1 I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik sebagai sayuran, tanaman hias, maupun tanaman obat. Cina adalah negara produsen jamur konsumsi terbesar didunia dengan memegang 64% dan 85% jamur tiram yang tersebar di dunia diproduksi oleh Cina (Chang 1997 cit. Tesfaw et al. 2015). Salah satu jamur yang sering dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah lingzhi (Ganoderma lucidum). Lingzhi merupakan jamur kayu yang memiliki khasiat obat dan dapat digunakan untuk menjaga kesehatan. Sejauh ini, lingzhi diperdagangkan di 10 negara, Cina menempati urutan pertama sebagai produsen terbesar, disusul Korea, Taiwan, Jepang, Amerika, Malaysia, Vietnam, Indonesia, dan Sri Lanka. Produksi jamur di Indonesia belum memenuhi permintaan pasar baik pasar nasional maupun internasional, sehingga budidaya jamur memiliki prospek yang bagus (Nurwhidan 2014). Permintaan jamur terus meningkat 20%-25% per tahun. Produksi jamur Indonesia hanya mampu memenuhi 50% permintaan pasar dalam negeri dan belum termasuk permintaan pasar luar negeri (Masyarakat Agribsnis Indonesia (MAJI) dan Adiyuwono 2007 cit. Zulvah et al. 2015).
Budidaya lingzhi di
Indonesia masih relatif sangat kecil, sehingga memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan. Di Indonesia, Jawa Timur merupakan salah satu daerah sentra penghasil jamur terbanyak yaitu memproduksi lebih dari 50% produksi jamur nasional. Namun prduksinya bersifat fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan beberapa tahun terakhir (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura 2013 cit. Zulvah et al. 2015). Lingzhi merupakan jamur kayu yang tidak dapat dikonsumsi sebagai makanan. Namun lingzhi dimanfaatkan untuk pengobatan. Miselium yang dihasilkan oleh lingzhi pada umur 15 hari mengandung enzim, vitamin, dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia (Parjimo dan Soenanto 2008). Pemberian 0,1% 1
2 serbuk lingzhi pada tikus uji dapat menurunkan kolesterol total dan trigliserida (Tong dan Choong 2006 cit. Wahyuni dan Furi 2011). Pemberian lingzhi dengan dosis 200 mg/kg, 400 mg/kg, dan 800 mg/kg, 100 mg/kg dapat menurunkan kolesterol total dan trigliserida (Chen et al. 2005, Yang et al. 2002 cit. Wahyuni dan Furi 2011). Selain itu, pemberian lingzhi pada tikus dengan dosis 1 mg/kg ekstrak jamur lingzhi dapat menurunkan kerusakan hati (Ng et al. 1993 cit. Akhirunnisa 2010). Perkembangan teknologi informasi dan industri menyebabkan pergeseran gaya hidup. Gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan dan berkurangnya aktivitas fisik turut berperan dalam memperparah kasus-kasus penyakit berat tidak menular, seperti kanker, serangan jantung, hipertensi, diabetes, dan stroke. Penyakit tidak menular tersebut mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir, contohnya di Serang seperti yang tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi penyakit tidak menular di RSUD Serang Tahun 2007- 2010 Jenis Penyakit
Jumlah Penyakit
Presentase
Diabetes
9
0,15%
Hipertensi
3659
59,21%
Obesitas
10
0,16%
Payudara
4
0,06%
(Laksono et al. 2011). Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan dan gizi, gaya hidup sehat pun menjadi sebuah kebutuhan. Gaya hidup sehat diantaranya ialah dengan pola makan yang sehat dan konsumsi suplemen tambahan dari bahan alami yang tidak menimbulkan efek samping. Salah satu tanaman obat yang ditanam secara organik dan dapat digunakan sebagai suplemen untuk menjaga kesehatan adalah jamur (Synytsya 2009), jamur obat yang sudah terbukti khaisat dan telah di gunakan selama berabad-abad oleh bangsa Cina dan Jepang adalah jamur lingzhi (Ganoderma lucidum).
3 Lingzhi memiliki khasiat penyembuh untuk tubuh karena memiliki bahan bioaktif
(polisakarida, triterpen, adenosin). Salah satu komponen khusus
polisakarida adalah beta-glukan yang merupakan penyusun dinding sel dan sebagian besar dalam bentuk beta-D-glukosa (Akramienė et al. 2007, Villares et al. 2012). Beta-glukan pada jamur khususnya jamur lingzhi memberikan respon terhadap perubahan biologi (Han et al. 2008, Jantaramanant et al. 2014, Ahmad et al. 2014). Komponen tersebut dapat mencegah dan mengobati berbagai penyakit penting termasuk hipertensi, diabetes, hepatitis, kanker, AIDS, penyakit hepatopathy, nephritis, bronkitis, penghambat poliferasi sel kanker kolorektal manusia, bersifat antioksidan, dan merangsang imunitas (Chihara et al. 1970, Sliva et al. 2012, Russel dan Paterson 2006, Xie et al. 2006, Rasmy et al. 2010, Sobieralski et al. 2012, Stier et al. 2014, Gill dan Rieder 2008, Chan et al. 2009, Oloke dan Adebayo 2015, Jiang et al. 2014). Polisakarida merupakan penyusun utama dinding sel yang terdiri dari ikatan-ikatan beta-glukan (Latge 2007). Budidaya lingzhi secara in vivo memerlukan waktu yang lama, sehingga diperlukan alternatif budidaya lingzhi untuk mempercepat waktu dihasilkannya beta-glukan oleh miselium. Mengingat pentingnya peranan beta-glukan dalam dunia pengobatan, kandungan beta-glukan pada miselium masih bisa ditingkatkan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Penggunaan ZPT di dalam kultur jaringan harus dilakukan. Hal tersebut karena kegiatan kultur jaringan menggunakan bagian dari suatu makhluk hidup yang tidak biasa untuk ditumbuhkan. Dengan kultur jaringan pertumbuhan eksplan dapat ditentukan akan menjadi kalus, organogenesis, maupun embriogenesis. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila di dalam media terdapat nutrisi dan hormon yang tepat sehingga hasil sesuai harapan. Auksin dapat memacu sintesis protein dinding sel yang diperlukan untuk pertumbuhan. Hal tersebut terjadi berawal dari peningkatan isi sel yang tidak diimbangi dengan peningkatan dinding sel sehingga terjadi tekanan turgor. Hal ini akan mendorong kerja enzim selulolase memotongmotong ikatan selulosa pada dinding primer sehingga dinding elastis dan sel semakin membesar (Santoso dan Nursandi 2004). Pada proses perpanjangan sel
4 terjadi proses modifikasi dinding sel secara fisik dan biokimia. Proses biokimia pada dinding sel berkaitan dengan biokimia molekul polisakarida penyusun dinding sel (Masuda 1990). Salah satu auksin yang dapat digunakan untuk adalah Indole Acetic Acid (IAA). IAA adalah auksin alami. IAA pertama kali ditemukan oleh
Dolk dan
Thimann (1932) pada jamur Rhizopus suinus. IAA berkerja dalam pembelahan, perpanjangan, dan diferensiasi sel. Ujung meristem apikal, daun muda, dan buah muda mengandung IAA. IAA merupakan rangkain yang terdiri atas molekul ringan dan molekul berat, seperti IAA ester, IAA-N-aspartat, IAA-glukan, dan IAA-glikoprotein. Metabolisme molekul tersebut merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat regulasi auksin bebas. IAA juga berperan aktif dalam meningkatkan perpanjangan sel pada koleoptil dan perpanjangan batang (Latge 2007). Pemberian IAA sebagai auksin alami dalam budidaya jamur lingzhi berpotensi meningkatkan kandungan beta-glukan. Penelitian ini menggunakan miselum lingzhi, hal tersebut bertujuan agar pertumbuhan lingzhi mudah di kontrol dan mendapatkan beta-glukan dalam waktu yang lebih singkat. B. Perumusan Masalah Lingzhi mendapatkan makanan dalam bentuk selulosa, glukosa, lignin, protein, dan senyawa pati. Bahan-bahan tersebut diperoleh lingzhi dengan cara menguraikan kayu yang menjadi media pertumbuhannya. Selain itu, pengontrolan makanan, nutrisi, suhu, cahaya, kelembaban, oksigen, dan pH baik lingkungan maupun media pertumbuhan perlu dilakukan agar lingzhi dapat tumbuh dengan baik. Meskipun lingzhi biasanya dibudidayakan secara in vivo, dalam penelitian ini pemberian IAA dilakuan pada budidaya lngzhi secara in vitro. Hal tersebut untuk mempermudah pengontrolan media dan lingkungan pertumbuhan lingzhi. Perumusan masalah pada penelitian ini adalah mencari informasi apakah IAA berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan kandungan beta-glukan jamur lingzh dan berapa konsentrasi yang paling sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan dan kandungan beta-glukan lingzhi.
5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis: a. Pengaruh pemberian IAA terhadap pertumbuhan dan kandungan betaglukan jamur lingzhi b. Konsentrasi IAA yang paling efektif meningkatkan pertumbuhan dan kandungan beta glukan jamur lingzhi
2.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang : a.
Pengaruh IAA terhadap kandungan beta-glukan jamur lingzhi
b.
Konsentrasi terbaik dalam meningkatkan kandungan beta-glukan jamur lingzhi
II.
TINJAUAN PUSTAKA A. Jamur Lingzhi
6
Bentuk
lingzhi
: Fungi
Divisi
: Agaricomycota
Kelas
: Basidiomycota
Ordo
: Polyporales
Famili
: Ganodermataceae
Genus
: Ganoderma
Species
: Ganoderma lucidum
menyerupai
Kingdom
payung atau buah ginjal, berbentuk bundar, bagian tepi berlekuk, sedikit bergerigi, berdaging tebal. Bagian atas jamur berwarna merah tua. Khusus untuk spesies lucidum, warnanya cerah mengkilap dan ada guratan-guratan disekujur tubuhnya. Bagian bawah tubuh lingzhi berwarna putih dengan warna tepi kemerahan. Tubuh lingzhi sedikit lunak atau kenyal saat masih muda, kemudian mengeras saat tua. Tangkai lingzhi panjang, tebal, keras (Parjimo dan Soenanto 2008). Pada tahun 1997 produksi lingzhi dunia sudah mencapai 4500 ton, 3000 ton diantaranya dihasilkan oleh Cina. Total perdagangan lingzhi di dunia mencapai 1,2 juta dolar Amerika (Dunham 2000 cit Suryanto et al. 2005). Lingzhi merupakan komoditas yang penting di kancah perdagangan dunia selama lebih dari 4000 tahun, khususnya negara Asia Timur seperti Cina, Jepang, Korea, dan sebagainya. Pasar Lingzhi di dunia semakin luas seiring dengan brekembangnya penelitian tentang lingzhi sebagai jamur obat dan jamur spiritual (Wasser 2005). Di Asia, berbagai produk makanan telah digunakan selama berabad-abad sebagai obat populer untuk mencegah atau mengobati penyakit. Sejumlah besar diekstrak dari jamur obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit. Jamur Ganoderma lucidum dikumpulkan dan dikonsumsi di Cina, Korea, dan Jepang 6
7 selama berabad-abad. Jamur lingzhi kaya akan vitamin, serat, dan asam amino dan rendah lemak, kolesterol, dan kalori. Jamur ini juga mengandung berbagai macam polisakarida biologis aktif dengan sifat imunostimulan, yang berkontribusi terhadap efek anti kanker. Selain itu, zat bioaktif lainnya, termasuk triterpen, protein, lipid, serebrosida, dan fenol, telah diidentifikasi dalam jamur obat (Sliva 2004). Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik sebagai sayuran, tanaman hias, maupun tanaman obat tanpa memberikan efek samping. Cina adalah negara produsen jamur konsumsi terbesar didunia dengan memegang 64% pasar jamur konsumi dunia dan 85% jamur tiram yang tersebar di dunia diproduksi oleh Cina (Chang 1997 cit Tesfaw et al. 2015). Salah satu jamur yang sering dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah lingzhi (Ganoderma lucidum). Lingzhi merupakan jamur kayu yang memiliki khasiat obat dan dapat digunakan untuk menjaga kesehatan. Sejauh ini, lingzhi diperdagangkan di 10 negara dimana Cina menempati urutan pertama sebagai produsen terbesarnya. Disusul Korea, Taiwan, Jepang, Amerika, Malaysia, Vietnam, Indonesia, dan Sri Lanka. Produksi jamur di Indonesia belum memenuhi permintaan pasar baik pasar nasional maupun internasional, sehingga budidaya jamur memiliki prospek yang bagus (Nurwhidan 2014). Permintaan jamur terus meningkat 20%-25% per tahun. Produksi jamur Indonesia hanya mampu memenuhi 50% permintaan pasar dalam negeri dan belum termasuk permintaan pasar luar negeri (Masyarakat Agribsnis Indonesia (MAJI) dan Adiyuwono 2007 cit Zulvah et al. 2015). Sedangkan budidaya lingzhi di Indonesia masih relatif sangat kecil, sehingga memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan. Di Indonesia, Jawa Timur merupakan salah satu daerah sentra penghasil jamur terbanyak yaitu memproduksi lebih dari 50% produksi jamur nasional. Namun prduksinya bersifat fluktuatif dan cenderung mengalami
8 penurunan beberapa tahun terakhir (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura 2013 cit Zulvah et al. 2015). Lingzhi merupakan jamur kayu yang tidak dapat dikonsumsi sebagai makanan. Namun lingzhi dimanfaatkan untuk pengobatan. Miselium yang dihasilkan oleh lingzhi pada umur 15 hari mengandung enzim, vitamin, dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia (Parjimo dan Soenanto 2008). Pemberian 0,1% serbuk lingzhi selama
pada tikus uji dapat menurunkan kolesterol total dan
trigliserida (Tong dan Choong 2006 cit Wahyuni dan Furi 2011). Pemberian lingzhi dengan dosis 200 mg/kg, 400 mg/kg, dan 800 mg/kg, 100 mg/kg dapat menurunkan kolesterol total dan trigliserida (Chen et al. 2005, Yang et al. 2002 cit Wahyuni dan Furi 2011). Selain itu, pemberian lingzhi pada tikus dengan dosis 1 mg/kg ekstrak jamur lingzhi dapat menurunkan kerusakan hati (Ng et al. 1993 cit Akhirunnisa 2010). Lingzhi adalah makro fungi busuk putih basidiomycetes yang telah digunakan secara luas sebagai "jamur keabadian" di Cina, Jepang, Korea dan negara-negara Asia lainnya selama dua ribu tahun. Banyak manfaat lingzhi dintaranya untuk terapi. Basidiocarp, miselia dan spora Ganoderma lucidum mengandung sekitar 400 senyawa bioaktif yang berbeda, yang terutama mencakup triterpenoid, polisakarida, nukleotida, sterol, steroid, asam lemak, protein/peptida dan elemen yang telah
dilaporkan
memiliki
sejumlah efek
farmakologis
termasuk
immunomodulation, anti-aterosklerosis, anti-inflamasi, analgesik, kemopreventif, antitumor, kemoterapi, antibakteri, antivirus (termasuk anti-HIV), hipolipidemik, anti-fibrosis, hepatoprotektif, anti-diabetes, anti androgenic, anti-angiogenik, antiherpes, antioksidan dan radikal bebas, anti-penuaan, hipoglikemik, aktivitas estrogenik dan anti-ulkus. Lingzhi kini telah diakui sebagai adjuvant alternatif dalam pengobatan leukemia, kanker, hepatitis dan diabetes. Makro fungi ini sangat langka di alam sehingga sering tidak cukup untuk eksploitasi komersial untuk keadaan darurat, oleh karena itu, budidaya pada substrat padat, medium cair stasioner atau budidaya terendam telah menjadi aspek penting untuk memenuhi
9 kekuatan pendorong terhadap peningkatan permintaan pasar internasional (Sanodya et al. 2009) Lingzhi
adalah
basidiomycetes
kayu
yang
memiliki
berbagai
efek
farmakologis. Karena jamur ini sangat jarang tersedia di alam, budidaya buatan telah dikenal pada log kayu dan serbuk gergaji di dalam kantong plastik atau botol. Budidaya dengan bioteknologi dari miselia Ganoderma lucidum dalam bioreaktor juga telah dibentuk, baik pada substrat padat maupun media cair. Komponen aktif secara farmakologi yang paling penting dari G. lucidum adalah triterpenoid
dan
polisakarida.
Triterpenoid
telah
dilaporkan
memiliki
hepatoprotektif, anti-hipertensi, efek hipokolesterolemik dan antihistamin, antitumor, dan aktivitas antiangiogenic. Polisakarida, terutama beta-glukan, telah diketahui memiliki efek anti-tumor melalui immunomodulation dan antiangiogenesis. Selain itu, polisakarida memiliki efek perlindungan terhadap radikal bebas dan mengurangi kerusakan sel yang disebabkan oleh mutagen (Boh et al. 2007). Sebagian besar jamur 90% dari total beratnya adalah air. Sedangkan untuk Lingzhi 10% terdiri dari 26-28% karbohidrat, 3-5% lemak kasar, 59% serat kasar, 7-8% protein kasar (Mau et al. 2001 cit Kao et al. 2013). Komponen besar lainnya terdiri dari komponen bioaktif berupa terpenoid, steroid, fenol, glikoprotein, dan polisakarida. Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukan bahwa triterpen dan polisakarida merupakan komponen utama yang paling berpengaruh secara fisiologi (Boh et al. 2007, Zhou et al. 2007 cit Kao et al. 2013). Kondisi lingkungan untuk membudidayakan jamur lingzhi tidak berbeda jauh dengan lingkungan yang digunakan untuk membudidayakan jamur kuping (Auricularya sp) dan jamur tiram (Pleuretus sp). Hal tersebut karena jamu lingzhi memiliki kemiripan sifat dengan kedua jamur tersebut. Suhu ruang antara 15 – 28 oC dengan kelembaban 80%-95%. Lingzhi paling cocok dikembangkan didaerah
10 dengan suhu 24 oC- 30 oC, kelembaban 80%-90%, ketinggian 400-600 mdpl (Suratno 2005). Lingzhi memiliki khasiat penyembuh untuk tubuh karena memiliki bahan bioaktif
(polisakarida, triterpen, adenosin). Salah satu komponen khusus
polisakarida adalah beta-glukan yang merupakan penyusun dinding sel dan sebagian besar dalam bentuk beta-D-glukosa (Akramienė et al. 2007, Villares et al. 2012). Beta-glukan pada jamur khususnya jamur lingzhi memberikan respon terhadap perubahan biologi (Han et al. 2008, Jantaramanant et al. 2014, Ahmad et al. 2014). Komponen tersebut dapat mencegah dan mengobati berbagai penyakit penting termasuk hipertensi, diabetes, hepatitis, kanker, AIDS, penyakit hepatopathy, nephritis, bronkitis, penghambat poliferasi sel kanker kolorektal manusia, bersifat antioksidan, dan merangsang imunitas (Chihara et al. 1970, Sliva et al. 2012, Russel dan Paterson 2006, Xie et al. 2006, Rasmy et al. 2010, Sobieralski et al. 2012, Stier et al. 2014, Gill dan Rieder 2008, Chan et al. 2009, Oloke dan Adebayo 2015, Jiang et al. 2014). Polisakarida merupakan penyusun utama dinding sel yang terdiri dari ikatan-ikatan beta-glukan (Latge 2007). Askin et al. (2007) melakukan ekstraksi beta-glukan dan triterpenoid dengan suhu tertinggi 2000C. Dari percobaan tersebut dihasilkan beta-glukan dan triterpenoid pada jamur lingzhi masing-masing sebanyak 78,1% dan 57,4%. B. Beta-Glukan Beta-glukan adalah polisakarida yang terdiri atas monomer glukosa yang dihubungkan oleh ikatan b-1,3 dan b-1,6 glukosida. Senyawa ini terbukti secara ilmiah sebagai biological defense modifier (BDM) dan termasuk kategori GRAS (Generally Recognized As Safe) menurut FDA, serta tidak memiliki toksisitas atau efek samping (Ber 1997 cit Nurfajarwati 2006). Beta-glukan memiliki berbagai aktifitas biologis sebagai antitumor, antioksidan, antikolesterol, antipenuaandini, dan peningkat sistem imun (Kulickle et al. 1996; Lee et al. 2001 cit Nurfajarwati 2006).
11 Beta-glukan merupakan komponen dari polisakarida, umumnya tidak larut air dan
resisten
terhadap
kondisi
asam.
Beta-glukan
digunakan
sebagai
imunomedulator (meningkatkan daya imun) pada mamalia. Beta-glukan larut air, mudah terabsorbsi dan memiliki berat molekul rendah. Beberapa contoh betaglukan seperti selulosa (β-1,4-glucan), lentinan (β-10.6-glucan) dan (β-1,3glucan), pleuran (β-1,6 dan β-1,3-glucan) diisolasi dari jamur basidiomikota termasuk jamur konsumsi (Pleurotus ostreatus) dan shiitake (Lentinus edodes) (Widyastuti et al. 2011). Beta-glukan merupakan komponen polisakarida yang melimpah di jamur. Sebagian besar glukan penting pada jamur adalah ikatan beta-polisakarida. Beberapa diantaranya merupakan intraseluler, yang lainnya diekskresikan kedalam media, dan kebanyakan merupakan komponen penting penyusun dinding sel (Herrera 1991). Beta-glukan dapat diproduksi oleh beberapa galur bakteri yang juga dapat diekstraksi dari sumber lain seperti khamir, tanaman gandum, dan jamur tertentu (Nurfajarwati 2006) Beta-glukan merupakan polimer glukosa yang secara alami terdapat pada yeast, lumut, alga, jamur, bakteri, dan gandum. Imunostimulasi adalah komponen penting penyusun beta-glukan yang diklasifikasikan seperti respon biologis termodivikasi dan aktivitas biologisnya dapat digunakan sebagai obat untuk manusia dan hewan. Selain itu, beta-glukan menunjukan adanya komponen reaksi kimia yang dapat diaplikasikan pada produk pangan dan pakan, seperti pada kosmetik dan industri kimia. Imunomodulation oleh beta-glukan secara in vitro maupun in vivo menghambat pertumbuhan sel kanker, metastasis, dan mencegah atau mengurangi infeksi bakteri. Pada manusia beta-glukan mengurangi kolesterol pada darah, meningkatkan penggunaan glukosa oleh sel tubuh dan juga membantu menyembuhkan luka (Tominac et al. 2010). Penelitian telah dilakukan pada Ganoderma lucidum untuk menganalisis kandungan beta glukan menggunakan Matrix Assisted Laser Desorption
12 Ionization (MALDI). Beta-glukan diisolasi dari badan buah jamur. Perlakuan langsung dan cepat menggunakan MALDI spectrometry (Hung et al. 2008). Jamur yang mengandung beta-D-glukan merupakan pengubah respon biologi. Tetapi hambatan utama penggunaan beta-glukan secara klinis adalah karena relatif rendahnya kelarutan dalam air. Larutan glukan jamur diekstrak dengan alkali dari miselium Ganoderma lucidum yang dijadikan sulfat untuk menghasilkan ekstrak yang larut air (Han et al. 2008). Dinding sel terdiri dari jaringan tiga dimensi berbasis polisakarida. Dipertimbangkan untuk waktu yang lama sebagai exoskeleton inert, dinding sel sekarang terlihat sebagai struktur yang dinamis yang terus berubah sebagai hasil dari modifikasi tempat tumbuh dan tekanan lingkungan. Meskipun komposisi dinding sel bervariasi antar spesies jamur, analisis komparatif khemogenomik telah menyebabkan pemahaman yang lebih baik dari gen dan mekanisme yang terlibat dalam pembangunan inti pusat umum yang terdiri dari cabang beta-1,3 glukan-kitin (Latge 2007). Beta-glukan adalah salah satu polisakarida paling melimpah pada dinding sel Saccharomyces cerevisiae. Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui produksi beta-glukan pada Saccharomyces cerevisiae dalam media dengan sumber nitrogen berbeda pada Air-Lift Fermentator. Hasil penelitian menunjukan hasil ekstraksi beta-glukan tertinggi dan terendah terdapat pada pepton (933,33 mg/L) dan glutamic acid (633,33 mg/L), mirip seperti sumber nitrogen pada kultur sel setelah proses fermentasu selesai. Kultur sel ragi dengan urea dan DAHP mirip seperti sumber nitrogen menunjukan hasil beta-glukan yang sama yaitu 733,33 mg/L. Produksi konsentrasi beta-glukan dalam medium dengan urea menunjukan hasil paling tinggi dibanding produksi menggunakan glutamic acid dan DAHP yang dibuat mirip dengan sumber nitrogen (Thontowi et al. 2007). Beta-glukan adalah komponen penting dalam makanan yang berperan dalam modulasi disregulasi metabolik yang berhubungan dengan sindrom metabolik.
13 Namun, dosis, bentuk, berat molekul, dan makanan pembawa bentuk beta-glukan itu berpengaruh. Efek fisiologi beta-glukan terjadi terutama pada proses fisiokemikal dan interaksi struktur saluran pencernaan. Penambahan beta-glukan dalam makanan perlu untuk dikembangkan untuk membantu meningkatkan konsumsi serat sehari-hari (El et al. 2012). Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui aktivitas anti diabetes oleh betaglukan Agaricus blazei. Hasil penelitian menunjukan berat molekul rata-rata betaglukan adalah 30-50 kDa diukur dengan menggunakan kromatografi filtrasi gel. Oligosakarida (AO) yang berasal dari hidrolisis beta-glukan dengan endo-beta (16) glukan dan AO keduanya menunjukan anti hiperglikemia,
anti-
hypertriglyceridemic, anti-hiperkolesterolemia, dan aktivitas yang menunjukkan aktivitas anti-diabetes keseluruhan pada tikus diabetes anti-arteriosclerotic, AO memiliki sekitar dua kali aktivitas beta-glukan terhadap anti diabetes (Kimet al. 2005). Beta-glukan dan kitin merupakan komponen struktural penyusun dinding sel jamur yang terikat secara kovalen (Schiavone et al. 2014). Isolat Agrobacterium sp lokal tipe liar menghasilkan beta glukan sebesar 43,0 mg/g sel dan tipe mutan menghasilkan lebih banyak yaitu 44,0 mg/g sel (Kusmiati et al. 2006). Kadar betaglukan paling tinggi diperoleh pada kultur Saccharomyces cerevisiae dengan sumber N pepton dan terendah pada kultur dengan sumber N asam glutamat. Hasil ekstraksi b-glukan pada akhir fermentasi yaitu sebesar 933,33 mg-1 dan 633,33 mg-1 berturut-turut untuk kultur dengan sumber N pepton dan asam glutamat. Kultur dengan sumber N urea dan DAHP memberikan hasil akhir yang sama yaitu sebesar 733,33 mg-1 (Nurfajarwati 2006). Auksin dapat memacu sintesis protein dinding sel yang diperlukan untuk pertumbuhan. Hal tersebut terjadi berawal dari peningkatan isi sel yang tidak diimbangi dengan peningkatan dinding sel sehingga terjadi tekanan turgor. Hal ini akan mendorong kerja enzim selulolase memotong-motong ikatan selulosa pada dinding primer sehingga dinding elastis dan sel semakin membesar (Santoso dan
14 Nursandi 2004). Pada proses perpanjangan sel terjadi proses modifikasi dinding sel secara fisik dan biokimia. Proses biokimia pada dinding sel berkaitan dengan biokimia molekul polisakarida penyusun dinding sel (Masuda 1990). Salah satu auksin yang dapat digunakan untuk adalah Indole Acetic Acid (IAA). C. Indole Acetid Acid (IAA) Auksin ditemukan pertama kali oleh Frits Went pada tahun 1926 di pucuk tumbuhan gandum Avena sativa yang sedang tumbuh. Hormon auksin disintesis di meristem apikal ujung batang yang kemudian disebarkan ke bagian tumbuhan dengan gerakan terpolarisasi satu arah. Di alam dijumpai beberapa jenis auksin seperti Indole Acetic Acid (IAA), Phenyl Acetic Acid (PAA), 4-chloro Indole Acetic Acid (4-kloro IAA), Indole Butyric Acid (IBA). Auksin yang telah berhasil disintesis antara lain Napthalene Acetic Acid (NAA), 2-Methyl 4-Chloro Phenoxy Acetic Acid (MCPA), dan 2,4 Dichloro Phenoxy Acetic Acid (2,4D). Tetapi ketiga senyawa tersebut tidak dikelompokan sebagai hormon, tetapi Zat Pengatur Tumbuh (Setiowati dan Furqonita 2007). Banyak komponen auksin alami maupun sintetis menunjukkan aktivitas pada makhluk hidup. IAA dikenal sebagai auksin alami yang berada di sebagian besar jenis tanaman. IAA disintesis dari dua siklus triptofan (Woodward dan Bartel 2004). Mikroba menggunakan IAA untuk berinteraksi dengan tanaman termasuk fitostimulasi dan mekanisme pertahanan tanaman. Kontaminasi jamur merupakan jumlah terbesar pada kultur jaringan Alternanthera sessilis dari pada bakteri. Colletotrichum sp. memproduksi 25 mg/L IAA dengan konsentrasi triptofan sebanyak 400 mg/L pada media czapex menunjukkan potensi penggunaan IAA untuk kultur sel tanaman (Subbarayan et al. 2010). Produksi IAA merupakan komponen utama stimulasi bakteri rhizozfer dan memfasilitasi pertumbuhan tanaman. Penelitian telah dilakukan terhadap produksi IAA dengan teknik isolasi, karakterisasi, dan identifikasi
dari bakteri tanah
rizosfer. Sepuluh isolat, lima diantaranya terpilih sebagai isolat paling efisien.
15 IAA yang diproduksi oleh bakteri merupakan biofertilizer yang efisien untuk merangsang pertumbuhan tanaman (Mohite 2013). Penelitian produksi IAA telah dilakukan pada Ustilago esculenta. Produksi IAA pada media kutur semata-mata dipengaruhi oleh keberadaan triptofan. Penambahan tiamin (vitamin B1) ke dalam media memperlihatkan peningkatan pertumbuhan jamur, tetapi produksi IAA terhambat. Jumlah maksimum IAA diperoleh setelah 8 hari inkubasi (Chung dan Tzeng 2004). Perubahan bentuk pertumbuhan, penampilan, dan akar terjadi pada perlakuan IAA (0,5 – 10 mg-1) terhadap kacang tanah yang ditanam secara hidroponik maupun kultur cair. IAA menghambat perpanjangan akar baik dalam budidaya hidroponik maupun kultur cair in vitro. Peningkatan yang luar biasa terjadi pada polong dengan mengisolasi akar kedalam kutur in vitro dibandingkan dengan akar yang diisolasi dari budidaya secara hidroponik. IAA menyebabkan penurunan jumlah polong dan akar (Kukavica et al. 2007). Streptomyces sp diisolasi dari rizosfer tanaman obat Thailand yang telah ditemukan dapat memproduksi hormon pertumbuhan tanaman IAA di dalam media MEA dengan konsentrasi 2 mg-1 triptofan.
Streptomyces CMU-H009
permukaan tanah yang berasosiasi dengan Cymbopogon citratus sangat efektif dalam memproduksi IAA. Strain filtrat kultur CMU-H009 merangsang perpanjangan akar benih jagung (Zea mays) dan Cow Pea (Bruguiera parviflora) (Khamna et al. 2010). Metode untuk mengetahui produksi IAA oleh mikoriza dalam bentuk jamur terus dikembangkan. Media kultur dan miselium jamur diekstrak dengan etil eter bersamaan dengan percobaan IAA dengan standar internal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamur mampu menghasilkan IAA. Strain Pisolithus tinctorius yang ditunjukkan oleh pekerja lain untuk menghasilkan akar yang kuat di lapangan percobaan menunjukkan produksi IAA dengan jumlah terbesar. Beberapa jamur lain menunjukkan nilai IAA yang tinggi juga yang terinfeksi akar
16 tanaman dengan relatif mudah dalam percobaan labolatorium (Ljungquist dan Stenstrom 1983). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur biosintesis IAA pada tanaman dan bakteri memiliki kesamaan. Triptofan telah diidentifikasi sebagai prekursor utama untuk biosintesis IAA pada bakteri. Identifikasi yang telah dilakukan menunjukkan lima jalur biosintesis yang berbeda menggunakan triptofan sebagai prekursor IAA (Spaepen et al. 2007). Perubahan pada polisakarida dinding sel dan komponen mekanik dinding sel diuji selama induksi pertumbuhan perpanjangan dengan IAA yang diperlakukan pada segmen tanaman kacang azuki dengan kondisi pertumbuhan yang berbeda. Sukrosa merangsang induksi IAA untuk perpanjangan sel, tetapi sangat kecil peranan IAA dalam pelonggaran dinding sel. Dalam keadaan kekurangan sukrosa, jumlah galaktosa pada dinding sel juga berkurang. Dengan adanya sukrosa, pada kasus lain, IAA meningkatkan jumlah selulosa, galaktosa, dan xylosa pada polisakarida sel. IAA tidak dapat menimbulkan peningkatan apapun pada dinding sel pada konsentrasi lebih dari 0,1 M, meskipun dapat melonggarkan dinding sel pada konsentrasi 0,2 M (Nishitani et al. 1979). Ketika auksin menstimulasi pertumbuhan dan perpanjangan sel koleoptil tanaman serealia, hal tersebut terjadi dikarenakan adanya degradasi 1,3:1,4 betaglukan dalam polisakarida khususnya hemiselulosa. Penelitian telah dilakukan untuk menguji ekspresi endo-1,3:1,4-beta-glukan (EI) dan exo-beta-glukan (ExoII), dengan pH optimum 5, dan distribusi molekul polisakarida hemiselulosa segmen koleoptil Hordeum vulgare L di uji coba dengan atau tanpa IAA. IAA (10–5M) menstimulasi ekspresi gen EI, tetapi tidak memberi efek pada ExoII. IAA menginduksi ekspresi gen EI setelah 4 jam dan meningkatkan kandungan glukosa dinding sel setelah 8 jam. Distribusi berat molekul polisakarida hemiselulosa dari koleoptil selama 2 hari perlakuan IAA. Fusicoccn (10–6M) meniru IAA dalam menginduksi perpanjangan dan menurunkan berat molekul hemiselulosa 1,3:1,4-beta-glucan pada koleoptil pada 4 jam pertama. Fakta ini
17 menunjukkan pengasaman pada dinding sel gandum dengan aktivitas IAA meningkatkan aktivitas glukan yang berperan dalam pembesaran dinding sel pada pada fase awal pertama induksi IAA dan akhir fase kedua berperan dalam ekspresi gen EI (Katoke et al. 2000). Perpanjangan sel merupakan sifat tidak balik yang menyebabkan penguraian dinding sel. Auksin penyebab perpanjangan batang dan sel koleoptil dengan merangsang pembesaran sel melalui reaksi ini. Proses ini bisa jadi berpasangan dengan pembentukan polimer pembentuk di dinding sel baru. Karena kerja utama auksin tampaknya ada pada membran plasma atau beberapa molekul intraseluler, dan juga pembesaran dinding sel. Oleh karena itu setiap protoplas harus berhubungan (Rayle dan Cleland 1992). Telah dilakukan penelitian pengaruh pemberian IAA pada pertumbuhan jamur Aspergilus oryzae, Aspergilus terreus, Aspergilus niger, Alternaria alternata dengan konsentrasi yang berbeda. Peningkatan laju pertumbuhan dan produksi biomassa terjadi secara signifikan pada percobaan cairan hormon 15, 30 dan 45 mg-1. Nilai berat segar dan berat kering terjadi pada jamur yang diberi konsentrasi IAA dengan konsentrasi hormon 45 mg-1. Data pada biomasa segar merupakan peningkatan tertinggi yang diperoleh pada Alternaria alternata. Tercatat bahwa biomassa mengalami peningkatan sebnyak 56%. Dimana data yang didapat pada biomassa kering merupakan peningkatan signifikan yang tertinggi pada Aspergilus oryzae yaitu sebesar 66%. Pertumbuhan signifikan yang mengejutkan pada biomassa segar terjadi pada Alternaria alternata setelah diberi IAA dengan jumlah yang sama dengan Aspergilus terreus dimana terjadi kehilangan berat masing-masing sebanyak 31,43 dan 8,78%. Persentase kehilangan berat biomassa kering terjadi pada Aspergillus niger yaitu sebanyak 15,3%. Biomassa kering Aspergillus terreus tetap tidak berubah pada konsentrasi 45 mg-1 (Nasim et al. 2004).
18 D. Hipotesis Berdasarkan berbagai studi pustaka diatas, dapat diambil hipotesis sebagai berikut : 1.
IAA mampu meningkatkan kandungan beta glukan miselia jamur lingzhi dengan melakukan pelonggaran pada dinding sel Ganoderma lucidum
2.
Peningkatan beta glukan paling banyak dengan penambahan IAA 45 mg-1
19 III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPT Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (UPT BPTBA LIPI), Gunug Kidul, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai dengan September 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplan lingzhi yang berasal dari CV. Media Agro Merapi, Yogyakarta, kemudian eksplan dikulturkan di Laboratorium Mikologi UPT BPTBA LIPI Gunung Kidul, Yogyakarta, glukosa, aquades, fenol 5%, asam sulfat pekat, aquades, IAA, serbuk PDA instan, jamur lingzhi, alkohol, biuret, HCL 2M. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu ukur 25 ml, spatula, cawan timbang, beker glass, tabung reaksi, hot plate, kelereng, plasting wrapp, pipet tetes, label, rak tabung reaksi, tissue, mikro pipet, autoclave, sumpal alat, alumunium foil, magnetic stirer, magnet, erlenmeyer, sumpal tabung reaksi, gelas ukur, Laminar Air Flow (LAF), petridish, skapel, gelas ukur, bunsen, pelubang miselium, korek api, bupoint, nampan, petridish, kertas saring, timbangan analitik, oven, petridish mini, desikator, penjepit, timbangan analitik, labu ukur, vortex, spatula, beker glass, water bath, corong, spektrofotometri, jangka sorong. C. Perancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal yaitu konsentrasi IAA. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Nasim et al. (2004) pada Aspergillus oryzae, A. terreus, A. niger, dan Alternaria alternata. Hasil menunjukkan bahawa IAA dengan konsentrasi 45 mg-1 menghasilkan berat segar dan berat kering jamur yang lebih tinggi. Konsentrasi IAA dalam penelitian ini adalah 0 ppm, 15 ppm, 30 ppm, 45 ppm, 60 ppm, dan 75 ppm dengan 8 kali ulangan. Waktu inkubasi 14 hari. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Ganoderma lucidum tumbuh dengan sangat baik di 19
20 media Potato Dextrose (PD) dengan pH 5 dan suhu 250C dengan menggunakan konsentrasi inokulum sebanyak 15 ml (Nasreen et al. 2005, Tesfaw et al. 2015). Analisis data dilakukan dengan menggunakan Analisi Of Varians (ANOVA) taraf 5%. Apabila terdapat beda nyata diuji lanjut menggunakan DMRT dengan taraf yang sama. D. Pelaksanaan Penelitian 1. Pembuatan kurva standar glukosa metode fenol-sulfat (Kusmiati et al. 2007) Baku pembanding glukosa: larutan baku pembanding glukosa 1000 ppm (stok) dibuat dari 25 mg glukosa yang ditimbang seksama, dilarutkan dengan air dalam labu tentukur 25 ml. Kemudian dilakukan pengenceran sedemikian sehingga diperoleh konsentrasi glukosa baku pembanding sebesar: 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, 100 ppm. Cara penetapan: 1000 µl larutan baku pembanding glukosa dan molase hasil pengenceran ditambah 0,5 ml fenol 5%, dikocok homogen, ditambah 2,5 ml H2SO4 pekat, didiamkan selama 10 menit, dikocok homogen lalu dipanaskan di atas penangas air mendidih selama 15 menit dan didinginkan. Masingmasing larutan hasil reaksi diukur serapannya secara spektrofotometri cahaya tampak pada λ 490 nm, dan dibuat kurva baku pembanding dan persamaan garis regresinya. Dengan cara yang sama, kadar glukosa dalam masing-masing larutan molase diukur dan dihitung menggunakan persamaan garis regresi kurva baku glukosa.
21
Gambar 1. Flow chart pembuatan larutan standar glukosa Pembuatan larutan stok 1000 ppm
Vortex Pembuatan larutan stok 10 ppm samapai 100 ppm Vortex 1 ml larutan stok + 0,5 ml fenol 5% Vortex 2,5 ml asam sulfat pekat Vortex
Memasakukan kedalam waterbath dengan suhu 100oC selama 15 menit Dinginkan Vortex Spektro dg panjang gelombang 490 nm
22 1.2 1
y = 0,013x + 0,008 R² = 0,995
Absorbansi
0.8 0.6 0.4 0.2 0 0
20
40
60
80
Konsentrasi
Gambar 2. Kurva standar glukosa metode fenol-sulfat 2. Pembuatan PDA-IAA Pembuatan media PDA-IAA dengan konsentrasi IAA 0 ppm, 15 ppm, 30 ppm, 45 ppm, 60 ppm, 75 ppm. Pertama-tama menghitung volume IAA yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus M1V1=M2V2. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Wagner et al. (2003) bahan yang digunakan untuk pembuatan PDA yaitu ekstrak gandum 1%, ekstrak ragi 4%, D-glukosa 0,4% dan 2% agar. Waktu inkubasi digunakan 14 hari pada 24-30°C. Hasil budidaya kemudian disimpan pada suhu 4°C. Pembuatan media PDA sebanyak 50 cawan dapat dimulai dengan menggunakan serbuk PDA sebanyak 20 gram kemudian ditambahkan chlorampenicol 0,25 gram. Setelah itu ditambahakan aquades sebanyak 500 ml dan dipanaskan menggunakan magnetic stirrer hingga mendidih dan larut. Larutan dituangkan ke dalam 50 cawan yang masing-masing diisi 10 ml media PDA cair. Setelah dingin, permukaan PDA disemprot IAA sesuai perlakuan. 3. Penanaman Lingzhi Pembuatan kultur jamur lingzhi telah dilakukan oleh Nasreen et al. (2005), Astuti dan Kuswytasari (2013), Asegab (2010). Pertama-tama pembuatan
23 inokulum dimulai dengan menyiapkan masing-masing media PDA sebanyak 100 ml. Jamur dicuci dengan air steril kemudian direndam dalam larutan alkohol 70% selama beberapa menit. Setelah steril, jamur dipotong-potong dengan diamater 0,5 cm (6 potong disetiap labu), potongan jamur diaambil dari kultur yang masih aktif. Kemudian, disiapkan botol/cawan petri yang berisi PDA, dan dibuka penutupnya perlahan, Eksplan ditaruh ke dalam cawan dan ditutup kembali. Sebelum ditutup, dilakukan pemanasan mulut botol diatas api bunsen selama beberapa detik untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi. Botol ditutup rapat dengan kapas dan plastik, apabila menggunkan cawan petri makan menutupnya dengan kertas wrapping dan koran. 4. Inkubasi Setelah proses isolasi selesai dilakukan, cawan petri/botol yang berisi eksplan jamur akan mengalami pertumubuhan miselia. Proses inkubasi dilakukan di dalam inkubator selama 14 hari pada suhu 25°C. Agar proses inkubasi berjalan lancar maka perlu dilakukan kontrol sirkulasi ruang inkubasi. 5. Pemanenan Pemanenan dilakukan dengan mengambil miselium jamur didalam petri menggunakan spatula, kemudian menghilangkan agar yang menempel dengan merendamnya kedalam air mendidih, membilas dengan aquades, kemudiam disaring dengan kertas saring dan meniriskannya dengan dibungkus kertas saring, kalau sudah cukup kering lalu ditimbang. 6. Pengukuran kadar air (AOAC, 1984) Menimbang petridish (bobot wadah) dan petridish bersama dengan sampel jamur lingzhi (bobot awal). Kemudian sampel yang telah ditimbang di oven selama 5 jam, kemudian dimasukan ke desikator selama 10 menit dan ditimbang. Setelah selesai ditimbang kemudian dimasukan ke oven lagi selama 2 jam, kemudian dimasukan kedalam desikator selama 10 menit dan ditimbang kembali. Begitu seterusnya hingga tiga jamur telah mencapai bobot konstan. (nb : pada
24 penelitian ini sebelum dioven, sampel basah dimasukan kedalam desikator selama 1 malam). Rumus perhitungan kadar air : Kadar Air =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ
𝑥 100%
7. Pengukuran beta-glukan (Kusmiati et al. 2007) Jamur lingzhi yang sudah dipanen dimasukan kedalam tabung reaksi dan dihaluskan dengan menggunakan spatula. Setelah cukup halus kemdian ditambah HCl 2M sebanyak 5 ml. Setelah itu tabung reaksi ditutup menggunakan kelereng dan di wrapp, kemudian di vortex. Setelah homogen kemudian dimasukan kedalam air dengan suhu 100oC selama 2 jam, kemudian didinginkan. Setelah dingin kemudian larutan disaring dengan kertas saring dan diambil filtratnya sebanyak 0,05 ml. Filtrat tersebut diencerkan dengan aquades sampai volume 5 ml. Untuk uji beta-glukan, ambil cairan sebanyak 1 ml dari filtrat yang telah diencerkan tersebut, kemudian ditambahkan fenol 5% sebanyak 0,5 ml dan 2,5 ml asam sulfat pekat. Tabung reaksi kembali ditutup dengan kelereng dan diwrapp kemudian divortex. Setelah homogen kemudian diinkubasi didalam air bersuhu 100oC selama 15 menit dan didinginkan. Setelah dingin lalu dianalisis dengan UV-Vis Spektrofotometri dengan panjang gelombang 490 nm. Apabila absorbansi >0,7 maka perlu dilakukan pengenceran. (nb : pada perlakuan IAA 0 ppm dan IAA 15 ppm sampel cair tidak disimpan dalam kulkas, pada perlakuan IAA 30 ppm dan IAA 45 ppm sampel cair disimpan di kulkas selama 1 malam, pada perlakuan IAA 60 ppm dan IAA 75 ppm disimpan didalam kulkas selama 5 hari). E. Pengamatan Peubah Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Kadar beta-glukan Kadar beta-glukan yang terdapat pada miselium yang tumbuh di PDA diukur sesuai lama waktu perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan mengukur absorbansi
25 ekstrak miselium menggunakan spektrofotometri UV-Fis. Kemudian hasil absorbansi dihitung menggunakan rumus kurva standar glukosa yang telah dibuat yaitu y = 0,013x + 0,008. 2. Berat segar miselium Berat segar miselium diukur menggunakan timbangan analitik setelah dilakukan pemanenan. Tujuan penimbangan berat segar adalah untuk mengetahui bobot awal miselium. Selanjutnya, hasil dari berat segar ini akan digunakan untuk menghitungb berat kering miselum. Karena waktu yang cukup lama, sampel basah disimpan didalam desikator ketika jeda penelitian. 3. Berat kering miselium Berat kering diukur setelah miselium dioven sampai diperoleh berat konstan. Untuk mencapai bobot konstan diperlukan pengovenan berulang kali. Dalam penelitian ini dilakukan pengovenan sebanyak 5 kali. Karena memerlukan waktu yang lama, sampel disimpan di oven saat jeda penelitian. 4. Diameter koloni Diameter koloni diukur menggunakan jangka sorong. Sampel diukur berdasarkan diameter yang tampak pada botol/petridish pada masing-masing perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan mengulang pengukuran sebanyak 4 kali dari sudut yang berbeda. Diameter koloni:
𝐷1+𝐷2+𝐷3+𝐷4 4
5. Kadar air Setip jenis jamur memiliki kadar air yang berbedaa-beda. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan kadar air untuk mengetahui kadar air miselium lingzhi sesuai dengan perlakuan. Kadar air:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ
𝑥 100%.
26 IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jamur mendapat makanan dalam bentuk selulosa, glukosa, lignin, protein, dan senyawa pati. Bahan makanan tersebut diperoleh dari media pertumbuhannya. Jamur akan menyerap nutrisi lebih tinggi apabila kondisi lingkungan dan syarat tumbuh yang dibutuhkan terpenuhi (Ridwan et al. 2013). Beta-glukan merupakan bagian dari polisakarida yang menyusun dinding sel jamur. Berdaarkan hasil dari banyak penelitian, beta-glukan memberikan efek fisiologis pada sel, terutama untuk mengobati berbagai penyakit kronis tidak menular. Konsentrasi beta-glukan pada jamur pangan berkisar antara 20.06 ± 1,76% sampai 44,21 ± 0,13% atau 29,74 ± 1,40% sampai 56,47 ± 4,72% tergantung pada jenis jamur (Bak et al. 2014). Nasim et al. (2004) memberikan IAA pada media pertumbuhan miselium Aspergilus oryzae, Aspergilus terreus, Aspergilus niger, Alternaria alternata. Terjadi peningkatan biomassa secara signifikan pada perlakuan IAA 45 mg-1. IAA merupakan hormon pertumbuhan yang berkerja dalam pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel khususnya sel jamur. Namun, hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian IAA tidak menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap kadar air, berat kering, berat segar, dameter koloni lingzhi (α>0.005). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8, Tabel 9, Tabel 10, Tabel 11, Tabel 13, Tabel 14, Tabel 15, Tabel 16, Tabel 17 (Lampiran 1). Hasil uji korelasi pada penelitian juga menunjukan bahwa berat kering miselium lingzhi (biomassa) dan beta-glukan tidak memiliki hubungan interaksi yang besar (Tabel 3). Nishitani et al. (1979) mengatakan bahwa sukrosa merangsang induksi IAA untuk perpanjangan sel, tetapi sangat kecil peranan IAA dalam pelonggaran dinding sel. Pengaruh pemberian IAA terhadap beta-glukan lingzhi menunjukan adanya interaksi yang besar pada analisisi korelasi (r2: 0,876) dan menunjukan pengaruh yang siginfikan pada analisis varians (α<0,005). Pengaruh pemberian IAA terhadap kadar beta-glukan miselium lingzhi dapat dilihat pada Tabel 12, Tabel 13, Tabel 18 (Lampiran 1). Namun kadar beta-glukan terbesar diperoleh oleh perlakuan tanpa IAA (Tabel 2). IAA berpengaruh negatif 26
27 terhadap beta-glukan lingzhi. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi IAA yang diberikan pada media pertumbuhan lingzhi akan diikuti oleh penurunan kadar beta-glukannya. Perpanjangan sel merupakan sifat tidak balik yang menyebabkan penguraian dinding sel. Auksin penyebab perpanjangan batang dan sel koleoptil dengan merangsang pembesaran sel. Proses ini bisa jadi berpasangan dengan pembentukan polimer pembentuk di dinding sel baru. Karena kerja utama auksin tampaknya ada pada membran plasma atau beberapa molekul intraseluler, dan juga pembesaran dinding sel. Oleh karena itu setiap protoplas harus berhubungan (Rayle dan Cleland 1992, Wang et al. 2010, Nasim et al. 2004, Katoke et al. 2000). Namun, berdasarkan hasil penelitian ini IAA juga tidak menunjukan hubungan yang erat baik dengan kadar air (r2: 0,149), diameter koloni lingzhi (r2: 0,461), maupun berat segar lingzhi (r2: 0,314) dan berat kering lingzhi (r2: 0,243). Selain itu, diameter, berat segar, dan berat kering lingzhi juga tidak menunjukan adanya hubungan yang erat dengan beta-glukan lingzhi (Tabel 3). Kandungan beta-glukan yang terdapat pada Saccharomyces cerevisiae lebih besar dari beta-glukan yang terkandung pada jamur lingzhi yaitu berkisar antara 633.33 µg-1 (0,633 mg/mg) - 933.33 µg-1 (0,933 mg/mg) (Thotowi et al. 2007). Kandungan beta-glukan lingzhi mirip dengan kandungan beta-glukan yang terdapat pada amur shiitake yang telah dikeringkan yaitu menghasilkan polisakarida kasar antara 20-100 mg/g-1 (0,2-1 mg/mg). Hal tersebut mengindikasikan bahwa polisakarida kasar yang terkandung pada jamur dipengaruhi oleh strain jamur, karakterisitik lingkungan, dan interaksi antara jamur dan lingkungan (Brauer et al. 201, Boonyanuphap dan Hansawasdi 2010, Paulraj dan Saravanan 2012). Dimana beta-glukan yang dihasilkan pada penelitian ini (0,31 mg/mg) sama dengan hasil yang didapatkan oleh Wang et al. (2014) yang didapat dari badan buah dan miselum lingzhi yaitu berkisar antara 1.3 -79.9 mg/dL (0,013-0,799 mg/mg).
28 Tabel 2. Pengaruh pemberian IAA pada media pertumbuhan lingzhi terhadap kadar air, diameter, berat segar, berat kering, dan beta-glukan miselium lingzhi Kadar Air (%)
Berat Segar (g)
Berat Kering (g)
Diameter (cm)
Beta-Glukan (mg/mg)
Kon. IAA (ppm) 0 15 30 45 60 75 0 15 30 45 60 75 0 15 30 45 60 75 0 15 30 45 60 75 0 15 30 45 60 75
Data 94,94a 95,59a 94,22a 94,96a 94,91a 94,53a 1,41ab 1,79b 1,51ab 1,34ab 0,84a 1,44ab 0,07ab 0,08ab 0,07b 0,05a 0,04a 0,07ab 8,65bc 8,34bc 8,8c 8,4bc 7,52a 8,05a 0,31b 0,3b 0,22a 0,21a 0,19a 0,18a
r2 0,149
a -0,006
b α 95,09 0,722
0,243
-0,005
1,595 0,151
0,314
-0,000
0,072 0,164
0,461
-0,011
8,709 0,006
0,876
-0,001
0,305 0,000
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan menunjukan tidak beda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Tidak adanya peningkatan kadar beta glukan ini terjadi karena pada jamur yang termasuk basidiomicetes komponen IAA sudah terdapat pada badan buah dan miseliunya. Hasil ini sama dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pada Calocera viscosa (Basidiomycota) yang dikembangkan pada medium padat dan medium cair. Hasil menunjukan
bahwa Calocera viscosa menghasilkan
29 komponen indole berkisar antara 0,37 sampai 11,88 mg/100 g indole pada badan buah dan 11,42 pada miselium dari medium cair. pada media padat dihasilkan komponen indole sebanyak 10,59 mg/100 g. Sintesis IAA selain dapat dilakukan oleh tumbuhan berbunga, juga dapat dihasilkan oleh bakteri (rhizobakteri dan beberapa patogen), ragi, dan beberapa jamur lainnya dalam bentuk yang berbedabeda dengan tingkat yang lebih tinggi dibanding tanaman (Muszynska dan Ziaja 2012, Bose et al. 2013, Setiarto dan Saskiawan 2013, Siriin et al. 2014, Uggla et al. 1998). Oleh sebab itu, pada jamur basidiomicota pemberian IAA tidak memberikan pengaruh yang signifikan (α>0.005) baik terhadap kadar air, berat segar, diameter koloni maupun berat keringnya. Tabel 3. Nilai korelasi antar variabel pengamatan.
Kadar Air Diameter Berat Segar Berat Kering Beta-Glukan
Kadar Air 1
Diameter 0,37 1
Berat Segar 0,71 0,59 1
Berat Kering 0,45 0,63 0,88 1
BetaGlukan 0,15 0,34 0,21 0,37 1
Hasil kadar air dalam penelitian ini (94-95%) sesuai dengan kadar air jamur pangan (Auricularia polytricha dan Pleurotus ostreatus) yang di uji oleh Usha dan Sugma (2014) yaitu berkisar antara 90,6% -93,3%. Hasil berbeda dihasilkan oleh penelitian yang dilakukan Medany (2014) pada badan buah jamur Pleurotus citrinopileatus. Badan buah Pleurotus citrinopileatus memiliki kadar air berkisar antara 85,90-87,37%. Perbedaan ini dikarenakan Medany membudidayakan jamur di Mesir dengan kondisi lingkungan yang ekstrim untuk pertumbuhan jamur pangan. Kondisi iklim gurun di Mesir terbilang ekstrim untuk pertumbuhan jamur. Kondisi ekstrim di Mesir akan membuat jamur mengalami stres dan kehilangan kadar air lebih besar dibanding jika jamur dibudidayakan di negara tropis dan subtropis. Berat segar dan berat kering miselium lingzhi yang diperoleh dalam penelitian ini masing-masing berkisar antara 0,8-1,79 g dan 0,04-0,08 g. Jamur kaya akan
30 protein, serat, dan karbohidrat. Selain itu, jamur juga rendah lemak. Protein pada jamur berkisar antara 33,3%-36%, serat berkisar antara 17,85%-22,35%, lemak berkisar antara 3,8%-4,37%, karbohidrat berkisar antara 28,5% sampai 44,7%, dan kadar abu berkisar antara 5,2%-7,93% dari total berat keringnya (Usha dan Suguna 2014). Berat segar miselium lingzhi sebagian besar terdiri dari kadar air. Selain adanya kadar air, didalam jamur juga terdaapat berbagai jenis mineral dan vitamin. Prosentase 22,84 – 26,01% pada miselium merupakan protein. Prosentase 2.59 – 3.23% adalah lemak. Prosentase 7,76 – 9,06% adalah abu. Prosentase 63,77 – 65,58% adalah total karbohidrat miselium setelah dikeringkan (Medany 2014). Mukhopadhyay et al. (2005) mengatakan bahwa protein dapat dihasilkan dengan penambahan IAA sebanyak 2 mg-1 pada budidaya jamur Pleurotus sajor-caju. Jadi, pemberian IAA dengan konsentrasi yang tepat dapat meningkatkan produksi biomasa. Untuk meningkatkan kadar air pada miselium setiap jenis jamur membutuhkan IAA dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Namun, penelitian yang bertujuan meningkatkan kandungan beta-glukan semakin rendah kadar air menunjukan hasil yang baik. Pada pengukuran berat segar ini, waktu pemanenan yang cukup lama menjadikan penimbangan sampel segar tidak dapat dilakukan pada hari yang sama, sehingga diperlukan tempat khusus untuk menyimpan sampel. Dalam penelitian ini digunakan desikator untuk menyimpan sampel basah. Desikator adalah tempat yang terbuat dari kaca yang berfungsi untuk menyimpan sampel terutama sampel yang telah dikeringkan dan menjaganya dari kelembaban udara. Bagian dasar desikator terdapat silika yang berfungsi untuk menyerap dan mencegah kelembaban udara sehingga tidak akan mempengaruhi berat sampel. Selain itu, desikator dilengkapi dengan tutup kaca yang dilapisi vaselin, dimana vaselin berfungsi sebagai penutup celah antara tutup dan wadah. Hal tersebut dapat mencegah adanya sirkulasi udara. Hasil penelitian diketahui bahwa desikator berpotensi sebagai inkubator kultur anaerob ditandai dengan tumbuhnya isolat Desulfovibrio (anaerob obligat).
31 Namun, kelemahan dalam pemanfaatan desikator vakum ditandai dengan hidupnya isolat P. aeruginosa (aerob obligat) dan E. coli (fakultatif anaerob) yang diduga masih terdapat oksigen di head space tabung reaksi (Humaidah 2011). Berdasarkan hasil percobaan terhadap hasil analisis kadar air baik terhadap rumput gajah, jagung, dedak, bungkil kelapa dan tepung ikan yang dilakukan dengan interval waktu I minggu, 2 minggu, I bulan, 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (Marlina 2006). Hal tersebut munjukan bahwa penggunaan desikator untuk menyimpan sampel basah tidak akan memberi pengaruh nyata terhadap kandungan air sampel. Karena silika gel didalam desikator berfungsi menyerap uap air diudara, bukan menyerap air yang berada didalam sampel.
32 V.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa IAA tidak mampu meningkatkan beta-glukan miselium jamur lingzhi pada semua konsentrasi. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan saran agar dalam penelitian lanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan beta-glukan jamur lingzhi tidak perlu menggunakan IAA.
32
33 DAFTAR PUSTAKA Ahmad A, Anjum FM, Zahoor T, Nawaz H, Dilshad SMR. 2012. Beta-glucan : a valuable functional ingredient in foods. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 52: 201–212. DOI: 10.1080/10408398.2010.499806. Akhirunnisa DV. 2010. Efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% jamur lingzhi (Ganoderma lucidum) pada tikus jantan yang diinduksi parasetamol. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Akramienė D, Kondrotas A, Didžiapetrienė J, Kėvelaitis E. 2007. Effects of betaglucans on the immune system. Medicina (Kaunas) 43(8): 597-606. Asegab M. 2010. Bisnis pembibitan jamur tiram, jamur merang, jamur kuping. Jakarta : PT Agromedia Pustaka. Askin R, Sasaki M, Goto M. 2007. Sub and supercritical fluid extraction of bioactive compounds from Ganoderma lucidum. Proceedings of International Symposium on Eco Topia Sci, ISETS07. Astuti HK, Kuswytasari ND. 2013. Efektifitas pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dengan variasi media kayu sengon (Paraserianthes falcataria) dan sabut kelapa (Cocos nucifera). J Sains Sen Pom 2(2): 23373520. Bak WC, Park JH, Park AE, Park YA, Ka KH. 2014. Determination of glucan contents in the fruiting bodies and mycelia of Lentinula edodes cultivars. Mycobiology 42(3): 301-304. Boh B, Berovic M, Zhang J, Bin LZ. 2007. Ganoderma lucidum and its pharmaceutically active compounds. Biotech Annu Rev 13: 265-301. URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17875480 (Abstr). Boonyanuphap J dan Hansawasdi C. 2010. Spatial distribution of Beta glucan containing wild mushroom communities in subtropical dry forest, Thailand. Fungal Divers 46(1): 29-42. Bose A, Shah D, Keharia H. 2013. Production of indole-3-acetic-acid (IAA) by the white rot fungus Pleurotus ostreatus under submerged condition of Jatropha seedcake. Mycology 4(2) : 103–111. Brauer D, Kimmons TE, Phillips M, Brauer D. 2011. Starch concentrations in loggrown shiitake mushrooms (Lentinula edodes (berk.) pegler). The Open Myco J 5: 1-7. Chan GCF, Chan WK, Sze DMY. 2009. The effects of beta-glucan on human immune and cancer cells. J Hema Oncol 2(25): 1-11. Chihara G, Hamuro J, Maeda YY, Arai Y, Fukuoka F. 1970. Fractionation and purification of the polysaccharides with marked antitumor activity, especially
34 lentinan, from Lentinus edodes (Berk.) Sing, (an edible mushroom). Cancer research 30: 2776-2781. Chung KR, Tzeng DD. 2004. Biosynthesis of indole-3-acetic acid by the gallinducing fungus Ustilago esculenta. J Bio Sci 4(6): 744-750. Darwis W, Franciska A. 2013. Pembuatan isolat jamur obat sanguineus). Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
(Picnoporus
El KD, Luhovyy C, Cuda BL, Anderson GH. 2012. Beta glucan: health benefits in obesity and metabolic syndrome. URL: http://www.hindawi.com/journals/jnme/2012/851362 Fajriani. 2008. Pemberian obat-obatan anti inflamasi non steroid (ains) pada anak. J Dentistry 15(3):200-204. Furi PR, Wahyuni AS. 2011. Pengaruh ekstrak etanol jamur lingzhi (Ganoderma lucidum) terhadap kadar HDL (High Density Lipoprotein) pada tikus dislipidemia. J Pharm 12(1): 1-8. Gill SK, Rieder MJ. 2008. Toxicity of a traditional chinese medicine, Ganoderma lucidum, in children with cancer. Can J Clin Pharmacol 15(2): 275-285. Han MD, Han YS, Hyun SH, Shin HW. 2008. Solubilization of water-insoluble βglucan isolated from Ganoderma lucidum. J Env Bio 29(2):237-242. Herrera JR. 1991. Biosynthesis of beta-glucans in fungi. Antonie van Leeuwenhoek 60:73-81. Humaidah S. 2011. Potensi Desikator untuk inkubator anaerob. Skripsi. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November. Hung WT, Wang SH, Chen CH, Yang WB. 2008. Structure determination of βglucans from Ganoderma lucidum with Matrix-assisted Laser Desorption /Ionization (MALDI) mass spectrometry. J Molecules 13:1538-1550. DOI: 10.3390/molecules13081538. Jantaramanant P, Sermwittayawong D, Noipha K, Towatana NH, Wititsuwannakul R. 2014. Beta-glucan-containing polysaccharide extract from the grey oyster mushroom (Pleurotus sajor-caju (Fr.) Sing) stimulates glucose uptake by the L6 myotubes. Intern Food Res J 21(2): 779-784. Jiang Y, He A, Liu Y, Xie B, Li Y, Deng Y et al. 2014. Development of lingzhi or reishi medicinal mushroom, Ganoderma lucidum (higher basidiomy-cetes) polysaccharides injection formulation. Inter J Medic Mush 16(5): 411-419. Kao CHJ, Jesuthasan AC, Bishop KS, Glucina MP, Ferguson LR. 2013. Anticancer activities of Ganoderma lucidum: active ingredients and pathways. Func Foods in Health and Disea 3(2): 48-65 Khamna S, Yokota A, Peberdy JF, Lumyong S. 2010. Indole-3-acetic acid production by Streptomyces spisolated from some Thai medicinal plant
35 rhizospheresoils. Eur Asia J Bio Sci 4:23-32. DOI: 10.5053/ejobios. 2010.4.0.4. Kim YW, Kim KH, Choi NHJ, Lee DS. 2005. Anti-diabetic activity of betaglucans and their enzymatically hydrolyzed oligosaccharides from Agaricus blazei. J Biotechnol Lett 27(7):7-483. URL: http://www.ncbi.nl-m.nih.gov / pubmed/15928854 (Abstr). Kotake T, Nakagawa N, Takeda K, Sakurai N. 2000. Auxin-induced elongation growth and expressions of cell wall-bound exoand endo-beta-glucanases in barley coleoptiles. J Plant Cell Phy. 41(11):1272–1278. Kukavica B, Mitrović A, Mojović M, Jovanović SV. 2007. Effect of indole-3acetic acid on pea root growth, peroxidase profiles and hydroxyl radical formation. Arch Biol Sci Belgrade 59(4):319-326. DOI:10.2298/ABS 0704319K. Kusmiati, Rachmawati F, Siregar S, Nuswantara S, Malik A. 2006. Produksi beta1,3 glukan dari Agrobacterium dan aktivitas penyembuhan luka terbuka pada tikus putih. J Makara Sains 10(1): 24-29. Kusmiati, Tamat SR, Nuswantara S, Isnaini N. 2007. Produksi dan penetapan kadar β-glukan dari tiga galur Saccharomyces cerevisiae dalam media mengandung molase. J Ilmu Farm Indones 5(1):7-16. Kusmiati, Tamat SR, Nuswantara S , Muhamad S. 2007. Pengaruh Penambah-an Urasil Dalam Media Fermentasi Terhadap Hasil Βeta-Glukan Dari Dua Galur Agrobacterium. J Makara Sains 11(2): 68-74. Laksono SP, Qomariyah, Purwaningsih E. 2011. Persentase distribusi penyakit genetik dan penyakit yang dapat disebabkan oleh faktor genetik Di RSUD Serang. Majalah Kes Pharm Med 3(2): 267-271. Latgé JP. 2007. The cell wall: a carbohydrate armour for the fungal cell. J Molec Microb 66(2):279–290. URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/17854405 (Abstr). Ljungquist MEPO, Stenstrom E. 1983. Indole-3-acetic acid production by mycorrhizal fungi determined by gas chromatography-mass spectrometry. J New Phytol 94:401-407. Marlina N. 2006. Masa pemakaian silika gel sebagai desikan pada penentuan kadar air. J Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Masuda Y. 1990. Auxin-induced cell elongation and cell wall changes. J Botan Magaz Toky 103(3):345-370. URL : http://link.springer.com/article/ 10.10 07%2FBF02488646 (Abstr). Medany GM. 2014. Cultivation possibility of golden oyster mushroom (Pleurotus citrinopileatus) under the Egyptian conditions. Egypt J Agric Res 92(2): 749762.
36 Mohite B. 2013. Isolation and characterization of indole acetic acid (IAA) producing bacteria from rhizospheric soil and its effect on plant growth. J Soil Sci Plant Nut 13(3):638-649. Mukhopadhyay R, Chatterjee S, Chatterjee BP, Guha AK. 2005. Enhancement of biomass production of edible mushroom Pleurotus sajor-caju grown in whey by plant growth hormones. Process Biochem 40:1241–1244. Muszyńska M, Ziaja KS. 2012. Analysis of indole compounds in fruiting bodies and in mycelia from in vitro cultures of Calocera viscosa (Basidiomycota). Acta Mycologica 47 (1): 57–64. Nasim G, Rahman M, Shabbir A. 2004. Effect of indole acetic acid on in vitro growth and biomass production of some soil fungi. Pakistan J Bio Sci 7(12) : 2039-2044. Nasreen Z, Kausar T, Nadeem M, Bajwa R. 2005. Study of different growth parameters in Ganoderma lucidum. J Mico Aplicada Intern 17(1):5-8. Nishitani K, Shibaoka H, Masuda Y. 1979. Growth and cell wall changes in azuki bean epicotyls II. Changes in wall polysaccharides during auxininduced growth of excised segments. Plant Ccll Physiol. 20(2):463-472. Noor I, 2010. Isolasi dan karakterisasi beta-glukan dari tubuh buah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dengan metode spektroskopi UV – visibel dan FTR. Skripsi. Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Nurfajarwati W. 2006. Produksi beta-glukan dari Saccharomyces cerevisiae dengan variasi sumber nitrogen. Skripsi. Nurwhidan AF. 2014. Analisis pemasaran jamur tiram (Pleurotus ostreatus) di kota Serang provinsi Banten. Skripsi. Oloke JK, Adebayo EA. 2015. Effectiveness of immunotherapies from oyster mushroom (Pleurotus species) in the management of immunocompro-mised patients. Intern J Immun 3(2-1): 8-20. DOI: 10.11648/j.iji.s.2015-030201.12. Parjimo H dan Soenanto H. 2008. Jamur Lingzhi: Raja Herbal, Seribu Khasiat. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka. Paulraj B dan Saravanan T. 2012. Optimization of beta-glucan production from lower fungi using central composite design and its biological application. Intern J Comp App 49(8): 0975-8887. Pranamuda H, Giarni R, Pradana A, Mahsunah ISA, Dewi D. 2012. Aplikasi beta glukan sebagai bahan berkhasiat imunomodulator dan antikanker. Prosiding InSINas. Rasmy GE, Botros WA, Kabeil SS, Daba AS. 2010. Preparation of glucan from Lentinula edodes edible mushroom and elucidation of its medicinal value. Aust J Bas App Sci 4(11): 5717-5726.
37 Rayle DL, Cleland RE. 1992. The acid growth theory of auxin-induced cell elongation is alive and well. J Plant Phy 99:1271-1274. Redaksi Agromedia 2010. Buku pintar bertanam jamur konsumsi (tiram, kuping, shiitake, merang, champignon). Jakarta : PT Agromedia Pustaka. Riduwan M, Hariyono D, Nawawi M. 2013. Pertumbuhan dan hasil jamur merang (Volvariella volvacea) pada berbagai sistem penebaran bibit dan ketebalan media. J Prod Tan 1(1): 70-79. Russell R, Paterson M. 2006. Ganoderma – A therapeutic fungal biofactory. J Phyto chemist 67:1985–2001. Sanodiya BS, Thakur GS, Baghel RK, Prasad GB, Bisen PS. 2007. Ganoderma lucidum: a potent pharmacological macro fungus. Curr Pharm Biotechnol 10(8):717-42.URL:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19939212(Abstr) Santoso U, Nursandi F. 2004. Kultur jaringan tanaman. Malang : UMM Press. Schiavone M, Vax A, Formosa C, Yken HM, Dague E, Francois JM. 2014. A combined chemical and enzymatic method to determine quantitatively the polysaccharide components in the cell wall of yeasts. J FEMS Yeast Res 14(6): 1-15. Doi: 10.1111/1567-1364.12182. Setiarto RHB dan Saskiawan S. 2013. The Lignocellulolytic Activity and Ability to Produce Indole Acetic Acid Hormone of Fungal Inoculant Isolated From Spent Mushroom (Agaricus sp.) Substrate. Microbiol Indones 7(4):192-197. DOI: 10.5454/mi.7.4.8. Setiowati T, Furqonita D. 2007. Biologi interaktif untuk SMA/MA. Jakarta : Azka Press. Siriin J, Kumla J, Suwannarach N, Lumyong S. 2014. Culture Conditions and Some Properties of Pure Culture of Ectomycorrhizal Fungus, Scleroderma sinnamariense. Chiang Mai J Sci 41(2): 275-285. Sliva D, Labarrere C, Slivova V, Sedlak M, JrLloyd FP, Ho NWY. 2012. Ganoderma lucidum suppresses motility of highly invasive breast and prostate cancer cells. Bioch and Biophysic Res Comm 298: 603–612. Sliva D. 2004. Cellular and physiological effects of Ganoderma lucidum (Reishi). Mini Rev Med Chem 4(8): 873-9. URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/ 15544548 (Abstr). Sobieralski K, Siwulski M, Lisiecka J, Jędryczka M, Golak IS, Jóźwiak DF. 2012. Fungi-derived beta-glucans as a component of functional food. Acta Sci Pol Hortorum Cultus 11(4): 111-128. Spaepen S, Vanderleyden J, Remans R. 2007. Indole-3-acetic acid in microbial and microorganism-plant signaling. FEMS Microb Rev 31:425–44. DOI:10.1111/j.1574-6976.2007.00072.x.
38 Stier H, Ebbeskotte V, Gruenwald J. 2014. Immune-modulatory effects of dietary yeast beta-1,3/1,6-d-glucan. Nut J 13(38): 1-9. Subbarayan K, Varadharajan N, Kalyanaraman R. 2010. Indole-3-acetic acid from contaminant fungus and potential application for cell cultures of Alternanthera Sessilis. Intern J Pharma and Bio Sci 1(2):257-265. Suratno. 2005. Budidaya jamur lingzhi (Ganoderma lucidum). Tugas Akhir. Surakarta : UNS. Suryanto D, Andriani S, Nurtjahja K. 2005. Keragaman genetik Ganoderma sp. dari beberapa tempat di sumatera utara. J Ilmi Pert Kul 40(2): 70-76. Synytsya A, Mícˇková K, Synytsya A, Jablonsky I, Speˇvácˇek J, Erban V et al. 2009. Glucans from fruit bodies of cultivated mushrooms Pleurotus ostreatus and Pleurotus eryngii: Structure and potential prebiotic activity. Carb Poly 76: 548-556. DOI:10.1016/j.carbpol.2008.11.021. Tesfaw A, Tadesse A, Kiros G. 2015. Optimization of oyster (Pleurotus ostreatus) mushroom cultivation using locally available substrates and materials in Debre Berhan, Ethiopia. J App Bio Biotech 3(1): 015-020. DOI: 10.7324/JABB.2015.3103. Thontowi A, Kusmiati, Nuswantara S. 2007. Produksi beta-glukan Saccharomyces cerevisiae dalam media dengan sumber nitrogen berbeda pada air-lift fermentor. J Biodiv 8(4): 253-256. Tominac VP, Krpan VZ, Grba S, Srečec S, Krbavčić IP, Vidović L. 2010. Biological efects of yeast β-glucans. Agric Consp Sci 75(4):149-158. Uggla C, Mellerowicz EJ, Sundberg B. 1998. Indole-3-acetic acid controls cambial growth in scots pine by positional signaling. Plant Physiol 117: 113– 121. Usha S dan Suguna V. 2014. Investigation on the nutritional value of edible mushrooms viz. Auricularia polytricha and Pleurotus ostreatus. Asian J Sci and Tech 5(8): 497-500. Villares A, Vivaracho LM, Guillamón E. 2012. Structural features and healthy properties of polysaccharides occurring in mushrooms. J Agr 2: 452-471. DOI:10.3390/agriculture2040452. Wagner R, Mitchel lDA, Sassaki GL, Amazonas MALA, Berovic M. 2003. Current Techniques for the Cultivation of Ganoderma lucidum for the Production of Biomass, Ganoderic Acid and Polysaccharides. Submerged Cultivation of Ganoderma lucidum, Food Technol. Biotechnol 41(4):371–382. Wang CH, Hsieh SC, Wang HJ, Chen ML, Lin BF, Chiang BH et al. 2014. Concentration variation and molecular characteristics of soluble (1,3;1,6)β-D-Glucans in submerged cultivation products of Ganoderma lucidum mycelium. J. Agric Food Chem 2014 62: 634−641. DOI: 10.1021/jf404-533b.
39 Wang XY, Wei XL, Luo H, Kim JA, Jeon HS, Koh YJ, et al. 2010. Plant Hormones Promote Growth in Lichen-Forming Fungi. Mycobiol 38(3): 176179. DOI:10.4489/MYCO.2010.38.3.176. Wasser SP, Coates P, Blackman M, Cragg G, Levine M, Moss J et al. 2005. Reishi or lingzhi (Ganoderma lucidum). URL: http://alohamedicinals.com/ reishi.pdf . Widyastuti N, Baruji T, Giarni R, Isnawan H, Wahyudi P, et al. 2011. Analisa kandungan beta-glukan larut air dan larut alkali dari tubuh buah jamur tiram (Pleurotusostreatus) dan shiitake (Lentinusedodes). J Sains Tekn Indones 13(3):182-191. Wijayati A, Solichatun, Sugiyarto 2005. Pengaruh asam indol asetat terhadap pertumbuhan, jumlah dan diameter sel sekretori rimpang tanaman kunyit (Curcuma domestica Val.). Biofarmasi 3(1):16-21. Woodward AW, Bartel B. 2005. Auxin : Regulation, action, and interaction. Ann Bot 95(5):35-707. URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 15749753 (Abstr). Xie JT, Wang CZ, Wicks S, Yin JJ, Kong J, Li et al. 2002. Ganoderma lucidum extract inhibits proliferation of sw 480 human colorectal cancer cells. Exper Oncol 28 (1) : 25–29. Zulvah, Trisunarno L, Syarudin B. 2015. perbaikan proses bisnis skala mikro usaha budidaya jamur tiram “win jamur” di desa Turirejo, kecamatan Lawang, kabupaten Malang. URL : http://digilib.its.ac.id/perbaikanproses-bisnis-skalamikro-usaha-budidaya-jamur-tiram-win-jamur-di-desa-turirejo-kecamatanlawang-kabupaten-malang-38223.html.