Jurnal DIANMAS, Volume 5, Nomor 1, April 2016
IbM PEDAGANG JAMU GENDONG DI DESA SUMBERSARI WONOLOPO Wikanastri Hersoelistyorini1), Siti Aminah2), dan Diana Hardiyanti3) 1,2)
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang 3) Fakultas Budaya dan Bahasa Asing, Universitas Muhammadiyah Semarang Jl. Kedung Mundu Raya no. 18 Semarang Korespondensi :
[email protected] Abstrak Jamu gendong merupakan obat tradisional asli Indonesia, yang merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia dan banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Namun demikian, karena proses pembuatan jamu gendong yang hanya menggunakan alatalat sederhana yang kurang memperhatikan tingkat sanitasi dan higiene, menyebabkan produk jamu yang dihasilkan kurang memenuhi kualitas maupun kuantitas. Sebagai mitra kegiatan IbM adalah 2 (dua) orang pedagang jamu gendong asal desa Sumbersari Wonolopo Mijen Semarang yaitu bapak Kholidi dan bapak Sumeni. Metode kegiatan IbM dilakukan melalui penyuluhan , pelatihan, brainstorming, dan pendampingan dalam pengelolaan usaha jamu gendong yang baik, pengembangan produk jamu gendong cair dalam kemasan plastik yang memenuhi syarat sanitasi dan higiene yang baik, serta pelatihan tentang teknik pengolahan jamu gendong menjadi jamu instan. Melalui program IbM ini telah dilakukan introduksi proses pengolahan jamu gendong menjadi minuman instan yang praktis dan higienis serta memiliki usia simpan yang lama. Untuk mendorong peningkatan kapasitas produksi dan kualitas jamu gendong, melalui program IbM ini, telah dilakukan perbaikan dalam proses produksi jamu gendong mitra, meliputi penyuluhan dan pelatihan pengolahan jamu gendong yang baik serta pengenalan alat penghancur empon-empon dan alat penepung mekanik. Kata Kunci : jamu gendong, jamu instan, dan wonolopo
A. PENDAHULUAN Jamu gendong merupakan obat tradisional yang telah dikenal masyarakat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Obat tradisional ini merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia dan banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Pembuatan jamu gendong sebagai obat tradisional didasarkan pada pengalaman secara turun termurun berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yang diwariskan nenek moyang. Keaslian racikan turun temurun obat tradisional jamu gendong ini masih tetap lestari sampai sekarang. Sebagai salah satu kekayaan budaya asli Indonesia, jamu gendong patut dilestarikan. Selama ini, jamu gendong sangat identik dengan sesuatu yang kuno, murah, dan hanya untuk kalangan ekonomi bawah. Hal ini dikarenakan, proses pembuatan jamu gendong hanya menggunakan alat-alat sederhana yang kurang memperhatikan tingkat sanitasi dan higiene, sehingga produk jamu yang dihasilkan kurang memenuhi kualitas maupun kuantitas. Beberapa penelitian jamu gendong yang telah dilakukan diantaranya adalah : 1) Mulianingsih (2008), menyimpulkan bahwa hampir semua jamu gendong jenis pahitan, beras kencur, dan kunir asam yang diproduksi di Pedalangan Banyumanik Semarang, tidak memenuhi persyaratan SNI 192897-1992 dan Kep.02/MENKLH/I/1998, sehingga perlu adanya pembinaan dari instansi terkait agar pembuatan jamu gendong dapat menghasilkan jamu gendong yang memenuhi persyaratan kesehatan; 2) Muliadi (2010), menyarankan bahwa pemerintah perlu menyelenggarakan program pemberdayaan atau penyuluhan kepada para pengrajin jamu gendong mengenai sanitasi dan higiene dalam proses peracikan jamu gendong di kota Malang; 3) Nurrahman, dkk. (2010), menyimpulkan bahwa jamu gendong yang diproduksi di Kedung Mundu Tembalang Semarang, sebanyak 66,7% tidak memenuhi persyaratan Permenkes RI No. 61/MENKES/SK/VII/1994 dan sebanyak 88,3% tidak memenuhi persyaratan Permenkes RI Wikanastri Hersoelistyorini, Siti Aminah, Diana Hardiyanti
35
IbM Pedagang Jamu Gendong di Desa Sumbersari Wonolopo tahun 1992 tentang Prosedur Operasional Baku Pengujian Mikrobiologi Total Koliform pada Jamu Gendong Cair; 4) Sutopo, dkk. (2012), menyarankan bahwa perlu diberikan peningkatan pengetahuan kepada penjual jamu gendong di kabupaten Karanganyar Solo tentang pembuatan jamu yang higienis serta sanitasi lingkungan melalui penyuluhan dan pelatihan, serta perlu peningkatan pengawasan dan pembinaan oleh instansi terkait untuk meningkatkan kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan penelitian tentang jamu gendong di beberapa wilayah di Indonesia, dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas pengolahan jamu gendong kurang memenui standar sanitasi dan higiene yang baik. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan keterbatasan modal yang dimiliki oleh para pedagang jamu gendong di Indonesia. Sumbersari merupakan desa yang terletak di kelurahan Wonolopo kecamatan Mijen Semarang. Desa ini telah lama dikenal sebagai “kampung jamu” karena hampir 40 persen dari kurang lebih 115 kepala keluarga berprofesi sebagai penjual jamu gendong keliling (Suara Merdeka). Sebagai mitra kegiatan IbM adalah 2 (dua) orang pedagang jamu gendong asal desa Sumbersari yaitu bapak Kholidi dan bapak Sumeni. Gambaran latar belakang kedua mitra program IbM, sebagai berikut : 1) Usia bapak Kholidi 51 tahun dan bapak Sumeni 43 tahun; 2) Kedua mitra beralamatkan di desa Sumbersari RT 02 RW 10 Wonolopo Mijen Semarang; 3) bapak Kholidi memulai usaha jamu pada tahun 1990, sedangkan bapak Sumeni baru memulai usaha pada tahun 2000, karena melanjutkan usaha orang tuanya; 4) Jenis jamu yang diproduksi antara lain : beras kencur, kunyit asam, gula asam, cabe puyang, temu lawak, dan sambiloto; 5) Pengolahan jamu masih menggunakan alat tradisional seperti : lumpang, alu, dan penggiling empon-empon tradisional/manual, yang mengakibatkan kapasitas produksi jamu menjadi terbatas; 6) Keterbatasan modal mengakibatkan : kapasitas produksi terbatas, yaitu sekitar 20 sampai 50 Liter/hari, dan untuk mejalankan usahanya, mitra hanya dibantu oleh keluarga/istri; 7) Keterbatasan pengetahuan mitra tentang pengolahan jamu yang higienis dengan sanitasi yang baik, menyebabkan usia simpan produk jamu gendong yang dihasilkan tidak mencapai satu hari, sehingga selesai diproduksi, maka jamu harus segera dipasarkan; 8) Usia simpan jamu yang tidak lama menyebabkan wilayah pemasaran juga menjadi terbatas, hanya menjangkau wilayah kecamatan Mijen dan sekitarnya; 9) Jamu dikemas dalam botol ukuran 1 liter dan jerigen ukuran 5 liter, kemudian dipasarkan berkeliling menggunakan sepeda motor yang telah modifikasi atau dijajakan di pasar tradisional Ngalian Semarang; 10) Takaran untuk pembeli digunakan gelas belimbing atau dimasukkan dalam botol plastik bagi yang berkeinginan jamu dibawa pulang, 11) Kedua mitra belum pernah mengikuti penyuluhan dan pelatihan tentang cara pengolahan jamu gendong yang memenuhi standar sanitasi dan higiene yang baik; 12) Penyuluhan yang pernah diikuti oleh mitra adalah penyuluhan tentang bahaya pemakaian obat kimia pada produk jamu, yang diadakan oleh Badan POM Semarang. Peluang pasar jamu gendong mitra, sebenarnya masih luas. Hal ini dibuktikan banyaknya permintaan untuk memasarkan jamu di kantor-kantor pemerintah maupun swasta. Hanya saja karena keterbatasan modal dan sumber daya manusia, teknologi pengolahan dan pengemasan jamu yang masih sederhana, dan daya tahan produk jamu gendong yang terbatas, maka mitra belum dapat memenuhi permintaan pasar tersebut. Karena itu, bapak Kholidi dan bapak Sumeni layak dijadikan mitra dalam program IbM ini. Berdasarkan analisis situasi yang dipaparkan, tim IbM Universitas Muhammadiyah Semarang berinisiatif mengambil peranan aktif untuk membantu mitra dalam mengembangkan usaha jamu gendong, antara lain : melalui penerapan ipteks pengolahan jamu gendong cair dalam kemasan plastik yang memenuhi syarat sanitasi dan higiene yang baik, penerapan ipteks dalam pengembangan produk jamu gendong cair menjadi jamu instan, dan penerapan manajemen pengelolaan usaha, keuangan, dan pemasaran yang baik.
36
Wikanastri Hersoelistyorini, Siti Aminah, Diana Hardiyanti
Jurnal DIANMAS, Volume 5, Nomor 1, April 2016 B. SUMBER INSPIRASI Aspek produksi dan aspek manajemen yang dapat dikaji dari usaha jamu gendong kedua mitra, antara lain : 1. Aspek Produksi Hambatan utama yang dihadapi mitra dalam meningkatkan kapasitas produksi adalah masih digunakannya alat-alat tradisional seperti lumpang, alu, dan penggilingan empon-empon yang masih manual. Penggunaan peralatan pengolah jamu yang masih tradisional ini, berdampak pada kapasitas produksi jamu menjadi kurang maksimal. Disamping itu, dalam mengolah jamu gendong diketahui bahwa mitra kurang menerapkan standar sanitasi dan higiene yang baik. Meskipun ada sisi positif dari mitra dalam mengolah jamu, yaitu mitra menghindari memakai bahan kimia tambahan, sehingga produk jamu hanya tahan disimpan selama kurang dari satu hari. Berikut adalah penjelasan kegiatan produksi jamu gendong mitra : 1. Dalam proses produksinya mitra mulai berproduksi pada pukul 03.00 dini hari dan pada hari itu juga produk jamu gendong yang dihasilkan harus dipasarkan sampai habis, 2. Dapur produksi masih bercampur dengan dapur keluarga, 3. Dapur produksi sering dikunjungi oleh binatang (kucing), 4. Pembuatan jamu kunyit asam menggunakan ekstrak kunyit segar (tanpa dimasak) meskipun disedu dengan air matang, sehingga dimungkinkan tinggi kontaminan, dan 5. Pencucian botol kaca kemasan kurang memenuhi standar kebersihan dan tidak dilakukan pembilasan dengan air panas.Pola produksi ini dilakukan terus menerus sejak awal usaha jamu berdiri, bahkan sampai sekarang dan merupakan tradisi yang turun temurun. 2. Aspek Manajemen Meskipun usaha jamu telah dilakukan selama puluhan tahun, manajemen usaha yang diterapkan mitra masih tradisional, dimana tidak ada pemisahan antara pengelolaan keuangan usaha dengan keuangan pribadi, hal ini mengakibatkan investasi untuk memodernisasi alat-alat produksi sulit dilakukan. Dalam menjalankan usahanya, dari penyiapan bahan baku, produksi, dan pemasaran jamu dilakukan sendiri oleh mitra bersama istrinya, sehingga pada usaha jamu mitra tidak terjadi pengembangan sumber daya manusia (SDM), baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini berdampak pada sulitnya mitra menambah kapasitas produksi, sehingga tingginya permintaan pasar, tidak dapat mitra penuhi. Usaha jamu hanya dilakukan sebatas dapat memenuhi kebutuhan keluarga saja. Dari permasalahan yang dihadapi mitra, persoalan prioritas yang disepakati untuk diselesaikan selama pelaksanaan program IbM adalah : 1. Diperlukan penyuluhan tentang pengolahan jamu gendong dalam kemasan plastik yang menarik dan memenuhi standar sanitasi dan higiene yang baik, 2. Diperlukan penyuluhan tentang pengembangan produk jamu gendong menjadi jamu instan, untuk mengantisipasi usia produk jamu cair yang terbatas, 3. Adanya keterbatasan pendidikan dan ekonomi mitra, perlu ditanggulangi melalui pelatihan produksi jamu gendong cair dalam kemasan botol plastik dan pelatihan produksi jamu instan melalui metode participatory learning dengan prinsip learning by doing6, 4. Diperlukan pelatihan pengelolaan manajemen keuangan yang baik dalam upaya pengembangan usaha jamu gendong mitra, 5. Diperlukan manajemen pemasaran produk jamu yang baik untuk memenuhi peluangpeluang pasar produk jamu gendong yang masih luas, 6. Diperlukan pengadaan dan pelatihan penggunaan alat penghancur empon-empon dan penepung mekanik, agar kapasitas produksi jamu bisa ditingkatkan.
Wikanastri Hersoelistyorini, Siti Aminah, Diana Hardiyanti
37
IbM Pedagang Jamu Gendong di Desa Sumbersari Wonolopo C. METODE Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan mitra adalah menggunakan strategi pelatihan pengolahan jamu gendong dalam kemasan plastik yang memenuhi standar sanitasi dan higiene yang baik dan diversifikasi jamu gendong cair menjadi jamu instan, dengan metode pendekatan participatory learning dengan menekankan prinsip learning by doing6, dalam penyelenggaraan “usaha jamu gendong dalam kemasan plastik dan jamu gendong instan”, melalui penyuluhan, pelatihan,brainstorming, danpendampingan. Metode pelaksanaan dalam bentuk kegiatan sebagai solusi pemecahan persoalan prioritas yang disepakati oleh mitra dan tim program IbM dijabarkan pada Tabel 1, berikut : Tabel 1. Permasalahan Mitra dan Metode Pendekatan yang Ditawarkan No
Permasalahan Mitra
Metode Pendekatan yang Ditawarkan
1
Diperlukan penyuluhan tentang pengolahan jamu gendong dalam kemasan plastik yang menarik dan memenuhi standar sanitasi dan higiene yang baik. Diperlukan penyuluhan tentang pengembangan produk jamu gendong menjadi jamu instan, untuk mengantisipasi usia produk jamu cair yang terbatas. Adanya keterbatasan pendidikan dan ekonomi mitra, perlu ditanggulangi melalui pelatihan produksi jamu gendong cair dalam kemasan botol plastik dan pelatihan produksi jamu gendong instan melalui metode participatory learning dengan prinsip learning by doing
Penyuluhan tentang pengolahan jamu gendong dalam kemasan plastik yang menarik dan memenuhi standar sanitasi dan higiene yang baik.
2
3
4
5
38
Penyuluhan tentang diversifikasi produk jamu gendong menjadi jamu instan, untuk mengantisipasi usia produk jamu cair yang terbatas.
Pelatihan dan pendampingan produksi jamu gendong cair dalam kemasan botol plastik dan pelatihan produksi jamu gendong instan dengan metode pendekatan participatory learning dengan menekankan prinsip learning by doing melalui penyuluhan, pelatihan,brainstorming,dan pendampingan serta pelatihan pengemasan jamu instan menggunakan alat sealer. Diperlukan penyuluhan dan pelatihan Penyuluhan dan pelatihan manajemen pengelolaan manajemen usaha, pengelolaan usaha, keuangan, dan keuangan, dan pemasaran yang baik pemasaran jamu gendong yang baik. dalam upaya pengembangan usaha jamu gendong mitra Diperlukan pengadaan alat penghancur Teknologi yang dikenalkan adalah empon-empon dan penepung mekanik, penggunaan alat penghancur empon-empon agar kapasitas produksi jamu bisa dan penepung mekanik. ditingkatkan.
Wikanastri Hersoelistyorini, Siti Aminah, Diana Hardiyanti
Jurnal DIANMAS, Volume 5, Nomor 1, April 2016 D. KARYA UTAMA Karya utama program IbM ini adalah produk jamu gendong cair yang higienis, produk jamu instan, dan analisis usaha jamu gendong. Pelaksanaan program IbMdilakukan melalui penyuluhan, pelatihan, brainstorming ke UKM jamu instan di Ungaran Kabupaten Semarang, dan pendampingan. Jenis kegiatan, tujuan dan luaran kegiatan, diuraikan pada Tabel 2. Tabel 2 . Jenis, Tujuan, dan Luaran Kegiatan No
Kegiatan
Tujuan Kegiatan
Luaran yang Dihasilkan
1
Penyuluhan tentang pengolahan jamu gendong dalam kemasan plastik yang menarik dan memenuhi standar sanitasi dan higiene yang baik. Penyuluhan tentang diversifikasi produk jamu gendong menjadi jamu gendong instan, untuk mengantisipasi usia produk jamu cair yang terbatas.
Mitra mengerti tentang teknik pengolahan jamu gendong dalam kemasan plastik yang menarik dan memenuhi standar sanitasi dan higiene yang baik. Mitra mengerti tentang teknik diversifikasi/pengembang an produk jamu gendong menjadi jamu gendong instan, untuk mengantisipasi usia produk jamu cair yang terbatas. • Mitra dapat memproduksi jamu gendong cair dalam kemasan botol plastik yang menarik dan higienis. • Mitra dapat memproduksi jamu gendong instan dengan kemasan yang menarik.
Materi pelatihan (diagram alir pebuatan jamu gendong cair)
Mitra mampu mengelola usaha jamu gendong dan mampu mengelola keuangan usaha, serta pemasaran dengan baik. Mitra mampu mengoperasikan alat penghancur emponempon dan penepung mekanik.
Buku administrasi pengelolaan usaha, keuangan, dan pemasaran.
2
3
4
5
Pelatihan dan pendampingan produksi jamu gendong cair dalam kemasan botol plastik dan pelatihan produksi jamu gendong instan dengan metode pendekatan participatory learning dengan menekankan prinsip learning by doing melalui penyuluhan, pelatihan, brainstorming, dan pendampingan dalam produksi jamu gendong cair dalam kemasan botol plastik yang menarik dan higienis dan pelatihan produksi jamu instan, serta pelatihan penggunaan alat pengemas sealer. Penyuluhan dan pelatihan manajemen pengelolaan usaha, keuangan, dan pemasaranjamu gendong yang baik. Pengenalan teknologi alat penghancur empon-empon dan penepung mekanik.
Wikanastri Hersoelistyorini, Siti Aminah, Diana Hardiyanti
Materi pelatihan (diagram alir pembuatan jamu instan)
• Produk jamu gendong cair dalam kemasan plastik yang menarik dan higienis • Produk jamu gendong instan dengan kemasan yang menarik
Pengadaan alat penghancur empon-empon dan penepungmekanik beserta pelatihan penggunaannya.
39
IbM Pedagang Jamu Gendong di Desa Sumbersari Wonolopo Dokumentasi pelaksanaan kegiatan dijabarkan pada Gambar 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 berikut :
Gambar 1. Penyuluhan Pengolahan Jamu yang Higienis dan Manajemen Usaha Jamu
Gambar 2. 2 Proses Produksi Jamu Kunyit Asam Mitra.
40
Wikanastri Hersoelistyorini, Siti Aminah, Diana Hardiyanti
Jurnal DIANMAS, Volume 5, Nomor 1, 1 April 2016
Gambar 3. 3 Pelatihan Pembuatan Temulawak Instan
Gambar 4. Pelatihan Penggunaan Sealer (Pelatihan Pengemasan).
Wikanastri Hersoelistyorini, Siti Aminah, Diana Hardiyanti
41
IbM Pedagang Jamu Gendong di Desa Sumbersari Wonolopo
Gambar 5. Kegiatan Pendampingan dan Penyerahan Alat. E. ULASAN KARYA Keunggulan dan kelemahan kegiatan pengabdian masyarakat dalamprogramIbM ini, diantaranya adalah : 1. Keunggulan Selama pelaksanaan program IbM, ke dua mitra aktif mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh tim IbM. Dengan penerapan manajemen pengelolaan usaha, keuangan, dan pemasaran yang baik, diharapkan usaha jamu gendong mitra bisa berkembang dengan dengan baik dan dapat membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya. Upaya ini sekaligus untuk menjaga agar budaya jamu gendong tradisional yang selama ini telah menjadi icon bagi desa Sumbersari Wonolopo Semarang, tetap lestari. 2. Kelemahan Selama pelaksanaan an programIbM, meskipun kedua mitra aktif mengikuti kegiatan yang diprogramkan, muncul kendala yaitu: adanya keengganan mitra untuk memperbaiki proses produksi dan diversifikasi produk jamu, disamping itu pengurusan P-IRT P IRT barjalan kurang lancar. Adanya keengganan eengganan mitra untuk melakukan deversifikasi produk jamunya, ditanggulangi dengan upaya pendampingan secara intensif. Sehingga, saat ini mitra telah melakukan perbaikan pada proses produksi jamu cairnya dan mitra telah mencoba melakukan deversifikasi produk uk jamu cair menjadi minuman jamu instan, meskipun produksi jamu instan ini belum kontinyu dilakukan.
Gambar 6. Produk Jamu Hasil Pelatihan.
42
Wikanastri Hersoelistyorini, Siti Aminah, Diana Hardiyanti
Jurnal DIANMAS, Volume 5, Nomor 1, April 2016 F. KESIMPULAN Jamu gendong merupakan minuman khas asli Indonesia yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Melalui program IbM ini telah dilakukan introduksi proses pengolahan jamu gendong menjadi minuman instan yang praktis dan higienis serta memiliki usia simpan yang lama. Untuk mendorong peningkatan kualitas jamu gendong cair mitra, melalui program IbM ini juga dilakukan perbaikan dalam proses produksi jamu gendong cair, melalui penyuluhan dan pelatihanpengolahan jamu gendong cair yang baik dan higienis.Untuk mendorong peningkatan kapasitas produksi jamu mitra, dilakukan pengenalan alat penghancur empon-empon dan alat penepung mekanik. Program IbM ini diharapkan dapat membantu pelestarian minuman warisan leluhur asli Indonesia. G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Mitra telah melakukan perbaikan dalam pembuatan jamu gendong cair, proses pembuatan menjadi lebih higienis.Sebagai contoh : dalam pembuatan jamu kunyit asam, sebelum ada program IbM, ekstrak kunyit yang dipakai mitra, merupakan kunyit segar giling yang dicampur air matang kemudian diperas. Hasil perasan kunyit tersebut langsung digunakan sebagai bahan utama jamu kunyit asam, tanpa dilakukan perebusan terlebih dahulu. Setelah dilakukan penyuluhan &pelatihan : ekstrak kunyit yang digunakan telah dilakukan proses perebusan terlebih dahulu, sehingga jamu kunyit asam yang dihasilkan menjadi lebih higienis. Mitra mau melakukan diversifikasi jamu gendong cair menjadi minuman jamu instan, setelah terbukti bahwa minuman jamu instan hasil pelatihan laku di pasaran. Tim IbM mendapat permintaan dari BAKORLUH PEMPROV JATENG, menjadi narasumber PELATIHAN MANAGEMEN PARTISIPATIF KELOMPOK PETANI KECIL, dengan tema : PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN JAMU TRADISIONAL, di Hotel Candi Indah (Kamis & Jumat, 6-7 Agustus 2015). H. DAFTAR PUSTAKA (1) Nurrahman, Mifbakhuddin, dan Dewi, P. 2010. Hubungan Sanitasi dengan Total Koliform pada Jamu Gendong di RT. 1 RW. 2 Kelurahan Kedung Mundu Kecamatan Tembalang kota Semarang, J. Kesehatan, Vol. 3, No. 1, http://jurnal.unimus.ac.id. (2) Maudi, F., Faisal, N., Rifzashani, A., Roch, I.O., dan Tri, S. 2008. Jamfload sebagai Upaya Penguatan Identitas Bangsa Indonesia Melalui Jamu Gendong yang Enak, Nikmat dan Berkhasiat, Program Kreatifitas Mahasiswa, IPB. (3) Mulianingsih, E. 2008. Uji Kualitas Mikrobiologi jamu Gendong yang Diproduksi di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Skipsi. http://eprints.undip.ac.id, diunduh 8 April 2014. (4) Muliadi, A. 2010. Kualitas Mikrobiologi Jamu Gendong di Kota Malang Berdasarkan Nilai MPN Coliform, Nilai MPN Coliform fecal, dan Jumlah Koloni Eshcerihcia coli serta Hubungannya dengan Faktor Sosial-Ekonomi Jamu Gendong. Tesis. http://karyailmiah.um.ac.id, diunduh 8 april 2014.
Wikanastri Hersoelistyorini, Siti Aminah, Diana Hardiyanti
43
IbM Pedagang Jamu Gendong di Desa Sumbersari Wonolopo (5) Sutopo, A.D., Edy, A., T. Eko, Y., dan Winda, R. 2012. Identifikasi Jenis dan Angka Kuman pada Jamu Gendong di Kabupaten Karanganyar. Tesis. www.lib.uin-malang.ac.id, diunduh 8 April 2014. (6) Rifai M.S.S.,dkk. Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Pelatihan Industri Rumah Tangga dalam Bidang Tata Boga dan Busana bagi Wanita Korban PHK di Kecamatan Bale Endah Kabupaten Bandung, http://jurnal.upi.edu/file/Melli_Sri.pdf, diunduh 9 Maret 2013. I. PENGHARGAAN Terimakasih kepada Kopertis Wilayah VI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah membiayai program IbM ini, sesuai surat perjanjian no. 019/K6/KM/SP/PPM_BATCH_1/2015, tanggal 30 Maret 2015.
44
Wikanastri Hersoelistyorini, Siti Aminah, Diana Hardiyanti