I. 1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sarana yang dapat menghubungkan
manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Transportasi membuat hidup manusia lebih produktif karena dapat memobilisasi dari satu tempat dengan tempat lainnya dengan cepat dan mudah sehingga dapat mengefisienkan waktu. Transportasi merupakan urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Transportasi berperan sebagai sarana mempertinggi integritas bangsa serta meningkatkan standar kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Transportasi secara umum berfungsi sebagai sarana yang dapat mempercepat pencapaian tujuan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dan sebagai pemersatu wilayah di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Transportasi yang terdiri dari transportasi darat, laut dan udara juga mengemban penting fungsi pelayanan publik dalam skala domestik maupun internasional. Salah satu bagian dari transportasi yaitu transportasi darat. Kendaraan bermotor merupakan sarana yang mutlak diperlukan dalam transportasi darat. Jumlah kendaraan bermotor semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi suatu indikasi bahwa masyarakat semakin membutuhkan sarana transportasi sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun 2005- 2009 di Indonesia Tahun
Mobil
Truk
Bus
Sepeda motor
Total
%
2005
7.484.175
2.413.711
4.573.864
33.193.076
47.664.826
15,11
2006
7.678.891
2.737.610
4.896.065
35.102.492
50.415.058
15,98
2007
9.501.241
2.854.990
5.013.544
45.948.747
63.318.522
20,07
2008
10.779.687
3.870.741
6.025.023
51.697.879
72.373.330
22,94
2009
11.828.529
4.223.677
6.225.588
59.447.626
81.725.420
25,90
Jumlah
47.272.523
16.100.729
26.734.084
225.389.820
315.497.156
14,98
5,10
8,47
71,44
100,00
%
100
Sumber : Kementrian Perhubungan, 2010
Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah kendaraan bermotor tertinggi terdapat pada kendaraan sepeda motor yaitu sebesar 71,44 persen dari jumlah keseluruhan kendaraan bermotor. Banyaknya jumlah sepeda motor ini disebabkan karena harga sepeda motor yang semakin terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Maraknya penawaran kredit sepeda motor oleh dealer sepeda motor semakin memudahkan peminat sepeda motor untuk memiliki kendaraan roda dua ini. Hal ini menyebabkan jumlah kendaraan sepeda motor semakin banyak dari tahun ke tahun.1 Perkembangan otonomi daerah di Indonesia menyebabkan transportasi juga mutlak diperlukan di seluruh daerah yang ada di Indonesia. Pemerintah mempunyai wewenang untuk membangun daerahnya masing-masing. Hal ini merupakan upaya pemerintah pusat memajukan perekonomian Indonesia. Peningkatan pembangunan ekonomi daerah telah meningkatkan peranan sektor transportasi untuk pencapaian tujuan pembangunan daerah. Daerah Cicurug-Parungkuda memiliki aktivitas ekonomi yang lebih tinggi dibanding daerah lain yang ada di Kabupaten Sukabumi. Banyaknya aktivitas 1
http://arsipberita.com/arsip/jumlah-sepeda-motor-di-indonesia-tahun-2010.html. Diakses tanggal 2 April pukul 17.43 WIB
2
ekonomi ini menjadi penyebab adanya kemacetan. Aktivitas ekonomi seperti pendirian pabrik industri mengharuskan terjadinya mobilitas tenaga kerja serta distribusi barang dan jasa. Aktivitas ekonomi tersebut tidak luput dari peranan sarana transportasi. Banyaknya aktivitas ekonomi ini tidak didukung oleh prasarana yang memadai. Hal ini yang menjadi penyebab utama adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda. Jalan utama yang cukup sempit sementara jumlah kendaraan bermotor yang melebihi kapasitas jalan (over carrying capacity) menjadi salah satu penyebab adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug sampai dengan Parungkuda. Dinas Perhubungan Kabupaten Sukabumi (2011) menyatakan bahwa laju kepemilikan kendaraan bermotor sebesar 23,34 persen ini tidak sebanding dengan laju pertumbuhan jalan yang hanya kurang dari 1 persen. Adapun jumlah pertumbuhan kendaraan bermotor di Kabupaten Sukabumi tahun 2008 sampai 2010 berdasarkan pengeluaran BPKB dapat dilihat Tabel 2. Tabel 2. Jumlah BPKB yang Dikeluarkan Polres Kab. Sukabumi Tahun 2008-2010 Tahun
Mobil % Mobil penumpang Beban 2008 505 29,75 833 2009 534 31,46 532 2010 659 38,80 656 Jumlah 1.698 100 2.021 Sumber : Dinas Perhubungan, 2011
% 41,21 26,32 32,46 100
Bis 9 25 31 65
% 13,88 38,56 47,56 100
Sepeda Motor 25.066 30.090 37.113 92.269
% 27,17 32,61 40,22 100
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan mobil penumpang mengalami penurunan pada tahun 2009, namun pada tahun 2010, mobil penumpang mengalami peningkatan sebesar 7,34 persen dari tahun 2009. Selain mobil penumpang, mobil barang pun mengalami penurunan pada tahun 2009 namun meningkat kembali pada tahun 2010 sebesar 6,16 persen dari tahun 2009. Berbeda dengan mobil beban dan mobil penumpang, bis dan sepeda motor
3
mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai 2010 yaitu sebesar 33,68 persen untuk bis dan 13,05 persen untuk sepeda motor. Banyaknya jumlah kendaraan umum maupun kendaraan pribadi ini menjadi bagian dari adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda. Hal ini terbukti dengan adanya kepadatan lalu lintas yang menyebabkan kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda pada peak hour yaitu pukul 06.00-07.00 WIB dengan jumlah seluruh kendaraan mencapai 2.539 unit. Jumlah kendaraan pribadi yang melewati jalan tersebut lebih banyak dibanding dengan jenis kendaraan lain (kendaraan umum dan kendaraan barang) yaitu sebesar 2.147 unit dimana sebagian besar dari jumlah tersebut merupakan kendaraan jenis roda dua dengan jumlah 1.923 unit. Kendaraan besar seperti truk-truk yang mengangkut Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) menjadi penyebab adanya kemacetan. Banyaknya industri yang menggunakan kendaraan truk operasional serta menyerap banyak tenaga kerja juga berkontribusi terhadap kemacetan jalur tersebut. Adapun volume kendaraan barang yang melewati sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Volume Kendaraan Barang di Sepanjang Jalan CicurugParungkuda menurut Waktu Tahun 2011 Waktu 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 11.00-12.00 12.00-13.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00 18.00-19.00 Jumlah %
Truk Besar 18 39 37 73 88 50 49 29 22 405 26,96
Truk Sedang 27 36 47 146 124 49 46 42 45 562 37,42
Pick Up 45 47 59 103 94 61 46 45 35 535 35,62
Jumlah 90 122 143 322 306 160 141 116 102 1.502 100
Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Sukabumi, 2011
4
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah truk yang melewati jalan Cicurug-Parungkuda yaitu sebesar 1.502 unit dan sebanyak 37,42 persen diantaranya merupakan truk sedang. Jumlah truk besar yaitu sebesar 26,96 persen dimana jumlah tersebut lebih sedikit dibanding dengan pick up yaitu sebesar 35,62 persen. Peak hour untuk kendaraan barang yaitu pada pukul 11.00-12.00 WIB dengan volume kendaraan sebanyak 322 unit. Banyaknya kendaraan barang yang melewati jalan Cicurug-Parungkuda ini menjadi salah satu penyebab adanya kemacetan karena kendaraan barang berjalan dengan rata-rata kecepatan di bawah kendaraan pada umumnya sehingga dapat menyebabkan adanya tumpukan kendaraan di ruas jalan tersebut. Kemacetan dapat mengurangi manfaat ekonomi dan dapat menambah biaya yang dikeluarkan. Kemacetan dapat menambah konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) karena pada saat macet kendaraan menyala lebih lama sehingga walaupun dalam keadaan diam bensin tetap akan berkurang sehingga pengguna jalan harus menambah biaya pembelian BBM. Kemacetan juga dapat menimbulkan kerugian sosial. Kemacetan dilihat dari dampak sosialnya dapat membuat seseorang stress, lelah, terlambat ke sekolah atau ke kantor, sampai menurunnya kualitas udara. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu mengkaji tentang besarnya dampak sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh pengguna kendaraan bermotor. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan keadaan saat lalu lintas berjalan normal dengan situasi dimana terjebak dalam kemacetan. Peneliti juga menganalisis alternatif kebijakan dalam mengatasi permasalahan.
5
1.2.
Perumusan Masalah Pertambahan waktu memiliki hubungan positif dengan pertambahan
jumlah penduduk dan sarana transportasi. Pertambahan waktu diiringi dengan bertambahnya jumlah penduduk sehingga kebutuhan untuk transportasi pun meningkat. Peningkatan alat transportasi baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum menjadi hal yang harus dipenuhi agar mobilitas penduduk dapat berjalan baik. Peningkatan jumlah alat transportasi dapat menjadi salah satu penyebab adanya kemacetan karena kepadatan alat transportasi dapat mengurangi jarak lintasan antar kendaraan. Sepanjang tahun 2005-2009, jumlah kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan. Sebanyak 225.389.820 sepeda motor telah meramaikan lalu lintas di Indonesia. Jumlah ini hampir sama dengan jumlah penduduk di Indonesia. Jumlah mobil yang ada di Indonesia mencapai 47.272.523, sedangkan truk dan bus yaitu 16.100.729 dan 26.734.084 (Kementerian Perhubungan, 2010). Banyaknya pabrik industri yang terdapat di sepanjang jalan tersebut menjadi penyebab utama kemacetan karena banyaknya kendaraan operasional dan tenaga kerja yang keluar masuk pabrik sehingga dapat menghambat jalannya lalu lintas. Tercatat sampai tahun 2007, jumlah pabrik yang terdapat di Kabupaten Sukabumi tersebut adalah sebanyak 57 perusahaan pakaian jadi, 12 perusahaan pakaian rajutan, 6 perusahaan peci, 26 perusahaan elektronik, dan 38 perusahaan AMDK (Air Minum Dalam Kemasan).2
2
http://bppt.kabupatensukabumi.go.id/index.php?optionpersen3Dcom_contentpersen26viewpersen 3Darticlepersen26idpersen3D131persen26Itemidpersen3D82/ diakses pada tanggal 2 Maret 2011 pukul 10.20 WIB
6
Kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda bukan hanya terjadi karena banyaknya industri namun juga karena padatnya kendaraan dan sempitnya ruas jalan. Selain itu, kemacetan di Cicurug-Parungkuda juga dipengaruhi oleh kualitas jalan yang menyebabkan over carrying capacity. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada jalan. Jalanan yang rusak menyebabkan pengguna jalan lebih hati-hati dan lebih lambat dalam mengendarai kendaraannya yang akhirnya menyebabkan arus lalu lintas menjadi padat. Dilihat dari segi kondisi jalan aspal yang kondisinya baik dan sedang hanya sebesar 37,09 persen, sisanya 62,91 persen pada kondisi sedang rusak, rusak, dan rusak berat dengan lebar ruas jalan ukuran sekitar sepuluh meter dengan lebar efektif tujuh meter dan hambatan samping tiga meter. 3 Perilaku pengguna jalan yang tidak mentaati peraturan juga menjadi penyebab adanya kemacetan. Supir-supir kendaraan umum sering berhenti di jalan yang memiliki kepadatan lalu lintas tinggi untuk mencari penumpang, seperti di sekitar pabrik industri, pasar, dan lain-lain. Kendaraan operasional seperti container yang tidak layak jalan juga sering menjadi penyebab kemacetan karena kendaraan tersebut tetap beroperasi walaupun tidak memenuhi persyaratan bebas jalan. Kemacetan dapat menghilangkan manfaat yang seharusnya diterima bila lalu lintas berjalan lancar. Adanya biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pengguna kendaraan bermotor serta banyaknya waktu yang terbuang yang
3
http://www.sukabumikab.bps.go.id/sukabumi-dalam-angka-2010/ diakses tanggal 29 desember 2010 pukul 14.39 WIB.
7
seharusnya dapat digunakan untuk aktivitas lain merupakan sebagian manfaat yang hilang. Berdasarkan masalah yang dihadapi, penelitian ini lebih difokuskan untuk membahas kerugian sosial dan ekonomi akibat kemacetan lalu lintas sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda. Selain itu, penelitian ini juga membahas alternatif kebijakan yang dilakukan oleh decision maker terkait. Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1.
Apa saja
kerugian sosial
dan ekonomi yang dirasakan oleh pengguna
kendaraan bermotor Cicurug-Parungkuda saat terkena kemacetan? 2.
Berapa besarnya pengeluaran BBM dan penghasilan yang hilang (loss of earnings) karena adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda?
3.
Alternatif kebijakan apakah yang sesuai untuk mengatasi kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dalam
penelitian ini yaitu : 1.
Mengkaji kerugian secara sosial dan ekonomi yang dirasakan pengguna kendaraan bermotor Cicurug-Parungkuda saat terjebak kemacetan.
2.
Menganalisis besarnya kerugian ekonomi masyarakat dari adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi.
3.
Menganalisis alternatif kebijakan pemerintah dalam mengatasi kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi.
8
1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1.
Penulis. Penulis dapat mengetahui dampak-dampak yang terjadi akibat adanya kemacetan serta dapat menyusun hirarki pengambilan keputusan dalam memilih kebijakan. Penelitian ini juga dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan masalah kemacetan.
2.
Masyarakat. Masyarakat dapat secara langsung mengetahui kerugian ekonomi dalam nilai nominal akibat adanya kemacetan.
3.
Pemerintah daerah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi dinas yang terkait dalam penyusunan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan transportasi, khususnya regulasi mengenai manajerial transportasi.
4.
Perusahaan atau industri. Industri dapat membuat regulasi yang dapat mengurangi kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai kerugian dan alternatif kebijakan permasalahan
kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1.
Penelitian ini hanya dilakukan terhadap decision maker dan pengguna kendaraan bermotor di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, penumpang serta karakteristiknya tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.
2.
Penelitian difokuskan pada identifikasi kerugian sosial dan ekonomi terhadap pengguna kendaraan bermotor dan analisis alternatif kebijakan dalam
9
mengatasi
masalah
kemacetan
sepanjang
jalan
Cicurug-Parungkuda,
Kabupaten Sukabumi. 3.
Kerugian ekonomi yang dihitung adalah kehilangan bahan bakar serta hilangnya penghasilan responden yang berprofesi sebagai supir akibat adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. Industri tidak dihitung dalam penelitian ini karena banyaknya industri serta keterbatasan peneliti untuk mengakses pada sektor industri.
4.
Penelitian mengasumsikan satu angkutan umum dikemudikan oleh satu supir.
5.
Peak hour dalam penelitian ini merupakan jam dimana terdapat jumlah kendaraan bermotor terbanyak dalam satu hari kerja.
6.
Dampak perubahan atau kerusakan lingkungan terhadap masyarakat seperti dampak terhadap kesehatan yang pada akhirnya terkait dengan biaya pengobatan terhadap pengguna kendaraan bermotor tidak diteliti.
7.
Dalam penelitian ini, penghasilan supir sama dengan pendapatan bersih karena penghasilan yang diterima oleh supir hanya dari satu sektor pekerjaan dan tidak ada biaya dan pajak yang diperhitungkan.
10