I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang cukup luas dan subur. Dengan iklim, suhu, dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok, maka hampir seluruh tanaman pangan pokok tersebut (biji-bijian, umbi-umbian dan kacangkacangan asli Indonesia) dapat tumbuh dengan baik. Salah satu jenis tanaman pangan yang tumbuh dengan baik dan sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah tanaman kedelai (Glysine max L) (Deptan, 2005). Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang sudah dikenal sejak lama sebagai salah satu tanaman sumber protein nabati. Kedelai biasanya dapat diolah menjadi bahan makanan, minuman, serta penyedap rasa makanan di antaranya tahu, tempe, dan kecap. Selain dapat diolah menjadi bahan makanan, kedelai juga dapat dibudidayakan dalam bidang industri, yaitu sebagai bahan pembuatan kecap. Jenis kedelai yang umum digunakan dalam pembuatan kecap adalah kedelai hitam dan kedelai kuning. Perbedaan dari kedua jenis kedelai tersebut hanya terletak pada warna kulit. Akan tetapi, dalam pembuatan kecap, bahan dari kedelai hitam (Glycine soja) memiliki rasa yang lebih khas dibanding dengan jenis kedelai kuning. Hasil kecap dari kedelai hitam juga akan memberikan warna yang lebih gelap dibandingkan hasil kecap dari bahan kedelai kuning. Kebutuhan kedelai sebagai bahan pangan sumber protein di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Menurut Wakil Mentri Pertanian, Rusman Heriawan (2012) menjelaskan bahwa sekitar 70 persen kebutuhan kedelai domestik masih harus dicukupi dari impor. Besarnya angka impor tersebut menunjukkan bahwa betapa besar kebutuhan kedelai untuk memenuhi kebutuhan penduduk dalam negeri. Selain impor yang meningkat karena permintaan yang juga ikut meningkat, ternyata produksi kedelai Indonesia juga masih rendah. Menurut Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2005), rendahnya produksi dalam negeri diakibatkan dari produktivitasnya yang rendah pula, yakni hanya berkisar 1-1,5 ton per Ha. Hal ini disadari merupakan suatu akibat dari cara 1
budidayanya yang belum intensif, serta faktor internal petani yang belum menguasai peramalan produksi dan penguasaan informasi pasar. Produksi
kedelai
khususnya
kedelai
hitam
yang
rendah,
dapat
dikembangkan produksinya melalui program kemitraan yang melibatkan petani dan perusahaan mitra yang nantinya dapat memberikan keuntungan-keuntungan tersendiri kepada kedua belah pihak. Kemitraan dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kedelai hitam dengan diadakannya pembinaan kepada petani anggota kelompok berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan oleh petugas dari perusahaan mitra. Aktivitas kerjasama dalam kelompok membutuhkan adanya interaksi sosial yang kuat, oleh karena itu dibutuhkan suatu modal bagi petani sebagai pihak yang bermitra agar dapat membentuk suatu hubungan sosial yang baik yang dapat tumbuh dan berkembang dalam suatu kelembagaan kelompok tani. Modal ini dapat disebut sebagai modal sosial (Social capital). Saat ini terdapat berbagai macam modal yang berperan penting dalam pembangunan di berbagai sektor. Pada awalnya, masyarakat hanya mengenal modal manusia (human capital), modal ekonomi (financial capital), serta modal alam (natural capital). Namun, selain modal-modal tersebut, masyarakat telah banyak mengenal modal sosial (social capital) sebagai salah satu modal yang memberikan kontribusi penting dalam pembangunan dan pengembangan masyarakat. Modal sosial merupakan dasar dari suatu hubungan atau interaksi sehingga menjadikan modal sosial sebagai salah satu aset yang penting dalam kehidupan bermasyarakat seperti menentukan keberhasilan suatu program dan kerjasama antar individu. Modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama, demi mencapai tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok. Menurut Cox (1995) dalam Supriono et al. (2012), modal sosial memiliki tiga unsur yang saling berkaitan antara lain, (1) adanya kepercayaan antar anggota kelompok, (2) adanya norma aturan yang fungsional, dan (3) adanya jaringan kerjasama antara anggota kelompok. Modal sosial sendiri memiliki perbedaan dengan modal-modal lainnya yaitu semakin sering digunakan, modal sosial akan menjadi semakin meningkat dan tidak akan pernah habis, sedangkan modal
2
lainnya semakin sering digunakan maka modal tersebut akan semakin berkurang bahkan habis. Jika modal sosial yang dimiliki oleh anggota petani dalam kelompok tani yang bermitra dengan perusahaan mitra baik, maka akan menghasilkan hubungan kemitraan yang baik. Modal sosial terlihat dari adanya interaksi sosial antar anggota kelompok tani. Interaksi sosial antar anggota kelompok tani yang memperlihatkan hubungan kemitraan yang baik, maka secara tidak langsung menunjukkan bahwa modal sosial yang dimiliki anggota kelompok tani tersebut kuat. Interaksi anggota kelompok tani yang membentuk jaringan antar anggota kelompok tani dan jaringan kelompok tani diperkuat dengan adanya sikap saling percaya. Selain itu, interaksi anggota kelompok tani yang bermitra juga terikat dengan adanya norma-norma yang ada di dalam kelompok tani dan di dalam hubungan kemitraan. Adanya keterkaitan tersebut menunjukkan bahwa dalam hubungan kemitraan diperlukan adanya modal sosial yang tercermin dari interaksi sosial antar anggota kelompok tani. Jika anggota kelompok tani mitra memiliki modal sosial yang kuat melalui adanya interaksi sosial antar anggota kelompok tani, maka petani dalam mengadopsi budidaya kedelai hitam Mallika yang disampaikan oleh petugas dapat diterima dengan baik. Oleh karena itu, adopsi budidaya kedelai hitam Mallika dijadikan sebagai indikator jalinan hubungan kemitraan antar petani dan perusahaan mitra. Dengan kata lain, adopsi budidaya kedelai hitam Mallika yang baik menunjukkan hubungan kemitraan yang baik. Adopsi budidaya kedelai hitam Mallika yang baik oleh petani melalui hubungan kemitraan tersebut merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas dan kuantitas kedelai hitam. Di Kabupaten Bantul, khususnya di Kecamatan Bambanglipuro, Kecamatan Imogiri, dan Kecamatan Pundong memiliki kelompok tani kedelai hitam yang telah bermitra dengan PT Unilever melalui yayasan Unilever. Dari kelompok tani yang telah bermitra dengan PT Unilever masih ada beberapa anggota kelompok tani yang belum sepenuhnya melakukan penerapan adopsi budidaya kedelai hitam sesuai dengan apa yang disampaikan petugas PT Unilever. Salah satu penerapan dari adopsi budidaya kedelai hitam Mallika yang belum dilakukan sesuai dengan apa yang disampaikan petugas PT Unilever adalah
3
penanaman benih tidak sesuai dengan waktu tanam. Hal ini dapat dikarenakan kurangnya kepercayaan dengan anggota lain atau dengan petugas PT Unilever sehingga kerjasama antar petani dengan perusahaan mitra menjadi kurang baik. Hal ini menunjukkan kepercayaan yang ada dalam hubungan kemitraan masih dirasa kurang, padahal kepercayaan merupakan salah satu unsur yang termasuk dalam modal sosial yang berpengaruh pada hubungan kemitraan.
B. Perumusan Masalah Kemitraan merupakan hubungan kerjasama yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yang bermitra. Dalam kemitraan dibutuhkan adanya modal sosial yang perlu dimiliki oleh setiap anggota kelompok tani yang bermitra. Jika anggota petani dalam kelompok tani yang bermitra memiliki modal sosial yang kuat, maka adopsi budidaya yang diberikan dari perusahaan mitra dapat diterima dengan baik. Hal tersebut mengakibatkan hubungan kemitraan antara petani dengan perusahaan mitra dapat berjalan dengan baik. Modal sosial menjadi dasar hubungan kemitraan antara PT Unilever dengan petani kedelai hitam dalam mengadopsi teknologi budidaya kedelai hitam Mallika. Di Kabupaten Bantul terdapat beberapa petani yang bermitra masih ada yang belum menerapkan waktu tanam yang telah disarankan oleh petugas. Hal tersebut bisa disebabkan oleh kurangnya rasa percaya terhadap sesama anggota kelompok tani atau petugas PT Unilever. Hal ini menunjukkan bahwa adanya potensi mengenai keterkaitan antara modal sosial yang dimiliki petani mitra PT Unilever dalam mengadopsi budidaya kedelai hitam Mallika dalam hubungan kemitraan di Kabupaten Bantul. Dari uraian tersebut, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat modal sosial petani dalam adopsi budidaya kedelai hitam Mallika yang dilakukan anggota kelompok tani mitra PT Unilever? 2. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap modal sosial anggota kelompok tani mitra PT Unilever? 3. Bagaimana pengaruh modal sosial terhadap adopsi budidaya kedelai hitam Mallika yang dilakukan anggota kelompok tani mitra PT Unilever?
4
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tingkat modal sosial petani dalam adopsi budidaya kedelai hitam Mallika yang dilakukan anggota kelompok tani mitra PT Unilever. 2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap modal sosial anggota kelompok tani mitra PT Unilever. 3. Mengetahui pengaruh modal sosial terhadap adopsi budidaya kedelai hitam Mallika yang dilakukan anggota kelompok tani mitra PT Unilever. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi pemerintah dan instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan. 2. Bagi masyarakat dan pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi. 3. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai sarana untuk menambah wawasan serta merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
5