I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi (agroindustri) dapat menjadi salah satu pilihan strategis dalam menghadapi masalah dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat di pedesaan serta mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat yang hidup di pedesaan. Sektor industri pertanian merupakan suatu sistem pengelolaan secara terpadu antara sektor pertanian dengan sektor industri guna mendapatkan nilai tambah dari hasil pertanian. Agroindustri merupakan usaha untuk meningkatkan efisiensi sektor pertanian hingga menjadi kegiatan yang sangat produktif melalui proses modernisasi pertanian. Modernisasi di sektor industri dalam skala nasional dapat meningkatkan penerimaan nilai tambah sehingga pendapatan ekspor akan lebih besar (Saragih, 2004). Sektor agroindustri yang dapat dikembangkan di pedesaan sangat beragam. Oleh sebab itu, perlu diprioritaskan komoditas-komoditas yang mampu memenuhi kebutuhan dan mampu bersaing di pasaran. Menurut Soekartawi (2000), berbagai peluang yang ada untuk menumbuhkembangkan wawasan agribisnis di pedesaan antara lain mencakup berbagai aspek misalnya lingkungan strategis, permintaan, sumber daya dan teknologi.
Tabel 1.1. Luas Tanam, Luas Panen, dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012 Komoditas Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Kakao 3.522,14 2.305,80 Kopi 1.473,96 926,26 Kelapa 18.070,48 16.021,96 Cengkeh 2.928,00 1.743,69 Gebang 58,17 49,88 Jambu Mete 75,28 37,43 Lada 19,99 14,73 The 136,00 86,12 Tembakau 7,00 7,00 Nilam 56,00 33,68 Sumber: Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka 2013
1
1.010,93 781,46 29.584,16 1.039,74 78,94 1,30 5,66 328,31 9,99 149,69
Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki potensi perkebunan cukup banyak. Tanaman kelapa masih menjadi primadona komoditas tanaman perkebunan di Kabupaten Kulon Progo. Pada tahun 2012 luas tanam kelapa mencapai 18.070,48 ha dengan produksi mencapai 29.584,16 ton. Tabel 1.2. Luas Tanam, Luas Panen, dan Produksi Tanaman Kelapa Tahun 20082012 Tahun Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 2008 17.702,63 14.827,70 26.925,00 2009 17.741,36 14.864,88 28.568,29 2010 17.884,21 15.485,09 29.966,24 2011 17.955,49 15.479,50 29.292,45 2012 18.070,48 16.021,96 29.584,16 Sumber: Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka 2013 Tanaman kelapa di Kabupaten Kulon Progo setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan jumlah produksi. Sepanjang tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, luas tanam tanaman kelapa selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 luas
panen dan produksi kelapa sempat mengalami penurunan, tetapi
meningkat kembali pada tahun 2012. Pada tahun 2012, produksi kelapa mencapai 29.584,16 ton atau mengalami peningkatan produksi sebesar 1,00%. Tabel 1.3. Luas Tanam, Luas Panen, dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Purworejo Tahun 2012 Komoditas Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Kelapa 22.909,5 17.831,34 24.966,84 Kelapa Deres 2.535,27 2.534,77 18.655,96 Cengkeh 2.264,18 1.481,30 521,22 Kopi Robusta 562,41 423,05 132,95 Jambu Mete 11,85 8,44 3,27 Aren 334,31 142,83 148,40 Kapuk Randu 9,29 6,53 0,52 Kemukus 112,53 97,20 37,72 Tebu 1.396,20 676,27 3.275,28 Tembakau 700,72 300,79 344,22 Kakao 211,94 105,12 114,30 Lada 24,54 16,15 7,86 Nilam 531,30 265,65 1.062,44 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo Tahun 2012
2
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo tahun 2012 menunjukkan bahwa tanaman perkebunan rakyat yang potensial dari segi luas tanam, luas panen, dan produksi yang dihasilkan adalah kelapa, kelapa deres, tebu, nilam, dan cengkeh. Sama halnya dengan Kabupaten Kulon Progo, tanaman kelapa di Kabupaten Purworejo juga merupakan primadona dari keseluruhan tanaman perkebunan yang ada. Berdasarkan data pada tabel 1.3 tanaman kelapa dibedakan menjadi kelapa dan kelapa deres. Luas tanam kelapa mencapai 22.909,5 ha dengan produksi mencapai 24.966,84 ton pada tahun 2012. Luas tanam kelapa deres mencapai 2.535,27 ha dengan produksi mencapai 18.655,96 ton pada tahun 2012. Salah satu aspek untuk menumbuhkembangkan agribisnis di pedesaan adalah adanya sumber daya atau bahan baku. Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo merupakan dua wilayah yang memiliki kekayaan berbagai komoditas perkebunan. Berdasarkan tabel 1.1 dan tabel 1.3 diketahui bahwa tanaman perkebunan yang paling banyak dibudidayakan di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo adalah kelapa. Di Kabupaten Purworejo tanaman kelapa berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo tahun 2012 sudah dibedakan menjadi kelapa dan kelapa deres, sedangkan untuk Kabupaten Kulon Progo masih belum dibedakan. Tanaman kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk olahan. Produk olahan kelapa yang populer di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo salah satunya adalah gula semut. Gula semut merupakan gula merah versi bubuk yang sering pula disebut gula kristal. Bahan dasar gula semut adalah nira dari pohon kelapa atau pohon aren. Karena kedua pohon ini termasuk dalam golongan palmae, maka dalam bahasa asing sering disebut Palm Sugar. Gula semut belum dikenal luas oleh masyarakat, karena harganya relatif mahal dan ketersediaannya di pasar tidak selalu ada. Tetapi gula semut ini memiliki banyak kelebihan daripada gula merah yang sudah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat, diantaranya 1) dapat disimpan dalam waktu kurang lebih dua tahun tanpa mengalami perubahan setelah dikeringkan dan dibungkus rapat, 2) mudah larut dan bentuknya menarik, 3) nilai ekonomisnya tinggi, 4) memiliki aroma
3
khas, 5) bentuknya kering dan tidak lembek. Selain itu gula semut juga mengandung glukosa, sukrosa, dan mineral K, Mg,P, dan Fe. Sebagian masyarakat telah mengusahakan gula merah puluhan tahun yang lalu, tetapi untuk usaha gula semut baru berjalan sejak tahun 2010. Pilihan perajin gula untuk mengolah nira kelapa menjadi gula semut adalah untuk memenuhi permintaan pasar Eropa. Selain itu, pengolahan nira kelapa menjadi gula semut juga meningkatkan nilai jual gula kelapa. Menurut Harian Kedaulatan Rakyat, pada tahun 2012 harga gula kelapa Kabupaten Purworejo di tingkat petani antara Rp 5.000,00 – Rp 7.000,00 per kilogram, namun setelah diolah menjadi gula semut harganya dapat mencapai Rp 17.000,00 per kilogram. Pemasaran gula semut Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kulon Progo telah menyentuh pasar ekspor. Hampir semua produksi gula semut akan diserap eksportir. Tetapi selain melayani ekspor, produk buatan perajin juga dipasarkan di Jawa dan Bali. Ekspor gula semut di Kabupaten Purworejo 100% masih ditangani oleh pihak swasta. Di Kabupaten Kulon Progo, ekspor gula semut sudah mulai ditangani pemerintah dan swasta.
B. Rumusan Masalah Pemasaran gula semut di Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kulon Progo sama-sama telah menyentuh pasar ekspor, bahkan hampir semua produk yang dihasilkan diserap oleh ekspotir. Tetapi tentunya ada faktor-faktor yang membedakan pendapatan, keuntungan dan nilai tambah yang diperoleh pelaku industri rumah tangga gula semut dari kedua wilayah ini. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah industri rumah tangga gula semut untuk ekspor di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo layak untuk diusahakan? 2. Berapa nilai tambah industri gula semut untuk ekspor di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo? 3. Apakah terdapat perbedaan pendapatan, keuntungan, dan nilai tambah industri gula semut untuk ekspor di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo? 4. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi nilai tambah industri gula semut untuk ekspor di kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo?
4
5. Bagaimana sensitivitas titik impas industri rumah tangga gula semut untuk ekspor di Kabupaten Kulon Progo dan Purworejo terhadap perubahan harga input, output, dan nilai tukar rupiah?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kelayakan industri rumah tangga gula semut untuk ekspor di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo. 2. Mengetahui nilai tambah industri rumah tangga gula semut untuk ekspor di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo. 3. Mengetahui perbedaan pendapatan, keuntungan, dan nilai tambah industri rumah tangga gula semut untuk ekspor di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo. 4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai tambah industri rumah tangga gula semut untuk ekspor di kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo. 5. Menganalisis sensitivitas titik impas industri rumah tangga gula semut untuk ekspor di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo terhadap harga input, output, dan nilai tukar.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti untuk mengetahui perbandingan pendapatan perajin gula semut di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo. 2. Bagi pemerintah, hasil ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pertanian secara khusus kebijakan dalam pemasaran dan harga gula semut. 3. Bagi pihak lain dapat digunakan sebagai bahan masukan dan menjadi bahan acuan untuk dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut. 4. Bagi industri, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang kelayakan, keuntungan, nilai tambah, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah dan sensitivitas titik impas industri.
5