13
I. PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
Perawatan endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal. Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin di dalam mulut. Hal ini berarti gigi tersebut tidak mengalami keluhan dan berfungsi baik. Perawatan endodontik terdiri dari perawatan non bedah yaitu perawatan kaping pulpa, pulpotomi, mumifikasi, perawatan saluran akar dan perawatan endodontik bedah. Triad Endodontik terdiri dari tiga tahap pokok perawatan saluran akar, yaitu preparasi, sterilisasi, dan pengisian saluran akar. Pada tahap preparasi saluran akar dilakukan pembersihan dan pembentukan saluran akar yang meliputi instrumentasi dengan alat-alat endodontik dan irigasi saluran akar. Instrumentasi tersebut berkontak dan mengikir dinding saluran akar sehingga terbentuk debris dentin dan lapisan smear. Lapisan smear adalah kombinasi dari debris dentin, jaringan pulpa dan bakteri (Shahi dkk., 2009). Lapisan tersebut menutup seluruh permukaan saluran akar serta menyumbat tubuli dentin. Adanya lapisan smear pada permukaan dinding saluran akar akan menghambat proses penetrasi obat-obat sterilisasi saluran akar dan juga menghambat proses adaptasi bahan pengisi saluran akar (Walton dan Torabinejad, 2008). Irigasi yang baik pada saluran akar merupakan salah satu faktor yang paling menentukan keberhasilan perawatan saluran akar, karena apabila tindakan
14
irigasi dalam perawatan salurana akr diabaikan, maka akan menyebabkan debris tidak terangkat sehingga dapat mengakibatkan infeksi dan terjadi kegagalan perawatan endodontik (Ring, dkk,.2008). Irigasi saluran akar berfungsi mengeluarkan fragmen kecil debris organik serpihan dentin dari saluran akar. Larutan irigasi ideal adalah larutan yang dapat membunuh bakteri, melarutkan zat organik maupun anorganik, dan tidak mengiritasi jaringan periapikal. Tujuan utama dilakukan irigasi saluran akar sebelum, selama, dan sesudah dilakukan preparasi biomekanik adalah untuk mengeluarkan debris yang lepas dan menghilangkan secara kimiawi zat – zat organik dan anorganik dari saluran akar (Grossman, 1995). Menurut Hulsman dkk (2003, sit. Cohen dkk., 2006), suatu larutan irigasi saluran akar yang baik harus mampu melarutkan kotoran organik dan anorganik, melancarkan alat endodontik, membunuh mikroba, tidak toksik, dan ekonomis. Larutan irigasi yang baik mempunyai daya antimikroba yang maksimal dengan toksisitas yang minimal dan tegangan permukaan rendah. Selain itu bahan irigasi juga harus mampu membunuh bakteri, melarutkan jaringan yang nekrotik, melumasi saluran akar, menghilangkan lapisan smear, dan tidak mengiritasi jaringan sekitarnya. Beberapa jenis larutan irigasi yang dapat digunakan dalam perawatan endodontik guna mendapatkan aspek kimiawi pada saat pembersihan saluran akar gigi, diantaranya sodium hipoklorit (NaOCl) dan Ethylene Diamine Tetraacetic Acid
(EDTA ). Sodium hipoklorit (NaOCl) merupakan larutan
jernih, berwarna seperti jerami dan dapat melarutkan jaringan nekrotik serta
15
komponen organik dari saluran akar. NaOCl merupakan bahan irigasi yang mempunyai keuntungan yaitu kemampuan yang tinggi dalam membunuh bakteri, dapat melarutkan zat-zat organik dari saluran akar (Zehder, 2006). NaOCl dapat dikombinasikan dengan zat lain dalam perawatan saluran akar seperti dengan EDTA. Akibat dari instrumentasi pada dinding saluran akar maka terbentuk lapisan smear yang merupakan kombinasi debris dentin, pulpa dan bakteri yang terdapat pada dinding saluran akar. Lapisan smear dapat dihilangkan menggunakan EDTA yaitu bahan kelator yang dapat menghilangkan zat anorganik yang terdapat pada lapisan smear yang tidak dapat dilarutkan dengan NaOCl (Sen dkk,. 1995). Sodium hipoklorit (NaOCl) telah menjadi bahan irigasi pilihan dalam perawatan saluran akar karena dapat melarutkan jaringan nekrotik dan kemampuan
antimikrobial
spektrum
luas
yang
telah
terbukti
efektif
menghilangkan bakteri, spora, jamur, dan virus. Efek antimikrobial NaOCl tergantung dari beberapa faktor, diantaranya pH, waktu kontak, temperatur, dan juga konsentrasi yang digunakan. Beberapa jenis virus dan mikroorganisme seperti Candida albicans, Enterococcus faecalis, dan spesies Bacillus membutuhkan konsentrasi hipoklorit lebih tinggi agar dapat benar – benar larut). Keuntungan NaOCl yang lain adalah cukup murah dan mudah didapat (El Karim dkk., 2007). NaOCl merupakan suatu preparat antiseptik yang efek antimikrobialnya dipengaruhi konsentrasi larutan. Makin tinggi konsentrasi larutan, makin kuat daya antimikrobial yang dihasilkan, namun juga menyebabkan makin besarnya
16
iritasi terhadap jaringan (Harrison, 1984). NaOCl mempunyai berbagai variasi konsentrasi, diantaranya 0,5%, 1%, dan 5,25% NaOCl dengan konsentrasi 2,5% merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk digunakan sebagai pelarut jaringan organik pada saluran akar (Soerono, 2003). Kelemahan dari NaOCl adalah tidak mampu melarutkan partikel anorganik dentin, tidak dapat menghilangkan lapisan smear selama instrumentasi, serta rasa dan baunya yang tidak menyenangkan. Pada konsentrasi 5,25% larutan NaOCl bersifat toksik pada jaringan periapikal, menyebabkan perubahan warna pada baju dan menyebabkan korosi pada bahan metal (Soerono, 2003). Keterbatasan NaOCl yang seperti yang disebut di atas menyebabkan dalam penggunaannya larutan ini dikombinasikan dengan EDTA 17% yang berfungsi sebagai chelating agent. Chelating agent seperti EDTA memiliki pH 11,6 dan digunakan pada tahap pembersihan dan pembentukan saluran akar. Larutan ini akan melunakkan dentin dan melarutkan lapisan smear yang terbentuk pada dinding saluran akar selama proses instrumentasi. Chelating agent sangat penting digunakan karena adanya lapisan smear akan mengganggu penetrasi obat sterilisasi serta mengganggu adaptasi bahan obturasi saluran akar. Saluran akar yang masih diliputi oleh lapisan smear mempunyai lebih banyak kebocoran tepi jika dibandingkan dengan saluran akar yang telah dibersihkan EDTA (Kho dan Baumgartner, 2006) EDTA mempunyai beberapa konsentrasi yang ada di pasaran yaitu EDTA 15% dan EDTA 17%. EDTA 17% sering kali digunakan dalam perawatan saluran akar. EDTA dapat bereaksi dengan ion kalsium yang terdapat dalam
17
kristal hidroksiapatit dan membentuk kelat Ca-EDTA yang mudah larut dalam air sehingga dapat mengangkat atau membuang ion kalsium dari dentin maupun dari lapisan smear (Sen dkk., 1995). Bahan irigasi digunakan bersama dengan instrumen saluran akar, dengan tujuan dapat menghilangkan debris, jaringan pulpa, dan mikroorganisme dari dinding dentin sehingga dapat dihilangkan dari saluran akar. Irigasi saluran akar akan dapat dilakukan dengan berbagai teknik yaitu manual, ultrasonik dan endovac (Gutmann, 1992). Aplikasi penggunaan larutan irigasi dengan teknik manual yang umumnya menggunakan jarum syringe ukuran 27G hanya dapat bekerja efektif mengeluarkan cairan irigasi sejauh 1 mm dari ujung jarum. Hal tersebut akan menjadi masalah karena ujung jarum biasanya hanya dapat masuk pada sepertiga korona pada saluran akar, dan paling baik hanya dapat masuk sejauh sepertiga tengah dari saluran akar. Efektivitas larutan irigasi EDTA dan NaOCl dengan teknik manual yaitu dengan menggunakan jarum syringe ukuran 27G menunjukkan bahwa kemampuan debridemen larutan efektif pada sepertiga korona dan tengah saluran akar tetapi kurang efektif pada sepertiga apeks (Gu dkk, 2009). Teknik irigasi ultrasonik dapat meningkatkan aksi penetrasi dan debridemen irigan melalui aktivasi ultrasonik (Gutmann, 1992). Dari beberapa hasil penelitian teknik irigasi dengan menggunakan alat ultrasonik dengan larutan konsentrasi NaOCl dapat meningkatkan kemampuan membersihkan dinding saluran akar (Lui dkk., 2007).
18
Teknik irigasi dengan agitasi machine-assisted adalah teknik pemberian bahan irigasi ke saluran akar menggunakan mesin. Teknik irigasi ultrasonik jika dibandingkan dengan energi sonik menghasilkan frekuensi tinggi tetapi amplitudo yang rendah. File tersebut didesain dengan frekuensi antara 25-30 kHz, yang berada pada rentang diluar persepsi pendengaran manusia. Alat tesebut dioperasikan dengan getaran transversal dengan karakteristik pola nodus dan antinodus sepanjang tip. Penggunaan teknik irigasi ultrasonik merupakan salah satu teknik irigasi menggunakan mesin yang telah lama digunakan untuk meningkatkan bahan irigasi didalam anatomi saluran akar (Gu dkk, 2009). File ultrasonik terbuat dari stailess steel file #10 sesuai standar ISO. File tersebut dimasukkan ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja. Alat ultrasonik menghasilkan suatu getaran akustik dan getaran tersebut mempunyai kemampuan melepaskan debris dan lapisan smear dari dinding saluran akar sehingga dapat diperoleh suatu kebersihan dinding saluran akar yang optimal (Zehnder, 2006). Salah satu parameter keberhasilan hasil preparasi saluran akar adalah dengan melihat kebersihan pada dinding saluran akar. Kebersihan dinding saluran akar adalah keadaan dinding saluran akar yang bebas dari debris, kebersihan pada dinding saluran akar yang dapat dlihat melalui Scanning Electron Microscope (SEM) (Sen dkk., 1995). SEM adalah suatu alat yang dapat menunjukkan gambaran permukaan dinding saluran akar yang diperoleh melalui mikroskop elektron . (Gabriel, 1992).
19
Dalam penelitian ini digunakan penggunaan larutan irigasi NaOCl dengan berbagai konsentrasi yaitu 1%, 2,5% dan 5,25% yang dikombinasikan dengan EDTA 17% menggunakan teknik irigasi ultrasonik untuk mengetahui kebersihan dinding saluran akar dari debris dan lapisan smear.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, timbul permasalahan apakah ada pengaruh kombinasi
konsentrasi larutan irigasi
sodium hipoklorit (NaOCl) dengan Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) 17% menggunakan teknik irigasi manual dan teknik irigasi ultrasonik terhadap kebersihan dinding saluran akar.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi larutan irigasi sodium hipoklorit (NaOCl) 1%, 2,5% dan 5,25% dengan Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) 17% menggunakan teknik irigasi manual dan teknik irigasi ultrasonik terhadap kebersihan dinding saluran akar.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmu pengetahuan dan penelitian dalam ilmu kedokteran gigi, khususnya bidang ilmu konservasi gigi. Untuk klinisi penelitian ini diharapkan dapat menambah
20
wawasan dalam memilih larutan irigasi serta teknik irigasi yang efektif sehingga dapat menunjang keberhasilan perawatan endodontik.
E. Keaslian Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menguji kebersihan dinding saluran akar menggunakan kombinasi berbagai konsentrasi larutan irigasi sodium hipoklorit dengan EDTA 17% dengan menggunakan teknik irigasi ultrasonik yang dilihat menggunakan SEM. Penelitian tentang uji kebersihan dinding saluran akar dengan menggunakan teknik irigasi ultrasonik sebelumnya pernah dilakukan Nobrega dkk. (2011) tetapi hanya menggunakan larutan sodium hipoklorit 2,5% dan EDTA 17%. Torabinajed dkk. (2003) juga melakukan penelitian menggunakan kombinasi berbagai konsentrasi larutan irigasi sodium hipoklorit dengan MTAD (Mixture of a Tetracycline Isomer, an Acid and Detergent).