Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) HUBUNGAN MOTIVASI, DUKUNGAN SARANA-PRASARANA DAN, GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANGAN PERAWATAN PENYAKIT DALAM RSUD BITUNG RELATIONSHIP OF MOTIVATION, FACILITIES ON SUPPORT, HEAD NURSE LEADERSHIP WITH IMPLEMENTING OF NURSING DOCUMENTATION PERFORM TO NURSE AT MEDICAL WARD OF BITUNG GENERAL HOSPITAL I Wayan Labe*, Oktava Girsang**, Maykel Kiling** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon **Dosen Fakultas Keperawatan, Universitas Sariputra Indonesia Tomohon **Dosen Poltekes Manado ABSTRAK Pelayanan keperawatan pada rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang sangat penting dan berorientasi pada tujuan yang berfokus pada penerapan asuhan keperawatan. Kemampuan memberikan pelayanan keperawatan secara profesional dan sesuai, sangatlah tergantung pada bagaimana kinerja perawat rumah sakit dalam menerapkan standar. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubunganmotivasi kerja Perawat, dukungan saranaprasarana dan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan kinerja perawat di Ruangan Perawatan penyakit dalam RSUD Bitung. Penelitian ini dilaksanakan di Ruangan rawat inap penyakit dalam RSUD Bitung, dengan populasi adalah perawat yang memenuhi criteria penelitian dan sampel yang digunakan sebanyak 52 orang. Desain Penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Data di uji dengan uji statistic Regresi Logistic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi dukungan sarana prasaran dan gaya kepemimpinan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang ditunjukkan dengan nilai signifikan motivasi (p) = 0,042, dengan OR = 6,218. Dukungan sarana-prasarana (p)=0,008 dengan OR = 11,135, dan gaya kepemimpinan (p) =0,015 dengan OR = 25,691. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu: motivasi, sarana prasarana dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan. Saran dalam penelitian ini yaitu disarankan agar manajemen Rumah Sakit dapat meningkatkan dukungan sarana-prasarana terutama dalam pencegahan nosokomial sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit. Kata Kunci: Motivasi, Sarana-Prasarana, Gaya Kepemimpinan, Kinerja Perawat ABSTRACT Nursing care is one essential in hospitals services and oriented on the application of nursing care, the ability to provide services nursing professionally and appropriate depends on how the nurses performance on hospital in applying standard. The purpose of this research is to identify relations of nurse motivation, support of, head leadership nurse with the performance in rsud bitung.Of research in the room in-patient a disease in Bitung General Hospital, the population is nurse who included at criteria research and sample used 52 nurse.Design research used is cross sectional with the data collection use the questionnaire and a observation. Data test by regression logistic statistic. The research results show that there is the relationship between motivation , support of facilities and the nurse head leadership with the performance of nurse in implementing the care of nursing which has indicated by value significant motivation (p) = 0.042, OR = 6,218, facilities on suppourt (p) = 0,008, OR = 6,218 and head nurse leadership (p)= 0,015, OR = 25,691. Conclusion of this study there were correlation between nurse motivations, facilities on support, and head nurse leadership with implementing of nursing documentation perform to nurse in medical ward of Bitung General Hospital. Suggested of this research management hospitals to increase faciliteis especially in the prevention of nosocomial that can improve the quality of nursing service care in the hospital. Keyword: Motivation, Facilities Support of, Head Nurseleadership, The Performance Of Nurses
63
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) PENDAHULUAN Manajemen pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen rumah sakit harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen lainnya, sehingga rumah sakit dapat berfungsi sebagaimana diharapkan. Lingkup manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan yaitu merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengawasi sumber daya keperawatan (Assaqaf, 2013). Pelayanan keperawatan pada rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang sangat penting dan berorientasi pada tujuan yang berfokus pada penerapan asuhan keperawatan, sehingga dapat memberikan suatu pelayanan yang berkualitas kepada pasien sebagai pengguna jasa. Kemampuan memberikan pelayanan keperawatan secara profesional dan sesuai sangat tergantung pada bagaimana kinerja perawat rumah sakit dalam menerapkan standar keperawatan (Ilyas, 2006). Hafizurrachman (2011) dalam penelitiannya tentang beberapa faktor yang memengaruhi kinerja perawat dalam menjalankan kebijakan keperawatan di rumah sakit umum daerah menjelaskan bahwa kemampuan perawat merupakan variabel terbesar yang mempengaruhi kinerja perawat (83,6%) selain faktor sejarah kesehatan keluarga, perilaku gaya hidup, dan lingkungan kehidupan. Di Propinsi Sulawesi Utara berdasarkan penelitian Langingi (2015) terhadap kinerja perawat di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado mendeskripsikan bahwa kinerja perawat yaitu: baik (66,7%), motivasi kerja baik (53,3%), kompetensi baik (66,7%), disiplin kerja baik (75,6%), supervisi kepala ruangan baik (65,6%), dengan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara motivasi kerja, kompetensi perawat disiplin kerja serta supervise kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Fizran (2002) menjelaskan bahwa tingkat pendidikan, status perkawinan, supervisi, pelatihan dan tingkat pengetahuan secara statistik ada hubungan bermakna dengan kinerja. Sedangkan umur, jenis kelamin, masa kerja, rasio tenaga, ada tidaknya kegiatan tidak langsung dan sikap secara statistik tidak berhubungan tetapi secara proporsional ada kecenderungan perbedaan.
Kinerja perawat merupakan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas pelayanan keperawatan dalam rangka mewujudkan visi dan misi rumah sakit/keperawatan (Simanjuntak, 2011). Menurut Kuntoro (2010) bahwa evaluasi terhadap kinerja perawat dapat dilakukan dengan menilai berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan perawat, yaitu kualitas pekerjaan yang diselesaikan, kuantitas pekerjaan, tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan, dan inisiatif serta ketepatan dalam bekerja. Kinerja setiap individu dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat digolongkan pada tiga (3) kelompok, yaitu motivasi individu, dukungan organisasi dan dukungan manajemen (Simanjuntak, 2011). Motivasi individu adalah sesuatu yang mendorong, atau pendorong seseorang bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, yang digolonggkan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik atau yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar (Saam dan Wahyuni, 2013). Dukungan sarana prasarana merupakan penyediaan sarana dan prasarana kerja, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja untuk memberi kejelasan bagi setiap unit kerja dan setiap orang tentang sasaran yang harus dicapai dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut (Simanjuntak, 2011). Gaya kepemimpinan adalah perilaku pemimpin dalam melakukan fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama. Menurut Sitorus dan Panjaitan (2011) dintinjau dari aspek perilaku terdapat dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan postif dan kepemimpinan negatif. RSUD Bitung merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah di kota Bitung Propinsi Sulawesi Utara dengan fasilitas ruang rawat inap penyakit dalam sebanyak 5 ruangan dengan jumlah tenaga kerja perawat rata-rata di setiap ruangan perawatan adalah sebanyak 12 orang. Survey awal yang dilakukan peneliti terhadap masalah-masalah yang berhubungan penilaian kinerja perawat antara lain masih kurangnya displin pegawai dalam melakansanakan tindakan keperawatan berdasarkan standar operasional prosedur
64
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) (SOP) yang berlaku, pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan yang belum menyeluruh di setiap ruangan dan adanya keluhan dari pengguna jasa/ masyarakat tentang pelayanan
di rumah sakit. Sehingga dari masalah ini akan berdampak pada kurang maksimalnya kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan jenis penelitian cross sectional atau jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada studi ini akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab (variabel independen) (Nursalam, 2008).
Untuk melakukan pengumpulan data peneliti menggunakan instrumen sebagai pedoman pengumpulan data kuesioner dan lembar observasi untuk melihat motivasi perawat, dukungan sarana-prasaran dan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruangan penyakit dalam RSUD Bitung, dan diuji dengan uji statistic yang sesuai dengan skala data yang tersedia yaitu uji regresi logistic.
HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat
Gambar 1. Demografi Umur Responden di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Bitung, Tahun 2016 Berdasarkan Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa, Responden terbanyak adalah pada kategori umur 17-25 tahun yaitu sebanyak 39 orang (75,0%), rata-rata umur responden 26-35 tahun yaitu sebanyak 11 orang (21,2%).
Kategori umur dalam penelitian ini menggunakan kategori umur menurut Depkes RI (2009) yaitu: 17-25 tahun, 26-35 tahun, 3645 tahun dan 46-55 tahun.
Gambar 2. Demografi Jenis Kelamin Responden di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Bitung, Tahun 2016 Berdasarkan Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa Responden terbanyak yaitu Perempuan
26 Resp (50,0%)
45 orang (86,5%), sedangkan Responden Lakilaki sebanyak 7 orang (13,5%).
Pendidikan
25 Resp (48,1%)
SPK DIII Keperawatan S1 Kep + Ners
1 Resp (1,9%)
Gambar 3. Demografi Pendidikan Responden di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Bitung, Tahun 2016
65
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) Berdasarkan Gambar 3 di atas ditunjukkan bahwa Pendidikan Responden terbanyak yaitu Diploma III Keperawatan 26 orang (50,0%), S1
Ners 25 orang (48,1%) dan, SPK hanya 1 orang (1,9%).
Lama Kerja 38 Resp (73,1%)
14 Resp (26,9%)
< 3 thn > 3 thn
Gambar 4. Demografi Lama Kerja Responden di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Bitung, Tahun 2016 Berdasarkan Gambar 4 di atas ditunjukkan bahwa lama kerja Responden terbanyak yaitu pada kategori lama kerja kurang dari 3 tahun sebanyak 38 orang (73,1%). Lama kerja pada penelitian ini menggunakan kategori lama kerja
menurut teori menurut Handoko (2007) dikategorikan menjadi dua, meliputi: Lama kerja kategori baru ≤ 3 tahun, Lama kerja kategori lama > 3 tahun
Motivasi 24 Resp (46,2%)
28 Resp (53,8%) Kurang Baik
Gambar 5. Karakteristik Responden berdasarkan Motivasi di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Bitung, Tahun 2016 Berdasarkan Gambar 5 di atas ditunjukkan bahwa Motivasi Responden terbanyak masingmasing yaitu pada kategori baik sebanyak 28
orang (53,8%) dan motivasi pada kategori kurang 24 orang (46,2%).
Gambar 6. Karakteristik Responden berdasarkan Sarana Prasarana di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Bitung, Tahun 2016 Berdasarkan Gambar 6 ditunjukkan bahwa karakteristik Responden terbanyak untuk
sarana prasarana yaitu pada kategori baik yaitu sebanyak 29 orang (55,8%)
Gambar 7. Karakteristik Responden berdasarkan Gaya Kepemimpinan di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Bitung, Tahun 2016 Berdasarkan Gambar 7 ditunjukkan bahwa karakteristik Responden terbanyak untuk gaya
kepemimpinan yaitu pada kategori baik 38 orang (73,1%).
66
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2)
Gambar 8 Karakteristik Responden berdasarkan Kinerja Perawat di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Bitung, Tahun 2016 Berdasarkan Gambar 8 ditunjukkan bahwa kinerja Responden terbanyak adalah pada kategori kurang yaitu sebanyak 28 orang
(53,8%), dan 24 orang (46,5%) pada kategori baik.
2. Analisis Bivariat Tabel 1. Tabulasi Silang Variabel Motivasi, Kepemimpinan dengan Kinerja
Variabel Motivasi Baik Kurang SaranaPrasarana Baik Kurang Gaya Kepemimpinan Baik Kurang
Dukungan
Sarana-Prasarana
Baik (%)
Kinerja Kurang (%)
Total (%)
22 (42.3) 6 (11.5)
5 (9.6) 19 (36.5)
27 (51.9) 25 (48.1)
24 (46.2) 4 (7.7)
5 (9.6) 19 (36.5)
29 (55.8) 23 (44.2)
27 (51.9) 1 (1.9)
11 (21.2) 13 (36.5)
38 (73.1) 14 (26.9)
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 1 di atas bahwa, motivasi Responden yang paling banyak yaitu 27 orang (51,9%) pada kategori baik dimana terdapat 22 orang (42,3%) memiliki kinerja pada kategori baik dan 5 orang (9,6%) dengan kinerja pada kategori kurang. Motivasi Responden pada kategori kurang yaitu sebanyak 25 orang (48,1%) dengan kinerja yang paling banyak adalah kinerja pada kategori kurang yaitu sebanyak 19 orang (36,5%) dan baik sebanyak 6 orang (11,5%). Hasil penelitian di atas juga menunjukkan bahwa, dukungan sarana prasarana yang paling banyak adalah pada kategori baik yaitu 29 orang (55,8%) terhadap kinerja perawat didapat 24 orang (46,2%) pada
dan
Gaya
kategori baik dan 5 orang (9,6%) pada kategori kurang. Sedangkan sarana prasarana pada kategori kurang yaitu sebanyak 23 orang (44,2%) terhadap kinerja perawat didapat 4 orang (7,7%) pada kategori baik dan 19 orang (36,5%) pada kategori baik. Dari hasil penelitian juga dapat dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang paling banyak yaitu 38 orang (73,1%) pada kategori baik dimana terdapat 27 orang (51,9%) dengan kinerja pada kategori baik dan 11 orang (21,2%) pada kategori kurang. Gaya kepemimpinan pada kategori kurang yaitu 13 orang (25,0%) dimana terdapat 1 orang (3,8%) pada kategori baik dan 13 orang (25,0%) pada kategori baik
67
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) Tabel 2. Analisis Bivariat Hubungan Motivasi, Dukungan Sarana-Prasarana dan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Faktor Yang mempengaruhi Kinerja Motivasi Dukungan Sarana-Prasarana Gaya Kepemimpinan
β 1.827 2.410 3.426
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 2 Hasil uji Regresi Logistik didapat nilai signifikan Wald yaitu 0,042 atau nilai yang lebih kecil dari α =0,05 (0,042 < 0,05) yang bermakna bahwa motivasi memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruangan penyakit dalam RSUD Bitung dengan hubungan yang positif berdasarkan nilai B pada uji regresi logisitik (1,827). Dari hasil penelitian didapat nilai Odd Rasio (OR) menunjukkan bahwa Motivasi perawat yang kurang berisiko sebesar 6,218 kali lebih besar terhadap kinerja yang kurang dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan berdasarkan nilai. Hasil uji Regresi Logistik antara dukungan sarana-prasarana dengan kinerja perawat dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan, didapat nilai signifikan Wald yaitu 0,008 atau nilai yang lebih kecil dari α =0,05 (0,008 < 0,05) yang bermakna bahwa sarana-prasarana memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruangan penyakit dalam RSUD Bitung dengan hubungan yang positif berdasarkan nilai B pada uji regresi logisitik
P 0.042 0.008 0.001
OR 6.218 11.135 25.691
(2,410). Dari hasil penelitian didapat nilai Odd Rasio (OR) menunjukkan bahwa saranaprasarana yang kurang berisiko sebesar 11.135 kali lebih besar terhadap kinerja yang kurang dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 1 menunjukkan bahwa hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruangan penyakit dalam RSUD Bitung dari Hasil uji Regresi Logistik didapat nilai signifikan Wald yaitu 0,017 atau nilai yang lebih kecil dari α =0,05 (0,017 < 0,05) yang bermakna bahwa gaya kepemimpinan memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruangan penyakit dalam RSUD Bitung dengan hubungan yang positif berdasarkan nilai B pada uji regresi logisitik (3,246). Dari hasil penelitian didapat nilai Odd Rasio (OR) menunjukkan Gaya kepemimpinan yang kurang berisiko sebesar 23,196 kali lebih besar terhadap kinerja yang perawat kurang dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan berdasarkan nilai.
PEMBAHASAN Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Berdasarkan hasil penelitian, didapat didapat nilai signifikan Wald yaitu 0,042 atau nilai yang lebih kecil dari α =0,05 (0,042 < 0,05) yang bermakna bahwa motivasi memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruangan penyakit dalam RSUD Bitung dengan hubungan yang positif. Berdasarkan Odd Rasio (R) menunjukkan bahwa motivasi perawat yang kurang berisiko sebesar 6,218, kali lebih besar terhadap kinerja yang kurang dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan berdasarkan. Menurut pendapat peneliti hal ini disebabkan karena faktor: Umur. Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian bahwa perbedaan umur menentukan motivasi kerja perawat, dapat dijelaskan bahwa
semakin tua umur maka semakin tinggi pula motivasi kerja, dan sebaliknya umur yang tergolong muda cenderung menunjukkan motivasi yang masih rendah terhadap pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena umur yang lebih tua lebih realistis dalam bekerja sehingga lebih termotivasi dalam melakukan pekerjaannya yang berdampak pada kinerja individu tersebut dalam pelayanan yang diberikan. Sedangkan pada umur muda belum memilki pandangan ini sehingga kurang termotivasi dalam bekerja. Berdasarkan hasil analisa univariat yang ditunjukkan oleh gambar 1 di atas, di dapat sebagian besar responden termasuk pada kategori umur 17-25 tahun yaitu sekitar (75%) sedangkan di atas 26-35 tahun yaitu sekitar (21,2%), dan umur 36-46 tahun yaitu sekitar
68
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) (3,8%). Sedangkan motivasi kerja yang didapat antara lain: (28%) pada kategori baik dan (24%) pada kategori kurang. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa dengan perbedaan umur maka didapat motivasi kerja yang berbeda pada masing-masing perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruangan. Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati (Hardiwinoto, 2011). Asumsi peneliti ini sejalan
dengan teori Menurut Siagian (1995) dalam, Ghazali (2010) yang menyatakan bahwa, semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan tehnisnya, demikian pula psikologis serta menunjukkan kematangan jiwa. Usia yang semakin meningkat akan meningkat pula kebijaksanaan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi, dan bertoleransi terhadap pandangan orang lain, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan motivasinya.
Hubungan Dukungan Saran Prasaran Dengan Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Berdasarkan hasil uji Regresi Logistik didapat nilai signifikan Wald yaitu 0,008 atau nilai yang lebih kecil dari α =0,05 (0,008 < 0,05) yang bermakna bahwa sarana-prasarana memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruangan penyakit dalam RSUD Bitung dengan hubungan yang positif. Berdasarkan Odd Rasio (R) menunjukkan bahwa sarana-prasarana yang kurang berisiko sebesar 11,135 kali lebih besar terhadap kinerja yang kurang dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan. Menurut asumsi peneliti bahwa kinerja perawat yang baik cenderung didukung dengan sarana-prasarana yang lengkap sebaliknya dukungan sarana-prasarana yang kurang lengkap dapat menurunkan semangat kerja, dan produktivitas perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dapat dihubungkan dengan lama kerja perawat di rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian di
dapat sebagian besar dukungan sarana prasarana adalah pada kategori lengkap yaitu sekitar (55,8%) namun juga terdapat sekitar (44,2%) pada kategori kurang. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa lama kerja perawat berpengaruh terhadap adaptasi lingkungan kerjanya, dimana perawat dengan lama kerja berdasarkan hasil univariat yang ditunjukkan oleh gambar 4 bahwa lama kerja responden terbanyak adalah (< 3 tahun) yaitu sebanyak (73,1%) dan sisanya (26,9%) dengan masa kerja (> 3 tahun), hal ini menunjukkan bahwa responden dengan lama kerja kurang dari 3 tahun dapat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Dukungan sarana-prasarana meliputi bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana prasarana, dan kenyamanan lingkungan kerja (Simanjuntak, 2011). Menurut Wirawan (2007) bahwa, dukungan kerja serta lingkungan kerja fisik merupakan budaya organisasi yang diukur dengan ketidakpuasan dan kinerja.
Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Berdasarkan hasil peneitian didapat nilai signifikan Wald yaitu 0,015 atau nilai yang lebih kecil dari α =0,05 (0,015 < 0,05) yang bermakna bahwa gaya kepemimpinan memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruangan penyakit dalam RSUD Bitung dengan hubungan yang positif berdasarkan. Berdasarkan Odd Rasio (R) menunjukkan bahwa Gaya kepemimpinan yang kurang berisiko sebesar 25,691 kali lebih besar terhadap kinerja yang perawat kurang dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan. Adanya hubungan antara gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan kinerja perawat disebabkan oleh karena faktor pendidikan perawat. Menurut asumsi peneliti
yaitu bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan perawat maka semakin baik kinerja yang ditunjukkan dengan pemahaman terhadap tugas dan fungsi masing-masing perawat di ruangan. Hal ini sesuai dengan hasil analisa univariat yang ditunjukkan oleh gambar 3 yang menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah DIII Keperawatan (50,0%) dan S1 Ners (48,1%) dan SPK hanya terdapat (1%). Dengan gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh gambar 7 bahwa karakteristik gaya kepemimpinan pada kategori baik 41 orang (78,8%), dan 11 orang (21,2%) pada kategori kurang. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhdap kinerja perawat.
69
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) Pendidikan perawat berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin tinggi pendidikan yang ditempuh semakin banyak ilmu pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh perawat sehingga akan dapat membantu dalam meningkatkan kinerjanya (Tanjary, 2009). Perawat pelaksana yang berpendidikan D3 keperawatan memiliki kinerja yang lebih baik daripada perawat pelaksana berpendidikan SPK (Sekolah Pendidikan Kesehatan)
Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya yang dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau kepribadian. Peranan penting lain dari dukungan menajemen adalah mengkoordinasi semua kegiatan dari semua staf dan pekerja. Hal ini dapat dilakukan dengan membagi tugas secara merata dan adil, serta dengan membangun tim kerjasama (Simanjuntak, 2011)
Simpulan dan Saran Simpulan 1. Kinerja perawat di Ruangan Perawatan penyakit dalam RSUD Bitung pada sebagian besar Responden dalam melaksanakan asuhan keperawatan adalah pada kategori baik 2. Motivasi perawat pada sebagain besar Responden dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Ruangan Perawatan penyakit dalam RSUD Bitung adalah motivasi pada kategori baik 3. Dukungan sarana-prasarana dalam melaksanakan asuhan keperawatan oleh sebagian besar Responden di Ruangan
Perawatan penyakit dalam RSUD Bitung adalah dukungan sarana pada kategori baik 4. Gaya kepemimpinan kepala ruangan oleh sebagian besar Responden di Ruangan Perawatan penyakit dalam RSUD Bitung adalah gaya kepemimpinan pada kategori baik 5. Faktor dominan yang berhubungan dengan kinerja perawat di Ruangan Perawatan penyakit dalam RSUD Bitung adalah faktor dukungan sarana-prasarana selain faktor motivasi dan faktor gaya kepemimpinan kepala ruangan
Saran 1. Rumah Sakit Umum Daerah Bitung Diharapkan manajemen Rumah Sakit dapat meningkatkan dukungan saranaprasarana terutama dalam pencegahan nosokomial sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit 2. Universitas Sariputra Indonesia Tomohon Diharapkan agar institusi Sari Putra Indonesia Tomohon dapat
mempertahankan sumbangsih ilmu keperawatan di rumah sakit melalui mahasiswa keperawatan pada praktek keperawatan manajemen di rumah sakit 3. Bagi Penulis Diharapkan penulis dapat terus mengembangkan kemampuannya dalam mengidentifikasi faktor lain yang mempengaruhi kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
Daftar Pustaka Fizran (2002).Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Unit Rawat Inap RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukit tinggi tahun 2002. Perpustakaan Universitas Indonesia UI-Tesis (Membership), diakses dari http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=73 135&lokasi=lokaltanggal 30 November 2015 jam 20.00 wita
Motivasi Perawat Dalam Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli Tahun 2008. Thesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Hafizurrachman (2011).Beberapa Faktor yang Memengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah.Artikel Penelitian: Jurnal Indonesia Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011
Ghazali. T (2010) Pengaruh Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan Dan Karakteristik Organisasi Terhadap
70
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) Ilyas.Y, (2006). Kinerja Teori Penilaian & Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI; Depok
dari http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=brow se&op=read&id=jbptsbmitbgdlnooraridas-86&q=Rumah
Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan.Yogyakarta : Nuha Medika Langingi A.R.C. (2015). Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap C RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Jurnal: Pascasarjana Universtas Sam Ratulang Manado
Hasibuan, M. (2005).Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Cetakan keenam. Jakarta: Bumi Aksara. Musta’an (2010).Hubungan antara Motivasi dengan Kinerja Perawat Ditinjau dari Dokumentasi Asuhan Keperawatan di RS Paru Dr Ario Wirawan Salatiga. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010
Nursalam (2008).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Simanjuntak P.J. (2011), Manajemen dan Evaluasi kinerja, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI
Winardi, (1992). Manajemen Prilaku Organisasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Wirawan (2007). Budaya dan Iklim Organisasi: Teori, Aplikasi dan, Aplikasi. Jakarta: Salemba Empat
Tanjary. (2009). Hubungan karasteristik Perawat dengan Kinerja Perawat. Diambil pada tanggal 14 Februari 2016
71