan ini sangat penting untuk pengembangan usaha. Untuk mewujukan pendekatan ini dilaksanakan beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1) Pendampingan (Pasca Pelatihan) Agar program IbM ini berkelanjutan dilakukan pendampingan terhadap kelompok mitra baik teknis maupun non teknis. Ada beberapa hal yang dilakukan dalam proses pendampingan yaitu sebagai berikut: a. Pembelajaran kelompok Sebelum pembelajaran kelompok dimulai maka yang perlu dilakukan awal adalah persiapan peralatan dan bahan atau sarana pembelajaran, oleh karena itu dilakukan penyerahan bantuan stimulan sebagai dana oporasional. Setelah bahan dan alat atau sarana pembelajaran siap maka dilakukan pembelajaran, yang didampingi oleh penyelenggara atau pendamping khusus. Pembelajaran kelompok ini dilaksanakan di masing-masing kelompok mitra yaitu Kelompok Mitra Mawar dan kelompok Mitra Melati. Pembelajaran di kelompok ini merupakan suatu proses untuk menguji keterampilan yang diterima dari pelatih. Pembelajaran di kelompok ini akan dilaksanakan berulang-ulang kali sebagai proses pembelajaran. Proses pembelajaran di kelompok ini pada dasarnya sudah menghasilkan produk yang akan dijual ke pasaran. Pendekan inilah yang dinamakan learning by doing artinya
belajar sambil bekerja. Proses pembelajaran di kelompok ini didampingi oleh pendamping khusus diluar penyelenggara. Kegiatan pembelajaran merupakan cikal bakal usaha yang akan dikembangkan oleh anggota kelompok masing-masing. Selanjutnya dalam proses pembelajaran kelompok ini sudah dilaksanakan proses pembukuan keuangan kelompok karena sudah terjadi proses penjualan produk. b.Proses pemasaran Hasil pembelajaran kelompok merupakan produk awal berupa minyak kelapa dari kelompok mitra dari program IbM. Oleh sebab itu produk yang dihasilkan dalam pembelajaran sudah merupakan penghasilan dari usaha kelompok mitra. Dengan terkumpulnya produk tesebut maka perlu dipasarkan atau dijual. Proses penjualan atau pemasaran produk ini didampingi oleh pendamping dalam program ini. 2) Monitoring dan Evaluasi Selain pendampingan dilakukan monitoring dan evaluasi sebagai salah satu bentuk pembinaan. Dalam pelaksanaan program IbM ini akan dilakukan monitoring dan evaluasi program kegiatan di lapangan atau diintitusi. Lembaga yang akan melakukan monitoring penyenggaraan program yaitu Rektor dan LPPM Universitas Muhammadiyah Palu, Kopertis Wilayah IX, dan DP2M Dikti. Dalam penyelenggaraan IbM pihak LPPM dan Rektor Universitas Muhammadiyah Palu melakukan kunjungan lapangan untuk melihat proses pelaksanaann program IbM. DP2M melakukan monitoring dan evaluasi biasanya dua kali yaitu pada saat pertengahan dan pada saat akhir tahun anggaran. Monitoring dan evaluasi pertengahan dilakukan ditingkat provinsi yang biasanya dikumpulkan oleh salah satu Universitas penerima di Sulawesi Tengah. Setiap penerima
4
JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF VOLUME 02, NOMOR 01
mempresentasekan hasil kegiatannya yang dibuktikan produk fisik. Selain itu dilakukan pula kunjungan lapangan. Selanjutnya monitoring dan evaluasi di akhir tahun biasanya dilaksanakan di Makassar yang dihadiri penerima dana IbM di Kawasan Indonesia Timur. Bentuk Evaluasinya yaitu presentasi perkembangan hasil akhir kegiatan
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Program IbM dilaksanakan di dua desa yang berdampingan di Kecamatan yang berbeda yang pernah terjadi konflik antar penduduk. Saat ini sudah terjadi pembauran atau terintegrasi antara kedua warga masyarakat Desa Dalaka dan masyarakat Desa Labuan Salumbone. Desa Dalaka dari Kecamatan Sindue merupakan desa pertama yang dimasuki dari arah Palu, sedangkan Desa Labuan Salumbone merupakan Desa yang terakhir dari kecamatan Labuan. Konflik horizontal yang terjadi di Desa Dalaka dan Desa Labuan Salumbone dimasa yang lalu disebabkan oleh faktor pengangguran dan tingkat ekonomi yang rendah. Seiring dengan uraian ini maka memalui program ini dikembangkanlah berapa kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus menanggulangi pengangguran. Kegiatan yang dikembangkan ini mengarah pada peningkatan keterampilan (life skill) yang berbasis potensi lokal. Kegiatan program IbM ini dikembangkan melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut sebagai sebgai berikut: 1. Tahap Persiapan Kegiatan persiapan ini meliputibeberapa kegiatan yaitu sebagai berikut: a. Kegiatan Pertemuan Tim Pelaksana Kegiatan persiapan tim pelaksana dilakukan pada tanggal 26 April 2016 sebagai tahap persiapan tim pelaksana. b. Kegiatan Keordinasi dengan Kades dan Sosialisasi program Kegiatan koordinasi dengan Kades Dalaka dan Labuan Salumbone banyak
dilakukan melalui Telpon. Setelah dilakukan koordinasi disepakati sosialisasi program IbM pada tanggal 20 Mei 2016. 2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Program IbM Ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan melalui program IbM ini yaitu sebagai berikut: a. Pelatihan Pelatihan Kerajinan lidi kelapa. Usaha kerajinan lidi kelapa merupakan salah satu program yang dikembangkan dalam kegiatan IbM Labuan Salumbone Kecamatan Labuan yang merupakan wilayah yang mempunyai potensi kelapa yang cukup banyak. Kegiatan pelatihan kerajian lidi kelapa ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada tanggal 2 sampai 3 Juni 2016 bertempat d i Desa Labuan Salumbone karena potensi kelapa bukop banyak sedangkan di desa Dalaka tidak dilaksanakan karena desa ini tidak banyak memiliki kelapa. Kegiatan pelatihan dapat dilihat pada Gambar 1. dan 2
Gambar 1. Kegiatan pelatihan pemanfaatan lidi kelapa dibuka oleh kepala Desa Labuan Salumbone
Gambar 2. Pembuatan kerajinan dari lidi kelapa
5
JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF VOLUME 02, NOMOR 01
b. Pelatihan abon ikan dan bakso ikan Kegiatan pelatihan program IbM yang dikembangkan yaitu pelatihan abon ikan dan bakso ikan yang dilaksanakan di dua desa yaitu Desa Dalaka dan Desa Labuan Salumbone. Kegiatan tersebut dilaksanakan berdasarkan potensi sumber daya alam yang mendukung yaitu penghasil ikan. Program IbM ini merupakan kegiatan dalam bidang perikanan yang meliputi kegiatan pelatihan pembuatan abon ikan dan bakso ikan yang diselenggarakan pada tanggal 14 dan 15 Juli 2016 di Desa Dalaka. Pelatihan pembuatan abon ikan dan bakso ikan dapat di lihat pada Gambar 3,4,5 dan 6.
Gambar 5. Kegiatan pelatihan pembuatan abon ikan
Gambar 6. Kegiatan pelatihan pembuatan bakso ikan
Gambar 3. Kegiatan pelatihan pembuatan abon ikan
Gambar 4. Pelatihan Pembuatan Bakso Ikan
Kegiatan pelatihan pembuatan abon ikan dan bakso ikan di Desa Labuan Salumbone dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17 Juli 2016.
D. KESIMPULAN 1. Kegiatan program IbM terjadi proses peralihan pengetahuan, keterampilan dan tehnologi khususnya teknologi tepat guna (TTG). 2. Sasaran pembinaan yang dilakukan guna mengatasi konflik horizontal di Desa Labuan Salumbone dan Desa Dalaka, melalui metode pelatihan teknis pembuatan produk dan pelatihan non teknis yang meliputi manajemen kewirausahaan, melalui pengembangan usaha dengan menciptakan lapangan kerja, maka pertikaian dan konflik horizontal dapat diminimalisasi, perhatian masyarakat dapat teralihkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan mendatangkan nilai guna bagi kehidupan mereka. 3. Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan merupakan salah satu metode yang sangat penting untuk menambah pengetahuan, sehingga terjadi perubahan kognitif, artinya pola pikir yang dirubah terlebih dahulu untuk memudahkan proses kegiatan IbM selanjutnya. 6
JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF VOLUME 02, NOMOR 01
.
REFERENSI Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2012, Sindua Tobata dalam Angka, Donggala Harian Mercusuar, 2013. Komunikasi interaktif di masyarakat, Edisi 5 esember 2013. Palu. Kartasasmita , G. 1996. Pembangunan untuk Rakyat. Jakarta Pustaka. Cidesindo Muliadi, S. 2006. Pembangunan Hukum di Indonesia Sebagai Basis PeningkatanKualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Jurnal Inspirasi. No. 35,Vol. 86. FH-UNTAD. Palu. Muliadi, S. 2011. Peran Stakeholder Pada PeMbinaan di Pemasyarakatan. Jurnal Inspirasi. No. 35. Vol. 86. FH-UNTAD. Palu. Muliadi, S. 2012. Pembangunan Hukum Di Indonesia Sebagai Basis PeningkatanKualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Disertasi belum dipublikasikan. Makassar.
7
JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF VOLUME 02, NOMOR 01
8