PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI BANTEN MENURUT PENGGUNAAN. BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

Katalog BPS : 930202.36

.id

PRODUK DOMESTIK

bp

s.

go

REGIONAL BRUTO

te

n.

PROVINSI BANTEN .b

an

MENURUT

ht

tp

:\\

w

w

w

PENGGUNAAN 2011

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

te

n.

bp

s.

go

.id

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI BANTEN .b

an

MENURUT PENGGUNAAN

ht

tp

:\\

w

w

w

2011

.id

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI BANTEN MENURUT PENGGUNAAN 2011

go

Katalog BPS / BPS Catalogue : 930202.36

n.

bp

s.

Ukuran Buku / Book Size : 24 cm x 17 cm Jumlah Halaman / Number of Pages : viii +106 halaman / pages

te

Naskah / Manuscript : Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik /

.b

an

Statistic Analysis and Regional Account Division

w

Gambar / Figures : Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik /

w

w

Statistic Analysis and Regional Account Division

ht

tp

:\\

Diterbitkan oleh / Published by : BPS Provinsi Banten / BPS - Statistics of Banten Province Dicetak oleh / Printed by : CV. Nasional Indah

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

May be cited with reference to the source

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, dengan karunia dan izin-Nya maka BPS Provinsi Banten dapat melakukan dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Salah satunya adalah menerbitkan publikasi PDRB Banten Menurut

.id

Penggunaan Tahun 2011.

go

PDRB Banten Menurut Penggunaan menggambarkan penggunaan

s.

dari barang dan jasa yang diproduksi di Banten, termasuk barang dan jasa

bp

impor. Di dalamnya mencakup komponen konsumsi rumah tangga,

n.

konsumsi lembaga non profit rumah tangga, konsumsi pemerintah, PMTB,

te

ekspor dan impor.

an

Kepada semua pihak yang turut berpartisipasi hingga terbitnya

.b

publikasi ini kami ucapkan terima kasih. Saran dan kritik demi perbaikan

w

w

publikasi ini di masa datang sangat kami harapkan. Semoga publikasi ini

w

bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan, khususnya di

ht

tp

:\\

wilayah Banten.

Serang, April 2012 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Banten,

Ir. Nanan Sunandi, M.Sc. NIP. 19530801 197503 1 002

iii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR

iii

DAFTAR ISI

iv

DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GRAFIK

vii

go

.id

BAB 1. PENDAHULUAN

s.

1.1. Latar Belakang

bp

1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Manfaat PDRB Penggunaan

1 3 5 5 6

1.5. Sistematika Penulisan

6

an

te

n.

1.4. Komponen PDRB Menurut Penggunaan

w

.b

BAB 2. METODOLOGI

w

2.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

9 14 14

2.1.2. Metode Penghitungan dan Sumber Data

17

:\\

w

2.1.1. Konsep dan Definisi

17

2.1.2.2. Metode Tidak Langsung

18

2.1.2.3. Metode Campuran

21

ht

tp

2.1.2.1. Metode Langsung

2.1.3. Sumber Data 2.2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2.2.1. Konsep dan Definisi

24 25 25

2.2.1.1. Lembaga Non Profit Yang Menghasilkan Jasa Komersial

26

2.2.1.2. Lembaga Non Profit Yang Menghasilkan Jasa Non Komersial

iv

27

Daftar Isi

Halaman 2.2.2. Metode Penghitungan

29

2.2.3. Sumber Data

30

2.3. Konsumsi Pemerintah

31


31

2.3.2. Metode Penghitungan

32

2.3.2.1. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Atas

.id

Dasar Harga Berlaku

33

go

2.3.2.2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Atas Dasar Harga Konstan

bp

s.

2.3.3. Sumber Data

te


n.

2.4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

35 35 36 36 36

2.4.1.2. PMTB Menurut Sektor/Lapangan Usaha

37

.b

an

2.4.1.1. PMTB Menurut Jenis Barang

w

2.4.1.3. PMTB Menurut Institusi

40 41

2.4.3. Sumber Data

43

:\\

w

w


tp

2.5. Perubahan Stok

45 45


45

2.5.3. Sumber Data

46

ht


2.6. Ekspor dan Impor

47


47


48

2.6.2.1. Ekspor Barang dan Jasa

49

2.6.2.2. Impor Barang dan Jasa

50

2.6.3. Sumber Data

51

v

PDRB Provinsi Banten Menurut Penggunaan 2011

Halaman BAB 3. ANALISIS

53 62

3.2. Konsumsi Lembaga Nirlaba

65

3.3. Konsumsi Pemerintah

66

3.4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

70

3.5. Perubahan Stok

72


73

go

BAB 4. AGREGAT PDRB MENURUT PENGGUNAAN

.id

3.1. Konsumsi Rumah Tangga

s.

4.1. PDRB Nominal

79 81

n.

Rumahtangga Terhadap Ekspor

bp

4.2. Perbandingan Penggunaan PDRB Untuk Konsumsi Akhir 84

te

4.3. Perbandingan Konsumsi Rumahtangga Terhadap

an

Pembentukan Modal Tetap Bruto

.b

4.4. Proporsi Konsumsi Akhir Terhadap PDRB

w

4.5. Perbandingan Ekspor Terhadap PMTB

87 88 90

4.7. Keseimbangan Total Penyediaan dan Total Permintaan

91

4.8. Neraca Perdagangan (Trade Balance)

93

tp

:\\

w

w

4.6. Perbandingan PDRB Terhadap Impor

ht

BAB 5. SIMPULAN LAMPIRAN

vi

85

97 101

Daftar Isi

DAFTAR TABEL

Halaman

58

Karakteristik Komponen Investasi Riil Terhadap PDRB di Provinsi Banten Tahun 2006-2011 (persen)

71

4.1.

PDRB dan PDRB Per Kapita Tahun 2010-2011

81

4.2.

Perbandingan PDRB Penggunaan Untuk Konsumsi Akhir Rumahtangga Terhadap Ekspor Tahun 2010-2011

go

s.

bp

Perbandingan Konsumsi Rumahtangga Terhadap PMTB Tahun 2010-2011

84

w

Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir Terhadap PDRB Tahun 2010-2011

85

w

w

4.4.

.b

an

4.3.

82

n.

3.2.

.id

Pertumbuhan dan Andil Komponen PDRB Penggunaan di Provinsi Banten, Tahun 2011 (persen)

te

3.1.

Rasio Ekspor Terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2010-2011

4.6.

Rasio PDRB Terhadap Impor Tahun 2010-2011

88

4.7.

Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Tahun 2010-2011

89

Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Tahun 2010-2011

92

4.8.

87

ht

tp

:\\

4.5.

vii


DAFTAR GRAFIK

Halaman 3.1.

56

Perkembangan Porsi Non Makanan Dalam Konsumsi Rumahtangga di Banten Tahun 2006-2011 (Persen)

63

Proporsi Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB Nominal Dan Andil Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Banten Tahun 2006-2011 (Persen)

69

te

Andil Komponen Ekspor dan Impor Tahun 2006-2011 (bps)

ht

tp

:\\

w

w

w

.b

an

3.4.

n.

bp

s.

3.3.

go

.id

3.2.

Perbandingan Share Komponen PDRB Penggunaan di Provinsi Banten Tahun 2010 dan 2011 (Persen)

viii

76

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

I

PENDAHULUAN

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Transaksi masyarakat

ekonomi

dalam

yang

kehidupan

dilakukan

sehari-hari,

oleh secara

sederhana dapat dibedakan menjadi dua kelompok

.id

besar yaitu : kelompok produsen dan kelompok

go

konsumen. Kelompok produsen menggunakan faktor

bp

s.

produksi yang berasal dari kelompok konsumen dan digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.

te

n.

Sebaliknya barang dan jasa yang dihasilkan produsen

an

dibeli oleh konsumen dan digunakan untuk memenuhi

.b

kebutuhannya. Keduanya sama penting dan saling

Berdasarkan kedua kelompok ini, maka PDRB

w

w

w

membutuhkan satu sama lain.

ht

tp

:\\

dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi produksi dan sisi konsumsi atau penggunaan. Keduanya akan menghasilkan angka PDRB yang sama secara total. Perbedaannya, pada sisi produksi diperlihatkan sektorsektor mana saja yang memproduksi barang dan jasa serta

nilai

besarannya,

sedangkan

pada

sisi

penggunaan diperlihatkan siapa saja pengguna barang dan

jasa

yang

diproduksi

atau

lebih

jelasnya

bagaimana pendapatan yang diciptakan melalui proses ekonomi digunakan

dari

berbagai

oleh

macam

masyarakat

sektor untuk

produksi memenuhi

3


kebutuhan konsumsi akhirnya. Selain itu, pada sisi penggunaan

juga

diperlihatkan

seberapa

besar

produksi suatu daerah yang digunakan oleh daerah lain (ekspor) dan seberapa banyak produk daerah lain yang digunakan di daerah tersebut (impor). Selain itu juga

dapat

mengenai

diturunkan

agregat-agregat

struktur/komposisi

penggunaan

akhir

makro

permintaan

masing-masing

atau

komponen,

memiliki

manfaat

masing-masing

bagi

s.

keduanya

go

Kedua data PDRB ini perlu ditampilkan karena

.id

pertumbuhan riil, serta indeks harga implisit.

bp

evaluasi dan perencanaan. Salah satunya, dari sisi

n.

produksi dapat dilihat kemampuan ekonomi suatu dari

ekonomi

terhadap

daerah,

impor.

.b

ketergantungannya

suatu

an

alokasi

te

daerah. Sedangkan dari sisi penggunaan dapat dilihat termasuk

Selain

itu,

turunannya

seperti

Incremental

w

besaran-besaran

w

w

berdasarkan kedua jenis PDRB ini dapat dihitung

:\\

Capital Output Ratio (ICOR), PDRB Perkapita, Location

ht

lain-lain.

tp

Quotient, Rasio Perdagangan Internasional (RPI), dan

Melihat manfaatnya, maka kedua data PDRB ini sangat penting dimiliki oleh setiap daerah. BPS sebagai lembaga yang berkompeten dalam hal ini berusaha untuk menampilkan data-data PDRB dari dua

sisi

dengan

segala

kemampuan

dan

keterbatasannya. Di dalam publikasi ini hanya akan ditampilkan data-data PDRB yang dihitung dari sisi penggunaan. 4

Pendahuluan

1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan PDRB Banten menurut penggunaan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan datadata statistik. Selain itu juga diharapkan data ini dapat dimanfaatkan

sebagai

bahan

evaluasi

dan

perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak lain. Sedangkan tujuannya adalah menampilkan data komponen

penggunaan,

termasuk

juga

go

semua

.id

PDRB menurut penggunaan tahun 2011 berdasarkan

bp

s.

menampilkan data-data turunannya. Manfaat PDRB Penggunaan

n.

1.3.

te

Manfaat dari data PDRB Penggunaan adalah

an

sebagai berikut :

w

.b

1. Untuk mengetahui pola konsumsi pelaku-pelaku

w

w

ekonomi suatu daerah apakah hanya untuk tujuan konsumsi akhir atau juga untuk investasi.

ht

tp

:\\

2. Untuk

mengetahui

ekspor

dan

impor

suatu

daerah, sehingga dapat diketahui ketergantungan ekonomi domestik terhadap wilayah lain dalam bentuk perdagangan barang dan jasa. 3. Untuk mengetahui besarnya pembentukan modal di suatu daerah. 4. Untuk mengetahui besarnya nilai ICOR suatu daerah

5


1.4. Komponen PDRB Menurut Penggunaan Dalam

penyajiannya,

komponen-komponen

PDRB

menurut penggunaan adalah sebagai berikut : a). Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, b). Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT), c). Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, d). Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB),

.id

e). Perubahan Stok

s.

go

f). Ekspor Neto (Ekspor dikurangi Impor).

PDRB

n.

publikasi

Banten

menurut

te

Penulisan

bp

1.5. Sistematika Penulisan

an

penggunaan tahun 2011 ini dibagi dalam lima bab dan

maksud

penggunaan,

yang

w

pendahuluan

w

belakang,

berupa

berisi

dan

tujuan,

kegunaan

w

I,

PDRB

penggunaan

komponen

:\\

Bab

.b

lampiran. Penjelasannya adalah sebagai berikut : latar PDRB dan

Bab

II,

ht

tp

sistematika penulisan. berupa

metodologi

yang

menguraikan

tentang konsep dan definisi, metode penghitungan dan sumber data dalam penyusunan PDRB Banten menurut penggunaan. Bab III, berupa analisis yang berisi ulasan sekilas tentang data-data PDRB Banten menurut penggunaan tahun 2011.

6

Pendahuluan

Bab IV, berupa uraian deskriptif mengenai agregat PDRB

Penggunaan

yang

berisi

rasio

beberapa

komponen PDRB Penggunaan. Bab V, berupa simpulan yang berisi poin penting dari analisis yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Lampiran, berupa tabel-tabel pokok PDRB Banten

ht

tp

:\\

w

w

w

.b

an

te

n.

bp

s.

go

.id

menurut penggunaan termasuk tabel turunannya.

7

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

II

METODOLOGI

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

METODOLOGI

Produk

Domestik

Regional

Bruto

menurut

penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa

yang

diproduksi

oleh

berbagai

sektor

dalam

masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar macam yaitu : K onsum si

dua

.id

ada

Antara

yang

dan

K onsum si

Akhir

s.

produksi

go

digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam proses untuk

memenuhi

bp

kebutuhan konsumsi masyarakat.

n.

Secara spesifik yang dimaksud dengan konsumsi

te

akhir adalah penggunaan produk baik berupa barang

an

maupun jasa yang tujuannya tidak untuk diproses lebih

w

.b

lanjut (dikonsumsi habis), yang direalisasikan dalam

w

bentuk konsumsi akhir rumahtangga (termasuk lembaga-

w

lembaga nirlaba yang melayani rumah tangga), konsumsi pemerintah,

Pembentukan

Modal

Tetap

Bruto

(PMTB), perubahan inventori serta ekspor.

ht

tp

:\\

akhir

Di sisi lain, dalam menghasilkan berbagai produk barang dan jasa untuk memenuhi permintaan akhir domestik, tidaklah terlepas dari ketergantungan terhadap produk yang berasaldari negara lain (impor). Berbagai produk barang dan jasa yang menjadi konsumsi akhir masyarakat di dalamnya masih terkandung produk impor, maka untuk mengukur besaran nilai tambah domestik (PDRB)

komponen

impor

harus

dikeluarkan

atau

dikurangkan dari perhitungan konsumsi / permintaan

11


akhir. Tingginya permintaan yang tidak selalu diimbangi oleh penyediaan domestik menjadi peluang masuknya produk-produk impor. Data empiris menunjukkan bahwa perdagangan berbagai produk impor terus berkembang dari waktu ke waktu, baik secara kuantitas maupun nilai. Penghitungan PDRB dari sisi penggunaan ini dimaksudkan juga untuk menjelaskan tentang bagaimana pendapatan yang diciptakan melalui berbagai ragam

.id

proses ekonomi sektor produksi (lapangan usaha) menjadi sumber pendapatan masyarakat yang pada gilirannya

go

digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhirnya.

bp

s.

Atau pada sisi yang berbeda PDRB menurut penggunaan

n.

ini juga menjelaskan tentang penggunaan sebagian besar

te

produk domestik untuk keperluan konsumsi akhir, atau

an

dengan istilah yang berbeda disebut juga sebagai output

.b

akhir (final output). Hubungan antara sisi pendapatan

w

serta sisi pengeluaran atas pembelian berbagai produk

w

barang dan jasa, baik yang berasal dari produksi domestik

:\\

w

maupun impor (termasuk yang diekspor) merupakan

tp

bentuk analisis sederhana PDRB ditinjau dari kedua

ht

pendekatan tersebut. Keharusan memiliki jumlah yang sama pada kedua model pendekatan PDRB secara simultan tersebut dapat ditunjukkan melalui model Keynesian dengan persamaan sebagai berikut : Y = C + GFCF + ∆ Inventori + X - M

12

Metodologi

dimana, Y (Income) : PDRB Lapangan Usaha, C (Consumption) : Konsumsi Akhir, GFCF : Pembentukan Modal Tetap Bruto, ∆ Inventori : Perubahan Inventori, X : Ekspor, M : Impor, tersebut

menunjukkan

bahwa

.id

Persamaan

pendapatan atau nilai tambah yang diturunkan dari

go

penghitungan PDRB menurut lapangan usaha ”identik”

bp

s.

dengan PDRB menurut penggunaan. Apabila Y adalah

n.

pendapatan dan C menggambarkan konsumsi akhir,

te

kemudian GFCF serta Inventori menggambarkan investasi

an

(khususnya fisik) maka selisih ekspor dikurangi dengan

.b

impor mengekspresikan surplus atau defisit yang berasal

w

dari perdagangan berbagai produk barang dan jasa

w

dengan luar negeri. Melalui pendekatan ini dapat diketahui

ht

tp

:\\

w

perilaku masyarakat dalam menggunakan pendapatannya, apakah hanya untuk tujuan konsumsi akhir atau juga untuk investasi. Selain itu juga dapat diketahui seberapa besar ketergantungan ekonomi domestik terhadap luar negeri dalam bentuk perdagangan barang dan jasa (external transaction). Selisih antara ekspor dengan impor disebut sebagai ”ekspor neto” yang juga memberikan gambaran tentang tabungan luar negeri.

13


Sama halnya dengan pendekatan lapangan usaha, PDRB sisi permintaan atau penggunaan akhir ini juga menurunkan

agregat-agregat

ekonomi

makro

seperti

halnya nilai nominal, struktur/komposisi atau distribusi penggunaan akhir, pertumbuhan ”riil”, serta indeks harga implisit masing-masing komponen maupun keseluruhan

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

go

2.1.

.id

PDRB

bp

s.


n.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan

te

pengeluaran rumah tangga atas barang dan jasa untuk

an

tujuan konsumsi. Rumah tangga dalam hal ini berfungsi

.b

sebagai konsumen akhir (final demand) dari berbagai jenis

w

w

barang dan jasa yang tersedia. Pengeluaran konsumsi

w

rumah tangga mencakup pengeluaran konsumsi rumah

:\\

tangga atas barang dan jasa baik dengan cara membeli,

tp

menerima transfer, atau memproduksi sendiri dengan

ht

tujuan untuk dikonsumsi atau tidak diproses lebih lanjut menjadi produk baru, dikurangi hasil penjualan neto (penjualan dikurangi pembelian)

barang

bekas

atau

apkiran pada periode waktu tertentu. Pengeluaran konsumsi rumah tangga meliputi seluruh pengeluaran konsumsi atas barang dan jasa oleh penduduk suatu wilayah, baik dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik penduduk yang bersangkutan. Pengeluaran

14

konsumsi

atas

barang

dan

jasa

Metodologi

dikelompokkan menjadi kelompok makanan dan non makanan. Kelompok makanan terdiri atas pengeluaran untuk : 1) Bahan Makanan, yang meliputi padi-padian, umbiumbian, ikan dan udang segar dan sejenisnya, ikan dan udang yang diawetkan dan sejenisnya, daging segar, daging yang diawetkan, hasil ikutan daging, telur dan susu,

sayur-sayuran,

kacang-kacangan,

buah-buahan,

makanan lainnya.

go

2) Makanan dan minuman jadi.

.id

bahan minuman, bumbu-bumbuan dan konsumsi bahan

bp

s.

3) Tembakau dan sirih, yang meliputi rokok putih, rokok

n.

kretek, cerutu dan tembakau.

te

Pengeluaran untuk kelompok bukan makanan terdiri atas

an

pengeluaran untuk :

.b

a). Perumahan, bahan bakar, air dan penerangan. Pakaian, alas kaki dan tutup kepala.

w

c).

w

b). Aneka barang dan jasa.

ht

tp

:\\

w

d). Pajak dan asuransi. e). Keperluan untuk pesta dan upacara. Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct

purchase) oleh penduduk di luar wilayah atau di luar negeri diperlakukan sebagai transaksi impor, sebaliknya pembelian langsung oleh bukan penduduk di suatu wilayah diperlakukan

sebagai

ekspor

dari

wilayah

yang

bersangkutan. Termasuk dalam konsumsi rumah tangga adalah pembelian barang yang tidak ada duplikatnya (tidak diproduksi kembali) seperti hasil karya seni dan barang 15


antik (yang dihitung nilai marjinnya).

Meskipun barang

tersebut sudah dinilai pada saat diproduksi, tetapi karena nilainya cenderung naik maka umumnya dari waktu ke waktu

harga

barang

tersebut

relatif

lebih

mahal.

Pembelian atas produk lama semacam ini diperlakukan sebagai pembelian produk baru. Begitu pula dengan imputasi sewa rumah. Alasan diperhitungkannya

nilai

perkiraan

sewa

rumah

milik

.id

sendiri, karena dalam hal ini rumah tangga pemilik dianggap menghasilkan jasa sewa rumah bagi diri sendiri.

go

Imputasi sewa rumah adalah perkiraan nilai sewa atas

bp

s.

dasar harga pasar meskipun status rumah tersebut adalah

n.

milik sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar menyewa

te

rumah, maka yang diperhitungkan adalah nilai sewa yang

.b

tidak (karena mendapat subsidi).

an

sebenarnya dibayar, baik dibayar secara penuh maupun

w

Dalam komponen pengeluaran konsumsi rumah

w

tangga termasuk imputasi atas jasa layanan lembaga

:\\

w

keuangan (seperti bank) yang disebut sebagai FISIM

tp

(Financial Intermediation Services Indirectly Measured).

ht

Pengeluaran tersebut berupa perkiraan nilai jasa layanan lembaga keuangan atas tabungan dan pinjaman yang dinyatakan dalam bentuk transaksi bunga.

Transaksi

pembayaran maupun penerimaan bunga oleh rumah tangga tidak digolongkan sebagai aktivitas produksi, tetapi sebagai bagian dari transaksi penerimaan lain (property

income). Penggunaan peralatan kerja yang terkait dengan aktivitas

pekerjaannya,

tidak

digolongkan

sebagai

konsumsi rumah tangga. Contoh apabila buruh tambang 16

Metodologi

membeli peralatan sekop, linggis, lampu senter untuk mendukung

pekerjaannya

(dengan

biaya

ditanggung

perusahaan), maka pengeluaran ini tidak termasuk sebagai konsumsi rumah tangga buruh tambang, tetapi merupakan biaya antara dari perusahaan tambang tempat buruh bekerja.

Metode Penghitungan dan Sumber Data

.id

2.1.2.

go

Beberapa metode estimasi yang dianjurkan dalam

s.

memperkirakan besaran pengeluaran konsumsi rumah

n.

bp

tangga (RT) antara lain adalah :

te

2.1.2.1. Metode Langsung

an

Metode langsung pada prinsipnya digunakan untuk perkiraan

nilai

pengeluaran

konsumsi

w

.b

memperoleh

w

Rumahtangga secara keseluruhan berikut struktur atau

w

komposisinya. Dengan menggunakan rasio dari hasil survei

ht

tp

:\\

penerimaan dan pengeluaran rumah tangga diperoleh gambaran

tentang

perilaku

dan

struktur

konsumsi

Rumahtangga. Ada beberapa survei rumah tangga yang diselenggarakan oleh BPS Provinsi Banten dengan sampel terbatas,

seperti

Survei

Sosial

Ekonomi

Nasional

(SUSENAS) dan Survei Biaya Hidup (SBH). Namun dalam penggunaannya estimasi diperoleh

diperlukan

pengeluaran dengan

kehati-hatian,

konsumsi

menggunakan

sehingga

Rumahtangga metode

yang

langsung

sebaiknya dilengkapi dengan data pendukung lain.

17


2.1.2.2. Metode Tidak Langsung Metode tidak langsung merupakan pendekatan lain yang dapat dilakukan guna mengestimasi nilai pengeluaran konsumsi Rumahtangga. Hal ini dilakukan karena berbagai alasan teknis. Metode yang dimaksud, diantaranya adalah : a. Metode arus barang (com m odity flow ) Pendekatan arus barang didasarkan atas persediaan

.id

(supply) barang dan jasa baik dari produk domestik maupun impor, yang disalurkan atau dialokasikan pada

go

para pengguna termasuk rumah tangga

bp

s.

Penggunaan metode ini menuntut ketersedian data

n.

yang akurat, lengkap, dan konsisten terutama data arus

te

barang yang masuk dari luar negeri atau luar wilayah baik

an

yang melalui lintas darat, laut, sungai, maupun udara.

.b

Tidak tertutup kemungkinan barang yang masuk ke suatu Karena data untuk keperluan

w

menuju wilayah lain.

w

wilayah hanya untuk transit, untuk kemudian keluar lagi

estimasi

dengan

ht

dibandingkan

dengan

tp

hasil

:\\

w

penghitungan konsumsi akhir ini sangat terbatas, maka metode

metode

arus lain

barang guna

perlu

dilakukan

penyesuaian.

b. Metode Penilaian Harga Eceran Metode ini dipakai apabila data konsumsi yang tersedia dalam bentuk kuantum dari masing-masing jenis barang. Nilai

pengeluaran

konsumsi

Rumahtangga

diperoleh

dengan mengalikan data kuantum barang dengan harga ecerannya.

18

Metodologi

Kelebihan metode ini dibanding dengan metode arus barang adalah bahwa pembelian produk dinilai secara langsung berdasarkan harga pembeli. Dalam hal ini data kuantum dianggap lebih dapat dipercaya dari pada data nilai. Kesulitan timbul pada saat menghitung rata-rata harga yang dipakai untuk menghitung nilai barang, karena tidak tersedia data penimbang guna memberi bobot pada harga yang berbeda baik menurut tempat, kualitas,

.id

maupun kriteria lain. Perkiraan mengenai kuantitas barang yang dibeli oleh

go

rumah tangga dapat diperoleh dari data penyediaan

bp

s.

(supply) maupun dari data perubahan inventori yang survei

pengeluaran

konsumsi

rumah

tangga.

te

hasil

n.

bersumber dari serikat atau asosiasi dagang, bahkan dari

an

Sedangkan data penjualan barang tertentu yang terkena

.b

cukai (minuman keras, rokok) diperoleh dari instansi Pajak

w

w

dan Bea Cukai.

ht

tp

:\\

w

c. Metode Penjualan Eceran Metode

mengukur

ini

mempunyai

pengeluaran

kelebihan

konsumsi

karena

Rumahtangga

dapat saat

pembelian, dengan harga yang sesungguhnya dibayar. Kesulitan terjadi bila pedagang tidak dapat memberikan keterangan rinci tentang nilai penjualan menurut jenis barang. Perkiraan tahunan dapat mengekstrapolasi

nilai

diperoleh dengan cara pengeluaran

konsumsi

Rumahtangga pada tahun dasar. Indikator untuk mengekstrapolasi diperoleh dari berbagai informasi tentang nilai penjualan oleh pedagang eceran menurut jenis usaha 19


utama. Untuk itu data tentang penjualan produk harus dikumpulkan Indikator

secara

teratur

semacam

perkembangan

ini

melalui

kegiatan survei.

merupakan

penjualan

barang

perkiraan

dan

jasa

dari

tertentu.

Pedagang eceran cenderung kurang dapat mengingat setiap jenis barang yang terjual, serta tidak membuat catatan tentang penjualan masing-masing jenis barang. Sehingga indikator ini kurang dapat dipercaya sebagai alat

.id

mengekstrapolasi perkiraan dasar penjualan berbagai jenis

ht

tp

:\\

w

w

w

.b

an

te

n.

bp

s.

go

barang dan jasa.

20

Metodologi

2.1.2.3. Metode Campuran Dalam

praktik,

untuk

memperkirakan

nilai

pengeluaran konsumsi Rumahtangga tidak bisa dipakai hanya satu macam metode.

Di samping karena adanya

keterbatasan sumber data, masing-masing metode kurang mampu mencakup berbagai pengeluaran rumah tangga sesuai klasifikasi barang dan jasa yang dikonsumsi. Untuk mengatasi

hal

tersebut

dapat

digunakan

metode

.id

campuran, yaitu gabungan antara metode langsung

go

dengan metode penilaian harga eceran.

Artinya data

bp

yang dibayar konsumen.

s.

konsumsi dari hasil survei dinilai dengan harga eceran

n.

Data yang paling relevan untuk digunakan dalam

an

te

metode campuran adalah data modul konsumsi Susenas,

.b

yang mencakup konsumsi rumah tangga per kapita per

w

minggu untuk kelompok makanan dalam satuan kuantum

w

dan pengeluaran per kapita per bulan untuk kelompok

w

bukan makanan dalam satuan rupiah. Sampel dari survei

ht

tp

:\\

ini mencakup rumah tangga di wilayah perdesaan dan perkotaan. Perlu ditambahkan bahwa data modul Susenas hanya

dikumpulkan setiap

3 (tiga)

tahun.

Untuk

mendapatkan data series dilakukan estimasi pengeluaran konsumsi Rumahtangga di tahun yang tidak terselenggara Susenas modul konsumsi, dengan menggunakan suatu model persamaan yang mengasumsikan bahwa terdapat korelasi

antara

perilaku

konsumsi

dengan

tingkat

pendapatan. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut :

21


C(n+1) = Cn + {( β)(dpt)(Cn)} di mana :

go

.id

C(n+1) = Rata-rata konsumsi pada tahun (n+1) = Rata-rata konsumsi pada tahun dasar (n) Cn dpt = Perubahan pendapatan per Kapita ADH konstan tahun n dan n+1 β = Koefisient elastisitas permintaan terhadap pendapatan (elasticity demand of income)

s.

Formula dalam model ini menggunakan data PDRB

bp

ADH konstan atau harga yang disamakan dengan harga

n.

pada tahun dasar tertentu (fixed price), sedangkan

te

volumenya adalah konsumsi tahun berjalan. Perhitungan

an

dengan harga konstan diartikan bahwa perubahan yang

w

Perubahan voIume konsumsi dalam bentuk

w

kuantum.

.b

terjadi hanya menggambarkan perubahan volume atau

w

kuantitas disebut sebagai pertumbuhan riil.

Hubungan

tp

ht

atau non-linear.

:\\

antara konsumsi dengan pendapatan ini bisa bersifat linear

22

Metodologi

Untuk menghitung estimasi pengeluaran konsumsi Rumahtangga ADH konstan digunakan metode deflasi, yaitu

dengan

cara

membagi

estimasi

pengeluaran

konsumsi Rumahtangga ADH berlaku dengan indeks harga yang relevan.

Indeks harga tersebut harus merupakan

indeks harga yang mempunyai korelasi kuat dan sesuai dengan jenis konsumsi; misal konsumsi makanan jadi (ADH berlaku) dibagi dengan indeks harga kelompok

.id

makanan jadi. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator adalah indeks perkembangan harga atau indeks

go

yang didasarkan pada penilaian satu tahun dasar tertentu.

bp

s.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga dibedakan

n.

atas 2 (dua) kelompok besar, yaitu kelompok makanan

te

dan kelompok bukan makanan, sedangkan rinciannya

an

disesuaikan dengan komposisi konsumsi yang tersedia di Dengan demikian maka indeks

.b

masing-masing wilayah.

w

harga konsumen yang dibangun harus disesuaikan dengan

w

jenis atau tingkat kerincian pengeluaran konsumsi rumah

ht

tp

:\\

w

tangga yang tersedia. Indeks harga yang dapat digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Biasanya indeks harga tersebut mempunyai tahun dasar yang berbeda dengan tahun dasar pengukuran PDRB. Dengan demikian masih dibutuhkan proses transformasi guna menyamakan tahun dasar perhitungan. Dalam

mengukur

pengeluaran

konsumsi

Rumahtangga ADH konstan masih dimungkinkan untuk menggunakan pendekatan kuantum, sejauh data volume tersedia khususnya untuk konsumsi makanan. Tetapi dalam praktik tingkat akurasi data kuantum atau volume dirasa masih kurang. Terlebih jika data tersebut disusun 23


dalam bentuk data deret berkala (time series). Dengan demikian

keputusan

penghitungan

ADH

untuk konstan

menetapkan sepenuhnya

metode diserahkan

kepada daerah. 2.1.3. Sumber Data Sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan

pengeluaran

konsumsi

Rumahtangga

.id

dengan metode campuran di atas antara lain adalah: a. Susenas modul konsumsi, yaitu konsumsi per kapita se

go

minggu (kuantum) untuk kelompok makanan, dan

bp

s.

pengeluaran per kapita se bulan (rupiah) untuk

n.

kelompok bukan makanan.

te

b. Di samping itu digunakan data lain seperti pendapatan

an

per kapita ADH konstan (atau dengan pendekatan

.b

PDRB per kapita), rata-rata harga eceran, IHK daerah

w

perkota dan perdesaan, serta jumlah penduduk

w

pertengahan tahun yang bersumber dari hasil Sensus

:\\

w

Penduduk (SP) dan atau Survei Penduduk Antar

ht

tp

Sensus (SUPAS).

24

Metodologi

2.2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2.2.1. Konsep dan Definisi Pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani

Rumah

Tangga

(LNPRT)

adalah

berbagai

pengeluaran oleh lembaga untuk pengadaan barang dan jasa, yang secara prinsip mempunyai fungsi dalam melayani rumah tangga. Pengeluaran konsumsi LNPRT

.id

digolongkan sebagai bagian dari pengeluaran konsumsi

go

akhir yang ditujukan untuk menjaga keberlangsungan

s.

kegiatan lembaga.

bp

Lembaga non profit yang melayani rumah

n.

tangga merupakan satu entitas legal, yang secara prinsip

te

terlibat dalam kegiatan layanan atau pemberian jasa rumah

tangga

an

kepada

(non-market).

Seluruh

biaya

.b

kegiatan lembaga bersumber dari sumbangan atau donasi

w

w

rumah tangga. Oleh karenanya hampir seluruh aktivitas

w

lembaga dirancang dan dikontrol oleh rumah tangga.

ht

tp

:\\

Umumnya pekerja yang aktif dalam kegiatan lembaga merupakan tenaga kerja tidak dibayar (volunteer). LNPRT merupakan bagian dari Lembaga Non profit (LNP) secara keseluruhan. Sesuai dengan fungsinya ada LNP yang melayani rumah tangga, dan ada juga yang melayani bukan rumah tangga. Sedangkan yang dimaksud LNPRT adalah LNP yang khusus melayani rumah tangga. Dalam System of National Acccounts 1993 (SNA’93), LNPRT

diperlakukan

ekonomi)

tersendiri

sebagai

sektor

institusi

(pelaku

di

pelaku

rumah

tangga,

luar

25


pemerintah, perusahaan, dan luar negeri atau luar wilayah. Lembaga non profit dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu:

2.2.1.1. Lembaga Non Profit Yang Menghasilkan Jasa Komersial LNP pada kelompok ini adalah lembaga yang menjual jasa layanannya pada tingkat harga pasar (komersial), yaitu harga yang ditentukan atas dasar biaya produksi. dihasilkan

oleh

lembaga

semacam

ini

secara

.id

yang

Jasa

go

keseluruhan berpengaruh terhadap persediaan (supply)

s.

jenis jasa yang bersangkutan. Menurut bentuknya LNP ini

n.

LNP yang menyediakan jasa layanan bagi masyarakat

te

i.

bp

dibedakan atas :

.b

LNP yang menyediakan jasa layanan bagi kalangan

w

ii.

w

kesehatan, dan sejenisnya.

an

umum seperti lembaga penyelenggara pendidikan,

w

dunia usaha seperti serikat pekerja, asosiasi bisnis,

ht

tp

:\\

kamar dagang, dan sejenisnya.

26

Metodologi

2.2.1.2. Lembaga Non Profit Yang Menghasilkan Jasa Non Komersial LNP pada kelompok ini adalah lembaga yang menjual jasa layanan pada tingkat harga di bawah harga pasar (nonkomersial), yaitu harga yang tidak didasarkan pada biaya produksi atau bahkan jasa layanan diberikan secara cumacuma. Menurut bentuknya LNP ini dibedakan atas : LNP yang kegiatannya sebahagian besar dibiayai

.id

i.

pemerintah)

go

pemerintah, baik yang keberadaannya terikat (pada maupun

tidak,

seperti

PMI,

Komisi

bp

s.

Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM), Dharma LNP

yang

dibentuk

dan

dibiayai

oleh

anggota

te

ii

n.

Wanita, Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI). Lembaga semacam ini disebut sebagai

an

masyarakat.

.b

Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga

w

(LNPRT). Lembaga non profit yang termasuk sebagai

w

w

LNPRT dibedakan atas :

ht

tp

:\\



LNP yang menyediakan jasa khususnya untuk anggota,

seperti

organisasi

profesi,

organisasi lembaga

kemasyarakatan, keagamaan,

dan

sejenisnya. 

LNP yang menyediakan jasa layanannya bagi kelompok masyarakat yang membutuhkan, seperti LSM,

organisasi

sosial,

lembaga

bantuan

kemanusiaan, lembaga pemberi bea siswa, dan sejenisnya.

27


Dengan demikian yang dimaksud LNPRT adalah Lembaga non profit

yang menghasilkan jasa sosial

kemasyarakatan

komersial

non

dengan

masyarakat atau iuran anggota.

dana

dari

Produknya dijual pada

tingkat di bawah harga pasar atau bahkan diberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat atau anggota lembaga. Dengan demikian lembaga non profit sebagai induk dari LNPRT adalah lembaga yang keberadaannya

.id

bersifat formal ataupun informal yang dibentuk oleh perorangan, kelompok masyarakat, pemerintah atau oleh

tertentu

tanpa

maupun

adanya

kelompok

s.

anggota

motivasi

untuk

n.

masyarakat

bagi

bp

kemasyarakatan

go

dunia usaha dalam rangka menyediakan jasa sosial

te

memperoleh keuntungan. Tujuan pembentukannya tidak

an

dimaksudkan sebagai sumber pendapatan ataupun profit

ht

tp

:\\

w

w

w

.b

bagi unit yang mengontrol dan membiayainya.

28

Metodologi

Bentuk-bentuk LNP yang melayani rumah tangga adalah sebagai berikut : 1.

Organisasi Kemasyarakatan (Ormas),

2.

Organisasi Sosial (Orsos),

3.

Organisasi Profesi,

4.

Perkumpulan Sosial/Kebudayaan/Olahraga dan Hobi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

6.

Lembaga Keagamaan,

7.

Organisasi Bantuan Kemanusiaan/ Beasiswa,

go

.id

5.

bp

s.


n.

Dengan asumsi tidak ada kegiatan ekonomis

te

produktif yang dilakukan lembaga, maka nilai pengeluaran

an

konsumsi LNPRT sama dengan output atau biaya produksi

w

.b

yang dikeluarkan lembaga dalam rangka melakukan

w

kegiatan layanan kepada masyarakat, anggota organisasi,

w

atau kelompok masyarakat tertentu.

Biaya produksi

ht

tp

:\\

LNPRT sama dengan nilai konsumsi (antara) ditambah biaya primer (upah & gaji pegawai, penyusutan barang modal, dan pajak tak langsung). biaya

yang

dikeluarkan

Biaya produksi adalah

lembaga

atas

penggunaan

barang/jasa (antara) dan faktor produksi, ditambah nilai barang dan jasa yang berasal dari produksi sendiri atau pemberian pihak lain (transfer).

Jika lembaga meng-

gunakan input yang diperoleh secara cuma-cuma dari pihak lain, maka nilainya diperkirakan sesuai dengan harga pasar yang berlaku.

29


Perkiraan nilai pengeluaran konsumsi LNPRT dapat dilakukan dengan menggunakan metode langsung maupun metode tidak langsung. Metode langsung yaitu metode penghitungan yang didasarkan pada data hasil survei atau sensus. Sedangkan metode tidak langsung didasarkan pada pengeluaran lembaga lain (contoh RT) untuk membiayai kegiatan LNPRT.

yang

digunakan

untuk

menghitung

go

Data

.id

2.2.3. Sumber Data

s.

pengeluaran konsumsi LNPRT diperoleh dari hasil survei

bp

khusus. Data tersebut dalam bentuk nilai pengeluaran atas pihak

lain,

yang

digunakan

dalam

te

transfer

n.

barang dan jasa oleh lembaga serta barang dan jasa dari

an

menghasilkan jasa layanan.

rangka

pengeluaran.

Data

w

kelompok

w

.b

Data pendukung yang dibutuhkan adalah IHK per ini

digunakan

untuk

w

menghitung pengeluaran konsumsi LNPRT ADH konstan.

tp

:\\

Untuk melakukan estimasi pengeluaran konsumsi LNPRT

ht

masih diperlukan data lain, yaitu jumlah populasi LNPRT masing-masing bentuk lembaga. Data ini diperoleh dari hasil kegiatan ’listing’ ke instansi atau lembaga pembina dari unit LNPRT yang bersangkutan, maupun dengan pengecekan langsung ke lapangan.

30

Metodologi

2.3. Konsumsi Pemerintah 2.3.1. Konsep dan Definisi Pengeluaran konsumsi pemerintah didefinisikan sebagai jumlah seluruh pengeluaran pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatannya, yang terdiri dari pembelian barang dan jasa termasuk bantuan sosial (biaya antara), pembayaran balas jasa pegawai (belanja modal, dikurangi

.id

pegawai), dan penyusutan barang

go

dengan hasil penjualan barang dan jasa (output pasar)

s.

pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

bp

pemerintah (yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah).

an

te

pasar pemerintah.

n.

Konsumsi pemerintah disebut juga dengan output non-

.b

Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan tersebut adalah :

w

w

a) Kegiatan di instansi pemerintah yang memproduksi

w

barang sejenis dengan barang yang dihasilkan oleh

ht

tp

:\\

perusahaan swasta, dan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan induknya. Sebagai contoh, pencetakan publikasi, kartu pos dan reproduksi dari karya seni, pembibitan tanaman dari kebun percobaan, dan sebagainya. Penjualan barang-barang ini bersifat insidentil dari fungsi pokok

lembaga/departemen

pemerintah

tersebut,

dan

hasil

penjualannya disebut

pendapatan dari barang yang

dihasilkan. b) Kegiatan pemerintah yang menghasilkan jasa seperti kegiatan rumah sakit, sekolah, universitas, museum, perpustakaan, tempat-tempat rekreasi dan tempat-tempat

31


penyimpanan hasil karya seni, yang dibiayai dari keuangan pemerintah, dimana pemerintah memungut pembayaran yang pada umumnya tidak mencapai/sesuai dengan besarnya

biaya

yang

dikeluarkan.

Pendapatan

yang

diterima pemerintah dari hasil kegiatan seperti ini disebut pendapatan dari jasa yang diberikan. 2.3.2. Metode Penghitungan

terlebih

pengeluaran

dahulu

harus

konsumsi

disusun

.id

pemerintah,

menghitung

neraca

go

Untuk

s.

produksi pemerintah, dimana konsumsi pemerintah

bp

merupakan salah satu komponennya. Neraca produksi barang

dan

bantuan

sosial),

balas

te

(belanja

n.

pemerintah terdiri dari pengeluaran untuk biaya antara jasa

an

pegawai/belanja pegawai dan penyusutan di sisi kiri, serta

w

.b

konsumsi pemerintah (output non pasar) dan penjualan

w

dari barang dan jasa (output pasar) di sisi kanan. Uraian

w

komponen-komponen neraca produksi pemerintah adalah

tp

:\\

sebagai berikut.

ht

a) Output pemerintah, terdiri dari output pasar dan output non pasar. Output non pasar adalah output yang dihasilkan oleh pemerintah yang dipergunakan sendiri oleh pemerintah

atau

disebut

juga

dengan

konsumsi

pemerintah, yaitu barang dan jasa yang digunakan sendiri sebagai konsumsi akhir oleh pemerintah. Sedangkan output pasar pemerintah merupakan penjualan dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah yang disuplai secara gratis, atau atas dasar harga yang secara ekonomi

32

tidak

berarti,

kepada

institusi

lain

atau

Metodologi

masyarakat. b) Biaya antara adalah pemakaian barang yang tidak tahan lama serta jasa dan bantuan sosial yang digunakan sebagai input dalam menghasilkan output pemerintah. c) Nilai tambah bruto pemerintah merupakan penjumlahan dari balas jasa pegawai (belanja pegawai) dan penyusutan. Balas jasa pegawai merupakan pembayaran yang diterima pegawai secara langsung sehubungan dengan pekerjaannya, dalam

bentuk

penyusutan

uang

merupakan

maupun nilai

barang.

Sedangkan

.id

baik

yang

disisihkan

sebagai

go

pengganti susut atau ausnya barang modal pemerintah

n.

bp

s.

karena dipakai dalam proses produksi.

an

te

2.3.2.1. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah ADH Berlaku

.b

Seperti

telah

dijelaskan

sebelumnya,

nilai

w

w

konsumsi pemerintah sama dengan total output dikurangi

w

nilai barang dan jasa yang dijual. Sedangkan total input

ht

tp

:\\

merupakan penjumlahan dari biaya antara (belanja barang dan bantuan sosial) dan nilai tambah bruto (belanja pegawai dan penyusutan).

Mengingat di dalam neraca

produksi pemerintah, total output

sama dengan total

input, maka nilai pengeluaran konsumsi pemerintah merupakan pengurangan total input dengan penjualan barang dan jasa pemerintah. Untuk pemerintah pusat, data biaya antara (belanja barang dan bantuan sosial) dan belanja pegawai didapat dari rincian pengeluaran APBN. penjualan

barang

dan

jasa

diperoleh

Sedangkan dari

rincian

33


penerimaan APBN, khususnya pada bagian penerimaan bukan pajak lainnya, yaitu penjualan barang dan jasa dari semua unit pemerintah pusat. Sementara itu, penyusutan diestimasi

dengan

menggunakan

persentase

tertentu

terhadap belanja modal. Untuk pemerintah daerah, data biaya antara (belanja barang dan bantuan sosial) dan belanja pegawai didapat dari rincian pada sisi pengeluaran APBD (Provinsi, diestimasi

dan

dengan

desa.

Sedangkan

menggunakan

penyusutan

persentase

.id

Kabupaten/Kota)

tertentu

go

terhadap belanja modal. Nilai penjualan barang dan jasa

bp

s.

(output pasar) didapat dari rincian pada sisi penerimaan

n.

APBD pada bagian penerimaan pendapatan asli daerah

te

(PAD), yaitu rincian penerimaan lain-lain. Nilai penjualan

an

barang dan jasa yang dihasilkan adalah jumlah penjualan

.b

barang dan jasa pada setiap tingkat pemerintahan yaitu

w

desa, data tidak tersedia).

w

Provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa (untuk pemerintah

pemerintah

tp

barang dan jasa

:\\

w

Biaya antara, belanja pegawai serta nilai penjualan daerah Provinsi mencakup

dan

jasa

ht

biaya antara, belanja pegawai serta nilai penjualan barang pemerintah

desa,

pemerintah

daerah

kabupaten/kota, pemerintah daerah Provinsi, ditambah dengan biaya antara, belanja pegawai dan nilai penjualan barang dan jasa pemerintah pusat yang menjadi bagian dari biaya antara, belanja pegawai serta nilai penjualan barang dan jasa pemerintah daerah Provinsi.

34

Metodologi

2.3.2.2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah ADH Konstan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah ADH harga konstan

merupakan

hasil

penghitungan

komponen-

komponen neraca produksi ADH konstan. Biaya antara (belanja barang dan bantuan sosial) ADH konstan didapat dengan men-deflate biaya antara atas dasar harga berlaku dengan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) tanpa

.id

sektor ekspor. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar

go

harga konstan didapat dengan mengekstrapolasi nilai

s.

tambah bruto pada tahun dasar dengan indeks jumlah

bp

pegawai negeri sipil. Untuk penjualan barang dan jasa atas

n.

dasar harga konstan didapat dengan mempergunakan

te

persentase penjualan barang dan jasa terhadap output

.b

an

pada harga berlaku.

Penghitungan konsumsi pemerintah mengguna-

ht

tp

:\\

w

w

w

2.3.3. Sumber Data

kan data laporan keuangan pemda provinsi, kabupaten/ kota dan desa yang diperoleh dari daftar K1, K2 dan K3 (kuesioner BPS). Selain itu digunakan juga Neraca Produksi Pemerintah Pusat dan Hankam (ADHB) yang diperoleh dari BPS RI serta data indeks jumlah pegawai dan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB).

35


2.4.

Pembentukan Modal Tetap Bruto

2.4.1. Konsep dan Definisi PMTB

didefinisikan

sebagai

pengadaan,

pembuatan, pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru maupun bekas dari luar negeri, dikurangi penjualan neto barang modal bekas. Diperhitungkannya barang modal bekas dari luar negeri

.id

sebagai barang modal baru di dalam negeri, karena

go

nilainya secara ekonomi belum diperhitungkan. Barang

s.

modal juga dapat diartikan sebagai barang atau peralatan

bp

yang digunakan dalam proses produksi secara berulang-

n.

ulang dan mempunyai umur pemakaian satu tahun atau

te

lebih.

an

PMTB yang terdiri dari berbagai jenis dan wujud

.b

barang modal (kapital) ini dapat dibedakan menjadi tiga

w

penggolongan atau klasifikasi pokok yaitu : menurut jenis

w

w

barang, menurut sektor penguasa/pemilik (holder) dan

:\\

menurut institusi. Penggolongan tersebut didasarkan pada

tp

jenis barang modal, perilaku pemilikan/ penguasaan

ht

barang modal serta institusi atau kelembagaan yang menguasainya, dengan uraian masing-masing sebagai berikut. 2.4.1.1. PMTB menurut jenis barang terdiri dari: i) Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) tetap baik baru maupun bekas yang dirinci menurut jenis aset seperti: bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat

36

Metodologi

tinggal,

bangunan

lainnya,

mesin

&

peralatannnya,

kendaraan dan ternak, ii) Perbaikan besar aset berwujud, dan iii) Biaya transfer kepemilikan aset. 2.4.1.2. PMTB Menurut Sektor/Lapangan Usaha Yang dimaksud di sini adalah barang modal yang dimiliki atau dikuasai oleh sektor sektor ekonomi produksi

.id

(produsen) yang digunakan dalam proses produksinya. Sektor-sektor ekonomi yang secara garis besar terdiri dari Pertanian;

s.

sektor-sektor:

Pertambangan

&

bp

atas

go

sektor primer, sekunder dan tertier ini secara rinci terdiri

n.

penggalian; Industri pengolahan; Listrik, gas & Air bersih; Perdagangan, Hotel & Restoran;

te

Bangunan/Konstruksi;

an

Pengangkutan & Komunikasi; Bank & lembaga keuangan;

.b

Pemerintahan umum serta Jasa-jasa.

w

Rincian PMTB pada setiap lapangan usaha adalah sebagai

w

berikut:

ht

tp

:\\

w

1) Di sektor pertanian mencakup semua bangunan bukan tempat tinggal yang digunakan oleh para petani untuk menyimpan hasil produksi, bangunan dan saluran air untuk irigasi,

peningkatan

perluasan

mutu

perkebunan,

tanah,

mesin-mesin

penanaman dan

dan

alat-alat

perlengkapan untuk pertanian serta perbaikan besarbesaran atas mesin tersebut, dan pembelian ternak perah dan ternak yang dipelihara untuk diambil susu atau telurnya serta alat-alat penangkapan ikan dan tempat pemeliharaannya. 2) Di sektor pertambangan terdiri dari perluasan areal pertambangan dan bangunannya, mesin-mesin dan alat37


alat perlengkapan pertambangan serta perbaikannya, kendaraan/alat pengangkut yang dipakai dalam usaha pertambangan dan barang-barang modal lainnya yang digunakan sebagai alat dalam berproduksi di sektor pertambangan. 3) Di sektor industri pengolahan adalah semua barangbarang modal seperti gedung-gedung, kendaraan, mesinmesin dan alat-alat perlengkapan yang dipakai dalam

.id

usaha industri pengolahan termasuk perbaikannya. 4) Di sektor listrik, gas dan air bersih mencakup

go

pembuatan pembuatan proyek pembangkit tenaga listrik,

bp

s.

transmisi dan gardu distribusi beserta kantor-kantornya,

n.

dan pembelian / penambahan prasarana produksi di sektor

te

gas dan air minum. Di sektor bangunan / konstruksi adalah

an

semua pembelian / penambahan prasarana produksi yang beserta

peralatannya,

w

kantor

.b

diperlukan dalam kegiatan konstruksi.

Termasuk di sini

alat-alat

besar

dan

w

kendaraan yang digunakan dalam menunjang kegiatan

:\\

w

sektor konstruksi.

tp

5) Di sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah

ht

semua barang modal yang dimiliki dan digunakan dalam kegiatan usaha yang meliputi bangunan bukan tempat tinggal beserta peralatan produksi yang ada, alat-alat transpor dan mesin-mesin yang dipakai. Termasuk juga asrama yang disediakan perusahaan untuk tempat tinggal pegawainya. 6) Di sektor transportasi dan komunikasi modal adalah semua kendaraan yang dioperasikan antara lain: bus, truk, sado, bajay, becak, dan lain-lain, alat-alat angkutan di sungai, laut dan udara, kereta api termasuk kantor-kantor 38

Metodologi

perusahaan jawatan kereta api serta pembuatan jalanjalan kereta api, dan stasiun-stasiun dengan ramburambunya,

bangunan

bukan

tempat

tinggal

dan

kendaraan-kendaraan yang digunakan untuk menunjang usaha angkutan. 7) Di sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, real estate dan jasa perusahaan mencakup bangunan bukan tempat tinggal yang dimiliki dan digunakan untuk operasi

.id

perbankan, kendaraan yang dimiliki dan dipakai untuk menunjang kegiatan perbankan. Termasuk juga kantor-

go

kantor perwakilan perbankan beserta peralatan yang

bp

s.

digunakan.

n.

8) Di sektor pemerintahan hanya barang-barang modal terlaksananya

an

menunjang

te

yang dibeli, dibuat atau diadakan oleh pemerintah untuk kegiatan

administrasi

.b

pemerintahan saja. Barang-barang modal yang dimaksud

w

adalah seperti gedung-gedung / kantor-kantor pemerintah, mobil

w

pembelian

pemadam

kebakaran

beserta

ht

tp

:\\

w

peralatannya dan sebagainya, yang semuanya digunakan sebagai alat dari instansi-instansi pemerintah dalam memberikan

jasa/pelayanan

kepada

Termasuk

sini

jalan-jalan

di

pemerintah pusat

pembuatan

masyarakat. baik

maupun oleh pemerintah

oleh

daerah.

Pembelian barang-barang modal oleh pemerintah untuk perusahaan-perusahaan

negara dalam rangka bantuan

pemerintah tidak termasuk dalam pembentukan modal sektor pemerintah melainkan merupakan pembentukan modal

oleh

perusahaan-perusahaan

yang

menerima

sumbangan tersebut, misalnya pemerintah menyediakan anggaran untuk memperluas pabrik semen maka semua 39


pengeluaran baik untuk pembuatan bangunannya maupun untuk

pembelian

mesin-mesin

adalah

merupakan

pembentukan modal di sektor industri pengolahan. 9) Di sektor jasa-jasa, berupa gedung bioskop, ternak sirkus atau taman hiburan, peralatan kantor, kendaraan dan sebagainya. 2.4.1.3. PMTB Menurut Institusi

.id

Penggolongan ini menjelaskan tentang barang modal yang dimiliki atau dikuasai oleh pelaku-pelaku (institusi)

untuk

digunakan

dalam

proses

go

ekonomi

bp

s.

produksinya baik secara langsung maupun tidak langsung.

n.

Institusi di sini dibedakan menurut Pemerintah, Badan

te

Usaha Milik Negara (BUMN) & Badan Usaha Milik Daerah

an

(BUMD) serta usaha swasta lainnya (termasuk usaha

.b

rumah tangga) yang meliputi:

w

1) Pemerintah mencakup pengeluaran untuk barang modal

perumahan

w

gedung

:\\

pembuatan dinas,

tp

berupa,

w

oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang atau

bangunan

bangunan

sekolah,

kantor,

bangunan

ht

puskesmas, jalan & jembatan dan infrastruktur lainnya. 2) BUMN/D, barang modalnya antara lain : lapangan terbang, pelabuhan, telekomunikasi, kereta api, pesawat terbang dan sebagainya 3) Swasta dan rumah tangga, barang modal yang dikuasai dapat berupa bangunan, mesin-mesin, kendaraan dan sebagainya.

40

Metodologi

2.4.2. Metode Penghitungan Baik untuk estimasi nilai PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak langsung. Setiap daerah bisa menetapkan metode mana yang paling tepat digunakan, karena masing-masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu pemilihan penggunaan salah satu metode tersebut harus mengacu

.id

pada tingkat ketersediaan data dasarnya. Estimasi penghitungan PMTB dapat dilakukan

go

melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu: secara langsung dan

bp

s.

secara tidak langsung. Secara konseptual metode langsung

n.

merupakan cara yang relatif paling dapat dilakukan.

te

Melalui pengumpulan data pada seluruh unit-unit usaha

an

maka akan diperoleh data tentang PMTB.

.b

a. Pendekatan secara langsung

w

Penghitungan dilakukan

dengan cara

menjumlah-kan

w

w

seluruh nilai PMTB yang terjadi pada setiap sektor kegiatan

ht

tp

:\\

ekonomi (lapangan usaha). Pendekatan dengan cara ini menuntut tersedianya data PMTB yang dikuasai oleh seluruh sektor lapangan usaha secara rinci. Padahal barang modal yang dikuasai oleh sektor-sektor tersebut

sangatlah beragam.

Penilaian PMTB adalah atas dasar

harga pembeli, yaitu harga barang modal ditambah dengan biaya-biaya lain yang dike luarkan, seperti biaya transport, biaya instalasi dan biaya-biaya lain yang berkaitan dengan pengadaan barang modal tersebut, termasuk pula biaya bea masuk dan pajak tak langsung.

41


b. Pendekatan secara tidak langsung Disebut juga sebagai metode arus komoditas (commodity

flow) atau pendekatan dari sisi penyediaan barang modal. Pendekatan dengan cara ini membutuhkan ketersediaan data dari sisi penyediaan barang modal (supply side), baik dari produksi domestik maupun dari wilayah lain. Metode ini masih banyak digunakan di banyak negara karena

.id

alasan kemudahannya secara teknis. Estimasi nilai PMTB dalam bentuk bangunan

go

dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu terhadap

bp

s.

output sektor konstruksi, baik untuk perhitungan atas

n.

dasar harga berlaku maupun harga konstan. Pada jenis

te

barang modal ini diasumsikan semuanya berasal dari

an

produksi domestik.

.b

Estimasi nilai PMTB yang berupa mesin, angkutan

w

dan barang modal lainnya dibedakan menurut barang

w

modal yang berasal dari produksi dalam negeri dan yang

:\\

w

berasal dari import. Penghitungan PMTB berupa mesin-

tp

mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya yang

ht

berasal dari dalam negeri diperoleh dengan 2 cara, yaitu yang pertama mengalokasikan output mesin, angkutan dan barang modal lainnya yang menjadi bagian dari pembentukan modal, ditambah biaya angkut dan margin perdagangan. Dari perhitungan tersebut akan diperoleh estimasi PMTB atas dasar harga berlaku. Untuk memperoleh pembentukan modal yang berupa mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya

atas

dasar

harga

konstan

adalah

dengan

mendeflate PMTB atas dasar harga berlaku dengan IHPB 42

Metodologi

masing-masing jenis barang yang sesuai. Apabila data IHPB tidak tersedia maka dapat dilakukan dengan metode ekstrapolasi yaitu mengalikan nilai barang modal pada seri harga konstan dengan indeks volume masing-masing jenis barang modal. Sebagai contoh PMTB mesin, angkutan dan barang modal lainnya yang berasal dari dalam negeri yang diperoleh

dengan

cara

ekstrapolasi

yaitu

dengan

menggunakan indeks produksi Industri Pengolahan 5 digit (tertimbang)

dari

masing-masing

jenis

barang

.id

KLUI

sebagai ekstrapolatornya. Kemudian untuk memperoleh

go

nilai berlakunya, nilai pembentukan modal berupa atas

bp

s.

harga konstan tersebut direflate dengan indeks harga

n.

masing-masing jenis barang modal.

te

Estimasi PMTB yang berupa mesin-mesin, alat

an

angkutan dan barang modal lainnya yang berasal dari

.b

impor dapat dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu:

w

Pertama dari PMTB atas dasar harga berlaku diperoleh nilai

w

total barang impor, kemudian untuk merinci menjadi

ht

tp

:\\

w

mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya

digunakan alokator barang modal impor dengan kode SITC 3 digit. Kedua untuk memperoleh PMTB atas dasar harga konstannya dideflate dengan menggunakan indeks harga yang sesuai sebagai deflatornya. 2.4.3. Sumber Data Data yang dibutuhkan untuk melakukan estimasi pembentukan modal adalah: a. Output bangunan dari Neraca Industri b. Nilai barang modal impor dari statistik distribusi perdagangan luar negeri 43


c.

Laporan keuangan perusahaan (pendekatan langsung).

d. Data dari survei industri besar dan sedang yang diambil dari blok tentang pembentukan modal pada daftar isian. e. Data PMTB di sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dari laporan

perusahaannya

masing-masing

dan

dari

publikasi Statistik Energi BPS. f.

Data PMTB di sektor bangunan dapat diperoleh melalui

g. Jumlah

kendaraan

yang

dioperasikan

.id

survei ke perusahaan-perusahaan kontraktor. oleh

tiap

angkutan,

sedangkan

s.

masing-masing

bp

dinas-dinas

go

subsektor pada sektor transpor dapat diperoleh dari

n.

pengeluaran untuk pembuatan terminal, pelabuhan,

te

kantor-kantor dan lain-lain yang berhubungan dengan

an

kegiatan angkutan diperoleh dengan mengadakan

.b

survei ke perusahaan-perusahaan angkutan.

w

h. Untuk angkutan kereta api dapat diambil dari publikasi

kantor

:\\

w

PMTB di sektor komunikasi adalah semua kantorbeserta

pembuatan

ht

pekerjaan

jaringan

tp

i.

w

yang diterbitkan oleh PT Kereta Api. telepon

instalasi

dan telepon

telegrap, beserta

sentralnya, semua peralatan telekomunikasi, kantorkantor dan peralatan pengangkutan yang digunakan dalam

pelayanan

jasa

telekomunikasi

kepada

masyarakat. Data PMTB untuk sektor komunikasi dapat diperoleh dari publikasi PT Pos Telekomunikasi untuk setiap wilayah.

44

dan PT

Metodologi

2.5. Perubahan Stok 2.5.1. Konsep dan Definisi Inventori merupakan persediaan barang (jadi maupun setengah jadi) pada unit institusi yang tidak terpakai pada proses produksi atau belum selesai diproses atau belum terjual, sedangkan perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode pencatatan

.id

dengan nilai inventori pada awal periode pencatatan. Perubahan inventori menjelaskan tentang perubahan posisi

go

barang inventori yang bisa bermakna pertambahan (tanda

bp

s.

positif) atau pengurangan (bertanda negatif)

n.

Secara umum Inventori ini meliputi: Barang yang dibeli tetapi belum terpakai untuk proses Barang yang belum selesai dalam proses produksi ;

-

Barang yang belum terjual ;

-

w

Ternak potong ;

Barang

tahan lama

yang

masih

dalam

proses

penyelesaian : seperti mesin-mesin, pesawat udara, kapal laut dan sejenisnya.

ht

tp

:\\

w

-

.b

-

w

an

produksi ;

te

-

2.5.2. Metode Penghitungan Pada seri penghitungan sebelumnya, perubahan inventori dihitung dengan cara residual atau selisih atau perbedaan antara total PDRB sektoral dengan total PDRB penggunaan. Dengan demikian maka pada komponen ini selain mencakup perubahan stok atau inventori termasuk juga diskrepansi statistik. Karena perubahan inventori

45


merupakan

komponen

penting

dalam

penghitungan

investasi maka sebaiknya komponen ini dihitung secara terpisah.

Dalam

pengukurannya

perubahan

inventori

merupakan satu-satunya komponen yang bisa mempunyai 2 (dua) tanda, positif dan negatif. Positif dalam arti terjadi penambahan barang inventori sedangkan negatif apabila terjadi pengurangan barang inventori dari persediaan (stok) yang ada.

perubahan

dapat

digunakan

inventori

ini

adalah

dalam

dengan

go

menghitung

yang

.id

Metodologi

atau

unit

usaha

sebagai

pendekatan

bp

“korporasi”

s.

menggunakan 2 (dua) model pendekatan yakni dari sisi

n.

“langsung” dan dari sisi “komoditi” sebagai pendekatan

te

tidak langsung. Dilihat dari sisi manfaatnya pendekatan

an

secara langsung akan menghasilkan data yang relatif lebih

.b

baik dibandingkan dengan pendekatan tidak langsung. inventori

secara

rinci

dan

tp

berkesinambungan.

tersedia

w

posisi

:\\

tentang

w

w

Pendekatan komoditi hanya dapat dilakukan jika data

ht

2.5.3. Sumber Data

Sumber data perubahan inventori: a. Data komoditi Pertambangan dari publikasi statistik Pertambangan dan Penggalian; b. Data komoditas perkebunan; c.

Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait;

d. Indeks harga implisit PDRB sektoral terpilih, dan e. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) terpilih.

46

Metodologi

2.6. Ekspor dan Impor 2.6.1. Konsep dan Definisi Ekspor barang dan jasa merupakan suatu komponen dari permintaan akhir. Impor merupakan sumber penyediaan barang dan jasa. Impor bukan asli produksi domestik jadi harus dikurangkan dari total penggunaan dalam PDRB.

.id

Ekspor dan impor barang dan jasa meliputi

go

angkutan dan komunikasi, jasa asuransi serta barang dan

s.

jasa lain seperti jasa perdagangan yang diterima pedagang daerah

dan

pembayaran

n.

luar

bp

suatu daerah karena mengadakan transaksi penjualan di biaya

kantor

pusat

an

luar daerah.

te

perusahaan induk oleh cabang dan anak perusahaan di

.b

Pembelian langsung di pasar suatu daerah oleh

w

w

bukan penduduk termasuk ekspor barang dan jasa, serta

w

pembelian di luar daerah oleh penduduk daerah tersebut

ht

tp

:\\

dikategorikan sebagai impor. Pengeluaran untuk biaya perjalanan yang dibayar oleh majikan diperlakukan sebagai ekspor dan impor barang dagangan dan bukan sebagai pembelian langsung. Yang tidak termasuk ekspor dan impor barang adalah barang milik penduduk atau bukan penduduk suatu daerah yang melintasi batas geografis suatu daerah karena merupakan tempat persinggahan, barang untuk peragaan, barang contoh dan barang untuk keperluan sehari-hari

wisatawan mancanegara / domestik.

47


Ekspor barang antar negara dinilai dengan harga

f.o.b. (free on board), sedangkan impor barang dinilai dengan harga c.i.f. (cost, insurance and freight). Ekspor jasa dinilai pada saat jasa tersebut diberikan ke bukan penduduk, sedangkan impor jasa dinilai pada saat jasa diterima oleh penduduk. Penduduk yang dimaksud di sini adalah lembaga pemerintah, perorangan, perusahaan swasta, perusahaan

.id

negara serta lembaga swasta non profit yang berada di

s.

go

daerah tersebut.

n.

bp


te

Pada dasarnya metode pengukuran jenis transaksi

an

eksternal (baik antar-negara maupun antar-provinsi) ini

.b

memiliki kesamaan prinsip, dalam artian yang satu akan jumlah

PDRB

mengurangi

jumlah

PDRB.

dan

w

w

menambah

yang

Perbedaan

lainnya yang

akan sangat

:\\

w

mendasar adalah dalam hal penilaian, karena menyangkut

tp

alat pembayaran atau uang, khususnya bagi transaksi

ht

ekspor dan impor.

48

Metodologi

2.6.2.1. Ekspor Barang dan Jasa Langkah awal untuk mengestimasi nilai ekspor barang adalah dengan mengumpulkan data ekspor barang dari Statistik Ekspor BPS yang nilainya dalam satuan dolar Amerika dalam dua digit HS (sekitar 100 komoditas). Selanjutnya nilai ekspor barang dalam dolar AS tersebut disederhanakan menjadi 33 sektor ekonomi. Kemudian dikonversikan ke dalam rupiah dengan cara mengalikan

.id

nilai dalam dolar AS tersebut dengan kurs harga ekspor tertimbang.

go

Langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai

bp

s.

ekspor yang berasal dari pembelian langsung. Nilai ekspor

n.

pembelian langsung ini juga harus dikonversikan ke dalam

te

nilai rupiah dengan cara mengalikannya dengan nilai kurs

an

dolar ekspor secara tertimbang. Kemudian nilai pembelian

.b

ekspor secara langsung tersebut ditambahkan dengan nilai

w

pembelian secara tidak langsung menjadi total nilai ekspor

w

barang. Untuk ekspor jasa, data dikumpulkan dari Neraca

ht

tp

:\\

w

Pembayaran Luar Negeri (yang dikeluarkan oleh BI dan

IMF), di mana nilainya juga masih dalam satuan dolar AS. Untuk menjadikannya ke dalam rupiah digunakan nilai kurs ekspor tertimbang. Total ekspor dalam 33 sektor diperoleh dengan cara menjumlahkan ekspor barang yang sudah memperhitungkan pembelian langsung ditambah dengan ekspor jasa. Nilai ekspor yang masih dalam satuan rupiah (hasil konversi nilai ekspor dalam dolar AS menjadi rupiah) tersebut merupakan nilai ekspor atas dasar harga berlaku. Untuk menjadikannya ke dalam harga konstan, nilai ekspor atas harga berlaku tersebut harus dideflate dengan 49


menggunakan indeks harga per unit (IHPU) ekspor sebagai deflatornya. Indeks Harga Per Unit (IHPU) digunakan untuk mendeflate nilai ekspor maupun atas harga berlaku menjadi nilai ekspor dan impor atas dasar harga konstan. 2.6.2.2. Impor Barang dan Jasa Untuk melakukan estimasi nilai impor, pada dasarnya sama dengan proses estimasi nilai ekspor. Baik

.id

nilai ekspor maupun nilai impor dinilai berdasarkan harga barang di atas kapal negara peng-ekspornya sehingga

go

dalam konteks ini biaya-biaya lainnya diabaikan. Untuk

bp

s.

nilai impor jasa yang juga dalam satuan dolar AS datanya dalam dolar AS tersebut dikonversikan ke

te

impor yang

n.

diperoleh dari BOP (Balance of Payment). Selanjutnya nilai

an

dalam rupiah dengan cara mengalikannya dengan kurs

.b

impor tertimbang. Nilai hasil perkalian tersebut merupakan

w

nilai dalam rupiah atas dasar harga berlaku.

w

Nilai impor yang masih dalam satuan rupiah (hasil

:\\

w

konversi nilai impor dalam dolar AS menjadi rupiah)

tp

tersebut merupakan nilai impor atas dasar harga berlaku.

ht

Untuk menjadikannya ke dalam harga konstan, nilai impor atas harga berlaku tersebut harus di-deflate dengan menggunakan indeks harga per unit (IHPU) impor sebagai deflatornya. Indeks Harga Per Unit (IHPU) ini digunakan untuk mendeflate nilai ekspor dan impor atas harga berlaku menjadi nilai ekspor dan impor atas dasar harga konstan.

50

Metodologi

2.6.3. Sumber Data Untuk membuat estimasi nilai ekspor dan impor PDB digunakan bermacam jenis data yang diperoleh dari beberapa sumber, yaitu Statistik Ekspor dan Impor yang diterbitkan oleh BPS, Neraca Pembayaran, baik yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) maupun International

Monetary Fund (IMF), kemudian data dari Departemen Pertambangan dan Energi. Untuk lebih jelasnya di bawah

.id

ini akan diuraikan secara rinci, masing-masing sumber data

go

tersebut.

s.

a. Publikasi Statistik Ekspor dan Impor Barang, BPS

bp

Dari publikasi ini, diperoleh data nilai ekspor dan impor

te

n.

barang dalam dolar AS

an

b. Neraca Pembayaran BI dan IMF

.b

Dari publikasi ini dapat diperoleh data tentang transaksi

w

ekspor dan impor jasa dalam satuan dolar AS, serta kurs

ht

tp

:\\

w

w

dolar AS.

51

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

III

ANALISIS

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

ANALISIS

PDRB, dari sisi demand atau menurut penggunaan, merupakan gambaran permintaan akhir atau final demand terhadap barang dan jasa oleh berbagai agen ekonomi yang ada di suatu daerah yaitu Rumahtangga, Swasta, dan

.id

Pemerintah. Permintaan ini, sebagian dipenuhi oleh barang

go

dan jasa yang diproduksi di dalam daerah tersebut dan

s.

sebagian lagi dipenuhi dari luar daerah atau impor. Oleh

bp

karena itu, impor barang dan jasa menjadi pengurang dari

n.

nilai PDRB nya. Sedangkan kelebihan supply nya, sebagian

te

diekspor untuk memenuhi permintaan luar daerah tersebut

an

dan sebagian yang lain disimpan untuk kepentingan

w

.b

persediaan.

w

Selama tahun 2011, kondisi perekonomian Banten

w

berangsur-angsur keluar dari tekanan ekonomi sebagai

ht

tp

:\\

pengaruh terjadinya krisis ekonomi global pada beberapa

tahun sebelumnya. Pemulihan nampak pada perubahan struktur

permintaan

yang

sedikit

berkurang

pada

komponen konsumsi rumahtangga, serta meningkatnya porsi investasi dan ekspor. Laju konsumsi rumahtangga melambat terjadi pada komoditi non makanan sehingga mampu menahan laju konsumsi rumahtangga di tahun 2011 pada level 5,17 persen melambat dibanding tahun 2010 yang sebesar 5,39 persen.

55


Secara nominal, perubahan perekonomian juga dapat terdeteksi dengan semakin bertambahnya level ekonomi Banten pada tahun 2011 hingga menjadi sebesar 192,22 triliun rupiah, padahal pada tahun sebelumnya masih sebesar 171,69 triliun rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun 2010, maka level ekonomi Banten pada sepanjang periode tahun 2010-2011 bertambah sebesar 20,53 triliun rupiah atau mengalami peningkatan sebesar

.id

11,96 persen per tahun. Peningkatan ini, juga disertai oleh meningkatnya pendapatan perkapita (PDRB Perkapita),

go

yang pada sepanjang periode tersebut bertambah sebesar

bp

s.

1,45 juta rupiah per tahun, sehingga menjadi 17,59 juta

n.

rupiah di tahun 2011.

te

Sementara itu, jika diamati ke dalam struktur

an

permintaan akhirnya, terlihat bahwa kontribusi tertinggi

.b

dalam pembentukan PDRB Banten pada sepanjang periode

w

tahun 2010-2011, selalu didominasi oleh Komponen

w

Konsumsi Rumahtangga dan Lembaga non Profit,

yaitu

:\\

w

dengan share sebesar 45,29 persen di tahun 2010 dan

tp

45,14 persen di tahun 2011. Disusul kemudian oleh

ht

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau Komponen Investasi, dengan share sebesar 31,81 persen pada tahun 2010 menjadi sebesar 32,20 persen di tahun 2011. Secara lengkap struktur permintaan akhir dari tahun 2010 ke tahun 2011 tidak banyak mengalami pergeseran, dimana pada tahun 2010 komponen Perubahan Inventori masih mengambil porsi terkecil dalam struktur permintaan akhir yaitu sebesar 0,48 persen dari total PDRB dibawah komponen Konsumsi Pemerintah yang mencapai porsi 4,36 persen. Kontribusi tersebut bertahan hingga tahun 2011 56

Analisis

dengan share mencapai sebesar 0,51 persen untuk Perubahan

Inventori,

begitupun

dengan

Komponen

Pemerintah pada tahun 2011 ini tetap mengambil porsi pada kisaran 4,76 persen dari total PDRB Banten. Komponen Ekspor Netto juga masih berada pada kelompok ketiga terbesar dengan porsi sebesar 17,39 persen pada tahun 2011, sedikit menurun porsinya dibandingkan tahun

.id

sebelumnya yang mencapai 18,06 persen.

n.

bp

s.

go

Grafik 3.1. Perbandingan Share Komponen PDRB Penggunaan di Provinsi Banten Tahun 2010 dan 2011 (persen)

te

50 45

an

2010

40

.b

35

w

30

w

25

:\\

tp

10

w

20 15

2011

ht

5

0

KRT

Pemerintah

PMTB

P.Inventori

Net Ekspor

Keterangan : Konsumsi Rumah Tangga dan Lembaga non profit (KRT), Pengeluaran Pemerintah (Pemerintah), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), Perubahan Stok (P.Inventori), Ekspor minus Impor (Net Ekspor)

57


Adanya tangga

dominasi

ini,

dapat

Komponen bersifat

Konsumsi

merugikan

Rumah sekaligus

menguntungkan ekonomi Banten. Bersifat merugikan karena ekonomi Banten menjadi berpotensi untuk selalu dibayangi inflasi yang cukup tinggi sekaligus menjadi sangat rentan terhadap inflasi. Potensi inflasi terjadi sesuai dengan hukum permintaan, yaitu jika permintaan terhadap suatu barang dan jasa meningkat maka harga barang

.id

tersebut akan merangkak naik dengan sendirinya, yang secara agregat berarti terjadi inflasi karena faktor tarikan inflasi

tersebut

dapat

mengurangi

s.

maka

bp

tinggi,

go

permintaan atau demand-pull inflation. Apabila cukup

Komponen

Konsumsi

Rumahtangga

dan

te

mengurangi

n.

perkembangan daya beli masyarakat sekaligus dapat

an

mengurangi pertumbuhan ekonomi Banten. Selanjutnya,

.b

dominasi Komponen Konsumsi Rumahtangga dapat juga

w

menguntungkan, khususnya bila sisi foreign demand nya

w

terganggu seperti yang terjadi pada tahun-tahun yang lalu.

:\\

w

Ekonomi Banten masih tetap dapat tumbuh dengan

tp

mengandalkan Komponen Konsumsi Rumahtangganya.

ht

Sedangkan, tekanan berat yang telah dilewati pada sisi demand ekonomi Banten tahun lalu, akan langsung terlihat apabila dilakukan penelaahan pada pertumbuhan ekonominya. Ekonomi Banten sendiri pada tahun 2011 telah mampu tumbuh sebesar 6,43 persen, yaitu dari 88,53 triliun rupiah di tahun 2010 menjadi 94,22 triliun rupiah pada tahun 2011, atau mengalami pertumbuhan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang juga tumbuh sebesar 6,08 persen. Petumbuhan ini merupakan

58

Analisis

indikasi bahwa ekonomi Banten sedikitnya telah keluar dari dalam tekanan.

Andil

 Konsumsi Rumah Tangga

5,17

1,94

 Konsumsi Lembaga Nirlaba

9,31

0,04

 Pengeluaran Pemerintah

9,04

0,27

 PMTB

8,23

 Perubahan Stok

7,88

0,03

 Ekspor Neto

6,62

2,77

11,59

12,26

1,38

bp

go

Komponen Penggunaan

.id

Pertumbuhan

s.

Tabel 3.1. Pertumbuhan dan Andil Komponen PDRB Penggunaan di Provinsi Banten, Tahun 2011 (persen)

n.

• Ekspor

te

• (Impor)

14,84

9,49

6,43

6,43

w

.b

an

PDRB

w

Apabila diperhatikan komposisi pertumbuhannya

w

(Tabel 3.1.), dapat diduga bahwa membaiknya kinerja

ht

tp

:\\

perekonomian Banten pada tahun 2011 disebabkan oleh meningkatnya permintaan baik domestik maupun untuk kebutuhan ekspor. Kondisi ini dapat ditunjukkan pada pertumbuhan Komponen Ekspor netto yang tumbuh sebesar 6,62 persen, lebih cepat dari tahun 2010 yang sebesar 6,45 persen. Pada tahun 2011 ini Komponen Ekspor Netto memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi

Banten

sebesar

2,77

basis

points

(bps).

Walaupun dari sisi foreign demand, tercatat bahwa ekspor Banten di tahun 2011 tumbuh sedikit melambat hingga 11,59 persen dari tahun sebelumnya yang mengalami

59


tumbuh sebesar 11,86 persen, namun komponen impor juga

tumbuh

melambat

hingga

14,84

persen

jika

dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,72 persen, kondisi ini masih mampu menciptakan pertumbuhan secara ekspor netto di tahun 2011 hingga sebesar 6,62 persen, atau lebih cepat dari tahun 2010 yang

tumbuh

pertumbuhan

sebesar impor

6,45

persen.

Banten

jika

Disamping

ditinjau

itu

menurut

.id

komoditinya tidak terlalu merisaukan, karena impor Banten didominasi oleh impor bahan baku dan barang modal

go

industri pengolahan yang menunjang ekspor di waktu oleh produk Sektor

Industri Pengolahan,

n.

didominasi

bp

s.

kemudian. Di satu sisi, ekspor Banten sendiri lebih banyak

te

dimana sejak tahun 2009 ketika permintaan dari luar

an

negeri mengalami pelemahan, banyak perusahaan industri stok

dan

persediaan

w

menghabiskan

.b

yang memilih untuk mengurangi produksinya atau hanya bahan

baku.

melambat

w

yang

sebesar

7,88

persen

:\\

pertumbuhan

w

Akibatnya, Komponen Perubahan Inventori mengalami

tp

mengikuti pertumbuhan yang terjadi pada Komponen

ht

Ekspor dan perlambatan impor terutama untuk komoditas bahan baku dan penolong yang berasal dari impor.

60

Analisis

Sementara

itu,

seiring

mulai

membaiknya

permintaan terhadap produk-produk industri Banten serta adanya optimisme iklim berusaha yang semakin baik di masa datang, telah mendorong pelaku usaha untuk meningkatkan

investasi

serta

kapasitas

produksinya.

Gejalanya nampak pada Komponen Pembentukan Modal Tetap

Bruto

(PMTB)

yang

mengalami

pertumbuhan

sebesar 8,23 persen di tahun 2011 dibandingkan dengan

.id

tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,55 persen. Selanjutnya komponen Konsumsi Pemerintah pada tahun

go

2011 tumbuh sebesar 9,04 persen, tumbuh secara

bp

s.

signifikan dibandingkan tahun 2010 yang hanya tumbuh

n.

sebesar 1,08 persen. Konsumsi Lembaga Nirlaba, juga

te

mengalami pertumbuhan menjadi sebesar 9,31 persen dari

an

tahun sebelumnya yaitu 9,14 persen.

.b

Bila diamati dari sisi andil, komponen Ekspor Netto

w

merupakan komponen yang masih mampu memberikan

w

sumbangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Banten.

ht

tp

:\\

w

Tercatat, dari total pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2011 sebesar 6,43 persen; 2,77 bps nya disumbang oleh komponen Ekspor Netto. Sedangkan komponen Konsumsi Rumahtangga; Pembentukan Modal Tetap Bruto; Konsumsi Lembaga Nirlaba; Konsumsi Pemerintah dan Perubahan Stock masing-masing memberikan andilnya sebesar 1,94 bps; 1,38 bps; 0,04 bps; 0,27 bps; dan 0,03

bps terhadap total pertumbuhan ekonomi Banten di tahun 2011.

61


3.1. Konsumsi Rumah Tangga Rumahtangga merupakan salah satu agen ekonomi yang dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga perannya dalam perekonomian suatu negara tidak dapat diabaikan. Akan tetapi secara teori, hal tersebut hanya berlangsung dalam jangka pendek, sesuai dengan pendapat John Maynard Keynes, peletak dasar ilmu ekonomi makro, yaitu demand creates its own supply. pengertian

Keynes,

demand tersebut adalah

.id

Dalam

Pengeluaran Pemerintah. Tapi sepertinya bisa diterapkan

go

untuk Konsumsi Rumahtangga, dengan memperhatikan

bp

s.

perannya yang demikian dominan dalam perekonomian yaitu

ketika

perekonomian

berada

dalam

te

pendek,

n.

Provinsi Banten. Tetapi, mengapa hanya dalam jangka

an

ketidakseimbangan, karena menurut Keynes sendiri, in the

.b

long run we're all dead. Sedangkan dalam jangka panjang,

w

yaitu ketika ekonomi berada dalam keseimbangan, sesuai kemampuan

w

empiris,

Konsumsi

Rumah

:\\

Secara

w

kaidah kaum Klasik, supply lah yang berperan.

tp

Tangga dalam mendorong pertumbuhan ekonomi jelas

ht

terbatas karena sangat dipengaruhi oleh kemampuan atau daya beli masyarakat. Terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat perkembangan daya beli masyarakat di Banten diantaranya: Pertama, inflasi masih cukup tinggi terjadi di Banten pada tahun 2011 ini yang mencapai 5,19 persen. Kedua, fluktuasi kenaikan suku bunga kredit yang dapat

berimbas

kepada

kehilangan

kesempatan

masyarakat untuk mendapatkan kredit konsumsi yang murah, sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat. Ketiga, 62

masih

adanya

PHK

pada

Sektor

Industri

Analisis

Pengolahan sebagai imbas dari krisis global yang belum sepenuhnya

pulih,

sehingga

mempengaruhi

foreign

demand terhadap komoditas ekonomi Banten, dan secara agregat mengurangi daya beli masyarakat. Ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi ekspektasi masyarakat sehingga

masyarakat

cenderung

untuk

menahan

konsumsinya, terutama untuk barang dan jasa non kebutuhan pokok.

.id

Dengan memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi tersebut, nampaknya Konsumsi Rumah

go

tangga di Banten pada tahun 2011 ini mengalami

bp

s.

pertumbuhan yang melambat bila dibandingkan dengan

n.

tahun sebelumnya. Laju pertumbuhannya dipengaruhi oleh

te

komponen Konsumsi Makanan dan Non Makanan yang

an

pada tahun 2011 ini masing-masing tumbuh sebesar 4,75

.b

persen dan 5,61 persen. Pertumbuhan yang melambat

w

terjadi pada komponen Non Makanan dibandingkan tahun

w

2010 yang tumbuh sebesar 6,62 persen, sedangkan untuk

ht

tp

:\\

w

komponen Konsumsi Makanan tumbuh sedikit lebih cepat dibandingkan tahun 2010 yang tumbuh sebesar 4,26 persen. Untuk Komponen Konsumsi Non Makanan sendiri pertumbuhannya terus mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2009 sempat tumbuh hingga 7,41 persen kemudian melambat di tahun 2010 menjadi sebesar 6,62 persen, dan kemudian melambat kembali pada tahun 2011 ini. Hal ini, dapat mengindikasikan terjadinya suatu perkembangan daya beli masyarakat yang kurang menggembirakan serta menunjukkan suatu kecenderungan ekspektasi masyarakat untuk menahan konsumsi barang dan jasa non kebutuhan pokok atau non makanan. 63


Demikian juga dengan pertumbuhan persentase Konsumsi Non Makanan secara nominal pada tahun 2011 (Grafik 3.2.) telah menunjukkan porsi Konsumsi Non Makanan yang terus berkurang. Walaupun demikian, perlambatannya masih berada pada kisaran yang sama setiap

tahunnya

yaitu

sebesar

23

persen.

Dengan

demikian, bila percepatan pertumbuhan pada Komponen Konsumsi Rumahtangga terus meningkat secara signifikan,

.id

yang disebabkan oleh adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat Banten secara riil maka porsi non makanan bahwa

telah

terjadi

peningkatan

s.

dikatakan

te

n.

kesejahteraan masyarakat di provinsi Banten.

bp

dapat

go

akan cenderung terus meningkat, sehingga secara umum

:\\

ht

25

tp

30

w

w

w

.b

an

Grafik 3.2. Perkembangan Porsi Non Makanan Dalam Konsumsi Rumahtangga di Banten Tahun 2006 – 2011 (persen)

20

15

Nominal Riil 22.72

23.33

23.78

23.68

23.39

20.86 17.36

17.6

17.75

18.2

2008

2009

18.3

18.15

10 2006

64

2007

2010

2011

Analisis

3.2. Konsumsi Lembaga Nirlaba Perilaku Lembaga Nirlaba dalam mengkonsumsi barang dan jasa, sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan Rumahtangga, hal ini karena secara prinsip operasionalnya tidaklah mengandung motif pencarian untung.

Selain

itu,

berbeda

dengan

Konsumsi

Rumahtangga, share nya dalam Pendapatan Nasional sangat kecil. Oleh karena itu, dalam banyak literatur

.id

mengenai Pendapatan Nasional, penghitungan dan analisis Konsumsi Lembaga Nirlaba menyatu dengan Konsumsi

go

Rumahtangga.

bp

s.

Di Banten sendiri, share Konsumsi Lembaga Nirlaba

n.

sangatlah kecil, yaitu secara rata-rata sepanjang periode

te

2010-2011 hanya 0,58 persen. Selain itu, dengan rata-rata

an

pertumbuhan sebesar 9,23 persen per tahun selama

.b

periode yang sama, andilnya dalam perekonomian Banten

w

tidak pernah melewati batas 0,04 persen, suatu angka Walaupun

demikian,

dengan

telah

dimulainya

ht

tp

:\\

w

w

yang dapat dikatakan kurang signifikan. berbagai kegiatan pemilukada yang dilakukan berbagai

ormas dan orpol telah menyebabkan Konsumsi Lembaga Nirlaba pada tahun 2011 tumbuh sebesar 9,31 persen atau meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 9,14 persen.

65


3.3. Konsumsi Pemerintah Mengikuti anjuran Keynes, Pengeluaran Pemerintah sangat

diharapkan

pertumbuhan

dalam

ekonomi

pengeluarannya,

rangka

suatu

Pemerintah

mendongkrak

negara.

melakukan

Melalui intervensi

terhadap perekonomian Nasional dengan tujuan untuk meningkatkan PDB, menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan serta

mengurangi

kemiskinan.

Intervensi

.id

masyarakat

Pemerintah dalam analisis perekonomian makro lebih sebagai

kebijakan

fiskal

dan

Pengeluaran

go

dikenal

bp

s.

Pemerintah merupakan salah satu instrumennya di luar periode

tahun

2010-2011,

realisasi

te

Sepanjang

n.

pajak dan transfer pendapatan.

an

pengeluaran atau belanja Pemerintah Provinsi Banten

.b

dalam APDB nya selalu meningkat dari tahun ke tahun.

w

Dari 2,85 triliun rupiah pada tahun 2010 menjadi 3,90

w

triliun rupiah di tahun 2011, yang berarti secara nominal

:\\

w

tumbuh sebesar 1,05 triliun rupiah. Apabila dibandingkan

tp

dengan keadaan tahun 2010 yang mencapai 7,48 triliun

ht

rupiah, maka pada tahun 2011 telah terjadi kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 22,29 persen. Secara riil komponen Konsumsi Pemerintah tahun 2011 tumbuh lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya,

yaitu dari 1,08

persen pada tahun 2010 menjadi 9,04 persen di tahun 2011. Dilihat secara komposisi, belanja Pemerintah Banten terbagi menurut belanja pegawai, belanja modal, belanja barang dan jasa, dan belanja lainnya. Pada tahun 2011, nilai ketiga jenis belanja tersebut masing-masing adalah 66

Analisis

0,996 triliun rupiah, 1,174 triliun rupiah, 1,498 triliun rupiah

dan

0,204

triliun

rupiah.

Dibanding

tahun

sebelumnya, belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja lainnya masing-masing meningkat sebesar 8,34 persen, 50,46 persen dan 51,52 persen. Sedangkan belanja modal sendiri mengalami kontraksi hingga sebesar minus 18,98 persen. Sehingga, dapat dikatakan bahwa peningkatan belanja Pemerintah Provinsi Banten lebih

.id

banyak digunakan untuk kepentingan belanja pegawai dan belanja barang dan jasa, yang menurut teori ekonomi

go

makro, angka penggandanya jauh lebih kecil daripada

bp

s.

angka pengganda bagi keperluan belanja modal. Oleh dengan

fungsinya

yaitu

sebagai

instrumen

te

sesuai

n.

karena itu, belanja Pemerintah Banten sepertinya belum

an

pertumbuhan ekonomi.

.b

Meskipun demikian, dengan nilai sebesar itu, porsi

w

belanja Pemerintah Provinsi Banten pada tahun 2011

w

terhadap PDRB nominalnya mengalami peningkatan yaitu

ht

tp

:\\

w

menjadi sebesar 3,75 persen dibandingkan tahun 2010 yang hanya sebesar 1,66 persen dari total PDRB. Total Pengeluaran Pemerintah Daerah di Provinsi

Banten, pada tahun 2011 telah mencapai 7,88 triliun rupiah. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, berarti terjadi penambahan sekitar 1,46 triliun rupiah atau meningkat 22,82 persen. Akan tetapi tetap saja secara nominal porsi Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB nya hanya sebesar 4,76 persen, sedikit lebih besar dari tahun sebelumnya yang mencapai 4,36 persen. Dengan porsi sekecil ini, pengeluaran Pemerintah sulit untuk diharapkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten. 67


Melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh Barro (1991) serta Dar dan Amir Khalkhali (2002), Richard Armey pada tahun 1995 merumuskan suatu hubungan antara

porsi

Pengeluaran

Pemerintah

terhadap

PDB

dengan Pertumbuhan Ekonomi. Menurut Armey, hubungan antara keduanya menyerupai huruf U yang terbalik atau

inverted

U-curve,

dimana

pertumbuhan

ekonomi

cenderung meningkat seiring peningkatan pada porsi

.id

pengeluaran pemerintah dan setelah suatu saat mencapai titik jenuh, pertumbuhan ekonomi akan menurun terus makin

membesarnya

porsi

pengeluaran

go

dengan

pemerintah

mempunyai

dua

pengaruh

n.

pengeluaran

bp

s.

pemerintah. Menurutnya, hal ini terjadi karena porsi

te

terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu peningkatan pajak

an

akan mengurangi pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran

.b

Pemerintah akan meningkatkan marginal productivity of

w

capital atau setiap tambahan belanja modal Pemerintah

w

akan meningkatkan produktivitas dari akumulasi modal

:\\

w

yang ada. Semuanya itu dilandasi oleh pemikiran bahwa

tp

Pemerintah akan menarik pajak lebih besar lagi untuk

ht

membiayai pengeluarannya yang semakin membesar, karenanya pengaruh pertama akan mendominasi ketika porsi

pengeluaran

Pemerintah

semakin

membesar,

sedangkan pengaruh kedua lebih mendominasi apabila porsi pengeluarannya kecil. Pevcin (2005) dengan menggunakan data-data antar negara (cross-section), berhasil menemukan suatu porsi yang optimal dari Pengeluaran Pemerintah terhadap PDB yang dapat membawa perekonomian suatu negara tumbuh secara maksimal. Menurutnya, porsi yang optimal 68

Analisis

itu adalah apabila Pengeluaran Pemerintah sekitar 36,56 persen sampai 42,12 persen dari PDB nya, dengan porsi sebesar itu Pengeluaran Pemerintah sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi.

go

.id

Grafik 3.3. Proporsi Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Nominal dan Andil Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Banten Tahun 2006 – 2011 (persen)

bp

s.

5

n.

4

te

3

an

Proporsi Andil

w

.b

2

w

1

w

0

2007

2008

2009

2010

2011

ht

tp

:\\

2006

Dengan porsi Pengeluaran Pemerintah sebesar 4,76 persen dari PDRB nominal, maka pada tahun 2011 andilnya terhadap pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten hanya sebesar 0,27 basis points. Nilai tersebut lebih tinggi daripada andil pada tahun 2010 yang sebesar 0,03 bps. Untuk tahun-tahun sebelumnya sepanjang periode 20062011, dapat dilihat secara lebih jelasnya pada Grafik 3.3.

69


3.4. Pembentukan Modal Tetap Bruto Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau Komponen

Investasi

merupakan

pertumbuhan

ekonomi.

Rumahtangga,

dominasi

salah

Tidak

satu

seperti

Komponen

sumber Konsumsi

Investasi

pada

perekonomian suatu negara atau daerah, secara teoritis justru

menyebabkan

terjaga

dan

pertumbuhan

berkelanjutan

atau

ekonominya

terus

sustainable growth.

.id

Bahkan, apabila dominasinya terus dipertahankan, dalam dengan tanpa takut dihantui oleh melonjaknya inflasi. inti

dalam

menjaga

agar

s.

komponen

bp

Sebagai

go

jangka panjang akan meningkatkan PDRB potensialnya

n.

perekonomian terus tumbuh secara berkelanjutan, maka

te

investasi dalam skala besar baik yang berasal dari

an

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun yang

.b

bersumber dari Penanaman Modal Asing (PMA) harus sehingga

peranannya

w

Banten,

w

senantiasa diusahakan agar terus berdatangan ke Provinsi dalam

perekonomian

tp

meningkat.

:\\

w

maupun sebagai sumber pertumbuhan ekonomi terus

ht

Sepanjang periode tahun 2010-2011, secara ratarata setiap tahunnya terdapat 349 proyek PMA dan 74 proyek PMDN. Pada tahun 2011 proyek PMA yang terealisasi

mengalami

peningkatan

cukup

signifikan

sebesar 49,29 persen atau dari 280 proyek menjadi 418 proyek. Nilai investasinyapun melonjak dari 1,54 miliar dollar menjadi 2,17 miliar dollar atau naik sebesar 40,64 persen di tahun 2011. Untuk PMDN pada tahun yang sama mengalami penurunan jumlah proyek sebesar 5,26 persen, yaitu dari 76 proyek pada tahun sebelumnya menjadi 72 70

Analisis

proyek, begitupun dengan nilai investasinya yang menurun dari tahun 2010 yang sebesar 5.852,5 miliar rupiah menjadi 4.104,4 miliar rupiah di tahun 2011. Walaupun terjadi penurunan pada PMDN, secara total nilai investasi dengan terealisasinya proyek-proyek dengan nilai investasi tinggi tersebut masih mampu meningkatkan pertumbuhan Komponen Investasi pada tahun 2011 hingga sebesar 8,23 persen lebih cepat dari tahun sebelumnya yang hanya

.id

mencapai 7,55 persen. Pertumbuhan komponen investasi yang lebih cepat

go

tersebut, juga menyebabkan semakin bertambahnya andil

bp

s.

komponen investasi, yaitu dari 1,25 bps pada tahun 2010

tersebut

komponen

investasi

sehingga

te

pada

mulai

an

andil

n.

menjadi 1,38 bps di tahun 2011. Dengan meningkatnya berangsur-angsur

komponen

mendominasi

.b

perekonomian Provinsi Banten, begitupun dengan share

w

komponen investasi terhadap PDRB Banten semakin

w

meningkat, yaitu dari 31,81 persen di tahun 2010 menjadi

tp

:\\

w

32,20 persen pada tahun 2011.

ht

Tabel 3.2. Karakteristik Komponen Investasi Riil Terhadap PDRB di Provinsi Banten Tahun 2006-2011 (persen) Tahun

Share

Pertumbuhan

Andil

2006

15,08

3,47

0,53

2007

15,61

9,81

1,48

2008

16,53

12,02

1,88

2009

16,54

4,73

0,78

2010

16,77

7,55

1,25

2011

17,05

8,23

1,38

71


3.5. Perubahan Stok Perubahan

Stok

atau

investasi

persediaan,

merupakan salah satu komponen permintaan akhir yang menggambarkan perilaku atau motif perusahaan dalam memproduksi pemerataan

barang.

Motif-motif

produksi

tersebut

production

atau

adalah

smoothing,

memandang persediaan sebagai faktor produksi atau

inventories as a factor of production, mencegah kehabisan

.id

barang atau stock-out avoidance dan persediaan sebagai suatu proses produksi yang belum selesai atau work in

go

process.

bp

s.

Meskipun peranannya dalam perekonomian suatu

n.

negara cenderung sangat kecil, bahkan menurut Mankiw

te

(2003) share nya hanya sekitar satu persen, tapi volalitas

an

atau pergerakannya membuat komponen Perubahan Stok

.b

menjadi pusat studi dari fluktuasi ekonomi. Hal ini

w

dikarenakan, salah satu dari empat motif tersebut di atas

w

adalah dapat menggambarkan kondisi perekonomian suatu

:\\

w

negara atau daerah, yaitu apabila penjualan sedang

tp

menurun atau perekonomian sedang lesu, perusahaan

ht

memproduksi lebih banyak daripada yang dijual dan menyimpannya

sebagai

stok.

Sedangkan

pada

saat

booming, perusahaan akan memproduksi lebih sedikit dan menjual

lebih

banyak

persediaannya.

Jadi

motif

menyimpan stok di sini sebagai pemerataan produksi (production smoothing). Di Banten sendiri pada sepanjang periode tahun 2006-2011, share Komponen Perubahan Inventori secara rata-rata

sekitar

0,72

persen

per

tahun

dengan

kecenderungan untuk terus mengalami penurunan. Pada 72

Analisis

tahun 2011, share Komponen Perubahan Stok hanya sebesar 0,51 persen, sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 0,48 persen. Sedangkan, hubungan antara Komponen Perubahan Inventori dengan pertumbuhan ekonomi, sepertinya harus dijelaskan dengan mengikuti kerangka penelitian yang telah dilakukan oleh Mankiw

(2003).

menggunakan

Hasil

elastisitas

penghitungan

deterministik

untuk

dengan Banten

.id

diperoleh kesimpulan, yaitu untuk setiap satu persen pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama periode tahun

go

2005-2010 akan menyebabkan perubahan stok menurun

n.

bp

s.

sebesar 4,39 persen.

te


an

Sejak berdiri pada tahun 2001, Ekonomi Banten

.b

setiap tahunnya selalu didominasi oleh Sektor Industri

w

Pengolahan yang kebanyakan berorientasi ekspor dan juga

w

mendominasi ekspor Banten pada setiap tahunnya. Oleh

ht

tp

:\\

w

karena itu, ekonomi Banten sangat rentan terhadap shock atau gangguan yang berasal dari luar provinsi/luar negeri. Seperti diketahui, krisis ekonomi dan finansial global membuat ekonomi negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti China dan terutama Amerika Serikat, mengalami

pelemahan

ekonomi

yang

luar

biasa.

Akibatnya, permintaan terhadap produk barang dan jasa Indonesia menjadi berkurang. Disamping itu, permintaan luar

negeri

terhadap

produk

barang

hasil

Industri

Pengolahan Banten juga berkurang. Sehingga, secara total ekspor hasil Industri Pengolahan Banten ke luar provinsi dan ke luar negeri menjadi berkurang. Berdasarkan data 73


ekspor-impor yang tercatat di Pelabuhan Cigading dan Merak, nilai nominal ekspor Banten ke luar negeri tahun 2011

adalah

sebesar

10,15

miliar

dollar

AS.

Bila

dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 8,36 miliar dollar AS, berarti pada tahun 2011 terjadi pertumbuhan secara nominal sebesar 21,30 persen. Pertumbuhan ini, ternyata juga jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekspor Banten pada sepanjang

.id

periode tahun 2005-2010 yang lalu sebesar 7,25 persen per tahun. Sehingga, dapat dikatakan bahwa ekspor

go

Banten melalui Pelabuhan Cigading dan Merak pada tahun

bp

s.

2011 ini mulai menunjukkan trend pertumbuhan yang

n.

positif.

te

Komponen Ekspor Antar Negara sendiri pada tahun

an

2011 tumbuh melambat sebesar 11,38 persen, setelah

dari

data

menggambarkan

kegiatan

:\\

sebenarnya

tidak

tetapi,

w

sesungguhnya

Akan

w

persen.

w

16,50

.b

pada tahun sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar

tp

perusahaan-perusahaan

di

ekspor Banten,

ekspor

di

atas

keadaan

yang

yang

dilakukan

karena

dalam

ht

praktiknya terdapat banyak perusahaan terutama yang terletak di Kabupaten dan Kota Tangerang melakukan kegiatan ekspor dan impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Karang, dan Bandara SoekarnoHatta. Bagaimana dengan ekspor Provinsi Banten ke daerah lain, yang sepertinya tercakup dalam Komponen Ekspor Antar Provinsi. Disamping itu, data ekspor antar provinsi pun sayangnya tidak cukup lengkap tersedia. Meskipun demikian, pada tahun 2011 Komponen Ekspor Banten tercatat tumbuh melambat pada level 11,59 74

Analisis

persen, dimana perlambatan terjadi pada komponen Ekspor Antar Negara,

sedangkan ekspor antar provinsi

masih mampu tumbuh sebesar 11,80 persen dibandingkan tahun 2010 yang hanya tumbuh sebesar 7,41 persen. Kondisi ini menyebabkan Komponen Ekspor itu sendiri di tahun 2011 masih mampu memberikan andil yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 12,26

.id

bps, terhadap total pertumbuhan ekonomi Banten.

12

9.32

an

5.62

6.73

9.21

9.49

7.32

2007

2008

2009

2010

2011

tp

:\\

2006

w

0

-9.43

ht

-8

12.26

.b

4

11.9

w

10.61

8.76

w

8

-4

te

n.

bp

s.

go

Grafik 3.4. Andil Komponen Ekspor dan Impor terhadap PDRB Banten Tahun 2006 – 2011 (basis point )

-12

Ekspor Impor

-10.74

Sementara itu, impor dilakukan karena adanya dua motivasi atau alasan. Pertama, dalam rangka memenuhi permintaan dari dalam maupun luar terhadap barang dan jasa hasil produksi Provinsi Banten yang dibutuhkan oleh sektor-sektor

ekonomi

terutama

Sektor

Industri 75


Pengolahan.

Sektor

ini

membutuhkan

bahan

baku

(intermediate demand) maupun barang modal yang didatangkan dari luar Provinsi Banten, mungkin karena ketiadaan pasokan dari dalam atau untuk memenuhi suatu standar tertentu yang ditentukan oleh pihak importir untuk jenis produk yang akan diekspor. Kedua, impor dilakukan atas

barang-barang

konsumsi

(final

demand), yang

didorong oleh meningkatnya permintaan domestik sebagai

.id

akibat meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

go

Secara teoritis, impor bisa berarti buruk dan bisa

s.

berarti bagus bagi perekonomian. Jika impor dilakukan

bp

terhadap barang modal dan bahan baku, berarti impor

n.

dilakukan untuk kebutuhan produksi. Impor jenis ini akan

te

meningkatkan output perekonomian atau mendorong

an

terjadinya pertumbuhan ekonomi, seperti di Jepang dan

w

.b

Korea yang dikenal dengan istilah import led growth

w

(Lawrence dan Weinstein, 1999). Sedangkan impor

w

akan barang-barang konsumsi, dalam jangka pendek

tp

:\\

setidaknya mengurangi cadangan devisa dan dalam jangka

ht

panjang akan merusak industri dalam negeri yang sejenis yang pada akhirnya memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Jadi, impor barang-barang konsumsi buruk bagi perekonomian. Berdasarkan pengalaman selama ini, impor Banten setiap tahunnya selalu didominasi oleh impor bahan baku dan

barang

modal

bagi

keperluan

Sektor

Industri

Pengolahan Banten. Akibatnya, menjadi mudah diduga, yaitu jika ekspor Banten mengalami penurunan maka secara otomatis impor Banten pun akan mengalami

76

Analisis

penurunan. Tercatat setelah pada tahun 2009 mengalami kontraksi, Komponen Impor pada tahun 2010 kembali tumbuh sebesar 15,72 persen, dengan penyebab terbesar pada pertumbuhan yang terjadi pada Komponen Impor Antar Negara yang mencapai 16,01 persen. Pada tahun 2011, Komponen Impor mengalami perlambatan hingga 14,84 persen dimana perlambatan terjadi baik pada impor antar negara maupun antar provinsi.

Akibatnya pada

lebih

besar

.id

tahun 2011, Komponen Impor memberikan andil yang dalam

menurunkan

laju

perekonomian

go

dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 9,49 bps dari

ht

tp

:\\

w

w

w

.b

an

te

n.

bp

s.

tahun sebelumnya yang sebesar 9,21 persen.

77

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

an

.id

te

n.

bp

s.

go

IV ht

tp

:\\

w

w

w

.b

AGREGAT PDRB MENURUT PENGGUNAAN

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

AGREGAT PDRB MENURUT PENGGUNAAN

Berdasarkan data PDRB dapat diturunkan berbagai indikator ekonomi makro yang dapat dipakai dalam analisis deskriptif PDRB serta keterkaitannya dengan variabel sosial

.id

ekonomi lainnya. PDRB Banten yang diukur melalui

go

pendekatan lapangan usaha dan penggunaan memberikan

s.

dua dimensi analisis yang berbeda, meskipun secara total mampu

menjelaskan

n.

tidak

bp

nilai ekonominya sama besar. Dari dua dimensi ini paling bagaimana

pendapatan

relatif)

an

(perbandingan

te

diciptakan dan untuk apa digunakannya. Beberapa rasio juga

akan

disajikan

untuk

.b

melengkapi analisis yang ada meskipun disadari masih

w

w

w

adanya keterbatasan dalam informasi.

ht

tp

:\\

4.1. PDRB (Nominal) Agregat ini menjelaskan tentang besaran nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan dalam wilayah ekonomi domestik, masih terkandung nilai penyusutan (konsep bruto). PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas” karena menjelaskan tentang kemampuan suatu wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang digambarkan melalui pendekatan nilai tambah. Proses tersebut dapat berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan, dengan dukungan berbagai faktor

81


produksi serta sumber daya alam yang tersedia. Dengan demikian

maka

nilai

tambah

yang

sebagian

besar

menggambarkan tentang balas jasa (kompensasi atas) faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal (kapital), dan keahlian, merupakan inti dari analisis PDRB di sini. Di sisi lain, PDRB menurut penggunaan atau permintaan akhir ini lebih menjelaskan tentang aspek

.id

konsumsi dan akumulasi, bukan aspek produksi. Dan dari seri data PDRB penggunaan ini akan diturunkan beberapa

go

ukuran deskriptif yang berkaitan dengan PDRB maupun

bp

s.

variabel pendukung lainnya (seperti rumahtangga dan

n.

tenaga kerja). Untuk melihat perkembangan tingkat

te

pemerataan maka disajikan pula data PDRB perkapita yang

an

selama ini digunakan sebagai proksi tentang pola dan

.b

perkembangan “distribusi pemerataan” dalam masyarakat.

w

PDRB per kapita Banten juga menunjukkan peningkatan

w

sejalan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk.

:\\

w

Apabila Penduduk meningkat sekitar 2,70 persen (rata-rata

tp

2006-2010) maka PDRB ADHK meningkat sekitar 2,83

ht

persen pada masing-masing tahun tersebut. PDRB per kapita pada harga yang berlaku (current

condition) secara kumulatif meningkat dari tahun 2010 dari yang awalnya sebesar 171,69 triliun rupiah menjadi 192,22 triliun rupiah. Indikator ini menunjukkan bahwa rata-rata secara

ekonomi

setiap

penduduk

Banten

mampu

menciptakan PDRB (nilai tambah) sebesar nilai dimaksud pada masing-masing tahun.

82

Agregat PDRB Menurut Penggunaan

Tabel 4.1. PDRB dan PDRB per Kapita Tahun 2010-2011 Uraian

2010

2011

171,69 88,53

192,22 94,22

16,15 8,33

17,59 8,62

9,80

8,96

Nilai PDRB (triliun rupiah) - ADHB - ADHK 2000 PDRB Per Kapita (juta rupiah)

go

.id

- ADHB - ADHK 2000

bp

s.

Perkembangan PDRB per Kapita

109,80 103,49

108,96 103,56

10,63

10,92

2,50

2,75

an

Jumlah Penduduk (juta jiwa)

te

n.

- ADHB - ADHK 2000

ht

tp

:\\

w

w

w

.b

Pertumbuhan Penduduk (persen)

Sementara itu, pertumbuhan per kapita secara riil

juga meningkat dan cenderung semakin meningkat. Pertumbuhan PDRB per kapita (ADHK) ini pada tahun 2010 berada pada besaran 3,49 persen dan menjadi 3,56 persen pada tahun 2011. Dimana pertumbuhan tersebut diikuti pula oleh penambahan jumlah penduduk yang rata-rata berada pada kisaran 2,62 persen setiap tahunnya. Dengan demikian maka pertumbuhan PDRB per kapita yang terjadi tidak saja secara riil tetapi juga secara kualitas.

83


4.2. Perbandingan Penggunaan PDRB untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga Terhadap Ekspor Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk yang dikonsumsi rumahtangga di wilayah domestik dengan produk yang diekspor. Selama ini konsumsi rumahtangga mempunyai kontribusi yang sangat dominan dalam penggunaan PDRB Banten (lebih dari 45 persen),

.id

yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di wilayah Banten sebagian besar masih digunakan untuk akhir

rumahtangga.

Namun

di

dalamnya

go

konsumsi

te

n.

bp

s.

termasuk pula sebagian produk yang berasal dari impor.

w

w

.b

an

Tabel 4.2. Perbandingan PDRB Penggunaan Untuk Konsumsi Akhir Rumahtangga Terhadap Ekspor Tahun 2010-2011

2010

2011

Total Konsumsi RT (ADHB) (triliun rupiah)

76,79

85,64

Total Ekspor (ADHB) (triliun rupiah)

131,56

160,64

Rasio Konsumsi RT terhadap Ekspor

0,58

0,53

ht

tp

:\\

w

Uraian

Data di atas menunjukkan bahwa produk yang digunakan untuk konsumsi rumahtangga, lebih dari 0,58 kali dari yang diekspor pada tahun 2010, kemudian pada tahun 2011 rasionya sedikit berkurang, yaitu sebesar 0,53. Hal

84

lain

mengindikasikan

bahwa

sebagian

besar


penyediaan (supply) domestik diserap untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir rumahtangga, penurunan rasio yang relatif kecil pada tahun 2011 lebih disebabkan oleh peningkatan nilai ekspor yang cukup signifikan, sebaliknya konsumsi rumahtangga peningkatannya tidak sebesar pada komponen ekspor. Secara implisit, data tersebut menjelaskan bahwa nilai konsumsi akhir rumahtangga semakin menurun dan atau sebaliknya nilai ekspor

.id

semakin meningkat. Peningkatan dan penurunan tersebut disebabkan oleh perubahan volume maupun harga. Selain

s.

perekonomian

khususnya

industri

bp

pertumbuhan

go

itu, peningkatan yang relatif tajam juga disebabkan oleh

pertumbuhan

konsumsi

w

.b

an

rumahtangga.

dengan

te

dibandingkan

n.

pengolahan yang berorientasi ekspor yang lebih cepat

ht

tp

:\\

w

w

4.3. Perbandingan Konsumsi Rumahtangga Terhadap Pembentukan Modal Tetap Bruto Merupakan perbandingan antara produk yang

digunakan untuk konsumsi akhir rumahtangga dengan yang digunakan untuk tujuan investasi fisik (pembentukan modal tetap). Sekilas nampak bahwa sebagian besar penggunaan produk yang tersedia di wilayah domestik Banten digunakan untuk konsumsi akhir rumahtangga. Tidak seperti halnya rasio konsumsi rumahtangga terhadap ekspor, rasio konsumsi rumahtangga terhadap PMTB memiliki kecenderungan yang menurun, dari sebesar 1,41 pada tahun 2010 menjadi 1,38 pada tahun 2011.

85


Pada tahun 2010 rasio mengalami penurunan menjadi sebesar 1,41 dari sebelumnya yang sebesar 1,46 dan kembali turun menjadi 1,38 pada tahun 2011. Penurunan rasio yang cukup tajam pada tahun 2011 mengindikasikan terjadinya peningkatan nilai investasi secara signifikan, sementara

konsumsi

akhir

rumahtangga

meningkat

dengan sedikit lebih lambat.

bp

s.

go

.id

Tabel 4.3. Perbandingan Konsumsi Rumantangga Terhadap PMTB, Tahun 2010-2011

n.

Uraian

an

te

 Total Konsumsi RT (ADHB) (triliun rupiah)

.b

 Total PMTB (ADHB) (triliun rupiah)

ht

tp

:\\

w

w

w

 Rasio Konsumsi RT terhadap PMTB

86

2010

2011

76,79

85,64

54,61

61,90

1,41

1,38


4.4. Proporsi Konsumsi Akhir Terhadap PDRB Yang dimaksud dengan konsumsi akhir di sini adalah penggunaan habis berbagai produk barang dan jasa (baik yang berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang

aktivitas

ekonomi. Pelaku

konsumsi akhir di sini meliputi rumahtangga (termasuk LNPRT) dan pemerintah meskipun mempunyai fungsi yang berbeda

dalam

sistem

ekonomi

tetapi

sama-sama

.id

membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan

s.

go

konsumsi akhir.

w

.b

Uraian

an

te

n.

bp

Tabel 4.4. Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir Terhadap PDRB Tahun 2010-2011

w

w

 Konsumsi Akhir RT ADHB (triliun rupiah)

tp

:\\

a. Rumahtangga dan LNP b. Pemerintah

ht

 PDRB ADHB (triliun rupiah)  Proporsi

2010

2011

85,24

95,91

77,76 7,48

86,77 9,14

171,69

192,22

49,65

49,90

Sebagian besar atau lebih dari 49,77 persen secara rata-rata selama periode 2010-2011, produk barang dan jasa yang berada di Banten digunakan untuk konsumsi akhir yaitu memenuhi permintaan rumahtangga dan pemerintah. Konsumsi rumahtangga dan pemerintah yang 87


semakin meningkat setiap tahunnya ternyata sejalan dengan

proporsi

terhadap

PDRB

yang

cenderung

meningkat pula, dari 49,65 persen pada tahun 2010 menjadi 49,90 persen pada tahun 2011. Dalam hal ini produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir seperti komponen PMTB ataupun yang diekspor memiliki

.id

peran yang relatif kecil.

go

4.5. Perbandingan Ekspor Terhadap PMTB

s.

Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi

bp

di wilayah Banten tetapi diperdagangkan ke luar wilayah,

n.

baik luar negeri maupun luar Provinsi Banten. Untuk

te

menghasilkan produk yang diekspor pasti menggunakan

an

kapital (PMTB), sementara di sisi lain sebagian dari barang

w

.b

yang diekspor bisa pula berupa barang kapital. Rasio

w

ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk menunjukkan

w

perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai

ht

tp

:\\

produk yang menjadi kapital (PMTB).

88


Tabel 4.5. Rasio Ekspor Terhadap PMTB (ADHB), Tahun 2010-2011 Uraian  Ekspor ADHB (triliun rupiah)  Total PMTB ADHB (triliun rupiah)

2010

2011

131,56

160,64

54,61

61,90

2,41

2,60

.id

 Rasio Ekspor terhadap PMTB

go

Ekspor mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada

bp

s.

PMTB bahkan dengan kecenderungan yang semakin

n.

meningkat sebagaimana digambarkan pada data di atas.

te

Untuk menghasilkan seluruh produk domestik (termasuk

an

yang untuk diekspor) dibutuhkan tersedianya sejumlah

.b

kapital (yang di dalamnya termasuk pula kapital dari

w

impor). Besaran rasio ekspor terhadap PMTB pada tahun

w

2010 sebesar 2,41 dan kemudian kembali naik sedikit

ht

tp

:\\

w

menjadi 2,60 pada tahun 2011. Peningkatan nilai rasio

diantaranya disebabkan oleh kenaikan PMTB yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan kenaikan komponen ekspor di tahun 2011.

89


4.6. Perbandingan PDRB Terhadap Impor Memberikan antara

produk

gambaran

yang

tentang

dihasilkan

di

perbandingan

wilayah

ekonomi

domestik (PDRB) dengan produk yang berasal dari impor. Selain

itu

data

tersebut

menjelaskan

tentang

ketergantungan Provinsi Banten terhadap produk yang dihasilkan oleh negara/provinsi lain di luar Banten. Besar kecilnya

ketergantungan ditunjukkan melalui

besaran

.id

rasio, apabila angka rasionya besar berarti ketergantungan

go

semakin kecil, sebaliknya apabila angka rasionya kecil

s.

berarti ketergantungan terhadap produk impor semakin

te

n.

bp

kuat.

w

.b

an

Tabel 4.6. Rasio PDRB Terhadap Impor Tahun 2010-2011

w

w

Uraian

tp

:\\

 PDRB ADHB (triliun rupiah)

ht

 Total Impor ADHB (triliun rupiah)  Rasio PDRB terhadap Impor

2010

2011

171,69

192,22

100,55

127,22

1,71

1,51

Rasio PDRB terhadap impor tahun 2010-2011 cenderung

mengalami

penurunan

dengan

rata-rata

sebesar 1,61. Rasio pada tahun 2010 yang mencapai 1,71 masih lebih tinggi dibandingkan rasio ditahun 2011 yang sebesar

1,51.

Kondisi

ini

lebih

disebabkan

oleh

peningkatan porsi impor dalam perekonomian pada tahun

90


2011 yaitu sebesar 66,18 persen dari tahun sebelumnya yang berkisar 58,57 persen. Penurunan besaran rasio menunjukkan terhadap

meningkatnya

produk

impor,

ketergantungan

terutama

sejak

PDRB

terjadinya

peningkatan nilai impor pada tahun 2011. 4.7. Keseimbangan Total Penyediaan dan Total Permintaan

.id

Berdasarkan data yang ada dapat ditunjukkan bahwa

go

selama ini ekonomi Banten masih selalu ditopang oleh

s.

produk-produk yang berasal dari impor. Ketergantungan (supply)

dengan

n.

penyediaan

bp

ini dapat dilihat melalui keseimbangan antara total total

permintaan

akhir

te

(demand) yang selalu menunjukkan ketidakseimbangan

.b

an

tersebut sebagai-mana disajikan dalam tabel 4.7.

tp

:\\

w

w

w

Tabel 4.7. Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Tahun 2010-2011 2010

2011

- PDRB

171,69 (63,07)

192,22 (60,17)

- Total Nilai Impor

100,55 (36,93)

127,22 (39,83)

272,24 (100,00)

319,44 (100,00)

ht

Uraian

 Total Penyediaan (ADHB) (triliun rupiah)

 Total Permintaan Akhir (triliun rupiah)

91


Hal lain yang menarik untuk dicermati adalah bahwa untuk memenuhi permintaan akhir domestik, sebagian produk masih harus didatangkan dari luar negeri maupun luar provinsi, dengan rentang 36-53 persen. Dengan kata lain, kebutuhan masyarakat baru bisa dipenuhi rata-rata sekitar 61,5 persen dari selisih hasil produksi domestik. Dalam kurun waktu tersebut, tendensi permintaan (akhir) masyarakat terus meningkat dari

.id

sebesar 272,24 triliun rupiah pada tahun 2010, meningkat menjadi 319,44 triliun rupiah pada tahun 2011.

go

Di sisi lain, penyediaan produk barang dan jasa

bp

s.

yang mampu dihasilkan oleh ekonomi domestik masing-

n.

masing sebesar 171,69 triliun rupiah pada tahun 2010, dan

te

192,22 triliun rupiah pada tahun 2011.

an

Produk domestik yang dihasilkan ternyata tidak

.b

mampu mencukupi seluruh kebutuhan permintaan, maka

w

diimpor berbagai produk barang dan jasa dengan nilai

w

masing-masing tahun sebesar 100,55 triliun rupiah (2010),

ht

tp

:\\

w

dan 127,22 triliun rupiah pada tahun 2011.

92


4.8. Neraca Perdagangan (Trade Balance ) Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang dan jasa dengan pihak luar negeri (non residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih antara nilai ekspor dengan nilai impor disebut sebagai ekspor neto. Apabila nilai ekspor lebih besar dari nilai impor disebut surplus dan sebaliknya disebut defisit

.id

apabila nilai ekspor lebih kecil dari nilai impor. Dilihat dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat

go

keseimbangan dalam posisi surplus maka terjadi aliran

bp

s.

devisa masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka

n.

terjadi aliran devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan

te

bahwa kemajuan ekonomi suatu wilayah diantaranya juga

an

ditentukan oleh proses tersebut.

.b

Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat

w

juga dilihat perbandingan (rasio) antara nilai ekspor

w

terhadap impor, meskipun hanya berlaku secara total.

ht

tp

:\\

w

Rasio ini tidak dapat merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun kuantum. Apabila rasio lebih besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada nilai impor, sebaliknya apabila rasio kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi daripada nilai ekspor. Besar kecilnya ekspor atau impor suatu wilayah sangat tergantung kepada kondisi ekonomi serta kebutuhan masyarakatnya.

93


Selama periode 2010-2011 posisi perdagangan barang dan jasa dengan luar negeri selalu menunjukkan nilai positif, atau neraca perdagangan barang dan jasa Banten selalu dalam posisi surplus. Nilai ekspor yang lebih besar daripada impor menyebabkan adanya aliran devisa masuk, yang dalam konteks berbeda disebut sebagai “tabungan luar negeri”. Surplus perdagangan Banten yang terjadi pada tahun 2010 tercatat sebesar 31,01 triliun

.id

rupiah, dan meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar

s.

go

33,43 triliun rupiah.

2011

 Nilai Ekspor (ADHB) (triliun rupiah)

131,56

160,64

100,55

127,22

31,01

33,42

1,31

1,26

w

w

.b

2010

w

Uraian

an

te

n.

bp

Tabel 4.8. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Tahun 2010-2011

tp

:\\

 Nilai Impor (ADHB) (triliun rupiah)

ht

 Net Ekspor (X-M) (triliun rupiah)  Rasio Ekspor terhadap Impor

Sementara itu rasio ekspor terhadap impor antara tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 cenderung menunjukkan penurunan dari sebesar 1,31 (2010) menjadi 1,26 (2011). Penurunan rasio pada tahun tersebut sebenarnya

94

disebabkan

oleh

perlambatan

laju


pertumbuhan ekspor maupun impor secara bersamaan dan berturut-turut dari 11,86 persen menjadi 11,59 persen untuk ekspor, dan dari 15,72 persen menjadi 14,84 persen

ht

tp

:\\

w

w

w

.b

an

te

n.

bp

s.

go

.id

untuk komponen impor.

95

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

V

SIMPULAN

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

SIMPULAN

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada bab III dan IV, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut : Pertumbuhan ekonomi Banten kembali meningkat

.id

1.

go

pada tahun 2011 tidak dapat dilepaskan dari

s.

membaiknya kinerja Komponen Investasi (PMTB)

bp

yang tumbuh lebih cepat dibandingkan tahun 2010

n.

yaitu sebesar 8,23 persen, serta stabilnya komponen

te

ekspor pada besaran 11,59 persen sehingga dapat

an

mengimbangi pertumbuhan komponen impor pada

Hampir semua komponen penggunaan dalam PDRB

tp

:\\

w

w

2.

w

.b

kisaran 14,84 persen.

Banten

tahun

2011

mengalami

perlambatan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kecuali

ht

komponen konsumsi pemerintah, komponen lembaga non profit dan PMTB. 3.

Terjadi

pergeseran

pola

konsumsi

masyarakat

Banten, dimana porsi konsumsi makanan pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010.

99


4.

Pada

tahun

2011

Investasi

PMDN di

Banten

mengalami penurunan dari jumlah dan nilai proyek, tetapi nilai investasi secara total tetap meningkat sebagai akibat dari peningkatan investasi PMA yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2010. 5.

Terjadi pertumbuhan yang lebih cepat dari tahun

.id

2010 pada komponen konsumsi lembaga non profit,

go

konsumsi pemerintah, dan peningkatan kinerja

investasi yang mendorong kinerja ekspor tetap

bp

s.

stabil. Kondisi tersebut setidaknya mengindikasikan

n.

sebagai respon dari mulai meningkatnya permintaan

te

luar negeri atau terbukanya pasar baru, sehingga

an

unit-unit usaha yang ada di Provinsi Banten lebih

.b

memilih untuk menambah investasi dan kapasitas

w

produksinya untuk memenuhi permintaan yang

w

mulai meningkat. Neraca perdagangan luar negeri di

:\\

w

Banten kembali mengalami surplus dimana nilai

tp

ekspor selalu lebih tinggi daripada nilai impor yang

ht

diperoleh.

100

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

LAMPIRAN

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

Lampiran

Tabel 1. PDRB Banten Menurut Penggunaan Tahun 2010 – 2011 (juta rupiah) Uraian

2010 *)

2011 **)

Atas Dasar Harga Berlaku 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

85 637 614,43

968 451,56

1 129 499,28

7 477 793,38

9 144 403,33

54 610 284,92

61 896 148,20

830 901,24

985 424,19

.id

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

76 794 670,86

go

5. Perubahan Stok

131 561 134,85

160 644 324,93

- Antar Negara

72 296 514,17

85 076 937,28

- Antar Propinsi

59 264 620,68

75 567 387,65

100 552 823,24

127 218 504,08

81 195 651,04

103 611 682,62

bp

s.

6. Ekspor :

n.

7. Impor :

te

- Antar Negara

an

- Antar Propinsi

19 357 172,20

23 606 821,46

171 690 413,57

192 218 910,27

33 249 672,83

34 968 354,76

.b

PDRB

w

Atas Dasar Harga Konstan 2000

w

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

w

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba

:\\

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

tp


ht

5. Perubahan Stok 6. Ekspor :

358 778,81

392 182,62

2 692 728,78

2 936 214,23

14 843 110,88

16 064 707,56

339 159,40

365 881,82

93 644 223,65

104 495 240,79

- Antar Negara

47 804 091,21

53 243 725,18

- Antar Propinsi

45 840 132,44

51 251 515,61

56 601 789,55

65 000 226,73

- Antar Negara

45 024 575,02

51 991 532,90

- Antar Propinsi

11 577 214,53

13 008 693,84

88 525 884,79

94 222 355,05

7. Impor :

PDRB

*) Angka perbaikan **) Angka sementara

103


Tabel 2. Distribusi PDRB Banten Menurut Penggunaan Tahun 2010 – 2011 (persen) Uraian

2010 *)

2011 **)

Atas Dasar Harga Berlaku 44,73

44,55


0,56

0,59


4,36

4,76

31,81

32,20


0,48 76,63

83,57

- Antar Negara

42,11

44,26

- Antar Propinsi

s.

6. Ekspor :

0,51

bp

go

5. Perubahan Stok

.id


34,52

39,31

58,57

66,18

47,29

53,90

n.

7. Impor :

te

- Antar Negara

11,27

12,28

100,00

100,00


37,56

37,11


19,26

18,96


18,30

18,15


0,41

0,42

5. Perubahan Stok

3,04

3,12

16,77

17,05

0,38

0,39

105,78

110,90

54,00

56,51

- Antar Negara

51,78

54,39

- Antar Propinsi

63,94

68,99

100,00

100,00

an

- Antar Propinsi

.b

PDRB

ht

tp

:\\

w

w

w


6. Ekspor :

- Antar Negara - Antar Propinsi 7. Impor :

PDRB


104

Lampiran

Tabel 3. Laju Pertumbuhan PDRB Banten Menurut Penggunaan Tahun 2010 – 2011 (persen) Uraian

2010 *)

2011 **)

Atas Dasar Harga Berlaku 11,79

11,52


16,54

16,63

9,61

22,29


16,05

13,34

5. Perubahan Stok

(2,16)

6. Ekspor :

18,59

22,11

17,21

17,68

20,32

27,51

21,68

26,52

22,82

27,61

go


.id


s.

- Antar Negara

bp

- Antar Propinsi

n.

7. Impor :

te

- Antar Negara

17,14

21,95

12,54

11,96


5,39

5,17


9,14

9,31


1,08

9,04


7,55

8,23

5. Perubahan Stok

8,22

7,88

11,86

11,59

16,50

11,38

an

- Antar Propinsi

18,60

.b

PDRB

ht

tp

:\\

w

w

w


6. Ekspor :

- Antar Negara - Antar Propinsi

7,41

11,80

15,72

14,84

- Antar Negara

16,01

15,47

- Antar Propinsi

14,58

12,36

6,08

6,43

7. Impor :

PDRB *) Angka perbaikan **) Angka sementara

105


Tabel 4. Indeks Implisit PDRB Banten Menurut Penggunaan Tahun 2010 – 2011 Uraian

2010 *)

230,96

244,90


269,93

288,00


277,70

311,44


367,92

385,29

5. Perubahan Stok

244,99

269,33

6. Ekspor :

140,49

153,73

151,23

159,79

- Antar Propinsi

129,29

147,44

177,65

195,72

180,34

199,29

167,20

181,47

193,94

204,01

s.

- Antar Negara

bp

go

.id


7. Impor :

n.

- Antar Negara

an

te

- Antar Propinsi

.b

PDRB

ht

tp

:\\

w

w

w


106

2011 **)

tp

ht :\\ w

w

w an

.b

.id

go

s.

bp

n.

te

.id

an

te

n.

bp

s.

go

DATA ht

tp

:\\

w

w

w

.b

MENCERDASKAN BANGSA

BADAN PUSAT STATISTIK – PROVINSI BANTEN Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Kav. H1-2 Jl. Syekh Nawawi Al-Bantani, Kecamatan Curug, Kota Serang Telepon : (0254) 267027, Faks. : (0254) 267026 E-mail : [email protected], Website : www.banten.bps.go.id

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI BANTEN MENURUT PENGGUNAAN. BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

Recommend Documents