I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah
menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan meningkatnya jumlah negara yang menjadi anggota integrasi ekonomi. Saat ini sekitar 97 persen perdagangan dunia melibatkan negara yang minimal terikat dalam suatu perjanjian perdagangan khusus atau Preferential Trade Area (PTA). Meskipun beberapa kesepakatan integrasi tersebut terwujud antara lain karena pertimbangan politik, tetapi motivasi utama adalah kepentingan ekonomi yang telah menjadi alasan dan penggerak utama lahirnya berbagai kesepakatan integrasi ekonomi (Economic Integration Agreement). Integrasi ekonomi berkembang sangat pesat, mulai dari perjanjian perdagangan, customs union, economic union integration, dan total economic integration. Tujuannya adalah memperoleh manfaat pada kemajuan ekonomi dan pencapaian economics welfare. Meskipun demikian, kontroversi terhadap integrasi ekonomi tetap ada sampai sekarang. Pertanyaan mendasarnya adalah apakah integrasi ekonomi memberi manfaat ataukah memberi kerugian bagi ekonomi
suatu
negara.
Keberhasilan
integrasi
ekonomi
Eropa
sampai
pembentukan mata uang bersama (Currency Union), Euro, adalah contoh yang membuktikan bahwa integrasi ekonomi telah memberikan kemajuan ekonomi
bagi negara anggota. Kesuksesan tersebut mendorong integrasi ekonomi di berbagai kawasan dunia. Selain indikator banyaknya kesepakatan integrasi ekonomi bilateral, perkembangan dalam dua dekade terakhir juga ditandai dengan semakin berkembangnya integrasi dan proliferasi integrasi ekonomi pada tingkat regional (Regional Integration Agreement), antara lain melalui pembentukan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di kawasan Asia Pasifik, European Union (EU) di Eropa, Mercado Comun del Sur (MERCOSUR) di Amerika Latin, dan North America Free Trade Area (NAFTA) di Amerika Utara. Integrasi ekonomi dilandasi oleh konsep dasar bahwa manfaat ekonomi yang diperoleh dari integrasi lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dihadapi apabila tidak terlibat dalam integrasi. Alasan tersebut yang dipakai pemimpin negara untuk menempuh kebijakan liberalisasi perdagangan dan investasi atau bergabung dalam integrasi ekonomi. Kebijakan liberalisasi atau integrasi tersebut digunakan sebagai alat untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Integrasi ekonomi juga diharapkan memperkuat daya saing kawasan dalam menghadapi kompetisi global. Prinsip dasar integrasi ekonomi adalah mengurangi atau menghilangkan semua hambatan perdagangan dan investasi di antara negara anggota. Tujuannya adalah meningkatkan arus barang dan jasa yang bebas keluar masuk melintasi batas negara setiap anggota. Dari alasan tersebut, volume perdagangan semakin tinggi sehingga mendorong peningkatan produksi, peningkatan efisiensi, peningkatan kesempatan kerja, penurunan cost production, yang dapat
meningkatkan daya saing produk dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 1 Studi empiris yang dilakukan Viner (1950) mengenai persekutuan pabean menunjukkan bahwa pembentukan persekutuan pabean tidak selalu meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga dapat menurunkan kesejahteraan (diversi) negara anggotanya maupun negara lain yang bukan anggota. 2 Studi Cernat (2001) tentang penilaian kesepakatan perdagangan regional menemukan bahwa kebanyakan Regional Trade Arrangements (RTAs) di Afrika tidak menimbulkan efek diversi (diversion effects) tetapi membawa efek kreasi (creation effects). Pengaruh kreasi yang ditimbulkan suatu integrasi ekonomi lebih besar daripada pengaruh diversi. Dalam konteks ASEAN studi integrasi ekonomi yang dilakukan Sharma dan Chua (2000) menunjukkan bahwa integrasi ekonomi tidak memberi efek terhadap peningkatan perdagangan intra-ASEAN, namun memberi efek pada peningkatan lingkup yang lebih luas atau ekstra-ASEAN. Untuk memahami bagaimana kinerja perdagangan integrasi ASEAN sejak tahun 2000-2008 maka disajikan Tabel 1. Studi integrasi ekonomi dan pengaruhnya terhadap investasi (FDI) telah dilakukan oleh Kreinin and Plummer (2008) yang menemukan tiga poin penting: (1) integrasi regional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap FDI, yang merupakan kombinasi dari efek kreasi dan diversi investasi, (2) efek diversi investasi terjadi pada beberapa kasus, dan dengan demikian perlu mendapatkan perhatian, khususnya di antara negara berkembang yang bukan merupakan bagian dari anggota regional dengan
1 2
Asian regionalism and its effect on trade in the 1980s and 1990s, pg.3 working paper no 30. Dominic Salvatore, Ekonomi Internasional, hal. 388 – 390 tahun 1997
negara maju, dan (3) FDI bertindak sebagai substitusi untuk perdagangan, meskipun pada beberapa kasus bersifat komplemen bagi perdagangan. Tabel 1. Total Perdagangan ASEAN Tahun 2000-2008 Tahun Ekspor Impor 2000 93 380 73 466 2001 82 680 67 639 2002 86 706 73 202 2003 115 601 91 130 2004 141 116 119 581 2005 163 862 141 030 2006 189 176 163 594 2007 217 334 242 460 2008 184 586 215 579 Sumber : ASEAN Trade Statistic Data Base, 2009 (diolah).
(US$ juta) Total 166 846 150 319 159 908 206 731 260 697 304 892 352 770 459 794 400 165
Perdagangan negara ASEAN dengan mitra dagangnya yang selama ini didominasi oleh negara seperti Jepang, Amerika, Uni Eropa, dan Cina disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Perdagangan ASEAN dengan Negara Luar ASEAN (US$ juta) Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura 2000 77 973 137 458 61 631 201 957 2001 72 045 124 851 55 556 175 799 2002 71 518 132 702 59 562 176 975 2003 74 853 141 462 60 747 204 788 2004 93 428 173 865 68 526 262 416 2005 110 207 188 865 72 648 305 841 2006 124 002 212 272 80 773 363 987 2007 142 490 240 504 85 072 401 598 2008 198 055 253 718 84 272 300 809 Sumber : ASEAN Trade Statistic Data Base, 2009 (diolah). Tahun
Thailand 107 117 104 304 105 120 127 010 155 661 182 194 198 204 235 650 383 156
Perkembangan FDI di kawasan ASEAN cenderung komplemen dengan perdagangan.
FDI
dipengaruhi
oleh
beberapa
variabel
makroekonomi,
ketersediaan infrastruktur, tingkat korupsi serta kemudahan berinvestasi. FDI kawasan antara tahun 2000-2008 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Foreign Direct Invesment ASEAN dari Negara Penerima Foreign Direct Invesment (US$ juta) Negara Tahun Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand 2000 -4 550.0 3 787.6 2 239.6 16 485.4 3 350.3 2001 -3 278.5 553.9 195.0 15 649.0 5 061.0 2002 144.9 3 203.4 1 542.0 7 200.0 3 335.0 2003 -596.1 2 473.2 490.8 11 664.0 5 235.0 2004 1 894.5 4 623.9 687.8 19 827.5 5 862.0 2005 8 336.0 3 964.8 1 854.0 15 001.9 8 048.1 2006 5 556.2 6 059.7 2 345.0 24 055.4 9 459.6 2007 6 828.3 8 401.2 2 916.0 31 550.3 11 238.1 2008 9 339.8 8 053.0 1 520.0 22 801.8 9 834.5 2000-2008 34 249.6 67 263.6 22 228.2 225 456.8 83 294.9 Sumber : ASEAN Statiscal Yearbook, 2008. Integrasi ekonomi telah mengalami perluasan dengan pembentukan kerjasama dalam bidang finansial. Pada kawasan integrasi ASEAN telah dibentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA) sebagai langkah awal, tetapi krisis ekonomi di Asia Timur pada tahun 1997 telah melahirkan kesadaran baru mengenai pentingnya kerjasama ekonomi secara luas dengan memikirkan kerjasama yang lebih kuat pada sektor finansial. Menjawab masalah tersebut, pada konferensi tingkat tinggi ASEAN tahun 1997, dilahirkan visi untuk memperluas integrasi ekonomi dengan membentuk ASEAN Economic Comunity (AEC). Visi AEC adalah kestabilan, kemakmuran ekonomi regional yang berdaya saing tinggi pada sektor barang dan jasa, investasi, dan modal akan bergerak secara bebas. Tujuannya adalah meningkatkan keunggulan kompetitif regional sebagai production base (barang komponen) untuk diekspor ke pasar dunia dengan mengambil keunggulan yang saling melengkapi di antara ekonomi
ASEAN, economic of scale yang relevan, serta menarik investasi. Pada akhirnya tercapai biaya yang rendah dan pusat produksi yang efisien di antara ekonomi ASEAN atas dasar keunggulan komparatif dan endowment. Dengan demikian akan meningkatkan peran kawasan sebagai production base, menarik investasi dan mempertinggi daya saing regional (Pangestu, 2003). Beberapa studi tentang integrasi ekonomi ASEAN baik segi perdagangan maupun investasi telah dilakukan. Studi dalam bidang perdagangan menunjukkan bahwa integrasi ekonomi belum memberikan efek pada peningkatan perdagangan intra anggota, yang telah dilakukan oleh Sharma dan Chua (2000), Lapipi (2004) dan Tubagus dan Yose (1996). Sedangkan studi Kreinin dan Plummer (2008) mengenai pengaruh integrasi ekonomi ASEAN terhadap FDI menunjukkan pengaruh positif untuk FDI yang berasal dari Jepang dan berpengaruh negatif untuk FDI yang berasal dari Amerika Serikat dan Jerman. Meskipun studi integrasi ekonomi sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian mengenai pengaruh integrasi ekonomi terhadap perdagangan dan investasi di ASEAN dan negara anggota belum dilakukan secara menyeluruh. Studi ini akan meneliti faktor yang memengaruhi aliran perdagangan dan investasi dalam kawasan integrasi ekonomi ASEAN serta dampaknya terhadap kreasi atau diversi perdagangan dan investasi. Studi ini penting mengingat pelaksanaan ASEAN Economic Community yang implementasinya pada tahun 2015. 1.2.
Rumusan Masalah Beberapa tahun terdahulu disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan
penting dalam pola perdagangan dan investasi internasional. Hal tersebut ditandai dengan semakin banyaknya perjanjian perdagangan dan investasi, baik yang
bersifat regional maupun bersifat bilateral, baik dalam bentuk perjanjian perdagangan khusus maupun perjanjian multilateral. Integrasi ekonomi ASEAN secara terus menerus memperbaiki dan memperbaharui perjanjian investasi dan perdagangannya. Langkah konkret yang paling nyata adalah kerjasama perdagangan bebas ASEAN Free Trade (AFTA) pada tahun 1992 yang mulai diberlakukan tahun 1993 dengan melaksanakan penurunan tarif. Penurunan tarif dilaksanakan secara bertahap sampai pada pelaksanaan semua kesepakatan AFTA. Implementasi CEPT-AFTA telah berhasil meningkatkan perdagangan intra-ASEAN dari US$ 82 444 miliar (tahun 1993) menjadi US$ 328 771 miliar (tahun 2006). Sedangkan dengan negara di luar kawasan ASEAN dari US$ 347 503 miliar (tahun 1993) menjadi US$ 1 052 034 miliar (tahun 2006). Beberapa ekonom menilai bahwa kerjasama AFTA belum berperan secara signifikan meningkatkan perdagangan di ASEAN. Beberapa
studi
menghasilkan
kesimpulan
bahwa
AFTA
belum
meningkatkan volume perdagangan intra-ASEAN karena negara-negara anggota, memiliki sumberdaya yang sama sehingga komoditi yang diperdagangkan adalah komoditi sejenis. Hal tersebut menunjukkan perdagangan di ASEAN didominasi perdagangan intra industry trade dibandingkan perdagangan inter industry trade. Krisis ekonomi negara ASEAN pada tahun 1997, telah menjadi pijakan untuk membentuk kerjasama sektor perdagangan dan investasi yang lebih kuat. Pertanyaannya adalah sejauh mana integrasi ekonomi CEPT-AFTA yang telah disepakati tersebut memberi pengaruh terhadap kreasi atau diversi perdagangan dan investasi di kawasan ASEAN. Apakah menurunnya hambatan perdagangan dan investasi antar anggota ASEAN menyebabkan negara anggotanya
menghadapi tekanan yang lebih kompetitif dan lebih besar, atau mendorong peningkatan kompetisi perolehan efisiensi produktif untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. Apakah integrasi memperbesar perdagangan antar anggota dan menjauhi perdagangan bukan anggota integrasi. Pertanyaan tersebut belum dijawab secara lengkap pada beberapa penelitian terdahulu tentang integrasi ekonomi ASEAN. Secara khusus permasalahan yang diteliti dalam disertasi ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah integrasi ekonomi ASEAN memberi pengaruh terhadap peningkatan aliran perdagangan dan investasi kawasan ASEAN dan negara anggota ASEAN atau sebaliknya. Apakah integrasi ekonomi memperbesar aliran perdagangan dan investasi antar negara anggota dan menjauhi perdagangan dan investasi bukan anggota integrasi atau sebaliknya. 2. Apakah integrasi ekonomi kawasan lain seperti APEC, NAFTA, UNI EROPA, Cina dan India, memberikan pengaruh
terhadap aliran perdagangan dan
investasi di kawasan ASEAN dan negara anggota ASEAN. 3. Bagaimana variabel makroekonomi dan keterbukaan ekonomi berpengaruh terhadap aliran perdagangan dan investasi di ASEAN dan negara anggota ASEAN. Masalah apa saja yang harus di benahi oleh ASEAN dan anggotanya dalam meningkatkan perdagangan dan investasi. 1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.
Menganalisis
pengaruh
integrasi
ekonomi
ASEAN
dan
variabel
makroekonomi terhadap aliran perdagangan pada kawasan ASEAN dan masing-masing negara anggotanya.
2.
Menganalisis
pengaruh
integrasi
ekonomi
ASEAN
dan
variabel
makroekonomi terhadap aliran investasi dalam bentuk FDI pada kawasan ASEAN dan masing-masing negara anggotanya. 3.
Menganalisis bagaimana pengaruh dan hubungan integrasi ekonomi di APEC, NAFTA, UE, Cina dan India terhadap aliran perdagangan dan FDI pada kawasan integrasi ASEAN dan negara anggotanya.
1.4.
Manfaat Penelitian Secara praktis studi ini dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan ekonomi negara-negara ASEAN serta dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community khususnya dalam bidang perdagangan dan investasi. Secara teoritis studi ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa, peneliti, dan ilmuwan lainnya sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai dampak integrasi ekonomi ASEAN terhadap perdagangan dan investasi negara-negara di ASEAN. 1.5.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian.
1. Penelitian ini hanya mencakup 5 negara anggota ASEAN, sementara 5 negara anggota ASEAN lainnya belum dimasukkan. Sedangkan negara mitra perdagangan dan investasi hanya mengambil 14 negara yang memiliki volume perdagangan dan investasi terbesar. 2. Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model gravitasi. 3. Penelitian ini menggunakan data agregat nasional baik negara ASEAN, maupun 14 negara mitra perdagangan dan investasi terbesar antara tahun 1982-2006.
4. Jarak antara negara diukur berdasarkan ibu kota negara baik negara ASEAN, maupun 14 negara mitra perdagangan dan investasi terbesar. 5. Data perdagangan yang digunakan dalam penelitian ini hanya data perdagangan barang. Perdagangan jasa belum dimasukkan dalam analisis. 6. Data tarif yang digunakan adalah tarif rata-rata, yang dihitung dengan membagi total tarif yang diberlakukan dengan jumlah baris tarif barang yang diperdagangkan. 7. Data perdagangan dan investasi yang digunakan adalah data agregat nasional dari negara anggota ASEAN dan 14 negara mitra perdagangan dan investasi. 8. Variabel integrasi dihitung berdasarkan nilai indeks integrasi perdagangan dan tingkat keterbukaan ekonomi dari setiap negara anggota ASEAN.