I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki banyak peran di Provinsi Bali, salah satunya adalah sebagai sektor pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali (2014), kontribusi sektor pertanian termasuk tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan terhadap PDRB mengalami peningkatan dari tahun 2010 s.d. 2013 seperti yang terlihat pada Tabel 1.1. Adanya peningkatan tersebut, menunjukkan peran sektor pertanian cukup baik dalam berkontribusi terhadap PDRB Provinsi Bali. Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2010-2013 No. 1 2 3 4 5
Sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Total
Tahun 2010 5.299,90 1.029,10 3.473,64 4,78 2.291,29 12.098,71
2011 5.678,48 1.067,91 3.528,94 5,36 2.456,48 12.737,17
2012 6.045,33 1.184,13 4.108,29 5,58 2.793,65 14.136,97
2013 6.888,07 1.248,71 4.646,78 6,13 3.113,17 15.902,86
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2014 Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mempunyai kedudukan strategis dalam pengembangan sektor pertanian di Provinsi Bali. Hal ini ditunjukkan dengan komoditi perkebunan yang berkontribusi terhadap devisa Provinsi Bali. Salah satu komoditi tersebut adalah kopi. Berdasarkan data volume ekspor kopi Provinsi Bali, total volume ekspor kopi pada tahun 2014 menurut negara tujuan mencapai 1
2
240 ton dengan nilai ekspor US$ 1,2 juta. Volume ekspor kopi tersebut meningkat dari tahun 2013 yang hanya tercatat 36 ton atau US$ 205 ribu (Supriyanto, 2015). Peningkatan volume dan nilai ekspor tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan kopi di pasar mancanegara pada tahun 2014. Peningkatan ekspor kopi tersebut menunjukkan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perolehan devisa Provinsi Bali. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan potensial di Provinsi Bali. Ada dua jenis kopi yang dihasilkan di Provinsi Bali yaitu Kopi Arabika dan Kopi Robusta. Berdasarkan data dari BPS Provinsi Bali (2014), Kopi Robusta memiliki luas areal tanam yang tetap dalam dua tahun terakhir yaitu 23.638 ha. Jumlah produksi Kopi Robusta menurun sebesar 10,75% dari 14.680,70 ton menjadi 13.102,92 ton, sedangkan luas areal tanam Kopi Arabika secara keseluruhan selama tahun 2013 mencapai 13.112 ha atau meningkat 8,98% dari tahun sebelumnya sebesar 11.934 ha. Peningkatan luas areal tanam juga diikuti oleh peningkatan volume produksi, yaitu meningkat sebesar 2,25% dari 4.199,76 ton di tahun 2012 menjadi 4.214,65 ton di tahun 2013 (Tabel 1.2). Peningkatan volume produksi tersebut berkontribusi terhadap perdagangan Kopi Arabika baik pada pasar nasional maupun pasar kopi dunia. Tabel 1.2 Luas Areal dan Jumlah Produksi Komoditi Kopi di Provinsi Bali Tahun 2010-2013 Kopi Arabika Luas areal Jumlah (ha) produksi (ton) 1 2010 9.454 3.255,06 2 2011 10.484 3.123,17 3 2012 11.934 4.199,76 4 2013 13.112 4.214,65 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2014 No
Tahun
Kopi Robusta Luas areal Jumlah (ha) produksi (ton) 23.629 11.109,91 23.628 7.256,25 23.628 14.680,70 23.628 13.102,92
3
Kopi Arabika merupakan salah satu jenis kopi yang terkenal dan mendominasi produksi kopi diseluruh dunia sebesar 60% menurut data International Coffee Organization (ICO) tahun 2014. Jumlah permintaan Kopi Arabika lebih besar dibandingkan dengan Kopi Robusta, yang ditunjukkan dengan jumlah ekspor kopi dunia. ICO mencatat, pada tahun 2014 volume ekspor Kopi Arabika sebesar 34.189 kantong, sedangkan Kopi Robusta hanya sebesar 20.708 kantong (satu kantong berisi 60 kg). Hal ini menjadi menjadi peluang bagi Indonesia dan Provinsi Bali khususnya untuk memenuhi permintaan Kopi Arabika yang secara global masih tinggi. Kabupaten Bangli merupakan kabupaten penghasil Kopi Arabika tertinggi di Provinsi Bali dibandingkan dengan kabupaten lainnya, sebagaimana tercantum pada Tabel 1.3. Total produksi Kopi Arabika Provinsi Bali pada tahun 2013 adalah sebesar 4.214,65 ton. Kabupaten Bangli berkontribusi sebesar 2.476 ton (58,75%) dari total produksi Kopi Arabika di Provinsi Bali. Kabupaten Buleleng
menempati posisi kedua dengan jumlah produksi 847,88 ton (20,12%) dan sisanya tersebar di Kabupaten Badung, Karangasem, Gianyar, dan Tabanan. Tabel 1.3 Luas Areal dan Jumlah Produksi Perkebunan Kopi Arabika Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kabupaten Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Total
Luas areal (ha) 0 849 1.413 398 0 6.597 1.135 2.714 0 13.106
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2014
Jumlah produksi (ton) 0 52,00 531,32 73,95 0 2.476,00 233,50 847,88 0 4.214,65
Kontribusi (%) 0 1,23 12,61 1,75 0 58,75 5,54 20,12 0 100,00
4
Kecamatan Kintamani merupakan salah satu kawasan penghasil Kopi Arabika di Kabupaten Bangli. Luas areal tanam Kopi Arabika di Kecamatan Kintamani pada tahun 2013 yaitu 6.335 ha, dengan produksi 2.314,39 ton (BPS Kabupaten Bangli, 2014). Luas areal tanam kopi di Kintamani merupakan luas areal tanam terluas di Kabupaten Bangli. Kopi Arabika yang dihasilkan di kawasan Kintamani telah mendapatkan sertifikat perlindungan Indikasi Geografis (IG) pada tanggal 5 Desember 2008. Sertifikat tersebut diperoleh karena Kopi Arabika Kintamani Bali diproduksi melalui proses produksi yang khas sesuai dengan Buku Persyaratan Kopi Arabika Kintamani Bangli dan memiliki kualitas produk kopi yang dengan citarasa yang khas. Kekhasan citarasa Kopi Arabika Kintamani Bali ini yaitu medium body (kekentalan sedang), medium acidity (rasa pahit sedang), less astringent (rasa sepat rendah), fruity (ada rasa lemon), dan good aroma (aroma bagus). Adanya sertifikat IG tersebut, Kopi Arabika Kintamani Bali memiliki bargaining position di pasar kopi internasional (Dinas Perkebunan Provinsi Bali, 2013). Desa Ulian merupakan salah satu desa penghasil Kopi Arabika yang ada di Kecamatan Kintamani. Keberadaan produsen atau petani Kopi Arabika di desa tersebut tergabung dalam kelompok atau lembaga tradisional yang disebut subak abian, salah satunya adalah Subak Abian Ulian Murni. Luas areal subak abian yang ditanami kopi yaitu 69,50 ha. Kegiatan yang dilakukan para petani di bawah lembaga subak abian ini mulai dari usahatani, pengolahan, hingga pemasaran kopi. Subak Abian Ulian Murni membentuk unit usaha khusus yang melakukan kegiatan pengolahan dan pemasaran kopi yaitu Unit Usaha Produktif (UUP) Ulian Murni.
5
UUP Ulian Murni pada awalnya hanya melakukan kegiatan usaha penjualan kopi gelondong campuran dengan teknik petik rajut. Petik rajut dilakukan bila sisa buah dipohon tinggal 10%, yaitu dengan memetik semua buah yang tertinggal (Prastowo dkk, 2010). UUP Ulian Murni kemudian mendapatkan pembinaan dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember (Puslitkoka Jember) pada tahun 2000, lalu mereka mulai menerapkan teknik petik gelondong merah. Usaha penjualan kopi gelondong merah ini dimulai dari tahun 2000. Usaha UUP Ulian Murni berkembang secara bertahap setelah Dinas Perkebunan Provinsi Bali memberikan bantuan sarana dan prasarana pengolahan kopi pada tahun 2000. Saat ini UUP Ulian Murni mampu menghasilkan produk olahan berupa biji kopi HS (Horn Skin), dan kopi bubuk. Biji kopi HS adalah biji kopi yang masih dilindungi oleh kulit tanduk setelah proses pengupasan kulit buah dengan mesin pulper (Prastowo dkk, 2010). Bantuan sarana dan prasarana pengolahan yang diberikan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Bali berupa bangunan pengolahan, serta peralatan dan mesin pengolahan. Modal kerja berupa kredit dari Pemerintah Provinsi Bali diperoleh UUP Ulian Murni untuk keperluan kegiatan pengolahan. Adanya bantuan investasi tersebut, maka perlu dilakukan kajian secara khusus apakah UUP Ulian Murni layak atau tidak secara finansial dalam melakukan kegiatan pengolahan kopi, namun kajian tersebut belum pernah dilakukan. Usaha pengolahan kopi pada UUP Ulian Murni merupakan usaha yang menghasilkan nilai tambah. Nilai tambah terbentuk karena terjadi perubahan bentuk pada proses pengolahan kopi mulai dari buah kopi gelondong merah hingga menjadi biji kopi HS dan kopi bubuk. Ada dua jenis kopi bubuk yang
6
dihasilkan yaitu kopi bubuk kemasan 250 g dan kopi bubuk 200 g. Perbedaan dua jenis kopi bubuk tersebut terletak pada bahan baku yang digunakan. Bahan baku kopi bubuk 250 g yaitu buah kopi gelondong merah, sedangkan bahan baku kopi bubuk 200 g adalah buah kopi campuran (buah kopi kuning, merah, dan hijau). Besarnya nilai tambah produk kopi HS dan kopi bubuk belum diketahui secara pasti oleh pihak UUP. Pihak UUP dapat mengetahui secara pasti besar keuntungan yang didapatkan dari proses pengolahan kopi dengan menghitung besarnya nilai tambah yang dihasilkan, sehingga memacu UUP untuk terus melakukan pengembangan terhadap produk yang dijual, agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Usaha UUP Ulian Murni juga menghadapi beberapa kendala dalam melakukan usaha pengolahan Kopi Arabika. Kendala yang dihadapi dapat berasal dari dalam dan luar UUP. Kendala yang dihadapi pihak UUP dapat mempengaruhi proses pengolahan dan pemasaran produk kopi. Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka menarik untuk diteliti besarnya nilai tambah yang diperoleh, apakah investasi yang dilakukan memenuhi kelayakan usaha atau tidak, serta kendala-kendala yang dihadapi oleh pelaku usaha dalam menjalankan usaha pengolahan Kopi Arabika.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berapa besar nilai tambah yang diperoleh pada pengolahan biji kopi HS dan kopi bubuk pada UUP Ulian Murni?
7
2. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan Kopi Arabika UUP Ulian Murni dilihat dari aspek finansial? 3. Bagaimana sensitivitas usaha pengolahan Kopi Arabika UUP Ulian Murni apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya? 4. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh pelaku usaha UUP Ulian Murni dalam melakukan pengolahan Kopi Arabika?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalis nilai tambah yang dihasilkan dari usaha pengolahan Kopi Arabika pada UUP Ulian Murni. 2. Menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan Kopi Arabika pada UUP Ulian Murni. 3. Menganalisis sensitivitas pada usaha pengolahan Kopi Arabika UUP Ulian Murni apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi biaya dan manfaat. 4. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh pelaku usaha UUP Ulian Murni dalam melakukan pengolahan Kopi Arabika.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain sebagai berikut.
8
1. Bagi peneliti, yaitu dapat meningkatkan pemahaman mengenai nilai tambah serta kelayakan finansial usaha pengolahan Kopi Arabika pada UUP. 2. Bagi pihak UUP Ulian Murni, yaitu sebagai masukan dan informasi sehingga dapat membantu dalam mengetahui keuntungan usaha, dan kelayakan finansial usaha. 3. Bagi pemerintah, yaitu sebagai masukan, gambaran, dan pertimbangan mengenai pengembangan usaha produktif komoditi unggulan khususnya kopi sehingga mampu meningkatkan pendapatan daerah. 4. Bagi pembaca, sebagai referensi, pedoman, literatur, dan inspirasi mengenai analisis nilai tambah dan kelayakan finansial produk kopi, serta sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan analisis nilai tambah, kelayakan finansial, serta kendala-kendala yang dihadapi oleh usaha pengolahan kopi di UUP Ulian Murni. Produk yang dihasilkan berupa produk olahan biji kopi HS, kopi bubuk kemasan 250 g, dan kopi bubuk kemasan 200 g. Metode analisis yang digunakan untuk menghitung nilai tambah adalah dengan metode Hayami, sedangkan untuk menganalisis kelayakan finansial membahas analisis kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP), dan analisis sensitivitas apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya. Kendala-kendala usaha yang dihadapi oleh UUP Ulian Murni dianalisis secara deskriptif.