I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerawanan pangan saat ini benar-benar
merupakan ancaman nyata dan
bersifat laten. Beberapa hasil pengamatan beserta gambaran kondisi pangan dunia saat ini benar-benar mengindikasikan adanya gejala nyata kerawanan dan krisis pangan itu. Program pangan sedunia (world food program) berdasar pengamatan yang sistematis telah mengantisipasi akan terjadinya kerawanan pangan akut pada tahun 2020. Khusus untuk penduduk dunia yang makanan pokoknya beras, organisasi pangan dan pertanian PBB (FAO-UNO) telah membuat perhitungan bahwa pada tahun 2025 nanti kebutuhan beras secara global akan mencapai 800 juta ton, padahal saat ini kemampuan produksi beras dunia kurang dari 600 juta. Kekurangan lebih dari 200 juta ton jelas mengindikasikan adanya kerawanan pangan apabila tidak ada tindakan yang sepadan untuk mengatasinya. Kenyataan itu sekaligus juga menunjukkan adanya jurang yang cukup lebar antara kemampuan produksi dan konsumsi pangan dunia. FAO juga memperkirakan bahwa sedikitnya ada 37 negara, termasuk Indonesia yang mengalami kerawanan pangan (Rahardjo, 2011). Kerawanan pangan yang mengancam dimasa mendatang ini tentu membutuhkan tindakan untuk mengantisipasinya. Untuk mencukupi kekurangan pangan di dalam negeri, pemerintah bisa saja melakukan impor, tetapi selain hanya akan menguras devisa negara, juga sangat rentan jika menggantungkan pangan dari luar negeri. Jadi idealnya ketersediaan tersebut bersumber dari dalam negeri (Suntoro, 2003). Namun dengan menurunnya kualitas lahan di Indonesia akibat penggunaan bahan kimia dalam budidaya pertanian, maka diperlukan suatu sistem baru dalam budidaya pertanian. Sistem pertanian organik adalah suatu sistem produksi pertanian dimana bahan organik, baik makhluk hidup maupun yang sudah mati, merupakan faktor penting dalam proses produksi. Sistem organik yang semakin populer akhir-akhir ini disebabkan karena kegagalan Sistem Pertanian Kimawi dalam mempertahankan kelestarian lahan dan lingkungan dalam jangka panjang. Sistem Pertanian Kimiawi yang berkembang pesat sejak dicanangkannya Gerakan Revolusi Hijau pada tahun 1970an memang telah berhasil meningkatkan produktivitas lahan sehingga
1
kekurangan pangan dan bahkan bencana kelaparan pada waktu itu segera dapat teratasi. Namun untuk memperoleh hasil tinggi tersebut diperlukan pupuk kimia dengan dosis tinggi dan dalam jangka panjang bahan-bahan kimia tersebut telah merusak lahan pertanian itu sendiri, sehingga produktivitas lahan sulit ditingkatkan lagi dan bahkan terjadi penurunan (Sugito et al., 1995). Oleh karena itu sejak beberapa tahun yang lalu mulai diterapkanlah sistem pertanian organik pada berbagai komoditas diberbagai daerah, salah satunya komoditas padi di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagian petani di Kecamatan Pandak sudah mulai menerapkan sistem pertanian semi organik, yaitu modifikasi sistem pertanian organik dengan sistem pertanian non organik. Sistem pertanian semi organik yang dilakukan adalah pengurangan terhadap masukan kimiawi pada budidaya suatu tanaman. Terdapat banyak sebutan pada beras semi organik, diantaranya adalah beras higienis dan beras sehat. Peralihan sistem pertanian dari anorganik menjadi organik ini berasal dari kesadaran petani bahwa dengan semakin menambah masukan kimiawi akan semakin memperburuk kondisi lahan. Sistem pertanian semi organik dipilih sebagai jalan tengah dalam proses peralihan dari sistem pertanian anorganik menjadi organik. Menurut Sugito et al. (1995), kandungan bahan organik yang cukup dalam tanah dapat memperbaiki kondisi tanah agar tidak terlalu berat atau tidak terlalu ringan. Telah lama diketahui bahwa bahan organik merupakan bahan pembentuk granulasi dalam tanah. Pada tanah liat yang berat dapat menyulitkan pekerjaan pengolahan tanah dan absorpsi air menjadi lambat, sehingga aliran air permukaan lebih besar dan erosi meningkat. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah dan lebih ringan. Infiltrasi (pergerakan air vertikal) dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat, sehingga aliran permukaan dan erosi dapat diperkecil. Hubungan antara erosi dan produktivitas lahan erat sekali kaitannya. Penurunan tanah sejalan dengan erosi yang terjadi. Semakin tinggi tingkat erosi maka semakin rendah produktivitas tanah karena erosi membawa unsur hara dan bahan organik yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Di samping itu bila lapisan atas sudah habis tererosi tanaman tumbuh di atas lapisan subsoil yang rendah kesuburannya serta mempunyai sifat fisik yang buruk (Sugito et al., 1995).
2
Selain memperbaiki kondisi tanah bahan organik juga berdampak baik bagi produk pertanian karena dinilai lebih menyehatkan. Di beberapa negara maju mengonsumsi makanan organik telah menjadi tren dalam satu dasawarsa terakhir ini. Konsumen di sejumlah negara seperti Amerika dan Inggris mulai beralih membeli produk-produk organik sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap kesehatan pribadi dan anggota keluarganya. Di Indonesia permintaan konsumen terhadap beras organik cukup tinggi, alasan kesehatan menjadikan hasil pertanian ramah lingkungan ini semakin diminati. Para pelaku bisnis beras organik eksportir dan petani sepakat prospek beras organik sangat bagus. Peluang bisnis beras organik terbuka lebar karena pemain masih sedikit, sedangkan konsumsi beras organik terus meningkat (Anonim, 2012). Meningkatnya permintaan pada beras ini menjadi peluang bisnis tersendiri bagi para produsen beras sehat. Dengan harga yang lebih murah dan penggunaan label sehat membuat banyak konsumen mulai beralih pada produk ini. Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. (Anonim, 2012). Suatu bisnis yang dilakukan tentu bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dan untuk memperoleh keuntungan yang besar diperlukan pengelola yang berorientasi bisnis. Orientasi bisnis yang baik dilakukan berdasarkan prinsip bisnis yang baik pula seperti adanya efisiensi penggunaan input dan sarana produksi, manajemen usahatani yang baik, dan sasaran konsumen yang jelas. Sehingga agribisnis menjadi aspek yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan bisnis beras semi organik. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diketahui sejauh mana perilaku bisnis yang dilakukan petani.
B. Rumusan Masalah Beras semi organik merupakan produk dari pertanian semi organik. Disebut semi organik karena sistem pertanian ini masih belum seratus persen organik dan belum mendapatkan sertifikasi dari Badan terkait. Petani di Kecamatan Pandak memproduksi beras dengan label sehat karena belum mendapatkan sertifikasi organik
3
Hal tersebut disebabkan karena adanya beberapa hal seperti irigasi yang masih terkontaminasi dan masih adanya penggunaan masukan kimiawi meskipun jumlahnya sangat sedikit. Namun ternyata belum adanya sertifikasi ini tidak menurunkan minat konsumen pada beras semi organik ini. Beras semi organik makin diminati oleh masyarakat umum karena harganya yang relatif lebih murah daripada beras organik, terbukti dengan naiknya permintaan beras semi organik setiap tahunnya. Semakin berkembangnya suatu bisnis atau usaha tentu harus diikuti dengan perkembangan aspek-aspek lain yang mendukung bisnis atau usaha tersebut sebagai bagian dari perilaku bisnis. Perilaku bisnis yang baik harus didukung dengan pengetahuan bisnis yang baik pula. Perilaku bisnis erat kaitannya dengan penerapan ilmu ekonomi. Prinsip dasar ilmu ekonomi yaitu mengenai bagaimana mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya dengan penggunaan modal yang sekecil-kecilnya. Untuk memperoleh keuntungan besar dengan modal kecil tentunya memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang matang mulai dari perencanaan hingga pemasaran sehingga baik produsen maupun konsumen tidak ada yang dirugikan. Kecamatan Pandak merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bantul yang rutin memproduksi beras semi organik. Bisnis beras semi organik di Kecamatan Pandak ini dikelola oleh petani dengan bantuan beberapa lembaga seperti Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, serta Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pandak. Bisnis beras semi organik yang cukup berkembang ini tentunya harus didukung dengan pengelolaan bisnis yang baik yang dicerminkan dalam suatu perilaku bisnis. Namun sayangnya belum semua petani berorientasi bisnis karena sebagian petani memanfaatkan usaha pertaniannya sekedar untuk dikonsumsi keluarganya saja. Petani merasa sumber daya yang dimilikinya seperti sumber daya manusia maupun lahan masih belum cukup untuk melakukan bisnis. Selain itu latar belakang pendidikan dan pengalaman bisnis yang kurang menyebabkan petani tidak menganggap usahataninya sebagai suatu bisnis
yang dimanfaatkan untuk
mendatangkan keuntungan. Hal ini sangat disayangkan mengingat potensi yang ada sebenarnya cukup besar hanya belum termanfaatkan secara optimal.
4
Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang ingin diteliti yaitu : 1. Bagaimana perilaku bisnis petani dalam usahatani beras semi organik di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bisnis petani dalam usahatani beras semi organik di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mengetahui perilaku bisnis petani dalam usahatani beras semi organik di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul.
2.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bisnis petani dalam usahatani beras semi organik di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul.
D. Manfaat Penelitian 1.
Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi terutama yang berhubungan dengan sosial ekonomi pertanian.
2.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat bagi akademisi sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya.
3.
Bagi penulis, penelitian ini memberikan kesempatan belajar dan menambah pengalaman serta sebagai salah satu saranan penerapan ilmi-ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. Dan Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
5