ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009:05 - 2013:12
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Pada Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh: DIAH ANGGADEWI KUSHARFITRI B 300 110 042 / I 000 113 014
TWINNING PROGRAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 i
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca naskah publikasi dengan judul: ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009:05 - 2013:12
Yang ditulis oleh: DIAH ANGGADEWI KUSHARFITRI B 300 110 042/I 000 113 017
Penandatangan berpendapat bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat untuk diterima.
Surakarta, 23 Januari 2016 Pembimbing I
Eni Setyowati, SE, M.Si
Pembimbing II
Dr. Imron Rosyadi, M.Ag
ABSTRACT
Diah Anggadewi Kusharfitri, B 300 1100 042 / I 000 113 014. “ The Determinants of Interest Rate, Inflation, and active circulation (M2) to composite stock market price index in indonesian stock exchange (BEI) at 2009:05 – 2013: 12, mini thesys, Development Economic and Law of Economic Faculty of Muhammadyah University of Surakarta, 2016. This research purposed to know that can determine influence of interest rate, inflation and active circulation (M2) to composite stock market index (IHSG). This research uses monthly secondary data (with time series) from 2009: 05 – 2013: 12 period. The analysis tool have used in this research are Regressions with Partial Adjusment Model (PAM) and Classic Assumption Test, have processed with Quantitative Micro Software E-views. Test result by Partial Adjustment Model (PAM) indicates short- long term interest rate variable indicate negative influence and significant to IHSG. Short long term of Inflation variable indicate negative influence and significant to IHSG. Short long term active circullation variable (M2) indicate positive influences and significant. Furthermore, from the result of classic assumption indicate that models have used in the research nothing complication in normality test, multikolinearity test, autocorellation test, heteroskedasticity test, and model spesific test.
Key words: Interest Rate, Inflation, Active Circullation, and IHSG.
ABSTRAK
Diah Anggadewi Kusharfitri, B 300 1100 042/I 000 113 014, Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009:05 – 2013: 12, Skripsi, Fakultas Ekonomi Pembangunan Dan Fakultas Hukum Ekonomi Syariah, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penelitian ini menggunakan data sekunder (time series) bulanan dari periode 2009:05-2013:12. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi dengan model penyesuaian parsial (PAM: Partial Adjustment Model) dan Uji Asumsi Klasik yang diolah dengan Quantitative Micro Soffware E-Views. Berdasarkan hasil uji Partial Adjustment Model (PAM) menunjukkan bahwa variabel tingkat suku bunga dalam jangka panjang dan jangka pendek menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan, variabel inflasi dalam jangka panjang dan pendek menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan, sedangkan variabel jumlah uang beredar dalam jangka panjang dan jangka pendek menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Selanjutnya dari hasil uji asumsi klasik diketahui bahwa model yang digunakan dalam penelitian tidak ada masalah dalam uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan spesifikasi model.
Kata Kunci: Tingkat Suku Bunga, Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan Indeks Harga Saham Gabungan.
. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, rigth, reksadana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, future, dan lain-lain (Herlianto, 2010). Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum penawaran dan permintaan, harga suatu saham juga akan cenderung naik apabila suatu saham tersebut mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun apabila saham terjadi kelebihan penawaran. Dalam suatu perdagangan dan investasi, harga saham mengacu pada harga saham terkini dalam perdagangan saham. indikator harga saham menggambarkan banyak hal yang terjadi saat ini di antara pembeli dan penjual. Indikator saham juga tidak hanya menggambarkan harga pasar akan tetapi juga menggambarkan pihak yang saat ini sedang memegang kendali di dalam pasar modal syari’ah. Maka dari itu informasi terbaru yang masuk ke pasar modal akan menyebabkan para investor membeli atau menjual saham. Harga saham juga dapat berubah naik atau turun dalam hitungan cepat,
karena dalam kondisi pesanan para investor yang diproses oleh floor trader ke dalam Jakarta Automated Trading System (Umam, 2013). Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder yang berupa data laporan bulanan tingkat suku bunga yang diperoleh dari Bank Indonesia melalui internet, data inflasi yang diperoleh dari data bulanan Biro Pusat Statistik (BPS), data jumlah uang beredar secara bulanan diperoleh dari Bank Indonesia dan data bulanan indeks harga saham gabungan diperoleh dari www.idx.go.id . Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009:05 – 2013:12”. B. Tujuan Penelitian 1. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap indeks harga saham gabungan tahun 2009-2013? 2. Apakah inflasi berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan tahun 2009-2013? 3. Apakah jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan tahun 2009-2013 ? 1. Teori Investasi Menurut Tandelilin (2001) mendefinisikan bahwa investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli
sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin atau bangunan), maupun aset finansial (deposito, saham atau obligasi) merupakan aktivitas investasi yang umumnya dilakukan. 2. Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI (Jogiyanto, 2008). 3. Tingkat Suku Bunga Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia atas penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang digunakan adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (BI) 1 bulan. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persen. Kenaikan suku bunga pinjaman/suku bunga deposito akan mengakibatkan turunnya harga saham sehingga suku bunga berpengaruh negatif terhadap initial return (Samsul, 2006). 4. Teori Inflasi Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan kenaikan, sebagian besar dari harga barangbarang lain (Boediono, 2011). 5. Teori Jumlah Uang Beredar Menurut Boediono (2011), definisi uang beredar terdiri dari dua bagian yaitu :Pertama, uang beredar dalam arti sempit (narrow money) merupakan seluruh “uang kartal” dan “uang giral” yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat. Uang kartal adalah uang tunai yang dikeluarkan oleh pemerintah atau bank sentral yang langsung dibawah kekuasaan masyarakat (umum) untuk menggunakannya. Uang giral adalah seluruh nilai saldo rekening koran (giro) yang dimiliki masyarakat pada bank-bank umum. Saldo ini merupakan bagian dari “uang yang beredar” karena sewaktu-waktu bisa digunakan oleh pemiliknya (masyarakat) untuk kebutuhannya (transaksi, berjaga-jaga, spekulasi), persis seperti halnya uang kartal. Saldo rekening koran (giro) milik suatu bank lain bukan uang giral. Jumlah uang beredar pada suatu saat adalah penjumlahan dari uang kartal dan uang giral (Boediono, 2011). 6. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Di duga terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara tingkat suku bunga terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) pada tahun 2009:05 - 2013:12. H2 : Diduga terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara tingkat inflasi terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) pada tahun 2009:05 – 2013:12.
H3
Diduga terdapat pengaruh yang positif antara Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun 2009:05 – 2013:12. :
Penataan dan subtitusi persamaan adjustment
III. METODE PENELITIAN
Yt - Yt-1 = δ ( Yt * - Yt-1)
Model yang digunakan akan diestimasikan dengan menggunakan alat analisis yaitu Model Penyesuaian Parsial (Partial Adjusment Model). Model Penyesuaian Parsial (PAM) mengasumsikan keberadaan suatu hubungan equilibrium jangka panjang antara dua atau lebih variabel ekonomi. Dalam jangka pendek, namun demikian, yang terjadi adalah disequilibrium. Dengan mekanisme penyesuaian parsial, proporsi disequilibrium pada suatu periode dikoreksi pada periode berikutnya. Proses penyesuaian ini menjadi alat untuk merekonsiliasi perilaku jangka pendek dan jangka panjang. Berlandaskan konsep ini, hubungan jangka panjang menjadi bisa diestimasi melalui hubungan jangka pendek. Adapun syarat terpenuhinya suatu Model Penyesuaian Parsial adalah koefisen λ diantara 0 sampai 1 dan signifikan. Untuk menyatakan kuat tidaknya hubungan linier antara variabel bebas dan variabel tak bebas dapat diukur dari koefisien korelasi (coefficient correlation) atau R, dan untuk dapat mengetahui besarnya sumbangan (pengaruh) dari variabel bebas terhadap variabel tak bebas dapat dilihat dari koefisien determinasi (coefficient of determination) atau R2 (Gujarati, 2003). Adapun penyusunan Model Penyesuaian Parsial sebagai berikut; Persamaan Jangka Panjang Yt * = β0+ β1 X1t + β2 X2t + β3 X3t + εt
Yt - Yt-1 = δ Yt * - δYt-1) Yt = δ Yt * + Yt-1 - δYt-1 Yt = δ Yt * + (1- δ)Yt-1 Subtitusi; Yt = δ(β0+ β1 X1t + β2 X2t + β3 X3t + εt )+ (1- δ)Yt-1 Yt = δβ0+ δβ1 X1t +δ β2 X2t + δβ3 X3t + δεt + (1- δ)Yt-1 Parameterisasi model jangka pendek dalam penelitian ini sebagai berikut : Yt = α0+ α1 X1t + α2 X2t + α3 X3t +λ Yt1 + vt Keterangan : δβ0 , Konstanta dalam jangka
1.
α0 = pendek α1 = δβ1 , Pengaruh X1 dalam jangka pendek α2 = δβ2 , Pengaruh X2 dalam jangka pendek α3 = δβ3 , Pengaruh X3 dalam jangka pendek λ = (1 - δ) Y = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) X1 = Suku Bunga (%) X2 = Tingkat Inflasi (%) X3 = Jumlah Uang Beredar (M2) Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Masalah multikolinieritas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna atau pasti diantara satu atau lebih variabel independen
dalam model. Dalam kasus terdapat multikolinieritas yang serius, koefisien regresi tidak lagi menunjukkan pengaruh murni dari variabel independen dalam model. Dengan demikian, bila tujuan dari penelitian adalah mengukur arah dan besarnya pengaruh variabel independen secara akurat, masalah multikolinieritas penting untuk diperhitungkan. Apabila terdapat Ri2 > R2 berati terdapat masalah multikolinieritas yang serius (Gujarati, 2003). b. Uji Normalitas Residual Asumsi normalitas gangguan atau error (ut) adalah penting sekali sebab uji eksistensi model (uji F) maupun uji validitas pengaruh variabel independen (uji t), dan estimasi nilai variabel dependen mensyaratkan hal ini. Apabila asusi ini tidak terpenuhi, baik uji F maupun uji t, dan estimasi nilai variabel dependen menjadi tidak valid (Gujarati, 2003). c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi apabila variasi ut tidak konstan atau berubah-ubah secara sistematik seiring dengan berubahnya nilai variabel independen. Untuk mengetahui keberadaan heteroskedastisitas dalam penelitian ini digunakan Uji White. (Gujarati, 2003). d. Uji Autokorelasi Autokorelasi terjadi apabila nilai variabel masa lalu memiliki pengaruh terhadap nilai variabel masa kini, atau masa datang. Autokorelasi akan menyebabkan estimasi nilai variasi ut yang terlalu rendah dan karenanya menghasilkan estimasi yang terlalu tinggi untuk R2 (Gujarati, 2003).
e. Uji Spesifikasi Model Uji spesifikasi model pada dasarnya digunakan untuk menguji asumsi linieritas model, sehingga sering disebut juga sebagai uji linieritas model. Pada penelitian ini digunakan uji Ramsey Reset yang terkenal dengan sebutan uji kesalahan spesifikasi umum atau general test of spesification error (Gujarati, 2003). f. Uji Kebaikan Model 1) Uji Validitas Pengaruh (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji validitas pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel dependen secara dua sisi (two tail). 2) Uji F (F Test) Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah model yang digunakan eksis atau tidak. 3) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi merupakan prosentase varian dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen. Nilai R2 terletak antara 0 sampai 1, jika R2 = 1, berati garis tersebut menjelaskan 100% variasi atau proporsi dalam variabel dependen. Jika R2= 0, berati model tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel dependen.Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu model dapat dikatakan lebih baik nilai koefisien determinasinya
semakin mendekati 1 (Gujarati, 2003).
IV.
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
Berikut alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: Hasil estimasi jangka pendek dituliskan persamaan sebagai berikut: IHSG = 861,9176 93,12625.BIRATE* 66,16814.INF* + 0,000149.M2* + 0,835430 ET Interpretasi dari jangka pendek tersebut adalah sebagai berikut: 1.
2.
3.
Koefisien tingkat suku bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah negatif dengan nilai -93,12625. Hal ini akan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek BI Rate akan naik sebesar 1%, maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 93,12625. Koefisien Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah negatif dengan nilai -66,1684. Hal ini akan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek inflasi akan naik sebesar 1% , maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun 66,1684. Koefisien Jumlah Uang Beredar terhadap IHSG adalah positif dengan nilai 0,000149. Hal ini akan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek
JUB akan naik 1%, maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan sebesar 0,000149. Hasil estimasi jangka dituliskan persamaan berikut:
panjang sebagai
IHSG = 5237,3919 565,8762.BIRate* 402,0668.INF* + 9,05389.M2*
– –
Interpretasi dari jangka panjang tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Koefisien tingkat suku bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah negatif dengan nilai -565,8762. Hal ini akan menunjukkan bahwa dalam jangka panjang BiRate akan naik 1% maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sebesar 565,8762.
2. Koefisien Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah negatif 402,0668. Hal ini akan menunjukkan bahwa dalam jangka panjang Inflasi akan naik 1% maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sebesar 402,0668. 3. Koefisien Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah positif dengan nilai 9,05389. Hal ini akan menunjukkan bahwa dalam jangka panjang JUB akan naik 1% maka Indeks Harga Saham Gabungan akan mengalami kenaikan sebesar 9,05389. a. Uji Multikolinieritas Hasil pengujian Multikolinieritas menunjukkan bahwa:
1) Nilai VIF pada variabel BIRate sebesar 1,206408 < 10, maka tidak terdapat masalah multikolinieritas. 2)
Nilai VIF pada variabel Inflasi sebesar 1,023241 < 10, maka tidak terdapat masalah multikolinieritas.
3)
Nilai VIF pada variabel Jumlah Uang Beredar (M2) sebesar 6,134139 < 10, maka tidak terdapat masalah multikolinieritas.
b. Uji Normalitas Residual Kesimpulan 0,6842 > 0,10 sehingga H0 diterima. Kesimpulan: distribusi residual (Ut) normal. c. Uji Heteroskedastisitas Kesimpulan nilai Probabilitas IHSG menunjukkan angka 0,4816 > 0,10 maka H0 diterima, artinya tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas dalam model. d. Uji Autokorelasi Kesimpulan 0,2718 > 0,10 sehingga H0 diterima, maka tidak terdapat masalah autokorelasi dalam model. e. Uji Spesifikasi Model Nilai ProbabilitaStatistik F sebesar 0,6987 > 0,10 sehingga H0 diterima, maka model yang digunakan linier (spesifikasi model benar). f. Uji Kebaikan Model 1) Uji Validitas Pengaruh (Uji t)
Berdasarkan hasil uji t pada lampiran diperoleh hasil sebagai berikut: a) Variabel Tingkat Suku Bunga terlihat mempunyai nilai tstaat sebesar -1,92399. Apabila memakai uji t dua sisi maka nilai kritis tstaat maka ttabel sebesar + 1,67528. Maka akan terlihat 1,92399 < -1,67528. Sehingga tingkat suku bunga berpengaruh signifikan. b)Variabel inflasi terlihat mempunyai nilai tstaat sebesar -1,681566. Apabila memakai uji t dua sisi maka nilai kritis tstaat maka ttabel sebesar + 1,67528. Maka akan terlihat 1,681566 < -1,67528. Sehingga inflasi berpengaruh signifikan. c) Variabel jumlah uang beredar terlihat memiliki nilai tstaat sebesar 1,464938. Apabila memakai uji t dua sisi maka nilai kritis tstaat maka ttabel sebesar + 1,67528. Maka akan terlihat 1,464938 < -1,67528. Sehingga jumlah uang beredar berpengaruh signifikan. 2) Uji F (F Test) Nilai Probabilitas FStatistik 0,0000 < 0,10. Oleh sebab itu pengujian
hipotesisnya mengatakan bahwa H0 ditolak, artinya model yang dipakai dalam penelitian ini eksis. 3) Koefisien (R2)
ini akan menunjukkan bahwa dalam jangka panjang BiRate akan naik 1% maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sebesar 565,8762%.
Determinasi
Diketahui bahwa 2 nilai R IHSG sebesar 0,961425 hal ini menunjukkan bahwa variabel tingkat suku bunga, inflasi dan jumlah uang beredar hanya mampu menjelaskan sebesar 96,14% terhadap variabel IHSG. Sedangkan sisanya 3,86% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. Interpretasi Ekonomi Interpretasi ekonomi terhadap masing-masing nilai koefisien regresi variabel independen dan variabel dependen dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tingkat Suku Bunga Variabel tingkat suku bunga dalam jangka pendek mempunyai pengaruh negatif signifikan sebesar 93,12625. Hal ini akan menunjukkan bahwa BIRate akan naik 1%, maka indeks harga saham gabungan akan turun sebesar 93,12625%. Koefisien tingkat suku bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah negatif dengan nilai -565,8762. Hal
2. Inflasi Variabel inflasi dalam jangka pendek mempunyai pengaruh negatif signifikan sebesar -66,1684. Hai ini akan menunjukkan bahwa inflasi akan naik 1%, maka indeks harga saham gabungan turun sebesar 66,1684%. Koefisien Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah negatif -402,0668. Hal ini akan menunjukkan bahwa dalam jangka panjang Inflasi akan naik 1% maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sebesar 402,0668%. 3. Jumlah Uang Beredar (M2) Variabel jumlah uang beredar dalam jangka pendek mempunyai pengaruh positif signifikan sebesar 0,000149. Hal ini akan menunjukkan bahwa jumlah uang beredar meningkat 1%, maka indeks harga saham gabungan akan naik sebesar 0,000149%. Koefisien Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah positif dengan nilai 9,05389. Hal ini akan menunjukkan bahwa dalam jangka
panjang JUB akan naik 1% maka Indeks Harga Saham Gabungan akan mengalami kenaikan sebesar 9,05389%.
dalam mengambil keputusan investasinya 2. Sebagai pihak pemerintah harus memberikan dukungan yang lebih banyak tentang kebijakan dalam penetapan tingkat suku bunga yang akan memberikan dampak positif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia terutama calon investor, agar menarik peminat yang lebih banyak.
V. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dari hasil olah data Partial Adjustment Model menunjukkan bahwa: a. Variabel tingkat suku bunga dalam jangka panjang dan jangka pendek menunjukkan negatif dan signifikan.
3. Diharapkan peneliti selanjutnya menambah variabel makro ekonomi lainnya, agar dapat mengetahui dan mempresentasikan apakah variabel-variabel makroekonomi tersebut mempengaruhi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang lebih baik lagi.
b.Variabel inflasi dalam jangka panjang dan jangka pendek menunjukkan negatif dan signifikan. c.Variabel jumlah uang beredar dalam jangka panjang dan jangka pendek menunjukkan positif dan signifikan. 2. Hasil analisis terhadap asumsi klasik model, penelitian ini dinyatakan tidak ada masalah dalam pengujian multikolinieritas, normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan uji spesifikasi model. B. Saran 1. Sebagai investor sebaiknya memperhatikan informasi mengenai tingkat suku bunga, inflasi dan jumlah uang beredar dari Bank Indonesia agar dimanfaatkan dalam memprediksi indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia serta agar lebih berhati-hati
VI.
DAFTAR PUSTAKA Anggoro, Tri Susilo. 2011. “Pengaruh, Inflasi, Kurs, dan Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia Periode 20052009”. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Boediono. 2011. Pengantar Ilmu Ekonomi No.2 Ekonomi Makro, Edisi Keempat Yogyakarta: BPFE. Case, Karl E. 2002. “Prinsip – Prinsip Ekonomi Makro”. Edisi Asia. Jakarta: Salemba Empat. Divianto. 2013. “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Dan Nilai Kurs Dollar AS (USD)
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi Politeknik Sriwijaya Vol.3 No.2 Ernawati, Dani. 2014. “ Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp), Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2010. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Fitriawati. 2009. “Pengaruh Uang Yang Beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Beta Saham Syariah (JII) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)”. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Gujarati, Damodar. 2003. Basic Ekonometrika. New York: Mc Graw Hill. Handayani. 2007. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar AS, dan Tingkat Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Studi di Bursa Efek Jakarta), Tahun XVIX No. 1, Januari-Juli 2008, Hal 55-67. Hartono, Jogiyanto, 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kelima. Yogyakarta: BPFE. Herlino, Didit. 2010. Seluk Beluk Investasi Di Pasar Modal Indonesia, Edisi Pertama.
Yogyakarta: Publishing.
Gosyen
Hidayat, Taufik. 2014. Buku Pintar Investasi Syariah. Jakarta: Media Kita. Holillah, Ilham. 2009. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun 2004-2008”. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau Pekanbaru. Irham Fahmi, Yovi Lavianti Hadi, 2009. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi Teori dan Soal Jawab”. Edisi Pertama. Bandung: Alfabeta. Jatiningsih dan Musdholifah. 2007. “Pengaruh Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 5, Nomor 1, April 2007. Kurniadi, Rachmat. 2013. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga (SBI), dan Jumlah Uang Beredar (JUB), Terhadap Nilai Harga Saham Sektor Properti Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006 – 2011. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Mankiw, Gregory. 2012. “Pengantar Ekonomi Makro”. Edisi Asia. Jakarta: Salemba Empat. Muharam, Harjum, dan Nurafni Zuraedah, MS. 2008. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar dan Indeks Saham Dow Jones Industrial Average Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan di BEJ”. Jurnal Maksi. Vol. 8 No.1 Januari 2008: 24-42. Mujayana, Marya. 2013. “Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)”. Jurnal STMIK STIKOM Surabaya. Nawangwulan, Nydia Elga Ayu. 2015. “Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB), Tingkat Suku Bunga SBI (BI Rate), dan Nilai Tukar (KURS) Terhadap Indeks Harga Saham Di Jakarta Islamic Index (JII) dan Index Liquid-45 (LQ-45)”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nazry Adlany, Hanafie Tamam, dan Faruq Nasution. 1993. AlQuran Terjemahan Indonesia. Jakarta: Penerbit Sari Agung. Novianto, Aditya.2011. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar (KURS) Dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp), Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 1991.1 – 2010.6”. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Octafia, Sri Mona. (2011). “Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Property Dan Real Estate Dengan Pendekatan Error Correction Model”. Jurnal.
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Penerbit Erlangga. Setiawan Aditya. 2010. “Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham, Gabungan (IHSG)”. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Simanjuntak, Van Bastian. 2013. “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2001 2011”. Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Sirait, Hisar. 2004. “Analisis Kointegrasi Variabel Ekonomimakro dan Bursa Asing terhadap Indeks Harga Saham BEJ”. Jurnal Ekonomi Perusahaan. Vol. 11 no.3. Sri Hermuningsih, 2012. Pengantar Pasar Modal Indonesia, Edisi Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Tobing, Rumiris L. 2009. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004 – 2008”. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Skripsi
Umam, Khaerul. 2013. Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syariah. Edisi Pertama. Bandung: Pustaka Setia. Utomo, Yuni Prihadi .2013.Eksplorasi Data dan Analisis Regresi Dengan SPSS, Surakarta: Muhammadiyah University Press. Widarjono, Agus. 2013. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya.” Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Witjaksono. 2010. “Analisis Pengaruh Tingkat Suku BungaSBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei, dan Indeks Dow Jones Terhadap IHSG”. Tesis Universitas Diponegoro. Semarang. Yuniarta, Yunus. 2008. “Analisis Pengaruh Laju Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Kurs Valas, Volume Rata-Rata Transaksi, dan Sibor Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Tahun 2002 – 2004”. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://www.bi.go.id, akses 18 Juni 2015. http://www.bps.go.id, akses 18 Juni 2015. http://www.dunia akses 18 Juni 2015.
investasi.com,