Laporan Tugas Akhir
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) termasuk famili Leguminoceae yang berasal dari Manshukuo Cina, kemudian menyebar sampai ke Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan Indonesia. Penyebaran kedelai di Indonesia pertama kali di Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Lampung, Sumatera Selatan dan Bali. Indonesia merupakan negara penghasil kedelai terbesar keenam di dunia setelah Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Cina, dan India (Ampnir, 2011). Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani. Kandungan gizi kedelai dalam 100 g yaitu 331.0 kkal kalori, 34.9 g protein, 18.1 g lemak, 34.8 g karbohidrat, 4.2 g serat, 227.0 mg kalsium, 585.0 mg fosfor, 8.0 mg besi, dan 1.0 mg vitamin B1(Bakhtiar, Taufan, Hidayat, dan Jufri, 2014). Kedelai merupakan salah satu kelompok leguminoseae yang memiliki kandungan protein tinggi, sehingga kedelai banyak dikonsumsi dalam bentuk olahan seperti tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan berbagai bentuk makanan ringan, disamping sebagai bahan makanan juga digunakan sebagai bahan industri dan pakan ternak (Ayu, Rosmayati, dan Luthfi, 2013). Produksi kedelai nasional masih rendah yaitu hanya 1,1 t/ha. Produksi tersebut masih dapat ditingkatkan lagi menjadi 1,5-2,5 t/ha dengan beberapa teknologi yaitu
Laporan Tugas Akhir
2
penggunaan pupuk secara berimbang, waktu tanam yang tepat dan sesuai dengan daya dukung lahan, serta penggunaan varietas unggul (Marliah, Hidayat dan Husna, 2012). Varietas berperan penting dalam produksi kedelai, karena untuk mencapai hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetik. Potensi hasil di lapangan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai (Marliah dkk, 2012). Menurut Marliah dkk (2012) varietas unggul yang beredar di masyarakat, diantaranya varietas Grobogan dan Anjasmoro. Varietas Grobogan memiliki potensi hasil 2,7 t/ha, bobot biji 18 g/100 biji, dan umur panen 76 hari. Varietas Anjasmoro memiliki potensi hasil 2,25 t/h, bobot biji 16 g/100 biji, dan umur panen 83-93 hari. Budidaya kedelai umumnya dilakukan di lahan sawah setelah tanaman padi sebagai upaya untuk menghindari resiko kekeringan. Penggunaan teknologi jerami pada tanaman kedelai dimaksudkan sebagai mulsa. Penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan air dapat dikurangi dengan menjaga temperatur dan kelembaban tanah. Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban dan suhu tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Setelah terdekomposisi penggunaan mulsa jerami padi pada kedelai dapat memperbaiki kesuburan dan struktur tanah, selain itu akan mempengaruhi suplai CO2 yang menentukan jumlah nodul terbentuk, suhu dan
Laporan Tugas Akhir
3
kelembaban tanah terjaga, dan membantu menambah unsur hara P. Unsur hara seperti P berperan dalam merangsang Rhizobium menginfeksi akar, pembintilan, penyerapan unsur Ca, Mg, Fe, B, K, Mo, dan S dalam penggunaan hasil fiksasi. Selain penggunaan mulsa jerami, penggunaan varietas unggul dapat meningkatkan produksi (Somantri, 2014). 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir adalah : 1. Melihat pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro yang ditanam di Lahan bekas sawah. 2. Membandingkan pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah.
Laporan Tugas Akhir
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Tanaman Kedelai Sistematika kedelai menurut Adisarwanto (2005) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Rosales
Famili
: Leguminoceae
Subfamili
: Papilionaceae
Genus
: Glycine
Species
: Glycine max L.
Tanaman kedelai memiliki akar yang muncul dari belahan kulit biji di sekitar mikrofil. Calon akar kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil (Adisarwanto, 2005) Menurut Sukmawati (2013) tanaman kedelai memiliki bintil akar yang dapat mengikat nitrogen di atmosfer melalui aktivitas bakteri pengikat nitrogen yaitu
Laporan Tugas Akhir
5
Rhizobium japonicum. Nodul atau bintil akar tanaman kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10–12 hari setelah tanam tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu. Hipokotil pada kedelai merupakan bagian batang pada proses perkecambahan, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hipokotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan terangkat ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu determinate dan indeterminate. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga sedangkan indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Semideterminate dikategorikan gabungan dari determinate dan indeterminate (Somantri, 2014). Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga. Bentuk daun kedelai ada dua yaitu bulat atau oval dan lancip. Bentuk daun dipengaruhi oleh faktor genetik (Adisarwanto, 2005). Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu. Tangkai bunga tumbuh dari ketiak tangkai daun. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 2-25 bunga tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi (Sukmawati, 2013).
Laporan Tugas Akhir
6
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 1-10 buah dalam setiap kelompok (Sukmawati, 2013). Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama yaitu kulit biji dan embrio. Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar atau hilum yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut. Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai biji kedelai dapat langsung ditanam. Biji kedelai memiliki kandungan gizi yang cukup banyak yaitu kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, vitamin B1, dan air. Pada Tabel 1 dapat dilihat kandungan gizi kedelai tiap 100 g (Adisarwanto, 2005). Tabel 1. Kandungan gizi biji kedelai kering tiap 100 g Komponen Kalori (Kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) serat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin B1 (mg) Sumber: Muchtadi (2010)
Biji kedelai 331,0 34,9 18,1 34,8 4,2 227,0 585,0 8,0 1,0
Laporan Tugas Akhir
7
2.2 Varietas Kedelai Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakter atau kombinasi genotip. Secara botani varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri morfologi yang jelas (Ampnir, 2011). Ditmbahkan oleh Ayu dkk (2013) varietas kedelai jumlahnya sangat banyak dan memiliki sifat yang beragam baik mengenai potensi produksi, daya adaptasi terhadap lingkungan, tipe pertumbuhan, bentuk dan ukuran biji, warna biji, umur panen, dan tinggi tanaman. Varietas Grobogan dan Anjasmoro merupakan varietas ungggul. Grobogan dilepas tahun 2008, bentuk daun lancip atau lanceolate, tinggi tanaman 50-60 cm, umur berbunga 32 hari, dan bunga berwarna ungu, sedangkan Anjasmoro dilepas tahun 2001, bentuk daun oval, tinggi tanaman 64-68 cm, umur berbunga 39 hari, dan bunga berwarna ungu (Fattah, 2010). Menurut Ayu dkk (2010) varietas kedelai yang mempunyai produksi tinggi yaitu kedelai varietas Grobogan dengan produksi 2,7 t/h, berat biji 18,83 g/100 biji, umur masak sekitar 76 hari, warna bunga ungu, dan jumlah polong 57.90 polong/tan sedangkan Anjasmoro memiliki produksi 2,25 t/h, berat biji 16,09 g/100 biji, umur masak 92 hari, warna bunga ungu, dan jumlah polong 53.85 polong/tan. Varietas kedelai yang mempunyai umur genjah dapat dijadikan varietas untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Lahan sawah yang kosong 2,5 bulan dapat ditanami kedelai untuk membantu
Laporan Tugas Akhir
8
penyumbang nitrogen sedangkan pada pemanfaatan lahan kering yang mempunyai curah hujan yang pendek sekitar 150-200 mm dapat dimanfaatkan untuk menanam kedelai (Fattah, 2010). 2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Menurut Rukmi (2011) tanaman kedelai dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian 100-1.200 meter di atas permukaan laut. Pada daerah dataran tinggi umur tanaman kedelai menjadi lebih panjang. Tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah Alluvial, Regosol, Grumosol, Latosol, atau Andosol. pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai adalah 6-6,6. Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat menentukan daya hasil kedelai dengan curah hujan 300-400 mm/bulan. Suhu optimum bagi pertumbuhan kedelai antara 20-30 0C, dan kelembaban 60%. Berdasarkan data statistik Desa Sumberejo berada pada ketinggian 400-500 meter di atas permukaan laut, curah hujan 110 mm/bulan, suhu 28,4 0C, kelembaban 80% , dan pH 6-7.
Laporan Tugas Akhir
9
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengalaman Kerja Praktek Mahasiwa (PKPM) dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2015 di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang. Luas lahan yang ditanami kedelai varietas Grobogan yaitu 200 m2 dan varietas Anjasmoro yaitu 200 m2. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada budidaya kedelai yaitu tugal, sabit bergerigi, hand sprayer, power threasher, dan cangkul. Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro, pupuk Urea, pupuk Phonska, insektisida Lannate 40 SP, dan Dursban 20 EC. 3.3 Metode Metode yang digunakan adalah membandingkan antara dua perlakuan yaitu: 1. Tanaman kedelai (Glycine Max L.) dengan varietas Grobogan 2. Tanaman kedelai (Glycine Max L.) dengan varietas Anjasmoro Luas lahan yang digunakan adalah 200 m
2
pada masing-masing varietas.
Jumlah sampel sebanyak 20 tanaman yang diambil secara acak, untuk mengetahui perbedaan variabel pengamatan antara kedelai varietas Grobogan dengan kedelai varietas Anjasmoro, data pengamatan dianalisis dengan uji t pada taraf 5% dan 1%, dengan rumus sebagai berikut :
Laporan Tugas Akhir
10
√( √
)
( √
)
Dimana: √
√
Keterangan : X
= Nilai masing-masing variabel pada kedelai varietas Grobogan
y
= Nilai masing-masing variabel pada kedelai varietas Anjasmoro
Mx, My
= Rata-rata nilai variabel x dan y
N
= Jumlah sampel tanaman
SDx, SDy = Standar deviasi variabel x dan y Ho = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara kedelai varietas Grobogan dengan kedelai varietas Anjasmoro yang ditanam di lahan bekas sawah terhadap komponen hasil dan produksi kedelai (t hitung < t tabel 5%). H1 = Terdapat perbedaan yang nyata antara kedelai varietas Grobogan dengan kedelai varietas Anjasmoro yang ditanam di lahan bekas sawah terhadap komponen hasil dan produksi kedelai (t hitung < t tabel 5%). 3.4 Pelaksanaan 3.3.1 Penyiapan Benih Varietas kedelai yang digunakan dalam budidaya kedelai yaitu varietas Grobogan dan Anjasmoro. Kedua varietas kedelai yang digunakan merupakan benih
Laporan Tugas Akhir
11
bersertifikat. Kebutuhan benih kedelai per hektar 6 kg, sehingga untuk luasan lahan 200 m2 pada varietas Grobogan yaitu 120 g dan Anjasmoro yaitu 120 g. 3.3.2 Pembersihan lahan Pembersihan lahan dan pematang dari gulma dilakukan dengan menggunakan cangkul, lalu gulma diangkut ke luar lahan dan dibakar. 3.3.3 Penanaman Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman 2 cm. Jarak tanam penanaman yang dibuat adalah 25 x 25 cm sesuai dengan jarak tanam padi yang ditanam ditengah-tengah jarak tanam padi. Setiap lubang tanam diisi dengan benih kedelai 1 biji per lubang tanam. 3.3.4 Pembabatan jerami Pembabatan jerami dilakukan setelah kegiatan penanaman benih kedelai selesai seluruhnya. Pembabatan jerami dilakukan menggunakan mesin babat. Tujuan pembabatan jerami yaitu dijadikan sebagai mulsa pada per tanaman kedelai. 3.3.5 Pemeliharaan A. Penyulaman Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan tugal. Benih yang digunakan untuk penyulaman pada varietas Grobogan yaitu 26 biji sedangkan varietas Anjasmoro yaitu 16 biji.
Laporan Tugas Akhir
12
B. Pemupukan Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pupuk dasar dan pupuk susulan. Dosis pupuk yang diberikan yaitu 75 kg/ha Urea dan 100 kg/ha NPK Phonska. Pupuk dasar diberikan pada umur satu minggu setelah tanam dengan dosis 750 g/200 m2 Urea dan 1 kg/200 m2 NPK Phonska sedangkan pupuk susulan diberikan pada umur 40 hari setelah tanam dengan dosis 750 g/200 m2 Urea dan 1 kg/ 200 m2 NPK Phonska. C. Pengendalian hama dan penyakit Hama yang menyerang kedelai yaitu ulat penggerek pada umur 40 hari setelah tanam. Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan Lannate 40 SP 0,5 g/200 m2 dan Dursban 20 EC 8,5 ml/200 m2. D. Panen dan pascapanen Panen kedelai varietas Grobogan dilakukan pada umur 76 hari setelah tanam sedangkan varietas Anjasmoro pada umur 92 hari setelah tanam dengan melihat kriteria sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, daun gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan, dan batang berwarna kuning agak coklat. Cara panen kedelai yang dilakukan adalah dengan menggunakan sabit bergerigi dengan menyabit batang kedelai. Batang kedelai dipotong 10 cm dari permukaan tanah, setelah batang dipotong lalu diletakkan di barisan tanam kedelai agar polong kedelai cepat kering dan mempermudah dalam pembalikan. Pembalikan kedelai dilakukan dua hari setelah panen kedelai. Setelah selesai dibalik maka kedelai dibiarkan lagi selama dua hari agar polong kedelai kering
Laporan Tugas Akhir
13
merata. Setelah dua hari kedelai dikumpulkan dan dipisahkan biji dari polongnya dengan menggunakan Power threaser atau Grendel. E. Pengamatan 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran. Pengukuran kedelai diukur dari leher akar sampai titik tumbuh pada tanaman sampel. Pengukuran dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam sampai tanaman memasuki umur generatif. 2. Jumlah cabang primer Penghitungan jumlah cabang primer dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang muncul dari batang utama seluruhnya pada tanaman sampel. Penghitungan dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam sampai tanaman memasuki umur generatif. 3. Jumlah daun tripoliat Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung jumlah daun tripoliat seluruhnya pada tanaman sampel. Penghitungan dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam sampai tanaman memasuki umur generatif. 4. Jumlah polong/tanaman Penghitungan jumlah polong per tanaman dilakukan dengan cara menghitung jumlah polong per tanaman pada tanaman sampel. Penghitungan dilakukan setelah panen.
Laporan Tugas Akhir
14
5. Persentase polong bernas Penghitungan persenatse polong bernas dilakukan dengan cara menghitung polong bernas pada tanaman sampel. Penghitungan dilakukan setelah panen dengan rumus: x 100% 6. Jumlah biji/polong Penghitungan jumlah biji/polong dilakukan dengan cara mengupas polong, lalu menghitung biji dalam satu polong pada tanaman sampel. Penghitungan dilakukan setelah panen. 7. Bobot 100 biji Penghitungan bobot 100 biji dilakukan dengan cara menghitung biji sampai 100 biji setelah itu biji ditimbang dan dicatat. Penghitungan dilakukan setelah panen pada tanaman sampel. 8. Produksi Penghitungan produksi dilakukan dengan cara menghitung komponen hasil seluruhnya. Penghitungan dilakukan setelah panen dengan menggunakan rumus: Jumlah tanaman/ha x jumlah polong/tanaman x jumlah biji/polong x bobot 100 biji x persentase polong bernas
Laporan Tugas Akhir
15
3.5 Layout Lahan PKPM Varietas Grobogan
Varietas Anjasmoro
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
a x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
e
d 20 m
keterangan
:
a. Jarak antar tanaman : 25 cm b. Tanaman kedelai c. Bekas tanaman padi d. Jarak antar baris : 25 cm e. Jarak tanaman dari pematang : 25 cm
m
c
b 20 m
10 m
Laporan Tugas Akhir
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1. Pertumbuhan vegetatif Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah Varietas kedelai Grobogan Anjasmoro Uji t
Tinggi tanaman (cm) 58,8 63,1 ns
Pengamatan Jumlah Cabang primer (buah) 5,5 5,6 ns
Jumlah daun tripoliat (buah) 6,8 7,6 ns
Ket: s) berbeda nyata menurut uji t hs) berbeda sangat nyata menurut uji t ns) berbeda tidak nyata menurut uji t Perbandingan pertumbuhan vegetatif kedelai pada varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah menggunakan uji t didapatkan hasil berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah daun tripoliat dari kedua varietas yang berbeda.
Laporan Tugas Akhir
17
Grafik pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah dapat dilihat pada Gambar 1. Tinggi tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah dapat dilihat pada Gambar 1.
Grobogan
140
Tinggi tanaman (cm)
Anjasmoro
58.8
120 100 80 60
63.1
30.8
40
16.3
28
11.1
20
19.9
13.5
0 2
3
4
5
MST
Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman kedelai umur 2-5 MST Berdasarkan Gambar 1 terlihat laju pertumbuhan tinggi tanaman kedelai varietas Anjasmoro pada umur 2-5 minggu setelah tanam lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai varietas Grobogan.
Laporan Tugas Akhir
18
Jumlah cabang primer Hasil pengamatan jumlah cabang primer tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah dapat dilihat pada Gambar 2.
Jumlah cabang primer (buah)
12
Grobogan 5.5
10
Anjasmoro
8 6
2.6
5.6
4 2.33 2 0
0 2
0 3
4
5
MST
Gambar 2. Rata-rata jumlah cabang primer tanaman kedelai umur 2-5 MST Berdasarkan Gambar 2 terlihat rata-rata jumlah cabang primer tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro pada umur 2-3 minggu setelah tanam belum muncul cabang primer, selanjutnya pada umur 4-5 minggu setelah tanam jumlah cabang primer kedelai varietas Anjasmoro lebih banyak dibandingkan dengan varietas Grobogan.
Laporan Tugas Akhir
19
Jumlah daun tripoliat Hasil pengamatan jumlah daun tripoliat tanaman kedelai varietas Grobogan dan
Jumlah daun tripoliat (buah)
Anjasmoro di lahan bekas sawah dapat dilihat pada Gambar 3.
Grobogan
16
6.8
14
Anjasmoro
12 5.6
10
7.6
8 2.75
6
6
2.4
4
3.1
2.5
2 0 2
3
4
5
MST
Gambar 3. Rata-rata jumlah daun tripoliat tanaman kedelai umur 2-5 MST Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan rata-rata jumlah daun tripoliat tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro relatif sama.
Laporan Tugas Akhir
20
4.1.2. Pertumbuhan generatif Hasil pengamatan pertumbuhan generatif tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komponen hasil dan produksi tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah
Varietas kedelai Grobogan Anjasmoro Uji t
Jumlah polong/ tanaman 42,2 47,3 ns
Pengamatan Persentase polong bernas 81,3 76,8 ns
Bobot 100 biji (g) 18,5 16,8 s
Jumlah biji/polong 2,8 2,5 s
Produksi t/ha 2,8 2,4 -
Ket: s) berbeda nyata menurut uji t hs) berbeda sangat nyata menurut uji t ns) berbeda tidak nyata menurut uji t Perbandingan pertumbuhan generatif tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro dengan menggunakan uji t didapatkan hasil berbeda tidak nyata pada jumlah polong per tanaman, persentase polong bernas, dan bobot 100 biji. Hasil berbeda nyata terlihat pada jumlah biji dan bobot 100 biji. Komponen hasil tanaman kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro dapat dilihat pada Gambar 4. .
Laporan Tugas Akhir
21
Anjasmoro 100 76.8
Grobogan
81.3
80 60
47.3
42.2
40 18.5 16.8 20
2.5
2.8
2.8
2.4
0 Jumlah polong/tan
% polong bernas
Jumlah biji/polong
Bobot 100 biji Produksi t/ha
Gambar 4. Komponen hasil tanaman kedelai Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa jumlah polong per tanaman yang terbanyak pada kedelai varietas Anjasmoro yaitu 47,3 polong. Persentase polong bernas terbanyak pada kedelai varietas Grobogan yaitu 81,3%. Jumlah biji per polong terbanyak pada kedelai varietas Grobogan yaitu 2,8 biji per polong. Bobot 100 biji yang terberat pada kedelai varietas Grobogan yaitu 18,5 g. Produksi tertinggi pada kedelai varietas Grobogan yaitu 2,8 t/ha sedangkan kedelai dengan varietas Anjasmoro yaitu 2,4 t/ha. 4.2. Pembahasan Berdasarkan Tabel 2 hasil pengamatan vegetatif tanaman kedelai pada varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah yang diuji dengan menggunakan uji t didapatkan hasil berbeda tidak nyata pada tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah daun tripoliat.
Laporan Tugas Akhir
22
Berdasarkan data statistik di Desa Sumberejo berada pada ketinggian 400-500 meter di atas permukaan laut, curah hujan 110 mm/bulan, suhu 28,4 0C, kelembaban 80% , dan pH 6-7 sedangkan syarat tumbuh yang baik untuk kedelai yaitu 100-1.200 meter di atas permukaan laut, curah hujan 300-400 mm/bulan, suhu 20-30 0C, kelembaban 60%, dan pH tanah 6-6,6. Syarat tumbuh yang baik dapat membantu varietas kedelai dalam menyesuaikan diri pada lingkungan. Kondisi lingkungan seperti tinggi tempat, jenis tanah, suhu, kelembaban, curah hujan, dan pH dapat meningkatkan produksi kedelai (Budi dan Hajoeningtijas, 2008). Perbedaan respon yang ditunjukkan pada kedua varietas disebabkan karena adanya perbedaan sifat genetik dari kedua varietas. Perbedaan sifat genetik ini menyebabkan terjadinya perbedaan tanggap kedua varietas tersebut terhadap berbagai kondisi lingkungan, sehingga aktivitas pertumbuhan yang ditunjukkan
berbeda.
Dalam menyesuaikan diri, tanaman akan mengalami perubahan fisiologis ke arah yang sesuai dengan lingkungan barunya. Varietas tanaman yang berbeda akan menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang berbeda walaupun ditanam pada kondisi lingkungan yang sama (Marliah, Hidayat, dan Husna, 2012). Hasil uji t berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman disebakan oleh adanya perbedaan genetik dari kedua varietas dimana varietas Anjasmoro memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Grobogan sehinggga sesuai dengan deskripsi varietas. Tingginya tanaman pada varietas Anjasmoro berpengaruh pada jumlah cabang dan jumlah daun sehingga jumlah cabang dan jumlah daun pada varietas Anjasmoro lebih banyak. Semakin tinggi tanaman maka semakin banyak jumlah buku per tanaman. Banyaknya jumlah buku per tanaman berpengaruh pada
Laporan Tugas Akhir
23
banyaknya jumlah daun. Meningkatnya jumlah daun berpengaruh pada banyaknya jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun (Bakhtiar dkk, 2014 ; Fattah, 2010 ; Pakpahan, 2009). Suhu udara di Desa Sumberejo yaitu 28,4 0C. Suhu yang terlalu tinggi pada areal pertanaman kedelai dapat dimodifikasi dengan menggunakan mulsa jerami. Pemberian mulsa jerami dapat merubah suhu tanah dan iklim mikro sehingga dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan maka dapat mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman serta meningkatkan produksi tanaman kedelai. Mulsa jerami berfungsi untuk mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi pemukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Mulsa jerami juga dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah (Damanik, 2010).
Selanjutnya Mansyur (2011) menyatakan bahwa penggunaan
mulsa jerami dapat mencegah penguapan air tanah yang berlebihan, dapat mencegah pencucian hara, mengendalikan kelembaban tanah serta melindungi agregat tanah dari daya rusak butiran air hujan. Mulsa jerami dapat menstabilkan air untuk tanaman dan mengurangi penguapan, maka translokasi unsur hara untuk tanaman dapat berlangsung dengan baik sehingga berpengaruh pada pembelahan sel dan perpanjangan ruas. Berdasarkan pengamatan komponen hasil pada tanaman kedelai dengan varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah didapatkan hasil uji t berbeda nyata pada jumlah biji per polong dan bobot 100 biji sedangkan hasil berbeda tidak nyata
Laporan Tugas Akhir
24
pada jumlah polong per tanaman, dan persentase polong bernas. Produksi kedelai varietas Grobogan yaitu 2,8 t/ha sedangkan varietas Anjasmoro yaitu 2,4 t/ha. Hasil uji t berbeda tidak nyata pada jumlah polong disebabkan oleh adanya perbedaan genetik dari kedua varietas terhadap tinggi tanaman. Berdasarkan deskripsi varietas Anjasmoro lebih tinggi dibandingkan varietas Grobogan. Semakin tinggi tanaman maka semakin banyak jumlah buku per tanaman. Banyaknya jumlah buku per tanaman berpengaruh pada banyaknya jumlah polong, hal ini dikarenakan polong muncul pada setiap ketiak tangkai daun. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 1-10 buah dalam setiap kelompok (Adisarwanto, 2005). Variabel pengamatan jumlah biji per polong pada varietas Grobogan yang telah diuji dengan uji t menunjukkan berbeda nyata. Banyaknya jumlah biji per polong disebabkan oleh sifat genetik dari tanaman dimana jumlah biji per polong pada varietas Grobogan rata-rata 3 biji per polong serta adanya kemampuan yang optimal dalam menyerap unsur hara. Menurut Ratnasari, Bangun, Iskandar, dan Damanik (2015) kandungan hara jerami padi yaitu 40.87% bahan organik, 1.01% nitrogen, 0.15% posfor, 1.75% kalium, 4.2%, dan kalsium, dan 0,27% magnesium. Unsur hara kalsium mempengaruhi pembentukan polong sehingga dapat meningkatkan jumlah polong per tanaman dan menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, unsur nitrogen dapat membantu pembentukan klorofil dan berfungsi untuk menyerap cahaya matahari sedangkan unsur kalium dapat meningkatkan penyerapan CO2 yang berkaitan dengan membuka dan tertutupnya stomata daun selanjutnya karbohidrat
Laporan Tugas Akhir
25
tersebut disimpan pada saat memasuki fase reproduktif, dengan meningkatkannya serapan hara maka dapat meningkatkan jumlah biji per polong. Hasil uji t berbeda nyata pada bobot 100 biji kedelai varietas Grobogan bahkan mengalami peningkatan bobot. Bobot 100 biji varietas Grobogan yaitu 18,5 g dan Anjasmoro yaitu 16,8 g sedangkan berdasarkan deskripsi varietas Grobogan yaitu 18 g dan Anjasmoro yaitu 14,8-15,3 g. Perbedaan bobot 100 biji pada kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro karena sifat genetik dari tanaman, dimana sifat genetik kedelai varietas Grobogan memiliki sifat ukuran biji yang lebih besar dengan besarnya ukuran biji maka bobot 100 biji semakin berat. Bertambahanya bobot 100 biji
disebabkan
sumbangan
hara
dari
terdekomposisinya
bahan
mulsa
jerami. Terdekomposisinya bahan mulsa jerami dapat mensuplai unsur hara bagi tanaman dan ketersediaan air. Ketersedian air yang cukup pada saat pertumbuhan generatif dapat meningkatkan bobot biji karena bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan dalam musim tanam (Adisarwanto, 2005). Hasil produksi kedelai varietas Grobogan yaitu 2,8 t/ha dan Anjasmoro yaitu 2,4 t/ha. Berdasarkan deskripsi kedelai varietas Grobogan memiliki hasil produksi 2,7
t/ha dan varietas Anjasmoro memiliki hasil produksi 2,25 t/ha. Tingginya hasil produksi kedelai yang ditunjukkan pada varietas kedelai Grobogan disebabkan karena
meningkatnya jumlah biji per polong dan bobot 100 biji sehingga produksi meningkat. Meningkatnya jumlah biji per polong dan bobot 100 biji karena adanya perbedaan sifat genetik dari kedua varietas dan perbedaan tanggap kedua varietas tersebut terhadap berbagai kondisi lingkungan sehingga hasil produksi yang ditunjukkan berbeda (Sukmawati, 2013). Kedua varietas ini cocok ditanam di lahan
Laporan Tugas Akhir
26
bekas sawah karena varietas ini mampu beradaptasi dengan baik, hal ini dapat dilihat dari produksi di lapangan yang mendekati dengan produksi pada deskripsi, ditambahkan oleh Marliah dkk (2012) menyatakan bahwa kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro cocok ditanam di lahan bekas sawah.
Laporan Tugas Akhir
27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah biji per polong dan bobot 100 biji, namun berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah daun tripoliat, jumlah polong per tanaman, dan persentase polong bernas. Produksi kedelai varietas Grobogan yaitu 2,8 t/ha sedangkan Anjasmoro 2,4 t/ha. 5.2. Saran Berdasarkan pelaksanaan pengalaman kerja praktek mahasiswa yang telah dilakukan terhadap perbandingan tanaman kedelai dari varietas Grobogan dan Anjasmoro sebaiknya untuk dapat meningkatkan hasil produksi yang lebih tinggi dapat menggunakan varietas Grobogan.
Laporan Tugas Akhir
28
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 2005. Budidaya dengan pemupukan yang efektif dan pengoptimalan peran bintil akar kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta. 107 hal. Ampnir, M,L. 2011. Inventarisasi jenis-jenis hama utama dan ketahanan biologi pada beberapa varietas kedelai (Glycine max L. Merril ) di percobaan mangoapi Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua, Manokwari. Ayu, M., Rosmayati, dan Luthfi. 2013. Pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai terhadap inokulasi bradyrhizobium. Univeritas Sumatera Utara, Medan. Jurnal Agroekoteknologi vol 1.no 2. ISSN No. 2337- 6597. Bakhtiar, Taufan, Hidayat, dan Y. Jufri. 2014. Keragaan pertumbuhan dan komponen hasil beberapa varietas unggul kedelai di Aceh Besar. Universitas Syiah Kuala, Aceh. Jurnal Floratek 9: 46 – 52. Budi, G.P., O.D. Hajoeningtijas.2008. Kemampuan kompetisi beberapa varietas kedelai (Glycine max) terhadap gulma alang-alang (Imperata cylindrica) dan teki (Cyperus rotundus). Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto. Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Fattah, A. 2010. Uji adaptasi varietas unggul baru kedelai dalam mendukung program SL-PTT di Sulawesi Selatan, Sulawesi Selatan. Litbang Deptan. Marliah, A., T. Hidayat., N. Husna. 2012. Pengaruh varietas dan jarak tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.). Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012. Muchtadi, D. 2010. Kedelai komponen untuk kesehatan. Alfabeta, Bandung. 187 hal. Pakpahan, G.T. 2009. Evaluasi karakter agronomi beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine max L.). Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Ratnasari, D., M.K. Bangun., dan R.I. Damanik. 2015. Respons dua varietas kedelai (Glycine max L.) pada pemberian pupuk hayati dan NPK majemuk. Univeersitas Sumatera Utara, Medan. Jurnal Agroekoteknologi vol 3. Rahmatullah. 2011. Peningkatan produktivitas kedelai (Glycine max L.) dalam sistem agroforestri berbasis tegakan eukaliptus melalui pemupukan N dan P. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Rukmi. 2011. Pengaruh pemupukan kalium dan fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Staf Pengajar Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah.
Laporan Tugas Akhir
29
Somantri, R.U. 2014. Optimalisasi lahan sub optimal untuk pengembangan kedelai di Sumatera Selatan melalui penerapan inovasi teknologi. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembanng. ISBN : 979- 587-529-9. Sukmawati. 2013. Respon tanaman kedelai terhadap pemberiaan pupuk organik inokulasi FMA dan varietas kedelai di tanah pasiran. Universitas Nahdlatul Wathan Mataram, Riau. Jurnal volume 7, No. 4, Juli 2013. ISSN No. 19783787. Sumadri. 2014. Pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) terhadap jenis pupuk pelengkap cair. Skripsi. Universitas Tamansiswa Padang, Sumatera Barat.
Laporan Tugas Akhir
30
Lampiran 1. Profil kelompok tani Dirgantara Desa Sumberejo Desa
: Sumberejo
Kecamatan
: Pagar Merbau
Kabupaten
: Deli Serdang
Provinsi
: Sumatera Utara
Kelompok tani
: Dirgantara
Ketua kelompok tani
: Tukijan
Penyuluh
: Yakup
Letak di Atas Permukaan
: 0-500 m
Kelembapan udara
: 80%
Curah hujan
: 110 mm/bulan
Suhu
: 28 0C
pH tanah
: 6-7
Penguapan
: 4,35 mm/bulan
Laporan Tugas Akhir
31
Lampiran 2. Deskripsi varietas kedelai Grobogan Nama Varietas SK Tahun Tetua Potensi Hasil Rataan Hasil Karakter Pemulia
Warna Hipokotil Warna Epikotil Warna Bunga Warna daun Warna Bulu Warna Kulit Biji Bentuk Daun Tipe Pertumbuhan Umur Berbunga Umur Masak Tinggi Tanaman Berat 100 biji Daerah Sebaran
Pengusul
: Grobogan : 238/Kpts/SR.120/3/2008 : 2008 : Pemurnian populasi lokal Malabar Grobogan : 2,77 t/h : 3.40 t/h : polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat panen daun luruh 95-100%. : Suhartina, M. Muchlish Adie, T. Adisarwanto, Tino Sumarsono, Sunardi, Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono, SB. Purwanto, Siti Khawariyah, Murbanto, Alrodi, Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno. : Ungu : Ungu : Ungu : Hijau : coklat : Kuning muda : lanceolate : Determinate : 30-32 hari : ±76 hari : 50-60 cm : ±18 g : beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi baik. : Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah.
Laporan Tugas Akhir
32
Lampiran 3. Deskripsi varietas kedelai Anjasmoro Nama varietas Kategori SK Tahun Tetua Potensi hasil Pemulia Nomor galur Warna Hipokotil Warna epikotil Warna daun Warna Bulu Warna Bunga Warna polong masak Warna kulit biji Warna Hilum Tipe tumbuh Bentuk Daun Ukuran daun Perkecambahan Tinggi Tanaman Jumlah cabang Jumlah buku pada batang utama Umur Berbunga Umur masak Bobot 100 biji Ketahanan terhadap kerebahan Ketahanan terhadap karat daun Ketahanan terhadap pecah polong
: Anjasmoro : Varietas ungggul nasional (released variety) : 537/Kpts/TP.240/10/2001 tanggal 22 Oktober tahun 2001 : 2001 : Seleksi massa dari populasi galur murni MANSURIA : 2,25-2,03 t/h :Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaludin M, Susanto, Darman M.Arsyad, Muchlis Adie : MANSURIA 359-49-4 : Ungu : Ungu : Hijau : Putih : Ungu : Coklat muda : Kuning : Kuning kecoklatan : Determinate : Oval : Lebar : 78-76% : 64-68 cm : 2,9- 5,6 : 12,9-14,8 : 35,7-39,4 Hari : 82,5-92,5 hari : 14,8-15,3 g : Tahan rebah : Sedang : Tahan
Laporan Tugas Akhir
Lampiran 4. Dokumentasi kegiatan PKPM
Pengukuran Ph tanah
Pengolahan tanah dan penugalan
Pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai
33
Laporan Tugas Akhir
Pengamatan vegetatif
Panen kedelai
Penjemuran sampel kedelai Grobogan dan Anjasmoro
34
Laporan Tugas Akhir
Perbandingan jumlah biji per polong dan warna polong
Perbandingan ukuran biji dari kedua varietas
35
Laporan Tugas Akhir
36
Lampiran 5. Pengamatan tinggi tanaman setiap minggu
Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah Rata-rata
2 mst 11 7 12,5 10 10 11 9 12 11,5 12 9 11 10 14 10 11 12 14 13 13 199
Tinggi Tanaman Grobogan 3 4 5 2 mst mst mst mst 22 24 64 12 12 26 37 15,5 28 32 58 15 11 26 49,2 16,5 30 28 60 14 13 30 56 12 12 42 62 19,5 13 42 63 13 18 47 56 13 13 26 62 11 17 46 54 14,5 12 34 62 11,5 17 33 62 13 16 26 63 12 19 29 62,3 14,5 13 25 58 13 17 28 56 17 14 16 64 14 14 25 59 13 15 30 58 17 326 615 1059 189
Anjasmoro 3 4 mst mst 24 26 16 27 17 23 22 27 19 37 14 28 18,3 28,4 20 40 22 26 26 34 18 20 17,5 26 17 19 27 31 19 31 25 28 21 31 17 21 16 28 19 18,3 359 503
5 mst 65,3 67,3 60 72 79,5 77 68 67 56,8 75,8 71,9 61,5 58,6 55 56,5 57,3 60,1 46,5 45 60 504
11.1
16.3
19,9
63,1
30.8
58.8
13,5
28
Laporan Tugas Akhir
37
Lampiran 6. Pengamatan jumlah cabang primer setiap minggu
Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah Rata-rata
2 mst 0 0
Jumlah Cabang Grobogan 3 4 5 2 mst mst mst mst 3 7 4 7 5 6 6 2 7 4 2 5 3 4 3 4 1 6 3 5 6 2 6 5 7 2 5 6 4 6 0 26 110 0 0
2.6
5.5
0
Anjasmoro 3 4 mst mst 1 3 2 1 3 1 2 4 3 1 4 3 0 28 0
2.33
5 mst 5 6 6 5 5 5 4 6 6 7 4 5 4 5 7 7 5 7 6 7 112
5.6
Laporan Tugas Akhir
38
Lampiran 7. Pengamatan jumlah daun tripoliat setiap minggu
Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah Rata-rata
2 mst 2 2 2 3 4 5 3 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 3 3 50
Jumlah daun Tripoliat Grobogan 3 4 5 2 mst mst mst mst 4 9 9 2 3 10 10 2 2 8 8 2 2 3 4 4 5 6 5 2 5 6 6 3 3 8 8 2 3 3 5 2 3 6 7 4 2 7 7 3 3 3 6 3 3 7 8 3 3 6 7 2 4 8 8 2 2 3 4 2 3 5 7 2 3 4 7 2 3 6 6 2 3 6 6 2 3 6 7 2 62 120 137 48
Anjasmoro 3 4 mst mst 3 6 3 5 3 3 4 9 1 7 3 6 3 7 3 6 4 5 3 3 3 7 2 8 2 6 1 3 2 4 2 7 3 6 2 5 4 5 4 4 55 112
5 mst 6 7 5 9 8 6 7 8 8 7 7 8 8 8 4 9 9 8 10 10 152
2.5
3.1
2.75
7.6
6
6.85
2.4
5.6
Laporan Tugas Akhir
39
Lampiran 8. Hasil uji t tinggi tanaman Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata
Nilai X
Y
64 37 58 49.2 60 56 62 63 56 62 54 62 62 63 62.3 58 56 64 62 65 58.8
65.2 67.3 60 72 79.5 77 68 67 56.8 75.8 71.9 61.5 58.6 55 56.5 57.3 60.1 46.5 45 60 63.1
Ʃ Ʃ² Mean N SD Df T hitung
807.9 59 20 6.4
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
5 -22 -1 -10 1 -3 3 4 -3 3 -5 3 3 4 4 -1 -3 5 3 6
2.2 4.3 -3.0 9.0 16.5 14.0 5.0 4.0 -6.2 12.8 8.9 -1.5 -4.4 -8.0 -6.5 -5.7 -2.9 -16.6 -18.1 -3.0
27.30 474.15 0.60 91.68 1.50 7.70 10.40 17.85 7.70 10.40 22.80 10.40 10.40 17.85 12.43 0.60 7.70 27.30 10.40 38.75
4.62 18.06 9.30 80.10 270.60 194.60 24.50 15.60 39.06 162.56 78.32 2.40 19.80 64.80 42.90 33.06 8.70 273.90 325.80 9.30
0.00
0.0
807.9
1678.0
1678.0 63 20 9.2 38 -1.67
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
Hasil
2.02
-1.67
2.71
NS
H0 = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan sawah ( t hitung < t table 5%)
Laporan Tugas Akhir
40
Lampiran 9. Hasil uji t jumlah cabang primer Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata
Nilai X
Y
7 7 5 7 6 7 4 5 4 3 4 6 4 6 6 5 7 5 5 6 5.5
5 6 6 5 5 5 4 6 6 7 4 5 4 5 7 7 5 7 6 6 5.6
Ʃ Ʃ² Mean N SD df T hitung
29.0 5 20 1.2
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
2 2 0 2 1 2 -1 0 -1 -2 -1 1 -1 1 1 0 2 0 0 1
-0.6 0.5 0.5 -0.6 -0.6 -0.6 -1.6 0.5 0.5 1.5 -1.6 -0.6 -1.6 -0.6 1.5 1.5 -0.6 1.5 0.5 0.5
2.40 2.40 0.20 2.40 0.30 2.40 2.10 0.20 2.10 6.00 2.10 0.30 2.10 0.30 0.30 0.20 2.40 0.20 0.20 0.30
0.30 0.20 0.20 0.30 0.30 0.30 2.40 0.20 0.20 2.10 2.40 0.30 2.40 0.30 2.10 2.10 0.30 2.10 0.20 0.20
0.00
0.0
29.0
19.0
19.0 6 20 1.0 38 -0.28
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
Hasil
2.02
-0.28
2.71
NS
H0 = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan sawah ( t hitung < t table 5%)
Laporan Tugas Akhir
41
Lampiran 10. Hasil uji t jumlah daun tripoliat Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata
Nilai X
Y
99 10 9 7 7 6 9 8 7 7 6 8 7 9 6 7 6 8 9 10 6.8
6 7 5 9 8 6 7 8 8 7 7 8 6 7 4 7 8 8 9 5 7.6
Ʃ Ʃ² Mean N SD df T hitung
7953.8 12 20 19.9
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
87 -2 -3 -5 -5 -6 -3 -4 -5 -5 -6 -4 -5 -3 -6 -5 -6 -4 -3 -2
-1.0 0.0 -2.0 2.0 1.0 -1.0 0.0 1.0 1.0 0.0 0.0 1.0 -1.0 0.0 -3.0 0.0 1.0 1.0 2.0 -2.0
7525.56 5.06 10.56 27.56 27.56 39.06 10.56 18.06 27.56 27.56 39.06 18.06 27.56 10.56 39.06 27.56 39.06 18.06 10.56 5.06
1.00 0.00 4.00 4.00 1.00 1.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 9.00 0.00 1.00 1.00 4.00 4.00
0.00
0.0
7953.8
34.0
34.0 7 20 1.3 38 1.15
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
Hasil
2.02
1.15
2.71
NS
H0 = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan sawah ( t hitung < t table 5%)
Laporan Tugas Akhir
42
Lampiran 11. Hasil uji t jumlah polong per tanaman Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata
Nilai X
Y
51 45 47 22 37 46 26 40 28 40 36 34 25 48 66 38 50 89 33 42 42.2
25 44 65 51 18 58 26 44 65 52 46 58 47 40 40 60 64 35 54 54 47.3
Ʃ Ʃ² Mean N SD Df T hitung
4386.6 42 20 14.8
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
9 3 5 -20 -5 4 -16 -2 -14 -2 -6 -8 -17 6 24 -4 8 47 -9 0
-22.3 -3.3 17.7 3.7 -29.3 10.7 -21.3 -3.3 17.7 4.7 -1.3 10.7 -0.3 -7.3 -7.3 12.7 16.7 -12.3 6.7 6.7
78.32 8.12 23.52 406.02 26.52 14.82 260.82 4.62 200.22 4.62 37.82 66.42 294.12 34.22 568.82 17.22 61.62 2194.92 83.72 0.02
497.29 10.89 313.29 13.69 858.49 114.49 453.69 10.89 313.29 22.09 1.69 114.49 0.09 53.29 53.29 161.29 278.89 151.29 44.89 44.89
0.00
0.0
4386.6
3512.2
3512.2 47 20 13.3 38 -1.13
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
Hasil
2.02
-1.13
2.71
NS
H0 = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah ( t hitung < t table 5%)
Laporan Tugas Akhir
43
Lampiran 12. Hasil uji t persentase polong bernas Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata
Nilai X
Y
88 81 89 73 85 80 83 84 89 86 82 61 72 86 88 81 85 79 87 67 81.3
68 84 75 69 83 64 88 71 75 87 85 79 96 83 88 77 84 51 62 67 76.8
Ʃ Ʃ² Mean N SD df T hitung
1102.2 81 20 7.4
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
7 0 8 -8 4 -1 2 3 8 5 1 -20 -9 5 7 0 4 -2 6 -14
-8.8 7.2 -1.8 -7.8 6.2 -12.8 11.2 -5.8 -1.8 10.2 8.2 2.2 19.2 6.2 11.2 0.2 7.2 -25.8 -14.8 -9.8
44.89 0.09 59.29 68.89 13.69 1.69 2.89 7.29 59.29 22.09 0.49 412.09 86.49 22.09 44.89 0.09 13.69 5.29 32.49 204.49
77.44 51.84 3.24 60.84 38.44 163.84 125.44 33.64 3.24 104.04 67.24 4.84 368.64 38.44 125.44 0.04 51.84 665.64 219.04 96.04
0.00
0.0
1102.2
2299.2
2299.2 77 20 10.7 38 1.50
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
Hasil
2.02
1.50
2.71
NS
H0 = Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah ( t hitung < t table 5%)
Laporan Tugas Akhir
44
Lampiran 13. Hasil uji t jumlah biji per polong Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata
Nilai X 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
Y 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3
2.8
2.5
Ʃ Ʃ² Mean N SD df T hitung
3.4 3 20 0.4
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
0 -1 0 -1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 -1 0 0 0 0 0 0
0.5 0.5 -0.5 -0.4 -0.5 -0.1 -0.3 -0.5 -0.7 0.5 -0.3 0.5 0.0 0.1 -0.6 -0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
0.06 0.58 0.17 1.02 0.06 0.08 0.06 0.03 0.17 0.06 0.47 0.07 0.02 0.27 0.03 0.04 0.06 0.06 0.06 0.06
0.28 0.28 0.23 0.19 0.22 0.02 0.09 0.27 0.47 0.28 0.10 0.28 0.00 0.02 0.31 0.22 0.28 0.28 0.28 0.28
0.00
0.0
3.4
4.4
4.4 2 20 0.5 38 2.02
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
Hasil
2.02
2.02
2.71
S
H1 = Terdapat perbedaan yang nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah ( t hitung > t table 5%)
Laporan Tugas Akhir
45
Lampiran 14. Hasil uji t bobot 100 biji (g) Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata
Nilai X
Y
14.8 19.5 19.8 18.7 19.5 20.1 18.4 16.4 18.6 16.2 21.5 17.1 18.1 20.2 13.9 18.7 19.8 19.7 18.9 20.5 18.5
19.5 18.9 17.2 18.6 16.9 16.7 13.2 14.8 14.7 16.4 18.6 17.6 15.7 18.2 16.1 17.1 19.3 17.6 18.8 10.4 16.8
Ʃ Ʃ² Mean N SD df T hitung
72.2 19 20 1.9
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
-4 1 1 0 1 2 0 -2 0 -2 3 -1 0 2 -5 0 1 1 0 2
2.7 2.1 0.4 1.8 0.1 -0.1 -3.6 -2.0 -2.1 -0.4 1.8 0.8 -1.1 1.4 -0.7 0.3 2.5 0.8 2.0 -6.4
13.84 0.96 1.64 0.03 0.96 2.50 0.01 4.49 0.01 5.38 8.88 2.02 0.18 2.82 21.34 0.03 1.64 1.39 0.14 3.92
7.21 4.35 0.15 3.19 0.01 0.01 13.07 4.06 4.47 0.17 3.19 0.62 1.24 1.92 0.51 0.08 6.18 0.62 3.94 41.15
0.00
0.0
72.2
96.1
96.1 17 20 2.2 38 2.56
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
Hasil
2.02
2.56
2.71
S
H0 = Terdapat perbedaan yang nyata antara kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro di lahan bekas sawah ( t hitung < t table 5%)
Laporan Tugas Akhir
46