I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maloklusi adalah hubungan yang tidak benar antara lengkung di setiap bidang spatial atau posisi gigi yang abnormal (Sumawinata, 2004). Maloklusi dapat mengakibatkan fungsi fisiologis pengunyahan menjadi kurang efektif dan memberikan estetik wajah yang kurang baik (Wong, dkk., 2008). Prevalensi maloklusi pada remaja di Indonesia masih tinggi, yaitu mencapai 86% pada tahun 2006, sementara perilaku kesehatan gigi pada remaja terhadap maloklusi belum cukup baik dan pelayanan kesehatan gigi masih belum optimal (Dewi, 2008). Maloklusi yang dibiarkan tanpa perawatan dapat menimbulkan kelainan gigi dan wajah yang kemudian dapat menghambat perkembangan fisik dan mental (Sony, 2005). Penampilan fisik dengan susunan gigi yang rapi merupakan aspek yang sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri seseorang (Bagio, 2003). Perawatan ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi agar rapi dan teratur, memperbaiki hubungan oklusi antara rahang atas dengan rahang bawah, serta dapat memperbaiki posisi rahang dan permintaan perawatan ortodontik makin meningkat karena estetika wajah sangat berpengaruh bagi persepsi diri dan sosial (Bos, dkk., 2003). Perawatan ortodontik ditujukan untuk memelihara oklusi normal atau oklusi fungsional, meningkatkan penampilan estetik wajah, mengatasi masalah-masalah yang dapat mengganggu pertumbuhan normal dari gigi-geligi serta struktur wajah (Phinney dan Halstead, 2003).
1
2
Kegagalan perawatan ortodontik dapat disebabkan karena diagnosis yang tidak tepat, perawatan yang tidak tepat, dan ketidakpatuhan pasien (Ellis, 2002). Keberhasilan perawatan ortodontik tidak hanya bergantung pada kemampuan dan teknik ortodontis serta peralatan dan perlengkapannya tetapi juga dipengaruhi oleh motivasi pasien itu sendiri. Seorang ortodontis harus dapat menentukan motivasi pasien yang mencari perawatan ortodontik sebelum perawatan dimulai karena langkah awal ini dapat meningkatkan kesempatan untuk memperoleh hasil yang memuaskan bagi pasien dan ortodontis (Arnett dan Worley, 1999). Tingkatan dan derajat motivasi pasien selama masa perawatan ortodontik merupakan suatu variabel yang dapat mempengaruhi durasi dan kualitas proses ortodontik korektif (Gabriel, 1968). Seseorang membutuhkan desakan atau dorongan dari dalam diri untuk mencapai suatu tujuan yaitu motivasi (Ali dan Asrori, 2010). Motivasi seseorang untuk melakukan perawatan ortodontik diklasifikasikan menjadi 2, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal timbul dari diri sendiri yang didasarkan pada penilaian terhadap kondisi gigi-geligi dan keinginan untuk melakukan perawatan. Motivasi eksternal diperoleh seseorang dari individu lain misalnya orang tua, saudara, dan teman-teman yang menginginkan giginya terlihat lebih rapi (Proffit, 2007). Motivasi seseorang untuk melakukan perawatan ortodontik antara lain: 1) mencapai susunan gigi yang rapi; 2) meningkatkan penampilan wajah; 3) memperbaiki fungsi bicara; 4) memperbaiki kesehatan gigi; 5) meningkatkan rasa percaya diri; dan 6) memperbaiki fungsi pengunyahan (Rajagopal, dkk.,
3
2011). Menurut hasil penelitian Uslu dan Akcam (2007) alasan utama seseorang melakukan perawatan ortodontik adalah untuk memperbaiki penampilan wajahnya. Hasil penelitian yang dilakukan pada orangtua dan anaknya mengenai motivasi utama melakukan perawatan ortodontik menunjukkan sebesar 91,6% orangtua
dan
93,4%
anaknya
melakukan
perawatan
ortodontik
untuk
memperbaiki estetika wajah (Daniels, dkk., 2009). Kebutuhan perawatan ortodontik dipengaruhi oleh faktor individu antara lain kultur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan ketersediaan akses untuk melakukan perawatan ortodontik (Li, dkk., 2010). Keputusan tiap orang dalam mencari perawatan ortodontik didasari beberapa faktor, yaitu peningkatan penampilan, umur, jenis kelamin, pengaruh lingkungan dan kelas sosial. (Berk, 2002; Flores-Mir dkk., 2004). Perawatan maloklusi dapat dilakukan di tempat praktek mandiri dokter gigi, klinik gigi dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut, salah satunya Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) Prof. Soedomo. RSGMP Prof. Soedomo diresmikan pada tanggal 31 Desember 2005 didalamnya terdapat SMF Periodonsia, Prostodonsia, Ortodonsia, Peyakit Mulut, Konservasi Gigi, Kesehatan Gigi Anak, Bedah Mulut, Unit Pelayanan Umum. Menurut data RSGMP Prof. Soedomo jumlah pasien ortodonsia pada tahun 2010 adalah 394 orang dan mengalami peningkatan ditahun 2011 yaitu 805 orang. Peningkatan jumlah pasien ortodontik ini juga dapat menunjukkan bahwa motivasi seseorang untuk melakukan perawatan ortodontik juga meningkat. Tenaga kesehatan yang tersedia di klinik ortodonsia adalah dokter gigi spesialis, residen, dan mahasiswa tingkat profesi.
4
Pasien yang datang ke RSGMP Prof. Soedomo ada yang datang untuk merawatkan giginya atas kemuan sendiri, namun ada pula yang datang atas ajakan mahasiswa tingkat profesi. Berdasar uraian diatas, maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi pasien melakukan perawatan ortodontik. Pada penelitian ini peneliti memilih pasien yang melakukan perawatan ortodontik di RSGMP Prof. Soedomo karena jumlah pasien yang melakukan perawatan ortodontik cukup banyak sehingga menandakan kepercayaan pasien yang cukup tinggi terhadap RSGMP Prof. Soedomo. Pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi pasien melakukan perawatan ortodontik di RSGMP Prof.Soedomo, karena motivasi dapat menentukan keberhasilan perawatan ortodontik sehingga motivasi perlu ditingkatkan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut timbul suatu permasalahan: Apakah faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi pasien melakukan perawatan ortodontik di RSGMP Prof. Soedomo? C. Keaslian Penelitian Penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain: 1.
Warasdani (2010) dengan judul ”Hubungan Antara Overjet Berlebih Dan Motivasi Perawatan Ortodontik”. Variabel pengaruh pada penelitian ini adalah overjet berlebih dan variabel terpengaruhnya adalah motivasi
5
perawatan ortodontik. Analisis data yang digunakan adalah Koefisien Korelasi Product Moment Pearson dan uji regresi. 2.
Khanan (2010) dengan judul “Perbandingan Motivasi Perawatan Ortodontik antara Mahasiswa Berpengetahuan Ortodonsia dengan Mahasiswa Tidak Berpengetahuan Ortodonsia”. Variabel pengaruh pada penelitian ini adalah pengetahuan ortodonsia dan variabel terpengaruhnya adalah motivasi perawatan ortodontik. Analisis data yang digunakan adalah uji-t tidak berpasangan (Independent t-test). Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya terletak pada
variabel pengaruh, yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, suku, jarak tempat tinggal ke RSGMP Prof. Soedomo. Analisis data yang digunakan uji statistik regresi linear sederhana dan regresi berganda. Penulis melakukan penelitian di RSGMP Prof. Soedomo. D. Tujuan Penelitian Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi pasien melakukan perawatan ortodontik di RSGMP Prof. Soedomo. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah: 1.
Menambah ilmu pengetahuan kedokteran khususnya bidang ortodonsi bagi para dokter gigi khususnya dokter gigi spesialis ortodonsi.
6
2.
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi peneletian sejenis yang akan dilakukan.
3.
Dapat melakukan usaha untuk meningkatkan motivasi pasien melakukan perawatan ortodontik di RSGMP Prof. Soedomo dengan mengetahui faktor yang paling berpengaruh.