I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Wanita mengalami menstruasi selama masa subur. Menstruasi adalah proses fisiologis yang dialami wanita produktif setiap bulan, periode pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh terlepasnya endometrium (Hamilton, 1995). Selama fase menstruasi, lapisan paling atas endometrium terlepas dari dinding uterus yang menyebabkan pelepasan jaringan endometrial dan darah (Mtawali dkk., 1997). Volume darah menstruasi berkisar 10 sampai 75 ml, dengan rerata 35 ml setiap siklusnya. Jumlah darah menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ketebalan endometrium, konsumsi obat-obatan, dan penyakit sistemik yang mempengaruhi mekanisme pembekuan darah (Ganong, 2008; Cooper dan Gosnell, 2011). Wanita usia subur memiliki risiko menderita anemia defisiensi zat besi sebagai akibat kehilangan darah selama menstruasi, maupun kebutuhan zat besi yang tinggi selama masa kehamilan. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa anemia defisiensi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia dengan prevalensi ≥20 % pada kelompok umur <12 tahun, baik pada laki-laki, perempuan, remaja putri, wanita usia subur, maupun ibu hamil. Defisiensi zat besi merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi, karena apabila zat besi yang hilang dari tubuh relatif tinggi, misalnya disebabkan darah menstruasi yang banyak, maka tubuh akan kesulitan mencapai asupan yang memadai
1
2
untuk menggantikan zat besi yang hilang (Murray dkk., 2009). Zat besi mengandung cytochrome oxidase yang diperlukan untuk maturasi normal epitel. Dalam kondisi defisiensi zat besi, kadar cytochrome oxidase rendah sehingga menyebabkan atropi epitel. Atropi epitel mulut dapat menyebabkan mukosa rentan terhadap iritasi (Karthik dkk., 2012). Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan salah satu penyakit rongga mulut yang paling banyak dijumpai di masyarakat (Athani dkk., 2012). Penyakit ini merupakan ulkus kambuhan, menyebabkan rasa sakit, berupa ulkus tunggal atau kumpulan beberapa ulkus yang ditutupi oleh pseudomembran berwarna kekuningan dan dikelilingi oleh halo eritema (Karavana dkk., 2012). Ulkus SAR biasanya muncul pada usia muda, berlangsung selama 10 sampai 14 hari, dan tanpa disertai gangguan sistemik (Scully dan Cawson, 2013). Prevalensi kejadian SAR dilaporkan cukup tinggi, namun etiologi penyakit ini belum jelas. Beberapa faktor dipercaya sebagai penyebab kemunculan SAR, antara lain gangguan sistem imun, perubahan hormon, stres, genetik, alergi makanan, defisiensi hematinik, dan trauma (Preeti dkk., 2011). Lesi SAR paling sering terjadi pada jaringan lunak mulut seperti mukosa bergerak, dasar mulut, dan lidah. Ulkus dapat terjadi di seluruh area rongga mulut termasuk di langit-langit dan tenggorokan (Dowst, 2013). Defisiensi hematinik salah satunya zat besi merupakan faktor predisposisi kemunculan SAR. Hasil penelitian Burgan dkk. (2005) menunjukkan bahwa dari 143 pasien SAR di Jordan, 14% diantaranya mengalami anemia, 26,6% defisiensi vitamin
3
B12, 16,8% defisiensi besi, dan 4,9% defisiensi folat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien dengan SAR memiliki defisiensi hematinik yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak menderita SAR. Mahasiswi FKG UGM merupakan kelompok populasi yang rentan terkena SAR, karena termasuk dalam kelompok wanita usia subur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kehilangan darah saat menstruasi yang dihitung menggunakan skoring Menstrual Blood Loss (MBL) dengan keparahan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR). Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan perawatan yang tepat bagi wanita usia subur yang mengalami SAR. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan apakah terdapat hubungan antara skoring Menstrual Blood Loss (MBL) dengan keparahan stomatitis aftosa rekuren (SAR) pada mahasiswi S-1 FKG UGM tahun 2015? C. Keaslian Penelitian Sampai saat ini peneliti belum menemukan penelitian dengan fokus dan metode serupa. Literatur yang tersedia hanya mengenai beberapa penelitian dan pendapat para ahli mengenai hubungan antara menstruasi dan defisiensi besi dengan SAR. Berikut ini adalah laporan penelitian hubungan menstruasi dan defisiensi besi dengan SAR yang pernah dilaporkan :
4
Tabel 1. Daftar penelitian tentang hubungan menstruasi dan defisiensi besi dengan SAR No 1.
Peneliti Balan, dkk.
Tahun 2012
Judul Symptomatic Changes of Oral Mucosa during Normal Hormonal Turnover in Healthy Young Menstruating Women Hubungan antara level estradiol dan progesterone dengan Stomatitis Aftosa Rekuren
Subyek Wanita muda sehat dengan siklus menstruasi normal (28-30 hari).
Hasil penelitian Sebanyak 30% pasien yang diteliti mengalami SAR sebelum menstruasi.
2.
Sumintarti dan 2012 Marlina
Pasien wanita penderita SAR.
McCartan dan 1994 Sullivan
Is Aphthous Stomatitis Associated with Menstrual Cycle in Women (Abstrak)
1568 wanita pada populasi umum.
4.
Shruthi, dkk.
2012
Role of Copper and Iron Deficiencies In Pathogenesis of Recurrent Aphthous Ulcer
Pasien di Departement Private Dental College, Mangalore, India.
5.
Burgan, dkk.
2006
6.
Thongprasom, dkk.
2002
Hematologic Status in Patients with Recurrent Aphthous Stomatitis in Jordan Hematologic Abnormalities In Recurrent Oral Ulceration
Pasien di klinik penyakit mulut Universitas Jordan. Pasien SAR di bagian penyakit mulut Universitas Chulalongkorn, Bangkok.
Kadar hormon estradiol penderita SAR dengan pola menstruasi teratur cenderung normal, sedangkan kadar progesteron lebih rendah. Sebagian wanita memikili riwayat SAR pada periode sebelum atau selama menstruasi. Kekurangan tembaga dan besi berperan dalam patogenesis SAR, pemberian suplemen tembaga dan besi dapat mencegah SAR. Defisiensi hematinik pasien SAR lebih tinggi dibanding pasien non SAR. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara jumlah hemoglobin kelompok SAR dan kelompok kontrol.
3.
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa penelitian hubungan kehilangan darah saat menstruasi dengan keparahan SAR belum pernah dilakukan.
5
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara skoring Menstrual Blood Loss (MBL) dengan keparahan stomatitis
aftosa rekuren (SAR) pada
mahasiswi S-1 FKG UGM tahun 2015. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Memberikan gambaran mengenai hubungan jumlah kehilangan darah saat menstruasi dengan keparahan SAR. 2. Sebagai bahan pertimbangan edukasi untuk pengelolaan SAR yang berkaitan dengan menstruasi. 3. Sebagai bahan pertimbangan perawatan bagi wanita usia subur yang memiliki riwayat SAR. 4. Sebagai acuan penelitian selanjutnya.