BAB I
PENDAHULUAN Dataran tinggi Dieng merupakan salah satu obyek wisata utama di Jawa tengah dan Yogyakarta. Obyek obyek yang cukup beragam dan menarik banyak dijumpai di tempat tersebut. Candi-Candi Hindu yang masih digunakan sebagai tempat beribadah, begitu juga kawah-kawah yang macam dan ragam nya cukup banyak dapat dijumpai pada dataran tinggi Dieng. Dataran tinggi Dieng banyak dikunjungi wisatawan pada akhir pekan dan hari libur nasional, turis yang berkunjung pada umumnya berasal dari kotakota besar terdekat dari Dieng yaitu Semarang dan Yogyakarta. Dengan adanya bandara Sebagai hub (penghubung ) untuk daerah daerah disekitarnya Yogyakarta berperan penting menyuplai turis baik lokal maupun International ke kawasan sekitar, Salah Satunya ke Dataran Tinggi Dieng. Bukan Hanya dari Yogyakarta, Dieng Banyak dituju dari Semarang. Bandara Ahmad Yani menjadi hub wiasatawan untuk mengunungai kawasan wisata di kawasan provinsi Jawa tengah. Semarang dan Jogjakarta adalah kota utama yang berperan penting menjadi penyuplai turis untuk obyek wisata dataran tinggi Dieng. Dengan dua kota utama menjadi penyuplai wisatawan pada Plato Dieng, kawasan dataran tinggi Dieng diharapkan dapat meningkatkan kualitas,akses dan konentivitasnya dengan dua kota tersebut. Harapan yang ingin dicapai wisatawan yang berkunjung dapat merasa aman, nyaman ketika mendatangi Plato Dieng.
A. Latar belakang Secara geografis dataran tinggi Dieng dapat dicapai dari 2 Kota utama Semarang dan Yogyakarta dengan waktu tempuh berkisar 3-5 jam. Sebagai obyek wisata yang disuplai turis dari 2 kota utama di Jawa tengah dan Yogyakarta Dieng memiliki Potensi yang sangat besar. Dari data statistik secara nasional Provinsi Jawa tengah dan DIY berapa pada urutan 5 dan 6 pada banyaknya kunjungan wisata nasional dengan potensi wisatawan antara 5-6 Juta pengunjung pada 2009. Tabel berikut memberikan gambaran provinsi yang paling banyak di kunjungi wisatawan. Tabel I.1 Tabel 10 besar provinsi paling banyak di kunjungi NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PROVINSI 20014 Jawa Barat 7,518,081 Jawa Timur 7,058,899 DKI Jakarta 5,332,268 Bali 4,684,102 Jawa Tengah 3,595,469 DI Yogyakarta 3,390,455 Riau 1,976,323 Sumatera Utara 1,880,877 Kalimantan Timur 1,751,074 Kepulauan Riau 1,636,461 Sumber: Survey BPS:2015
Pemerintah pusat telah memasukkan Dieng dalam perencanaan yang bersifat nasional. Di dalam Rencana Induk Kepariwisataan Nasional 2010-2025 destinasi Borobudur-Yogyakarta menjadi salah satu dari 50 Destinasi Kepariwisataan Nasional, yang didalamnya memiliki 7 (tujuh) Kawasan Pengelolaan Pariwisata, dengan 5 kawasan di wilayah D.I. Yogyakarta dan 2 wilayah Di Jawa Tengah. Dengan dimasukkannya Dieng sebagai kawasan yang dikembangkan akan menarik wisatawan berdatangan ke
Plato Dieng. Kawasan-kawasan tersebut di jelaskan dalam Tabel dan gambar sebagai berikut: Tabel 1.2 1 kawasan Destinasi Borobudur-Yogyakarta Provinsi Yogyakarta
Provinsi Jawa Tengah
1. Kws Karts Gunung Kidul dskt
1. Kws
2. Kws Prambanan–Kalasan dskt
dskt
3. Kws Yogyakarta Kota dskt
Borobudur–Mendut–Pawon
2. Kws Dieng dskt
4. Kws Pantai Selatan Yogya dskt 5. Kws Merapi–Merbabu dskt
Sumber : (Peraturan Pemerintah Republik indonesia no.50 tahun 2011)
2 1
5
2 1
4
3
Gambar I.1 Ilustrasi kawasan induk pariwisata Borobudur-Yogyakarta Peta di modifikasi oleh penulis,Sumber: www.jadwaltravel.info
Dengan dijadikan Dieng sebagai bagian dari perencanaan nasional pengambangan kawasan pariwisata, maka perlu diperhatikan kemungkinan munculnya resiko-resiko yang berdampak pada pengamanan pengunjung. Plato Dieng dengan potensi (pengunjung dari 2 wilayah utama)yang cukup tinggi 5-6 juta pengunjung pertahun, peran safety menjadi
sangat
penting
bagi
kelangsungan
dan
keberlanjuntan
pembangunan
kepariwsataan di Dataran Tinggi Dieng.Potensi tersebut layaknya perlu didukung oleh
persiapan kemungkinan munculnya hazards (bahaya-bahaya) dan bencana yang dapat muncul sewaktu waktu.Salah satu potensi bencana yang cukup besar adalah bencana Geologi karena dominannya aktivtas Geologi di kawasan Dieng. Bencana baik yang besar maupun kecil sedapat mungkin di kurangi efeknya dengan Mitigasi dan perencanaan yang baik. B. Gambaran umum Plato Dieng
Gambar I.2 Peta Kabupaten Banjarnegara Sumber: Pemda Kabupaten Banjarnegara
Dataran Tinggi Dieng dapat diakses melalui beberapa jalur. Jalur tersebut adalah melalui Banjarnegara, Batang dan Wonosobo. Namun, diantara jalur-jalur tersebut, yang paling efektif dan efisien adalah melalui Wonosobo. Jarak Dataran Tinggi Dieng dengan pusat pemerintahan Wonosobo adalah 26 km yang dapat dilalui dengan sepeda motor, kendaraan roda empat dan mikro bus. Secara Administratif Plato Dieng terletak di
Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo dan Batang. Secara luasan Kabupaten Banjarnegara menguasai hampir 70 % wilayah Dieng. Secara koordinat Dieng terletak pada: 7o12' LS dan 109 o 54' BT dengan ketinggian 2565 mdpl merupakan tipe Gunungapi : Strato, dengan lapangan solfatara (SO2 dan SO3) dan fumarola, serta banyak kawah. Beberapa kawah yang cukup populer di Dieng anatara lain Timbang, Sikidang, Upas, Sileri, Condrodimuko, Sibanteng danTelogo Terus.
Gambar I.3 Peta Kecamatan Batur dan Dieng Sumber: UPT Dieng 2015
Potensi Dieng secara umum dapat di bagi menjadi 3 :
ü Potensi Alam : Panas bumi (Geothermal), Pertanian dan Buah khas Dieng,Belerang dari kawah. ü Potensi Budaya : Candi, Ruwat rambu gembel, Seni Budaya/Festival ü Potensi Wisata : Kawah, Telaga ,Candi,Salju Dieng/Upas,Pemandangan Alam Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dengan suhu rata rata 15-20 Derajat Celcius dan pada Malam hari sekitar 10 Derajat Celcius. Suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas. Karena Dieng merupakan kawasan Vulkanik aktif maka kemungkinan potensi terjadinya bencana vulkanik dan bencana Geologi lainnya cukup besar. Letusan dan munculnya gas beracun pada kawasan Dieng telah terjadi berkali kali dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Bukan hanya letusan dan gas beracun, kemungkinan terjadinya amblesan dan tanah longsor juga layak di perhatikan karena pada dasarnya Dieng adalah kaldera aktif yang dapat terjadi amblesan dan longsor sewaktu-waktu. Untuk itu diperlukan adanya analisa dan persiapan yang matang.Adanya promosi yang masif dan terprogram dari pemerintah harus di imbangi perencanaan kemanan yang baik pada Obyek tujuan wisata.
TABEL I.3 Sejarah letusan Dieng Tahun 1450
Pakuwojo
1825/18 26
Pakuwojo
1883 1884
Aktivitas letusan
Nama Kawah
Kw.Sikidang/Bante ng Kw.Sikidang
Letusan normal Letusan normal Peningkatan kegiatan
Produk Letusan/korban Abu/Pasir Abu/Pasir Lumpur kawah
Letusan normal
1895
Siglagak
Pembentukan celah
Uap belerang
1928
Batur
Letusan Normal
Lumpur dan batu
1939
Batur
Letusan normal
Uap dan meninggal
1944
Kw.Sileri
Gempabumi dan letusan
Lumpur/59 meninggal,38 luka, 55 orang hilang
1964
Kw.Sileri
Letusan normal
lumpur
1965
Kw.Condrodimuko/ Telaga Dringo
Hembusan fumarola, lumpur
Uap air dominan
1979
Kw.Sinila
Hembusan gas racun
Gas CO2, CO ?, CH4 ,Korban 149 meninggal
1990
Kw. Dieng Kulon
Letusan freatik
lumpur
2002
2003
Terjadi Gempa Terasa sebanyak 7 kali. Tidak Diikuti dengan letusan Kw. Sileri
Lumpur
Peningkatan kegempaan yang diawali dengan gempa terasa pada tanggal 2 April 2006
2006
2009
Letusan Freatik
Kw. Sibanteng
Letusan freatik
Sumber : Direktoran vulkanologi ESDM
Lumpur
Lumpur,5
orang luka-
C. Rumusan masalah Dataran tinggi Dieng dengan obyek wisata yang berada di sekitar kawah-kawah aktif dengan Aksesabilitas, Amenitas dan atraksi berada di kawasan vulkanis serta lerenglereng,merupakan struktur geologi yang unik berupa plato yang terbentuk dari kaldera Gunung Perahu dengan pembatas gunung-gunung lain di tepiannya. Karena terbentuk dari kaldera yang masih aktif inilah potensi bahaya dan bencana muncul. journal esdm mengenai pemantauan Dieng, sejarah letusan Dieng terjadi cukup sering dan menimbulkan korban yang cukup banyak. Permasalahan muncul karena Plato Dieng meruapakan kawasan wisata populer, dimana pemerintah daerah setempat sangat gencar mempromosikan obyek wisata tersebut. Pengawasan kemungkinan terjadinya bencana geology di lakukan oleh direktorat Vulkanologi ESDM. Meski demikian, sosialisasi safety, langkah langkah nyata dan informasi rencana pengamanan bila terjadi bencana seharusnya dilaksanakan oleh para pemangku kepentingan. Potensi bencana dilihat dari sudut pandang Aksesabilitas,amenitas dan Atraksi menarik untuk di bahas sehingga dapat tersusun perencanaan yang baik mengenai potensi bahaya. D. Pertanyaan penelititan Dalam penelitian ini beberapa pertanyaan yang muncul dapat dikelompokkan dalam 3 besar pertanyaan di bawah ini. 1.
Bagaimana kondisi eksisting pariwisata di kawasan Dieng dari sudut pandang
mitigasi/ resiko bencana? 2.
Seberapa jauh resiko bencan yang mungkin muncul di kawasan wisata Dieng?
3.
Rekomendasi dan langkah-langkah strategis apakah yang di perlukan untuk
mengatasi resiko bencana tersebut.
E. Tujuan Penelitian Dengan pertanyaan dan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya diharapkan penelitian ini dapt mencapai tujuannya sebagai berikut: 1.
Mengetahui kondisi eksisiting resiko bencana pada obyek Geowisata Dieng dari
sudut pandang Aksesabilitas,Amenitas dan Atraksi 2.
Mengetahui resiko-resiko bencana dari analisis data sekunder dan faktor faktor
yang mempengaruhi tingkat kerawanan pada obyek Geowisata Dieng. 3.
Mengetahui rekomendasi yang di perlukan guna mengatasi permasalahan pada
obyek wisata Dieng. F. Manfaat penelitian Penelitian ini di harapkan membawa manfaat yang ingin di capai sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang ingin di dapat dari penelitian ini adalah kesadaran para pemangku kepentingan akan besarnya potensi bencana Geologi yang mungkin dapat timbul pada daerah obyek wisata dataran tinggi Dieng serta kesadaran para wisatawan akan pentingnya safety dan perencanaan apabila bencana terjadi pada saat mereka berwisata, sehingga terbangun kultur safety pada semua pihak. 2. Manfaat Praktis a)
Bagi pemerintah munculnya kesadaran yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
membuat kebijakan- kebijakan tentang pengelolaan obyek wisata yang mengutamakan keselamatan.
b)
Bagi pengelola obyek wisata dapat di gunakan sebagai alarm pengingat tentang
perlunya rambu, sosialisasi safety pada pengunjung secara berkala. c)
Bagi industri pariwisata lainnya, dapat digunakan sebagai acuan untuk
memperhatikan kemananan dan terbangunnya budaya keselamatan di manapun. d)
Bagi dunia pendidikan, dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian empiris
selanjutnya. G. Keaslian penelitian Dalam penentuan thesis untuk keaslian penelitian ini penulis mencarai beberapa petunjuk Skripsi atau thesis dengan kata kunci Dieng, Geowisata, Mitigasi (safety) beberapa thesis yang di peroleh sebagai berikut. 1. Nama
: pramitama bayu saputro
judul
: Tata Kelola Wisata Di Dataran Tinggi Dieng Provinsi Jawa
Tengah Universitas Ringkasan
: Institut Pertanian Bogor Fakultas Kehutanan 2011
: Perkembangan wisata di Indonesia tidak terlepas dari peran pemerintah,
swasta dan masyarakat. Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang ada di Indonesia. Banyak stakeholder dengan beragam kepentingan yang berbedabeda terlibat dalam pengelolaan Dataran Tinggi Dieng. Sehingga perlu diketahui mekanisme hubungan para stakeholder dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng. Hasil identifikasi menunjukkan terdapat 12 stakeholder yang terlibat dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng. 2.
Nama
: Dwiyanti K
Judul
: Human Vulnerability And Coping Capacity Related To Carbon
Dioxide (Co2) Volcanic Gases: A Community-Based Case Study In Dieng Plateau Central Java Universitas Ringkasan
: UGM-S2 Lingkungan 2015
: Dieng merupakan salah satu wilayah yang paling berbahaya di Jawa
Tengah karena letusan freatik dan potensi bahaya gas beracun karbon dioksida. Pada tahun 1979, salah satu kawah di Dieng yaitu Kawah Timbang, mengeluarkan gas beracun karbon dioksida (CO2) dan menyebabkan 149 orang meninggal. Sampai saat ini, Kawah Timbang selalu memancarkan gas beracun. Meskipun kawasan Dieng berbahaya, masyarakat Dieng tetap tinggal di daerah berbahaya. Oleh karena itu, penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui karakteristik gas beracun di Dieng serta kerentanan dan cara masyarakat menanggulangi bencana gas beracun di Dieng. Dengan menggunakan studi kasus dan pendekatan partisipatif, penelitian ini mengidentifikasi kerentanan manusia di desa Batur, Sumberrejo, dan Pekasiran di Dieng termasuk pengalaman bencana, persepsi risiko dan kapasitas masyarakat dalam mengatasi gas beracun. 3. Nama Judul
: Primantoro Nur Vitrianto :Kualitas
Kawasan
Wisata
Pantai
Depok,Gumuk
Pasir
Barchan,Pantai Parang Kusumo Dan Pantai Parang Tritis Berdasarkan Parameter Geowisata. Universitas
: Ugm-Fakultas Teknik 2012
RINGKASAN : Kawasan Parangtritis secara keseluruhan memiliki potensi daya tarik wisata yang terpadu antara daya tarik wisata alam, budaya dan khusus (kuliner), seluruh
potensi tersebut perlu untuk dikembangkan dan dilestarikan. Geowisata diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif pendekatan dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada di kawasan parangtritis secara keseluruhan, yang meliputi Pantai Depok, Gumuk Pasir Barchan, Pantai Parangkusumo, dan Pantai Parangtritis, baik dalam bentuk peningkatan pengayaan wawasan tentang keunikan daya tarik wisata, peningkatan pemahaman proses fenomena fisik alam (geomorfologi), maupun peningkatan kualitas sumberdaya manusia di kawasan ini. Geowisata juga memberi dampak terhadap Pengelolaan lapangan kerja di berbagai sektor seperti transportasi, perhotelan dan pemandu wisata dan sekaligus memacu pertumbuhan ekonomi.