I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian terfokus kepada peningkatan produksi, terutama pada peningkatan produksi tanaman pangan, khususnya padi dan komoditi perdagangan tradisional. Upaya pemenuhan pangan melalui swasembada pangan (padi) telah menyita perhatian dan dana yang cukup besar. Kondisi tersebut menyebabkan pembangunan pertanian belum optimal sesuai dengan potensinya Kelemahan yang terjadi selama ini menyebabkan berkembangnya citra yang kurang menguntungkan dalam pembangunan pertanian, antara lain pembangunan pertanian diidentikkan dengan kegiatan peningkatan produksi (proses budidaya atau agronomi) semata. Dengan pandangan tersebut, pembangunan pertanian juga seakan terlepas dengan pembangunan sektor-sektor lainnya, terlepas sebagai bagian dari pembangunan wilayah. Perhatian yang besar hanya pada komoditi tertentu saja menyebabkan banyak bidang usaha pertanian lain yang kurang tergarap. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Jika dikelola dengan tepat, kekayaan tersebut mampu menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di wilayah Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditi tropis dan sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter di atas permukaan laut. Komoditi pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan) dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai
tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam, mempunyai daya tarik kuat sebagai agrowisata. Keseluruhannya sangat berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia. Bagi Indonesia, pariwisata merupakan kegiatan yang mampu mendatangkan devisa bagi kas negara. Indikator tersebut terlihat dengan masih tingginya minat wisatawan mancanegara (wisman) untuk berkunjung ke Indonesia (Tabel 1). Tabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Untuk 13 Pintu Masuk Januari – Juni 2002 & 2003
Pintu Masuk
Total 13 Pintu
Mei 2003
Juni 2003
Jan-Juni 2002
Jan-Juni 2003
% Perubahan Juni thdp Mei 2003
% Peran thd Total Jan-Jun 2003
% Perubahan Jan-Jun 2003 thd 2002
222.486
299.856
2.058.809
1.584.440
34,78
100,00
-23,04
1.
Soekarno-Hatta
58.641
77.368
554.300
422.844
31,93
26,69
-23,72
2.
Ngurah Rai
51.689
85.675
683.764
411.864
65,75
25,99
-39,77
3.
Polonia
5.215
5.402
50.549
34.659
3,59
2,19
-31,43
4.
Batam
82.868
101.245
546.544
544.925
22,18
34,39
-0,30
5.
Sam Ratulangi
653
730
5.880
4.879
11,79
0,31
-17,02
6.
Juanda
3.881
5.673
54.093
30.896
46,17
1,95
-42,88
7.
Entikong
1.719
1.588
11.866
11.238
-7,62
0,71
-5,29
8.
Adi Sumarno
153
225
2.345
1.389
47,06
0,09
-42,00
9.
Tabing
0
400
1.871
1.350
-
0,09
-27,85
1.142
1.612
14.325
8.068
41,16
0,51
-43,68
0
0
2.290
319
0
0,02
-86,07
4.783
4..513
29.167
28.015
-5,64
1,77
-3,95
11.742
15.425
101.765
83.994
31,37
5,30
-17,46
10. Mataram 11. Hasanudin 12. Tanjung Priok 13. Tanjung Pinang
Sumber : Badan Pusat Statistik (2003)
Jumlah wisman yang datang ke Indonesia melalui 13 pintu masuk pada bulan Juni 2003 mencapai 299,9 ribu orang, atau meningkat 34,78% dibanding jumlah wisman bulan Mei 2003 yakni 222,5 ribu orang. Kenaikan jumlah wisman bulan Juni 2003 terjadi di sebagian besar pintu masuk dengan kenaikan tertinggi di bandara Ngurah Rai, Bali 65,75%; diikuti bandara-bandara Adi Sumarno, Solo
2
47,06%; dan Juanda, Surabaya 46,17%.
Pintu masuk yang juga mengalami
kenaikan signifikan adalah Mataram, NTB 41,16%; bandara Soekarno-Hatta, Jakarta 31,93%; Tanjung Pinang, Riau 31,37%, dan Batam, Riau 22,18% (Badan Pusat Statistik, 2003). Preferensi
dan
motivasi
wisatawan
berkembang
secara
dinamis.
Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati obyek-obyek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan di atas merupakan sinyal tingginya permintaan akan agrowisata dan sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis, baik dalam bentuk kawasan maupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik. Hamparan areal pertanaman yang luas seperti pada areal perkebunan, dan hortikultura disamping menyajikan pemandangan dan udara yang segar, juga merupakan media pendidikan bagi masyarakat dalam dimensi yang sangat luas, mulai dari pendidikan tentang kegiatan usaha di bidang masing-masing sampai pendidikan tentang keharmonisan dan kelestarian alam. Obyek agrowisata tidak hanya terbatas pada obyek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi obyek wisata yang menarik. Cara-cara bertanam tebu, acara panen tebu, pembuatan gula pasir tebu, serta cara-cara penciptaan varietas baru tebu merupakan salah satu contoh obyek yang kaya dengan muatan pendidikan. Cara pembuatan gula merah kelapa juga merupakan salah satu contoh lain dari kegiatan yang dapat dijual kepada wisatawan disamping mengandung muatan
3
kultural dan pendidikan juga dapat menjadi media promosi, karena dipastikan pengunjung akan tertarik untuk membeli gula merah yang dihasilkan pengrajin. Dengan adanya masyarakat yang mendatangi obyek wisata, akan terbuka peluang pasar, tidak hanya bagi produk dari obyek agrowisata yang bersangkutan, namun juga pasar dari segala kebutuhan masyarakat. Dengan demikian melalui agrowisata bukan semata merupakan usaha/bisnis di bidang jasa yang menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan udara yang segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan masyarakat, memberikan sinyal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan baru. Dengan demikian maka agrowisata dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru daerah, sektor pertanian dan perekonomian nasional. Potensi agrowisata yang sangat tinggi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu dirumuskan langkah-langkah kebijakan yang konkrit dan operasional guna tercapainya kemantapan pengelolaan obyek wisata agro di era globalisasi dan otonomi daerah. Sesuai dengan keunikan kekayaan spesifik lokasi yang dimiliki, setiap daerah dan setiap obyek agrowisata dibutuhkan kerjasama sinergis antara masyarakat, swasta, dan pemerintah dalam pengelolaan agrowisata. Kotamadya Batu didaerah Jawa Timur merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur, yang terletak di dataran tinggi dengan banyak tujuan wisata
seperti air terjun, pemandian dan wisata hortikultura. Salah satu pusat
agrowisata di Batu adalah KUSUMA AGROWISATA dengan fasilitas wisatanya
4
antara lain
kawasan petik apel, petik jeruk, petik strawberry dan tanaman
hidroponik, berbagai tanaman hias beserta bibitnya, restauran dan café, taman bermain, serta kendaraan wisata. Kusuma Agrowisata terletak pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut dengan luas lahan 12,8 hektar, berada di suatu lembah yang dikelilingi panorama indah pegunungan Panderman dan bukit Tuyomerto, serta gunung Arjuno dan gunung Welirang tampak di kejauhan. Udara di lokasi tersebut terasa sejuk dengan suhu rata-rata 19-29oC, dengan kelembaban nisbi 79,75 % dan kecepatan angin berkisar 2,93 km/jam . Hamparan lahan kritis dan berbatu, dengan pengairan hanya mengandalkan curah hujan, pada awalnya merupakan tantangan bagi pemilik lahan untuk dapat diubah menjadi usaha hotel dan wisata agribisnis dan agro industri yang sekarang ini lebih dikenal sebagai Hotel Kusuma Agrowisata. Dengan penggunaan teknologi konservasi, maka hamparan tersebut diubah menjadi kawasan produktif perkebunan apel dan jeruk. Kusuma Agrowisata diresmikan dan dioperasikan pada tanggal 21 mei 1992 sebagai kawasan agrowisata hortikultura untuk umum dan fasilitas tambahan bagi para wisatawan yang datang, baik yang menginap maupun tidak menginap di Hotel Kusuma Agrowisata. Selain itu di dalam lingkungan kawasan wisata agrowisata ini tersedia kebun apel dan jeruk. Para wisatawan dapat melihat secara langsung cara memelihara kebun dan disediakan fasilitas untuk dapat memetik sendiri buah langsung di areal kebun yang bisa dimakan atau dibawah pulang sebagai oleh-oleh dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan.
5
Data pengunjung wisata di Kusuma Agrowisata sejak tahun 1994 – 2000 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Kunjungan Wisatawan Kusuma Agrowisata Tahun 1994-2000 Wisatawan Nusantara
Wisatawan Asing
Jumlah
(orang)
(orang)
(orang)
1994
77.001
3.274
80.275
1995
102.986
3.887
106.873
1996
136.848
7.879
144.727
1997
86.425
8.861
95.286
1998
93.593
2.158
95.751
1999
100.880
2.720
103.600
2000
116.235
20.512
118.250
Tahun
Sumber Data : PT. Kusuma Agrowisata, Batu Malang (2001)
Terlihat pada tabel di atas, bahwa wisatawan nusantara dari tahun 1994 meningkat sampai tahun 1996, namun menurun tajam pada tahun 1997. Hal ini sangat erat kaitannya dengan krisis ekonomi Indonesia pada saat terjadi pergantian kepemimpinan nasional. Dimana nilai US dollar pada tahun 1997 mencapai Rp. 15.000,-/dollar. Kondisi ekonomi Indonesia yang memburuk tersebut berpengaruh langsung pada kemampuan daya beli masyarakat Indonesia. Kemungkinan mereka lebih meningkatkan kebutuhan primer lainnya. Ini berdampak pada menurunnya jumlah pengunjung wisatawan nusantara.
6
Sebaliknya wisatawan asing justru meningkat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh nilai tukar dollar yang tinggi, menyebabkan daya beli atau kemampuan membelanjakannya uang bagi wisatawan asing di Indonesia meningkat. Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi negara, wisatawan nusantara kembali meningkat. Efek psikologis dari nilai tukar rupiah yang masih rendah pada tahun 1998 sampai tahun 2000 tersebut, tidak berpengaruh pada niat mereka untuk mengunjungi pusat wisata. Sebaliknya jumlah wisatawan asing cenderung menurun sampai tahun 1999, kemungkinan disebabkan oleh faktor keamanan di Indonesia yang menyebabkan wisatawan asing enggan berkunjung ke Indonesia, termasuk ke Kusuma Agrowisata. Menurut Bagyo (2003), puncak kunjungan wisatawan ke Kusuma Agrowisata biasanya terjadi pada akhir pekan, liburan sekolah, dan hari-hari libur nasional. Disamping itu kunjungan wisatawan mulai tersaingi dengan munculnya “Klub Bunga”, yaitu tempat wisata keluarga tidak jauh dari lokasi Kusuma Agrowisata. Klub Bunga bukan wisata agro, melainkan lebih memfokuskan pada hiburan keluarga/anak dengan sarananya berupa sea world, serta taman bermain anak yang cukup lengkap. Saat ini Kusuma Agrowisata juga harus mulai mewaspadai munculnya obyek agrowisata yang mulai berkembang di sekitar Kota Batu, misalnya wisata petik apel di Kabupaten Pasuruan. Kusuma Agrowisata yang merupakan salah satu obyek wisata pertanian, selain memberikan manfaat pengetahuan kepada masyarakat mengenai potensi agribisnis di Indonesia juga memiliki manfaat ganda sebagai penyangga kekuatan bisnis wisata di Indonesia. Usaha agrowisata sangat terkait dengan banyaknya
7
kunjungan wisatawan. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk merangsang dan memperlancar distribusi konsumen untuk berkunjung ke Kusuma Agrowisata.
1.2. Perumusan Masalah Terdapatnya peluang dan tantangan di dalam pengembangan bisnis agrowisata, menuntut pengelolanya untuk melakukan strategi dalam upaya antisipasi terhadap kendala bisnis dan persaingan yang ada. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen akan menentukan apakah suatu perusahaan itu menjadi unggul, dapat bertahan hidup, atau menghadapi kematiannya. Untuk itu diperlukan teknik pengambilan keputusan yang tepat yang didasari oleh alasan-alasan ilmiah yang mampu dipaparkan secara sistematik. Dalam kaitannya dengan usaha untuk memanfaatkan peluang potensial yang ada yaitu peningkatan kedatangan wisatawan, maka diperlukan pengetahuan tentang sifat dan karakteristik pasar serta perilaku dari konsumen. Agar dapat mengetahui secara rinci mengenai perilaku konsumen (karakteristik dan persepsi konsumen), salah satu teknik yang dapat ditempuh adalah dengan cara riset konsumen. Hasil studi yang diperoleh merupakan input bagi manajemen untuk menyusun
suatu
menguntungkan
kajian bagi
pemilihan
perusahaan.
pangsa Dari
pasar
pendekatan
yang
dirasa
pemasaran
paling tersebut
diharapkan dapat disusun suatu strategi pemasaran yang berorientasi kepada pelanggan, yaitu penyajian produk yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh konsumen.
8
Dalam rangka mencoba memecahkan permasalahan dan tantangan yang ada, di dalam kerangka kerja penelitian ini disusun suatu hirarki pertanyaan investigasi sistematik sebagai berikut. a. Bagaimana cara meningkatkan kunjungan konsumen ke Kusuma Agrowisata? b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan konsumen berminat mengunjungi Kusuma Agrowisata? c. Bagaimana preferensi konsumen terhadap berbagai atribut Kusuma Agrowisata? d. Siapakah kelompok konsumen yang menjadi target pasar dari Kusuma Agrowisata? e. Berapa
besar
kepercayaan
konsumen
terhadap
atribut
Kusuma
Agrowisata?
1.3. Tujuan Penelitian a. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan wisata. b. Menganalisa preferensi terhadap agrowisata. c. Merumuskan implikasi manajerial kepada PT. Kusuma Agrowisata untuk pengembangan usahanya.
9
UNTUK SELENGKAPNYA TERSEDIA DI PERPUSTAKAAN MB IPB
10