I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dongeng adalah cerita kreatif yang diakui sebagai khayalan yang bertujuan untuk menghibur. Dongeng bukanlah sejarah. Meskipun demikian, dongeng berisi wejangan atau memberi pelajaran praktis kepada masyarakat. Dongeng juga merupakan hasil rekayasa imajinasi seseorang yang ceritanya sederhana tapi mengandung pesan baik dan ceritanya tidak benar-benar terjadi. Menurut Awam Prakoso, pakar dongeng sekaligus pendiri Sanggar Kampung Dongeng, dongeng merupakan salah satu media komunikasi persuasif. Artinya bagaimana anak menerima pesan yang disampaikan dalam cerita secara damai, tidak terpaksa, tidak digurui. Dongeng juga sifatnya menghibur, memberikan pesan tetapi dengan kesenangan. Media komunikasi persuasif merupakan media yang paling efektif karena dengan mudah dapat tertanam di memori anak sehingga sampai bertahun - tahun ke depan memori tersebut tetap terngiang-ngiang dengan pesan yang disampaikan. Dongeng sendiri terbagi menjadi banyak bagian, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus) dan cerita kepahlawanan (cerita besar mahabharata, ramayana, saur sepuh, tutur tinular). Salah satu dari sekian banyak cerita menjadi favorit anak- anak adalah cerita fabel. Cerita fabel adalah dongeng yang menceritakan tentang hewan yang berperilaku seperti manusia.
Pakar
dongeng Awam
Prakoso
juga
menyebutkan fabel menjadi begitu penting bagi anak-anak karena dapat melatih imajinasi anak, meningkatkan pengetahuan anak akan moral, mengembangkan emosi anak, sarana membangun karakter anak dan lain sebagainya. Dengan perkembangan teknologi yang pesat pada jaman sekarang ini, tidak membuat dunia dongeng fabel semakin redup. Hal ini dapat dibuktikan dengan maraknya buku dongeng fabel yang dijual di pasaran dan banyaknya pakar dan sanggar dongeng seperti Sanggar Dongeng Pamulang yang sering 1
melakukan kegiatan workshop mendongeng. Itu menandakan dongeng anak masih terus diminati. Namun kebiasaan mendongeng orang tua untuk anaknya semakin lama semakin jarang dilakukan. Banyak alasan yang dikemukakan orang tua seperti tidak ada referensi yang cukup, tidak punya waktu, tidak percaya diri dan sebagainya. Karena itu pun, penulis mengangkat tema Dongeng Fabel. Penulis mengangkat tema tersebut karena ingin menambah referensi orangtua tentang dunia dongeng. Jika orang tua tidak punya waktu, tidak percaya diri, atau sebagainya, dengan buku dongeng ini orang tua tidak usah pusing memikirkan cerita dongeng untuk anak-anaknya. Dongeng fabel di pilih karena anak-anak cenderung lebih menyukai cerita tetang binatang.
B. Orisinalitas (State of the Art) Dalam Pembuatan sebuah media edukasi pastinya mebutuhkan sinergi untuk menarik perhatian-perhatian dalam menciptakan pola pikir masyarakat sesuai dengan tema yang di buat dari segi visualisasi, layout ataupun tipografinya, Seperti edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mahluk di dalamnya Penulis mengkemas media edukasi ini dalam sebuah buku fabel dengan isi konten yang berisi edukasi tentang pentingnya menjaga dan melestarikan hewan primat dan lingkungannya. Penulis mendapatkan ide media edukasi menggunakan media cetak buku setelah melihat buku fabel Goat, Horse, Rabit.
2
(Gambar 1, fabel goat,horse,rabit) Menurut penulis dari buku fabel Goat, Horse, Rabit ini masih terlalu singkat sehingga maksud dan tujuan sulit di mengerti. oleh konsumen, bahkan dalam penuturan karakter ini kurang pas dengan apa yang diucapkan oleh nara sumber. Edukasi dalam buku ini kurang penekanan kehidupan asli karakter di dunia nyata.
C. Tujuan dan Manfaat Perancangan 1.
Tujuan 1. Menghasilkan buku interaktif dongeng fabel untuk anak-anak usia 510 tahun 2. Menambah referensi para orang tua yang jarang atau tidak pernah menceritakan dongeng kepada anak-anaknya.
2.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat secara akademis maupun secara praktis.
3
1. Manfaat Akademis Manfaat perancangan buku fabel edukasi anak lokal untuk anak-anak usia 5-10 tahun bagi sisi akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi bagi ilmu komunikasi, khususnya bidang Desain Komunikasi Visual khususnya yang berhubungan dengan perancangan buku fabel edukasi anak lokal. 2.
Manfaat Praktis Perancangan buku fabel ini diharapkan dapat memberikan referensi
dongeng fabel bagi orang tua agar dapat menjembatani interaksi orang tua dan anak. Selain itu, buku ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam mengajarkan: a.
Nilai-nilai kehidupan yang disampaikan melalui cerita-cerita yang terdapat dalam buku dongeng fabel ini, kemudian bisa mengambil pesan yang terkandung di dalamnya.
D. Peluang dan Tantangan Studi Secara umum, hasil rancangan dapat digunakan untuk bahan acuan atau referensi bagi desainer lain yang mengambil tema yang serupa dan dapat juga digunakan oleh orang tua untuk memberikan warna baru dalam memeberikan pelajaran sehingga daya tarik lebih meningkat dan anak pun akan bertambah gemar membaca. 1. Peluang Studi Mendapatkan
pengalaman
langsung
berhadapan
dengan
Masyarakat untuk dapat menerapkan ide-ide dan ilmu yang telah didapatkan kepada sebuah permasalahan desain dilapangan dan berkesempatan mendapatkan apresiasi dari masyarakat umum melalui pameran. 2. Tantangan Studi Dalam perancangan buku edukasi penulis turut membaca keinginan dan selera konsumen merupakan tantangan tersendir bagi
4
penulis diamana penulis harus dapat mengaplikasikan data perancangan yang telah didapat untuk disesuaikan dengan pembentukan persepsi konsumen agar perancangan buku menjadi efektif dan berguna. E. Relevansi dan Konsekuensi Studi Perancangan buku fabel edukasi anak ini berrtujuan untuk mengenalkan hewan primata kepada anak dimana dalam buku yang akan dirancang diharapkan mampu untuk membentuk persepsi anak dan membangun kepedulian terhadap lingkungan. Dalam hal ini untuk membentuk sebuah identitas buku hal yang paling utama harus didibuat adalah karakter, karakter merupakan sebuah gambar yang mewakili suatu cerita didalam sebuah buku. Dari data perancangan yang di dapat untuk merancang buku fabel melalui analisis SWOT telah di temukan bahwa buku tersebut dari segi cerita namun masih memiliki kelemahan dalam menunjukan identitas cerita padahal cerita yang di angkat seharunya dapat dimanfaatkan untuk menarik lebih banyak masyarakat untuk lebih memperhatikan dan peduli terhadap hewan primata. Dari analisa tersebut penulis perlu lebih menonjolkan identitas dan keunggulan buku melalui cerita dan karakter hewan serta media lain yang mendukung konsumen dapat lebih tertarik dengan hal tersebut.
5