I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi tiruan merupakan
protesa yang menggantikan sebagian ataupun
seluruh gigi asli yang hilang, pada rahang atas maupun rahang bawah sehingga fungsi pengunyahan, bicara dan estetik tetap terjaga, dan mencegah kerusakan lebih lanjut (Phillips, 1991). Plat dasar gigi tiruan merupakan bagian yang menggantikan dan mendukung gigi artificial, menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung gigi, sebagai penyangga gigi tiruan, memberi stimulus pada jaringan dan gigi artificial (Combe, 1992). Syarat sifat bahan untuk basis plat dasar gigi tiruan, antara lain mempunyai karakter kekuatan yang memadai, dimensi yang stabil didalam atau diluar cairan mulut, stabilitas kimia yang baik, tidak berasa dan tidak berbau, tidak mengiritasi jaringan mulut, estetik baik, mempunyai stabilitas warna yang baik, mudah dibuat dan diperbaiki, mudah dibersihkan, dan mudah dimanipulasi (Combe, 1992; Craig, 1993). Resin akrilik merupakan suatu bahan yang digunakan sebagai plat dasar gigi tiruan, merupakan derivat etilen yang di dalam strukturnya terdapar gugus vinil, dan merupakan polimer dari monomer asam akrilat atau
metakrilat
(Phillips, 1991). Resin akrilik mempunyai kelebihan yaitu tidak bersifat toksik, tidak mengiritasi jaringan, sifat fisik dan estetik baik, harga relatif murah, mudah cara manipulasi dan pembuatannya serta mudah direparasi (Combe, 1992). Kelemahan resin akrilik adalah sifatnya yang menyerap cairan dan mempunyai
1
2
sifar porus merupakan tempat ideal untuk pengendapan sisa makanan sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak (Richard, 2002). Pemakaian gigi tiruan akan membuat suatu lingkungan yang baik untuk lokasi pertumbuhan organisme, salah satunya adalah Candida albicans,jamur ini merupakan fungal pathogen pada manusia yang banyak ditemukan dalam saliva sebagian besar pemakai gigi tiruan dan dapat melekat pada resin akrilat metakrilat (Shay, 2000; Pusateri, 2009).
Jamur ini dapat berkolonisasi pada berbagai
permukaan rongga mulut, sering ditemukan pada dorsum lidah, mukosa bukal, dan juga dapat melekat pada bakteri rongga mulut, pelikel air liur dan pada plak gigi (Karaagaclioglu, 2008). Komponen dasar sel jamur terdiri dari dinding sel yang mengandung jaringan mikrofibril yang memberikan sifat kaku dan polisakarida, membran sitoplasma yang mengandung ergosterol, sitoplasma mengandung organelaorganela antara lain: mitokondria, vakuola, mikrotubuli, alat golgi, reticulum indoplasma, ribosom, nukleus berfungsi sebagai pusat pengendali sel, terdiri dari DNA, RNA, dan protein, membran nukleus yang berkelanjutan dengan membran plasma (Pelezar dan Chan, 1998). Pada pemakain gigi tiruan sering terjadi akumulasi plak gigi karena mukosa dibawah gigi tiruan sebagian besar tertutup plat dasar gigi tiruan, sehingga pembersihan oleh saliva dan lidah pada permukaan mukosa akan terhalang. Selain itu permukaan basis gigi tiruan yang menghadap mukosa merupakan bagian yang kasar atau tidak dipulas sehingga memudahkan terjadinya penumpukan plak dan sisa makanan yang akan meningkatkan koloni Candida
3
albicans yang dapat menyebabkan denture stomatitis (Basker dkk, 1996; Rathee dkk, 2010). Denture stomatitis merupakan bentuk infeksi Candida yang paling sering pada rongga mulut. Pada suatu penelitian disebutkan bahwa 60% dari pemakai GTL yang berumur lebih dari 65 tahun mengalami denture stomatitis atau denture sore mouth (Taweechaisupapong dkk, 2006). Denture stomatitis adalah keradangan pada mukosa rongga mulut yang diakibatkan oleh pemakaian gigi tiruan, mempunyai tanda khas berupa erythema, edema dan berwarna lebih merah dibandingkan dengan jaringan sekitarnya yang tidak tertutup oleh gigi tiruan. (Shibata dkk., 2007). Kebersihan gigi tiruan merupakan faktor yang sangat penting untuk mencegah bau mulut tidak sedap, kalkulus dan estetika yang buruk (Jagger dan Harrison, 1995). Bahan pembersih gigi tiruan hendaknya mempunyai sifat bakterisid dan fungisid karena mikroba yang terdapat pada gigi tiruan adalah koloni bakteri dan jamur (Finegold dan Baron, 1986). Sejak dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memakai bahan obatobatan yang berasal dari alam atau obat tradisional dalam menghadapi masalah kesehatan. Salah satu tanaman berkhasiat yang memiliki banyak manfaat adalah buah anggur (Alcolea dkk., 2002). Anggur merupakan tanaman perdu merambat dari family vitaceae, digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu kelompok anggur Amerika; Labrusca, Musacadine dan kelompok anggur Eropa; Vitis vinifera, Thompson seedless, Flame seedless, Red globe dan Red emperor (Red communication, 2005), sedangkan anggur di Indonesia dapat dibagi menjadi dua
4
golongan besar yaitu Vitis vinifera dan Vitis labrusca. Alphonso lavalle termasuk ke dalam Vitis vinifera, sementara yang termasuk ke dalam golongan Vitis labrusca adalah Isabella dan Delawate. Anggur Alphonso lavalle adalah jenis anggur dari varietas Vitis vinifera yang terkenal dengan nama dagang anggur Bali putih ( Wiryanta, 2004 ). Buah ini memberi efek kesehatan yang menguntungkan terutama karena kandungan polifenolnya yang 65% ditemukan pada biji (Vine dkk., 2002). Manfaat senyawa fenol yang terkandung pada buah anggur, antara lain memiliki potensi sebagai antioksidan, antimutagen, antibakteri, antiviral, antifungal dan antiulserasi, (Darra dkk., 2012). Golongan senyawa fenol yang banyak ditemukan pada buah ini adalah flavonoid, dengan konsentrasi tinggi yaitu sebesar 1000-1800 mg L-1 yang mempunyai sifat bakterisid dan fungisid (Jawetz dkk., 1991; Jayaprakasha dkk., 2001). Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Darra dkk. (2012) memperlihatkan bahwa ekstrak buah anggur (Vitis vinifera) pada berbagai varietas dengan konsentrasi 70% mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans sebesar 50-70%. Senyawa fenol bekerja dengan cara meningkatkan permeabilitas membran sitoplasma dan denaturasi protein pada sel jamur. Pada keadaan normal, membran sitoplasma berfungsi dalam permeabilitas selektif, melakukan pengangkutan aktif dan memelihara integritas komponen-komponen seluler. Apabila membran ini terganggu dapat menyebabkan meningkatnya permeabilitas sel sehingga nukleotida pirin, pirimidin, dan protein akan keluar dari sel dan mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel. Senyawa fenol juga menghambat sel jamur dengan cara denaturasi protein. Denaturasi protein akan menyebabkan
5
gangguan dalam pembentukan, fungsi molekul protein sehingga terjadi perubahan struktur protein dan menyebabkan terjadinya koagulasi protein (Jawetz dkk., 1991; Pelezar dan Chan, 1998).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan masalah yaitu apakah ekstrak buah anggur Bali (Vitis vinifera L. Varietas Alphonso lavalle) berpengaruh terhadap pertumbuhan Candida albicans pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik ?
C. Keaslian Penelitian Darra dkk (2012) telah melakukan penelitian tentang kandungan ekstrak anggur merah dalam berbagai varietas sebagai antiradikal dan antimikroba. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kandungan phenol pada anggur merah merupakan zat aktif yang berperan sebagai antiradikal dan antimikroba salah satunya yaitu Candida albicans. Ekstrak anggur merah dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans sebesar 50-70%. Simyardika Gunawan (2011) telah melakukan penelitian tentang ekstrak anggur Bali terhadap zona hambat bakteri anaerob penyebab gingivitis pada konsentrasi 10%, 20%, 40% dan 80%. Hasil penenlitian menunjukkan bahwa ekstrak buah anggur Bali pada konsentrasi 80% merupakan konsentrasi yang paling efektif sebagai antibakteri. Namun belum pernah dilakukan penelitian mengenai ekstrak buah anggur Bali konsentrasi 60%, 80% dan 100% terhadap pertumbuhan Candida albicans pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik.
6
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah anggur Bali (Vitis vinifera L. Varietas Alphonso lavalle) terhadap pertumbuhan Candida albicans pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik.
E. Manfaat Penelitian 1.
Memberi informasi ilmiah mengenai khasiat buah anggur Bali (Vitis vinifera L. Varietas Alphonso lavalle) terhadap pertumbuhan Candida Albicans pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik.
2.
Sebagai masukan bagi para dokter gigi tentang buah anggur Bali (Vitis vinifera L. Varietas Alphonso lavalle) sebagai salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pembersih pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik.