I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Negara agraris yang memiliki sektor pertanian yang sangat besar dan berkembang diberbagai daerah. Umumnya hasil pendapatan penduduk adalah dari hasil hutan, kebun, pangan dan hortikultura. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak di budidayakan di Indonesia adalah tanaman tomat. Tomat (Lycopersicum esculentum M.) merupakan sayuran buah yang tergolong semusim dan berbentuk perdu yang masuk kedalam family solanaceae. Buahnya merupakan sumber vitamin dan mineral, penggunaanya semakin luas karena selain untuk dikonsumsi dalam bentuk segar dan bumbu masakan, buah tanaman tomat juga dapat diolah lebih lanjut sebagai bahan baku industri untuk pembuatan saus tomat dan sari buah. Dewasa ini tanaman tomat masih memerlukan penanganan yang cukup serius, khususnya dalam hal pembibitan untuk peningkatan hasil dan kualitas buah. Jika ditinjau dari rata –rata produksi, tomat di Indonesia masih tergolong rendah yaitu 6,3 ton/Ha. Jika dibandingkan dengan negara-negara Taiwan 21 ton/ha, Saudi Arabia 13,4 ton/ha dan India 9,5 ton/ha (Nunung, 1990). Rendahnya produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan varietas yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau pemberantasan hama/penyakit yang kurang efisien. Rendahnya produksi ini diindonesia diasumsikan disebabkan oleh penanaman varietas yang tidak sesuai, teknis budidaya dan juga penanganan awal yang kurang tepat khususnya pada saat penyemaian benih.
Laporan Tugas Akhir
1
Proses penyemaian untuk menghasilkan bibit tanaman tomat cukup mudah dilakukan, namun perlu dicari alternatif untuk bisa mendapatkan bibit secara mudah dalam waktu yang cukup singkat tetapi bisa menghasilkan bibit dengan jumlah yang relatif banyak.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hal tersebut yaitu dengan melakukan perbanyakan tomat secara generatif (biji). Pembibitan secara generatif adalah pembibitan dengan menggunakan biji yang baik diperoleh dari pohon induk yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu cepat berbuah, berbuah sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman baik, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan. Perbanyakan secara generatif (biji) ini jauh lebih mudah dan lebih murah, apalagi untuk keperluan dalam jumlah banyak. Disamping itu, akan diperoleh kondisi tanaman yang lebih kuat. Namun demikian ,ada beberapa kelemahan dari sistim pembibitan secara generatif yaitu waktu berbuahnya lebih lama, tidak selalu mempunyai sifat-sifat genetis dan unggul yang sama dengan pohon induknya dan tidak dapat dipastikan apakah bibit tersebut akan menjadi tanaman betina atau justru menjadi tanaman jantan. Salah satu alternatif pembibitan tomat secara generatif adalah dengan menggunakan
berbagai
macam
media
persemaian.
Dibidang
pertanian
penggunaan beragam media semai banyak dilakukan untuk mengetahui media semai mana yang cocok untuk digunakan. Pemanfaatan berbagai macam media persemaian untuk pembibitan tomat secara generatif ini merupakan salah satu program bebas bahan kimia, yang digunakan untuk mengetahui media mana yang paling cocok untuk digunakan
Laporan Tugas Akhir
2
sebagai media persemaian bibit tanaman tomat. Tujuan penyemaian benih adalah untuk mengurangi kematian akibat tanaman yang belum siap dengan kondisi lapangan. Baik itu melindunginya dari cuaca ataupun gangguan lainnya.Proses penyemaian memerlukan tempat dan perlakuan khusus yang berbeda dengan kondisi lapangan. Untuk itu diperlukan tempat persemaian yang terpisah dengan areal tanam. Tempat persemaian bisa dibuat permanen ataupun sementara. Media persemaian berupa tanah dengan campuran bahan –bahan lainya seperti sekam , dedak, pasir dan lain-lain. (Rudy, 2011) 1.2. Tujuan Tujuan dari praktek kerja pengalaman mahasiswa (PKPM) ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui pengaruh berbagai jenis media untuk pesemaian tanaman tomat di Taman Simalem Resort, Sumatera Utara.
2.
Membandingkan pertumbuhan dan kualitas bibit pada masing masing media
3.
Mengetahui media terbaik untuk pembibitan tanaman tomat
Laporan Tugas Akhir
3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Karakteristik Komoditi
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) Tanaman tomat termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dahulu. Peranannya yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat sudah sejak lama diketahui orang. Tanaman tomat (Lycopersicum escuslentum Mill) adalah tumbuhan setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga (angiospermai). Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonnae (berkeping dua). Secara lengkap ahli-ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara sistemik sebagai berikut (Tugiyono, 2005). Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua) Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae (berbunga seperti terompet) Genus : Solanum (Lycopersicum) Species : Lycopersicum esculentum Mill Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut yang berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tanaman tidak terlalu dalam, menyebar ke semua arah hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun dapat mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Oleh karena itu tingkat kesuburan
Laporan Tugas Akhir
4
tanah di bagian atas sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah, serta benih tomat yang dihasilkan. Batang tanaman tomat bentuknya bulat dan membengkak pada bukubuku.Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar.Mudah patah, dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu dengan beberapa ikatan. Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah yang menyirip. Diantara daun-daun yang menyirip besar terdapat sirip kecil dan ada pula yan bersirip besar lagi (bipinnatus). Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna hijau, dan berbulu (Tati,2009). Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu.Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang. Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna merah muda, merah, atau kuning, cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Bentuk buah tomat beragam: lonjong, oval, pipih, meruncing, dan bulat. Diameter buah tomat antara 2-15 cm, tergantung varietasnya. Jumlah ruang di dalam buah juga bervariasi, ada yang hanya dua seperti pada buah tomat cherry dan tomat roma atau lebih dari dua
Laporan Tugas Akhir
5
seperti tomat marmade yang beruang delapan. Pada buah masih terdapat tangkai bunga yang berubah fungsi menjadi sebagai tangkai buah serta kelopak bunga yang beralih fungsi menjadi kelopak bunga. Dibagian bawah terdapat 5 buah kelopak bunga yang berwarna hijau. Buah tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak enak karena mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeluarkan 2-9 kantong lendir. Ketika buahnya semakin matang, lycopersicin lambat laun hilang sendiri sehingga baunya hilang dan rasanyapun jadi enak, asam-asam manis ( Trisnawaty, 1993 ). Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan atau coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Biji saling melekat, diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas dan lingkungan, maksimum 200 biji per buah. Umumnya biji digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5-10 hari (Wasnowati 2011).
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat 2.2.1. Iklim Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat, dari dataran rendah sampai tinggi (pegunungan). Tanaman tomat tomat tidak menyukai tanah yang tergenang air atau becek. Tanah yang keadaannya demikian menyebabkan akar tomat mudah busuk dan tidak mampu mengisap zat-zat hara dari dalam tanah karena sirkulasi udara dalam tanah disekitar akar tomat kurang baik,akibatnya tanaman akan mati.
Laporan Tugas Akhir
6
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir, dan banyak mengandung humus serta pengairan yang teratur dan cukup mulai tanaman mulai dapat dipanen. Bagi tanaman genjah dan yang dikehendaki cepat panen, tanah liat berpasir akan lebih baik. Suhu yang terbaik bagi pertumbuhan tomat adalah 230c pada siang hari dan 170c pada malam hari. Selisihnya adalah adalah 60c. Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 80%. Suhu yang dingin dapat menyebakan panyakit daun berkembang, sedangkan kelembapan yang relatif rendah dapat mengganggu pembentukan buah. Pembentukan buah sangat ditentukan oleh faktor suhu malam hari. Pengalaman di berbagai negara membuktikkan bahwa suhu yang terlalu tinggi di waktu malam menyebabkan tanaman tomat tidak dapat membentuk bunga sama sekali, sedangkan pada suhu kurang dari 100c tepung sari menjadi lemah tumbuhnya dan banyak tepung sari yang mati, akibat hanya sedikit saja yang terjadi pembuahan (Tugiyono 2005). Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk produksi yang menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak disukai. Daerah yang beriklim sejuk sangat cocok untuk tanaman ini. Tanaman ini tidak tahan terhadap awan. Daerah yang dengan kondisi demikian tanaman mudah terserang cendawan busuk daun dan sebangsanya. Angin kering dan udara panas juga kurang baik bagi pertumbuhannya dan sering menyebabkan kerontokan bunga. (Emi, 2010)
Laporan Tugas Akhir
7
2.2.2. Media Tanam Kondisi media tumbuh yang dibutuhkan tanaman tomat adalah berstruktur remah, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Areal lahan penanaman untuk budidaya komoditi ini harus berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam agar perakaran dapat menembus tanah untuk mengambil unsur hara untuk melakukan fotosintesis, sehingga didapatkan makanan untuk seluruh bagian tanaman. Kondisi keasaman tanah yang dikehendaki oleh tomat adalah 5,8-7. Pengapuran dilakukan jika ph kurang dengan kapur pertanian yang berstruktur rapuh, remah dan mudah mengikat asam. 2.3.
Teknologi Produksi bibit tanaman tomat Menurut Santoso (2003), salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
mengusahakan tanaman tomat adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman tomat merupakan tanaman semusim dan butuh penanganan serius, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat buruk dalam pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik tidak akan memberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari masalah tersebut, perlu dilakukan cara pembibitan tomat yang baik. Pembibitan secara generatif adalah pembibitan dengan menggunakan biji. Biji yang baik diperoleh dari pohon induk yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu: cepat berbuah, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman baik, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan (Santoso 2003).
Laporan Tugas Akhir
8
Perbanyakan secara generatif dengan menggunakan biji memiliki beberapa kelebihan yaitu, pengerjaan lebih mudah, dapat meghasilkan bibit dalm jumlah yang banyak, tanaman yang dihasilkan tumbuh lebih sehat dan hidup lebih lama dan tanaman yang dihasilkan mempunyai perakaran yang lebih kuat tahan rebah semai dan kekeringan. Sedangkan kekurangan pada perbanyakan generatif adalah kualitas buah yang dihasilkan tidak sama persis dengan induknya, sangat sulit diketahui bibit yang dihasilkan jantan atau betina. Bagi tanaman, media semai memiliki banyak peran. Bahan ini merupakan tempat bertumpu tanaman dalam masa pertumbuhan vegetatif untuk bisa berdiri tegak. Di dalamnya juga terkandung hara, air, dan udara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tiap jenis media semai memiliki kapasitas menyimpan hara, air dan udara yang berlainan.
Demikian pula dengan tanaman, tiap jenis butuh
persyaratan hidup yang berbeda. Ada banyak jenis media semai yang bisa digunakan. Tiap jenis memiliki bentuk, ukuran dan sifat yang berlainan.
Media semai berbentuk serpihan,
mampu menyimpan air lebih lama dan dalam jumlah banyak. Contohnya humus bambu. Sebaliknya, media semai berbentuk silindris dan bulat bersifat mudah melepas air, seperti akar pakis dan coco fiber. Sedangkan media semai berbentuk bulat diantaranya adalah pasir malang dan tanah.
Ukuran butiran juga
menentukan kemampuan benda tersebut menyimpan air. Semakin kecil diameternya, kian besar kemampuannya menyimpan air (Harta, 2012). Tiap jenis tanaman butuh jenis media semai berlainan. Tanaman penghuni daerah kering sebaiknya disemai menggunakan media yang bersifat porous dan mudah membuang air. Tanaman seperti itu dicirikan oleh jumlah daun sedikit dan
Laporan Tugas Akhir
9
berukuran kecil.
Sebaliknya, jenis tanaman penyuka kondisi lembap harus
ditanam menggunakan media yang mampu menyimpan air secara baik. Flora ini dicirikan oleh ukuran daunnya yang lebar. Pemilihan media semai juga harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
Bila cuaca di tempat persemaian berhawa panas dan kering,
sebaiknya memilih jenis media semai yang memiliki kemampuan menyimpan air yang kuat. Sebaliknya, bila kondisi cuaca tempat persemaian sering berkabut dan lembap, sebaiknya memilih media semai yang porous. Media semai seperti ini mudah mengalirkan air, sehingga membuat sistem perakaran tidak terlalu lembap dan menjadi busuk. Walaupun pada umumnya tanaman muda yang masih dalam persemaian belum membutuhkan pasokan hara dari media semai karena masih memiliki cadangan makanan, akan tetapi pada persemaian tomat sebaiknya menggunakan media semai yang kaya akan unsur hara guna menunjang pertumbuhan vegetatif tanaman. Beberapa jenis media semai yang digunakan pada persemaian benih tomat antara lain: 2.3.1.
Top soil Sebagai media tanam, tanah menyediakan faktor-faktor utama untuk
pertumbuhan tanaman yaitu unsur hara, air, dan udara dengan fungsinya sebagai media penunjang mekanik akar dan suhu tanah. Semua faktor tersebut haruslah seimbang agar pertumbahan tanaman baik dan berkelanjutan. Unsur hara tanah yang diperlukan terdiri dari unsur makro (yang diperlukan dalam jumlah banyak) meliputi N, P, K, Ca, Mg, dan S, dan unsur
Laporan Tugas Akhir
10
mikro (yang diperlukan dalam jumlah sedikit) meliputi Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, dan Cl. Selain kandungan unsur makro dan mikro, tanah juga harus mengandung air. Daya simpan air pada jenis tanah tertentu akan berbeda, hal ini tergantung dari struktur tanahnya. Yang diperlukan dari media yang baik adalah jenis tanah yang dapat menyimpan air tetapi tidak berlebih, sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan kondisi musim apapun. Hal yang juga penting adalah kandungan udara. Keberadaan udara pada tanah
akan
mempengaruhi
kerapatan
dan
kepadatan
struktur
tanah.
Perkembangan akar yang sehat serta proses pernafasan udara oleh akar menjadi tolak ukur dari baik atau tidaknya aerasi udara pada struktur tanah tertentu. Tanah merupakan jenis media yang banyak terdapat di sekitar kita. Oleh karena memiliki pori pori berukuran kecil yang lebih banyak di banding pori pori besar maka tanah liat mampu mengikat air dalam jumlah yang cukup banyak. Namun demikian, umumnya tanah miskin akan unsur hara sehingga perlu dicampur dengan media tanam lain ketika akan digunakan sebagai media pesemaian. (Yati, 2011) 2.3.2. Kombinansi tanah dan pasir Media semai bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Pasir mengandung unsur hara phospor (0,08 g), kalium (2,53 g), kalsium (2,92 g), Fe2O3 (5,19 g) dan MgO (1,02 g) (Anonim, 2013).
Laporan Tugas Akhir
11
Sifat media pasir yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang sudah dianggap cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya batang. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media tanam benih, pertumbuhan bibit dan perakaran setek tanaman (Anonim, 2013). Tanah dengan campuran pasir merupakan kombinasi media yang kurang mampu mengikat air sehingga jika digunakan sebagai media pesemaian akan lebih cepat kering. Hal ini karena pori pori makro lebih banyak di banding pori mikro, sifat drainase dan aerase ini memberikan keuntungan untuk pertumbuhan bibit , namun harus ditunjang dengan penyiraman rutin dan juga pemberian pupuk secara intensif. (Yuliarti 2004) 2.3.3. Pupuk Organik Primaloka Pupuk organic primaloka merupakan hasil fermentasi dari tanaman atau limbah organic dan juga kotoran hewan. Oleh karena merupakan bahan organic, pupuk ini mampu mengembalikan keseburan tanah, menambah unsure hara dan mempertahankan kondisi tanah tetap gembur. Pupuk ini juga dapat menjadi fasilitator dalam penyerapan unsure hara yang diberikan pada tanah, pupuk organic primaloka ini mengandung unsure N sebesar (1.51 %) , P2O5 (1,36 %) K2O ( 1.17 %) kadar air 18.19 % dan Ph 6.8. dan juga C- Organik sebesar 24.28 %. Pupuk ini memiliki cirri cirri seperti warnanya hitam pekat, tekstur sangat halus,dan tidak berbau.
Laporan Tugas Akhir
12
2.3.4. Kombinasi tanah dengan dedak Dedak mengandung N 0,32 % , PO 15 % , KO 31 % , Ca 0,95% , dan Fe 180 ppm, Mn 80 ppm , Zn 14,1 ppm dan PH 6,8. Karakteristik lain dari dedak adalah ringan (berat jenis 0,2 kg/l). Sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna kekuningan (Wuryaningsih, 1996). Dedak mempunyai sifat yang mudah mengikat air, tidak mudah menggumpal, harganya relatif murah, bahannya mudah didapat, ringan, dan mempunyai porositas yang baik. 2.3.5. Kombinasi tanah dengan sekam padi Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan. Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia penting, diantaranya kadar air 9,02%, protein kasar 3,03%, lemak 1,18%, serat kasar 35,68%, abu 17,17%, dan karbohidrat dasar 33,71%. Komposisi kimia sekam padi yaitu, karbon (zat arang) 1,33%, hidrogen 1,54%, oksigen 33,64%, dan silika 16,98%.
Laporan Tugas Akhir
13
Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk densil) 125 kg/m3, dengan nilai kalori 1 kg sekam sebesar 3300 k. kalori. Selain itu, sekam memiliki bulk density 0,100 g/ ml, nilai kalori antara 3300 -3600 k. kalori/kg sekam dengan konduktivitas panas 0,271 BTU. Sekam sudah sangat sering dijumpai sebagai campuran media semai berbagai tanaman temasuk termasuk tanaman tomat. Hal ini karena sekam ini dapat memperbaiki struktur tanah sehingga system aerase dan drinase media. Banyaknya penggunaa sekam sebagai media semai dikarenakan sifatnya yang mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium yang dibituhkan tanaman, banyak mengandung silicon yang dapat memperbaiki kemasaman media, dan tidak mudah menggumpal dan memadat sehingga perakaran tanaman tumbuh sempurna. (Ismail 2013)
Laporan Tugas Akhir
14
III. METODE PELAKSANAAN 3.1.
Waktu dan Tempat Laporan tugas akhir ini diambil berdasarkan hasil Praktek kerja
pengalaman mahasiswa yang telah dilaksanakan selam 3 bulan di mulai dari bulan Maret–Juni 2015 di Zona Organik Taman Simalem Resort–PT. Merek Indah Lestari, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. 3.2.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan selama kegiatan adalah cangkul, polibag, karung,
gembor, ember, dan meteran. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih tomat, POC daun kirinyuh, top soil, sekam padi, dedak, pupuk organik primaloka, pasir. Pelaksanaan 3.3.1. Pengadaan Bibit Benih yang digunakan adalah
benih tomat varietas Mutiara, varietas ini
merupakan hasil persilangan dalam negeri dan berumur genjah. Postur tanaman rendah sampai agak tinggi, buahnya berbentuk oval dengan permukaan licin, buah muda berwarna putih kehijauan sedangkan buah tua berwarna merah. Varietas ini tumbuh baik pada dataran tinggi dan rendah serta tahan terhadap layu bakteri dan busuk daun. Potensi hasilnya bias mencapai 40 ton/ Ha. 3.3.2.
Perendaman Biji Perendaman biji tomat bertujuan untuk menghentikan masa dormansi
benih dan juga merangsang perkecambahan biji. Perendaman dilakukan dengan menggunakan
air
hangat
kuku
selama
kurang
lebih
15
menit
lalu
dikeringanginkan.
Laporan Tugas Akhir
15
3.3.3. Persiapan media semai Persiapan media semai diawali dengan pengambilan top soil sebanyak 40 kg (sebagai campuran dan media semai kontrol), Primaloka sebanyak 10 kg,sekam padi 0.5 kg, dedak 0.5 kg, pasir sebanyak 2 kg, selanjutnya alas untuk pengadukan disiapkan sebanyak 5 buah untuk masing- masing perlakuan, langkah kedua adalah proses pencampuran media semai. Tanah sebanyak 10 kg dicampur dengan pasir putih sebanyak 2 kg (1:20) kemudian diaduk hingga merata (homogen), kemudian untuk campuran tanah dengan sekam dilakukan dengan cara mengaduk tanah sebanyak 10 kg dengan sekam mentah sebanyak 0.5 kg (1:1), kegiatan yang sama dilakukan pada media campuran tanah dengan dedak dengan berat bahan yang sama. Khusus untuk media pupuk organik primaloka dan top soil (control) tidak ada pencampuran hal ini dikarenakan media ini di buat tanpa campuran bahan lain. Tahap selanjutnya masing–masing media semai di masukkan dalam polibag. Setelah pengisian selesai polibag di letakkan dalam naungan pembibitan dan di beri label pada masing – masing perlakuan.
Gambar 1. Proses pembuatan media semai benih tanaman tomat (Lycopersicum esculentum)
3.3.4. Penyemaian benih Penyemaian tanaman dilakukan untuk menyediakan lingkungan yang terbaik bagi tanaman ketika tanaman masih kecil dan rentan. Proses penyemaian benih di awali dengan menyiram media hingga basah, selanjutnya lubang tanam di
Laporan Tugas Akhir
16
buat dengan menggunakan jari telunjuk sebanyak 2 lubang dalam satu polibag dengan kedalaman 1.5–2 cm. Selanjutnya benih dimasukkan ke dalam lubang sebanyak 2 biji per lubang, artinya dalam satu polibag terdapat 4 calon tanaman. Tahap terakhir adalah proses penutupan benih tahap ini dilakukan dengan cara menutup benih dengan tanah. 3.3.5. Pemeliharaaan a.
Penyiraman Penyiraman pertama dilakukan pada hari ke 3 setelah penanaman,
selanjutnya penyiraman rutin dilakukan 1 kali dalam sehari sesuai kondisi media.Penyiraman dilakukan secara manual dengan menggunakan gembor. b.
Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan media dari gulma atau
tanaman liar yang tumbuh didalam polibag. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh bibit yang sehat dan bebas dari hama dan penyakit, dan juga mencegah terjadinya perebutan unsur hara antara tanaman tomat dengan gulma. Gulma yang tumbuh pada media pembibitan seperti babadotan (Ageratum conyzoides) dan juga krokot (Portulaca oleraceae). Penyiangan dilakukan ketika tanaman berumur 2 minggu setelah tanam.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara
mencabut gulma yang tumbuh dengan menggunakan tangan, kegiatan ini dilakukan dengan hati–hati khususnya
gulma yang tumbuh dan bersentuhan
dengan bibit. Peyiangan dilakukan sesuai keadaan di dalam media.
Laporan Tugas Akhir
17
c.
Pemberian POC daun kirinyuh POC daun kirinyuh merupakan salah satu jenis pupuk cair organic dengan
bahan dasar daun kirinyuh yang difermentase dengan campuran bahan lain seperti terasi, molase , IM, dan air. POC daun kirinyuh mengandung unsur hara seperti N (0.23%) P (0.08%) K (0.77) dan juga kandungan Mg, s dan Na. Pengaplikasian POC dilakukan ketika bibit berumur 2 minggu setelah tanam, kemudian penyiraman dilakukan 1 kali dalam seminggu dengan dosis 250 ml dalam 5 liter air.
Pemberian POC
ini dilakukan secara manual dengan
menggunakan gembor. d. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk meminimalkan tingkat serangan penyakit pada bibit tanaman tomat. Hama yang menyerang bibit tomat adalah ulat jengkal hijau, hama ini menyerang ketika bibit berumur 1 minggu setelah berkecambah, ulat ini menyerang dengan cara memotong bagian pucuk bibit. Sedangkan penyakit yang menyerang adalah penyakit layu bakteri, penyakit ini disebabkan oleh pseudomonas solanacearum, bakteri ini menyerang transplantasi air tanaman sehingga tanaman yang terserang akan layu dan mati. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengasapan dalam green house dan juga dengan menyemprot dengan pestisida nabati yaitu dengan campuran Beuveria basianna , Bacillus paini, Pseudomonas fluorescens. Pengendalian dilakukan dengan cara melarutkan pestisida 150 Ml dalam 3 liter air kemudian disemprotkan pada bibit tomat.
Laporan Tugas Akhir
18
3.3.6. Pengamatan Parameter yang diamati dalam pelaksanaan kegiatan ini meliputi: 1.
Persentase Biji yang Tumbuh Persentase biji yang tumbuh dihitung pada saat bibit tomat berumur 10 hari
setelah biji disemai. Nilai persentase biji yang tumbuh di hitung dengan rumus : Jumlah biji yang tumbuh Persentase biji tumbuh =
x 100% Jumlah biji yang ditanam
2.
Tinggi bibit Pengamatan tinggi bibit dilaksanakann pada minggu ke dua setalah
pesemaian. Pengukuran tinggi bibit ini dilakukan untuk melihat perbedaan pada masing-masing media.
3.
Jumlah daun Pengamatan jumlah daun dapat dilakukan ketika bibit sudah memiliki daun
yakni 2 minggu setelah semai. Pengamatan jumlah daun bertujuan untuk melihat pengaruh media semai pada waktu pembentukan dan jumlah daun.
Laporan Tugas Akhir
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran yang tidak dapat kembali ke asal (irreversibel) yang meliputi pertambahan volume dan massa. Cara yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan menyatakan dalam penambahan tinggi , jumlah daun ataupun diameter batang. Dalam kegiatan PKPM ini dilakukan pengamatan pertumbuhan meliputi: tinggi bibit, persentase biji tumbuh, dan jumlah daun pada persemaian tomat dengan perlakuan beberapa media semai. Untuk melihat pertumbuhan bibit tomat dengan aplikasi berbagai media semai, dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Rata-rata tinggi sampel, persentase tumbuh dan jumlah daun bibit tanaman tomat dengan media yang berbeda pada umur 5 Minggu setelah semai.
Perlakuan
Parameter pengamatan Tinggi Jumlah Persentase tanaman daun Tumbuh (cm)
(helai)
(%)
Top soil (kontrol)
9.5
4
75 %
Pupuk organik Primaloka
4.7
4
100 %
Tanah + dedak
16.7
5
100 %
Tanah + sekam
7.3
4
100 %
Tanah + pasir
10.3
4
80 %
4.2. Pembahasan Percobaan berbagai media semai pada tanaman tomat memperlihatkan pertumbuhan yang berbeda untuk semua perlakuan. Hal ini dapat dilihat dari rata–rata sampel yang terdapat pada tabel 1 di atas. Untuk lebih jelas perbedaan
Laporan Tugas Akhir
20
pertumbuhan pada masing-masing media dapat di lihat pada gambar 3 di bawah ini.
Top soil Primaloka T + Dedak T + sekam T + Pasir Gambar 2. Dokumentasi bibit tanaman tomat pada umur 5 minggu setelah semai pada ke-5 media semai.
Media semai merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada keberhasilan pembibitan tanaman tomat. Perbedaan tingkat pertumbuhan benih dipengaruhi oleh kandungan unsur hara pada media, selain itu sifat fisik media juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan keberhasilan dalam pembibitan (Agoes,1994). Pada percobaan ke 5 media semai diperoleh rata rata tinggi sampel
tanaman untuk media top soil (kontrol) 9.5 cm, 4 helai daun, media pupuk organik Primaloka 4.7 cm, 4 helai daun, kombinasi tanah dengan dedak 16.7 cm, 5 helai daun, kombinasi tanah dengan sekam padi 7.3cm, 4 helai daun dan kombinasi tanah dengan pasir 10.3 cm, 4 helai daun. Persentase tumbuh bibit dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam seperti kualitas benih yang digunakan dan faktor luar seperti sifat media dan juga serangan hama dan penyakit setelah benih disemaikan.
Dari percobaan
menggunakan media semai yang berbeda diperoleh persentase tumbuh pada masing masing media yaitu top soil 75 %, pupuk organic primaloka 100%, kombinasi tanah dan dedak 100% , tanah dengan sekam 100% dan tanah dengan pasir 80%.
Laporan Tugas Akhir
21
Berdasarkan data diatas media campuran antara tanah dan dedak merupakan media terbaik dibanding dengan jenis media yang lainnya, dimana rata-rata tinggi sampel mencapai 16.7 cm dengan jumlah daun 5 helai.
Jika
dilihat dari persentase tumbuh bibit, media tanah + dedak juga cukup maksimal dimana persentase tumbuh mencapai 100 %. Pertumbuhan bibit tomat pada media ini dipengaruhi oleh kandungan unsur hara dalam dedak seperti N 0,32 % , PO 15 % , KO 31 % , Ca 0,95% , dan Fe 180 ppm, Mn 80 ppm , Zn 14,1 ppm dan PH 6,8 unsur hara dalam dedak tergolong lengkap sehingga dapt memacu bibit tumbuh dengan baik, disisi lain struktur dedak yang halus, mudah mengikat air, tidak mudah menggumpal dapat memicu penyerapan unsur hara berjalan dengan cepat sehingga bibit tumbuh maksimal selama pembibitan (Wuryaningsih, 1996). Struktur batang bibit tomat pada media ini banyak mengandung air,berwarna hijau bercampur ungu. Kandungan air pada batang dipengaruhi oleh sifat media yang memiliki daya serap air yang cukup tinggi dengan porositas tergolong rendah. Batang berdiri tegak dengan warna daun hijau namum belum terlalu pekat. Pada media tanah + dedak sempat ditumbuhi oleh jamur tepat di bawah pangkal bibit, jamur ini berasal dari dedak yang sudah lama tersimpan di gudang dan tumbuh karena kelembaban media terlalu tinggi. Gulma jamur ini memang belum sempat mempengaruhi pertumbuhan bibit karena lansung dikendalikan. Pada media top soil (kontrol) pertumbuhan bibit termasuk optimal dilihat dari rata-rata tinggi tanaman mencapai 9.5 cm Pada media top soil (kontrol) pada pertumbuhan awal, bibit tumbuh dengan normal dan sehat namun setelah
Laporan Tugas Akhir
22
beberapa pengamatan selanjutnya ketika bibit sudah mulai besar pertumbuhan bibit menjadi lambat, hal ini dikarenakan unsur hara pada top soil terbatas sehingga ketika bibit butuh lebih banyak unsur hara tanah tidak mampu menyediakan sehingga pertumbuhan bibit menjadi terbengkalai. Hal ini terlihat dari pertumbuhan bibit tanaman yang tidak seragam. Pertumbuhan gulma pada top soil ini tergolong tinggi karena pada saat pengambilan media kemungkina bibit gulma tercampur sehingga tumbuh dalam polibag dan merebut unsur hara dari media. Pada kombinasi tanah dengan pasir tidak berbeda jauh dengan control dimana pada media ini tinggi bibit mencapai 10.3 cm pertumbuhan bibit juga kurang seragam hal ini disebabkan oleh kandungan unsur hara yang masih minim selain itu batang bibit pada media ini kurang kokoh karena sifat pasir memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, pasir kurang dapat menyatu dengan tanah sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering (Anonim, 2013). Pada media pupuk organik Primaloka bibit tanaman tomat tumbuh 100 % namum pertumbuhan bibit sangat lambat dan kurang mampu tumbuh menjadi bibit yang normal, dimana bibit pada media ini mengalami kerdil, bibit masih berwarna ungu, batang kecil dan pendek dan juga daun yang belum terbentuk secara sempurna. Hal ini dapat dilihat dari rata rata tinggi tanaman pada pengamatan terakhir hanya 4.7 cm dengan 4 helai daun. Media ini memang kurang baik digunakan untuk pembibitan jika tidak dilakukan pencampuran dengan bahan lain seperti tanah dan bahan lainya. Bibit yang masih kecil masih belum mampu menggunakan unsur hara yang terkandung dalam pupuk sehingga
Laporan Tugas Akhir
23
bibit kelebihan unsur hara atau bahkan tidak tahan dengan dosis unsur hara yang ada dalam pupuk Pada media primaloka memiliki kelebihan dimana pertumbuhan gulma bisa tertekan hingga 95%. Hal ini dikarenakan media ini dibuat oleh pabrik sehingga produk benar benar steril dan terlindung dari bibit gulma. Pada media kombinasi sekam dengan tanah pertumbuhan benih tergolong lambat pada awal tetapi pertumbuhan tinggi bibit merata dari pengamatan pertama hingga terakhir. Tinggi bibit pada media ini hanya sebesar 7.3 cm dengan 4 helai daun. Unsur hara dalam sekam memang tergolong lengkap namum tidak dapat diserap dengan cepat oleh bibit karena struktur sekam yang kasar dan lama melapuk. Sehingga bibit pada media ini memiliki batang yang tergolong kecildan berwarna ungu kehijauan Media ini memang lebih dominan digunakan dalam pesemaian.
Banyaknya penggunaan sekam sebagai media semai dikarenakan
sifatnya yang mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium yang dibutuhkan tanaman, banyak mengandung silicon yang dapat memperbaiki kemasaman media, dan tidak mudah menggumpal dan memadat (Ismail, 2013).
Laporan Tugas Akhir
24
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Media semai
yang digunakan memiliki pengaruh yang berbeda pada
pembibitan tanaman tomat, yang mana media tanam terbaik yaitu kombinasi tanah dengan dedak. 2. Penyemaian tomat dengan menggunakan media kombinasi tanah dengan dedak memperlihatkan persentase tumbuh, tinggi tanaman dan jumlah daun lebih tinggi dibandingkan media pesemaian lainnya. 3. Pertumbuhan bibit paling lambat terdapat pada media pupuk organic Primaloka.
5.2. Saran Dari hasil percobaan di atas dapat disarankan sebaiknya dalam memilih media semai untuk pertumbuhan benih tomat dapat menggunakan campuran media semai kombinasi tanah dengan dedak.
Laporan Tugas Akhir
25
DAFTAR PUSTAKA
(http://www.ideaonline.co.id/iDEA/Tips/Berkebun/9-Cara-Penting-MemilihMedia-Tanam). Fitriani , E. 2013. Budidaya tomat diberbagai media tanam. Penebar swadaya.jakarta 45 hal. Hermanto ,R. 2011. Bertanam tomat dimusim hujan. Gramedia Jakarta 62 hal Ismail 2013. Teknik pesemaian tanaman. www.national gardening .com Santoso .2003. Produksi bibit tomat dari biji. http://www.ristek.go.id download 28 Mei 2015 Supriati ,s. 2009. Bertanam tomat dalam pot dan polibag. Jakarta 75 hal.
penebar swadaya
Tati Nurmala, ir.2009.Dasar-Dasar Agronomi.Bandung:Pustaka Giratuna Trisnowaty , dkk.1993. Deskripsi tanaman tomat.www. blogspot. Com 20 maret 2015 Tugiyono . 2005. Morfologi tanaman tomat. Html. Download tanggal 05 Mei 2015 Wasnowati. 2011.Morfologi tanaman tomat. . www. Wordpress . com. 18 maret 2015 Wuryaningsih. 1996. Media sebagai faktor eksternal.www. wikipedia. Org. Download 10 juni 2015 Yuliarti.2004. Pembibitan palawija hortikultura. Penebar swadaya. Jakarta 60 hal
Laporan Tugas Akhir
26
Lampiran 1. Sejarah Berdirinya Taman Simalem Resort – PT Merek Indah Lestari, Sumatera Utara.
Taman Simalem Resort didirikan pada tahun 2000 oleh PT Merek Indah Lestari di Jalan Raya Merek Sidikalang KM 9, Kabupaten Karo-Sumatera Utara yang didirikan oleh bapak Tamin Sukardi. Pada tahun 2000-2006 perusahaan ini gencar melakukan pembangunan dan pengembangan, hingga tahun 2007 mulai dibuka untuk tamu dan umum. Taman ini terdiri dari 6 departement (Finance Dept, Accounting Dept, Operational Dept, Agro Dept, Fasilities Dept dan HRD Dept) yang saling bekerja sama satu sama lain. Salah satu departemen yang memiliki peranan penting adalah Agro Dept, yaitu departement yang memiliki beberapa zona seperti Organik, Orange, Intercroping, Coffee, Possion Fruit, Biwa, dan Product & Proses. Zona Organik merupakan salah satu areal penanaman dan pengembangan tanaman buah dan sayur-sayuran yang dapat dibuka untuk tamu. Areal ini juga digunakan sebagai pusat penelitian untuk mendapatkan hasil produk pertanian
organik
yang lebih
baik.
Perusahaan
ini
selalu
melakukan
perkembangan dan pembangunan sampai saat untuk memberikan yang terbaik.
Laporan Tugas Akhir
27
Lampiran 2. Struktur Organisasi Taman Simalem Resort – PT Merek Indah Lestari, Sumatera Utara. PT. MEREK INDAH LESTARI ORGANIZATION CHART Board of Commissioner (Tamin Sukardi)
Board of Director
Managing Director
Finance Dept
Accounting Dept
Operational Dept
Agro Dept
Fasilities Dept
HRD Dept
Purchasing
Account Payable
House keeping
Organic
Landscape
Personnel
Purchasing
Account Receiveable
Front Office
Inter croping
Golf
Recruitmen
Logistic
Internal Audit
Food & Beverage Service
Orange
Nursery
Training & Development
Coffee
Bokashi
General Affair
Tea
Park Ranger / Outbound
Security
Food & Beverage Kitchen GRO
Housekeeping Outdoor
Possion Fruit Biwa
M&E Product& Proses
Laporan Tugas Akhir
28
Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan pada pesemaian benih tomat pada berbagai media.
Tanah + sekam
Top soil ( kontrol)
Tanah + dedak
Pupuk organik primaloka
Penyusunan media
POC daun kirinyuh
Perendaman biji
Pengamatan
Laporan Tugas Akhir
Tanah + pasir
Pengisian media
Pestisida nabati
Penyiangan gulma
29
Bercak daun pada bibit
Busuk pada batang
Jamur pada media dedak
Bibit tomat pada umur 40 Hst
Laporan Tugas Akhir
30
Lampiran 4. Hasil pengamatan tinggi tanaman tomat pada masing-masing sampel Pengamatan Pupuk Organik
1
2
3
4
PRIMALOKA
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
SAMPEL 1
3
2
3
2
3.5
3
5
4
SAMPEL 2
3
2
4
2
5
4
5.2
4
SAMPEL 3
2
2
2.5
2
3.4
3
3.8
3
Jumlah
8
6
9.5
6
11.9
10
14
11
Rata-rata
2.67
2
3.17
2
3.97
3.33
4.67
3.67
Pengamatan 1
2
3
4
TANAH + DEDAK
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
SAMPEL 1
3.8
3
6.5
4
15
5
17
6
SAMPEL 2
4
3
10
5
11
5
15
5
SAMPEL 3
3
3
8
4
13
5
18
6
Jumlah
10.8
9
24.5
13
39
15
50
17
Rata-rata
3.6
3
8.17
4.33
13
5
16.67
5.67
Pengamatan 1
2
3
4
TANAH KONTROL
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
SAMPEL 1 SAMPEL 2 SAMPEL 3
4.5 2.5 4
3 3 4
9 3.7 6
4 4 5
13,5 4 8.2
5 4 5
15 4.5 9
5 4 5
Jumlah
11
10
18.7
13
12.2
14
28.5
14
Rata-rata
3.67
3.33
6.23
4.33
6.1
4.67
9.5
4.67
Pengamatan 1
3
4
5
TANAH + SEKAM
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
SAMPEL 1
2.5
2
3.8
3
7
4
9
4
SAMPEL 2
2.5
2
4
3
5
4
7
4
SAMPEL 3
2
3
3
3
4
3
6
4
Jumlah
7
7
10.8
9
16
11
22
12
Rata-rata
2.33
2.33
3.6
3
5.33
3.67
7.33
4
Laporan Tugas Akhir
31
Pengamatan 1
2
3
TANAH+ PASIR
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
SAMPEL 1
2.5
2
5.2
SAMPEL 2
2.8
2
4.9
SAMPEL 3
2.5
2
Jumlah
7.8
Rata-rata
2.6
Laporan Tugas Akhir
4
Tinggi
J. Daun
Tinggi
J. Daun
4
9
5
10
5
4
10
4
11
4
5.6
4
8
4
9.8
4
6
15.7
12
27
13
30.8
13
2
5.23
4
9
4.33
10.27
4.33
32